I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki luas wilayah laut 5,8 juta km2 yang terdiri dari sekitar 17.504 pulau dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km yang didalamnya terdapat berbagai potensi sumberdaya alam di bidang perikanan dan kelautan. Perikanan laut merupakan potensi utama sumberdaya perikanan Indonesia dan memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Potensi lestari sumberdaya ikan laut tersebut mencapai 6,4 juta ton per tahun dan tersebar di wilayah perairan Indonesia termasuk di perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Kondisi ini memberi peluang untuk pengembangan usaha perikanan termasuk usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasaran lokal dan internasional. Kementerian Kelautan dan Perikanan terus mengembangkan berbagai upaya untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen perikanan terbesar di dunia pada tahun 2015.
Hal ini terus didorong, terutama melalui
pengembangan sentra perikanan yang dapat meningkatkan nilai tambah. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep. 32/MEN/2010 tentang penetapan kawasan minapolitan menjadi landasan utama bagi pengembangan sentra perikanan untuk mendukung kontribusi sektor perikanan bagi pembangunan nasional dan merebut pasar perikanan dunia. Di sentra tersebut akan dikembangkan secara terintegrasi kegiatan penangkapan ikan dengan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.
Bila selama ini yang banyak berkembang adalah kegiatan
penangkapan ikan, maka ke depan kegiatan pengolahan dan pemasaran terus difokuskan sehingga dapat meningkatkan nilai tambah produk dan memberi penghasilan yang lebih baik bagi pelaku perikanan. Namun demikian, hal tersebut terkadang sulit dijalankan karena tidak semua lokasi perikanan mempunyai kondisi yang baik dan prospek pemasaran yang mendukung dikembangkannya usaha pengolahan dan
2
pemasaran hasil perikanan yang dapat meningkatkan nilai tambah. Menurut Dahuri, et. al (2001), pembangunan perikanan terutama pada kegiatan pengolahan dan pemasaran masih menghadapi tantangan dan permasalahan yang cukup besar seperti pemilihan lokasi usaha yang cenderung berdasarkan tempat tinggal, input teknologi pengolahan yang masih kurang, pelayanan rumit di sentra perikanan yang dapat mengakibatkan biaya ekonomi tinggi, dan fokus pengembangan tidak diarahkan pada produk dengan unggulan dengan trend pemasaran yang bagus.
Pemecahan hal ini terkadang sulit
karena kondisi dan prospek pengembangan usaha terutama terkait dengan pemasaran produk olahan yang dihasilkannya tidak diketahui dengan baik, sehingga kegiatan tersebut cenderung dibiarkan berjalan apa adanya. Sentra perikanan DKI Jakarta yang berpusat di Jakarta Utara merupakan sentara perikanan yang sangat diperhitungkan dalam produksi produk olahan hasil perikanan, seperti ikan kering/asin, pindang, asapan, kalengan, peda, dan tepung ikan. Diantara produk olahan tersebut, ikan asin dan ikan pindang merupakan produk olahan utama sentra perikanan DKI Jakarta yang rata-rata produksinya mencapai 858.558 kg/tahun dari rataan total produksi produk olahan DKI Jakarta (Ditjen P2HP, 2010).
Sentralisasi usaha pengolahan
dalam skala industri yang berpusat di Muara Baru dan usaha pengolahan tradisional di Kalibaru dan Kamal Muara telah menjadikan DKI Jakarta sebagai pemasok utama produk olahan di pasar ibukota dan kota sekitarnya maupun pasar ekspor. Hal ini tentu sangat disayangkan bila kondisi dan prospek pengembangan usaha perikanan tersebut terutama aspek pemasaran tidak diketahui dan diarahkan dengan baik. Pengelolaan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan di sentra perikanan DKI Jakarta juga perlu dijaga kontinyuitas produk dan keberlanjutan pengelolaannya di masa datang.
Selain karena posisi
pentingnya sebagai pemasok utama produk olahan ibukota dan pasar potensial lainnya, maka telah memberi lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat pesisir DKI Jakarta dan sekitarnya. Menurut Sudarsono (1983) dan Hanafi dan Saefuddin (1986), usaha ekonomi akan dapat bertahan dengan baik bila ada kesesuaian antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan
3
untuk menjalankan usaha ekonomi tersebut. Dalam kaitan ini, kelayakan usaha secara finansial menjadi hal penting yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kelangsungan usaha pengolahan hasil perikanan terutama dari jenis ikan asin dan pindang di sentra perikanan DKI Jakarta. Menurut DKPP DKI Jakarta (2009), usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan di DKI Jakarta sangat majemuk baik dari skala industri maupun skala rumah tangga, dan sekitar 68,65% berproduksi dengan pola yang tidak stabil yang disebabkan oleh kesulitan modal dan ketidaktersediaan bahan pendukung. Evaluasi tentang kelayakan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan terutama yang menghasikan produk ikan asin dan pindang sangat diperlukan untuk memastikan prospek pengembangan usaha ke depan sehingga dapat memberi kesejahteraan minimal kepada pelakunya dan tidak menjadi sumber permasalahan sosial di lokasi.
Tindakan penanganan
terhadap hal ini dan pengembangan usaha perikanan penghasil produk olahan yang prospektif juga perlu dilakukan sehingga peran produk olahan hasil perikanan di lokasi bagi pasar ibukota dan kota sekitarnya maupun pasar ekspor tetap terjaga.
Dalam kaitan ini, penelitian ini juga perlu
mengembangkan strategi yang tepat bagi pengembangan produk olahan hasil perikanan terutama dari jenis ikan asin dan pindang sehingga tetap terus bersaing di masa datang. 1.2 Perumusan Masalah Mengacu kepada latar belakang tersebut, penelitian empirik perlu dilakukan untuk mengembangkan analisis prospek pemasaran dan strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan
di DKI Jakarta, terutama untuk produk ikan asin dan
pindang yang kontribusinya produksinya mencapai 78% sehingga menjamin berkelanjutannya di masa datang. Ada tiga permasalahan yang diajukan dan diharapkan dapat dipecahkan melalui penelitian ini, yaitu : 1. Sentra perikanan DKI Jakarta yang berpusat di Jakarta Utara menjadi pemasok utama produk olahan hasil perikanan pasar ibukota dan kota sekitarnya, maupun pasar ekspor melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok.
Hal ini dapat terjadi karena
4
kontribusi besar dari tiga lokasi penting pengembangan produk olahan Jakarta Utara, yaitu Muara Baru, Kalibaru dan Kamal Muara. Kontribusi yang demikian penting ini, harus dipertahankan sehingga keberlanjutan penyediaan produk olahan tetap terjaga, lapangan kerja dan kehidupan masyarakat pesisir yang banyak bergantung pada usaha perikanan dapat terjaga.
Informasi terkait kondisi terkini dan prospek pengembangan
usaha pengolahan utama (ikan asin dan pindang) terutama dari aspek pemasarannya sangat membantu memberi arahan yang tepat bagi pengelolaan yang lebih baik. 2. Sekitar 68,65% usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan yang terdapat di DKI Jakarta berproduksi dengan pola yang tidak stabil. Usaha ikan asin dan pindang termasuk yang paling banyak berproduksi dengan pola tidak stabil tersebut.
Kondisi ini tentu kurang mendukung bagi
kontinyuitas suplai produk olahan hasil perikanan ke pasaran. Di samping itu, pola produksi seperti itu kurang kompetitif untuk merebut pasar produk yang lebih baik terutama untuk tujuan ekspor. Kondisi ini terjadi karena usaha tersebut sering kesulitan modal dan ketidaktersediaan bahan pendukung.
Penerimaan usaha, terkadang tidak mencukupi untuk
mendatangkan bahan pendukung (ikan segar dan lainnya) dari luar lokasi. Kondisi ini kemudian banyak menyebabkan pengelolaan usaha pengolahan dan
pemasaran
tersebut
dalam
posisi
sulit,
yaitu
antara
tetap
mempertahankan keberlanjutan atau harus menutup usahanya. Kelayakan pengelolaan usaha secara finansial menjadi hal krusial pada kondisi ini, dimana bila tidak layak dan tetap dipertahankan akan menjadi bumerang dan sumber masalah sosial di sentra perikanan DKI Jakarta.
Usaha
pengolahan dan pemasaran (jenis-jenis usaha ikan asin dan pindang) yang layak dikembangkan secara finansial perlu diidentifikasi secara dini setiap lokasi, sehingga pelaku usaha tidak terperangkap pada kegiatan ekonomi biaya tinggi. 3. Banyaknya pasokan produk olahan non perikanan terutama yang siap saji dengan kemasan menarik, dapat mengganggu pemasaran produk olahan dari DKI Jakarta. Hal ini didukung pula oleh sebagian konsumen yang
5
cenderung tertarik pada hal baru yang inovatif, mudah diperoleh, harga bersaing, dan praktis penggunaannya. Untuk memperkuat daya saing dan merebut peluang pasar yang lebih besar, maka diperlukan strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan yang tepat. Strategi ini akan menjadi acuan bagi pengembangan produk olahan terutama untuk ikan asin dan pindang yang dilakukan dalam skala kecil rumah tangga perikanan.
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian terkait prospek pemasaran dan strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan ini bertujuan : 1. Menganalisis kondisi dan prospek pengelolaan pemasaran produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta. 2. Menganalisis tingkat kelayakan finansial usaha pengolahan dan pemasaran ikan asin dan pindang di sentra perikanan DKI Jakarta. 3. Merumuskan strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta.
1.4 Kegunaan Penelitian Beberapa kegunaan yang dapat diperoleh dari adanya penelitian ini, antara lain : 1. Menjadi masukan bagi dunia usaha khususnya usaha pengolahan dan pemasaran dalam menelaah prospektif pemasaran produk olahan hasil perikanan yang dihasilkan dari jenis usaha ikan asin dan ikan pindang yang layak dikembangkan lanjut. 2. Menjadi masukan bagi pemerintah dan pengambil kebijakan teknis di perusahaan perikanan dalam menyusun strategi kebijakan pemasaran produk olahan hasil perikanan yang lebih baik dan berdaya saing. 3. Menjadi masukan berarti bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan dalam bidang perikanan dan kelautan.
6
4. Menambah pengetahuan peneliti dan berbagai pihak yang membutuhkan dan mendalami kegiatan penelitian pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.