I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Kegiatan industri diperlukan guna mendorong pertumbuhan ekonomi,
namun dilain pihak aktifitas industri juga dapat menjadi penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup dan berdampak negatif bagi masyarakat sekitarnya. Sejak issu lingkungan global muncul dan adanya konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development), dunia industri juga dituntut untuk berkontribusi
dalam
pencapaian
hubungan
yang
harmonis
dan
saling
menguntungkan antara kegiatan industri dengan ekosistem pendukung di sekitarnya. Dengan demikian, lahirnya konsep kawasan ekologi industri (Eco Industrial Park), merupakan salah satu respon dunia industri terhadap perubahan lingkungan global. Eco-Industrial Park (EIP) merupakan sekumpulan industri (penghasil produk/jasa) yang berlokasi pada suatu tempat dimana para pelaku-pelaku didalamnya secara bersama mencoba meningkatkan performansi lingkungan, ekonomi, dan sosialnya. Tujuan dari EIP ini tidak lain adalah memperbaiki performansi ekonomi bagi industri-industri di dalamnya melalui minimalisasi dampak lingkungan. Dalam hal ini pendekatan-pendekatan yang dilakukan akan diarahkan pada: disain hijau (green design) infrastruktur, perencanaan dan penerapan konsep produk bersih, pencegahan polusi, efesiensi energi dan hubungan antar perusahan-perusahaan (inter-company partnering) (Lowe ,1996) Eco Industrial Park juga merupakan sebuah system industri yang dalam kegiatannya melakukan konservasi sumberdaya alam dan sumberdaya ekonomi, melakukan pengurangan biaya material dan energi dalam proses produksi, serta bertanggung jawab untuk memperbaiki effisiensi operasi, qualitas produk, kesehatan kerja dan citra dalam masyarakat, dan menyediakan peluang untuk membangkitkan pendapatan dari penggunaan dan penjualan materi limbah yang dihasilkan (Cote and Hall, 1995) Penempatan industri dalam suatu kawasan industri bertujuan untuk menciptakan lingkungan industri yang baik dan membantu industri yang bersangkutan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas proses produksi. Suatu pabrik yang berada dalam kawasan industri harus mempertimbangkan antara lain mencakup persiapan pembangunan seperti perijinan dan rekayasa keteknikan, pendirian bangunannya (konstruksi), proses produksi , pembuangan limbah pabrik, sampai dengan pengiriman hasil produksi kepada para
2 distributornya. Hal ini dimungkinkan karena dalam suatu kawasan industri telah tersedia prasarana infrastruktur lengkap bila dibandingkan dengan industri yang berada di luar kawasan industri. Pembangunan dan pengembangan kawasan industri di Indonesia secara umum diatur oleh kebijakan pemerintah melalui Keputusan Presiden yang ditindaklanjuti oleh Menteri Perindustrian serta Keputusan
Kepala
Badan
Pertanahan
Nasional.
Secara
konsepsional,
pembangunan kawasan industri di Indonesia merupakan proses pembangunan terpadu
yang
mempertimbangkan
banyak
aspek
terkait.
Pembangunan
terpenting adalah aspek lokasional (pemilihan lokasi yang tepat dan memenuhi kriteria
yang
pembangunan
ditentukan). secara
ideal,
Aspek yaitu
ini
akan
mendorong
menentukan peningkatan
keberhasilan pendapatan
masyarakat di satu sisi dan tetap menjaga kelestarian lingkungan di sisi yang lain. Kriteria pertimbangan pemilihan lokasi dalam pembangunan kawasan industri antara lain : jarak terhadap pemukiman 12 km, jaringan jalan, listrik dan telekomunikasi, prasarana angkutan seperti tersedia pelabuhan laut, topografi maksimal 0-150, jarak terhadap sungai maksimal 5 km dan terlayani, peruntukan lahan (non-pertanian, non pemukiman dan non-konservasi), ketersediaan lahan minimal 25 ha, orientasi lokasi terhadap pasar, bahan baku dan tenaga kerja. (Kimberly, 2007). Kota Cilegon adalah salah satu wilayah di propinsi Banten yang di dalamnya berkembang kawasan industri berat meliputi industri baja nasional PT. Krakatau Steel dan pusat kegiatan industri petrokimia, serta industri lainnya. Sesuai dengan pengembangan pola wilayah maka Kota Cilegon menjadi pusat kegiatan industri berat dan perdagangan di propinsi Banten yang merupakan sektor penyumbang PDRB propinsi Banten terbesar mencapai 54.62 %. Dari struktur investasi berupa pembentukan modal tetap bruto (PMTB) , pada tahun 2005 PMTB Banten mencapai Rp 18.1 Trilyun, dengan rincian investasi pada komoditi industri kimia/petrokima, tekstil dan indutri logam, mesin-mesin dan peralatan berat mencapai Rp 10.56 Trilyun atau 58.36 % terhadap total investasi Banten (RENSTRA Propinsi Banten 2002-2006, 2007). Data ini menunjukkan bahwa pembangunan sektor industri memiliki peran strategis dan sangat penting bagi keberlangsungan proses pembangunan di propinsi Banten yang berimplikasi juga pada pembangunan sektor industri nasional. Hal ini juga mempertegas bahwa kawasan industri Cilegon di propinsi Banten yang di dalamnya terhimpun industri berat skala nasional bahkan internasional seperti industri baja nasional
3 PT. Krakatau Steel dan industri kimia/petrokimia terbesar di asia seperti PT. Chandra Asri PetroChemical dan industri berat lainnya, harus terus dijaga dan dikembangkan keberlangsungannya, mengingat peran strategis dan penting sektor industri untuk mewujudkan tujuan pembangunan, disamping juga harus menjadi perhatian bahwa sektor industri saat ini memiliki tantangan berupa benturan aktifitas industri dengan dampak yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan dan kaitannya dengan proses pembangunan berkelanjutan. . Saat ini telah berkembang issu dan opini
telah terjadinya degradasi
lingkungan di sekitar kawasan industri Cilegon, terjadinya klaim dan konflik antara pihak industri dan masyarakat sekitar industri berkaitan dengan kesenjangan kesejahteraan serta potensi pencemaran lingkungan baik cair, gas/udara, padatan akibat aktifitas industri, serta permasalahan teknis berkaitan dengan keterbatasan sumber air baku proses, sumber energi pembangkitan dan pengendalian pengelolaan limbah industri yang berdampak terhadap proses keberlanjutan industri. Dengan latar belakang sebagaimana diuraikan di atas maka perlu dirumuskan suatu strategi dan pola kebijakan pengelolaan suatu kawasan industri untuk mewujudkan kawasan industri berwawasan lingkungan
dan
berkelanjutan ( Eco- Industrial Park). Dalam penelitian ini kajian dilakukan pada kawasan industri Cilegon di Propinsi Banten, yang hasilnya nanti dapat dijadikan rujukan dan model pengelolaan kawasan industri di daerah lainnya di Indonesia. Lingkup penilitian akan difokuskan pada wilayah Kota Cilegon, berkaitan dengan strategi pengelolaan kawasan industri Cilegon, dalam kerangka mewujudkan visi dan misi Kota Cilegon yaitu visi Kota Cilegon sebagai kota mandiri dan berwawasan lingkungan, dengan salah satu misinya yaitu mewujudkan keseimbangan dan keserasian tata ruang wilayah serta kelestarian lingkungan hidup, melalui salah satu prioritas pembangunan, pelaksanaan pembangunan
yang
berkelanjutan
dan
berwawasan
lingkungan
dengan
memperhatikan pengelolaan lingkungan yang bernilai ekonomis.
1.2. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian adalah merumuskan strategi dan menyusun skenario yang tepat untuk pengelolaan suatu kawasan industri menuju Eco Industrial Park, dimana pelaku-pelaku industri dalam suatu kawasan industri
4 dapat secara bersama-sama meningkatkan performansi lingkungan, ekonomi dan sosial, melalui minimalisasi dampak lingkungan dan juga memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk-produk yang memiliki keunggulan bersaing di pasaran, berdasarkan hasil kajian gap analisis kondisi eksisting dengan konsep ideal dan benchmarking Eco Industrial Park. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, ditetapkan beberapa tujuan khusus sebagai berikut : 1.
Menganalisis kondisi eksisting dan gap di kawasan industri Cilegon menuju Eco Industrial Park.
2.
Menganalisis kepentingan dan pengaruh stakeholders dalam pengelolaan kawasan industri Cilegon yang berkelanjutan.
3.
Menganalisis potensi dan kualitas limbah industri serta daya dukung lingkungan untuk mengetahui kualitas lingkungan kawasan dan rencana pengolahan limbah industri.
4.
Mengembangkan model strategi/skenario pengembangan kawasan industri eksisting menuju Eco Industrial Park.
1.3. Kerangka Pemikiran Standardisasi nasional produk industri , pengembangan infrastruktur yang efisien dan sesuai dengan kebutuhan industri, serta peningkatan kompetensi tenaga
kerja
sumberdaya.
belum
sepenuhnya
Terpuruknya
daya
berjalan saing
optimal nasional,
karena
keterbatasan
disebabkan
karena
membengkaknya biaya overhead produksi. Jika biaya produksi manufaktur diberi indeks 100, maka pada industri pengolahan, logam dasar dan mesin-mesin masih tinggi yaitu sebesar 85.8 (bandingkan dengan perusahaan di Jepang dan Cina 62, Filipina 77 dan Malaysia 79). Padahal merujuk ke arah kebijakan industri nasional saat ini telah memasuki periode pemulihan dan pengembangan (Renstra Departemen Perindustrian 2005-2009), dengan sasaran kualitatif yaitu: 1. Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan kesempatan kerja 2. Terselesaikannya program revitalisasi , konsolidasi dan rekstrukturisasi industri 3. Optimalisasi pasar dalam negeri dalam rangka pembangunan industri komponen lokal dan industri pengolah sumberdaya dalam negeri lainnya 4. Meningkatnya daya saing industri berorientasi ekspor 5. Tumbuhnya industri potensial yang menjadi motor pertumbuhan industri masa depan.
5 6. Meningkatnya pertumbuhan industri kecil menengah Strategi pokok untuk mencapai sasaran diatas adalah upaya peningkatan daya saing melalui: peningkatan nilai tambah, produktifitas, efisiensi dan pendalaman struktur industri; pengembangan industri kecil dan menengah; dan pembangunan industri berkelanjutan. Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan evaluasi dan reorientasi serta optimalisasi pemanfaatan kawasan industri untuk mendukung dan sejalan dengan arah kebijakan perkembangan industri nasional serta secara konsisten turut mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Perkembangan kawasan industri di Indonesia, yang sudah dimulai sejak awal tahun 1970 mengemban dua misi. Pertama, merangsang tumbuhnya iklim industri. Kedua, menjadi sarana bagi pengaturan ruang, terutama untuk menghindari timbulnya kasus pencemaran lingkungan yang akan berakibat terhadap tuntutan biaya sosial yang tinggi . Dalam rangka melihat bagaimana pengembangan kawasan industri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan ke depan yang relative kompleks, maka dilakukan penelitian berdasarkan pendekatan system dengan konsep pembangunan berkelanjutan, dimana lokasi yang dijadikan sebagai studi kasus yaitu di Kawasan Industri Cilegon. Pengembangan di Kawasan Industri Cilegon perlu dikelola agar mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan kawasan industri dikatakan berwawasan lingkungan apabila secara ekonomis dinyatakan efisisen dan layak, secara ekologis dinyatakan lestari, dan secara sosial dinyatakan berkeadilan (WCED, 1987). Dalam konteks tujuan pembangunan berkelanjutan ini, terdapat keragaman kebutuhan baik dilihat dari sisi manajemen di Kawasan Industri Cilegon, pemerintah daerah, investor (pengusaha) dan masyarakat, yang tidak menutup
kemungkinan
sumberdaya
(limitation
terjadinya of
konflik
resources).
kepentingan Salah
satu
dan
keterbatasan
alternatif
adalah
mengembangkan kawasan industri yang ada menjadi kawasan Eco Industrial Park (EIP), dimana suatu komunitas bisnis/industri dapat bekerja sama satu sama lain dan melibatkan masyarakat di sekitarnya untuk lebih mengefisiensikan pemanfaatan sumber daya (informasi, material, air, energi, infrastruktur, dan habitat alam) secara bersama-sama, meningkatkan kualitas ekonomi dan lingkungan, serta meningkatkan sumber daya manusia bagi kepentingan bisnis
6 dan juga masyarakat sekitarnya, sebagai upaya mempertahankan keberlanjutan industri dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.(Lowe, 2001). Menurut WCED (1987), pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana menyelenggarakan pembangunan yang memenuhi kebutuhan umat manusia saat ini, tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya. Didalamnya terkandung 2 gagasan penting: 1) gagasan kebutuhan yaitu kebutuhan esensial untuk memberlanjutkan kehidupan manusia, dan 2) gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan. Dalam konsep pembangunan berkelanjutan terdapat perpaduan 2 kata yang kontradiktif yaitu pembangunan (development) yang menurut perubahan dan pemanfaatan sumber daya alam, dan berkelanjutan (sustainable) yang berarti tidak boleh mengubah (lestari) di dalam proses pembangunan yang berkelanjutan. Persekutuan antara kedua kepentingan ini (sustainable dan development) pada dasarnya mengembalikan ke alam lingkungannya sebagai dasar. Menurut Munasinghe (1993), pembangunan berkelanjutan digambarkan dalam segitiga sama sisi, dilambangkan dengan 3 dimensi, yaitu : ekonomi, ekologi, dan sosial. Pembangunan dikatakan berkelanjutan jika memenuhi ke tiga dimensi tersebut, yaitu: secara ekonomi layak dan efisien, secara ekologi lestari (ramah lingkungan) dan secara sosial berkeadilan. Makna dari pembangunan berkelanjutan dari dimensi ekologi memberikan penekanan pada pentingnya menjamin dan meneruskan kepada generasi mendatang sejumlah kuantitas modal alam (natural capital) yang dapat menyediakan suatu hasil berkelanjutan secara ekonomis dan jasa lingkungan termasuk keindahan alam. Untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, diperlukan analisis kondisi pengembangan di Kawasan Industri Cilegon saat ini, yang dapat direprenstasikan dengan: 1) analisis situasional (aspek ekonomi), 2) analisis perilaku penduduk (aspek social), dan 3) analisis potensi dan kualitas penanganan limbah industri serta daya dukung lingkungan dan tata ruang wilayah (aspek ekologi). Tujuan analisis perilaku penduduk adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan antara tempat bekerja (di dalam dan di luar di Kawasan Industri Cilegon) dengan tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan tingkat kesejahteraan secara umum masyarakat sekitar. Tujuan analisis potensi dan kualitas limbah industri serta daya dukung lingkungan adalah untuk
7 mengetahui kualitas lingkungan kawasan serta analisis sustainability proses industri dan rencana pengolahan limbah industri, serta melalui analisis citra landsat kawasan industri Cilegon. Untuk pengembangan kawasan industri
berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan melibatkan banyak stakeholders dengan kepentingan berbeda sehingga diperlukan analisis kebutuhan stakeholders dengan pendekatan sistem. Penelitian
dengan pendekatan sistem pada prinsipnya dimulai dengan
dilakukannya analisis terhadap adanya sejumlah kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Analisis kebutuhan stakeholders dilakukan dengan menggunakan Analisis Prospektif menggambarkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa depan. Selanjutnya, adalah merumuskan strategi dan skenario pengelolaan kawasan industri berwawasan lingkungan yang optimal, yaitu dengan cara mensintesa berbagai data dan pertimbangan dari suatu persoalan yang kompleks yang tidak teratur, stratejik dan dinamis, menjadi bagian-bagian yang ditata secara hirarki, guna ditetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut ( Marimin, 2005). Hasil prediksi kinerja sistem merupakan umpan balik informasi dalam rangka penyesuaian dan perbaikan scenario, sehingga system berdayaguna (efektif) sebagai bahan rekomendasi bagi stakeholders dalam pengembangan kawasan industri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Secara skematis kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
8
Analisis : Land use Cover Change, Sosekbud, Survey
Eksisting Kawasan Industri Cilegon
Analisis Kriteria Eco Industrial Park
Faktor Operasionalisasi Kelembagaan kawasan Industri
Faktor dampak
Analisis keberlanjutan kawasan industri
Dimensi Ekologi
Faktor Proses Produksi
Konsep ideal teoritik Eco Industrial Park Gap Analisis
Strategi penyelesaian gap
Benchmarking Eco Industrial Park di dunia
Dimensi SosialEkonomi
Konsep Pembangunan berlanjutan
Desain Eco Industrial Park Reconseptualisa si desain Eco Industrial Park
Strategi Pengembangan Eco Industrial Park kawasan industri cilegon
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
I.4. Perumusan Masalah Kota Cilegon merupakan salah satu kota di Propinsi Banten yang dijadikan sebagai kawasan industri di Indonesia dimana di dalamnya terdapat berbagai jenis industri berat yang saling berinteraksi antara satu industri dengan jenis industri lainnya. Dalam rangka mewujudkan pembangunan industri yang berkelanjutan, maka dalam pengembangan kawasan ini menjadi kawasan pengembangan industri berat, maka salah satu aspek yang penting diperhatikan adalah bagaimana pengelolaan industri yang berada dalam kawasan tersebut dapat bersahabat dengan lingkungan. Dengan kata lain dalam pengelolaannya tidak menyebabkan terjadinya penurunan daya dukung lingkungan untuk mendukung kehidupan yang ada di sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut sehingga muncul konsep untuk membentuk kawasan industri yang berbasis ekologi (Eco Industrial Park ), dimana konsep ini
9 dimaksudkan agar industri yang sedang beroperasi dapat bersahabat dengan lingkungan. Namun demikian, pengelolaan kawasan industri dalam rangka menuju Eco Industrial Park tidaklah sederhana, tetapi menimbulkan berbagai permasalahan yang begitu rumit dan relative kompleks sehingga memerlukan suatu pendekatan yang bersifat komprehensif agar konsep pembangungan berkelanjutan pada kawasan industri dapat diwujudkan. Sistem pengembangan kawasan Eco Industrial Park kawasan industri Cilegon akan efektif apabila kebutuhan diantara stakeholders dapat terpenuhi dan dapat menyelesaikan masalah yang timbul dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Formulasi
permasalahan
disusun
dengan
cara
mengevaluasi
keterbatasan sumberdaya yang dimiliki dan atau adanya konflik kepentingan diantara stakeholders untuk mencapai tujuan system. Pengembangan kawasan industri Cilegon
memiliki potensi terjadinya konflik kepentingan, jika tidak
dikelola dan dimanfaatkan dengan bijaksana. Beberapa permasalahan dalam pengembangan kawasan industri Cilegon menuju Eco Industrial Park dapat diformulasikan sebagai berikut : 1. Adanya kesenjangan informasi dan persepsi diantara stakeholders berkaitan dengan pemahaman tentang Eco Industrial Park dan dampak lingkungan akibat aktifitas industri 2. Keterbatasan sumberdaya manusia dalam pengetahuan peralatan dan teknologi pengolahan limbah industri
pengelola kawasan industri cilegon
berdampak pada rendahnya inovasi dan kreatifitas pengolahan limbah industri. 3. Keterbatasan kemampuan investor menerapkan teknologi berwawasan lingkungan untuk menjalankan produksi, sehingga tingkat pencemaran tinggi. 4. Perencanaan bersifat sektoral dan parsial, belum mengakomodasikan kebutuhan stake holders, berakibat rendahnya kerjasama lintas sektoral. 5. Tekanan penduduk, tuntutan perkembangan ekonomi daerah yang semakin dinamis, serta tingginya permintaan konsumsi barang, mengakibatkan permintaan terhadap lapangan kerja dan jumlah angkatan kerja. 6. Hukum dan kelembagaan yang tidak operasional dan tidak konsisten dalam pelaksanaan (debirokratisasi). 7. Keterbatasan akses informasi dan pemasaran dari pengelola kawasan industri cilegon, berdampak pada rendahnya pangsa pasar dan pendapatan.
10 8. Keterbatasan infrastruktur usaha seperti : energi listrik, perizinan, komunikasi, gas, perpajakan, retribusi berdampak kurang kondusif nya iklim usaha. 9. Globalisasi ekonomi menuntut dihasilkannya produk yang berkualitas untuk bisa bersaing di pasar global. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, perlu dilakukan pengkajian mengenai kondisi pengembangan kawasan industri saat ini, kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan stakeholders dalam pengembangan kawasan industri guna meminimalisasi konflik antar pihak terkait, model riset strategi pengembangan kawasan industri
berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan, sehingga dihasilkan skenario dan strategi pengelolaan kawasan industri menuju Eco Industrial Park dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, dalam bentuk redisain kawasan industri eksisting menuju Eco Industrial Park berdasarkan hasil analisis gap antara kondisi eksisting dengan konsep ideal teoritik dan benchmarking Eco Industrial Park. Dalam pengkajian tersebut, beberapa permasalahan yang perlu dipecahkan antara lain : 1. Bagaimana kondisi eksisting serta adakah gap dalam pengelolaan industri di kawasan industri Cilegon ? 2. Sejauhmana tingkat kepentingan dan pengaruh stakesholders dalam pengelolaan kawasan industri Cielgon yang berkelanjutan ? 3. Bagaimana potensi dan kualitas limbah industri serta daya dukung lingkungan di kawasan industri Cilegon ? 4. Bagaimana strategi/skenario pengembangan kawasan industri Cilegon dalam rangka menuju Eco Industrial Park ? Perumusan masalah pengembangan kawasan Cilegon secara skematis disajikan seperti pada Gambar 2.
11
Kawasan Industri Cilegon
Pengembangan Industri yang Berkelanjutan Eco Industrial Park
1. Tingginya perubahan tata guna lahan dan kawasan terbangun disekitar kawasan industri 2. Terdapat gap antara kondisi eksisting dengan kriteria kecukupan EIP 3. Terjadinya konflik kepentingan antar stakeholder dalam pengembangan kawasan
Kondisi eksisting dan potensi gap dengan EIP
Permasalahan Pengkajian
Kepentingan dan pengaruh stakeholders
4. Menurunnya kualitas lingkungan disekitar Kawasan Industri Cilegon 5. Belum ada strategi pengembangan kawasan untuk menuju Eco Industrial Park di kawasan industri Cilegon
Potensi dan kualitas limbah industri
model strategi/skenario pengembangan kawasan industri
Gambar 2.
Kebijakan pengembangan kawasan industri menuju Eco Industrial Park.
Skema perumusan masalah strategi pengembangan kawasan industri menuju Eco Industrial Park.
1.5. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan manajemen Kawasan Industri Cilegon untuk mengelola kawasan industri menuju Eco Industrial Park. 2. Sebagai bahan masukan pemerintah dan departemen terkait dalam merumuskan kebijakan pengembangan dan pengelolaan kawasan industri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. 3. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat untuk pengembangan dan pengelolaan kawasan industri menuju Eco Industrial Park melalui pendekatan kajian gap analisis kondisi eksisting dengan kondisi ideal teoritik dan benchmarking Eco Industrial Park dalam rangka menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan. 4. Sumbangsih ilmu pengetahuan
12
I.6 Kebaruan (Novelty) Kebaruan dalam penelitian ini adalah dihasilkannya model konseptual pengembangan kawasan industri
menuju Eco Industrial Park dengan
mengintegrasikan metode GIS, Gap analysis,Stakeholders analysis,Analytical Hyrarchi Process (AHP) dan Prospektif Analysis .