I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis merupakan suatu “mega sektor” karena mencakup banyak sektor, baik secara
vertikal (sektor pertanian, perdagangan, industri, jasa,
keuangan, dan sebagainya), maupun secara horizontal (tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan). Dari pandangan tersebut ternyata agribisnis adalah kegiatan yang dapat memberikan kontribusi dalam perekonomian nasional Indonesia, baik dilihat dari sumbangannya terhadap pendapatan nasional, pendapatan daerah dan kesempatan kerja secara nasional dimasing-masing daerah (Krisnamurthi, 2001). Produk agribisnis meliputi produk-produk hasil dari pertanian, perikanan dan peternakan baik segar maupun olahan. Produk segar adalah produk yang dijual dalam keadaan segar dan belum mengalami penanganan seperti pengawetan, pengasinan dan lain-lain. Menurut Harjadi (1990), ciri-ciri dari produk agribisnis adalah bersifat mudah rusak (perishable), komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air, bukan oleh kandungan kering, kualitas tidak seragam, harga per komoditi ditentukan oleh mutunya bukan oleh kuantitasnya, merupakan kebutuhan pokok yang diperlukan dalam jumlah yang besar seperti tanaman pangan dan kebutuhan tidak pokok seperti tanaman hortikultura yang diperlukan dalam jumlah sedikit setiap harinya serta dari segi gizi penting sebagai sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Pertumbuhan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan pendapatan masyarakat menyebabkan naiknya permintaan terhadap kebutuhan pokok termasuk produk-produk pangan, baik segar maupun olahan yang bermutu tinggi. Hal itu terjadi karena daya beli masyarakat terhadap produk-produk tersebut semakin tinggi. Dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat setiap tahunnya maka permintaan terhadap produk-produk pangan yang bermutu tinggi juga semakin meningkat. Kebutuhan pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi setiap hari. Untuk memenuhi kebutuhan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup, terdistribusi dengan
2
harga terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang aktivitasnya sehari-hari. Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh seseorang dengan tujuan dan waktu tertentu. Konsumsi pangan rumahtangga di Indonesia dapat dipenuhi dari tiga sumber ritel, yaitu : ritel modern, pasar tradisional dan pedagang keliling. Tingkat konsumsi pangan tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2006 ke tahun 2007 (Tabel 1). Tabel 1. Konsumsi Pangan Tingkat Rumah Tangga, Tahun 2006-2007 Tahun 2006 Tahun 2007 Kelompok Pangan % Skor % Skor Energi AKG PPH Energi AKG PPH Padi-padian 1305 65,3 25 1317 68,5 34,2 Umbi-umbian 98 4,9 2,5 104 5,2 2,6 Pangan hewani 113 5,7 11,3 200 5,9 11,8 Minyak dan lemak 192 9,6 4,8 195 10,1 5,0 Buah/biji berminyak 59 3 1 61 3,2 1,6 Kacang-kacangan 64 3.2 6,4 66 3,4 6,8 Gula 98 4,9 2,4 101 4,9 2,5 Sayuran dan buah 97 4,9 24,2 99 5 25 Lain-lain 34 1,7 0 38 1,8 0 Total 2060 103 77,6 2181 108 89,55 Sumber: Susenas (2009)
Era globalisasi ikut berpengaruh terhadap gaya hidup (life style) dan pola konsumsi pangan. Perubahan pola hidup ini digambarkan dengan adanya kepedulian masyarakat terhadap keamanan pangan dan kualitas produk, terutama di daerah perkotaan. Kepedulian tersebut dapat dilihat dari pemilihan produk yang dibeli dan semakin banyaknya konsumen yang memilih ritel modern untuk membeli makanan segar (fresh food). Format ritel modern yang berkembang cepat di Indonesia adalah hypermarket, supermarket, minimarket atau convenience store, departement store, dan speciality store. Salah satu ritel besar yang kiprahnya semakin membesar adalah hypermarket (pasar serba ada) yang dikemas dalam format modern. Survei AC Nielsen Indonesia mencatat bahwa industri ritel modern tumbuh pesat pada tahun 2008, pertumbuhan industri ritel modern tumbuh hingga 23,6 persen. Pertumbuhan ini ditopang oleh ekspansi ritel modern berupa distribusi dan promosi, pertumbuhan belanja iklan naik 19%, perubahan gaya
3
hidup belanja, inovasi produk mengikuti kebutuhan konsumen, dan ditopang pula kenaikan penjualan pada masa Lebaran sebesar 32 persen1. Diantara beberapa bentuk ritel modern seperti supermarket, minimarket, pusat grosir dan hypermarket, ditemukan bahwa hypermarket mengalami pertumbuhan yang cukup cepat dan tidak terlalu fluktuatif dibanding supermarket. Jumlah hypermarket yang meningkat tidak hanya membuka pangsa pasar baru tetapi juga mengambil share pasar tradisional. Hal ini karena konsep hypermarket yang menjual barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas, menjual hampir semua jenis barang kebutuhan setiap lapisan konsumen. Sekarang ini usaha ritel modern semakin marak di Pamulang dengan munculnya berbagai hypermarket baru. Di Pamulang berdiri Giant Hypermarket dan Carrefour yang menandakan pertumbuhan ritel modern di kecamatan ini sangat pesat. Perkembangan usaha ritel modern di Pamulang terjadi akibat dari meningkatnya jumlah permintaan konsumen sebagai dampak dari perubahan jaman yang senantiasa terus berubah. Masing-masing hypermarket memiliki karakteristik yang hampir sama dengan kelebihan dan kekurangannya, sehingga muncul suatu persaingan diantara hypermarket tersebut. Hypermarket adalah pengecer yang menjual bahan-bahan makanan dan minuman, segar maupun olahan termasuk produk-produk pertanian. Keunggulan yang dimiliki oleh hypermarket adalah konsep one stop needs shopping yang ditawarkan, yaitu menyediakan berbagai macam kebutuhan pada satu tempat berbelanja, harga relatif murah, produk yang dijual lengkap, kemudahan dalam mencari barang, kenyamanan berbelanja, kualitas produk baik, parkir luas dan aman serta kebersihan yang terjaga. Keunggulan yang dimiliki oleh hypermarket tersebut menimbulkan minat yang tinggi bagi konsumen untuk memilih hypermarket dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, dibandingkan dengan pasar tradisional yang cenderung kurang nyaman. Konsumen biasanya memiliki hypermarket langganan tetap yang sering dikunjungi.
1
Http://www.kompas.com. Hasil riset AC Nielsen, ritel 2009 tetap menjanjikan
4
1.2 Perumusan Masalah Berdirinya Giant Hypermarket pada bulan Agustus 2008 berpengaruh terhadap jumlah pengunjung yang berbelanja ke Carrefour Pamulang. Lokasi Giant Hypermarket menyatu dengan Pamulang Square dan memiliki potensi yang dikenal cukup baik di masyarakat. Pihak manajemen Carrefour Pamulang mengatakan bahwa sebelum berdirinya Giant Hypermarket jumlah pengunjung yang datang sebanyak 700 – 800 orang namun sekarang ini rata-rata jumlah pengunjung setiap hari berjumlah 300 – 400 orang. Sedangkan Giant Hypermarket bertujuan untuk mempertahankan pelanggan dan menarik pelanggan baru, hal ini menyebabkan terjadinya persaingan diantara kedua ritel modern tersebut. Dalam lingkungan yang kompetitif diperlukan strategi untuk dapat menarik pelanggan atau pengunjung. Ritel modern harus mampu mempertahankan pelanggannya. Salah satu cara yang baik yaitu memberikan kepuasan kepada konsumen baik
dalam
lokasi,
keseragaman
produk,
harga,
pelayanan,
kenyamanan, display toko dan keramah-tamahan pramuniaga. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dianalisis atribut-atribut yang menyebabkan konsumen suka atau tidak suka pada Carrefour dan Giant Hypermarket. Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang dapat diangkat pada penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana karakteristik umum konsumen produk pertanian segar dan tahapan proses keputusan pembelian produk pertanian segar di Carrefour dan Giant Hypermarket Pamulang?
2.
Bagaimana tingkat kepuasan konsumen produk pertanian segar di Carrefour dan Giant Hypermarket Pamulang?
3.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen produk pertanian segar di Carrefour dan Giant Hypermarket Pamulang?
5
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini antara lain : 1.
Mendekripsikan karakteristik umum konsumen produk pertanian segar dan tahapan proses keputusan pembelian produk pertanian segar di Carrefour dan Giant Hypermarket Pamulang.
2.
Menganalisis tingkat kepuasan konsumen produk pertanian segar di Carrefour dan Giant Hypermarket Pamulang.
3.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen produk pertanian segar di Carrefour dan Giant Hypermarket Pamulang.
1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat : 1.
Memberikan informasi mengenai karakteristik konsumen kepada pihak ritel modern sebagai bahan dasar terhadap evaluasi dan peramuan strategi pemasaran sehingga dapat meningkatkan penjualan.
2.
Sebagai masukan bagi pihak ritel modern untuk pengembangan produknya dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk pertanian segar.
3.
Bermanfaat bagi penulis sebagai bahan pembelajaran dalam memahami konsep perilaku konsumen secara keseluruhan.
4.
Informasi dan data yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.
6
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ini merupakan salah satu penelitian yang hanya membahas mengenai karakteristik konsumen dan kepuasan serta keputusan lokasi pembelian konsumen produk pertanian segar di ritel modern. Ruang lingkup produk pertanian segar yaitu sayuran, produk perikanan dan daging. Melalui pengolahan alat analisis yang akan digunakan sehingga dapat memberikan hasil sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu menganalisis kepuasan dan dan keputusan lokasi pembelian konsumen produk pertanian segar di Carrefour dan Giant Hypermarket Pamulang.