I. PENDAHULUAN Fungsi perencanaan merupakan kunci utama dalam manajemen proyek. Perencanaan digunakan sebagai pedoman pengendalian kegiatan-kegiatan penyusun sebuah proyek. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang matang dan akurat agar pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai tujuan dengan batasan biaya, waktu, dan kualitas yang telah ditentukan. Penelitian perlu dilakukan untuk mendapatkan perencanaan yang efektif dan efisien menggunakan metode-metode penyusunan rencana pada sebuah proyek. Bab pendahuluan ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah, tinjauan pustaka, landasan teori, dan hipotesis penelitian .
I.1. Latar belakang Bidang survei pemetaan tidak dapat terlepas dari kegiatan yang diwujudkan dalam sebuah proyek. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut diperlukan manajemen proyek agar didapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan akhir yang dibatasi oleh waktu dan biaya yang tersedia. Secara umum fungsi manajemen proyek dapat diuraikan menjadi beberapa bagian yaitu perencanaan (planning), organisasi (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling) (Dimyati dan Nurjaman, 2014). Dari empat fungsi yang ada, perencanaan sering disebut sebagai kunci dari keberhasilan sebuah proyek karena dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil akhir yang akan didapatkan. Kenyataanya, perbedaan sering terjadi antara rencana dengan realisasi pelaksanaan proyek, namun terkait dengan masalah pengendalian kegiatan serta pemantauan prestasi tahapan kegiatan dapat dipastikan bahwa suatu proyek akan berhasil bila dari awal sudah direncanakan dengan baik (Prijono, 1995). Fungsi perencanaan perlu didukung dengan sebuah metode yang dapat digunakan untuk menyusun secara cermat dan tepat urutan pelaksanaan kegiatan maupun penggunaan sumber daya bagi kegiatan-kegiatan tersebut. Tujuannya agar proyek dapat diselesaikan secepatnya dengan penggunaan sumber daya sehemat
1
2
mungkin (Prijono, 1995). Metode yang biasa digunakan dalam perencanaan adalah Network Planning, yaitu metode yang menggambarkan hubungan ketergantungan antara setiap kegiatan dalam Diagram Network. Dalam penyusunan Diagram Network dikenal beberapa analisis, diantaranya adalah Project Evaluation and Review Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM) (Dimyati dan Nurjaman, 2014). Sekarang ini, banyak program yang dapat digunakan untuk menyusun perencanaan dengan metode Diagram Network. Salah satunya adalah Microsoft Project 2010. Program ini dapat digunakan untuk merancang suatu perencanaan yang terperinci. Selain itu, Microsoft Project 2010 juga menyediakan fasilitas-fasilitas dalam pengendalian dan evaluasi agar hasil yang didapat sesuai dengan tujuan dari proyek Penyusunan rencana dalam proyek dibatasi oleh biaya dan waktu. Oleh karena itu, perlu dilakukan optimalisasi perencanaan agar diperoleh suatu rencana yang lebih efektif dan efisien. Optimalisasi rencana dilakukan dengan harapan dapat menekan biaya dan waktu pelaksanaan proyek tanpa mengurangi kualitas hasil akhirnya. Selisih biaya dan waktu yang diperoleh dapat digunakan sebagai waktu cadangan apabila terjadi kendala saat pelaksanaan dan atau sebagai margin keuntungan yang diperoleh pihak pelaksana. Penelitian ini merupakan proses optimalisasi perencanaan Proyek Pemetaan Topografi Lokasi PT. Semen Indonesia Rembang. Data berupa rencana teknis, biaya, sumber daya, dan penjadwalan digunakan sebagai masukan dalam pembuatan model perencanaan menggunakan Microsoft Project 2010. Fasilitas yang ada dalam program tersebut akan dimanfaatkan untuk membuat perencanaan menggunakan analisis CPM dan dua strategi optimalisasi perencanaan yang berbeda, yaitu strategi Fast-Tracking dan penambahan sumber daya.
I.2. Rumusan Masalah Kegagalan suatu proyek dapat terjadi karena pembuatan rencana yang tidak akurat. Ketidakakuratan tersebut dapat menimbulkan perbedaan penafsiran tentang suatu kegiatan antara pihak pembuat rencana dan pihak pelaksana. Hal ini
3
menyebabkan terjadinya perbedaan antara rencana yang dibuat dengan realisasi pelaksanaan. Perbedaan yang terjadi antara lain berupa keterlambatan penyelesaian suatu kegiatan. Akibatnya, umur proyek menjadi lebih panjang dan tentunya menambah biaya yang digunakan secara keseluruhan. Pada sebuah proyek, penggunaan biaya melebihi rencana atau nilai kontrak menyebabkan devisit pada pihak pelaksana dan menurunkan tingkat kepercayaan kepada pelaksana tersebut untuk melaksanaan pekerjaan berikutnya. Oleh karena itu, opimalisasi diperlukan untuk menambah cadangan waktu dan menghindari terjadinya keterlambatan karena adanya kendala selama pelaksanaan proyek.
I.3. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Tersusunnya perencanaan awal menggunakan program Microsoft Project 2010. 2. Tersusunnya perencanaan yang telah dioptimalisasi menggunakan Analisis Project Evaluation and Review Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM) dengan strategi optimalisasi Fast-Tracking dan penambahan sumber daya. 3. Mengetahui dan membandingkan hasil perencanaan hasil optimalisasi menggunakan Analisis PERT dan CPM dengan strategi Fast-Tracking dan penambahan sumber daya, dilihat dari segi probabilitas, biaya, sumber daya, dan waktu penyelesaian proyek.
I.4. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : 1. Hasil studi dapat menambah pemahaman tentang proses pembuatan rencana dan optimalisasinya dalam manajemen proyek. 2. Hasil studi dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penentuan kebijakan pembuatan dan optimalisasi perencanaan proyek sejenis yang akan dilaksanakan berikutnya.
4
I.5. Batasan Masalah Penelitian yang dilaksanakan dibatasi : 1. Pembuatan perencanaan dan optimalisasi untuk Proyek Pemetaan Topografi Lokasi PT. Semen Indonesia Rembang yang dilaksanakan oleh PT. Multi Konsultindo Jaya. 2. Acuan (Bench Mark) yang digunakan dalam pembuatan optimalisasi adalah data rencana manual proyek sehingga dianggap sebagai biaya, sumber daya, dan waktu awal. 3. Analisis yang digunakan adalah Project Evaluation and Review Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM) dengan strategi optimalisasi Fast-Tracking dan penambahan sumber daya.
I.6. Tinjauan Pustaka Waas
(2004)
melakukan
simulasi
perencanaan
menggunakan
data
perencanaan PAP bagian Proyek Operasi Nasional Pertanahan yang dibuat oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Lombok Barat. Penelitian tersebut menghasilkan suatu model perencanaan proyek dengan umur rencana proyek 215 hari (sembilan bulan) atau lebih singkat satu bulan dari rencana awal yaitu sepuluh bulan. Total pembiayaan pada model yang dihasilkan adalah Rp. 21.595.000,00 lebih kecil dari total proyek pada rencana awal yaitu Rp. 21.750.000,00. WMN (2005) membandingkan program Microsoft Project dan Primavera Project dalam pengelolaan manajemen proyek. Dari hasil penelitian terlihat bahwa : 1. Program Microsoft Project lebih mudah dioperasikan dan mempunyai tampilan yang lebih baik dibandingkan dengan Primavera Project. 2. Program Primavera Project lebih baik dalam penugasan sumberdaya dan dapat menyimpan file secara otomatis sehingga file akan tersimpan otomatis jika terjadi gangguan. Kekurangannya adalah tidak adanya menu Undo sehingga harus berhati - hati dalam pengolahan data. Setiawan
(2009),
melakukan
rescheduling
waktu
pekerjaan
untuk
optimalisasi biaya pembangunan Rusunawa Siwalankerto Surabaya menggunakan
5
Microsoft Project. Jangka waktu pelaksanaan normalnya adalah 150 hari dengan biaya Rp. 2.257.349.995,45. Setelah melakukan rescheduling pada durasi kegiatan normal proyek, maka dapat diketahui durasi kegiatan normal baru menjadi 126 hari dengan penurunan biaya menjadi Rp. 2.257.280.301,00 dan jumlah sumber daya yang dibutuhkan mengalami peningkatan. Setelah melakukan pemampatan waktu, maka didapat waktu penyelesaian 114 hari dan jumlah sumber daya pada pekerjaan yang dipercepat menjadi bertambah 25,91% dengan penurunan biaya menjadi Rp. 2.253.082.717,00. Dengan melakukan dua alternatif percepatan durasi waktu kegiatan maka hasil yang digunakan yaitu waktu penyelesaian 114 hari dengan biaya Rp. 2.253.082.717,00. Karena alternatif ini mengalami penurunan biaya lebih besar, namun resiko keterlambatan penyelesaian dalam praktek operasionalnya cukup kecil, sehingga lebih menguntungkan dalam pengambilan kebijakan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini bertujuan untuk menyusun perencanaan awal menggunakan program Microsoft Project 2010 kemudian dilakukan optimalisasi perencanaan menggunakan metode Project Evaluation and Review Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM) dengan strategi Fast-Tracking dan penambahan sumber daya. Data yang digunakan adalah Proyek Pemetaan Topografi Lokasi PT. Semen Indonesia Rembang yang dilaksanakan oleh PT. Multi Konsultindo Jaya.
I.7. Landasan Teori
I.7.1. Survei Topografi Survei merupakan salah satu bagian dari ilmu di bidang geodesi. Menurut penyajian tujuan, cakupan, lingkup dan wahananya, survei digolongkan menjadi beberapa bagian, salah satunya adalah survei topografi. Survei topografi merupakan pemetaan permukaan bumi fisik dan kenampakan hasil budaya manusia. Unsur relief disajikan dalam bentuk garis kontur. Skala peta berkisar antara 1:500 sampai 1:2500 dengan interval garis kontur antara 0,25-100 meter (Basuki, 2006). Survei untuk penentuan posisi dari suatu titik di permukaan bumi dapat dilakukan secara terestris maupun ekstra-terestris. Survei topografi dilakukan dengan
6
cara pengukuran langsung di lapangan menggunakan alat tertentu, oleh karena itu dapat dikategorikan dalam survei teristris. Secara garis besar langkah-langkah survei teristris diuraikan seperti berikut (Basuki, 2006) : 1. Persiapan, yang meliputi untuk peralatan, perlengkapan, dan personil. 2. Survei pendahuluan, yaitu peninjauan lapangan secara keseluruhan sebelum pelaksanaan pengukuran. Hasil dari survei ini dapat digunakan untuk menentukan teknik pelaksanaan, alat ukur, dan posisi titik-titik kerangka peta yang akan digunakan dalam pengukuran. 3. Survei pengukuran, meliputi pengukuran menggunakan Global Positioning System (GPS), kerangka peta, pengukuran detil, dan pengukuran khusus apabila diperlukan. 4. Pengolahan data, terdiri dari perhitungan kerangka peta dan perhitungan detil. 5. Plotting atau penggambaran, meliputi plotting kerangka peta, detil, penarikan garis kontur, dan editing. Pengukuran yang terdapat pada proses survei topografi meliputi pengukuran GPS kerangka peta dan detil. Pengukuran GPS termasuk ke dalam survei ekstrateristris, GPS digunakan untuk mengikatkan kerangka peta yang akan dibuat dengan titik yang telah diketahui koordinatnya, atau dengan kata lain agar titik kerangka terreferensi. Pengukuran detil dapat dilakukan dengan metode takhimetri, sedangkan untuk pengukuran kerangka peta dapat menggunakan beberapa metode. Kerangka peta yang dikenal dalam bidang geodesi yaitu triangulasi, trilaterasi, rangkaian segitiga, jaringan segitiga, poligon atau traverse, pemotongan ke muka dan ke belakang (Basuki, 2006). Metode penentuan posisi terestris yang umum digunakan saat ini adalah metode poligon, metode pengikatan ke muka (Intersection), metode pengikatan ke belakang (Resection), atau kombinasi antara metode-metode tersebut (SNI, 2002). Karakteristik umum dari metode-metode ini diberikan secara skematis pada Gambar I.1.
7
Gambar I.1. Metode pengukuran teristris (SNI, 2002) Selain metode yang dijelaskan pada Gambar I.1 metode lain yang dapat dilakukan dalam penentuan posisi terestris, yaitu triangulasi, trilaterasi, dan triangulaterasi. Metode tersebut sudah jarang digunakan seiring berkembangnya metode pengukuran menggunakan teknologi satelit. I.7.1.1. Survey GPS; Metode poligon memerlukan titik ikat yang digunakan sebagai referensi. Titik ikat dapat diperoleh dengan melakukan pengikatan menggunakan alat Total Station atau dengan teknologi satelit. Teknologi satelit yang dimaksud adalah Global Positioning System (GPS) yang merupakan sistem navigasi dan penentuan posisi berbasis satelit yang dapat digunakan sekaligus dalam segala cuaca, serta didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti, dan juga informasi waktu, secara kontinyu di seluruh dunia (Wells et al., 1986 dikutip oleh Sunantyo, 1999). GPS terdiri atas tiga segmen utama, yaitu segmen angkasa (space segment) yang terdiri dari satelit-satelit GPS, segmen sistem kontrol (control system segment) yang terdiri dari stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen pemakai (user segment) yang terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah sinyal dan data GPS (SNI, 2002). Ketiga segmen GPS tersebut digambarkan pada Gambar I.2.
8
Gambar I.2. Segmen utama pada GPS (SNI, 2002) Konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi atau pengikatan ke belakang dengan jarak, yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan dilakukan dengan banyak metode. Gambar I.3 menunjukan bagan mengenai pembagian sistem dan metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pengukuran GPS.
Gambar I.3. Metode dan sistem pengukuran survei GPS (SNI, 2002) Pengukuran GPS dengan metode deferensial akan menghasilkan sebuah baseline apabila dilakukan pada saat epoch atau waktu yang sama. Baseline trivial
9
adalah baseline yang dapat diturunkan dari baseline lainnya dari satu sesi pengamatan. Baseline yang bukan trivial dinamakan baseline non-trivial atau baseline bebas, seandainya ada n receiver yang beroperasi secara simultan pada satu sesi pengamatan maka akan ada (n-1) baseline bebas yang boleh digunakan untuk perataan jaringan (SNI, 2002). Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan metode berdasarkan jumlah baseline dijelaskan pada Tabel I.1.
Tabel I.1. Perbandingan jumlah baseline bebas yang digunakan dalam pengukuran (SNI, 2002).
x x x x x x
4 baseline bebas. geometri untuk penentuan posisi relatif lebih lemah. ketelitian posisi yang diperoleh relatif akan lebih rendah. waktu pengumpulan dan pengolahan data relatif akan lebih cepat. jumlah receiver dan atau sesi pengamatan yang diperlukan relatif lebih sedikit. biaya untuk logistik, transportasi, dan akomodasi relatif akan lebih murah.
x x x x x x
10 baseline bebas. geometri untuk penentuan posisi relatif lebih kuat. ketelitian posisi yang diperoleh relatifakan lebih tinggi. waktu pengumpulan dan pengolahan data relatif akan lebih lambat jumlah receiver dan atau sesi pengamatan yang diperlukan relatif lebih banyak. biaya untuk logistik, transportasi, dan akomodasi relatif akan lebih mahal.
I.7.1.2. Poligon atau Traverse; Poligon merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembuatan kerangka peta. Pada pembuatan kerangka peta, koordinat yang dihasilkan akan digunakan sebagai acuan dalam tahap selanjutnya yaitu pengukuran detil. Oleh karena itu, kerangka peta harus mempunyai ketelitian tinggi. Poligon terdiri dari banyak jenis, pembagian jenis poligon berdasarkan kriteria tertentu yang antara lain adalah (Basuki, 2006): 1. Atas dasar titik terikat dibagi menjadi poligon terikat sempurna, terikat tidak sempurna, terikat sepihak, bebas atau tanpa ikatan. 2. Atas dasar bentuk dibagi menjadi poligon terbuka, tertutup, dan bercabang.
10
3. Atas dasar alat yang digunakan untuk pengukuran dibagi menjadi poligon teodolit dan poligon kompas. 4. Atas dasar penyelesaian dibagi menjadi poligon hitungan (numerik) dan poligon grafis. 5. Atas dasar tingkat ketelitian dibagi menjadi tingkat I, II, III, dan IV (rendah). 6. Atas dasar hirarki dalam pemetaan dibagi menjadi poligon utama dan poligon cabang atau anakan. Pengolahan kerangka kontrol peta menggunakan dasar perhitungan koordinat. Secara umum rumus perhitungan koordinat adalah sebagai berikut (Basuki, 2006).: Xn+1 = Xn + dn,n+1sinαn,n+1
........................................................................(1)
Yn+1 = Yn + dn,n+1sinαn,n+1
........................................................................(2)
dalam hal ini : Xn+1
= absis yang dicari.
Xn
= absis yang diketahui.
Yn+1
= ordinat yang dicari.
Yn
= ordinat yang diketahui.
dn,n+1
= jarak antara titik yang dicari dengan yang diketahui.
sinαn,n+1
= azimut antara titik yang dicari dengan yang diketahui.
Bentuk poligon yang sering digunakan adalah poligon terbuka, tertutup, dan kombinasi. Penggunaan bentuk poligon disesuaikan dengan area yang akan dipetakan. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang bentuk poligon : 1. Poligon terbuka. Poligon ini menggunakan titik awal dan titik akhir yang berbeda. Perhitungan poligon terbuka menggunakan formula yang sama dengan perhitungan koordinat Gambar I.4. merupakan contoh dari poligon terbuka.
11
Y
P α23
α12
α1
β1
βA
A
αBQ
α34 β2 2
1 d1'
β3 3
α4B β4 4
βB
B Q
d2'
d3'
d4'
d5'
XB
XA
X
Gambar I.4. Poligon terbuka (Basuki, 2006) Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi oleh sudut-sudut dalam poligon yang diukur, yaitu (Basuki, 2006): ∑β = (αakhir-αakhir) + n.180º
........................................................................(3)
dalam kenyataan, ∑β = (αakhir-αakhir) + n.180º±fα
............................................................(4)
dalam hal ini : β
= sudut ukuran.
α
= azimut.
n
= jumlah titik poligon.
Fα
= kesalahan penutup sudut.
Untuk menghilangkan kesalahan penutup sudut, maka nilai fα yang didapatkan harus dibagi ke masing-masing sudut ukuran menggunakan prinsip sama rata. Syarat kedua adalah : ∑dcosα = (Xawal-Xakhir)
........................................................................(5)
∑dsinα = (Yawal-Yakhir)
........................................................................(6)
dalam kenyataan, ∑dcosα = (Xawal-Xakhir) ±fx
........................................................................(7)
∑dsinα = (Yawal-Yakhir) ±fy
........................................................................(8)
݂݈ ൌ ඥ݂ ;ݔ ݂ ݕଶ
....................................................................................(9)
12
di mana : α
= azimuth.
X
= absis.
Y
= ordinat.
fx
= kesalahan penutup absis.
fy
= kesalahan penutup ordinat.
fl
= kesalahan penutup jarak poligon.
Kesalahan fx dan fy dikoreksikan pada setiap penambahan absis dan ordinat dengan perbandingan lurus jarak sisi poligonnya. 2. Poligon tertutup. Poligon ini paling banyak digunakan dalam pengukuran karena membutuhkan titik ikat yang lebih sedikit daripada poligon terbuka. Titik awal pada pengukuran sekaligus digunakan sebagai titik akhir poligon. Gambar I.5 merupakan ilustrasi penggunaan poligon tertutup.
B
2 1
α1
β1
β2
βB A
βA
β3 β5
3
β4
5 4
Gambar I.5. Poligon tertutup (Basuki, 2006) Perhitungan yang digunakan sama dengan formula (1) dan (2). Syarat yang harus dipenuhi adalah syarat sudut dan absis dengan formula sebagai berikut (Basuki, 2006): Syarat sudut ∑β = (n-2). 180º, untuk sudut dalam ..........................................................(10) ∑β = (n+2). 180º, untuk sudut luar ..........................................................(11)
13
Syarat absis ∑dcosα = 0
..............................................................................................(12)
∑dsinα = 0
..............................................................................................(13)
dalam hal ini : β
= sudut ukuran.
α
= azimut
d
= jarak antartitik.
N
= jumlah titik dalam poligon.
Kenyataan yang terjadi pada pengukuran poligon tertutup sama dengan poligon terbuka yaitu adanya fα, fx, fy dan diketahui fl. Oleh karena itu, kesalahan tersebut harus dikoreksi seperti yang telah dijelaskan pada poligon terbuka. I.7.1.3. Metode takhimetri; Metode ini juga disebut sebagai metode koordinat kutub yang digunakan dalam pengukuran detil. Jarak detil diukur dengan cara optis, beda tinggi ditentukan berdasarkan sudut vertikal atau sudut miring dan arah ditentukan dengan sudut horizontal. Arah dapat ditentukan dengan azimut atau dengan sudut horizontal dari sisi poligon tertentu (Basuki, 2006). Berikut formula yang digunakan dalam metode ini : d = AScos2h ..........................................................................................................(14) V = (1/2)ASsin2h
..............................................................................................(15)
Δh = t ± V-BT
..............................................................................................(16)
X2 = X1 + d12sin α12 ..............................................................................................(17) Y2 = Y1 + d12cos α12 ..............................................................................................(18) Z2 = Z1 + Δh12
..............................................................................................(19)
dalam hal ini : d
= Jarak datar.
V
= Jarak vertikal.
Δh
= Beda tinggi
A
= Konstanta pengali teropong.
h
= Helling.
S
= Selisih bacaan benang atas dan bawah.
t
= Tinggi alat ukur.
14
BT
= Bacaan benang bawah
X
= Absis.
Y
= Ordinat.
Z
= Tinggi.
I.7.1.4. Plotting atau Penggambaran; Proses penggambaran dilakukan secara digital dengan bantuan program komputer. Data hasil pengolahan direpresentasikan sebagai titik-titik yang mempunyai informasi koordinat (x, y, dan z). Penyajian unsur ketinggian yang menggambarkan topografi antara lain adalah garis kontur. Garis kontur merupakan garis yang menghubungkan titik yang mempunyai ketinggian yang sama. Sedangkan interval kontur merupakan selisih tinggi antara dua garis kontur yang berurutan. Garis kontur mempunyai beberapa sifat, antara lain (Basuki, 2006): x
Tidak berpotongan.
x
Tidak bercabang.
x
Tidak bersilangan.
x
Semakin jarang menunjukan daerah semakin datar.
x
Semakin rapat menunjukan daerah semakin curam.
x
Tidak berhenti di dalam peta. Besar interval kontur tergantung dari kebutuhan dan tujuan peta yang dibuat.
Secara umum interval kontur dapat menggunakan 1/2000 dari skala peta. Langkah terakhir dalam penggambaran adalah editing. Berikut beberapa pekerjaan dalam proses ini (Basuki, 2006): 1. Pemberian nama, seperti nama jalan, desa, bangunan, sungai, dan lain-lain. 2. Pembuatan simbol-simbol untuk detil atau obyek-obyek yang tertentu. 3. Keterangan tepi, yang berisi antara lain: x
Judul peta.
x
Skala peta dalam angka dan garis.
x
Arah orientasi.
x
Indeks dan nomor lembar.
x
Keterangan legenda.
x
Keterangan pembuat peta dan waktu pembuatannya.
15
x
Kolom pengesahan.
I.7.1.5. Pembuatan laporan; Pembuatan laporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan dari proyek atau dalam hal ini adalah pekerjaan pemetaan topografi. Laporan dibuat untuk memberikan informasi kepada pihak pemberi pekerjaan atau kegiatan tentang pekerjaan yang sedang berjalan. Pembuatan laporan dapat dilakukan oleh manajer dibantu oleh staff yang bersangkutan. Jenis laporan yang sering digunakan adalah pendahuluan saat pekerjaan pada mulai dilaksanaan dan laporan akhir pada saat pekerjaan telah selesai. Laporan antara diperlukan apabila pelaksanaan memerlukan waktu yang panjang misalkan lebih dari satu bulan, laporan ini dapat dibuat dengan sistem bulanan atau laporan tengah. Informasi dalam pekerjaan yang harus dilaporkan antara lain (Santosa, 2010) : x
Ringkasan mengenai status pekerjaan.
x
Bagian-bagian di mana koreksi telah atau perlu dilakukan.
x
Perubahan jadwal, ramalan mengenai jadwal dan biaya.
x
Kemungkinan masalah yang akan timbul, cara mengatasi, dan akibatnya.
x
Situasi biaya saat ini.
x
Rencana kerja dan keterbatasan yang ada.
I.7.2. Manajemen Proyek Soeharto (1995) dikutip oleh Waas (2002) menyatakan bahwa proyek didefinisikan sebagai kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas dan dimaksudkan untuk melaksanakan suatu tugas yang telah digariskan. Setiap proyek akan melewati tahap-tahap yang mempunyai pola tertentu. Pola tersebut yang dinamakan siklus hidup proyek. Secara garis besar tahap-tahap proyek dapat dibagi menjadi tahap konsepsi, perencanaan, eksekusi, dan operasi (Santosa, 2009). Secara grafis tahap-tahap yang dilalui suatu proyek bisa digambarkan dalam Gambar I.6.
16
Konsepsi
1. 2.
.
Inisiasi Analisis Kelayakan
Perencanaan
1. 2. 3. 4. 5.
Jadwal Anggaran Sumber Daya Resiko Staffing
Eksekusi
1. 2. 3. 4.
Laporan Status Perubahan Kualitas Forecasts
Operasi
1. 2. 3. 4.
Training Kustomer Transfer Dokumen Penugasan Kembali Staff Lesson Learned
Gambar I.6. Siklus hidup proyek (Santosa, 2009). Manajemen adalah suatu proses penggunaan manusia, uang dan peralatan, yang dituangkan dalam wadah tertentu untuk mencapai sasaran akhir dalam batasan waktu dan ruang, serta mengunakan metode dan sistematika dalam pencapaian efisiensi dan daya guna yang besar (Prijono, 1995). Jika dihubungkan dengan proyek,
maka
manajemen
proyek
dapat
dikatakan
sebagai
tata
cara
mengorganisasikan dan mengelola sumber penghasilan yang penting untuk menyelesaikan proyek dari awal sampai akhir proyek. Manajemen proyek dapat diterapkan pada proyek apapun dan dipakai secara luas untuk menyelesaikan proyek yang besar dan kompleks. Fokus utama manajemen proyek adalah pencapaian tujuan akhir proyek dengan segala batasan yang ada, waktu, dan biaya yang tersedia (Dimyati dan Nurjaman, 2014). Dalam proyek, proses manajemen dititik beratkan pada perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasannya. Proses tersebut merupakan satu kesatuan dalam suatu siklus manajemen (Prijono, 1995). I.7.2.1. Perencanaan; Salah satu unsur penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu proyek adalah pada saat penyusunan rencana. Sebenarnya perencanaan merupakan simulasi dari proyek. Disini dilakukan perincian tugas, jadwal dan pembiayaan. Kerangka acuan atau Term Of Reference (TOR) merupakan pedoman teknis yang harus diikuti dalam tahap perencanaan.
17
Banyak metode yang bisa digunakan dalam perencanaan, diantaranya adalah (Santosa, 2009) : 1. Work Breakdown Structure (WBS). Merupakan kegiatan menguraikan pekerjaan proyek menjadi pekerjaan-pekerjaan kecil yang secara operasional mudah dilaksanakan serta mudah diestimasi biaya dan waktu pelaksanaannya. Jika dalam dua tingkat pemecahan pekerjaan sudah cukup operasional, maka tidak perlu dipecah lagi menjadi pekerjaan yang lebih kecil. 2. Matriks Tanggung Jawab. Matriks ini digunakan untuk menentukan organisasi proyek, orang-orang dan tanggung jawabnya. 3. Gantt Chart. Digunakan untuk menunjukan jadwal induk proyek, dan jadwal pekerjaan secara detil. Gantt Chart dibuat menyusul selesainya pembuatan WBS. 4. Jaringan Kerja. Digunakan untuk memperlihatkan urutan pekerjaan, kapan dimulai, kapan selesai, kapan proyek secara keseluruhan selesai. I.7.2.2. Pelaksanaan; Tugas-tugas dalam pelaksanaan diharapkan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Karena pelaksanaan proyek berlangsung dalam situasi dan keadaan yang berubah-ubah atau dinamis, maka perencanaan harus disesuaikan dengan keadaan atau kondisi terkini. Kegiatan pelaksanaan harus disertai dengan kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh pelaksana atau sering disebut dengan pengendalian. I.7.2.3. Pengawasan; Menurut Reksohadiprojo (1984) dikutip oleh Waas (2002), pengawasan harus selalu dilakukan selama proyek dilaksanakan. Setiap kegiatan yang dilaksanakan harus diperiksa dan dicocokan dengan rencana yang telah dibuat. Demi berhasilnya pengawasan proyek, perlu disebarluaskan rencana yang telah dibuat, termasuk di dalamnya perincian kerja, diagram alir beserta unsur-unsurnya serta estimasi biaya untuk setiap kegiatan dalam pelaksanaan proyek. Apabila terjadi penyimpangan dari ketiga aspek ini maka perlu dilakukan tindakan.
18
I.7.3. Diagram Jaringan Kerja Penerapan Network Planning dalam penyelenggaran proyek menggunakan model yang disebut dengan Network Diagram yakni visualisasi proyek berupa diagram yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan dan terdiri dari peristiwa-peristiwa yang harus terjadi selama penyelenggaraan proyek. Penyusunan jaringan kerja (Network Planning) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (Mansyur, 2010) : 1. Model AOA (Activity On Arrow), aktivitas di dalam proyek dilambangkan dengan anak panah. Setiap lingkaran mengandung tiga informasi yaitu nomor aktivitas, Earliest Start Time (EST) yaitu waktu paling cepat untuk memulai aktivitas, Latest Start Time (LST) yaitu waktu paling lambat untuk memulai suatu aktivitas. Gambar I.7 menunjukan contoh model jaringan kerja AOA.
Gambar I.7. Permodelan Activity on Arrow (Mansyur, 2010). 2. Model AON (Activity On Node), aktivitas di dalam proyek dilambangkan dengan lingkaran. Setiap lingkaran mengandung enam informasi yaitu nomor aktivitas, Earliest Start Time (EST) yaitu durasi paling cepat untuk memulai aktivitas, Latest Start Time (LST) yaitu waktu paling lambat untuk memulai suatu aktivitas, Earlier Finish Time (EFT), dan Latest Finish Time (LST) seperti yang ditunjukan oleh Gambar I.8.
Gambar I.8. Permodelan Activity on Node (Mansyur, 2010).
19
Menurut Handoko (2000) dikutip oleh Dimyati dan Nurjaman (2014), manfaat Network Planning bagi suatu proyek antara lain : 1. Perencanaan suatu proyek yang kompleks. 2. Schedulling pekerjaan-pekerjaan sedemikian rupa dalam urutan yang praktis dan efisien. 3. Mengadakan pembagian kerja dan dana yang tersedia. 4. Schedulling ulang untuk mengatasi hambatan dan keterlambatan. 5. Menentukan trade off (kemungkinan pertukaran) antara waktu dan biaya. 6. Menentukan probabilitas penyelesaian suatu proyek. I.7.4. Strategi Optimalisasi Strategi optimalisasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah strategi atau proses untuk mendapatkan percepatan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan yang dianggap paling optimal dengan menggunakan berbagai alternatif penguraian durasi. Parameter yang digunakan adalah pembiayaan, sumber daya dan juga waktu yang diperlukan. Proses memperpendek waktu kegiatan dalam jaringan kerja untuk mengurangi waktu pada jalur kritis, sehingga waktu penyelesaian total dapat dikurangi disebut sebagai crashing proyek (Heizer dan Render, 2006 dikutip oleh Dannyanti, 2010). Penelitian ini menggunakan analisis Project Evaluation and Review Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM). Prinsip penyusunan jaringan kerja pada metode PERT dan CPM adalah sama, namun terdapat perbedaan mendasar antara keduanya, yaitu terletak pada konsep biaya yang dikandung CPM yang tidak ada di dalam metode PERT. Dalam pelaksanaan optimalisasi, langkah alternatif penguraian durasi disesuaikan dengan kemampuan dari pelaksana dan besar atau kecilnya proyek. Kondisi yang sering terjadi adalah keterbatasan sumber daya, sehingga perlu digunakan alternatif lain agar dapat menekan pembiayaan dan waktu penyelesaian tanpa mengubah kualitas hasil akhir dari proyek.
20
Berikut strategi yang digunakan untuk percepatan atau optimalisasi proyek (Mansyur, 2010): a. Kondisi sumber daya terbatas. x
Fast-Tracking (mengubah hubungan antartugas).
x
Rantai kritis.
x
Mengurangi cakupan proyek.
x
Mengkompromikan kualitas.
b. Kondisi tersedia sumber daya tambahan. x
Menambah sumber daya.
x
Outsourcing kerja proyek.
x
Penjadwalan lembur.
x
Lakukan dua kali-cepat dan benar.
I.7.4.1. Analisis Project Evaluation and Review Technique (PERT); PERT menggunakan konsep “probability”, sehingga terdapat tiga angka estimasi untuk suatu tugas, yaitu waktu optimistis, waktu pesimistis, dan waktu paling mungkin. PERT bukan hanya berguna untuk proyek-proyek raksasa yang memerlukan waktu tahunan dan ribuan pekerja, tetapi juga digunakan untuk memperbaiki efisiensi pengerjaan proyek-proyek segala ukuran (Handoko 1999, dikutip oleh Dannyanti, 2010). Penekanan diarahkan kepada usaha untuk mendapatkan kurun waktu yang paling baik dan akurat. Rumus yang digunakan dalam PERT adalah sebagai berikut : Te
= (a + 4m + b)/6
……………..............................................................(20)
keterangan : Te
= waktu yang diharapkan (expected return).
a
= waktu optimistik.
m
= waktu paling mungkin.
b
= waktu pesimistik. Menurut Santosa (2010), besarnya ketidakpastian tergantung pada besarnya
angka a dan b, dirumuskan sebagai berikut : S = (b - a)/6
..............................................................................................(21)
V(Te) = S2 =((b - a)/6)2
..................................................................................(22)
21
keterangan : S
= standar deviasi tugas.
V(Te)
= varians tugas.
Kemungkinan mencapai target jadwal dapat diketahui dengan menghubungkan antara waktu yang diharapkan (Te) dengan target T(d). Perhitungan ini menggunakan rumus : Z = ( T(d) – ∑Te )/S ..............................................................................................(23) keterangan : Z
= kemungkinan atau probabilitas pelaksanaan pada waktu target.
∑Te
= waktu yang diharapkan.
T(d)
= waktu yang ditargetkan.
S
= standar deviasi proyek. Langkah selanjutnya adalah dengan melihat hasil yang didapat dari Z pada
tabel Distribusi Normal Z. Tabel ini berisi persentase luasan yang berada di bawah garis normal yang terbagi berdasarkan standar deviasi tugas (Sugiyono, 2010). Hasil pembacaan
berupa
persentase
kemungkinan
atau
probabilitas
dari
waktu
penyelesaian proyek beserta dengan rentang variannya. I.7.4.2. Analisis Critical Path Method (CPM); CPM adalah sebuah metode yang dikembangkan oleh ahli matematika dan tim insinyur dari perusahaan DuPont yang bekerja sama dengan Rand Corporation dalam usahanya untuk mengembangkan sistem kontrol (Wahana Komputer Semarang, 2010). Perbedaan mendasar antara PERT dan CPM adalah dalam hal waktu. CPM dapat memperkirakan waku yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap tugas dan dapat menentukan prioritas tugas yang harus mendapatkan perhatian khusus agar proyek dapat selesai sesuai dengan waktu yang direncanakan. Bagian jaringan kerja pada CPM yang dapat digunakan untuk mengetahui umur proyek adalah jalur kritis. Jalur kritis (Critical Path) pada CPM adalah jalur terlama antara titik mulainya suatu proyek sampai dengan titik penyelesaian proyek. Teknik ini berguna untuk prosedur pengalokasian sumber daya dan penentuan mengenai kapan atau saat sumber daya tersebut diperlukan.
22
Menurut Dimyati dan Nurjaman (2014), perhitungan CPM menggunakan rumus sebagai berikut : EETj = (EETi + dij)max
..................................................................................(24)
LETj = (LETi + dij)min
..................................................................................(25)
dengan : EET
= Early Event Time.
LET
= Last Event Time.
d
= Duration.
i-j
= Tugas dalam proyek. EET didapatkan dengan sistem perhitungan maju, sedangkan LET didapatkan
dengan menggunakan sistem perhitungan mundur. Dalam CPM dikenal istilah Float untuk mendefinisikan sejumlah waktu yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian dan pemanfaatan sumber daya dalam proyek. Menurut Nurhayati (2010), terdapat beberapa jenis Float yaitu : a. Total Float (TF), merupakan besarnya tenggang waktu yang masih dimungkinkan untuk terjadinya keterlambatan dalam penyelesaian suatu tugas tanpa mempengaruhi waktu penyelesaian keseluruhan dari proyek. b. Free Float (FF), merupakan besarnya tenggang waktu yang masih dimungkinkan pada suatu tugas untuk dilakukan penundaan atau diperlambat tanpa mempengaruhi waktu dimulainya tugas berikutnya. c. Inteferentt Float (TF), adalah besarnya tenggang waktu yang masih dimungkinkan pada suatu tugas untuk dilakukan penundaan atau diperlambat saat kegiatan yang mendahului kegiatan tersebut telah selesai
pada
waktu
penyelesaian
paling
lambatnya
tanpa
mempengaruhi waktu mulai paling cepat dari kegiatan berikutnya. Perhitungan TF, FF, dan IF menggunakan rumus sebagai berikut (Nurhayati, 2010) : TF = LETj – dij – EETi
..................................................................................(26)
FF = EETj – dij – EETi
..................................................................................(27)
IF = TF – FF
..............................................................................................(28)
23
dengan : TF
= Total Float.
FF
= Free Float.
IF
= Inferent Float.
EET
= Early Event Time.
LET
= Last Event Time.
d
= Duration.
ij
= Tugas. Menurut Suharto (1995) dikutip oleh Dimyati dan Nurjaman (2014), cara
menentukan jalur kritis dalam suatu perencanaan jaringan kerja adalah sebagai berikut : a. Menghubungkan tugas-tugas kritis, yaitu kegiatan yang mempunyai Free Float dan Total Float sama dengan nol. b. Mencari jalur durasi total terpanjang. I.7.5. Analisis Biaya dan Sumber Daya Analisis biaya dan sumber daya bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui jumlah atau kuantitas biaya, tenaga kerja, peralatan, dan bahan yang digunakan setiap hari selama penyelenggaraan proyek. Di dalam suatu proyek terdapat suatu hubungan antara jumlah biaya dan jangka waktu keseluruhannya, seperti ditunjukan dalam Gambar I.9. Jika suatu proyek terus berjalan tanpa batas, maka biayanya akan meningkat. Demikian juga biaya akan meningkat apabila suatu proyek dipercepat. Sehingga dapat diketahui jangka waktu proyek yang mempertahankan seluruh proyek pada tingkat minimum (Martino, 1974 dikutip oleh Waas, 2010).
24
Jumlah Biaya Proyek
Di dalam waktu tertentu biaya dibuat sekecil-kecilnya
∞ Biaya meningkat bila proyek dipercepat
Biaya meningkat bila proyek diperpanjang
Jadwal Waktu Proyek a b Gambar I.9. Hubungan antara biaya dan jangka waktu dalam suatu proyek (Martino, 1974 dikutip oleh Waas, 2010)
Keterangan : a
= jangka waktu minimum penyelesaian proyek.
b
= jangka waktu proyek yang mempertahankan seluruh biaya proyek pada tingkat minimum. Percepatan umur proyek dilakukan dengan cara optimalisasi pada rencana
yang dibuat. Proses optimalisasi harus mempertimbangkan kondisi pelaksana kegiatan, antara lain adalah ketersediaan sumber daya. Strategi yang dapat dilakukan antara lain dengan Fast-Tracking untuk kondisi sumber daya yang terbatas dan penambahan sumber daya apabila tersedia sumber daya cadangan yang dapat diikutsertakan ke dalam proyek. I.7.6. Manajemen Proyek Pemetaan Topografi Manajemen proyek pada penelitian ini berfokus pada perencanaan. Pembuatan rencana diperlukan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam proyek. Metode perencanaan yang tepat akan menghasilkan sebuah rencana yang akurat, efektif, dan efisien. Tahap I.7.2.1 telah dijelaskan tentang metode perencanaan yang dapat dilakukan. I.7.6.1. Work Breakdown Structure (WBS); Metode ini dilakukan dengan cara membagi tugas-tugas utama dalam proyek pemetaan topografi menjadi sub-tugas yang lebih kecil lingkup tugasnya. Tabel I.2 menunjukan contoh penggunaan WBS dalam perencanaan pemetaan topografi.
25
Tabel I.2 WBS perencanaan proyek pemetaan topografi. WBS 1
Kegiatan Persiapan
1.1
Peralatan
1.1
Perlengkapan
1.1
Personel
2
Survei Pendahuluan
3
Survei Pengukuran 3.1 3.2
Pengukuran GPS Pengukuran Kerangka Peta
3.3
Pengukuran Detil
4.1
Pengolahan Data Perhitungan Kerangka Peta
4.2
Perhitungan Detil
5.1
Penggambaran Penggambaran Kerangka Petta
5.2
Penggambaran Detil
5.3
Pembuatan Kontur
5.4
Editing
4
5
Kegiatan utama pada proyek ini adalah persiapan, survei pendahuluan, survei pengukuran, pengolahan data, dan penggambaran. Tugas-tugas tersebut dibagi menjadi sub-tugas yang lebih kecil agar lebih mudah dipahami oleh pihak pelaksana proyek. I.7.6.2. Matriks tanggung jawab; Metode ini dilakukan untuk memberikan penugasan kepada setiap sumber daya yang terlibat dalam proyek pemetaan topografi. Setiap sumber daya mendapatkan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Contoh penggunaan matriks tanggung jawab pada pemetaan topografi ditunjukan pada Tabel I.3.
26
Tabel I.3. Matriks Tanggung Jawab proyek pemetaan topografi. Kegiatan
M
KL
S
AS
PU
PD
D
Persiapan Peralatan
A,R
S
Perlengkapan
A,R
S
Personel
A,R
S
Survei Pendahuluan
A,R
R,A
Pengukuran GPS
A
R,A
S
S
S
S
S
Pengukuran Kerangka Peta
A
R,A
S
S
S
S
S
Pengukuran Detil
A
R,A
S
S
S
S
S
Perhitungan Kerangka Peta
A
R,A
S
S
Perhitungan Detil
A
R,A
S
S
Penggambaran Kerangka Petta
A
R,A
S
S
Penggambaran Detil
A
R,A
S
S
Pembuatan Kontur
A
R,A
S
S
Editing
A
R,A
S
S
S
Survei Pengukuran
Pengolahan Data
Penggambaran
Di mana : M KL S AS PD PU D
: Manajer proyek. : Koordinator lapangan. : Surveyor : Asisten surveyor. : Penggolah data. : Pembantu ukur. : Driver
R S A N
: Responsible. : Support. : Approve. : Notice.
I.7.6.3. Gantt Chart; Gantt Chart menggambarkan hubungan antara kegiatan dengan waktu pelaksanaan. Metode ini tidak menunjukan keterkaitan antartugas dan bagaimana keterlambatan yang terjadi apabila suatu tugas mengalami kemunduran pelaksanaan. Tabel I.4 menunjukan contoh Gantt Chart pada proyek pemetaan topografi, satuan waktu yang digunakan adalah per minggu dan durasi dalam satuan hari.
27
Tabel I.4. Gantt Chart proyek pemetaan topografi No. 1
2 3
4
5
Kegiatan
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Persiapan
Peralatan Perlengkapan Personel Survei Pendahuluan Survei Pengukuran Pengukuran GPS Pengukuran Kerangka Peta Pengukuran Detil Pengolahan Data Perhitungan Kerangka Peta Perhitungan Detil Penggambaran Penggambaran Kerangka Peta Penggambaran Detil Pembuatan Kontur Editing
I.7.6.4. Jaringan kerja; Metode ini menggambarkan hubungan keterkaitan antara suatu kegiatan dengan kegiatan yang lain. Kegiatan didefinisikan sebagai kegiatan pendahulu (predecessor) dan yang mengikuti (successor). Keterlambatan pada predecessor akan mengakibatkan kemunduran pelaksanaan pada successor-nya. Contoh hubungan antartugas pada proyek topografi dapat digambarkan seperti pada Gambar I.10.
1
0 0
A 6
2
6 6
B 43
3
8 8
C 49
4
53 53
Gambar I.10. Jaringan kerja pemetaan topografi. Di mana : A : kegiatan persiapan. B : kegiatan pelaksanaan. C : kegiatan pemrosesan data. D : kegiatan pelaporan.
D 7
60 5 60
28
I.7.7. Microsoft Project 2010 Microsoft Project 2010 merupakan program yang diciptakan untuk menolong para pimpinan proyek atau site manajer dalam merencanakan suatu proyek. Microsoft Project 2010 bekerja berdasarkan prinsip-prinsip manajemen proyek metode PERT/CPM, sehingga memungkinkan dalam aplikasi yang lebih luas pada berbagai pelaksanaan proyek. Fitur khusus yang berguna untuk pengelolaan manajemen dalam Microsoft Project antara lain (Wahana Komputer Semarang, 2002 dikutip oleh MWN, 2005): x
Microsoft Project mengijinkan pemasangan prioritas pekerjaan antara satu sampai 1000.
x
Pengesetan kalender, termasuk waktu kerja untuk sebuah pekerjaan dapat dilakukan.
x
Dapat memberikan tanda kepada pemakai jika proyek selesai sesudah batas waktu yang ditentukan.
x
Menyediakan sumber daya berupa material.
x
Network Diagram View yang baru dan lengkap.
x
Pada Network Diagram, dapat diatur mengenai Outlining, seperti menyembunyikan Subtask dan memunculkan kembali, serta menampilkan hanya pekerjaan utama saja.
x
Diperkenalkan grup sumber daya dan grup pekerjaan yang lebih memudahkan pengontrolannya.
Dengan kemampuan–kemampuan yang dimiliki oleh Microsoft Project 2010 dapat dilakukan penanganan secara otomatis pada penjadwalan kegiatan, penanganan sumber daya, usaha–usaha peningkatan waktu penyelenggaraan proyek serta laporan–laporan mengenai kemajuan proyek.
29
I.8. Hipotesis Awal Hipotesis
dari
penelitian
ini
adalah
hasil
penyusunan
perencanaan
menggunakan Critical Path Method (CPM) dan Project Evaluation and Review Technique (PERT) pada Microsoft Project 2010 menghasilkan keluaran yang sama dengan versi manual dan hasil optimalisasi menggunakan strategi Fast-Tracking dan penambahan sumber daya mempunyai keluaran berupa biaya yang lebih rendah dan waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan perencanaan awal.