1
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam
pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya menunjukkan kontribusi yang signifikan disamping sektor pertanian. Pada beberapa negara yang tergolong maju, peranan sektor Industri lebih dominan dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor Industri memegang peran kunci sebagai mesin pembangunan karena sektor Industri memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor lain, hal itu dikarenakan nilai kapitalisasi modal yang tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, juga kemampuan menciptakan nilai tambah dari setiap input atau bahan dasar yang diolah. Pada negara-negara berkembang, peranan sektor Industri juga menunjukkan kontribusi yang semakin tinggi. Kontribusi yang semakin tinggi dari sektor Industri menyebabkan perubahan struktur perekonomian negara yang bersangkutan secara perlahan ataupun cepat dari sektor pertanian ke sektor Industri. Selama Pembangunan Jangka Panjang 1, struktur perekonomian Indonesia telah mengalami perubahan dari dominasi sektor pertanian beralih ke sektor industri, penurunan peran sektor ini terlihat dari menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional. Sehingga transformasi struktur ekonomi Indonesia yang semula pertanian tidak dapat dihindarkan, karena kesadaran akan keterbatasan
sektor
primer
(pertanian)
yang
selama
ini
mendominasi
perekonomian indonesia. Pertumbuhan ekonomi nasional tidak dapat dipisahkan dari peranan sektor industri pengolahan yang menjadi primadona perekonomian Indonesia. Sejak tahun 1991 sektor industri telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pertumbuhan sektor industri pengolahan dari tahun ke tahun selalu positif, dan meningkatnya permintaan akan produk barang jadi atau setengah jadi baik domestik maupun internasional telah mendorong peranan sektor industri pengolahan menjadi peringkat pertama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) sejak tahun 1991. Pembangunan sektor industri pengolahan secara
2
bertahap telah berhasil membawa perubahan dalam struktur perekonomian nasional, selain memberikan sumbangan yang besar terhadap PDB, sektor ini juga berperan dalam peningkatan penyerapan tenaga kerja.
Tabel 1.1. PDB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2007-2011 2007
2008
Tahun 2009
2010
2011
(Triliun Rupiah)
(Triliun Rupiah)
(Triliun Rupiah)
(Triliun Rupiah)
(Triliun Rupiah)
271,5 (13,82%)
284,6 (13,67%)
295,9 (13,58%)
304,7 (13,17%)
313,7 (12,74%)
171,2 (8,72%)
172,4 (8,28%)
180,2 (8,27%)
186,6 (8,06%)
189,2 (7,68%)
538,0 (27,39%)
557,7 (26,79%)
570,1 (26,16%)
597,1 (25,81%)
634,2 (25,75%)
4.Listrik, Gas dan Air Bersih
13,5 (0,69%)
14,9 (0,72%)
17,1 (0,78%)
18,1 (0,78%)
18,9 (0,77%)
5.Konstruksi
121,8 (6,20%)
130,9 (6,29%)
140,3 (6,44%)
150,0 (6,48%)
160,1 (6,50%)
340,4 (17,33%)
363,8 (17,47%)
368,5 (16,91%)
400,5 (17,31%)
437,2 (17,75%)
142,3 (7,25%)
165,9 (7,97%)
192,2 (8,82%)
218,0 (9,42%)
241,3 (9,80%)
183,6 (9,35%)
198,7 (9,55%)
209,2 (9,60%)
221,0 (9,55%)
236,1 (9,59%)
181,7 (9,25%) 1.964,3 (100%)
193,0 (9,27%) 2.082,3 (100%)
205,8 (9,44%) 2.178,9 (100%)
217,8 (9,41%) 2.313,8 (100%)
232,5 (9,44%) 2.463,2 (100%)
Lapangan Usaha 1.Pertanian 2.Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan
6.Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.Pengangkutan dan Komunikasi 8.Lembaga keuangan dan Jasa 9.Jasa-jasa Total
Sumber: BPS, 2012. Keterangan : ( ) = Pangsa dalam persen.
Berdasarkan Tabel 1.1 sektor industri pengolahan merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 terbesar pada tahun 2007 hingga tahun 2011 secara berturut-turut adalah sektor industri pengolahan yang pada tahun 2007 mencapai Rp 538,0 triliun dengan kontribusi sebesar 27,39 persen dari total PDB, tahun 2008 mencapai nilai Rp 557,7 triliun dengan kontribusi sebesar 26,79 persen, tahun 2009 mencapai Rp 570,1 triliun dengan kontribusi sebesar 26,16 persen dari total PDB, tahun 2010 mencapai Rp
3
597,1 triliun dengan kontribusi sebesar 25,81 persen dan pada tahun 2011 PDB sektor industri pengolahan mempunyai nilai sebesar Rp 634,2 triliun yang mempunyai kontribusi sebesar 25,75 persen dari total PDB. Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan mampu menjadi penyumbang nilai tambah yang dominan dan telah tumbuh pesat melampaui laju pertumbuhan sektor pertanian dan sektor-sektor yang lainnya.
1.2
Perumusan Masalah Salah satu faktor pendorong yang sangat kuat dan berperan penting
terhadap pertumbuhan ekonomi adalah investasi. Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing mampu menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan, pengembangan teknologi dan produksi suatu komoditi. Potensi yang besar dimiliki oleh Indonesia dalam menanamkan modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal luar negeri (PMA). Hal tersebut dikarenakan di Indonesia masih tersedianya sumber daya alam (SDA) yang sangat luas, jumlah penduduk yang besar dan tersedianya jumlah tenaga kerja yang banyak, sehingga dapat menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Tabel 1.2. Perkembangan Realisasi Investasi (Atas Izin Usaha Tetap) PMDN Menurut Sektor, Tahun 2006-2010 Sektor
2006
2007
2008
2009
2010
(Miliar Rupiah)
(Miliar Rupiah)
(Miliar Rupiah)
(Miliar Rupiah)
(Miliar Rupiah)
1.238,5
1. Pertanian,Peternakan,Kehutanan, dan Perikanan
527,0
4.177,2
3.578,8
3.686,0
2. Pertambangan dan Penggalian
448,5
1.324,6
21,0
691,4
519,2
10.517,9
20.931,1
13.012,7
26.289,8
15.914,8
0,0
0,1
88,0
746,4
519,8
3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Konstruksi
1.882,6
2.461,7
538,6
2.110,7
881,2
6. Perdagangan
349,2
350,6
345,8
143,0
594,8
7. Hotel dan Restoran
103,4
210,8
180,2
127,7
238,6
1.220,6
637,5
1.227,7
286,2
429,2
0,9
46,9
45,6
0,0
0,8
214,5
724,1
1.610,6
797,5
26,4
15.264,6
30.864,5
20.649,0
34.878,7
20.363,3
8. Pengangkutan dan Komunikasi 9. Keuangan,Real estat dan Jasa Perusahaan 10.Jasa-jasa Total
Sumber: BKPM, 2011.
4
Sektor industri merupakan sektor utama yang menyerap banyak investor domestik. Berdasarkan Tabel 1.2, pada tahun 2006, realisasi investasi domestik di sektor industri pengolahan mencapai Rp. 10.517,9 milyar, pada tahun 2007 sebesar Rp. 20.931,1 milyar yang artinya mengalami kenaikan investasi sebesar Rp. 10.413,2 milyar, dilanjutkan pada tahun 2008 mengalami peningkatan investasi dalam negeri di sektor industri pengolahan hingga mencapai sebesar Rp. 13.012,7 milyar, pada tahun 2009 mengalami peningkatan yang signifikan hingga mencapai Rp. 26.289,8 milyar dan terakhir pada tahun 2010 realisasi investasi dalam negeri di sektor industri pengolahan mengalami penurunan yang drastis hingga menunjukkan jumlah sebesar Rp. 15.914,8 milyar. Indonesia adalah Negara berkembang yang masih membutuhkan sumbangan dalam bentuk investasi untuk mendapatkan pertumbuhan yang berkesinambungan dan investasi yang memiliki multiplier effect yang besar terhadap terjadinya nilai tambah ekonomi di berbagai sektor lainnya. Sumber investasi tersebut dapat berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri.
Tabel 1.3.
Perkembangan Realisasi Investasi (Atas Izin Usaha Tetap) PMA Menurut Sektor, Tahun 2006-2010
Sektor 1.Pertanian,Peternakan,Kehutanan, dan Perikanan 2.Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4.Listrik, Gas dan Air Bersih 5.Konstruksi 6.perdagangan 7.Hotel dan Restoran 8.Pengangkutan dan Komunikasi 9.Keuangan,Real estat dan Jasa Perusahaan 10.Jasa-jasa Total
2006
2007
2008
2009
2010
(Juta US$)
(Juta US$)
(Juta US$)
(Juta US$)
(Juta US$)
186,5 122 2.803,30 6,1 385,6 573,5 188,7 103,8
348,9 58,9 3.502,10 68,7 921,9 412,7 147,8 2.946,80
434,4 98,0 3.619,7 105,3 144,2 434,2 111,5 646,0
289,5 309,8 4.697,0 119,3 448,2 482,9 136,4 3.305,2
154,2 181,4 4.515,2 26,9 426,7 582,2 156,9 8.529,9
35,2 196,4 4.601,1
208,3 298,5 8.914,6
254,0 144,4 5.991,7
64,5 488,6 10.341,4
174,9 123,1 14.871,4
Sumber: BKPM, 2011.
Pada Tabel 1.3 dapat menunjukkan bahwa jumlah investasi di sektor industri pengolahan yang berasal dari luar negeri pada tahun 2006 adalah sebesar US$ 2.803,30 juta, tahun 2007 sebesar US$ 3.502,10 juta, tahun 2008 sebesar
5
US$ 3.619,7 juta, kemudian terjadi peningkatan jumlah penanaman modal asing pada tahun 2009 yaitu menjadi sebesar US$ 4.697,0 juta, hal tersebut menunjukkan bahwa realisasi investasi asing yang ditanamkan pada sektor industri pengolahan mengalami peningkatan yang konstan. Namun pada tahun 2010 mengalami penurunan hingga mencapai sebesar US$ 4.515,2 juta. Dalam hal ini menunjukkan bahwa jumlah investasi yang ditanamkan pada sektor industri pengolahan merupakan yang terbesar apabila dibandingkan dengan jumlah investasi yang ditanamkan pada sektor-sektor lainnya.
Tabel 1.4. Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Tahun 2005 – 2009 Tahun Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral
2005 (Orang)
2006 (Orang)
2007 (Orang)
2008 (Orang)
41.309.776 (43,97%)
40.136.242 (42,05%)
41.206.474 (41,24%)
41.331.706 (40,03%)
904.194 (0,96%)
923.591 (0,97%)
994.614 (0,96%)
1.070.540 (1,04%)
11.952.985 (12,72%)
11.890.170 (12,46%)
12.368.729 (12,38%)
12.549.376 (12,24%)
194.642 (0,21%) 4.565.454 (4,86%)
228.018 (0,24%) 4.697.354 (4,92%)
174.884 (0,18%) 5.252.581 (5,26%)
201.114 (0,20%) 5.438.965 (5,30%)
17.192.781 (18,3%)
18.447.033 (19,32%)
19.732.464 (19,75%)
20.372.874 (19,87%)
7.Hotel dan restoran
716.365 (0,76%)
768.626 (0,81%)
822.186 (0,82%)
848.869 (0,83%)
8.Pengangkutan dan Komunikasi
5.652.841 (6,02%)
5.663.956 (5,93%)
5.958.811 (5,96%)
6.179.503 (6,03%)
1.141.852 (1,22%) 10.327.496 (10,99%)
1.346.044 (1,41%) 11.355.900 (11,90%)
1.399.940 (1,40%) 12.019.984 (12,03%)
1.459.985 (1,42%) 12.099.817 (12,77%)
1.484.598 (1,42%) 12.611.841 (13,03%)
93.958.387 (100%)
95.456.935 (100%)
99.930.217 (100%)
102.552.750 (100%)
104.485.544 (100%)
1.Pertanian 2.Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4.Listrik, Gas dan Air Bersih 5.Konstruksi 6.Perdagangan
9.Keuangan,Real estat dan Jasa Perusahaan 10.Jasa-jasa Total
2009 (Orang) 43.029.493 (41,18%) 1.139.495 (1,09%) 12.615.440 (12,07%) 209.441 (0,20%) 4.610.695 (4,41%) 20.972.403 (20,07%) 864.365 (0,83%) 5.947.673 (5,69%)
Sumber: BPS, 2010. Keterangan : ( ) = Pangsa dalam persen
Dilihat dari kontribusinya, sektor industri pengolahan merupakan sektor yang menjadi penyumbang terbesar dalam PDB maka dalam proses pembangunan ekonomi sektor industri dijadikan prioritas pembangunan yang diharapkan mampu
6
mendorong perekonomian Indonesia yang sedang berkembang. Dengan didukung oleh sumber daya manusia yang melimpah, maka sektor industri pengolahan diharapkan akan mampu menyerap tenaga kerja yang besar. Berdasarkan Tabel 1.4 menunjukkan bahwa pada kenyataannya penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan kurang mampu untuk menyerap tenaga kerja. Kontribusi sektor Industri Pengolahan terhadap PDB di Indonesia tidak sebanding dengan daya serap tenaga kerjanya. Sektor industri pengolahan yang merupakan leading sektor mempunyai PDB yang paling tinggi dibanding dengan sektor-sektor yang lain tetapi sektor tersebut hanya mampu menduduki peringkat ketiga dalam penyerapan tenaga kerjanya setelah sektor pertanian dan sektor perdagangan. Berdasarkan uraian diatas, terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan sektor industri pengolahan di Indonesia? 2. Bagaimana keterkaitan sektor industri pengolahan dengan sektor perekonomian lainnya di Indonesia? 3. Bagaimana dampak multiplier yang ditimbulkan sektor industri pengolahan terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia? 4. Bagaimana dampak investasi sektor industri pengolahan terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat
ditarik beberapa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan perkembangan sektor industri pengolahan di Indonesia. 2. Menganalisis
keterkaitan
sektor
industri
pengolahan
dengan
sektor
perekonomian lain di Indonesia. 3. Menganalisis dampak multiplier yang ditimbulkan oleh sektor industri pengolahan terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia. 4. Menganalisis dampak investasi sektor industri pengolahan terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia.
7
1.4.
Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan bagi pembuat kebijakan dan pengambil keputusan dalam merumuskan dan merencanakan arah pembangunan sektor industri pengolahan di Indonesia agar dapat menunjang sektor-sektor lainnya. 2. Sebagai acuan bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitiannya lebih lanjut . 3. Bagi penulis dan pembaca, untuk meningkatkan wawasan pengetahuan tentang perkembangan sektor industri pengolahan terhadap perekonomian di Indonesia.
1.5.
Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian yang berjudul Analisis peranan dan dampak investasi sektor
industri pengolahan terhadap perekonomian di ini difokuskan pada sektor industri pengolahan saja. Penelitian ini menggunakan Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 klasifikasi 66 sektor yang kemudian diagregasikan menjadi 10 sektor dan 17 sektor. Kesepuluh sektor tersebut yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor konstruksi, sektor perdagangan, sektor hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Sedangkan dalam klasifikasi 17 sektor tersebut merupakan gabungan antara 10 sektor utama dan 8 subsektor industri diantaranya yaitu : 1) Sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, 2) Sektor industri Tekstil, Pakaian Jadi, kulit dan alas kaki , 3) Sektor Industri Bambu, Kayu dan Rotan, 4) Sektor Industri Kertas, Barang dari kertas dan Karton, 5) Sektor Industri Kimia, Karet, Plastik, dan Pengilangan minyak, 6) Sektor Industri Semen dan barang bukan logam, 7) Sektor Industri Logam dasar, 8) Sektor Industri lainnya. Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah bagaimana dan berapa besar dampak investasi sektor industri pengolahan terhadap perekonomian di Indonesia dengan menggunakan analisis Input-Output. Analasis pada penelitian ini meliputi analisis keterkaitan (keterkaitan ke depan dan ke belakang), dan
8
analisis multiplier (output, pendapatan, dan tenaga kerja). Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu perekonomian. Koefisien
penyebaran
berguna
untuk
melihat
distribusi
manfaat
pengembangan suatu sektor terhadap pengembangan sektor-sektor lainnya.
dari