I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman sumber daya alam. Salah satu keragaman sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal adalah komoditas peternakan. Berdasarkan neraca ekspor impor peternakan Indonesia tahun 2004-2008, Indonesia memiliki neraca negatif, dimana nilai impor lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspor. Dari tahun ke tahun, Indonesia memiliki peningkatan rata-rata nilai impor sebesar 11,98 persen/tahun (Lampiran 1). Selain itu, volume impor input dan hasil ternak di Indonesia terus meningkat. Volume impor susu meningkat sebesar 1,71 persen/tahun, daging meningkat sebesar 44,77 persen/tahun, dan telur meningkat sebesar 19,38 persen/tahun (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa peternakan Indonesia belum mampu memenuhi permintaan dalam negeri. Peternakan merupakan subsektor penting dan memiliki peluang yang sangat besar dalam hal peningkatan permintaan baik dalam negeri maupun luar negeri. Dalam jangka panjang, permintaan terhadap komoditas peternakan terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, peningkatan pendapatan, perbaikan tingkat pendidikan, urbanisasi, perubahan gaya hidup (life style) dan peningkatan kesadaran akan gizi seimbang. Hal ini terlihat dari pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 3,06 persen/tahun (Lampiran 3) dan tingkat pengeluaran rata-rata per kapita makanan masyarakat Indonesia sebesar 8,22 persen/tahun (Lampiran 4). Pendapatan Domestik Bruto (PDB) peternakan tumbuh sebesar 3,63 persen/tahun antara tahun 2000-2006. Pertumbuhan tersebut di atas laju pertumbuhan sektor pertanian (2,66 persen/tahun), subsektor tanaman pangan (2,05 persen/tahun), subsektor perkebunan (3,24 persen/tahun), dan subsektor kehutanan (-0,07 persen/tahun) (BPS berbagai terbitan, diacu dalam Ilham 2007). Pada tahun 2009, PDB peternakan menyumbangkan kontribusi sebesar 1,9 persen (BPS RI 2010). Salah satu penyumbang PDB peternakan terbesar pada tahun 2007 berada pada provinsi Jawa Barat yaitu sebesar Rp 273,995 milyar (Lampiran 5). Kabupaten Bogor merupakan salah satu bagian dari Provinsi Jawa Barat yang melakukan pengembangan agribisnis peternakan. Salah satu jenis ternak 19
yang sedang dikembangkan dan menjadi komoditas unggul Kabupaten Bogor pada tahun 2009 ialah Kambing perah Peranakan Etawa (PE)1. Kambing PE merupakan komoditas baru di Indonesia yang memiliki prospek pengembangan yang baik. Umumnya kambing ini lebih dominan digunakan sebagai sumber daging dibandingkan dengan sumber susu. Susu kambing belum dikenal secara luas seperti susu sapi. Komposisi susu kambing memiliki kemiripan dengan air susu ibu (ASI) sehingga susu kambing dapat digunakan sebagai pengganti ASI. Kandungan susu kambing dengan ASI tidak jauh berbeda bahkan kalsium dan mineralnya jauh lebih tinggi daripada ASI dan susu sapi. Dalam Tabel 1 ditunjukan komparasi antara ASI, susu kambing, dan susu sapi. Tabel 1. Perbandingan Komposisi Susu Sapi, Susu Kambing, dan Air Susu Ibu per 100 gram Komposisi Kimia Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat (gr) Kalori (kal) Fosfor (gr) Magnesium (gr) Besi (gr) Natrium (gr) Kalium (gr) Thiamin (mg) Vitamin A (IU) Ribotlapin (mg) Niacin (mg) Vitamin B6(mg) Asam Askorbat (mg) Trytophan (gr) Threonine (gr) Isoleusine (gr) Leucine (gr)
Susu Sapi 3,30 3,30 4,70 61,00 19,00 13,00 0,05 49,00 152,00 0,04 126,00 0,16 0,08 0,04 0,94 0,05 0,15 0,20 0,32
Susu Kambing
Air Susu Ibu
3,60 4,20 4,50 69,00 134,00 14,00 0,05 50,00 204,00 0,05 185 0,14 0,28 0,05 1,29 0,04 0,16 0,21 0,31
1,00 4,40 6,90 70,00 32,00 3,00 0,03 17,00 51,00 0,01 241,00 0,04 0,18 0,01 5,00 0,02 0,15 0,06 0,10
Sumber : USDA (1976) dalam Setiawan T dan Tarsius A (2005)
1
Ant. 2010. Komoditas Unggulan 2009. http://disnakan.bogorkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=187&Itemid=25 4&limit=1&limitstart=1 [15 November 2009]
20
Manfaat susu kambing yang tinggi membuat masyarakat yang sadar akan kesehatan memberikan perhatian khusus terhadap susu ini. Kandungan protein, lemak, kalori, fosfor, kalium, dan vitamin A dalam susu kambing lebih tinggi dibandingkan susu sapi. Menurut para ahli, komposisi kimia susu kambing (kandungan protein 4,3 persen dan lemak 2,8 persen) dan bentuk morfologisnya sangat unik. Ini disebabkan butiran lemak susu sangat homogen dan berdiameter sangat kecil (mikro) sehingga sangat mudah diserap oleh organ pencernaan. Susu kambing yang diproduksi saat ini belum dapat memenuhi permintaan konsumen yang cenderung tinggi. Hal ini dikuatkan oleh ketua Asosiasi Peternak Kambing Perah Indonesia yang mengatakan ”dari kebutuhan 6.000 liter per hari hanya baru seperempatnya yang bisa terpenuhi” 2. Kelangkaan susu kambing ini disebabkan oleh masih rendahnya populasi Kambing PE, terutama di Kabupaten Bogor, yaitu sebesar 4,39 persen dari total kambing yang ada (Lampiran 6). Pada tahun 2008 hingga tahun 2009, terjadi peningkatan jumlah Kambing PE di Kabupaten Bogor sebesar 100,62 persen (Gambar 1). Hal ini merupakan suatu peluang bisnis yang membuat sebagian orang tergiur dengan usaha ini. Salah satu peternakan di Kabupaten Bogor yang mengusahakan kambing perah ialah CV Ettawa Dairy Farm.
Perkembangan Populasi Ternak Kambing PE 6000 4000 2000 0 2007
2008 Kambing PE
2009
Gambar 1. Perkembangan Populasi Ternak Kambing PE Tahun 2007-2009 Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor (2009), diolah
2
Adijaya D. 2008. Tangguk Rezeki dari Susu Kambing. http://www.trubusonline.co.id/members/ma/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=10&artid=1511 [2 Februari 2010]
21
CV Ettawa Dairy Farm merupakan peternakan kambing perah yang melakukan usaha di bidang pembakalan kambing dan penghasil susu kambing. Peternakan ini berdiri dua tahun yang lalu dengan jumlah kambing sebanyak 48 ekor. Saat ini, kambing yang dimiliki bertambah menjadi 60-70 ekor kambing. Usia peternakan yang terbilang masih muda, membuat peternakan ini perlu usaha keras dalam pengelolaan dan pemasaran susu kambing yang dihasilkan. 1.2. Perumusan Masalah
Pengembangan usaha kambing perah mempunyai peluang pasar yang cukup tinggi di Kabupaten Bogor. Hal ini terlihat dari daya dukung kesesuaian iklim dan aksesibilitas ke berbagai daerah konsumen seperti Jakarta, Bandung, dan Sukabumi. Kebutuhan investasi usaha kambing perah memerlukan investasi jauh lebih kecil dibandingkan dengan sapi perah dan relatif lebih mudah dalam manajemen,
sederhana
dan
tidak
membutuhkan
tempat
yang
luas,
perkembangbiakan relatif lebih cepat dibandingkan dengan ternak besar. Selain itu, harga dan permintaan susu kambing memiliki prospek yang baik. Susu kambing memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan susu sapi. Susu kambing dapat dijual dengan harga Rp 12.000,00/liter hingga Rp 100.000,00/liter, sedangkan susu sapi hanya berkisar Rp 4.000,00/liter hingga Rp 5.000,00/liter (Sodiq & Abidin 2008). Harga susu yang tinggi dengan investasi yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan usaha ternak sapi perah, membuat usaha ini dapat berkembang di masa yang akan datang. Menurut ketua Asosiasi Peternak Kambing Perah Indonesia, produksi susu kambing saat ini belum dapat memenuhi permintaan susu kambing di Industri. Di Kabupaten Bogor, beberapa peternak hanya mampu memenuhi permintaan susu kambing sebesar 67,08 persen (Tabel 2).
22
Tabel 2. Jumlah Produksi dan Permintaan Susu Kambing di Beberapa Peternakan Kambing Perah Kabupaten Bogor No. Peternakan
Produksi Rata-rata (liter/hari) 1. PT. Caprito Agrindo Prima 100 2. Ponpes Darul Falah 7 3. Peternakan Cordero 25 4. Bangun Karso Farm 50 5. CV Fida 20 6. Ponpes Sahid 20 7. An Noer 65 8. PT. Gizi Dewata Utama 28 9. Ibu Sukarti 5 10. CV Ettawa Dairy Farm 6 Total 326
Permintaan Rata-rata (liter/hari) 150 20 40 70 50 35 100 10 7 4 486
Selisih (liter/hari) -50 -13 -15 -20 -30 -15 -35 18 -2 2 -160
Sumber: Saputro (2009), diolah
Berdasarkan Tabel 2, jumlah permintaan susu kambing lebih tinggi dibandingkan dengan produksinya. Dari jumlah permintaan susu kambing sebanyak 486 liter/hari, 10 orang peternak kambing perah di Kabupaten Bogor hanya mampu memenuhi sebesar 326 liter/hari. Ini merupakan suatu peluang pasar. Namun, kondisi berbeda dialami CV Ettawa Dairy Farm. Permintaan susu kambing di peternakan ini lebih kecil dibandingkan dengan produksi susu kambing yang dihasilkan. Hal ini terlihat dari banyaknya persediaan susu kambing yang belum terjual setiap harinya (Tabel 3). Tabel 3. Jumlah Produksi dan Permintaan Susu Kambing CV Ettawa Dairy Farm Bulan Desember 2009 Januari 2010 Februari 2010 Maret 2010
Produksi (L) 255 224 180 175
Permintaan (L) 146 117 121 95 Rata-rata
Target Penjualan (L) 255 224 180 175
Persentase (%) 57,25 52,23 67,22 54,29 57,75 ≈ 60
Sumber: CV Ettawa Dairy Farm (2010)
Tingkat penjualan yang hanya 60 persen dari proses produksi membuat perusahaan perlu kerja keras untuk mengembalikan biaya produksi yang dikeluarkan. Berdasarkan pengakuan pemilik perusahaan, hingga saat ini 23
perusahaan belum mampu mendapatkan keuntungan dari usaha ternak kambing perah. Oleh karena itu, diperlukan analisis kelayakan finansial. Kelayakan finansial digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha dan manfaat bersih yang akan didapatkan perusahaan selama umur proyek. Penentuan kelayakan finansial dapat membantu rancangan strategi pemasaran yang akan dilakukan. Apabila suatu perusahaan memiliki kelayakan usaha berarti usaha tersebut memiliki aliran kas yang baik. Kas yang baik dapat menjadi acuan perusahaan dalam merancang strategi pemasaran., sehingga strategi pemasaran dapat sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan. Analisis strategi pemasaran dilakukan untuk meningkatkan penjualan perusahaan sehingga sesuai dengan target perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan analisis kelayakan finansial dan strategi pemasaran susu kambing pada peternakan CV Ettawa Dairy Farm. 1) Bagaimana kelayakan usaha peternakan kambing perah CV Ettawa Dairy Farm dilihat dari aspek finansial? 2) Bagaimana lingkungan eksternal dan internal peternakan kambing perah CV Ettawa Dairy Farm? 3) Bagaimana strategi pemasaran susu kambing pada peternakan kambing perah CV Ettawa Dairy Farm? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi dan menganalisis kelayakan aspek finansial peternakan kambing perah CV Ettawa Dairy Farm 2) Menganalisis
faktor-faktor
lingkungan
internal
dan
eksternal
yang
mempengaruhi peternakan kambing perah CV Ettawa Dairy Farm 3) Menganalisis strategi pemasaran susu kambing pada peternakan kambing perah CV Ettawa Dairy Farm
24
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna banyak pihak diantaranya: 1) Bagi CV Etawa Dairy Farm, hasil penelitian ini digunakan sebagai informasi bahan pertimbangan dalam menjalankan usaha, menyusun rencana usaha serta strategi pemasaran di masa depan. 2) Bagi investor, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan investasi di masa yang akan datang. 3) Bagi penulis, hasil penelitian ini merupakan bentuk aplikasi ilmu yang telah didapatkan selama masa perkuliahan dan sebagai sarana informasi dunia usaha di bidang peternakan 4) Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan informasi untuk mendirikan atau mengembangkan peternakan kambing perah di dunia usaha. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Kegiatan penelitian ini dibatasi pada aspek-aspek yang berkepentingan langsung pada peternakan kambing perah CV Ettawa Dairy Farm, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini difokuskan pada usaha ternak kambing perah yang menghasilkan anak kambing dan susu kambing. Penelitian ini digunakan untuk melihat tingkat kelayakan finansial dan strategi pemasaran pada peternakan tersebut. Kriteria kelayakan finansial yang digunakan ialah net present value (NPV), internal rate of return (IRR), net benefit-cost ratio (Net B/C), payback periode (PP), dan analisis switching value. Analisis strategi pemasaran meliputi analisis internal dan eksternal, analisis SWOT, analisis IE, dan analisis QSPM. Hasil penelitian ini dibatasi pada tahap pemberian alternatif strategi pemasaran yang diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, sedangkan implementasi diserahkan pada pihak manajemen.
25