1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 1960-an dan 1970-an merupakan bisnis yang belum begitu terkenal. Kesan bank masih angker, bank tidak perlu mencari nasabah, tetapi sebaliknya nasabahlah yang datang mencari bank. Kemudian era tahun 1980-an dan era 1990-an kesan dunia perbankan menjadi terbalik karena era ini justru perbankan mulai aktif mengejar nasabah. Bahkan, dengan keluarnya Pakto 88 tahun 1988 dan keluarnya UU No. 7 Tahun 1992, perbankan di Indonesia tumbuh subur, puluhan bank baru berdiri. Hal ini disebabkan kesempatan yang diberikan oleh pemerintah untuk mendirikan bank begitu mudah, misalnya dengan modal Rp 50.000.000,00 setiap orang dapat mendirikan BPR, akibatnya setiap orang latah untuk mendirikan bank baru, padahal mereka sebelumnya tidak mengenal bank secara baik. Selanjutnya awal tahun 1997 sampai tahun 2000 merupakan kehancuran dunia perbankan di Indonesia. Puluhan bank dilikuidasi dan puluhan lagi di akuisisi akibat terus-menerus menderita kerugian, baik bank milik pemerintah maupun milik swasta nasional. Merosotnya citra perbankan ini dikibatkan oleh pengelolaan yang buruk (Kasmir, 2010). Menghadapi kondisi tersebut, perseroan dihadapkan pada tuntutan agar mempunyai keunggulan baik itu dalam bidang teknologi, produk yang dihasilkan, maupun sumber daya manusianya untuk pengelolaan yang lebih profesional. Pengelolaan perseroan secara modern, terbuka tanpa harus menghilangkan sifat dan citra kekeluargaan, salah satu caranya adalah dengan menjual sebagian sahamnya atau lazim disebut go public. Selain memiliki manajemen yang lebih profesional dan disilpin, serta transparan dalam pengelolaan perusahaan, keuntungan go public yaitu sebagai sumber pendanaan, sarana restrukturisasi permodalan, serta sarana menciptakan nilai dan promosi citra perusahaan. Namun, dengan bergabung
2
di bursa saham maka akan ada konsekuensi yang harus diterima oleh perusahaan go public, yaitu kewajiban keterbukaan (full disclosure), gaya manajemen informal menjadi formal, kewajiban membayar dividen, keharusan menyampaikan sistem pelaporan sesuai dengan peraturanperaturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), dan mempertahankan tingkat pertumbuhan. Sepanjang 2010 ini perusahaan yang telah melakukan IPO yakni, PT Elang Mahkota Teknology (EMTK), PT Pembangunan Perumahan (PTPP), PT Benakat Petroleum Energy (BIPI), PT Sarana Menara Nusantara (TOWR), PT Nippon Indosari Corpindo (ROTI), PT Golden Retailindo (GOLD), PT Skybee (SKYB), PT Bank Jabar Banten (BJBR), PT Indopoly Swakarsa Utama Insustry (IPOL), PT Evergreen Invesco (GREN), PT Bukit Uluwatu Villa (BUVA), PT Berau Coal Energy (BRAU), PT Harum Energy (HRUM), PT Indofood CPB Sukses Makmur (ICBP), PT Tower Bersama Infrastructure (TBIG), PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), PT Agung Podomoro Land (APLN), PT Borneo Lumbung Energy Metal Tbk (BORN), PT Wintermar Offshore Marine (WINS), PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), PT Bumi Resources Minerals (BRMS), PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM), PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk (MFMI). PT Bank Jabar Banten Tbk (BJB) hingga April 2011 menjadi satusatunya Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), hal ini diungkapkan oleh Direktur Konsumer bank BJB Tatang Sumarna. Bank ini melakukan penawaran saham pertamanya ke publik pada tanggal 8 Juli 2010. Jika dilihat dari visi bank BJB yaitu “Menjadi 10 Bank Terbesar dan Berkinerja Baik di Indonesia”, dengan misimisinya yaitu penggerak dan pendorong laju pembangunan daerah, melaksanakan penyimpanan uang daerah, dan salah satu sumber pendapatan asli daerah, maka sejauh ini bank BJB sudah mengambil langkah yang tepat dengan mencari pendanaan ke publik, guna lebih ekspansif menyalurkan kredit terutama ke dunia usaha di wilayah Jawa Barat dan Banten (www.beritaekonomix.blogspot.com).
3
Selama proses IPO para investor dapat memanfaatkan pergerakan harga saham saat melakukan IPO yang biasanya langsung melonjak pada saat awal diperdagangkan di pasar sekunder atau Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga mendapatkan keuntungan dari hal tersebut. Berikut emiten yang melakukan IPO pada tahun 2010 disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pergerakan harga saham pada hari pertama IPO di BEI No. 1 2
Emiten BSIM GREN
IPO 150 105
Opening 180 160
Percentage 20,00 % 52,38 %
Closing 255 178
Percentage 70,00 % 69,52 %
3
BJBR
600
830
38,33 %
900
50,00 %
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
TOWR KRAS SKYB GOLD MIDI BIPI BUVA TBIG ROTI APLN IPOL BRAU ICBP BRMS BORN HRUM PTPP EMTK WINS
1.050 850 375 350 275 140 260 2.025 1.275 365 210 400 5.395 635 1.170 5.200 560 720 380
1.150 950 450 450 385 175 350 2.150 1.420 470 210 430 6.000 800 1.300 6.000 570 720 475
9,52 % 11,76 % 20,00 % 28,57 % 40,00 % 25,00 % 34,62 % 6,17 % 11,37 % 28,77 % 0,00 % 7,50 % 11,21 % 25,98 % 11,11 % 15,38 % 1,79 % 0,00 % 25,00 %
1.570 1.270 560 520 380 191 310 2.400 1.490 410 235 445 5.950 700 1.280 5.450 580 730 355
49,52 % 49,41 % 49,33 % 48,57 % 38,18 % 36,43 % 19,23 % 18,52 % 16,86 % 12,33 % 11,90 % 11,25 % 10,29 % 10,24 % 9,40 % 4,81 % 3,57 % 1,39 % -6,58 %
Average
19,29 %
26,55 %
Sumber: www.vibiznews.com, 2010 Sejak 8 Juli 2010 Bank BJB sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan opening price Rp 830,00 per saham dan ditutup dengan harga Rp 900,00 atau meningkat 50 persen dari harga Rp IPO Rp 600,00 per saham. IPO bank BJB termasuk sukses dengan menempati peringkat tiga untuk pergerakan harga saham pada hari pertama dibandingkan dengan perusahaanperusahaan lain yang IPO tahun 2010. Order yang dipesan oleh investor seharga Rp 600,00 telah selesai dengan jumlah ± Rp 6 triliun atau 4,1 kali lipat permintaan (oversubscribed) jika dibandingkan dengan jumlah saham yang ditawarkan 25 persen dari simpanan utama. Dan harga penutupan pada
4
21 Oktober 2010 adalah sebesar Rp 1.740,00 (analyst meeting bank BJB, 2010). Tercantum
pada
berita
perusahaan
di
website
bank
BJB
(www.bankbjb.co.id), setelah melalui beberapa tahapan penilaian, pada tanggal 4 Mei 2011 bank BJB mendapatkan penghargaan the best performace IPO dalam Investor Awards Best Listed Companies 2011 yang diberikan dari Majalah
Investor
dalam
acara
Awards
Dinner
Presentation
yang
diselenggarakan di Four Seasons Hotel Jakarta. Penghargaan ini melengkapi prestasi bank BJB setelah masuk ke dalam daftar indeks LQ45 pada Februari 2011 yang menunjukkan tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar sahamnya yang tinggi. Saat ini kepemilikan saham bank BJB menjadi sebagai berikut: 1. Pemerintah provinsi Jawa Barat sebanyak 3.709.994.733 saham (38,26 persen) 2. Pemerintah Kabupaten se-Jawa Barat sebanyak 2.289.395.681 saham (23,61 persen) 3. Pemerintah Provinsi Banten sebanyak 520.589.856 saham (5,37 persen) 4. Pemerintah Kabupaten Banten sebanyak 752.238.396 saham (7,76 persen) 5. Masyarakat sebanyak 2.346.805.500 saham (24,20 persen) 6. Manajemen dan karyawan sebanyak 77.267.000 saham (0,80 persen) Dengan berubahnya struktur kepemilikan saham, maka akan ada perubahan pula di sisi lain, seperti komitmen terhadap penerapan Good Corporate Governance, gaya manajemen dari informal menjadi formal, pelaporan keuangan, pembagian dividen, dan kemungkinan besar strategi perseroan juga akan mengalami perubahan agar bank BJB tetap memiliki citra yang baik di mata investor, serta tingkat kesehatan bank menurut ketetapan Bank Indonesia dengan menggunakan rasio keuangan, dan penunjangnya yaitu kinerja keuangan yang menjadi tolok ukur keberhasilan perseroan.
5
1.2. Rumusan Masalah Perubahan status perseroan yang dilakukan pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Banten pada bank BJB yaitu sebagai upaya pengembangan perseroan untuk mendorong peningkatan kinerja perseroan, sehingga untuk mempertahankan dan bahkan menambah investor, perseroan harus dapat menunjukkan kinerja keuangannya. Maka diharapkan manajemen bank BJB pasca IPO dapat memberikan gambaran kepada investor berupa nilai lebih bagi para pemegang saham. Adapun rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini ada empat macam terkait dengan pra IPO dan pasca IPO dilihat dari segi kinerja keuangannya, yaitu: 1. Bagaimana struktur modal bank BJB sebelum dan sesudah IPO? 2. Bagaimana tingkat kesehatan bank BJB dilihat dari kinerja keuangan sebelum IPO? 3. Bagaimana tingkat kesehatan bank BJB dilihat dari kinerja keuangan setelah IPO? 4. Bagaimana pengaruh IPO terhadap kinerja keuangan untuk periode 2009 hingga 2010? 1.3. Tujuan Penelitian Atas dasar rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis perubahan struktur modal bank BJB pra dan pasca IPO. 2. Menganalisis kesehatan bank BJB pra IPO dengan analisis rasio keuangan. 3. Menganalisis kesehatan bank BJB pasca IPO dengan analisis rasio keuangan. 4. Menganalisis pengaruh IPO terhadap kinerja keuangan bank BJB periode 2009 – 2010. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat atau kegunaan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
6
1. Manfaat Praktis a. Bagi pihak investor Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam melakukan prediksi harga saham, sehingga dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak investor untuk mengambil keputusan membeli atau tidak saham tersebut. b. Bagi pihak perseroan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak manajemen perseroan dalam penetapan kebijakan terutama menyangkut keuangan dan kebijakan lain berdasarkan analisis rasio keuangan. 2. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber informasi dan referensi untuk memungkinkan penelitian lebih lanjut mengenai topiktopik yang berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan maupun melengkapi. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada apakah IPO berpengaruh terhadap struktur modal dan kinerja keuangan atau tidak, dengan membandingkan kondisi keuangan pra IPO dengan pasca IPO periode 2009 hingga 2010. Kinerja keuangan dianalisis dengan rasio keuangan. Selanjutnya untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh IPO terhadap kinerja keuangan digunakan analisis dengan uji beda Paired-Samples T Test.