I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia
termasuk
Negara
Kepulauan
yang
memiliki
rangkaian
pegunungan dengan jumlah gunung berapi yang cukup tinggi, yaitu sekitar 240 gunung. Diantaranya, sekitar 70 gunung berapi masih aktif dan sewaktu-waktu dapat meletus menyemburkan lava panas (Alikodra, 2006). Rangkaian pegunungan ini merupakan ekosistem yang sangat khas dan sangat sensitif karena kondisi cuaca (suhu, kelembaban, dan curah hujan) yang sangat ekstrim, tanah, kelerengan, dan ketinggian tempat. Gunung berapi ini merupakan tangki air raksasa di permukaan bumi, yang diperlukan bagi kegiatan pertanian, perindustrian, rekreasi, pariwisata, dan permukiman. Selain itu, juga dapat menyimpan berbagai sumberdaya alam (baik sumberdaya hayati yang dapat diperbaharui, maupun sumberdaya mineral yang tidak dapat diperbaharui), berbagai lansekap dan panorama alam yang indah, serta beranekaragam budaya masyarakatnya yang sangat khas. Peran ekosistem pegunungan bagi kehidupan manusia sangat besar. FAO (2000). Menyebutkan bahwa kawasan pegunungan menghasilkan sumberdaya yang mendukung lebih dari separuh populasi manusia dunia. Sehingga menjadi sangat penting perannya dalam mendukung pembangunan berkelanjutan pada kawasan Gunung Berapi Tambora. Kawasan pegunungan berapi juga telah menjadi target bagi wisata alam, wisata budaya, dan wisata geologi yang unik. Oleh karena itu, harus diberdayakan dan pada saat yang sama juga dilestarikan. Menurut Sutawijaya (2006), sebelum terjadi letusan, Gunung Tambora mempunyai ketinggian mencapai 4.300 m di atas permukaan laut. Namun, akibat letusan dahsyat pada tahun 1815, telah menghancurkan bagian puncak kerucut gunung api, sehingga menyebabkan pembentukan kaldera yang bergaris tengah 7 km dengan kedalaman 1.100 m. Gunung Tambora saat ini memiliki ketinggian 2.850 m dari permukaan laut. Letusan Gunung Tambora telah melenyapkan pusat peradaban Kerajaan Tambora yang ada pada waktu itu dan beberapa kerajaan lainnya seperti Kerajaan Pekat dan Sanggar. Salah satu peninggalan situs arkeologi yang menandakan
2
adanya peradaban di masa lalu telah berhasil ditemukan oleh tim gabungan dari University of Rhode Island, Amerika Serikat, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung pada Bulan Juli hingga Agustus 2004. Temuan tersebut terdiri dari situs purbakala dan puluhan artefak yang berlokasi di Desa Induk Labuan Kenangan, Tambora, arah Barat Kabupaten Bima. Situs ini menyimpan fakta sejarah dan kebudayaan Indonesia, khususnya tradisi yang ada pada kawasan sekitar Gunung Tambora yang terperangkap sejak terjadinya letusan Gunung Tambora. Situs ini selain penting untuk penelitian sejarah, arkeologi, dan vulkanologi, juga sangat potensial untuk pengembangan wisata budaya dan wisata sejarah Indonesia. Selain memiliki sejarah letusannya dan peradaban Gunung Tambora mempunyai potensi keanekaragaman flora dan fauna Tambora yang khas yaitu memiliki beberapa tipe vegetasi antara lain savana, Hutan Munson, dan Hutan Hujan Semi Evergreen (BAPPENAS, 1993). Gunung Tambora memiliki tujuh tipe vegetasi yang dapat dijumpai di Tambora (Trainor, 2002). Banyaknya tipe vegetasi pada satu kawasan ini memungkinkan Tambora mengandung keanekaragaman hayati yang unik untuk tropis kering. Dalam Biodiversity Action Plan for Indonesia (BAPI) (BAPPENAS, 1993), Tambora hanya disebutkan sebagai Suaka Margasatwa Tambora Utara. Di dalam Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) (BAPPENAS, 2003) Tambora tidak disebutkan secara spesifik tetapi dimasukkan ke dalam Bioregion Nusa Tenggara. Kedua dokumen nasional tersebut menjadikan bukti bahwa Tambora secara khusus memang belum mendapatkan perhatian dalam aspek keanekaragaman hayati yang ada pada Gunung Tambora. Sampai saat ini, potensi Gunung Tambora yang berkaitan dengan kepariwisataan alam dan sosial budaya belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakatnya dan peningkatan edukasi masyarakat Indonesia. Begitupula yang berkaitan dengan program kegiatan yang mendukung pelestarian dan konservasi potensi keanekaragaman hayati pada Gunung Tambora yang masih sangat terbatas.
3
1.2. Kerangka Pemikiran Indonesia kaya akan gunung-gunung berapi dan sebagian besar masih dalam kondisi aktif. Gunung Tambora merupakan salah satu gunung berapi di Indonesia, dimana kawasannya kaya akan potensi sumberdaya alam dan budaya. Gunung Tambora memiliki potensi keanekaragaman hayati yang khas dan unik untuk daerah tropis kering, dan sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Selain memiliki potensi sejarah yaitu salah satu letusan gunung terbesar di dunia, Gunung Tambora juga memiliki peradaban sejarah budaya yang hilang berupa situs-situs arkeologis akibat dari letusan Gunung Tambora pada tahun 1815. Oleh karena itu, kekayaan Gunung Tambora sangat potensial untuk diberdayakan menjadi obyek dan daya tarik wisata. Untuk keberlanjutan dari potensi sumberdaya wisata, baik alam maupun budaya yang ada pada Gunung Tambora diperlukan suatu model rencana penataan jalur wisata yang berkelanjutan dalam bentuk jalur interpretasi. Kerangka pikir kajian ini disajikan pada Gambar 1. Kawasan Gunung Tambora
Potensi Wisata
Potensi Wisata Budaya Lokal
Potensi Wisata Arkeologis
Potensi Wisata Ekologis
Analisis Jalur Wisata Integratif
Objek Wisata -Budaya lokal -Arkeologis -ekologis
Kesesuaian Lahan
Daya Dukung
Jalur Interpretasi Wisata Rencana Penataan Jalur Interpretatif Wisata Gunung Tambora
Gambar 1. Kerangka Pikir Rencana Penataan Jalur Interpretasi Wisata Gunung Tambora Nusa Tenggara Barat.
4
1.3. Perumusan Permasalahan Peran ekosistem pegunungan bagi kehidupan manusia sangat besar. Salah satunya adalah Kawasan Gunung Berapi Tambora yang menjadi lokasi penelitian. Gunung Berapi Tambora merupakan tangki air raksasa di permukaan bumi, karena itu harus diproteksi. Kawasan hutan Gunung Tambora memiliki fungsi hidrologis yang sangat penting untuk ekosistem Pulau Sumbawa khususnya yang diperlukan bagi kegiatan pertanian, perindustrian, rekreasi, pariwisata, dan permukiman. Kawasan ini juga menyimpan berbagai sumberdaya alam, baik sumberdaya hayati yang dapat diperbaharui, maupun sumberdaya mineral yang tidak dapat diperbaharui, berbagai lanskap dan panorama alam yang indah, serta beraneka ragam budaya masyarakatnya yang sangat khas. Keterbatasan program kegiatan untuk mendukung pelestarian dan konservasi potensi keanekaragaman pada Gunung Tambora menjadi permasalahan saat ini, dan juga mengenai kebijakan dan peraturan pemerintah tentang status kawasan yang belum jelas. Oleh karena itu, peran Gunung Berapi Tambora menjadi sangat penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Saat ini, kawasan pegunungan Tambora telah menjadi target bagi wisata alam, wisata budaya, dan wisata geologis yang unik. Namun, belum adanya sistem perencanaan dan penataan kawasan yang terstruktur terhadap potensi Gunung Tambora yang berkaitan dengan kepariwisataan alam dan sosial budaya yang seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakatnya, dan peningkatan konservasi lingkungan Gunung Tambora untuk berkelanjutan. Untuk memberikan solusi dari permasalahan tersebut dapat didekati dengan menjawab pertanyaan berikut: 1. Bagaimana mengidentifikasi kekayaan obyek dan atraksi wisata Gunung Tambora? 2. Bagaimana merencanakan model pemanfaatannya, sebagai suatu kegiatan wisata berkelanjutan? 3. Bagaimana merencanakan model jalur interpretasi di kawasan Gunung Tambora untuk mendukung program edukasi?
5
1.4. Tujuan Tujuan utama dari penelitian ini yaitu merencanakan jalur interpretasi wisata yang melingkup kekayaan budaya dan ekologis di Gunung Tambora, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi dan menganalisis kekayaan obyek dan atraksi wisata Gunung Tambora. 2. Merencanakan model pemanfaatannya sebagai suatu kegiatan wisata berkelanjutan. 3. Merencanakan model jalur interpretasi di kawasan Gunung Tambora untuk mendukung program edukasi.
1.5. Manfaat Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat: 1. Mewujudkan kelestarian ekosistem dan pengendalian arkeologis serta kualitas lingkungan di sekitar Gunung Tambora. 2. Memberikan masukan pada pemerintah daerah dalam pengembangan pariwisata Gunung Tambora. 3. Memberikan masukan model educative mountaineering track.