I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk menopang pembangunan pertanian di Indonesia adalah subsektor peternakan. Di Indonesia kebutuhan akan bahan makanan asal hewan dari hari ke hari terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat gizi bagi kehidupan manusia. Daging, telur dan susu merupakan bahan pangan hewani berkualitas tinggi karena mengandung protein yang tersusun dari asam amino essensial yaitu asam amino yang tidak dapat dibuat oleh tubuh atau pun digantikan oleh sumber makanan lain seperti sayur-sayuran, biji-bijian dan buah-buahan (protein nabati). Selain itu protein hewani mempunyai peranan untuk membangun tubuh dan fungsi susunan syaraf serta menggantikan bagian-bagian tubuh yang rusak. Mengkonsumsi cukup protein hewani dapat meningkatkan produktivitas kerja, konsentrasi berpikir dan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Umumnya orang yang mendapatkan makanan berprotein tinggi dalam berbagai variasi makanannya akan memperlihatkan pertumbuhan yang cepat, daya tahan yang kuat dan cerdas dibandingkan dengan orang yang mengkonsumsi makanan rendah protein hewani. Sebaliknya orang yang mengkonsumsi makanan rendah protein asal hewan cenderung mengalami daya tahan tubuh yang rendah. Rata-rata konsumsi protein di Indonesia masih kurang dibandingkan dengan negara lain di Asia, sesuai kebutuhan konsumsi standard WHO sekitar 12 gram per kapita per hari. Di Indonesia rata-rata konsumsi protein baru mencapai 4,08 gram/kapita/hari pada tahun 2001 dari target 7 gram/kapita/hari. Peranan sub sektor peternakan sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya dalam penyediaan pangan bergizi yang berasal dari hewan ternak. Bertambahnya jumlah penduduk Indonesia di satu sisi akan menyebabkan peningkatan kebutuhan makanan, terutama daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Daging ayam broiler merupakan salah satu daging ayam yang menjadi pilihan utama oleh masyarakat Indonesia untuk dikonsumsi. Hal ini dikarenakan daging ayam broiler memiliki kandungan gizi yang baik, terutama kandungan
protein dan kadar air yang tinggi serta kadar lemak dan kolesterol yang rendah dibanding dengan daging dari jenis ternak yang lain. Perbandingan beberapa kandungan nutrisi berbagai macam ternak dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Kandungan Gizi pada Beberapa Jenis Daging Jenis Daging
Protein (%) Air (%)
Lemak (%)
Kolesterol (mg)
Ayam
23.40
73.70
1.90
60
Kambing
19.50
71.50
7.50
70
Sapi
21.50
69.50
7.50
-
Babi
19.50
69.50
9.50
70
Balai Besar Industri Hasil Pertanian,2000 dalam Trobos, edisi Desember 2003 Industri ayam broiler di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat baik, walaupun sempat diperkirakan industri ayam broiler akan mengalami kelumpuhan akibat dari kasus flu burung yang menyerang unggas di Indonesia, ternyata berkat kerja sama antar semua pihak baik dari lingkungan pemerintah, perusahaan peternakan dan masyarakat kasus ini dapat diatasi dengan baik. Kasus flu burung yang terjadi pada tahun 2004 mengakibatkan masyarakat takut mengkonsumsi ayam broiler sehingga konsumsi daging ayam broiler pada tahun 2004 mengalami penurunan. Akibat dari konsumsi terhadap daging ayam broiler menurun maka populasi ayam broiler pada tahun 2004 mengalami penurunan. Perkembangan populasi ayam broiler di Indonesia serta perbandingan populasi beberapa jenis unggas di Indonesia dapat di lihat pada Tabel 2. Tabel 2. Populasi Unggas di Indonesia Tahun 2003 – 2007 (dalam ribu ekor) No Jenis Unggas
Tahun 2003
2004
2005
2006
2007
1
Ayam Broiler
847.743
778.969
811.188
797.527
920.851
2
Ayam Buras
277.357
276.989
278.953
291.085
317.420
3
Ayam Petelur
79.206
93.415
84.790
100.201
106.941
4
Itik
33.862
32.572
32.405
32.480
34.093
Sumber : Buku Statistik Peternakan (2007)
2
Berdasarkan Tabel 2 dapat di lihat bahwa populasi unggas selama lima tahun (2003-2007) cenderung meningkat, jumlah populasi unggas yang paling besar adalah populasi ayam broiler. Pertumbuhan populasi ayam broiler meningkat paling cepat dibanding unggas lain, pada tahun 2007 terjadi peningkatan populasi ayam broiler sebanyak 123.324.000 ekor atau kenaikan populasi sebesar 15.46 % dari tahun sebelumnya. Dengan meningkatnya jumlah populasi unggas di Indonesia, maka jumlah produksi daging unggas di Indonesia mengalami peningkatan. Perkembangan produksi daging unggas di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Produksi daging Unggas di Indonesia Tahun 2003 – 2007 (ton) No Jenis Unggas
Tahun 2003
2004
2005
2006
2007
1
Ayam Broiler
771.112
846.097
779.108
861.263
918.479
2
Ayam Buras
298.516
296.421
301.427
341.254
349.020
3
Ayam Petelur
48.146
48.376
45.193
57.631
63.471
4
Itik
21.249
22.211
21.351
24.531
25.264
Sumber : Buku Statistik Peternakan (2007)
Di wilayah Jawa Barat, jumlah populasi ayam broiler mengalami perkembangan yang cenderung meningkat. Wilayah Jawa Barat merupakan daerah penghasil daging ayam broiler terbesar di Indonesia. Hal ini didukung oleh kondisi lingkungan Jawa Barat yang sesuai untuk budidaya ayam broiler. Selain itu didukung juga oleh adanya perusahaan pakan dan pembibitan ayam di Jawa Barat, sehingga memudahkan peternak dalam proses budidaya ayam broiler. Wilayah Jawa Barat menjadi salah satu daerah yang memiliki populasi unggas terbesar di Indonesia karena selain untuk memenuhi kebutuhan daging untuk wilayah Jawa Barat juga merupakan penyuplai daging untuk kebutuhan masyarakat Jakarta. Perkembangan populasi ayam broiler serta unggas lainnya di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4.
3
Tabel 4. Populasi Unggas di Jawa Barat Tahun 2003 – 2007 (dalam ribu ekor) No Jenis Unggas Tahun 2003
2004
1
Ayam Broiler
296.160
2
Ayam Buras
31.294
30.779
3
Ayam Petelur
8.446
4
Itik
4.952
2005
328.015 352.434
2006
2007
343.954
369.121
30.989
29.319
31.354
9.720
10.169
10.351
10.375
4.880
5.305
5.296
5.442
Sumber : Buku Statistik Peternakan (2007)
Populasi ayam broiler di Jawa Barat mengalami peningkatan. Pada Tabel 4 dapat di lihat populasi ayam broiler dari tahun 2003 hingga tahun 2007 cenderung meningkat. Peningkatan populasi ayam broiler yang paling tinggi terjadi pada tahun 2007, sebesar 25.167.000 ekor atau meningkat 7.3% dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan populasi unggas yang ada di Jawa Barat, khususnya ayam broiler akan menyebabkan peningkatan produksi daging ayam broiler di Jawa Barat. Produksi daging unggas di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Produksi Daging Unggas di Jawa Barat Tahun 2003 – 2007 (ton) No Jenis Unggas
Tahun 2003
2004
1
Ayam Broiler
242.990
2
Ayam Buras
28.969
28.492
3
Ayam Petelur
4.521
4
Itik
3.102
2005
263.397 259.749
2006
2007
276.195
291.719
28.687
27.140
27.683
5.203
5.443
5.541
5.652
3.057
3.323
3.318
3.384
Sumber : Buku Statistik Peternakan (2007) Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa produksi daging ayam broiler, daging ayam petelur dan daging itik cenderung mengalami peningkatan. Sebaliknya produksi daging ayam buras cenderung mengalami penurunan. Produksi daging unggas yang paling besar di Jawa Barat adalah daging ayam broiler dan yang paling sedikit adalah daging itik. Produksi daging ayam broiler dari tahun 2003 – 2007 mengalami peningkatan sebanyak 48.729.000 kg atau meningkat sebesar 20.05%.
4
Berkembangnya industri ayam broiler tidak terlepas dari meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pemenuhan gizi protein hewani, hal ini dapat dibuktikan dengan naiknya tingkat konsumsi daging ayam. Pada tahun 2005 ratarata konsumsi daging ayam orang Indonesia sebesar 5,18 kg/ kapita/ tahun, atau meningkat sebesar 29.5% dari rata-rata nasional konsumsi daging ayam orang Indonesia pada tahun 2001 sebesar 4,00 kg/ kapita/ tahun (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Berdasarkan beberapa keunggulan yang dimiliki oleh industri ayam broiler, serta dengan meningkatnya tingkat konsumsi daging orang Indonesia menyebabkan usaha ayam broiler menjadi daya tarik bagi peternak atau perusahaan untuk usaha di industri ayam. Salah satu perusahan yang tertarik usaha di industri ayam broiler adalah perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF). 1.2. Perumusan Masalah Tunas Mekar Farm (TMF) merupakan perusahaan perseorangan yang bergerak di bidang budidaya serta penjualan ayam hidup yang terdapat di wilayah Bogor. TMF dipilh sebagai tempat penelitian karena perusahaan ini bergerak di sektor penjualan ayam hidup serta merupakan salah satu perusahaan yang memiliki perkembangan yang cukup baik dalam industri ayam broiler di daerah Bogor. Perusahaan TMF membagi konsumennya menjadi dua, yaitu konsumen tetap dan tidak tetap. Konsumen tetap yaitu konsumen yang melakukan pemesanan secara kontinyu, sedangkan konsumen tidak tetap yaitu konsumen yang tidak melakukan pemesanan secara kontinyu. Konsumen tetap cenderung memesan ayam broiler dengan ukuran dan jumlah ayam yang sama, sedangkan untuk konsumen tidak tetap memesan ayam broiler dengan berbagai macam ukuran dan jumlah kiloan ayam. Permintaan konsumen tersebut tidak konstan atau selalu berubah, karena dipengaruhi oleh perubahan kondisi lingkungan, misalkan perubahan harga, selera masyarakat dan pendapatan masyakat, sehingga penjualan perusahaan selalu berubah-ubah. Ayam broiler hidup merupakan komoditas pertanian yang memiliki sifat tidak tahan lama untuk di jual, sehingga fluktuasi harga yang terjadi pada ayam broiler hidup cukup tinggi. Periode waktu penjualan ayam broiler hidup sekitar
5
lima hari setelah panen di mulai, hal ini menyebabkan tekanan terhadap harga jual cukup kuat sehingga jika ukuran ayam terlalu besar akan lebih sulit untuk di jual. Untuk lebih jelasnya perkembangan penjualan ayam perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6. Perkembangan Penjualan Ayam Broiler pada Perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) dari tahun 2006 – 2009 (dalam Kg) Bulan
Tahun 2006
2007
2008
2009
Januari
590.568
830.187
586.879
736.847
Februari
724.755
631.393
592.847
744.656
Maret
767.706
727.648
769.898
859.674
April
734.367
655.267
702.246
805.745
Mei
739.185
729.272
926.561
986.547
Juni
847.996
778.914
829.655
847.658
Juli
629.937
681.061
861.882
887.682
Agustus
635.577
816.447
879.627
898.675
September
735.014
742.489
791.379
798.768
Oktober
627.299
679.929
868.278
913.850
November
786.500
598.778
754.163
824.866
Desember
642.644
634.098
938.229
998.768
Sumber : Tunas Mekar Farm, 2010.
Perubahan permintaan daging ayam broiler pada suatu perusahaan merupakan hal yang umum terjadi. Perubahaan permintaan ini terjadi karena konsumsi masyarakat yang berubah, fluktuasi harga yang terjadi pada ayam broiler serta tingkat persediaan (stock) yang dimiliki oleh perusahaan dalam industri ayam broiler. Ketiga faktor ini merupakah hal yang paling utama yang dapat mempengaruhi penjualan ayam broiler suatu perusahaan. Tingkat persediaan (stock) merupakan satu faktor yang dapat diatur oleh perusahaan, sedangkan fluktuasi harga dan perubahan konsumsi masyarakat merupakan faktor yang tidak dapat diatur oleh perusahaan. Oleh karena itu untuk mengantisipasi fluktuasi harga dan permintaan masyarakat terhadap ayam broiler yang selalu berubah, maka salah satu tindakan
6
yang dapat dilakukan perusahaan adalah perusahaan perlu melakukan peramalan penjualan. Peramalan penjualan ini diperlukan perusahaan karena selama ini perusahaan belum melakukan peramalan secara kuantitatif, sehingga kebijakan yang dilakukan perusahaan hanya berdasarkan intuisi dan pengalaman pemilik perusahaan. Selain itu peramalan kuantitatif yang akan dilakukan ini dapat dijadikan landasan umum bagi perusahaan dalam menghadapi berfluktuasinya harga daging ayam serta permintaan daging ayam yang terjadi di Tunas Mekar Farm. Berfluktuasinya harga ayam yang terjadi di Tunas Mekar Farm (TMF) dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah penawaran ayam broiler yang dimiliki oleh Tunas Mekat Farm dan harga yang berlaku di Tunas Mekar Farm (TMF). Harga rata-rata ayam broiler Tunas Mekar Farm (TMF) dari tahun 2006 -2008 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Harga Rata-Rata Ayam Broiler pada Perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) dari Tahun 2006-2009
(dalam Rupiah)
Bulan
Tahun 2006
2007
2008
2009
Januari
7.699
5.771
9.246
12.120
Februari
7.510
6.349
10.322
12.984
Maret
7.689
8.095
11.123
12.462
April
7.796
10.048
11.866
12.149
Mei
8.599
8.908
11.494
12.675
Juni
8.100
9.364
11.262
12.452
Juli
9.710
10.880
13.009
13.468
Agustus
10.316
10.533
13.875
13.673
September
10.206
10.514
14.146
13.795
Oktober
10.783
9.731
13.422
12.816
November
8.671
8.915
12.267
12.314
Desember
7.139
8.919
11.238
12.576
Sumber : Tunas Mekar Farm, 2010.
7
Berdasarkan Tabel 7 dapat di lihat bahwa harga rata-rata ayam broiler pada perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) mengalami fluktuasi yang cukup besar. Harga ayam terendah terjadi pada bulan Januari 2007 yaitu sebesar Rp.5.771 per kilogram, salah satu penyebab rendahnya harga ayam pada bulan Januari 2007 karena kasus flu burung yang menyerang Indonesia untuk ke dua kalinya. Akan tetapi hal ini tidak berlangsung lama, sekitar bulan April harga ayam kembali normal yaitu Rp.10.048 per kilogram. Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan adalah : 1. Bagaimana pola data penjualan dan harga ayam hidup pada perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF)? 2. Metode peramalan apa yang akan digunakan dalam peramalan penjualan dan harga ayam hidup perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF)? 3. Bagaimana peramalan penjualan dan harga ayam hidup perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) 12 bulan ke depan ?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian tentang peramalan penjualan dan harga ayam hidup perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi pola data penjualan dan harga ayam hidup perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) 2. Memilih metode yang paling baik untuk meramalkan penjualan dan harga ayam hidup perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) 3. Memperoleh ramalan penjualan dan harga ayam hidup perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) dengan menggunakan metode yang paling baik
1.4. Kegunaan Penelitian penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, diantaranya : 1. Bagi perusahaan, dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan membuat suatu perencanaan produksi.
8
2. Bagi peneliti, penelitian menambah ilmu dan wawasan yang lebih luas mengenai industri ayam broiler. 3. Bagi pembaca, penelitian memberikan bahan bacaan yang bermanfaat, dan diharapkan mampu menjadi bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya membahas peramalan penjualan dan harga ayam broiler dari sisi perusahaan. Penelitian ini akan menghasilkan metode peramalan yang terakurat untuk perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) dalam periode waktu 12 bulan ke depan. Melalui adanya teknik peramalan yang terakurat diharapkan dapat meramalkan volume penjualan dan harga ayam broiler pada masa yang akan datang dengan baik.
9