I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Kacang tanah merupakan salah satu komoditas unggulan di Provinsi Aceh, khususnya Kabupaten Pidie, Aceh Barat, Aceh Jaya, Nagan Raya, Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan. Lahan yang biasa digunakan petani untuk penanaman dan pengembangan kacang tanah adalah lahan sawah dan lahan tegalan, namun demikian petani lebih banyak menanam kacang tanah dilahan sawah bila dibandingkan dengan lahan tegalan. Kacang tanah tumbuh dengan baik pada ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Tanaman kacang tanah menghendaki lahan gembur agar ginoforanya
mudah
menembus tanah dan kaya unsure Ca,N, P dan K. pH yang diharapkan 5 – 6,3. Pada tanah asam efisiensi peningkatan N dari Udara oleh bakteri akan berkurang dan tanah yang mempunyai derajat kemasaman rendah perlu dilakukan pengapuran untuk memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan hasil (marzuki ,R 2007). Lahan gambut merupakan salah satu lahan potensial yang dapat dikembangkan usahatani, namun pada lahan gambut memiliki beberapa hambatan dalam peningkatan produksi tanaman terutama kacang tanah. Luas lahan gambut di Indonesia mencapai 16.500.000 ha yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Di Provinsi Aceh luas lahan gambut mencapai
144.000 ha tersebar di Aceh Jaya, Aceh
Barat, Nagan Raya, Aceh Selatan dan Aceh Singkil. Permasalahan yang dihadapi pada lahan gambut adalah pH tanah rendah yaitu 4-5, kandungan mineral tanah tidak seimbang, kandungan unsur beracun seperti Al,Fe tinggi serta ketersediaan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman rendah.
Dengan
kondisi seperti ini mengakibatkan
produktivitas tanaman menjadi terhambat. Perbaikan lahan seperti ini dapat dilakukan melalui penggunaan kapur sesuai dengan tingkat kerusakannya. Selama ini petani di Provinsi Aceh telah melakukan usahatani tanaman kacang tanah pada lahan gambut, namun produktivitas masih sangat rendah sekali yaitu rata-rata 450 kg/ha sementara produktivitas kacang tanah pada tanah mineral mencapai 1-1,2 ton/ha. Upaya peningkatan produksi tanaman pangan dan menjaga ketahanan pangan di Provinsi Aceh dalam rangka mendukung 4 program strategis Kementerian Pertanian perlu dilakukan. Untuk mencapai peningkatan produksi,dan
pemanfaatan lahan.
Penanaman kacang tanah bukan saja dilahan sawah atau lahan kering, tetapi kacang tanah juga dapat dikembangkan di lahan gambut. Lahan gambut terluas terdapat di barat ibukota Provinsi Aceh, yaitu di Kabupaten Meulaboh.yaitu 20 % dari luas gambut yang tersebar di Aceh. Dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan
1
pemanfaatan lahan gambut semaksimal mungkin maka, pengkajian tentang kemampuan lahan gambut dalam upaya peningkatan produksi kacang tanah perlu dikaji sehingga lahan gambut dapat ditanami tanaman sayur-sayuran, hortikultura dan lainnya. khususnya kacang tanah dapat tumbuh diharapkan dapat berkembang dengan baik pada lahan gambut, agar harapan untuk pemenuhan kebutuhan akan kacang tanah terutama di Provinsi Aceh dapat tercukupi. Potensi pengembangan pertanian pada lahan gambut, disamping faktor kesuburan alami gambut juga sangat ditentukan oleh tingkat manajemen usaha tani yang akan diterapkan. Pada pengelolaan lahan gambut pada tingkat petani, dengan pengelolaan usaha tani termasuk masih rendah (low inputs) sampai sedang (medium inputs), berbeda dengan produktivitas lahan gambut dengan tingkat manajemen tinggi yang dikelola oleh swasta atau perusahaan besar (Subagyo et al, 1996). Dengan manajemen tingkat sedang (Abdurachman dan Suriadikarta, 2000), yaitu perbaikan tanah dengan penggunaan input yang terjangkau oleh petani seperti pengolahan tanah, tata air mikro, pemupukan, pengapuran dan pemberantasan hama dan penyakit, potensi pengembangan lahan gambut akan dapat menghasilkan produksi yang memadai. Cukup banyak jenis sayuran tropis dataran rendah yang dapat diusahakan di gambut seperti jenis sawi, kailan, bayam, kangkung, cabe, seledri, kucai, daun bawang, kacang panjang, kacang buncis, kacang mia, terong, tomat, labu, labu kuning, gambas, dll. Pertanian sayuran merupakan pertanian intensif mengandalkan masukan yang sedang berupa: abu bakaran, pupuk kandang ayam, pupuk kimia, kulit udang, limbah ikan asin, dan pestisida. Kendala utama yang dirasakan petani sayur dilahan gambut adalah rendahnya kesuburan gambut. Oleh karena itu petani memanfaatkan abu bakar untuk meningkatkan pH dan hara bagi tanaman, penambahan hara dilakukan dengan penambahan pupuk kotoran
ayam, dan pupuk kimia. Sejak
beberapa tahun yang silam petani telah menggunakan abu kayu (abu sawmill) untuk memperbaiki kesuburan tanah, namun karena langkanya kayu maka sebagian besar pabrik penggergajian kayu dan kayu lapis tidak bekerja lagi, sehingga ketersediaan abu sawmill menjadi langka. Untuk mengganti abu kayu mereka membakar sampah kebun (gulma dan kayu asal gambut), pembakaran dilakukan secara terkendali (di pondok bakar) sepanjang waktu sehingga tidak terjadi akumulasi asap seperti pada musim kemarau.
2
1.2. Tujuan Tersedianya Teknologi Budidaya Kacang Tanah
pada Lahan Gambut di
Provinsi Aceh 1.3. Keluaran Yang Diharapkan
Adanya teknologi budidaya kacang pada lahan gambut di Provinsi Aceh.
Tersedianya varietas yang adaptif kacang tanah pada lahan gambut di provinsi Aceh
1.4. Hasil yang Diharapkan
Tersedianya rekomendasi teknologi budidaya kacang pada lahan gambut diProvinsi Aceh.
Tersedianya varietas yang adaptif kacang tanah pada lahan gambut di provinsiAceh
Diadopsinya inovasi teknologi kacang tanah di lahan gambut.
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Tersedianya varietas yang adaptasi lahan gambut di Provinsi Aceh
Meningkatnya produksi kacang tanah persatuan luas di Provinsi Aceh
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Kacang tanah Arachis hypogaea L., dalam bahasa Inggris: peanut, groundnut merupakan tanaman polong-polongan atau legum dari famili Fabaceae, kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Kacang tanah merupakan sejenis tanaman tropika. Tanaman ini tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Tanaman ini adalah satu di antara dua jenis tanaman budidaya. Buahnya mengalami pemasakan di bawah permukaan tanah. Jika buah yang masih muda terkena cahaya, proses pematangan biji terganggu. Tanaman kacang tanah ini berasal dari Amerika Selatan tepatnya adalah Brazillia, namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis Masuknya kacang tanah ke Indonesia pada abad ke-17 diperkirakan karena dibawa oleh pedagang-pedagang Spanyol,Cina,atau Portugis sewaktu melakukan pelayarannya dari Meksiko ke Maluku setelah tahun 1597 Pada tahun 1863 Holle memasukkan Kacang Tanah dari Inggris dan pada tahun 1864 Scheffer memasukkan pula Kacang Tanah dari Mesir Republik Rakyat Cina dan India kini merupakan penghasil kacang tanah terbesar dunia. Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandungi protein yang tinggi, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan Fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin dan kalsium. Kandungan protein dalam kacang tanah adalah jauh lebih tinggi dari daging, telur dan kacang soya. Mempunyai rasa yang manis dan banyak digunakan untuk membuat beraneka jenis kueKacang tanah juga dikatakan mengandung bahan yang dapat membina ketahanan tubuh dalam mencegah beberapa penyakit. Mengkonsumsi satu ons kacang tanah lima kali seminggu dilaporkan dapat mencegah penyakit jantung. Kacang tanah bekerja meningkatkan kemampuan pompa jantung dan menurunkan resoki penyakit jantung koroner. Memakan segenggam kacang tanah setiap hari terutama pesakit kencing manis dapat membantu kekurangan zat. Kacang tanah mengandung Omega 3 yang merupakan lemak tak jenuh ganda dan Omega 9 yang merupakan 4
lemak tak jenuh tunggal. Dalam 1 ons kacang tanah terdapat 18 gram Omega 3 dan 17 gram Omega 9. Kacang tanah mengandung fitosterol yang justru dapat menurunkan kadar kolesterol dan level trigliserida, dengan cara menahan penyerapan kolesterol dari makanan yang disirkulasikan dalam darah dan mengurangi penyerapan kembali kolesterol dari hati, serta tetap menjaga HDL kolesterol. Kacang tanah juga mengandung arginin yang dapat merangsang tubuh untuk memproduksi nitrogen monoksida yang berfungsi untuk melawan bakteri tuberkulosis. Vareietas kacang tanah cukup banyak diantaranya adalah Varietas Gajah, domba,bison, Jerapah, Macan, Banteng, Tapir, Kelinci dan Mahesa, varietas-varietas ini direkayasa untuk mampu beradaptasi dan mampu menahan terhadap serangan penyakit layu, karat dan bercak daun. Mengenai syarat tumbuh bahwa kacang tanah di Indonesia cocok ditanam didataran rendah yang berketinggian dibawah 500 m diatas permukaan laut. lklim yang dibutuhkan tanaman Kacang Tanah adalah bersuhu tinggi antara 25°C - 32°C, sedikit lembab dengan curah hujan 800 mm -1300 mm per tahun, serta lahannya terbuka. Tanaman Kacang Tanah membutuhkan tanah yang berstruktur ringan, seperti tanah
regosol,
andosol,
latosol
dan
alluvial.
Kacang tanah dapat dibudidayakan di lahan sawah berpengairan, sawah tadah hujan, lahan kering tadah hujan. Di Provinsi Aceh Lahan cukup luas untuk budidaya kacang tanah. Tetapi pemamfaatan lahan gambut masih kurang karena petani masih ragu memfaatan lahan yang bermasalah. Tanah gambut adalah tanah yang terbentuk dari akumulasi bahan organik pada kondisi anaerob. Di dalam Taksonomi Tanah, tanah gambut atau Histosol didifinisikan sebagai tanah yang mengandung bahan organik lebih dari 20 persen (bila tanah tidak mengandung liat), bilatanah mengandung liat 60 persen atau lebih maka kandungan bahan organik tanah lebihdari 30 persen dan memiliki ketebalan lebih dari 40 cm.Menurut Soekardi dan Hidayat (1988) Penyebaran gambut di Indonesia meliputi areal seluas 18.480 ribu hektar, tersebar pada pulau-pulau besar Kalimantan, Sumatera, Papuaserta beberapa pulau Kecil (Tabel 1). Dengan penyebaran seluas sekitar 18 juta ha makaluas lahan gambut Indonesia menempati urutan ke-4 dari luas gambut dunia setelah Kanada; Uni 5
Sovyet dan Amerika Serikat. Kalimantan Barat merupakan propinsi yangmemiliki luas lahan gambut terbesar di Indonesia yaitu seluas 4,61 juta ha, diikuti oleh Kalimantan Tengah, Riau dan Kalimantan Selatan dengan luas masing-masing 2,16 jutahektar, 1,70 juta hektar dan 1,48 juta hektar.Gambut terbentuk dari timbunan bahan organik yang berasal dari tumbuhan purba yang berlapis-lapis hingga mencapai ketebalan >40 cm. Proses penimbunan bahan sisa tumbuhan ini merupakan proses geogenik yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama (Hardjowigeno, 1996). Pembentukan gambut diduga terjadi pada periode Holosin antara 10.000 – 5.000 tahun silam. Menurut Andrisse (1988) gambut di daerah tropis terbentuk kurang dari 10.000 tahun lalu. Gambut pantai di Asia Tenggara umumnya berumur kurang dari 6.000 tahun, Gambut merupakan tanah yang terbentuk dari bahan organik pada fisiografi cekungan atau rawa, akumulasi bahan organik pada kondisi jenuh air, anaerob, menyebabkan proses perombakan bahan organik berjalan sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi bahan organik yang membentuk tanah gambut.
(Tim Fakultas
Pertanian IPB, 1986; Harjowigeno, 1996; dan Noor, 2001). Gambut terbentuk dari seresah organik yang terdekomposisi secara anaerobik dimana laju penambahan bahan organik lebih tinggi daripada laju dekomposisinya. Di dataran rendah dan daerah pantai, mula-mula terbentuk gambut topogen karena kondisi anaerobik yang dipertahankan oleh tinggi permukaan air sungai, tetapi kemudian penumpukan seresah tanaman yang semakin bertambah menghasilkan pembentukan hamparan gambut ombrogen yang berbentuk kubah (dome) . Gambut ombrogen di Indonesia terbentuk dari seresah vegetasi hutan yang berlangsung selama ribuan tahun, sehingga status keharaannya rendah dan mempunyai kandungan kayu yang tinggi (Radjagukguk, 1990). IPB (1986) menggunakan masukan tanah mineral, dolomit dan pupuk lengkap untuk luas lahan rawa yang terdiri dari tanah gambut dan tanah mineral (non-gambut) di Indonesia diperkirakan seluas 39,4-39,5 juta hektar, yakni kurang lebih seperlima (19,8 %) luas daratan Indonesia. Dari luasan tersebut tanah gambut terdapat sekitar 13,518,4 juta hektar atau rata-rata 16,1 juta hektar. Lahan gambut dangkal yang potensial untuk usaha pertanian diperkirakan masih terdapat 5,6 juta hektar. Tanah mineral dan gambut dangkal (kurang dari 2 meter) telah direklamasi menjadi lahan pertanian 3,3 juta ha. Di Propinsi Aceh menurut suekardi dan Hidayat ( 1988) luas lahan gambut mencapai 270 1,5 ha.
6
Berdasarkan tingkat kesuburan alami, gambut dibagi dalam 3 kelompok yakni eutrofik (kandungan mineral tinggi, reaksi gambut netral atau alkalin), oligotrofik (kandungan mineral, terutama Ca rendah dan reaksi masam) dan mesotrofik ( terletak diantara keduanya dengan pH sekitar 5, kandungan basa sedang). Ketebalan atau kedalaman
gambut
juga
menentukan
tingkat
kesuburan
alami
dan
potensi
kesesuaiannya untuk tanaman. Widjaja-Adhi, et al, (1992) dan Subagyo, et al, (1996) membagi gambut dalam 4 kelas, yaitu dangkal (50-100 cm), agak dalam (100-200 cm), dalam (200-300 cm) dan sangat dalam (lebih dari 300 cm).
Berdasarkan lingkungan tumbuh dan pengendapannya gambut di Indonesia dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu (1) gambut ombrogenous, dimana kandungan airnya hanya berasal dari air hujan. Gambut jenis ini dibentuk dalam lingkungan pengendapan dimana tumbuhan pembentuk yang semasa hidupnya hanya tumbuh dari air hujan, sehingga kadar abunya adalah asli (inherent) dari tumbuhnya itu sendiri (2) gambut topogenous, dimana kandungan airnya hanya berasal dari air permukaan. Jenis gambut ini diendapkan dari sisa tumbuhan yang semasa hidupnya tumbuh dari pengaruh elemen yang terbawa oleh air permukaan tersebut. Daerah gambut topogenous lebih bermanfaat untuk lahan pertanian dibandingkan dengan gambut ombrogenous, karena gambut topogenous mengandung relatif lebih banyak unsur hara (Rismunandar, 2001). Berdasarkan ketebalan lapisan gambutnya, lahan gambut terbagi dalam tiga kategori lahan, yaitu : a) gambut dangkal dengan ketebalan lapisan gambut 50-100 cm, b) gambut tengahan dengan ketebalan lapisan gambut 101 - 200 cm dan c) gambut dalam dengan ketebalan lapisan gambut > 2 m (Widjaja Adhi et al., 1992). Lahan gambut dangkal memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian, khususnya untuk tanaman sayuran (Kristijono, 2003). Di daerah tropis, penggunaan lahan gambut dimulai pada tahun 1900-an. Penebangan hutan, pembakaran dan pengatusan lahan dilakukan untuk tujuan pertanian dan pemukiman. Untuk tujuan perdagangan, 150.000 km2 per tahun dari lahan gambut dibuka dan diambil hasil kayunya, sedangkan di beberapa negara gambut digunakan sebagai energi sumber panas (Anonim, 2002). Hal ini tentu saja akan memberikan dampak yang sangat kuat bagi penurunan stabilitas gambut. Dalam memanfaatkan gambut untuk tanaman hortikultura petani sekitar kota Pontianak
7
memanfaatkan input usaha tani yang cukup tinggi. Untuk meningkatkan kesuburan tanah gambut mereka menggunakan abu bakar berasal dari abu kayu (abu sawmill), abu sampah kebun, kapur, pupuk kandang asal peternakan ayam dan pupuk kimia. Berkurangnya jumlah saw mill karena langkanya bahan baku kayu menyebabkan abu sawmill menjadi langka, untuk mengganti abu sawmill masyarakat memperbanyak pembakaran sampah organik dari lahan pertanian mereka. Peningkatan harga BBM menyebabkan meningkatnya harga pupuk kimia, hal ini menyebabkan semakin mahalnya ongkos yang harus dikeluarkan petani dalam budidaya pertanian dilahan gambut. Tanaman palawija akan berproduksi jika gambut diberi masukan abu bakar, pukan ayam dan pupuk kimia. Pembuatan abu dilakukan petani bersamaan dengan musim kemarau, yaitu dengan cara membakar gambut pada waktu membersihkan lahan dari gulma dan semak belukar. Mahalnya harga pupuk menyebabkan ketergantungan petani pada abu bakar dari gambut semakin tinggi. Pembakaran gambut dalam kegiatan pembukaan lahan dan pengadaan abu bakar menyebabkan polusi asap terjadi pada setiap musim kemarau. Keberadaan gangguan asap pada setiap musim kemarau akan menyebabkan kerugian pada masyarakat berupa gangguan kesehatan, aktifitas transportasi, pendidikan, perdagangan dan lain lain. Bahkan penyebaran asap sampai kenegeri tetangga. Pembakaran gambut dapat pula meningkatkan efek rumah kaca dan pemanasan global yang saat ini menjadi perhatian dunia. Secara teoritis permasalahan pertanian lahan gambut sesungguhnya disebabkan oleh drainase yang jelek, kemasaman gambut tinggi, tingkat kesuburan dan kerapatan lindak gambut yang rendah. Kemasaman gambut yang tinggi dan ketersediaan hara serta kejenuhan basa (KB) yang rendah menyebabkan produksi pertanian di lahan gambut sangat rendah. Pemanfatan kapur pertanian, dolomit, untuk memperbaiki kemasaman tanah dan KB memerlukan input dolomit yang tinggi dan mahal. Abu bakar dapat memperbaiki kesuburan tanah namun pembakaran harus dilakukan secara terkendali. Beberapa tehnologi pertanian baik yang bersumber dari kearifan lokal oleh petani maupun hasil-hasil penelitian oleh perguruan tinggi dan lembaga penelitian perlu dikaji kembali untuk mewujudkan pertanian lahan gambut yang berkelanjutan. Pertanian gambut diharapkan dapat memberikan hasil yang memberi penghidupan bagi petani namun tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungan dan kerugian bagi masyarakat luas. Penyebaran lahan gambut secara dominan terdapat di pantai timur pulau Sumatera, pantai barat dan selatan pulau Kalimantan dan pantai selatan dan utara
8
pulau Irian Jaya. Penyebaran dan data luas gambut di Indonesia yang lebih pasti dan akurat belum dapat dipastikan. Terkecuali Sumatera yang gambutnya secara relatif telah banyak diteliti selama berlangsungnya Proyek Pembukaan Pasang Surut 19691984 (Subagyo, et al, 1996). Penanaman palawija di gambut umumnya dilakukan oleh petani untuk mencukupi kebutuhan pangan mereka, tanaman jagung, kedelai, keladi, ubi kayu dan ubi rambat. Tingkat kemasaman tanah gambut yang sangat tinggi dan kesuburan tanah yang rendah merupakan masalah yang dihadapi petani palawija setelah mereka melakukan perbaikan drainase tanah gambut. Untuk meningkatkan kesuburan tanah petani memerlukan masukan abu bakaran, abu bakaran mereka dapatkan dari pembakaran semak belukar dan gambut, pembakaran dilakukan pada musim kemarau dan acap kali menimbulkan masalah asap yang mengganggu kesehatan, transportasi dan berbagai kegiatan masyarakat sekitar gambut. Polusi asap bahkan bergerak sampai kenegara tetangga. Bahaya
asap
dari
pembakaran
gambut
oleh
petani
palawija
sulit
dihentikankecuali kesuburan gambut dapat ditingkatkan dengan input yang mudah dan murah. Beberapa upaya perbaikan kesuburan tanah telah dilakukan: pengapuran dan pemupukan dilakukan untuk meningkatkan pH, KB, dan hara tanaman; petani Kalbar sudah lama menggunakan abu kayu dan pukan ayam untuk tanaman sayuran mereka; Tim Fakultas Pertanian Euroconsult (1984) menyajikan data sebagai berikut : (Diemont, 1991, Subagyo et al, 1996) Sifat-sifat Tanah Gambut
Diantara sifat inheren yang penting dari tanah gambut di daerah tropis adalah : bahan penyusun berasal dari kayu-kayuan, dalam keadaan tergenang, sifat menyusut dan subsidence ( penurunan permukaan gambut) karena drainase, kering tidak balik, pH yang sangat rendah dan status kesuburan tanah yang rendah. Pengembangan usaha pertanian sangat dibatasi oleh beberapa hal di atas (Andriesse, 1988). Perbaikan drainase akan menyebabkan air keluar dari gambut kemudian oksigen masuk kedalam bahan organik dan meningkatkan aktifitas mikroorganisme, akibatnya terjadi dekomposisi bahan organik dan gambut akan mengalami penyusutan (subsidence) sehingga permukaan gambut mengalami penurunan. (Suehardi dan Hidayat 1988) Pada gambut yang tipis 010 cm tanah relatip padat tidak gembur dan
9
pembentukan perakaran padi dapat terganggu, kandungan hara tanah juga rendah dan tidak cukup memberikan hasil yang tinggi. Peningkatan ketebalan gambut sampai 60 cm,menyebabkan kesuburan gambut meningkat dan tanah gembur sehingga baik untuk penanaman padi sawah, Sifat Fisik Sifat-sifat fisik gambut sangat erat kaitannya dengan pengelolaan air gambut. Bahan penyusun gambut terdiri dari empat komponen yaitu bahan organik, bahan mineral, air dan udara. Perubahan kandungan air karena reklamasi gambut akan ikut merubah sifatsifat fisik lainnya (Andriesse, 1988). Pemahaman akan sifat-sifat fisik akan sangat bermanfaat dalam menentukan strategi pemanfaatan gambut.
Gambut tropis umumnya berwarna coklat kemerahan hingga coklat tua (gelap) tergantung tahapan dekomposisinya. Kandungan air yang tinggi dan kapasitas memegang air 15-30 kali dari berat kering, rendahnya bulk density (0,05-0,4 g/cm3)
dan
porositas
total
diantara
75-95%
menyebabkan
terbatasnya
penggunaan mesin-mesin pertanian dan pemilihan komoditas yang akan diusahakan (Ambak dan Melling, 2000). Sebagai contoh di Malaysia, tiga komoditas
utama
yaitu
kelapa
sawit,
karet
dan
kelapa
cenderung
pertumbuhannya miring bahkan ambruk sebagai akibat akar tidak mempunyai tumpuan tanah yang kuat (Singh et al, 1986). Tanah gambut mempunyai kerapatan lindak (bulk density) yang sangat rendah yaitu kurang dari 0,1 gr/cc untuk gambut kasar, dan sekitar 0,2 gr/cc pada gambut halus. Dibanding dengan tanah mineral yang memiliki kerapatan lindak 1,2 gr/cc makakerapatan lindak gambut adalah sangat rendah. Rendahnya kerapatan lindak menyebabkan daya dukung gambut (bearing capasity) menjadi sangat rendah, keadaan ini menyebabkan rebahnya tanaman tahunan seperti kelapa dan kelapa sawit pada tana gambut. Sifat lain yang merugikan adalah apabila gambut mengalami pengeringan yang berlebihan sehingga koloid gambut menjadi rusak. Terjadi gejala kering tak balik (irreversible drying) dan gambut berubah sifat seperti arang sehingga tidak mampu lagi menyerap hara dan menahan air (Subagyo et al, 1996). Gambut akan kehilangan air tersedia setelah 4-5 minggu pengeringan dan ini
10
mengakibatkan gambut mudah terbakar. Berdasarkan atas tingkat pelapukan (dekomposisi) tanah gambut dibedakan menjadi: (1)gambut kasar (Fibrist ) yaitu gambut yang memiliki lebih dari 2/3 bahan organk kasar; (2) gambut sedang (Hemist) memiliki 1/3-2/3 bahan organik kasar; dan (3) gambut halus(Saprist) jika bahan organik kasar kurang dari 1/3. Gambut kasar mempunyai porositas yang tinggi, daya memegang air tinggi, namun unsur hara masih dalam bentuk organikdan sulit tersedia bagi tanaman. Gambut kasar mudah mengalami penyusutan yang besarjika tanah direklamasi. Gambut halus memiliki ketersediaan unsur hara yang lebih tinggi memiliki kerapatan lindak yang lebih besar dari gambut kasar (Hardjowigeno, 1996). B. Sifat-sifat Kimia Ketebalan horison organik, sifat subsoil dan frekuensi luapan air sungai mempengaruhi komposisi kimia gambut. Pada tanah gambut yang sering mendapat luapan, semakin banyak kandungan mineral tanah sehingga relatif lebih subur. Tanah gambut tropis mempunyai kandungan mineral yang rendah dengan kandungan bahan organik lebih dari 90%. Secara kimiawi gambut bereaksi masam (pH di bawah 4) Andriesse (1988). Gambut dangkal pH lebih tinggi (4,0-5,1), gambut dalam (3,1-3,9). Kandungan N total tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman karena rasio C/N yang tinggi. Kandungan unsur mikro khususnya Cu, B dan Zn sangat rendah ( Subagyo et al, 1996). Di Malaysia, pH gambut berkisar antara 3,2 – 4,9 sedangkan di pantai timur Sumatera berkisar 3,42 – 4,3. Gambut yang berkembang disepanjang pantai timur Sumatera mempunyai sifat-sifat : gambut dalam (lebih dari 4 m) dengan status hara kahat N, P, K, Mg, Ca, Zn dan B berada dalam keadaan cukup, sedangkan faktor pembatas utama pada lahan gambut adalah tidak tersedianya unsur Cu bagi tanaman (Sudradjat dan Qusairi, 1992).
C. Sifat biologi Menurut Waksman dalam Andriesse (1988) perombakan bahan organik saat pembentukan
gambut
dilakukan
oleh
mikroorganisme
anaerob
dalam
perombakan ini dihasilkan gas methane dan sulfida. Setelah gambut didrainase untuk tujuan pertanian maka kondisi gambut bagian permukaan tanah menjadi aerob, sehingga memungkinkan fungi dan bakteri berkembang untuk merombak 11
senyawa sellulosa, hemisellulosa, danprotein. Gambut tropika umumnya tersusun dari bahan kayu sehingga banyak mengandung lignin, bakteri yang banyak ditemukan pada gambut tropika adalah Pseudomonas selain fungi white mold dan Penecilium (Suryanto, 1991). Pseudomonas merupakan bakteri yang mampu merombak lignin(Alexander, 1977). Penelitian tentang dekomposisi gambut di Palangkaraya menunjukkan bahwa dekomposisi permukaan gambut terutama disebabkan oleh dekomposisi aerob yang dilaksanakan oleh fungi (Moore and shearer, 1997). Pengelolaan Tanah Tanah gambut sebenarnya merupakan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman bila ditinjau dari jumlah pori-pori yang berkaitan dengan pertukaran oksigen untuk pertumbuhan akar tanaman. Kapasitas memegang air yang tinggi daripada tanah mineral menyebabkan tanaman bisa berkembang lebih cepat. Akan tetapi dengan keberadaan sifat inheren yang lain seperti kemasaman yang tinggi, kejenuhan basa yang rendah dan miskin unsur hara baik mikro maupun makro menyebabkan tanah gambut digolongkan sebagai tanah marginal (Limin et al, 2000). Untuk itulah perlunya usaha untuk mengelola tanah tersebut dengan semestinya. 1. Pembakaran Pembakaran merupakan cara tradisional yang sering dilakukan petani untuk menurunkan tingkat kemasaman tanah gambut. Terjadinya pembakaran bahan organik menjadi abu berakibat penghancuran tanah serta menurunkan permukaan tanah. Pembakaran berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman pada tahun pertama dan meningkatkan serapan P tanaman, namun akan menurunkan serapan Ca dan Mg (Mawardi et al, 2001). 2. Bahan pembenah tanah Pemberian pupuk dan amandemen dalam komposisi dan takaran yang tepat dapat mengatasi masalah keharaan dan kemasaman tanah gambut. Unsur hara yang umumnya perlu ditambahkan dalam bentuk pupuk adalah N, P, K, Ca, Mg serta sejumlah unsur hara mikro terutama Cu, Zn dan Mo. Pemberian Cu diduga lebih efektif melalui daun (foliar spray) karena sifat sematannya yang sangat kuat pada gambut,
12
kurang mobil dalam tanaman dan kelarutan yang menurun ketika terjadi peningkatan pH akibat penggenangan. Sebagai amandemen, abu hasil pembakaran gambut itu sendiri akan berpengaruh menurunkan kemasaman tanah, memasok unsur hara dan mempercepat pembentukan lapis olah yang lebih baik sifat fisikanya (Radjagukguk, 1990). Di Sumatera Barat ditemukan bahan amelioran baru Harzburgite yang defositnya cukup besar dan kandungan Mg yang tinggi (27,21 – 32,07% MgO) yang merupakan bahan potensial untuk ameliorasi lahan gambut (Mawardi et al, 2001). Pupuk kandang khususnya
kotoran
ayam
dibandingkan
dengan
kotoran
ternak
yang
lainnya
mengandung beberapa unsur hara makro dan mikro tertentu dalam jumlah yang banyak. Kejenuhan basanya tinggi, tetapi kapasitas tukar kation rendah. Kotoran ayam, dalam melepaskan haranya berlangsung secara bertahap dan lama. Tampaknya, pemberian kotoran ayam memungkinkan untuk memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah gambut. Pada jagung manis, pemberian kotoran ayam sampai 14 ton/ha pada tanah gambut pedalaman bereng bengkel dapat meningkatkan jumlah tongkol (Limin, 1992 dalam Darung et al, 2001).
3. Pemupukan Pupuk yang digunakan terdiri atas pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis sesuai kondisi masing-masing lahan. Kacang tanah dengan dosis 75 kg Urea, 100-125 kg SP-36, dan 100-125 kg KCl. Urea dan KCl diberikan dua kali, yaitu ½ bagian pada saat tanam dan sisanya pada umur 3-4 minggu atau bersamaan dengan penyiangan. Pupuk SP36 diberikan pada saat tanam. Tanah gambut dengan kedalaman lebih dari 1 m, sebaiknya diberi pula pupuk mikro berupa terusi masing-masing sebanyak 2,5-10 kg per hektar. Semakin tebal gambut, semakin banyak membutuhkan pupuk tersebut. Pada lahan yang belum pernah ditanami kedelai, benih kedelai ditanam setelah dicampur dengan rhizobium (legin) sebanyak 10-15 gram per kilogram benih. (Suwido H. Limin, 2006) Penggunaan Bahan Amelioran Bahan amelioran digunakan untuk tanaman jagung, kedele, dan kacang tanah pada lahan gambut dan lahan dengan pH rendah. Bahan amelioran untuk menaikkan pH biasanya adalah kapur. Secara praktis dosis yang digunakan berkisar antara 3-5 ton/ha,
13
diberikan dengan cara ditebar pada tanaman pertama. Pada tanaman ke dua dan seterusnya, biasanya menggunakan dosis 0,2-0,5 ton/ha dapat diberikan pada larikan tanaman. Pada lahan gambut dengan ketebalan lebih dari 1 m, selain kapur juga digunakan bahan amelioran lain berupa tanah mineral, abu, dan pupuk kandang. Amelioran idealnya digunakan dengan cara ditebar, tetapi mahal karena membutuhkan bahan yang cukup banyak. Maka amelioran dengan dosis 1-2 ton/ha dapat diberikan dengan cara ditebar dalam larikan bersamaan dengan pemberian kapur dan pupuk dasar. Prospek Untuk Pengembangan Pertanian Potensi pengembangan pertanian pada lahan gambut, disamping faktor kesuburan alami gambut juga sangat ditentukan oleh tingkat manajemen usaha tani yang akan diterapkan. Pada pengelolaan lahan gambut pada tingkat petani, dengan pengelolaan usaha tani termasuk tingkat rendah (low inputs) sampai sedang (medium inputs), akan berbeda dengan produktivitas lahan dengan tingkat manajemen tinggi yang dikerjakan oleh swasta atau perusahaan besar (Subagyo et al, 1996) Dengan manajemen tingkat sedang (Abdurachman dan Suriadikarta, 2000), yaitu perbaikan tanah dengan penggunaan input yang terjangkau oleh petani seperti pengolahan tanah, tata air mikro, pemupukan, pengapuran dan pemberantasan hama dan penyakit, potensi pengembangan lahan gambut untuk pertanian adalah sebagai berikut : Pemilihan jenis tanaman Tanaman pangan (palawija) dan tanaman semusim lainnya Tanah gambut yang sesuai untuk tanaman semusim adalah gambut dangkal dan gambut sedang. Pengelolaan air perlu diperhatikan agar air tanah tidak turun terlalu dalam atau drastis untuk mencegah terjadinya gejala kering tidak balik (Subagyo et al, 1996). Tanaman pangan memerlukan kondisi drainase yang baik untuk mencegah penyakit busuk pada bagian bawah tanaman dan meminimalkan pemakaian pupuk. Cassava (Manihot esculenta) atau tapioka menghasilkan lebih dari 50 ton/ha dengan pengelolaan yang baik dan merupakan tanaman pangan yang penting pada gambut oligotropik tropis dengan drainase yang baik (Andriesse, 1988).
14
Di Bengkulu, penanaman jagung dengan penerapan teknologi yang spesifik untuk lahan gambut (teknologi Tampurin) diperoleh hasil 3,29 ton/ha pada varietas Pioneer-12 (Manti et al, 2001). Sementara untuk tanaman sayuran, Satsiyati (1992) dalam Abdurachman dan Suriadikarta (2000) menyebutkan beberapa tanaman hortikultura yang berpotensi ekonomi untuk dikembangkan di lahan gambut eks PLG yaitu cabai, semangka dan nenas . Di daerah Kalampangan yang merupakan penghasil sayuran untuk Palangkaraya Kalimantan Tengah, petani setempat mengembangkan sayuran diantaranya sawi, kangkung, mentimun yang diusahakan secara monokultur dalam skala kecil dalam lahan kurang lebih 0,25 hektar (Limin et al, 2000). Di samping itu beberapa lahan gambut yang termasuk lahan bongkor bisa diusahakan untuk berbagai tanaman seperti cabai besar/keriting/kecil, terong, tomat, sawi, seledri, bawang daun, kacang panjang, paria, mentimun, jagung sayur, jagung manis, dan buah-buahan (mangga, rambutan, melinjo, sukun, nangka, pepaya, nanas dan pisang) karena lahan gambut tersebut termasuk tipe luapan C/D (tidak dipengaruhi air pasang surut, hanya melalui rembesan air tanah 50 cm di bawah permukaan tanah pada musim kemarau dan 50 cm pada musim hujan) (Ardjakusuma et al, 2001). Hampir semua jenis palawija dapat ditanam di lahan gambut yang telah direklamasi, asal iklimnya sesuai. Tanaman palawija yang sering dibudidayakan di lahan gambut, antara lain adalah jagung, kacang tanah, kedelai, ubikayu/ singkong, dan ubijalar Teknis Bertanam Untuk menghindari penurunan permukaan tanah (subsidence) tanah gambut melalui oksidasi biokimia, permukaan tanah harus dipertahankan agar tidak gundul. Beberapa vegetasi seperti halnya rumput-rumputan atau leguminose dapat dibiarkan untuk tumbuh disekeliling tanaman kecuali pada lubang tanam pokok seperti halnya pada perkebunan kelapa sawit dan kopi. Beberapa jenis legume menjalar seperti Canavalia maritima dapat tumbuh dengan unsur hara minimum (Singh, 1986) dan menunjukkan toleransi yang tinggi terhadap kemasaman. Pembakaran seperti yang dilakukan pada perkebunan nanas harus mempertimbangkan pengaruhnya terhadap kebakaran lingkungan sekitarnya. Akan lebih baik bila penyiangan terhadap gula dikembalikan lagi ke dalam tanah (dibenamkan) yang akan berfungsi sebagai kompos sehingga selain bisa memberikan tambahan hara juga dapat membantu mempertahankan penurunan permukaan tanah melalui subsidence (Ambak dan Melling, 2000).
15
Untuk tanaman hortikultura, pembakaran seresah bisa dilakukan pada tempat yang khusus dengan ukuran 3 X 4 m. Dasar tempat pembakaran diberi lapisan tanah mineral/liat setebal 20 cm dan sekelilingnya dibuat saluran selebar 30 cm. Kedalaman saluran disesuaikan dengan kedalaman air tanah dan ketinggian air dipertahankan 20 cm dari permukaan tanah agar gambut tetap cukup basah. Ini dimaksudkan agar pada waktu pembakaran, api tidak menyebar Ardjakusuma et al (2001). Waktu dan Pola Tanam Pada dasarnya, kacang tanah dapat ditanam kapan saja asal diperkirakan tidak akan kebanjiran dan kekeringan, serta hasilnya laku dan menguntungkan bila dijual. Khusus untuk kacang tanah, sebaiknya tidak ditanam secara besar-besaran menjelang musim hujan jika tidak tersedia vasilitas pengering buatan. Pada lahan tegalan dan guludan surjan, palawija ( kacang tanah ) dapat ditanam sepanjang tahun asal airnya mencukupi. Pada lahan sawah, umumnya ditanam pada akhir musim hujan sehabis panen padi dan apda lahan kering ditanam awal musim hujan dengan membuat saluran-saluran yang sempurna. Jika tersedia air irigasi atau air hujannya mencukupi, setelah panen kacang tanah
pertama dapat dilajutkan dengan
tanam kacang kedua ke dua. Berdasarkan jumlah jenis tanaman yang ditanam, pola tanam dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu mokultur, tumpangsari, dan sistem lorong. Kacang tanah dapat ditumpang sarikan dengan tanaman lain terutama jagung.
16
III. METODOLOGI 3.1. Ruang Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup kegiatan Pengkajian Teknologi Budidaya Kacang Tanah pada lahan gambut di Provinsi Aceh dilakukan dengan beberapa tahap antara lain: Survey lapangan Penentuan lokasi dan petani kooperator Karakterisasi lokasi Inventarisasi varietas kacang tanah yang dikembangkan dan penentuan komponen teknologi inovatif spesifik lokasi Pembinaan petani Penerapan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu kacang tanah bagi petan Pengkajian komponen teknologi budidaya kacang tanah lahan gambut. Pengumpulan data, tabulasi dan analisis data Penyiapan laporan dan seminar. 3.2. Pendekatan Pengkajian dilakukan melalui pendekatan dengan diawali melakukan pengenalan teknologi yang akan diterapkan melalaui latihan, belajar sambil bekerja (pertemuan kelompok) dan demplot sebagai petak percontohan. Pengkajian dilakukan di lahan milik petani yang dilaksanakan oleh petani, peneliti dan
penyuluh
untuk
mendapatkan
teknologi
yang
mampu
beradaptasi
serta
mendapatkan respos dari petani erhadap teknologi yang diterapkan. Teknologi yang diterapkan pada kajian diasarkan ketersediaan sumberdaya, permasalahan yang dihadapi dan kebiasaan petani. Deskripsi teknologi budidaya kacang tanah pada lahan gambut disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Teknologi budidaya kacang tanah dengan kegiatan Adaptasi beberapa varietas kacang tanah pada lahan Gambut
No
Komponen Teknologi
1 2 3
Lahan dan luas lahan Pengolahan tanah Bedengan
4 5 6
Varietas Asal bibit Kebutuhan benih
Uraian Sawah/tegalan bergambut 0,25 ha 2 kali cangkul dan 1 kali pacul/ratakan Dibuat dalam bentuk plot seluas 5x10 sebanyak 20 unit plot dan pembatasnya saluran-saluran dengan rancangan acak kelompok 4 ulungan 5 perlakuan varietas Jerapah,domba,gajah,bison,Naga Umbang Balitkabi Malang kebutuhan 100 – 125 kg/ha, daya tumbuh > 90 %.
17
7 8 19
Cara tanam Jarak tanam Pupuk buatan/an-organik Urea,Tsp,KCl Kapur Pupuk kandang sapi/kompos
10
11 12 13
Pemeliharaan Pembubunan Pengendalian hama/penyakit - Dithane - M45,Curacron 500 EC,Marshall,Padan dan citowet(perekat)
Panen Pasca panen Penyimpanan benih
tugal sedalam 2-3 cm, sebanyak 2 bibit / lubang jarak tanam35 x 15 cm, 75 kg/ha,100-125 kg/ha dan 100-125 kg/ha ( Urea dan KCl diberikan ½ saat tanam, setengah lagi pada umur 3-4 HST SP 36 Diberikan 1 minggu sebelum tanam dosis 2 ton/ha 2000 Kg/ha (1 minggu sebelum tanam 2 ton/ha Dilakukan saat pemupukan ke 2/penyiangan Dosis anjuran, Disemprot apabila ada serangan hama/penyakit
Apabila polong sudah tua 75 persen Pengeringan polong 5-6 hari Ruangan kering dan kedap air
3.3. Lokasi dan Waktu Pengkajian Lokasi pengkajian dipilih secara sengaja (purposive sampling) yaitu daerah Kabupaten Aceh Barat Desa Alue penyaring Kecamatan Merbo ( dibelakang Fakultas Pertanian UTU) Waktu pelaksana dari bulan januari sampai dengan desember 2012. 3.4. Bahan dan peralatan Bahan Bahan yang digunakan adalah : o Alat Tulis Kantor (ATK), o Benih kacang tanah o Pupuk kandang (sapi,kompos), pupuk urea, SP36,Kcl, kapur, insektisida, fungisida, o ajir dari bambu, kantong plastik, spidol permanent, cat, kuas, film, topi lapang, meja lapang, tali plastik, label, sepatu lapang dll Peralatan o Timbangan, cangkul, parang, sprayer, meteran, meja lapang o Alat tugal, ember, palu, gunting, pisau, tustel (camera) o Komputer , printer, flas disc, dll 3.5. Rancangan Pengkajian Survei dilakukan untuk mendalami masalah, mengenal lokasi, faktor pendukung dan penghambat, keadaan petani/masyarakat, keadaan penyuluh serta hal-hal lain yang
18
berhubungan
dengan
pelaksanaan
pengkajian.
Survei
ini
dilakukan
dengan
menggunakan metode PRA. Data yang dihasilkan merupakan data sekunder. Pengkajian akan ditempatkan pada lokasi yang memiliki lahan pertanaman kacang tanah baik dalam suatu hamparan atau
sesuai dengan lokasi
adanya lahan
gambut yang ditemui. Areal ini merupakan lahan dikuasai petani koperator/kelompok tani, atau badan usaha sedangkan petani koperator adalah petani pelaksana kegiatan pengkajian yang sudah biasa melaksanakan usahatani kacang tanah pada lahan tersebut, dengan produktivitas usahataninya baik Secara garis besar kegiatan dilakukan untuk mengkaji beberapa paket teknologi
Pemililihan lokasi pengkajian didasarkan kepada beberapa persyaratan antara lain adalah:lokasi yang memang gambut yang sudah pernah ditanami kacang tanah dan serta
dan sesuai dengan perencanaan pembangunan daerah, mudah
diharapkan lokasi mudah dilihat oleh masyarakat tani pengguna lainnya memenuhi kaedah-kaedah pengkajian. Sedangkan pemilihan petani
koperator didasarkan pada beberapa kretria yaitu : telah terbiasa melakukan budidaya penanaman kacang tanah dapat menerima inovasi teknologi, adanya motivasi/semangat dalam melakukan kegiatan, dapat bekerja sama dalam tim, dan mempunyai lahan usahatani sendiri. Pengkajian ini merupakan kegiatan pembinaan/pelatihan bagi petani kacang tanah dan dilaksanakan dengan mengutamakan unsur partisipatif dan kemitraan antara pengkaji, penyuluh lapangan dan petani koperator. Dalam pelaksanaanya melibatkan instansi terkait, Dinas Pertanian Kabupaten, Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten, BPSBTPH, BPP Kecamatan,UTU, dan Aparat desa lainnya. Pendekatan teknologi yang dilaksanakan dengan petani/kelompok tani lebih kepada sumber daya alam yang tersedia diwilayah tersebut berupa potensi limbah kotoran sapi dan sarana saprodi yang tersedia Kegiatan dilapangan dilaksanakan dengan menerapkan model Rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Lokasi kegiatan pengkajian yang terpilih akan ditetapkan dengan luas lahan pengkajian seluas 0,25 ha hektar dengan masing-masing menerapkan 1 (satu) paket teknologi.
Pengamatan
19
Data sekunder merupakan data awal untuk penentuan kegiatan selanjutnya. Data tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dari hasil kegiatan dilapangan berdasarkan variabel pengamatan dibawah ini. Variabel pengamatan adalah sebagai berikut :
Jumlah cabang tanaman/rumpun/varietas (cm)
Jumlah polong hampa/rumpun/varietas
Jumlah polong bernas /rumpun/varitas
Jumlah polong /perumpun/varietas
Jumlah tanaman sampel yang akan diamati adalah 10 tanaman setiap satuan percobaan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti/pengkaji dibantu oleh penyuluh lapangan dan kelompok tani. Analisis Data Data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber diolah secara tabulasi untuk dilakukan analisis secara deskriptif. Data primer yang dikumpulkan dari hasil kegiatan dilapangan diolah berdasarkan : Model matematis yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian sebagai berikut ini : Yjk = µ + βj + Pk + Ejk dimana : Yijk
= Hasil pengamatan akibat perlakuan (P)
µ
= Rataan umum
βj
= Pengaruh ulangan ke-j
Pk
= Pengaruh perlakuan ke-k
Ejk
= Pengaruh galat percobaan dari Perlakuan (P) ke-k pada ulangan ke-j Jika hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata atau sangat nyata, maka untuk
menguji perbedaan nilai tengah antara perlakuan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5 %. Dengan menggunakan model matematis : BNT
= t
0,05
0,05
(dba) √(2 KT
galat
)/r
dimana : - BNT
0,05
- t
(dbA) = nilai baku t pada taraf 5% dan derajat bebas acak
0,05
- KT - r
galat
= Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%
= Kuadrat Tengah Galat = jumlah ulangan 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. PRA
Kegiatan pengkajian kacang tanah pada lahan gambut akan dilakukan di Desa Alue Penyaring Kecamatan Merbo. Lokasi ini berada di wilayah kerja BPP Merbo. Awalnya kegiatan ini sudah dijadwalkan dilaksanakan di desa
didesa Suak Ni
Kecamatan Johon Pahlawan. Hasil musyawarah dengan ketua kelmpok tani desa suak ni bahwa kegiatan pengkajian siap untuk dilakukan dan dialokasikan didesa Suak Ni.
Kemudian pada tahap berikutnya
setelah dibuat perencanaan
pengolahan lahan dan pendekatan ini dilakukan oleh penyuluh setempat maka diketahui bahwa petani sudah tidak bersedia lagi untuk melakukan uji adaptasi varietas kacang tanah dilahan mereka degan alasan mereka mendapat bantuan untuk pengembangan tanaman nilam dilahan mereka, sehingga Tim BPTP bersama Penyuluh mencari lokasi lahan gambut yang lain dan ditemukan di Kampus UTU dibelakang Fakultas Pertaniaan termasuk kedalam Penyaring Kecamatan Merbo.
Desa Alue
Lokasi ini berada di wilayah kerja BPP Merbo.
Hasil musyawarah dengan dosen beberapa staf dosen Universitas Teuku Umar (UTU) bahwa lahan tersebut boleh dipakai sekalikus mereka mengharapkan untuk melibatkan
mahasisiwa untuk melakukan penelitian.
Lahan gambut yang ada di Provinsi Aceh seluas 144.000 ha dan tersebar .di beberapa kabupaten terutama di Kabupaten Aceh Berat, Calang, Nagan Raya Subussalam dan Singkil . Lahan ini belum digunakan secara maksimal oleh petani dan baru pada tahun 2011 sebahagian dijadikan untuk sawah. Di Kabupaten Aceh Barat
lahan gambut ditanami karet dan kelapa sawit demikian pula di
kabupaten Nagan raya. Di Singkil pemamfaatan lahan gambut sudah lama. Komoditi yang ditanami ialah tanaman Kelapa Sawit. Banyak lokasi lahan gambut dibeberapa
Kabupaten yang masih terlatar
dan belum dimamfaatkan secara maksimal oleh petani setempat.Di kabupaten Aceh Barat menurut data yang ada yang diinformasikan oleh seorang PPL senior yaitu Ir. Rizal bahwa lahan gambut mencapai 20 % dari jumlah gambut yang ada di Provinsi Aceh. 21
Luas lahan Pengkajian diambil seluas 0,25 ha. Kedalaman gambut setelah diukur berada pada kedalaman 80 – 100 cm. Permukaan gambut sangat memberi dukungan untuk dilaksanakan pengkajian karena secara visual bahwa gambut yang ada dilokasi sangat menampakkan bahan organik yang masih belum terurai secara menyeluruh. Sebenarnya lahan gambut kalau dikelola dengan baik dan adanya masukan teknologi akan membuat lahan lgambut menjadi lahan yang berpotensi besar baik sebagai lahan tanaman pangan atau tanaman keras. Sebaran lahan gambut banyak terdapat di zona pertanian wilayah barat yaitu di Kabupaten Aceh Berat, Aceh Jaya , Nagan Raya Subussalam dan Singkil . dan umumnya lahan gambut yang ada belum digunakan untuk ditanamami tanaman pangan secara baik dan maksimamal, padal luas lahan gambut cukup memadai,
baru pada
tahun 2010-2011 dibeberapa kabupaten dijadikan sebagai lokasi percetakan lahan sawah baru Di Kabupaten Aceh barat lahan Gambut terdapat cukup Luas dan masih banyak jumlahnya yang belum ditanami dengan tanaman pagan ataupun tanaman keras. Hasil wawancara dengan petani pada kegiatan PRA dalam rangka kegiatan Adaptasi Varietas kacang tanah pada lahan gambut di kabupaten Aceh Barat bahwa luas lahan gambut mencapai 20 % dari luas lahan gambut yang ada di Provinsi Aceh. Lahan gambut yang ada dalam wilayah kerja BPP johan Pahlawan saja berkisar 500 ha. Pemamfaatan lahan gambut untuk ditanami kacang tanah belum dilakukan dengan baik sehingga ada laporan petani bahwa penanaman kacang tanah dilahan gambut menghasilkan polong kosong dan polong yang dihasilkan masih rendah yaitu berkisar 10-15 polong. Terjadinya polong kosong akibat petani belum menggunakan masukan berupa pupuk dan amilioran yang dibutuhkan oleh lahan gambut. Kalaupun ada petani memberi pupuk tetapi belum sesuai dengan hasil penelitian. Hasil yang diperoleh petani pada lahan yang bukan gambut yaitu penanaman pada tanah mineral produksi yang pernah diperoleh mencapai hingga 95 polong kacang tanah per rumpun. Petani-petani yang memiliki lahan gambut sangat mengharapkan hasil yang baik tetapi mereka belum berani menanam secara serius tanpa adanya pengkajian yang dapat menunjukkan hasil dilapangan.
22
Untuk menunjukkan pada petani bahwa lahan gambut punya potensi dalam menghasilkan produksi baik kacang tanah,jagung dan kacang kedelai maupun padi maka pengkajian perlu dilakukan sesuai PTT lahan gambut yang sudah diteliti dengan demikian hasil produksi pada lahan gambut dapat ditingkatkan sehingga petani dapat lebih bersemangat memamfaatkan lahan gambut yang terdapat didesa mereka. 4.2. Gambaran Umum 4.2.1. Geografis Kabupaten Aceh barat terletak pada geografis 04006’ - 04047’ lintang utara Dan 95 052’- 96030’ Bujur Timur Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara berbatas dengan Kabupaten
Aceh Jaya dan Kabupaten
Pidie
Sebelah selatan berbatas dengan Samudra indonesia dan Nagan raya
Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Nagan Raya
Sebelah barat berbatas dengan Samudra Indonesia Luas wilayah Kabupaten ini adalah 2.927,95 Km2 yang secara topografis sebahagian besar desa-desa yang ada dikabupaten Aceh barat merupakan wilayah daratan yaitu 233 desa (77,59 %). Sisanya merupakan pantai, lembah dan lereng. Kabupaten Aceh barat merupakan salah satu daerah yang menjadi sentra produksi berbagai jenis komoditi pertanian ,baik tanaman pangan seperti padi,jagungkacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan serta tanaman perkebunan seperti sawit,karet dan kelapa. Disamping itu lahan yang tersedia masih cukup luas bukan saja lahan mineral tetapi lahan-lahan gambut juga masih banyak yang belum dimamfaatkan yang berpotensi untuk ditanami. Kabupaten Aceh Barat terdiri dari beberapa Kecamatan yaitu : kecamatan Johan pahlawan, Pantee cereumen, Kaway XVI, Sungai Mas, Woyla, Arongan lambalek, Sama tiga, Bubon, Mereubo,Woyla Timur dan Wayla Barat. 23
4.2.2. Pemilihan lokasi Lokasi dipilih berdasarkan hasil indentifikasi kerjasama dengan penyuluh yang ada diBKPP setempat. Desa Alue Penyaring Kecamatan Merbo merupakan salah satu lokasi gambut yang didesa ini terdapat sebuah Universitas yang berdiri tegak diatas sebahagian gambut. diambil dibelakang
Lahan pengkajian adaptasi kacang tanah
Fakultas Pertanian Universitas teuku Umar
Aceh Barat .
Lokasi pengkajian berjarak 3 Km dari jalan negara Melaboh menuju Kabupaten Nagan Raya. Proses Pembersihan Lahan dan Pembuatan Bedengan lahan yang luasnya),25 Ha atau 2.500 meter
2
Lahan Fakultas sudah dipagar sehingga aman dari serangan hama babi dan ternak sapi.
Lahan masih terdiri dari semak-semak belukar yang perlu
dibersihkan. Lahan dibersihkan lalu diolah 2 kali dengan cangkul dan dibuat Bedengan, serta saluran pembuanagan yang meadai sesuai kebuthan pengkajian. 4.2.3.Penyediaan bibit Dalam upaya peningkatan produksi kacang tanah pada lahan gambut
ada
bebebrapa varietas yang dicoba untuk mencari tingkat adaptasi terhadap lahan gambut yang ada di Aceh khususnya di kabupaten Aceh barat. yang luas lahan gambut disana mencapai hampir 20 ribu ha. Dari 20 ribu ha hampir 10 ribu ha lahan gambut yang dapat digunakan untuk menanam tanaman kacang-kacangan dan tanaman keras selebihnya masih merupakan gambut rawa dan lainnya. Bibit yang digunakan berasal dari hasil perbanyakan benih dasar (BS) dan yang lainnya benih yang dikirim oleh Balitkabi. Adapun varietas yang digunakan terdiri dari lima macam yaitu varietas gajah,jerapah, bison. Domba dan varietas lokal yaitu naga umbang. 4.2.4.Penanaman Sebelum dilakukan penanaman tanah diolah dengan cangkul dan kemudian dibersihkan dari sisa bahan organik yang ada berupa kayau dan akar kayu yang belum melapuk secara baik. Pada tahapan selanjutnya dibuatkan saluran seluas 40 cm yang membelah dari masing-masing blok pengujian..
24
4.2.4 Pemeliharaan Yang paling utama pemeliharaan yaitu melakukan pemupukan agar tanaman tumbuh lebih baik dan sehat. Tanaman membutuhkan zat hari yang seimbang dan usur hara ini memang harus tersedia dengan baik dan kita berikan sesuai anjuran atau hasil kajian. Pada kegiatan pengkajian Uji adaptasi Beberapa varietas kacang tanah pada lahan Gambut di Kabupaten Aceh Barat Pemupukan pertama dilakukan bersamaan tanam (Urea, SP36 dan Kcl ) sedangkan Kapur semuanya sekaligus diberikan 1 min ggu sebelum tanam sebanyak 2 ton/ha. Pupuk kompos diberikan sekaligus 1 minggu sebelum tanam dengan takaran 2 ton/ha. Pemupukan kedua yaitu pupuk Urea , SP36 dan KCL sebahagian lagi diberikan pada umur 4 minggu setelah tanam. Tabel : 2. Rincian pemupukan pada lahan pengkajian dapat dilihat pada tabel berikut;
Uraian jenis pupuk
Volume/ Satuan/ha
Pupuk Pospot (SP36) Kalium (KCl ) Nitrogen ( urea) Pupuk kandan/kompos Kapur (dolamit)
100-125 kg 100-125 kg 75 kg 2000 kg 2000 kg
Dosis untuk petak pengkajian
20 kg 300 kg 500 kg
Keterangan Pupuk diberikan ½ pada 1 minggu sebelum tanam dan setengah lagi pada umur 2 minggu hst
Pada tahap selanjutnya dilakukan pembersihan rumput/gulma yang tumbuh serta pada umur 35 hari dilakukan pembumbunan agar proses ginofora lebih mudah menembus tanah. 4.2.
Pembahasan
Kacang tanah, disebut juga dalam bahasa latin Arachis hypogaea L.,dalam bahasa inggris disebut
peanut, groundnut)
merupakan tanaman polong-
polongan atau legum dari famili Fabaceae, kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Kacang tanah merupakan sejenis tanaman tropika. Ia tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil.
25
Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan tepatnya adalah Brazillia, namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis Masuknya kacang tanah ke Indonesia pada abad ke-17 diperkirakan karena dibawa oleh pedagang-pedagang
Spanyol,Cina,atau
Portugis
sewaktu
melakukan
pelayarannya dari Meksiko ke Maluku setelah tahun 1597 Pada tahun 1863 Holle memasukkan Kacang Tanah dari Inggris dan pada tahun 1864 Scheffer memasukkan pula Kacang Tanah dari Mesir Republik Rakyat Cina dan India kini merupakan penghasil kacang tanah terbesar dunia. Ada beberapa zat gizi yang mungkin ada mamfaatnya bagi manusia yang terkandung dala kacang tanah. Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandung protein yang tinggi, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan Fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin dan kalsium. Kandungan protein dalam kacang tanah adalah jauh lebih tinggi dari daging, telur dan kacang soya. Mempunyai rasa yang manis dan banyak digunakan untuk membuat beraneka jenis kue Kacang tanah juga dikatakan mengandung bahan yang dapat membina ketahanan tubuh dalam mencegah beberapa penyakit. Mengkonsumsi satu ons kacang tanah lima kali seminggu dilaporkan dapat mencegah penyakit jantung. Kacang
tanah
bekerja
meningkatkan
kemampuan
pompa
jantung
dan
menurunkan resoki penyakit jantung koroner. Memakan segenggam kacang tanah setiap hari terutama bagi pesakit kencing manis dapat membantu menurunkan kadar gula darah. Kacang tanah mengandung fitosterol yang justru dapat menurunkan kadar kolesterol,. Kacang tanah juga mengandung arginin yang dapat merangsang tubuh untuk memproduksi nitrogen monoksida yang berfungsi untuk melawan bakteri tuberkulosis. Kacang tanah merupakan salah satu komoditi yang sangat sering dibudidayakan di Prvinsi Aceh disamping kacang kedelai, jagung. Kacang tanah merupakan salah satu komoditi unggulan di Provinsi Aceh. Petani banyak membudidayakan di tanah mineral ada yang membudidayakan dilahan kering dan ada pula dilahan sawah. Umumnya penanaman kacang tanah hampir disemua kabupaten dibudidayakan karena tanaman
26
kacang tanah sudah merupakan tanaman yang sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan. Diwilayah barat Ibu kota provinsi Aceh terdapat beberapa kabupaten yang sering membudidayakan kacang tanah terutama ditanah mineral. Dilahan – lahan gambut petani belum berani membudidayakan kacang tanah dikarenakan tanah-tanah gambut belum
dapat memberi produksi yang obtimal akibat beberapa komponen
teknologi yang dapat memberi hasil yang baik belum mereka adopsi Lahan gambut memang termasuk lahan yang bermasalah terutama akibat adanya bahan organic pada lahan gambut belum dapat memberikan unsure hara yang sesuai dengan kebutuhan untuk tumbuh danberkembangnya tanaman kacang tanah secara obtimal. Tanah gambut sebenarnya kalau dikelola dengan sentuhan teknologi dapat dimamfaatkan danakan meberikan hasil produksi yang maksimal sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh para ahli. Dari hasil pengamatan pada setiap tanaman sampel sebanyak 10 sampel untuk setiap blok didapat data sebagai berikut : Tabel 3 : rata-rata hasil pengamatan jumlah cabang umur 45 HST per rumpun tanaman sampel kacang tanah pada taraf uji BNT 0,05 sbb :
Perlakuan JERAPAH BISON NG. UMBANG DOMBA GAJAH BNT (0,05)=
Rerata 7.93 7.38 7.73 5.03 5.95
Notasi a b c d e 1.35
Cabang dari tanaman merupakan
salah satu bahagian pokok dari tanaman yang
menunjukkan bahwa tanaman tersebut tumbuh dan berkembang. Pada tanaman kacang cabang tanaman merupakan salah satu elemen produksi dimana pada cabang tumbuhnya daun yang merupakan dapur dari proses pemasakan unsur hari (potosentesa) yang dapat memberikan makanan pada tanamn secara sempurna sehingga tanaman dapat berkembang dan memdukung peningkatan produksi.
Banyaknya
cabang
tanaman
kemungkinan
banyaknya
tumbuh
berkenbangnya ginosfora yang akan menjadi polong. Pada data tabel 1 diatas menunjukkan
bahwa, adanya perbedaan antara yang nyata antara masing-
masing varietas terhadap jumlah cabag yang tumbuh dan berberkembang. Hal ini
27
menunjukkan bahwa antara masing-masng varietas terdapat perbedaan jumlah cang yang dapat memberikan produksi yang berbeda. Tabel 4: rata-rata hasil pengamatan jumlah polong hampa per rumpun tanaman sampel kacang tanah umur 45 HST pada taraf uji BNT 0,05 sbb :
Perlakuan JERAPAH BISON NG. UMBANG DOMBA GAJAH BNT (0,05)=
Rerata 2.30 2.93 3.60 3.03 3.28
Notasi a a a a a 1.60
Angka rata-rata pada tabel 2 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara polong hampa untuk masing –masing varietas yang di uji. Artinya pada kelima varietas yang dicobakan terdapat polong hampa dengan jumlah yang sama pada masing-masing varietas yang dicoba. Keadaan polong hampa disebabkan akibat adanya pengaruh keasaman tanah yang masih belum netral secara obtimal walaupun pengapuran sudah dilakukan dengan dosis anjuran. Diduga kalau pengapuran dapat diberikan dalam jumlah yang lebih besar dari anjuran kemasaman tanah dapat ditingkatkan secara lebih obtimal. Kacang tanah membutuhkan pH normal antara 6,0–6,5. Tabel 5 : rata-rata hasil pengamatan jumlah polong bernas per rumpun tanaman sampel kacang tanah umur 45 HST pada taraf uji BNT 0,05 sbb :
Perlakuan JERAPAH BISON NG. UMBANG DOMBA GAJAH BNT (0,05)=
Hasil analisa sidik ragam
Rerata 10.23 12.53 8.15 10.83 8.83
Notasi a a a a a 4.66
pada angka rata-rata
pengamatan polong bernas
menunjukkan bahwa antara masing-masing varietas tidak ada perbedaan nyata. hal ini disebabkan karena adanya keseimbangan pemupukan yang diberikan pada tanah gambut. Polong bernas dihasilkan terutama akibat adanya pengapuran yang tujuannya
28
menetralkan pH, walaupun polong kosong atau hampa masih ada ini merupakan bukan suatu pengaruh pH saja yang pada saat pengkajian sudah diukur yaitu mencapai 6. Tetapi hal ini diduga akibat polong sudah mendapat unsur hara yang cukup dengan keseimbangan sinar yang cukup sehingga proses assimilasi menjadi sempurna dengan demikian polong terisi secara merata dan menyeluruh kesumua varietas yang dicobakan. Tabel 6 :rata-rata hasil pengamatan jumlah polong keseluruhan
per rumpun
tanaman sampel kacang tanah Umur panen pada taraf uji BNT 0,05 sbb:
Perlakuan JERAPAH BISON NG. UMBANG DOMBA GAJAH
Rerata
Notasi a a a a a
12.53 15.45 11.75 13.85 12.10
BNT (0,05)=
4.79
Pada tabel 4 yaitu tabel rata-rata hasil polong keseluruhan perumpun tanaman berdasar hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa Tidak berbeda nyata
antara masing-
masing perlakuan varietas yang dicobakan pada lahan gambut. Pernyataan ini memberikan ilustrasi bahwa setiap varietas mempunyai kempuan produksi yang sama yang artinya bahwa semua varietas dapat beradaptasi secara baik pada lahan gambut yang dijadikan lahan pengkajian. Kalau kita lihat angka rata-rata tabel 3 diatas menunjukan bahwa produksi yang didapat di tanah gambut sedang
menunjukkan
bahwa adanya suatu nilai produksi yang memadai kalau dihitung…… ini menunjukkan bahwa lahan gambut yang dijadikan lokasi percobaan mamapu mengadaptasikan varietas kacang tanah yang dicobakan sehingga pruduksi dapat memberikan hasil yang baik. Kondisi ini sudah dapat diinformasikan kepada petani bahwa lahan gambut yang mereka miliki sudah dapat ditanami kacang tanah ddengan masukan teknologi budidaya yang mencukupi sesuai rekomendasi. 4.2.1.
Pelatihan penyuluh
Kegiatan pengkajian kacang tanah ini merupakan salah satu kegiatan yang tujuannya untuk mendapatkan teknologi pengembangan kacang tanah pada lahan gambut. Setelah kegiatan pengkajian ini selesasai tentunya hasil yang didapat perlu dinformasikan terutama kepada penyuluh agar penyuluh dapat menyampaikan informasi ini kepada
29
pengguna. Penyuluh adalah tenaga /SDM yang memang bertugas untuk menyampaikan berbagai macam teknologi inovasi kepada petani sehingga merekatetap setiap saat dari hasil pengkajian perlu di informasikan secara tepat kepada mereka. Melalui temu pelatihan atau temu teknologi mereka dapat menerima info dengan baik. Hasil pemantauan PPL -THL sangat kurang pengetahuan tentang inovasi teknologi. PPL THL merupakan tenaga yang diangkat menjadi tenaga lapangan oleh kementrian Pertanian dan tenaga PPL – THL ini merupakan tumpuan harapan Kemtan dalam rangka mencapai swasembada
khususnya tanaman pangan. Pelatihan pelatihan penyuluh telah
dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan loncing MKRPL yang dilaksanakan di desa Pasi Ara kecamatan Kawai 16 kabupaten Melaboh. Yang berperan oleh Nara sumber adalah Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh beserta Bapak Ir. Basri AB.
30
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. kacang tanah dapat dikembangkan dilahan gambut dengan masukan teknologi yang sempurna 2. Lahan gambut pada kedalaman < 80 cm dapat tumbuh dengan baik tanaman Kacang tanah dan polowija lainnya dengan asupan teknologi yang obtimal 3. Ke 5 Varietas yang diuji pada lahan gambut dapat beradaptasi dengan baik pada lahan gambut di Kabupaten Aceh barat. 4. Vrietas yang paling baik tumbuh dan menunjukkan hasil yang lebih tinggi yaitu varietas Bison sesuai tabel rata-rata mencapai 15,45 polong per rumpun walaupun berdasarkan analisis BNT 0,5 % tidak menunjukkan perbedaan nyata 5. Ke 5 varietas yang dicobakan dapat direkomendasikan untuk ditanam dilahan gambut menengah ( kedalaman < 80 cm) dengan pembuatan drainase yang baik dan sistim PTT sempurna. 5.2. Saran 1. Perlu kajian lebih lanjut kegiatan pengkajian kacang tanah pada lahan gambut asupan teknologi model PTT Pengembangan varietas yang sudah ada berupa hasil pengkajian perlu dikembangkan dan diperbanyak sehingga varietas yang sudah ada tidak hilang dan dapat terus digunakan oleh petani.
31
VI. KINERJA HASIL KEGIATAN Pelaksanaan kegiatanpengkajian teknologi budidaya Kacang tanah pada lahan gambut berjalan dengan baik. Kegiatan ini dimulai dengan berkordinasi dengan Dinas dan
Instansi
Terkait
serta
Perguruan
tinggi
setempat.
terutama
dalam
penentuan/penetapan lokasi. Dalam pengkajian ini telah dilaksanakan aplikasi teknologi Model PTT kacang tanah dengan menonjolkan kegiatan utama yaitu adaptasi 5 varietas kacang pada lahan gambut. Aspek lingkungan pengkajian pasaat pengkajian sangatmendukung terutama hujan tidak begitu banyak sehingga lahan gambut yang dijadikan lokasi tidak tergenag air. Lokasi pengkajian dibuat sedemikian rupa lengkap dengan saluran pembuang seluas 40 cm. saluran pembuang membagi setiap plot pengkajian . Kemudian disampiung sebelah kiri petakan pengkajian terdapat saluran besar yang dapat membuang air sewaktu-waktu bila petakan pengkajian tergenag akibat derasnya hujan. Manfaat dari kegiatan ini adalah terjadi sinkronisasi dan inovasi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) pada kacang tanah dalam meningkatkan produksi, terutama pengembangan varietas-varietas kacang tanah yang dapat tumbuh dan beradaptasi pada lahan gambut.
Namun demikian, dampak yang jelas baru dapat dilihat pada
pengembangan musim tanam selanjutnya.
32
DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T. 2001. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering. Penebar Swadaya, Jakarta, 88 hal. Anwar, K., M. Alwi. 1997. Pemupukan N, P dan Kpada tanaman pangan di lahan rawa pasang surut.Dalam : Sabran, M., B. Prayudi, Izuddin Noor,dan Isdijanto, A. (eds). Seminar Nasional Hasil Penelitian Menunjang Akselerasi Pengembangan Hilman, Y., A Lahan Pasang Surut. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. p. 119129.Muharam, A. Dimyati. 2003. Balitkabi, 1998. Teknologi untuk Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Kacang Tanah. Edisi Khusus Balitkabi No:12-1998, Malang, 181 hal. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pidie, 2002. Kabupaten Pidie Dalam Angka, 177 hal Badan Ketahanan Pangan (NAD) dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NAD, 2003. Potensi Kawasan Pangan Strategis Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Aceh Darussalam, 127 hal. Dokumen Kegiatan Lapangan Pengkajian teknologi Budidaya Kacang Tanah Pada Lahan gambut di Kab. Aceh Barat Tanah/Lahan untuk Pengembangan Lahan Rawa/Gambut Satu Juta Hektar Di Kalimantan Tengah. Kuala Kapuas 28 Pebruari – 1 Maret 1997. p.146-158. Teknologi agro-produksi dalam pengelolaan lahan gambut. Disampaikan pada Lokakarya Nasional Pertanian Lahan Gambut. Pontianak 15-16 Desember 2003. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat. Badanlitbang Pertanian. Departemen Pertanian. 15 hal. Kristijono, A. 2003. Pemanfaatan lahan gambut untukagro-industri : Tantangan dan peluang. Disampaikan pada Lokakarya Nasional Pertanian Lahan Gambut. Pontianak 1516 Desember 2003. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat. Badanlitbang Pertanian. Departemen Pertanian. 11 hal. Maas, A. 1997. Pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Jurnal Alami 2 (1): 12-16. Nugroho, K. Alkasuma, Paidi, Wahyu Wahdini, Abdurachman, H. Suhardjo, I.P.G. Wijaya Adhi. 1992. Peta areal potensial untuk pengembangan pertanian lahan rawa pasang surut, rawa dan pantai. Proyek Penelitian Sumber Daya Lahan. Pusat penelitian Tanah dan Agroklimat. Balitbangtan Deptan. 26 hal. Sabiham, S., S. Anwar. 2003. Teknologi agro-input dalam pengelolaan lahan gambut. Disampaikan pada Lokakarya Nasional Pertanian Lahan Gambut. Pontianak 15-16 Desember 2003. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat. Badanlitbang Pertanian. Departemen Pertanian. 16 hal.
33
Supriyo, A., M. Alwi. 1997. Penggunaan pupuk fosfat alam pada tanaman pangan di lahan rawa pasang surut. Dalam : Sabran, M., B. Prayudi, Izuddin Noor dan Isdijanto, A. (eds). Seminar Nasional Hasil Penelitian Menunjang Akselerasi Pengembangan Lahan Pasang Surut. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. p. 129-143. Wijaya Adhi, I.P.G. 1986. Pengelolaan lahan rawa pasang surut dan lebak. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, V(1): 1-9. Wijaya Adhi, I.P.G., K. Nugroho, D. Ardi S., A. S. Karama. 1992. Sumber daya lahan rawa: potensi, keterbatasan dan pemanfaatan. Dalam : Sutjipto, P. dan Mahyudin Syam. (eds). PengembanganTerpadu Pertanian Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak. Risalah Nasional Pengembangan Pertanian Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak. Bogor, 3-4 Maret 1992. p. 176-188. Wijaya Adhi, I.P.G, I.G.M. Subiksa, Kasdi, S., D. Ardi S. 1993. Pengelolaan Tanah dan Air Lahan Rawa : Suatu Tinjauan Hasil Penelitian Proyek Swamps II. Review Hasil–hasil Penelitian Proyek Swamps II di Bogor 19-20 Februari 1993. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 22 hal Fakultas Pertanian IPB. 1986. Gambut pedalaman untuk lahan pertanianKerjasama Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Dati I, Kalimantan Tengah dengan Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Harjowigeno,S. 1996. Pengembangan lahan gambut untuk pertanian suatu peluang dan tantangan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB.22 Juni 1996. Haska,N.1998. Prospek gambut untuk sagu. Prosiding seminar nasional gambut III. Kerjasama HGI, UNTAN, Pemda Tingkat I Kalbar, dan BPPT. Pontianak, 24-25Maret 1997. Leiwakabessy,F.M. dan M.Wahjudin.1979. Ketebalan gambut dan produksi padi. Proseding Simposium III. Pengembangan Daerah Pasang Surut di Indonesia. Palembang 5 – 9 Februari 1979. Noor, M. 2001. Pertanian lahan Gambut Potensi dan Kendala. Penerbit Kanisius. Prasad,R. And J.F. Power. 1997. Soil fertility management for sustainable agriculture. Lewis Publisher. New York. Rajaguguk,B. dan B. Setiadi.1989. Strategi pemanfaatan gambut di Indonesia kasus pertanian. Seminar tanah gambut untuk perluasan pertanian. Fak. Pertanian UISU. Medan, 1989
Sagiman,S. 2005. Pertanian di lahan gambut berbasis pasar dan lingkungan, sebuah pengalaman pertanian gambut dari Kalbar. Workshop gambutHGI.Palangkaraya 20-21 Sept 2005.
34
Lampiran 3. Organisasi Pelaksana Kegiatan No
Nama
Jabatan dalam Kegiatan
1.
Ir. Jamal Khalid
Penjab Kegiatan
2.
Mohammad Ismail SP
Pelaksana
3.
Abdul Azis ,SPi
Pelaksana
4. 5. 6 6 6. 7 8.
Saupan Daud, SP Mehran SP Ahmad IB Zuardi SP Irhas Amd Samsul Kamar Amd Ramli
Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana
Uraian Tugas Mengkoordinir kegiatan mulai perencanaan sampai laporan - Menyusun proposal dan laporan - Mengolah dan menganalisis data - Mengumpulkan data - Pelaksana - Pelaksana - Pelaksana - Pelaksana - Pelaksana - Pelaksana - Pelaksana
Alokasi Waktu (Jam/mg) 10 5 5 5 5 5 5 5 5 5
35
Tahap Awal pengkajian yaitu Kordinasi dengan BKPP Aceh Barat
Gbr. Pertemuan dengan Petani dalam rangka menggali permasalahan kacang Tanah (PRA)
38
Pengamatan dan sampel lokasi tanah gambut
GBR : persiapan lokasi Peng. Kacang tanah diLokasi Belakang Univ. Teku Umar
Penyerahan barang berupa pupuk kepada pelaksana lapang Pak Jalil UTU
39
Gambar : Pelaksanaan penanaman lima varietas kacang tanah dilokasi pengkajian oleh tim dan beberapa dosen universitas
40
Pertumbuhan Kacang tanah pada minggu ke 3 dari 5 varietas yaitu jerapah, Bison, gajah,domba dan naga umbang
41
Gambar atas: Keadaan pertumbuhan tanaman kacang tanah pada lahan gambut Gambar bawah : kepala BPTP Aceh (T. Iskandar) sedang mengamati pertumbuhan tanaman kacang tanah
42
Gambar atas: Pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman pada umur 45 hst. Gambar bawah : Pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman pada tanaman sampel
Gambar atas : Pengamatan tinggi tanaman dan gambar bawah pengamatan tinggi tanaman pada varietas gajah. 43
Gambar atas Ka. BPTP Mengamati pertumbuhan tanaman kacang tanah dilahan gambut
44
Gambar atas dan bawah : merupakan salah satu tanaman diduga terserang penyakit karat daun tetapi tidak menyebar
45
Gambar : jumlah polong pada beberapa varietas tanaman sampel 46
Gambar papan nama pengkajian
Gambar saat panen tanaman sampel sekaligus perhitungan jumlah polong hampa, polong bernas dan polong keseluruhan
47
Pelatihan dilaksanakan di desa Pasi Ara kecamatan Kawai 16 kabupaten Melaboh. Yang berperan oleh Nara sumber adalah Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh beserta M, Jalil dan T. Sarwanidas
Temu pelatihan penyuluh di adakan di desa Pasi Ara Kecamatan Kawai 16 Kab. Aceh Barat
Kepala Balai, wakil bupati dan Ibu Bupati Aceh barat dalam rangka loncing MKRPL dan Temu pelatihan kacang tanah lahan gambut di lokasi desa Pasi Ara kec. Kawai 16 Kab. Melaboh
48