I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat telah menyebabkan investasi mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan yang terjadi. Investasi merupakan salah satu indikator dalam melihat dan mengukur perekonomian suatu negara. Semakin berkembang dan majunya perekonomian suatu negara biasanya alternatif investasi yang di tawarkan akan semakin banyak dan bervariasi. Oleh karena itu, setiap investor sebaiknya dapat memilih investasi yang tepat agar memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Dalam era globalisasi, setiap negara harus tunduk pada peraturan organisasi ekonomi regional dan organisasi ekonomi dunia. Setiap negara akan berusaha meningkatkan efisiensi atau menghindari ekonomi biaya tinggi agar dapat bersaing dalam harga. Salah satu cara untuk menekan ekonomi biaya tinggi adalah dengan menggiring perusahaan swasta masuk ke pasar modal agar struktur modal perusahaan menjadi lebih baik, lebih efisien dan lebih terkendali oleh masyarakat (Samsul, 2006). Menurut Suad Husnan (2003) investasi dapat dilakukan pada aktiva rill atau real asset (membangun pabrik, membuat produk baru, menambah saluran distribusi, dan sebagainya), pada aktiva finansial (financial asset), atau sekuritas (membeli sertifikat deposito, commercial paper, saham, obligasi ataupun sertifikat reksadana). Menurut Sawidji Widiatmojo (2007), financial asset terbagi kedalam dua hal yaitu pasar uang dan pasar modal. Pasar uang diantaranya adalah sertifikat deposito, commercial paper , SBPU (Surat Berharga Pasar Uang), dan lain sebagainya. Sedangkan pada pasar modal diantaranya adalah saham, obligasi, waran, opsi dan surat berharga lainnya. Perekonomian Indonesia yang menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi dalam beberapa tahun terakhir tidak terlepas dari pertumbuhan investasi di pasar modal yang sangat tinggi pula. Pada jurnal Warta Dana Pensiun, disebutkan bahwa Indonesia setelah mengalami keterpurukan
ekonomi pada tahun 2008, tanda-tanda pemulihan ekonomi di 2009 mulai nampak. Data kuartal I tahun 2009 menunjukkan pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) sebesar 4.4%,
neraca pembayaran luar negeri
surplus sebesar USD 1,8 M, serta cadangan devisa mencapai USD 56,6 M. Sementara itu, dana reksa sekuritas merilis menguatnya indeks kepercayaan konsumen hingga 87,8 %, tertinggi dalam dua tahun terakhir serta bursa saham nampak kembali bergairah.
Gambar 1. Kurva Perkembangan Volume Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008-2009 (Bursa Efek Indonesia, 2009). Pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan di masingmasing negara. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender yaitu pihak yang mempunyai kelebihan dana kepada borrower yaitu pihak yang memerlukan dana. Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, lenders mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tesebut. Sedangkan dari pihak borrowers tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka untuk melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Dalam hal ini, akan terjadi peningkatan produksi, sehingga secara keseluruhan akan terjadi peningkatan kemakmuran. Fungsi keuangan dilakukan dengan tersedianya dana yang diperlukan oleh borrowers serta tersedianya dana yang diberikan oleh para lenders tanpa harus terlibat langsung di dalam kepemilikan aktiva rill yang
diperlukan dalam kepemilikan investasi. Pasar modal dapat menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Sebagian besar saham pada pasar modal selalu mengalami fluktuasi harga. Investasi pada saham harus dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga pada saham. Hal ini mengharuskan investor mengetahui kondisi apa saja yang dapat mempengaruhi naik dan turunnya harga saham mereka di pasar modal. Pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Dengan memilih saham yang efisien yaitu saham yang memiliki risiko yang minimal pada tingkat keuntungan tertentu atau saham yang memiliki tingkat keuntungan maksimal pada risiko tertentu, maka investor dapat memaksimalkan tingkat pengembalian yang akan diperoleh. Negara Indonesia sampai saat ini masih dikenal sebagai negara agraris, dimana dalam sejarahnya, sektor pertanian memiliki peranan yang besar untuk memajukan perekonomian bangsa Indonesia. Namun, pesatnya perkembangan sektor industri lainnya tidak diikuti dengan perkembangan pertanian di Indonesia dan berdampak pada tergesernya peranan industri pertanian dalam memajukan perekonomian. Keadaan ini terindikasi oleh kecilnya volume dan value saham sektor industri pertanian di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jika investor mengetahui kinerja setiap saham pada sektor industri pertanian, maka ini dapat menjadikan saham pertanian sebagai salah satu alternatif investasi sesuai dengan preferensi mereka. Pemilihan sekuritas di BEI yang dilakukan oleh para investor berpengaruh terhadap perkembangan sektor industri yang bersangkutan. Banyaknya jumlah emiten dan besarnya nilai saham pertanian yang diperjualbelikan di pasar modal dapat menjadikan semakin efisiennya saham pertanian serta memaksimalkan keuntungan bagi perusahaan dan industri pertanian di Indonesia. Investor yang mulai melirik saham pertanian secara otomatis akan melakukan
optimalisasi dengan
melakukan portofolio saham untuk
mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih besar. Dampak dari optimalisasi pasar modal adalah terciptanya stabilitas sosial, karena pasar
modal menggunakan prinsip full disclosure, yang menuntut perusahaan yang telah go public membuka informasi tentang dirinya secara transparan. Pengungkapan usaha perusahaan tersebut bukan hanya mengenai prospek saja tetapi juga risiko usaha. Selain itu, dengan semakin banyaknya perusahaan pertanian yang masuk ke pasar modal perusahaan tersebut memberikan keuntungan secara politis yaitu transparansi informasi atau ekonomis dalam melakukan fungsi ekonomi dan finansial yang sudah dibahas sebelumnya. Perusahaan yang sudah masuk dapat melakukan perencanaan keuangan dengan baik, sehingga perusahaan pertanian di Indonesia bisa berjalan lebih fleksibel (Suta, 2000). 1.2. Perumusan Masalah Saham sektor pertanian di BEI, belum menunjukkan perkembangannya. Sedikitnya volume serta value perdagangan saham pada sektor ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian belum dapat dikatakan sebagai sektor yang diminati oleh para investor. Volume dan value perdagangan saham BEI ditunjukkan pada Tabel 1. Dengan mengetahui kinerja setiap saham pada sektor industri pertanian, maka investor dapat melakukan pemilihan portofolio sahamnya sesuai dengan preferensi mereka. Karakteristik sektor pertanian yang berisiko tinggi diduga kuat menjadi penyebab rendahnya minat lembaga pembiayaan untuk mendanai sektor ini (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005). Sektor pertanian yang sarat akan risiko memiliki ancaman yang tinggi baik dalam produksi maupun jatuhnya harga. Disamping itu, pertumbuhan pasar modal dalam sektor indusri selain pertanian di Indonesia yang cenderung meningkat mengakibatkan para investor beralih untuk menginvestasikan dana yang mereka miliki. Hal ini, disebabkan investor menginginkan tingkat pengembalian lebih tinggi dibandingkan dengan alternatif investasi lainnya. Dalam berinvestasi pada saham, investor tidak dapat lepas dari faktor ketidakpastian (risiko).
Tabel 1. Volume dan value perdagangan saham BEI pada tahun 2008 dan 2009 Klasifikasi Industri
2008 Volume
%
Value (JtRp)
2009 %
(Jt)
Volume
%
Value (JtRp)
%
(Jt)
Pertanian
84,172
10.68
81,293,244
7.64
64,768
4.41
42,575,345
4.45
Pertambangan
127,217
16.15
431,619,728
40.55
335,378
22.85
368,063,760
38.45
Industri Dasar
46,588
5.91
50,439,200
4.74
50,506
3.44
42,384,579
4.42
14,210
1.80
42,427,831
3.99
24,636
1.68
49,639,054
5.19
21,696
2.75
26,448,977
2.48
32,977
2.25
42,150,672
4.40
116,688
14.81
38,582,707
3.62
211,469
14.41
53,368,976
5.58
118,283
15.01
164,772,368
15.48
310,937
21.19
161,799,151
16.90
Keuangan
144,391
18.33
157,052,862
14.75
74,507
5.08
129,039,837
13.48
Perdagangan,
114,600
14.55
71,890,598
6.75
362,481
24.70
68,149,385
7.12
787,845
100
1,064,527,515
100
1,467,659
100
957,134,759
100
dan Kimia Aneka Industri Industri Barang dan Konsumsi Properti dan real estate Infrastruktur, utility dan Transportasi
Jasa dan Investasi Total
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2009. Dengan mengetahui kinerja setiap saham investor akan mampu mendapatkan alternatif investasi dengan tingkat pengembalian tertentu dan risiko minimal atau dengan tingkat risiko tertentu dan tingkat pengembalian yang diharapkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah yang akan diteliti ialah : 1.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi fluktuasi harga saham sektor pertanian di BEI?
2.
Bagaimana kinerja saham-saham sektor pertanian berdasarkan tingkat pengembalian dan risikonya?
1.3. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi fluktuasi harga saham sektor pertanian di BEI.
2. Menganalisis kinerja saham-saham sektor pertanian berdasarkan tingkat pengembalian dan risikonya. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi para investor dalam menginvestasikan dana yang mereka miliki pada pasar modal, khususnya dalam sektor pertanian. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu bahan penunjang studi bagi yang berminat untuk melakukan studi lanjutan. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian yang digunakan adalah berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham, khususnya saham industri pertanian. Selain itu batasan lainnya adalah menganalisis kinerja setiap saham terseleksi pada masing-masing sub sektor pertanian, yaitu saham yang terdaftar selama periode penelitian di pasar modal Bursa Efek Indonesia (BEI).