I. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi.
Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya bahkan iklim dapat melakukan perubahan yang ekstrem terhadap bentuk muka alam. Seiring waktu, iklim telah membantu membentuk pegunungan, membentuk tanah, menentukan sifat sungai, dan membangun dataran. Setidaknya sampai munculnya irigasi dan industrialisasi, iklim merupakan faktor kunci dalam persediaan makanan dan menentukan di mana saja manusia bisa hidup. Sepanjang sejarahnya manusia memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam perubahan iklim bahkan sebelum revolusi industri terjadi, dimana kegiatan pembukaan hutan untuk kegiatan pertanian sudah terjadi baik pembuatan jalan, irigasi, dan perluasan lahan pertanian. Seharusnya perubahan orbit bumi telah menurunkan kadar karbon dioksida dan konsentrasi metana dari 8000 tahun yang lalu. Sebaliknya terjadi kenaikan konsentrasi metana, dan karbon dioksida pada masa awal era industrialisasi hingga terjadi kenaikan rata-rata suhu bumi sebesar 0.8°C dari sebelum masa revolusi industri (Pittock, 2009). Dampak perubahan iklim pada peningkatan temperatur sebenarnya sudah ditengarai sejak tahun 1990-an. Department for International Development (DFID), badan dari pemerintah Inggris yang mengurusi bantuan pembangunan untuk negaranegara lain) dan World Bank (2007) melaporkan rata-rata kenaikan suhu per tahun sebesar 0,3 derajat celsius. Pada tahun 1998 terjadi kenaikan suhu yang luar biasa mencapai 1 derajat celsius. Indonesia diprediksi akan mengalami lebih banyak hujan dengan perubahan 2-3 persen pertahun. Intensitas hujan akan meningkat, namun jumlah hari hujan akan semakin pendek, dan meningkatkan risiko banjir, tanah longsor, dan bencana alam lainnya. Secara umum, perubahan cuaca akan memicu kemarau panjang dan penurunan kesuburan tanah. Hal ini akan mempengaruhi kelangsungan produksi pangan secara nasional. Pemanasan global juga mengandung resiko yang besar akan kegagalan panen dan kematian hewan ternak.
1
Pertanian merupakan kegiatan produksi yang sangat tergantung pada input alamiah yang sudah tersedia di alam, baik lahan dan unsur hara di dalamnya, serta faktor klimatologis (suhu, sinar matahari, kelembaban udara, dan curah hujan) yang bernterakasi dalam proses tumbuh kembang tanaman untuk menghasilkan output berupa bahan pangan. Pertanian dalam makna sempit adalah usaha tani yang dikelola oleh rumah tangga petani dimana dapat di usahakan di tanah sawah dan ladang, dimana hasil dari usaha tersebut di gunakan untuk konsumsi keluarga dan jika terdapat sisa hasil biasanya akan dijual. Jadi kegiatan usaha pertanian terdapat pemenuhan kebutuhan makanan keluarga dan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Menurut Arbangiyah (2013) pola pertanian di desa Patak Banteng saat ini yang beroirientasi pada produksi pertanian sesuai permintaan pasar memberikan dampak meningkatnya kesejahteraan para petani. Salah satu indikator petani telah hidup sejahtera ialah tidak lagi mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokoknya tetapi menggantinya dengan nasi. Selain dampak perbaikan ekonomi tersebut terdapat pula perubahan ciri-ciri lokal dalam kehidupan penduduk seperti hilangnya gotong royong yang digantikan ketenagakerjaan sistem upah. Dimana pemilik lahan harus menyediakan makanan untukpara pekerja dan menggantu setiap hari kerja dari pekerja itu dengan tenaga kerja mereka sendiri. Dan untuk para petani yang memiliki lahan luas terjadi tukar menukar tenaga kerja yang tentunya diperlukan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan sistem tenaga kerja harian. Dampak perubahan iklim terhadap kegiatan pertanian mulai tampak dari meningkatnya permintaan terhadap bahan makanan namun tidak diimbangi dengan peningkatan produksi hasil pertanian. Dibeberapa wilayah, perubahan iklim (bertambahnya suhu dan intensitas matahari) dapat meningkatkan hasil usaha pertanian seperti di wilayah-wilayah eropa dan amerika bagian utara. Namun, di hampir wilayah lainnya, perubahan suhu dan sulitnya ketersediaan air memberikan dampak penurunan hasil pertanian terutama di daerah tropis yang sebelumnya telah memiliki suhu yang mendukung untuk kegiatan pertanian. Sektor pertanian, selain merupakan penyumbang emisi gas rumah kaca, tetapi pertanian juga merupakan sektor yang paling terkena dampak akibat perubahan iklim, terutama tanaman pangan. Perubahan iklim telah menyebabkan penurunan
2
produktivitas dan produksi tanaman pangan akibat peningkatan suhu udara, banjir, kekeringan, intensitas serangan hama dan penyakit, serta penurunan kualitas hasil pertanian. Lebih lanjut Putra dan Indradewa (2011) menjelaskan bahwa peningkatan suhu udara di atmosfer sebesar 5°C akan diikuti oleh penurunan produksi jagung sebesar 40% dan kedelai sebesar 10-30%. Sementara itu, peningkatan suhu 1-3°C dari kondisi saat ini menurunkan hasil padi sebesar 6,1-40,2%. Pengaruh
ini
juga
terlihat
pada
tanaman
kacang-kacangan
yang
mengindikasikan kaitan antara penurunan curah hujan sebesar 10-40% dari kondisi normal dengan penurunan produksi sebesar 2,5-15%. Data lainnya terkait dengan cekaman kekeringan memberikan informasi bahwa El Ninoyang terjadi pada tahun 1997 dan 2003 menyebabkan menurunnya hasil padi sebesar 2-3%. Penurunan tersebut dapat menjadi lebih ekstrem apabila El Nino dibarengi dengan peningkatan suhu udara (Nurdin, 2012). Seorang ahli geografi Jan Palte cit Arbangiyah (2012) mengungkapkan “Praktik pertanian di pegunungan memiliki variasi yang dramatis, sesuai dengan ketinggian, suhu udara, ketebalan kabut, keadaan tanah, curah hujan, keadaan air tanah, topografi, serta sumber daya yang dimiliki penduduk. Sekalipun demikian ada juga satu sifat yang hampir umum dimiliki pertanian di pegunungan: kerentanan terhadap erosi dan turunnya tingkat kesuburan. Tanah tegal di pegunungan tidak memiliki daya tahan ekologis seperti sawah beririgasi. Bila diusahakan dengan intensif, ia kehilangan kesuburan. Diterpa angin dan hujan ia mengalami erosi. Bila diusahakan secara terus-menerus ia menjadi tempat berkembangnya jamur dan berbagai hama.” Saat ini, perubahan iklim bukan lagi menjadi perdebatan tentang keberadaannya tetapi sudah menjadi permasalahan bersama antar komunitas, antar instansi, bahkan hingga tingkat Negara untuk mendapat penanganan serius karena begitu banyak aspek kehidupan yang terkena dampaknya, apalagi sektor pertanian. Guna mempertahankan sekaligus meningkatkan produksi pertanian tanaman pangan yang berhubungan erat dengan perubahan dan anomali iklim, maka diperlukan upaya strategis yang salah satu diantaranya melalui adaptasi dan modifikasi pengelolaan lingkungan pertanaman (Nurdin, 2012).
3
Saat ini, dengan teknologi modern, manusia bisa hidup di tempat-tempat yang sulit dihuni sebelumnya. Hal ini dapat dicapai dengan adanya akses transportasi dan ketersediaan bahan bangunan untuk pembangunan infrastruktur yang disesuaikan dengan iklim yang ada. Namun jika perubahan iklim terjadi secara ekstrem, masyarakat harus beradaptasi dengan mengubah kebiasaan yang sudah ada, aturan, dan infrastruktur, tentunya dengan biaya yang tentunya tidak sedikit. Melihat dari kondisi tersebut peneliti ingin mengetahui respons petani, terutama petani di daerah dataran tinggi tepatnya di Desa Patak Banteng terhadap isu dan dampak perubahan iklim serta faktor apa saja yang mempengaruhi respons petani terhadap isu dan dampak perubahan iklim di Desa Patak Banteng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo.
2.
Perumusan Masalah Saat ini, perubahan iklim merupakan fakta. Iklim telah tampak berubah,
konkret, dan dapat diukur. Peningkatan dalam suhu udara rata-rata, kelembapan udara, curah hujan, dan intensitas cahaya matahari tidak hanya mungkin, tapi sudah dapat diamati. Seperti di ketahui juga, bahwa pertanian di dataran tingi sangat labil dan rumit, tidak seperti di dataran rendah yang cenderung stabil. Sehingga dalam pelaksanaan kegiatan pertanian di dataran tinggi, para petani perlu mengamati perubahan yang ada dan harus siap untuk mengantisipasi dan beradaptasi baik dalam bentuk menciptakan inovasi baru ataupun mempersiapkan infrastruktur dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut.Dengan adanya dampak perubahan iklim yang dimungkinkan akan mempengaruhi kegiatan pertanian petani di Desa Patak Banteng, maka saya akan mencoba mengambil perumusan masalah yaitu: a. Bagaimana respons petani terhadap isu dan dampak perubahan iklim di Desa Patak Banteng, Kabupaten Wonosobo? b. Faktor apa saja yang mempengaruhi respons petani terhadap isu dan dampak perubahan iklim di Desa Patak Banteng, Kabupaten Wonosobo?
4
3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Mengetahui respons petani terhadap isu dan dampak perubahan iklim di Desa Patak Banteng, Kabupaten Wonosobo. b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respons petani terhadap isu dan dampak perubahan iklim di Desa Patak Banteng, Kabupaten Wonosobo.
4. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi pemerintah dan instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan yang sesuai dengan masalah yang sedang diteliti. b. Bagi masyarakat dan pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk menggali permasalahan dan pemecahan masalah yang terkait dengan hasil penelitian ini. c. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai wahana untuk mengembangkan pola pikir sekaligus menyumbangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
5