I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kegiatan usaha perbankan syariah pada dasarnya merupakan perluasan jasa perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan dan menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sistem bunga, melainkan atas dasar prinsip syariah sebagaimana digariskan syariah (hukum) Islam. Bank syariah dalam menjalankan operasinya tidak menggunakan sistem bunga sebagai dasar penentuan imbalan yang diterima atas pembiayaan yang diberikan dan atau pemberian imbalan atas dana masyarakat. Penentuan imbalan yang diinginkan dan yang akan diberikan tersebut semata-mata didasarkan pada prinsip syariah (Siamat. 2005). Pertumbuhan
perbankan
syariah
di
Indonesia
mengalami
perkembangan yang cukup signifikan dengan diberlakukanya Undangundang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan sebagai pengganti Undangundang No. 7 Tahun 1992. Dengan adanya Undang-undang ini, perbankan di Indonesia memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk berkembang, termasuk pemberian kesempatan bagi bank konvensional untuk membuka kantor yang melaksanakan operasional perbankan berdasarkan prinsip syariah. Bank Muamalat Indonesia adalah Bank umum syariah pertama yang berdiri di Indonesia berlandaskan sistem ekonomi Islam. Dengan adanya perkembangan perekonomian Islam di Indonesia persaingan dengan bank umum syariah lainnya merupakan tantangan bagi Bank Muamalat mempertahankan keunggulan disegala aspek. Untuk menghadapi kondisi tersebut Bank Muamalat dituntut untuk meningkatkan pengelolaan bank secara maksimal dan harus senantiasa menjaga kesehatan bank. Sesuai dengan SK Dir BI No 30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 suatu Bank dinyatakan sehat apabila memenuhi kriteria CAMELS dan sesuai dengan SE BI No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004, terhitung posisi akhir bulan Desember 2004 suatu bank dinyatakan sehat apabila memenuhi kriteria CAMELS (Capital, Asset Quality, Management,
Earning, Liquidity dan Sensitivibility). Dari sisi rasio keuangan kesehatan bank dapat diukur dari rasio permodalan (capital), rasio assets (assets quality), rasio laba (earning) dan rasio likuiditas (liquidity). Dalam penelitian ini Capital diwakili dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), Asset Quality diwakili dengan Non Performing Loan (NPL), Earning diwakili oleh Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Liquidity diwakili oleh Loan To Deposit Ratio (LDR). Management dan Sensitivibility tidak digunakan sebagai variabel dalam penelitian karena tidak terdapat rasio keuangan yang mewakili. Menurut ketentuan bank Indonesia, Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan perbandingan antara total biaya operasi dengan total pendapatan operasi. Efisien operasi dilakukan oleh bank dalam rangka untuk mengetahui apakah bank dalam operasinya yang berhubungan dengan usaha pokok bank, dilakukan dengan benar (sesuai dengan harapan pihak
manajemen
dan
pemegang
saham)
serta
digunakan
untuk
menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan berhasil guna. Dengan demikian efisiensi operasi suatu bank yang diproyeksikan dengan BOPO akan mempengaruhi kinerja bank tersebut. Tingkat BOPO pada Bank Muamalat Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. BOPO Bank Muamalat Indonesia Tahun 2010 Tahun 2010
BOPO
Kuartal 1
87,58%
Kuartal 2
90,52%
Kuartal 3
89,33%
Kuartal 4
87,38%
Sumber : Laporan Triwulan Bank Muamalat Indonesia, 2010 Bank dalam menjalankan operasinya tentunya tidak lepas dari berbagai macam risiko. Risiko usaha bank merupakan tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan diterima. Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio keuangan yang berkaitan dengan risiko kredit. Risiko kredit merupakan risiko dari kemungkinan terjadinya kerugian bank sebagai akibat
dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan bank kepada debitur. Tingkat NPL pada Bank Muamalat Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. NPL Bank Muamalat Indonesia Tahun 2010 Tahun 2010
NPL
Kuartal 1
6,59%
Kuartal 2k Kuartal 2
4,72%
Kuartal 3
4,20%
Kuartal 4
4,32%
Sumber : Laporan Triwulan Bank Muamalat Indonesia, 2010 Nilai NPL yang baik adalah kurang dari 5 persen, pada kuartal pertama tahun 2010 masih terdapat NPL yang lebih dari 5 persen yaitu 6,59 persen. Hal ini menunjukkan kredit atau pembiayaan yang bermasalah masih cukup besar, sehingga dana yang disalurkan kepada peminjam berkualitas rendah atau pelaku bisnis yang berisiko tinggi. Risiko yang tinggi akan mempengaruhi nilai NPL sebuah bank dan keputusan bank dalam mengelola pembiayaannya. Kredit atau pembiayaan yang disalurkan dapat dilihat melalui risiko Loan To Deposit Ratio (LDR). LDR menyatakan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, atau dengan kata lain, seberapa jauh pemberian pembiayaan kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang hendak menarik kembali dananya yang telah disalurkan oleh bank berupa pembiayaan. Tingkat LDR pada Bank Muamalat Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. LDR Bank Muamalat Indonesia Tahun 2010 Tahun 2010
LDR
Kuartal 1
99.47 %
Kuartal 2
99.68 %
Kuartal 3
103.71 %
Kuartal 4
91.52 %
Sumber : Laporan Triwulan Bank Muamalat Indonesia, 2010 LDR yang terlalu tinggi mengindikasikan bahwa dana yang disalurkan kepada masyarakat lebih besar daripada dana yang berhasil dihimpun dari pihak ketiga. Disatu sisi LDR yang tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut produktif
dan fungsi sebagai lembaga intermediasi berjalan dengan baik. Tetapi di sisi lain, LDR yang terlalu tinggi menunjukkan likuiditas yang rendah. Hal ini dikarenakan kurangnya ketersediaan dana cadangan untuk menutupi permintaan dana jika sewaktu-waktu nasabah ingin menarik simpanannya. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh manajemen dana yang belum efektif dalam hal pengalokasian dana. Pengalokasian dana harus diimbangi dengan modal yang cukup agar manajemen dana berjalan dengan baik. Pengelolaan modal ditunjukkan dengan Rasio Kecukupan Modal. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio, CAR) yang dicapai oleh Bank Muamalat Indonesia selalu berada diatas batas minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu 8 persen. Data rasio kecukupan modal Bank Muamalat Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Capital Adequacy Ratio Bank Muamalat Indonesia Tahun 2010 Tahun 2010
CAR
Kuartal 1
10.52 %
Kuartal 2
10.12 %
Kuartal 3
14.62 %
Kuartal 4
13.32 %
Sumber : Laporan Triwulan Bank Muamalat Indonesia, 2010 Selain memberikan jasa keuangan kepada masyarakat, Bank Muamalat memiliki tujuan fundamental yaitu memperoleh keuntungan secara optimal, dan untuk bersaing dengan bank-bank syariah lain maka bank Muamalat harus senantiasa menjaga kesehatan bank. Sebagai indikator untuk menilai kesehatan bank, penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Pengaruh Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Net Interest Margin (NIM) Pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.” Net Interest Margin (NIM) dipilih sebagai variabel dependen dengan alasan bahwa tingkat keuntungan bank akan tercapai apabila bank dapat melakukan tugas sebagai intermediasi (perantara) antara pemilik dana dan pemakai dana secara baik. Apabila bank telah melaksanakan tugasnya secara baik maka bank akan dapat memperoleh selisih positif pendapatan bunga yang disebut Net Interest Margin (NIM). NIM adalah selisih antara
Interest Income (pendapatan bunga) dengan Interest Expenses (Biaya Bunga). NIM menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit. Hal ini mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga (spread) dari kredit yang disalurkan. Sedangkan pemilihan BOPO, NPL, CAR dan LDR sebagai variabel independent penelitian karena sesuai dengan SK Dir BI No 30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 suatu Bank dinyatakan sehat apabila memenuhi kriteria CAMELS . 1.2. Perumusan Masalah Dalam menghadapi perubahan ekonomi yang sangat fluktuatif di Indonesia, lembaga keuangan dan pelaku ekonomi khususnya Bank Umum Syariah harus mengelola kegiatan bank terutama dalam hal pembiayaan. Pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat memiliki tingkat risiko yang beraneka ragam. Permasalahan yang terjadi pada Bank Muamalat Indonesia, Tbk terjadi ketidakstabilan nilai BOPO, NPL, CAR, LDR dan NIM. Sehingga kegiatan pembiayaan harus dikelola dengan baik dapat ditunjukkan dengan besarnya BOPO, NPL, CAR, LDR serta pengaruhnya terhadap rasio profitabilitas dalam hal ini adalah NIM. Fungsi Bank Muamalat Indonesia sebagai lembaga intermediasi menimbulkan kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan dalam kegiatan penyaluran dana. Pembiayaan yang semakin besar mengakibatkan potensi terjadinya risiko pembiayaan semakin tinggi. Hal ini karena pembiayaan merupakan salah satu aktivitas bisnis bank yang memiliki risiko besar dan signifikan. Dalam penelitian ini risiko pembiayaan ditunjukkan dalam Non Performing Loan (NPL). Untuk meminimalkan risiko maka harus dilakukan manajemen dana dengan baik, diantaranya dengan memperhatikan kecukupan modal, dalam hal ini rasio kecukupan modal ditunjukkan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Selain CAR tingkat likuiditas harus diperhatikan,
karena
sebagai
lembaga
kepercayaan
harus
mampu
menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana dan penyalur dana untuk memperoleh profit. Dalam penelitian ini likuiditas ditunjukkan dalam Loan To Deposit Ratio (LDR). Sebagai upaya untuk meningkatkan Profitabilitas,
dalam hal ini adalah Net Interest Margin (NIM), maka ketiga hal yaitu NPL, LDR dan CAR harus dikelola dengan baik. Tidak kalah pentingnya hal yang berpengaruh dalam peningkatan profitabilitas bank adalah BOPO. Semakin efektif beban operasional yang dikeluarkan maka profitabilitas bank akan semakin meningkat. Dari uraian diatas ada beberapa permasalahan yag akan dibahas antara lain : 1.
Bagaimana perkembangan Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR) dan Net Interest Margin (NIM) di PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk?
2.
Bagaimana pengaruh BOPO, NPL, CAR dan LDR terhadap NIM di PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk?
1.3. Tujuan 1. Mengetahui perkembangan Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR) dan Net Interest Marjin (NIM) di PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. 2. Menganalisa pengaruh BOPO, NPL, CAR dan LDR terhadap NIM di PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. 1.4.
Ruang Lingkup Pada penelitian ini membahas perkembangan Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR) serta pengaruhnya terhadap Net Interest Marjin (NIM). Penelitian ini berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk periode 2001 - 2010 dan Rasio Keuangan triwulan dari tahun 2001 sampai tahun 2010.