I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan infrastruktur transportasi jalan tol di Indonesia saat ini menjadi lebih berkembang, setelah diijinkannya perusahaan swasta atau badan usaha jalan tol untuk turut serta dalam pembangunan dan pengoperasian jalan tol selain yang dikerjakan sendiri oleh pemerintah. Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) adalah badan yang berwenang untuk melaksanakan sebagian penyelenggaraan jalan tol meliputi pengaturan, pengusahaan dan pengawasan Badan Usaha Jalan Tol. Keberadaan BPJT diamanatkan oleh Undang-undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan, diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2005 tentang Jalan Tol
dan
ditetapkan
melalui
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
No.295/PRT/M/2005 tentang Badan Pengatur Jalan Tol. Terkait dengan wewenang pengusahaan, BPJT berusaha mendorong keterlibatan Badan Usaha dan Pemerintah Daerah dalam percepatan pembangunan jalan tol. Peluang bisnis yang sarat dengan modal ini rupanya tidak membuat perusahaan swasta mundur karena mahalnya investasi, namun justru bersaing ketat, salah satunya adalah PT. JKL sebagai Badan Usaha Jalan Tol yang menguasai konsesi enam ruas tol di pulau jawa dengan total panjang ruas tol sekitar 300 kilometer. Perusahaan yang memiliki visi menjadi pengembang infrastruktur jalan tol terpadu yang pertama dan terbaik di Indonesia ini memiliki hak konsesi selama 35 tahun. Sebagai kompensasi atas hak konsesi yang didapat oleh PT. JKL, pada saat pengoperasian telah berjalan 35 tahun, maka PT. JKL harus menyerahkan asset dan pengelolaan kepada pemerintah, atau hal ini lebih dikenal dengan istilah BOT (Build, Operate, Transfer). Perusahaan ini memiliki misi untuk membangun jalan tol terbaik melalui penerapan teknologi yang inovatif, serta memadukannya dengan pengembangan wilayah di sekitarnya sehingga terjadi proses sinergi yang maksimal. Persaingan bisnis dalam era informasi telah mencapai tahapan kompetisi yang ketat, dimana sistem pengelolaan bisnis secara konvensional tidak lagi memadai (Marimin et.al. 2006). Menurut Gondodiyoto (2007) sistem informasi
2
terdiri dari berbagai komponen sumber daya informasi yang terintegrasi untuk menyajikan informasi guna mendukung operasi dan pengambilan keputusan manajemen dalam organisasi. Masih menurut Gondodiyoto (2007), sumber daya informasi terdiri dari hardware, software, facilities, database, information, information system expert dan user. Sebagai perusahaan swasta yang memiliki hak konsesi hanya 35 tahun, PT. JKL memperhitungkan untung dan rugi di dalam proyeksi investasi, biaya pembangunan, maupun biaya pengoperasiannya. Untuk menjaga agar tidak terjadi loss pada saat fase operasional PT. JKL menginvestasikan nilai yang cukup besar untuk sebuah sistem informasi peralatan tol. Pada umumnya transaksi pembayaran di gerbang tol dilakukan dengan cara konvensional, yaitu petugas di gardu gerbang tol atau yang dikenal dengan petugas pengumpul tol akan mentransaksikan kendaraan yang bertransaksi sesuai dengan pengamatan visual saja. Dengan metode ini terbuka peluang terjadinya human error pada saat pengamatan visual sehingga kendaraan yang bertransaksi melakukan pembayaran yang tidak seharusnya. Untuk pertama kalinya di bidang transaksi tol di Indonesia, PT. JKL mengimplementasikan
peralatan
transaksi
tol
yang
dapat
melakukan
pengklasifikasian secara otomatis terhadap kendaraan yang melakukan transaksi pembayaran di gardu gerbang tol yaitu dengan menggunakan alat yang dikenal dengan istilah AVC (Automatic Vehicle Classification). Dengan menggunakan AVC klasifikasi kendaraan yang bertransaksi serta tarif yang dikenakan saat transaksi akan diverifikasi dengan menggunakan komputer. Sehingga apabila terdapat human error maka akan dapat segera diketahui¸ petugas pengumpul tol tersebut dapat dimintai pertanggungjawabannya dan kerugian selanjutnya dapat dicegah. Equipment lain yang telah diinvestasikan untuk memperkecil potential loss selain menggunakan AVC,
PT. JKL juga mengimplementasikan ALB
(Automatic Line Barrier), OB (Optical Beam Sensor), aplikasi RIMS (Realtime Information Monitoring System), aplikasi PCS (Plaza Computer System) dan aplikasi pelaporan transaksi (STACS – Staf Computer System).
3
Secara garis besar bisnis proses dari Integrated Toll Collection System yang digunakan di PT. JKL terdiri dari front end dan back end. Front end terdiri dari proses pencatatan transaksi yang dilakukan oleh petugas pengumpul tol yang bertugas di Gardu Tol, yang diproses di sebuah TCT (Toll Collector Terminal) yang terhubung ke LCS (Lane Computer System). Sementara back end terdiri dari proses reporting yang ditangani oleh PCS (Plaza Computer System), proses monitoring transaksi dan monitoring peralatan dilakukan di sebuah komputer yang disebut RIMS (Realtime Information Monitoring System), dan proses pelaporan pertanggungjawaban transaksi dan catatan kejadian selama petugas pengumpul tol bertugas di gardu tol dilakukan di sebuah komputer yang disebut STACS (Staf Computer System). Untuk menjamin bahwa sistem informasi telah telah berjalan, diperlukan suatu pengukuran yang efektif dan efisien terhadap peningkatan bisnis perusahaan melalui struktur yang mengkolaborasikan proses-proses IT, sumberdaya IT dan informasi ke arah dan tujuan perusahaan, yaitu yang dikenal dengan IT governance. IT Governance memadukan best practices dari proses perencanaan, pengelolaan, penerapan, pelaksanaan, dan pendukung serta pengawasan kinerja TI, untuk memastikan informasi dan teknologi yang terkait lainnya benar-benar menjadi pendukung bagi pencapaian sasaran perusahaan (Gondodiyoto 2007). Dengan adanya IT governance proses bisnis perusahaan akan menjadi transparan, dapat dipertanggungjawabkan, dan akuntabilitas setiap fungsi atau individu menjadi semakin jelas. IT governance bukan hanya penting bagi personil IT saja, namun juga terutama untuk mereka pengambil keputusan yang bertanggung jawab dalam penentuan investasi dan pengelolaan resiko perusahaan (Gondodiyoto 2007). Untuk mengetahui kondisi tersebut maka diperlukan suatu uji terhadap IT environment yang sudah berjalan di PT. JKL. Di dalam dunia IT terdapat berbagai tools yang sudah siap digunakan saat ini. Tools tersebut dikembangkan dan distandarisasikan oleh berbagai badan di dunia. Standard tools tersebut dikembangkan sebagai framework yang disusun berdasarkan best pratices dari hasil riset serta pengalaman bertahun-tahun dalam kegiatan audit TI.
4
1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada latar belakang, tujuan penelitian ini adalah melakukan suatu pengukuran terhadap sistem informasi peralatan tol yang saat ini digunakan dengan
menggunakan framework COBIT. Dengan pengukuran
tersebut
diharapkan hasil dari penelitian ini adalah sebuah kesimpulan dan rekomendasi untuk peningkatan efisiensi dan efektifitas IT yang selaras dengan bisnis, dapat menjawab kebutuhan bisnis dan dapat membantu eksekutif untuk memahami dan mengelola investasi IT.
1.3 Perumusan Masalah Sesuai dengan rencana pembangunan dan pengoperasian ruas tol PT. JKL, antara tahun 2011 sampai dengan 2015, menurut rencana ada tiga ruas tol yang akan beroperasi lagi. Untuk kemudahan dalam proses manajemen informasi keempat ruas tol tersebut, harus diimplementasikan sistem informasi peralatan tol yang terintegrasi. Sistem informasi ruas tol yang saat ini telah digunakan, akan digunakan kembali untuk tiga ruas tol baru tersebut. Namun sebelum hal ini diputuskan, diperlukan suatu kajian mendalam mengenai : kesesuaian layanan IT yang tersedia dengan prioritas bisnis, optimalisasi pembiayaan IT dan penelitian untuk membuktikan bahwa sistem yang tersedia telah dapat digunakan oleh karyawan secara produktif. Oleh karena itu
diperlukan pengukuran terhadap
kinerja IT untuk mendeteksi permasalahan sebelum menjadi meluas dan membesar.
Pengawasan internal oleh manajemen terhadap IT harus berjalan
secara efektif dan efisien, keterkaitan kinerja IT dengan tujuan bisnis, kerahasiaan, integritas dan ketersediaan informasi dapat terjamin. 1.4 Ruang Lingkup Agar penelitian ini lebih fokus, penelitian dibatasi dengan cakupan sebagai berikut : 1. Evaluasi dilakukan hanya kepada sistem informasi peralatan tol yang telah digunakan oleh PT. JKL di salah satu ruas jalan tol yang telah beroperasi. 2. Untuk mendapatkan rekomendasi dan saran atas hasil evaluasi tersebut, maka digunakan domain Deliver and Support yang terdapat dalam framework COBIT.
5
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penilaian terhadap sistem informasi peralatan tol yang telah digunakan di PT. JKL, agar dapat diambil suatu tindakan koreksi atas kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan dalam penelitian ini yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas IT agar selaras dengan bisnis, dapat menjawab kebutuhan bisnis dan membantu eksekutif untuk memahami dan mengelola investasi IT. Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan dan penerapan IT governance di Indonesia dan dapat digunakan sebagai percontohan evaluasi sistem informasi peralatan tol di ruas tol lainnya.
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penelitian ini adalah sebagai berikut : I
PENDAHULUAN, yang berisi latar belakang, tujuan penelitian, perumusan masalah, ruang lingkup, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
II
TINJAUAN PUSTAKA, yang akan membahas teori yang digunakan sebagai dasar penelitian ini.
III
METODOLOGI PENELITIAN, mencakup kerangka penelitian, prosedur penelitian, alat bantu, serta data yang dibutuhkan.
IV
HASIL dan PEMBAHASAN, menguraikan tahapan-tahapan pelaksanaan evaluasi terhadap sistem informasi peralatan tol.
V
KESIMPULAN dan SARAN, memuat kesimpulan penelitian dan saransaran untuk kajian lebih lanjut.