I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) dan berdasarkan habitatnya di laut secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu jenis ikan pelagis dan ikan demersal. Ikan pelagis adalah kelompok ikan yang berada pada lapisan permukaan hingga kolom air dan mempunyai ciri khas utama, yaitu dalam beraktivitas selalu membentuk gerombolan (schooling) dan melakukan migrasi untuk berbagai kebutuhan hidupnya. Ikan pelagis berdasarkan ukurannya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu ikan pelagis besar, misalnya jenis ikan tuna, cakalang, tongkol, dan lain-lain, serta ikan pelagis kecil, misalnya ikan layang, teri, kembung, dan lain-lain. Penggolongan ini lebih dimaksudkan untuk memudahkan dalam pemanfaatan dan pengelolaan, karena karakter aktivitas yang berbeda kedua kelompok jenis ikan tersebut (Nelwan 2004). Ikan tongkol (Auxis thazard) merupakan pelagis besar yang melakukan migrasi melalui perairan Samudera Hindia untuk mencari makanan dan suhu yang lebih hangat. Populasi ikan tongkol di perairan selatan Kabupaten Garut selalu ada sepanjang tahun karena tersedianya sumberdaya makanan yang cukup. Dalam rantai makanannya, makanan ikan tongkol adalah teri dan cumi-cumi (Widajanti et al. 2004). Perikanan termasuk dalam kegiatan ekonomi yang tidak biasa, tidak seorang pun dapat memprediksi produksi dari hasil perikanan karena merupakan kegiatan
yang
ketidakpastian.
kompleks,
sehingga
sistem
perikanan
berada
dibawah
Menurut Charles (2001), terdapat dua sumber ketidakpastian
dalam sistem perikanan yaitu sumber yang bersifat alami dan sumber yang berasal dari manusia dan manajemen. Ikan tongkol memiliki nilai ekonomis penting dan dominan di perairan selatan Kabupaten Garut dan dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Namun, sumber daya perikanan dan kelautan sangat kompleks, dimana sifat dari sumber daya yang sangat fugitive resource (sumber daya yang bergerak terus), kompleksitas biologi dan fisik
2 perairan, serta hak kepemilikan (common property resource), sehingga interaksi dari berbagai faktor tersebut berakibat pada kemungkinan terjadinya penangkapan ikan yang berlebihan, menurunya stok sumber daya, kerusakan ekologi, yang kemudian sangat berpengaruh terhadap kehidupan nelayan (Sinulingga 2009). Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha (3.065,19 km2) dengan batas wilayah bagian selatan yaitu Samudera Hindia. Panjang pantai Kabupaten Garut ± 80 km yang terbentang di 7 (tujuh) wilayah kecamatan.
Pantai selatan Kabupaten Garut memiliki potensi berupa Zona
Ekonomi Ekslusir (ZEE) 200 mil laut dengan luas areal penangkapan ± 28.560 km2 dan diestimasi memiliki potensi lestari (MSY) sebesar 166.667 ton/tahun. Sementara untuk zona teritorial (12 mil laut) memiliki potensi sebesar 10.000 ton/tahun. Sampai saat ini nelayan Kabupaten Garut baru memanfaatkan zona teritorial dengan hasil tangkapan mencapai 4,994,16 ton (atau sekitar 49,94% dari potensi yang ada). Hal ini disebabkan karena armada penangkapan yang dimiliki saat ini baru berupa perahu/kapal ukuran kecil (5-10 GT). Potensi perikanan yang umumnya ditangkap di perairan selatan Kabupaten Garut diantaranya adalah tuna, tongkol, cakalang, cumi-cumi, layur, kakap, bawal hitam, kerapu, baronang, cucut botol, lobster dan ikan hias. Ikan tongkol merupakan salah satu ikan ekonomis penting yang dominan tertangkap oleh nelayan dan dikonsumsi oleh masyarakat pesisir setempat. Hasil tangkapan ikan tongkol yang didaratkan di PPI/TPI Cilauteureun Kabupaten Garut mengalami fluktuasi setiap waktu. Hal tersebut dikarenakan faktor-faktor alam (natural risk) diantaranya musim angin barat yang sering berlangsung secara tidak menentu, serta teknologi, sarana dan prasarana yang dimiliki nelayan setempat yang belum memadai untuk kegiatan penangkapan (resiko dari manusia).
Adanya berbagai ketidakpastian dalam sebuah sistem
perikanan tersebut mengakibatkan pentingnya kajian mengenai ketidakpastian yang biasanya terjadi dalam perikanan dan pengelolaannya sebagai upaya mengoptimalisasi
kegiatan
perikanan
agar
dapat
menunjang
kehidupan
masyarakat nelayan serta tetap menjaga kelestarian dari sumberdaya ikan yang dimanfaatkan agar keseimbangan ekosistem juga dapat terjaga.
3 1.2. Perumusan Masalah Sinulingga (2009) menyatakan bahwa terdapat beberapa sifat dan permasalahan dalam sumber daya perikanan dan kelautan yang dapat berpengaruh terhadap bagaimana mengelola sumber daya tersebut agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Pertama, kondisi kepemilikan yang bersifat common property. Kedua, ketidakpastian hasil tangkapan dan tergantung pada fluktuasi musim. Salah satu ciri nelayan adalah tidak menentunya hasil tangkapan perharinya dan berhadapan dengan sumber daya yang tidak kelihatan. Kondisi ketidakpastian hidup senantiasa membayangi kehidupan nelayan. Ketiga, sifat sumber daya tersebut yang dinamis (bergerak) dan lemahnya data hasil tangkapan. Saat ini pertumbuhan manusia dan kemajuan teknologi penangkapan ikan menyebabkan tingkat eksploitasi yang semakin meningkat. Pada sisi lain, daya dukung lingkungan termasuk sumberdaya ikan mempunyai keterbatasan. Namun, di Kabupaten Garut Selatan ini masih memiliki potensi yang besar dan belum termanfaatkan. Tingginya potensi perikanan yang dimiliki perairan Kabupaten Garut diantaranya sumberdaya ikan tongkol (Auxis thazard) belum termanfaatkan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan nelayan.
Selain itu data hasil
tangkapan yang diberikan juga terkadang tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Minimnya sarana dan teknologi yang dimiliki nelayan untuk menangkap ikan sehingga mengakibatkan sulitnya mengoptimalkan kegiatan penangkapan. Berdasarkan kenyataan tersebut, adapun perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini diantaranya yaitu : 1. Bagaimana hasil tangkapan dan nilai produksi sumberdaya ikan tongkol (Auxis thazard) di PPI/TPI Cilauteureun dan daerah tangkapannya? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpastian hasil tangkapan dan produksi ikan tongkol di PPI/TPI Cilauteureun?
1.3. Kerangka Pemikiran Perairan Selatan Kabupaten Garut memiliki sumberdaya perikanan dan kelautan yang masih melimpah. Sumberdaya perikanan dominan di perairan selatan Garut diantaranya adalah ikan tongkol dan ikan layur. Kekayaan sumberdaya tersebut mengakibatkan terjadinya suatu kegiatan perikanan tangkap
4 yang dilakukan oleh nelayan penduduk setempat bahkan nelayan pendatang dari luar wilayah Kabupaten Garut. Kegiatan penangkapan ikan tongkol dilakukan dengan menggunakan alat tangkap jaring dan pancing. Alat tangkap terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan nelayan, alat tangkap tersebut terbagi dalam jenis modern dan tradisional. Perbedaan tersebut akan menghasilkan fluktuasi jumlah produksi (hasil tangkapan) yang diperoleh. Produksi dari sumberdaya ikan tongkol yang tertangkap dalam kegiatan penangkapan akan memiliki suatu nilai atau harga. Harga tersebut cenderung akan selalu berubah setiap waktu mengikuti perubahan hasil tangkapan dari sumberdaya ikan tongkol yang diperoleh. Ketidakpastian terbesar yang terjadi terhadap kegiatan perikanan di Garut diantaranya fluktuasi hasil tangkapan ikan tongkol beserta harga dari ikan tongkol tersebut.
Pentingnya mengetahui seberapa tinggi fluktuasi yang terjadi serta
seberapa besar ketidakpastian terhadap kegiatan perikanan adalah untuk dapat meminimalisir resiko dari suatu kegiatan penangkapan ataupun melakukan pengoptimalan produksi sumberdaya perikanan. Peramalan terhadap suatu nilai ketidakpastian yang terjadi dapat digunakan untuk dasar srategi pengelolaan perikanan yang diharapkan dapat menunjang keberlanjutan sumberdaya ikan tongkol di Kabupaten Garut. Secara skematis kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
5 TPI Cilauteureun, Pameungpeuk, Garut
Potensi Sumberdaya Ikan Tongkol
Kegiatan Perikanan Tangkap
Sumber dari alam [Pertumbuhan, Stok, Fishing ground]
Sumber dari manusia [Teknologi, Harga, Alat tangkap] Keberlanjutan
Ketidakpastian Perikanan (Uncertainty)
Fishing Ground
Pertumbuhan
Deskriptif Kualitatif
Analsis Hubungan Panjang Berat
Upaya Pengeloloaan Perikanan
Harga
Hasil Tangkapan
Simulasi Monte Carlo
Mengelola Resiko
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui wilayah sebaran yang menjadi daerah penangkapan (fishing ground) sumberdaya ikan tongkol (Auxis thazard) di perairan laut Pameungpeuk.
6 2. Mengetahui hasil tangkapan dan harga sumberdaya ikan tongkol (Auxis thazard) dalam menunjang kebutuhan masyarakat setempat pada setiap harinya. 3. Mengetahui ketidakpastian hasil tangkapan dan harga ikan tongkol (Auxis thazard) di PPI/TPI Cilauteureun.
1.5. Manfaat Tulisan dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak terkait dalam menentukan alternatif kebijakan pengelolaan perikanan di Kabupaten Garut, serta sebagai bahan masukan untuk mengoptimalkan kegiatan perikanan di Kabupaten Garut.