I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Budidaya tanaman monokultur dapat mendorong ekosistem pertanian rentan terhadap serangan hama karena ketersediaan makanan yang terus-menerus bagi serangga hama. Selain itu, perluasan tanaman monokultur dengan pengalihan lahan vegetasi alami dapat menurunkan keragaman habitat, ketidakstabilan agroekosistem, dan meningkatnya serangan hama (Nair, 2001). Tanaman Solanaceae merupakan salah satu jenis komoditi sayuran yang banyak dibudidayakan (Pracaya, 1993). Beberapa diantaranya seperti tomat, terong dan cabai yang memiliki nilai ekonomis tinggi karena banyak diminati untuk dikonsumsi sehari-hari. Tomat merupakan salah satu komoditas pertanian multiguna yang diolah sebagai produk pangan. Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2003 produksi tomat di Sumatera Barat mencapai 14,481 ton/tahun, tahun 2004 terjadi peningkatan menjadi 16,341 ton/tahun, sedangkan pada tahun 2005 terjadi penurunan menjadi 11,824 ton/tahun. Tahun 2006-2007 terjadi peningkatan lagi yaitu 22,348-25,578 ton/tahun. Peningkatan ini menandakan tomat termasuk sayuran yang banyak digemari karena rasa enak, segar dan sedikit asam (Chairunnisa, 2011). Buah tomat mengandung berbagai vitamin dan senyawa pencegah penyakit yang baik bagi kesehatan, terutama lycopene. Tomat mengandung lemak dan kalori dalam jumlah rendah, bebas kolesterol, dan merupakan sumber serat dan protein yang baik. Selain itu, tomat kaya akan vitamin A dan C, beta-karoten, kalium dan antioksidan lycopene (Rizqi, 2011). Habitus tanaman tomat berupa semak dengan ketinggian mencapai 0,5 m -2,5m. Daun tanaman tomat bentuknya bulat telur sampai memanjang, ujung runcing (acutus), majemuk menyirip, letak berseling, pangkal membulat, helaian daun yang besar tepinya berlekuk, helaian yang lebih kecil tepinya bergerigi, panjang 10-40cm, warnanya hijau muda dilindungi oleh trikomata (Cahyono, 1998). Terong termasuk salah satu sayuran buah yang banyak digemari berbagai kalangan di seluruh pelosok tanah air. Buah terong yang merupakan hasil panen utama tanaman ini memiliki citarasa yang enak, bernilai gizi diantaranya vitamin A, B1, B2, C, P, dan Fosfor (Peni, 1998). Selain itu, terong harganya relatif murah (Rp. 3000 – Rp 3500/kg) sehingga terjangkau oleh masyarakat lapisan bawah. Terong juga digunakan dalam berbagai masakan rumah tangga Indonesia bahkan rumah makan besar menggunakan terong sebagai salah satu
menunya. Terong dapat berfungsi sebagai makanan fungsional karena memiliki sifat antioksidan yang baik, karena fitonutrien mengandung komponen fenol, seperti asam kafeat, asam klorogenik, serta nasunin. Para peneliti pertanian di Beltsville Amerika Serikat, menyatakan komponen fenol dalam terong berkhasiat sebagai antioksidan (Vidayanti, 2012). Selain fenol, terong mengandung komponen lain yang bersifat melindungi tubuh dari infeksi bakteri dan jamur. Tanaman terong memiliki daun berbentuk bulat telur, elips atau memanjang, memiliki permukaan yang cukup luas (3-15cm x 2-9cm), bentuk helaiannya menyerupai telinga, letak helaian daun tersebar pada cabang batang, umumnya berlekuk dengan tepi daun berombak, kedua sisi daun umumnya ditutupi rambut tipis yang masingmasing berwarna kelabu, tulang daun tersusun menyirip, pada tulang daun yang besar sering terdapat duri (Christman, 2007). Cabai merupakan tanaman perdu dengan rasa buah pedas yang disebabkan oleh kandungan capsaicin. Cabai mengandung beberapa vitamin. Salah satu vitamin dalam cabai adalah vitamin C (asam askorbat). Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang kuat dapat melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker, dan secara khusus mampu meningkatkan daya serap tubuh atau kalsium (mineral untuk gigi dan tulang) serta zat besi dari bahan makanan lain (Godam, 2006). Selain itu, vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air dan esensial untuk biosintesis kolagen (Nadiu, 2003). Daun cabai tersebar atau bersama-sama dan berbeda dalam ukuran, panjang pangkal daun 0,5-2,5cm, helaian daun bulat telur memanjang atau elips bentuk lanset, pangkal daun meruncing, ujung daun meruncing, permukaan daun gundul, dan pertulangan daun menyirip. Masa panen cabai berkisar antara 23 bulan setelah pemanenan perdana (Tikarama, 2009). Budidaya cabai, terong dan tomat masih mengalami kendala, misalnya adanya serangan hama. Pengendalian hama dengan menggunakan insektisida dan dengan pengendalian hama terpadu telah diupayakan, seperti meningkatkan keanekaragaman tanaman, penerapan tumpang sari, dan rotasi tanaman untuk meningkatkan stabilitas ekosistem serta mengurangi resiko gangguan hama (Altieri, 1999; Nicholls,1999). Walaupun banyak usaha pengendalian hama telah dilakukan, namun hama-hama yang menyerang tanaman khususnya sayuran masih banyak ditemukan. Penggunaan pestisida yang intensif dapat menimbulkan resistensi terhadap hama dan merugikan bagi musuh-musuh alami dari hama tersebut. Dilaporkan bahwa akibat penggunaan insektisida yang berlebihan di Taiwan, lalat buah Bactrocera dorsalis resisten terhadap berbagai insektisida (Hsu dan Feng, 2002). Hasil penelitian lainnya juga
memperlihatkan bahwa tanaman yang diberi pupuk dengan bahan kimia sintetis lebih rentan terhadap serangan hama dibandingkan tanaman organik dan tanaman yang tumbuh pada tanah yang masih alami (Hsu dan Feng, 2000). Pengendalian hama dengan pemanfaatan musuh alami serangga sudah dilakukan pada beberapa tanaman pertanian. Namun hasilnya belum banyak diketahui dan belum dimanfaatkan oleh para petani. Hal tersebut diduga disebabkan karena setiap jenis serangga mempunyai musuh yang spesifik. Salah satu jenis serangga yang dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama tanaman pertanian adalah serangga pemakan daun dari ordo Coleoptera, yaitu kumbang koksi (Epilachna admirabilis). Pada daerah tertentu, misalnya di kecamatan Baturiti, kabupaten Tabanan Bali, kumbang koksi merupakan salah satu hama yang cukup mengkhawatirkan petani, karena serangga ini aktif memakan beberapa jenis tanaman sayuran, misalnya pada tanaman terong (Solanum melongena). Petani biasanya melakukan tindakan pemberantasan hama ini dengan menggunakan pestisida. Mereka kurang mengerti tentang buruknya pengaruh penggunaan pestisida terhadap tanaman dan serangga hama. Meningkatnya serangan hama bukan hanya karena penyederhanaan tanaman, tetapi juga terjadi karena penggunaan pestisida yang tidak bijaksana. Seperti dilaporkan bahwa ulat daun kubis Plutella xylostella di berbagai daerah sentra produksi di Jawa Tengah dan Yogyakarta telah sangat resisten terhadap insektisida dengan bahan aktif deltametrin (Nuryanti, 2001; Listyaningrum dkk 2003; Rahman, 2004), demikian pula dengan ulat grayak Spodoptera exigua pada daun bawang merah juga telah resisten terhadap metoksifenosida (Trisyono, 2008). Serangga pemakan daun biasanya lebih menyukai daun yang masih muda, karena kandungan metabolit sekundernya yang masih rendah dan kandungan nitrogen yang tinggi. Nitrogen diperlukan serangga dalam jumlah yang tinggi karena nitrogen merupakan unsur utama penyusun asam amino. Asam amino merupakan monomer protein yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan serangga. Kandungan nitrogen pada masing-masing tumbuhan dapat berbeda tergantung pada familinya. Pada setiap individu tanaman kandungan nutrisi terutama air dan nitrogen yang dibutuhkan oleh serangga herbivor dapat berbeda tergantung dari bagian tanamannya, misalnya bagian tanaman yang masih muda relatif lebih banyak mengandung air dan nitrogen dibandingkan dengan bagian tanaman yang sudah tidak berkembang atau tua (Bruyen et al., 2002; Wait et al., 2002; Roslin dan Salminen, 2009).
Lebih tingginya kandungan nutrisi dari daun yang digunakan sebagai sumber makanan oleh serangga herbivor, maka penelitian tentang preferensi satu jenis serangga herbivor sangat perlu untuk dilakukan pada beberapa jenis tanaman dengan famili yang sama. Maka dari itu, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui preferensi makan salah satu serangga herbivor kumbang koksi (Epilachna admirabilis) pada daun pada beberapa jenis tanaman sayur-sayuran, yaitu tomat (Solanum lycopersicum), cabai (Capsicum sp.) dan terong (Solanum melongena) yang banyak dibudidayakan di Bali.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah jenis daun manakah dari tanaman tomat (Solanum lycopersicum), cabai (Capsicum sp.), dan terong (Solanum melongena) yang lebih disukai oleh kumbang koksi (Epilachna admirabilis)? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah mengetahui jenis daun yang paling disukai kumbang koksi (Epilachna admirabilis) dari ketiga jenis tanaman, tomat (Solanum lycopersicum), cabai (Capsicum sp.), dan terong (Solanum melongena). 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat bermanfaat terhadap cara-cara pengendalian hama serangga secara alami dengan mengetahui preferensi makan serangga hama tersebut sehingga pengendaliannya dapat dilakukan dengan lebih efektif.