I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Tiga sub sistem utama ketahanan pangan yaitu (1) penyediaan pangan (supply), (2) penyaluran pangan (distribution), dan (3) pemanfaatan (consumption) (Suryana, 2008). Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan dan menjaga stabilitas ketahanan pangan adalah menjamin ketersediaan pangan dengan peningkatan produksi bahan pangan. Kapasitas produksi pangan merupakan faktor penting dari ketahanan pangan, khususnya tanaman pangan.
Dari sisi penyediaan pangan, kondisi
ketersediaan dan kesuburan lahan masih menentukan kapasitas produksi, mengingat bahwa pertumbuhan produktivitas pangan khususnya padi masih berkisar 1% per tahun, artinya masih lebih rendah dibandingkan angka pertumbuhan penduduk yang berkisar 1,4% per tahun. Hal ini secara langsung atau tidak langsung, terbukti dengan terjadinya impor beras secara terus menerus sejak tahun 1995 (Pratomosunu, 2007). Nurmalina (2008) menyatakan bahwa wilayah Jawa dan Sumatera berstatus cukup berkelanjutan dalam sistem ketersediaan pangan (beras), sedangkan Kalimantan, Sulawesi, dan wilayah lainnya termasuk dalam kategori kurang berkelanjutan.
Keberlanjutan sistem
ketahanan pangan di wilayah Jawa sangat lemah pada dimensi ekologi. Dengan demikian pengembangan sistem ketersediaan pangan selain difokuskan di Jawa sebaiknya juga difokuskan di wilayah Sumatera (Nurmalina, 2008). Dalam kaitannya dengan pengembangan potensi wilayah untuk sektor pertanian, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan penting antara lain adalah kesesuaian lahan dan keragaman sifat lahan yang akan sangat menentukan jenis komoditas yang dapat diusahakan serta tingkat produktivitasnya.
Hal ini
disebabkan setiap jenis tanaman membutuhkan persyaratan sifat lahan yang spesifik untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal (Djaenudin et al., 2002). Keragaman sifat lahan ini merupakan modal dasar yang dapat digunakan
2 sebagai pertimbangan dalam menentukan pewilayahan komoditas pertanian. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah aspek manajemen dalam pengelolaan lahan yang didasarkan pada sifat lahan untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan. Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten penting dalam penyediaan produk tanaman pangan bagi Propinsi Lampung. Menurut BPS Propinsi Lampung (2007), untuk 7 komoditas tanaman pangan utama di Propinsi Lampung (padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau), Kabupaten Lampung Tengah memberikan sumbangan produksi masingmasing lebih dari 20% (Gambar 1). Bagi penduduk Lampung Tengah sendiri, komoditas tanaman pangan masih merupakan tumpuan utama penghidupan. Data PDRB Kabupaten Lampung Tengah dari tahun 2002 hingga tahun 2006 menunjukkan bahwa sub sektor pertanian tanaman bahan makanan memberikan kontribusi yang paling besar (berkisar antara 28,82 – 29,48%). Laju pertumbuhan PDRB untuk tanaman bahan makanan juga bernilai positif (0,37 pada tahun 2002 dan 5,18 pada tahun 2006). Hal ini menunjukkan bahwa tanaman bahan makanan merupakan komoditas yang sangat penting dan masih mempunyai peluang untuk dikembangkan.
100 90
Kota Metro
80
Bandar Lampung
(%)
70
Tulang Bawang
60
Waykanan
50
Lampung Utara
40
Lampung Tengah
30
Lampung Timur
20
Lampung Selatan
10
Tanggamus
0 Padi
Jagung
Ubi Ubi Jalar Kacang Kedelai Kacang Kayu Tanah Hijau
Lampung Barat
Gambar 1 Persentase kontribusi produksi tanaman pangan tingkat kabupaten terhadap propinsi.
3 Pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan perlu dilakukan dengan memperhatikan potensi yang dimiliki yang langkah awalnya dapat dilakukan melalui pewilayahan komoditas. Pewilayahan komoditas tanaman pangan yang sesuai dengan daya dukung lahan dimaksudkan agar produktifitas lahan yang diusahakan dapat optimal. Perencanaan pembangunan pertanian yang berdasarkan pewilayahan akan dapat mengatasi terjadinya persaingan jenis dan produksi komoditas antar wilayah sehingga peluang pasar akan terjamin. Untuk mendukung pengembangan potensi tersebut dibutuhkan suatu analisis yang menyeluruh yang meliputi berbagai aspek penting, seperti (1) menentukan komoditas unggulan yang tepat, sesuai dengan data-data hasil produksi yang ada; (2) mengetahui komoditas apakah yang sesungguhnya paling disukai oleh stakeholder selaku pelaku, sehingga dapat ditentukan kebijakan yang dapat mendukung keberhasilan pertanian di Lampung Tengah; (3) analisis tentang kesesuaian lahan terhadap komoditas tanaman pangan yang ada, upaya ini penting untuk dapat memetakan dengan jelas daya dukung biofisik lahan dan lingkungan yang ada dan (4) analisis tentang kelayakan usahatani, untuk melihat kelayakakan finansial suatu jenis usahatani. Perencanaan pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan perlu dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial sehingga dapat mendukung keberlanjutan kegiatan pertanian tanaman pangan. Di samping itu, perencanaan yang bersifat spasial juga diperlukan untuk mempermudah pengelolaan dan aplikasinya.
Berdasarkan data dan informasi
yang diperoleh dari pemerintah Kabupaten Lampung Tengah, perencanaan yang ada saat ini belum didukung oleh data spasial dan tersedia dalam bentuk tabular berbasis wilayah administrasi. 1.2 Permasalahan Secara nasional, produksi pangan dalam negeri masih belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi. Data ekspor-impor komoditas tanaman pangan di Departemen Pertanian tahun 2006 menunjukkan bahwa impor jagung 2,3 juta ton atau senilai 354 juta dolar Amerika Serikat, sedangkan impor beras sebesar 0,28 juta ton atau senilai 83 juta dolar Amerika Serikat (Deptan, 2009a; 2009b).
4 Kondisi ini baik dari sisi ketahanan pangan maupun pengembangan wilayah kurang menguntungkan. Kekurangan pasokan pangan akan mengancam kondisi ketahanan pangan, sementara impor bahan pangan tidak memberikan nilai tambah bagi sebagian besar petani. Pembangunan pertanian khususnya komoditas tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah yang telah dilakukan selama ini masih belum memuaskan. Hal ini terlihat dari rata-rata produktivitas lahan terutama untuk tanaman padi dan jagung yang masih di bawah rata-rata produktivitas nasional. Peningkatan produksi tanaman pangan di kabupaten masih dimungkinkan baik melalui peningkatan produktivitas maupun peningkatan luas panen untuk mengisi kekurangan pasokan pada tingkat nasional. Untuk itu diperlukan perencanaan dan arahan pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah yang mempertimbangkan keberlanjutan sistem produksi. Perencanaan pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah memunculkan beberapa pertanyaan penelitian yaitu: (1)
Masih adakah lahan yang tersedia untuk pengembangan komoditas tanaman pangan?
(2)
Bagaimanakah status kesesuaian lahan untuk tanaman pangan?
(3)
Apakah komoditas tanaman pangan secara ekonomi layak dikembangkan?
(4)
Komoditas apakah yang menjadi unggulan?
1.3 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui komoditas basis tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah (2) Mengetahui ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah (3) Menentukan prioritas dan arahan pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah
5 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah: (1)
Dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi dalam menyusun perencanaan pembangunan daerah.
(2)
Sebagai bahan masukan untuk memperkaya khasanah pemikiran dan proses pembelajaran (learning process) dalam perumusan kebijakan pembangunan dan pengembangan wilayah.