1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Setiap sumberdaya alam memiliki fungsi penting terhadap lingkungan. Sumberdaya alam berupa vegetasi pada suatu ekosistem hutan mangrove dapat berfungsi dalam menstabilkan garis pantai serta tepian sungai, pelindung hempasan gelombang dan arus, serta mempercepat pembentukan lahan baru (Saparinto 2007). Vegetasi mangrove sebagai bagian dari ekosistem yang umumnya berada di wilayah pesisir juga memiliki peran sebagai penyerap (rosot) karbondioksida dari udara. Hutan mangrove memiliki peran penting terkait pemanasan global mengingat eksistensinya sebagai penyerap dan penyimpan karbon (carbon-sink). Semua pelepasan karbon akan menambah karbon yang berada dalam vegetasi sebagai kantong karbon aktif (active carbon pool). Tingginya laju pembakaran bahan bakar fosil dan kerusakan hutan saat ini adalah faktor yang menyebabkan jumlah karbon yang berada di atmosfer meningkat dengan pesat. Hutan alam mangrove yang terhampar di sepanjang Pantai Tanjung Bara hingga Kenyamukan masih termasuk dalam kawasan konsesi perusahaan tambang. Eksistensi hutan ini menjadi sangat penting untuk tetap dipertahankan karena memegang peranan penting yang luar biasa dalam upaya mengimbangi laju emisi karbon ke udara, terutama emisi yang dihasilkan dari kegiatan pertambangan. Emisi ini secara spesifik dapat berasal dari kegiatan operasional tambang dan pembukaan atau perubahan tutupan lahan. Perusahaan tambang yang secara administratif berada di wilayah Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam sektor pertambangan batubara yang menerapkan ekstraksi bahan galian dengan sistem terbuka (open mining). Produksi kotor perusahaan tambang batubara ini pada tahun 2006 mencapai 35,3 juta ton (PT. Bumi Resources 2008). Perusahaan ini memproduksi batubara dalam tiga jenis kualitas, yaitu prima, pinang, dan melawan, produksi keseluruhan tahun 2007 mencapai 36,34 juta ton (PT. KPC 2008). Luas kawasan yang dibuka
2
untuk areal tambang saat ini baru mencapai 11% dari total area penambangan seluas 90.938 ha berdasarkan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1.K/40.00/DJB/2007 (PT. KPC 2008). Peningkatan jumlah produksi batubara dan luas kawasan yang dibuka oleh perusahaan ini secara signifikan mengindikasi adanya peningkatan yang besar terhadap emisi karbondioksida. Menurut International Panel on Climate Change/IPCC (2003) sampai akhir tahun 1980 emisi karbon di dunia adalah sebesar 117±35 G ton C (82-152 G ton C) akibat pembakaran fosil berupa bahan bakar minyak dan batubara, alih fungsi hutan dan pembakaran hutan. Rosot karbondioksida berhubungan erat dengan biomassa tegakan. Jumlah biomassa suatu kawasan diperoleh dari produksi dan kerapatan biomassa yang diduga dari pengukuran diameter, tinggi, berat jenis dan kepadatan setiap jenis pohon. Biomassa dan rosot karbon pada hutan tropis merupakan jasa hutan di luar potensi biofisik lainnya. Potensi biomassa hutan yang besar adalah menyerap dan menyimpan karbon guna pengurangan kadar CO2 di udara. Manfaat langsung dari pengelolaan hutan berupa hasil kayu secara optimal hanya 4,1%. Sedangkan fungsi optimal dalam penyerapan karbon mencapai 77,9% (Darusman 2006). Berdasarkan hal tersebut, kajian terhadap potensi biomassa dan karbon yang terkandung pada vegetasi hutan mangrove ini perlu dilakukan untuk mengetahui besaran kapasitas fungsi jasa lingkungan yang mampu diperankan oleh ekosistem hutan mangrove Pantai Tanjung Bara dalam membantu pengurangan emisi karbondioksida terutama dari kawasan pertambangan.
1.2. Perumusan Masalah Hutan mangrove di Tanjung Bara merupakan buffer antara wilayah perairan dan daratan di sepanjang pesisir timur Sangatta Utara. Letaknya sekitar 10-15 km dari lokasi areal pertambangan dan masih tercakup dalam wilayah konsesi perusahaan tambang batubara. Adanya aktifitas pertambangan batubara secara signifikan berpotensi besar memicu tingginya laju emisi karbon melalui kegiatan operasional perusahaan seperti bentuk pembukaan lahan untuk tambang. Hutan mangrove pada konteks ini kemudian menjadi sangat penting terkait
3
perannya sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Jumlah karbon yang tersimpan dalam
tubuh
vegetasi
(biomassa)
dapat
menggambarkan
banyaknya
karbondioksida di atmosfer yang diserap oleh vegetasi tersebut. Jumlah biomassa vegetasi mangrove Sangatta dapat menggambarkan seberapa besar kapasitas hutan mangrove di Tanjung Bara dalam mengurangi atau menekan jumlah emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan operasional tambang batubara. Jumlah biomassa dan karbon atau karbondioksida ekuivalen yang terkandung dalam hutan mangrove di Tanjung Bara dinilai sebagai aspek jasa lingkungan yang berperan sangat penting terutama dikaitkan dengan eksistensi perusahaan tambang batubara sebagai emitor karbon.
1.3. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi jasa lingkungan hutan mangrove di Tanjung Bara dengan rincian kegiatan sebagai berikut : a. Mengkaji potensi biomassa vegetasi mangrove di atas permukaan tanah. b. Mengkaji potensi kandungan karbon pada vegetasi mangrove di atas permukaan tanah. c. Mengkaji peranan hutan mangrove untuk mereduksi emisi karbondioksida yang berasal dari kawasan tambang batubara. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pihak perusahaan serta stakeholder lainnya untuk menjaga dan meningkatkan eksistensi serta fungsi hutan terutama terkait fungsinya sebagai pereduksi emisi karbon yang akibatkan oleh kegiatan operasional tambang batubara.
1.5. Kerangka Pemikiran Indikasi laju emisi karbon yang dihasilkan oleh kegiatan operasional tambang batubara melatarbelakangi penelitian ini secara khusus ingin mengkaji hutan mangrove di Tanjung Bara sebagai salah satu tipe hutan yang ada di Sangatta Utara. Aspek hutan mangrove yang dikaji adalah aspek vegetasi berdasarkan tahapan pertumbuhan yang terdiri dari pohon, anakan pohon dan
4
semai. Penghitungan jumlah potensi karbon pada vegetasi mangrove dilakukan melalui 2 cara yaitu pendekatan persamaan allometrik dan análisis terhadap berat kering di laboratorium. Kajian terhadap pohon dimulai dari pengambilan data berupa jenis, jumlah, diameter dan tinggi. Penghitungan potensi karbon kemudian dilakukan melalui pendekatan pendugaan biomassa dengan menggunakan persamaan allometrik. Kajian terhadap anakan pohon dan semai dimulai dari pengambilan data jenis, jumlah dan berat basah. Tahap selanjutnya adalah menganálisis contoh di laboratorium untuk menentukan kadar air dan berat kering untuk menghitung kandungan karbon. Analisis dilanjutkan dengan penentuan kadar zat terbang, kadar abu dan kadar karbon terikat untuk menghitung potensi karbon anakan pohon dan semai. Hasil penghitungan potensi karbon yang diperoleh selanjutnya dikonversi untuk mengetahui jumlah serapan karbondioksida. Síntesis data kemudian dilakukan untuk mengetahui bagaimana fungsi jasa lingkungan hutan mangrove di Tanjung Bara dalam mengurangi emisi karbon yang dihasilkan akibat kegiatan operasional tambang batubara. Alur kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
5
Emisi CO2 akibat kegiatan operasional tambang batubara
Jenis Jumlah Tinggi Diameter
Hutan Alam Mangrove di Pantai Tanjung Bara
Pohon
Persamaan Allometrik
Vegetasi
Tipe Hutan lain (Hutan Sekunder, Hutan Rawa)
Anakan Pohon Semai
Kandungan Biomassa
Potensi Karbon
Serapan Karbondioksida
Sintesis Data Fungsi Jasa Lingkungan
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian.
Jenis Jumlah Berat Basah
Analisis Laboratorium : Kadar Air Berat Kering Analisis Laboratorium : Kadar Zat Terbang Kadar Abu Kadar Karbon Terikat