I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang juga dikenal sebagai Undang-Undang Otonomi Daerah mendorong setiap daerah untuk menggali sumber-sumber potensial di daerah mereka sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah. Salah satu sumber pendapatan tersebut adalah Pajak dan Retribusi Daerah. Pada sektor Pajak Daerah ini, Pajak reklame adalah salah satu sumber pendapatan yang dianggap potensial. Perkembangan dan peningkatan kegiatan ekonomi memerlukan media pemasaran sebagai ujung tombak kegiatan ekonomi, dimana salah satunya adalah media perikalanan luar ruang atau reklame. Perkembangan dunia usaha dan perkembangan daerah, memberi dampak semakin banyaknya pemasangan media reklame luar ruangan. Kabupaten Bogor dengan variasi geografisnya yang relatif beragam menjadikan beberapa lokasi mempunyai nilai strategis/ nilai jual yang tinggi bagi pemasangan reklame untuk memasarkan produk perdagangan maupun jasa. Keadaan reklame visual dan masif dengan berbagai bentuk yang disajikan, baik di sepanjang jalan maupun lokasilokasi tertentu yang strategis merupakan salah satu sumber bagi peningkatan pendapatan
daerah,
tetapi
juga
tidak
lepas
dari
permasalahan
yang
ditimbulkannya. Keinginan untuk menonjol, supaya informasi yang disampaikan semakin efektif, memberi dampak bagi penataan media ini, dimana aspek keindahan lingkungan bukan lagi menjadi pertimbangan utama bagi para pemasangnya. Kondisi dari pemasangan media luar ruang reklame seperti ini memunculkan persoalan seperti menurunnya estetika lingkungan, persoalan penempatan dan jumlah media reklame yang terlalu banyak sehingga akhirnya cenderung tidak teratur dan terjadi kesemrawutan. Saat ini terdapat situasi dilematis di Kabupaten Bogor dalam rangka pelayanan media luar ruangi. Di satu sisi keberadaan reklame memberi sumbangan penting bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan jumlah penerimaan pajak yang terus meningkat, (Lampiran 1) tetapi di sisi lain jumlahnya
2 yang banyak dan tidak teratur dapat menurunkan estetika lingkungan dan menimbulkan dampak lainnya. Tata informasi atau lazim disebut reklame, merupakan salah satu alat atau media promosi yang dipakai oleh perusahaan dalam memasarkan produknya (Shimp, 2003) Dalam perancangan fisik lingkungan, baik dari disiplin arsitektur lanskap maupun perancangan kota, reklame dapat dikategorikan sebagai signage atau elemen pemberi tanda. Signage merupakan elemen visual yang penting dalam perancangan arsitektur karena mampu menyemarakkan atmosfir lingkungan kota (Shirvani, 1985). Namun dalam berbagai kasus keberadaan obyek reklame billboard yang memiliki dimensi besar karena penempatannya disinyalir memberi kontribusi pada kekacauan kota atau lanskap sehingga mengurangi keindahan lingkungan maupun keselamatan pemakai jalan. Hal ini mendorong perhatian para perancang lingkungan untuk melakukan pengendalian terhadap elemen desain lingkungan tersebut. Billboard sebagai salah satu elemen ruang luar arsitektur sejauh ini telah banyak dibahas dalam ranah perancangan arsitektur kota (Danisworo, 1991). Namun demikian sebenarnya permasalahan ini dapat ditemukan pada perancangan lanskap pada umumnya atau area jalan raya di luar kota yang tidak dapat dikategorikan sebagai ruang kota. Seperti halnya dalam perancangan kota maka pemasangan billboard tidak boleh mengurangi keindahan lanskap. Keberadaan signage pada prinsipnya tetap perlu memperhatikan aspek-aspek perancangan lingkungan yang tidak terlepas dari keserasian dengan unsur-unsur perancangan lingkungan urban lainnya (Darmawan, 2006). Aspek visual pengaturan billboard menjadi perhatian terutama menyangkut visual kinetik. Desain billboard tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam peraturan penempatan titik lokasi, dimensi dan bentuk billboard. Namun banyak disayangkan peraturan yang dibuat oleh pemerintah mengenai billboard atau obyek reklame ruang luar tidak memadai sehingga belum mengakomodasi kepentingan pemakai jalan, pemasang iklan maupun pemerintah sebagai regulator. Pengendalian billboard menjadi sangat mendesak dilakukan terutama pada lingkungan jalan yang ramai dan dianggap potensial. Banyak kritik dialamatkan pada penentu kebijakan penempatan lokasi billboard yang hanya memperhatikan
3 aspek pendapatan bukan dari aspek estetika dan keselamatan pemakai jalan. Dalam hal ini muncul gagasan bahwa pengendalian billboard harus mengacu pada beberapa aspek antara lain faktor sistim visual, lanskap dan faktor-faktor lain di luar aspek teknis. Salah satu jalur penting yang paling diminati oleh pemasang reklame adalah jalur Ciawi-Puncak, khususnya di Kecamatan Cisarua. Hal ini kemungkinan disebabkan karena Jalur Ciawi-Puncak ini adalah jalur wisata yang banyak dilewati kendaraan. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabuoaten Bogor pemasukan pajak reklame terbesar diperoleh dari reklame yang ada di wilayah Kecamatan Cisarua. (Lampiran 2) Selain itu, khusus pada jalur Ciawi Puncak yang merupakan jalur paling diminati oleh penyelenggara reklame perlu suatu rencana pengelolaan yang lebih baik dibandingkan koridor lainnya karena: 1) Koridor ini mempunyai karakter spesifik dengan bentuk jalan yang berkelok-kelok, berkontur dan memiliki pemandangan yang indah 2) Jalur ini telah ditetapkan sebagai jalur yang dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu: a) kawasan umum, b) kawasan selektif dan c) kawasan khusus dalam penyelenggaraan reklame berdasarkan Keputusan Bupati no 12 tahun 2004 tanggal 1 September 2004 tentang Tata Letak Reklame Jalur Ciawi Puncak. Jalur Puncak merupakan jalur utama yang menghubungkan Jakarta dengan Bandung, disamping kota-kota lainnya seperti Cianjur dan Sukabumi. Dengan adanya situasi tersebut, maka keberadaan reklame perlu dikaji secara proporsional melalui suatu analisis visual berkaitan dengan penempatan reklame di jalur Ciawi-Puncak, khususnya yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Cisarua, dengan pembatasan pada area wisata yaitu mulai kilometer 83 hingga kilometer 93 dimana tata guna lahan yang ada adalah perkebunan teh. Perkebunan teh ini merupakan salah satu daya tarik wisata di wilayah Puncak ini. Hal yang ingin dicapai darinya sangat jelas, yaitu terwujudnya keselarasan kepentingan manusia dengan kelestarian alam.
4 1.2 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan bahasan tersebut dapat dikenali beberapa hal, yaitu antara lain penempatan billboard berdampak pada sistim visual dan lanskap jalan (streetscape)
sehingga harus dikendalikan dalam perancangannya.
Hal ini
menjadi bagian analisis sistim visual. Sedangkan lokasi yang tidak tepat akan menimbulkan kerugian bagi pemasang iklan atau sebaliknya dapat menimbulkan efek kerusakan lingkungan. Ketidakserasian lingkungan dapat ditengarai dalam berbagai gejala seperti hilangnya identitas lingkungan, estetika, dan orientasi lingkungan. Masalah tersebut meliputi pengaturan billboard sebagai signage sebagai unsur perancangan lingkungan sehingga memiliki keterkaitan dengan karakter lingkungan, karakter lanskap jalan (streetscape) mempengaruhi penempatan dan desain billboard. Serta penerapan konsep tersebut, yakni evaluasi kualitas lingkungan, yaitu kualitas lingkungan fisik, bentuk teknologi dan budidaya, serta evaluasi daya tarik estetik, yaitu penilaian oleh indera manusia, arti simbolik, dan nilai positif emosional tapak. Berdasarkan teori tersebut maka rumusan masalah diajukan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut: 1) Bagaimana kualitas estetika lanskap yang ada reklamenya pada jalur wisata Puncak? 2) Bagaimana kualitas dan karakter lanskap yang ada pemasangan reklamenya pada jalur wisata Puncak? 3) Bagaimana hubungan kualitas estetika lanskap bereklame dengan karakter lanskapnya pada jalur wisata Puncak?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka ditetapkan tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1) Mengidentifikasi karakter lanskap jalur wisata Puncak 2) Menganalisis kualitas estetika lanskap bereklame pada jalur wisata Puncak 3) Menganalisis hubungan kualitas estetik lanskap bereklame dengan karakter lanskapnya pada jalur wisata Puncak. 4) Menyusun rekomendasi pemasangan reklame di jalur wisata Puncak
5 Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut : 1) Manfaat teoritis: Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan kontribusi bagai pengembangan ilmu pengetahuan terutama pengembangan pengetahuan tentang estetika lingkungan, analisis visual pada ranah lanskap arsitektur khususnya streetscape pada remote area. Bagi para mahasiswa, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan rujukan studi yang berguna untuk mengembangkan konsep penelitian mengenai analisis visual terhadap keberadaan reklame di jalur wisata Puncak, Kabupaten Bogor. 2) Manfaat praktis: memberikan sumbangan dalam penyusunan peraturan penempatan billboard secara khusus bagi pemerintah daerah sehingga dapat menjembatani kepentingan berbagai pihak.
1.4 Alasan Penentuan Lokus Penelitian Lokasi penelitian dipilih adalah jalur jalan wisata Puncak yang terletak pada wilayah kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor yang merupakan jalan padat. Lokasi sepanjang 10 km ini, yaitu pada kilometer Jkt.+ 83 sampai dengan Jkt. + 93 merupakan ruang yang sangat diminati bagi perusahaan pemasang iklan. Perusahaan-perusahaan tersebut berani membayar biaya dan pajak yang tinggi untuk memasang billboard. Pada jalur ini di sepanjang sisi kiri dan kanan jalan adalah area kebun teh yang merupakan daya tarik utama kawasan wisata puncak karena pemandangannya yang indah. Hal ini pada satu sisi menimbulkan potensi besar bagi pemasukan pajak namun juga menimbulkan masalah bagi sistim visual dan lanskap bagi ruang sepanjang jalan jalan wisata Puncak. Pada umumnya billboard yang ada ini dipasang pada area tikungan serta pada tebing-tebing agar dapat dilihat oleh pelintas atau pemakai jalan. Hal ini seringkali menutupi pandangan pemakai jalan terhadap panorama lingkungan sekitar. Panorama lingkungan kebun teh maupun alam pegunungan pada umumnya yang indah terhalangi oleh kehadiran papanpapan reklame ini. Alasan lain yang dapat dikemukakan adalah karakter ruang jalur wisata Puncak merupakan area dengan lanskap yang memiliki karakter yang unik dan berbeda, yaitu berupa ruang panorama jalan
sehingga penempatan elemen
6 arsitektur/ struktur buatan diharapkan tidak mengganggu keserasian atau menghalangi pandangan. Dalam hal ini ruang jalur jalan wisata Puncak harus mengedepankan aspek lanskap natural yang merupakan ikon wisata kabupaten Bogor atau karakter streetscape kawasan jalur wisata Puncak.