I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sebuah sistem tentu berjalan dengan baik apabila didukung dengan sumber daya manusia (SDM) handal dalam menanganinya. Kemampuan yang dimiliki mereka sehingga tujuan yang ditetapkan organisasi akan tercapai, maka dari itu sumber daya manusia memegang peranan yang penting dalam merencanakan, menetapkan, dan melaksanakan tujuan dalam organisasi. Perubahan yang dapat dirasakan cukup besar yaitu adanya beberapa keputusan penting salah satunya adalah lahirnya undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan pelaksanaanya berimplikasi dalam pengaturan organisasi baik di pusat maupun di daerah. Adanya keputusan UU Nomor 22 Tahun 1999 ini menunjukkan diberlakukannya pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan ini membuat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk dapat memberikan pelayanan terbaik mereka baik bagi masyarakat maupun organisasi pemerintah sendiri. Usaha pemerintah dalam memberikan pelayanan terbaik, diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan, komitmen dan kinerja yang tinggi sehingga nantinya dapat mendukung keputusan yang diperlukan oleh organisasi. Selain itu kondisi sosial dan ekonomi yang ada pada daerah distrik Abepura, dimana daerah tersebut merupakan daerah yang baru Seorang kepala distrik/pemimpin merupakan salah satu unsur penting dalam menentukan pencapaian tujuan organisasi dan untuk mencapai tujuan tersebut, pemimpin harus mampu mempengaruhi dan mendorong pegawainya agar dapat bekerja dan melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. Seorang kepala distrik yang sekaligus menjadi seorang pemimpin sudah menjadi tugasnya agar pegawai memiliki semangat kerja dan moril yang tinggi serta ulet dalam bekerja. Hal ini akan berdampak positif bagi peningkatan kualitas kinerja maupun komitmen yang telah ada, seorang pemimpin yang mampu memberikan rasa nyaman akan membuat pegawai betah dalam melaksanakan tugasnya dan akan memberikan lebih dari apa yang diharapkan dan ia akan terus berusaha memperbaiki kinerjanya. Dalam organisasi publik, bawahan bekerja selalu tergantung pada pimpinan. Bila pimpinan tidak memiliki kemampuan memimpin, maka tugas-tugas yang sangat kompleks tidak dapat dikerjakan dengan baik, sebaliknya pegawai yang kepuasan kerjanya rendah, cenderung
melihat pekerjaan sebagai hal yang menjemukan dan membosankan, sehingga ia bekerja dengan terpaksa dan asal-asalan. Dengan adanya pengelolaan SDM yang baik maka kualitas, komitmen maupun kinerja pegawaipun akan meningkat. Pegawai pada tingkat kematangan yaitu bawahan yang tidak mampu tetapi berkemauan, maka gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan berupa pengarahan. Karena pegawai tersebut kurang mampu tetapi dapat memberikan perilaku yang mendukung, berupa mau belajar dan mampu menerima komunikasi dengan baik. Dalam hal ini pimpinan/pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah (two way communications), yaitu untuk membantu bawahan dalam meningkatkan motivasi kerjanya. Begitu pentingnya pegawai yang didukung oleh peranan kepemimpinan, dimana seorang pemimpin harus mampu melihat, mengamati, memahami keadaan atau situasi tempat kerjanya. Dalam artian bagaimana para bawahannya, situasi penugasannya dan juga gaya kepemimpinan yang diterapkan untuk mengintegrasikan tujuan perusahaan dengan tujuan individu, sehingga kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama. Kepemimpinan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat menciptakan integrasi yang serasi dan mendorong peningkatan kerja pegawai untuk mencapai sasaran yang maksimal. Kepemimpinan merupakan sentral dalam kepengurusan organisasi, baik dalam maju mundurnya organisasi, dinamis statisnya organisasi, tumbuh kembangnya organisasi, senang tidaknya seseorang bekerja dalam suatu organisasi, serta tercapai tidaknya tujuan organisasi, sebagian ditentukan oleh tepat tidaknya kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi tersebut. Kondisi ekonomi maupun sosial yang bermacam-macam pada pegawai kantor distrik memberikan pengaruh yang bermacam-macam juga terhadap bentuk pengabdian yang diberikan, maka dengan adanya perhatian dari pemimpin terhadap pegawai sehingga tingkat komitmen akan semakin baik. Pendekatan kepemimpinan yang dikembangkan Hersey dan Blanchard (1982) menguraikan bagaimana pemimpin harus menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka sebagai respon pada keinginan untuk berhasil dalam pekerjaan, pengalaman, kemampuan, dan kemauan dari bawahan mereka yang terus berubah. Sinungan (1987) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang termasuk di dalam
lingkungan
organisasi
merupakan
faktor
potensi
dalam
meningkatkan
produktivitas kerja. Dewasa ini, banyak para ahli yang menawarkan gaya Kepemimpinan
yang dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan, dimulai dari yang paling klasik yaitu teori sifat sampai teori situsional. Disisi lain Siregar (2006) menyatakan, bahwa karyawan dan perusahaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Karyawan memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan. Apabila pegawai memiliki produktivitas dan motivasi kerja yang tinggi, maka laju roda pun akan berjalan kencang, yang akhirnya akan menghasilkan komitmen, kinerja dan pencapaian yang baik bagi organisasi. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi tingkat produktivitas dan komitmen kerja serta keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Dalam organisasi sektor publik, ikatan batin antara karyawan dengan organisasi dapat dibangun dari kesamaan misi, visi dan tujuan organisasi, bukan sekedar ikatan kerja. Ikatan mereka untuk bekerja diinstansi pemerintah bukan sekedar gaji, namun lebih pada ikatan batin misalnya ingin menjadi abdi negara dan abdi masyarakat, status sosial dan sebagainya. Sehingga bila setiap karyawan memiliki komitmen yang kuat untuk memberikan prestasi terbaik bagi negara dan pelayanan terbaik pada masyarakat, maka tentunya kinerja sektor publik akan meningkat. Hubungan gaya kepemimpinan dalam proses kerja suatu perusahaan sangat penting sehingga karyawan mampu meningkatkan komitmen dan kinerja kerja secara lebih baik, untuk itu dilakukanlah penelitian dengan judul Analisis Gaya Kepemimpinan dan Komitmen Kerja Pegawai Kantor Distrik Abepura Jayapura. 1.2 Rumusan Masalah Hubungan antara kepala dsitrik selaku pemimpin dengan pegawai sebaiknya dijaga dengan baik, karena walau pegawai merupakan bawahan tetapi mereka tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Sebab salah satu peningkatan kinerja pegawai berasal dari gaya kepemimpinan seorang kepala distrik, seorang kepala distrik yang mampu memberikan dukungan positif maka akan berdampak positif pula pada peningkatan kinerja maupun komitmen sedangkan dampak negatif akan berpengaruh terhadap penurunan kinerja maupun komitmen. Ciri bekerja dan kinerja pegawai adalah sangat marjinal, asal-asalan dan kurang toleran dengan lingkungan. Perilaku tersebut lebih berkait dengan faktor internal ketimbang eksternal. Faktor internal pegawai meliputi faktor-faktor pendidikan, usia,
pengalaman kerja, sikap dan keterampilan. Namun demikian lemahnya manajemen kontrol, kurangnya pelatihan dan pengembangan, tidak adilnya manajemen kompensasi dan karir, rendahnya mutu hubungan horisontal dan vertikal dapat mendorong terjadinya perilaku negatif dari pegawai seperti itu. Setiap
individu
mempunyai
cara
masing-masing
dalam
mengelola
kepemimpinan hal ini berkaitan dengan perbedaan dalam usia, jenis kelamin, jabatan, latar belakang pendidikan dan status pernikahan. Untuk itulah diperlukan cara yang berbeda dalam pengelolaan, yang nantinya akan berhubungan dengan komitmen maupun kinerja pada karyawan. Rumusan masalah yang dibahas adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah komitmen pegawai pada Kantor Distrik Abepura Jayapura?
2.
Bagaimana gaya kepemimpinan yang diterapkan pada Kantor Distrik Abepura Jayapura?
3.
Menganalisis Pengaruh karakteristik pegawai terhadap komitmen Kantor Distrik Abepura Jayapura?
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Menganalisis Komitmen Pegawai pada Kantor Distrik Abepura Jayapura.
2.
Menganalisis penerapan gaya kepemimpinan pada Kantor Distrik Abepura Jayapura.
3.
Menganalisis seberapa besar pengaruh karakteristik pegawai terhadap komitmen kerja pegawai pada Kantor Distrik Abepura Jayapura.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada kantor distrik yang dilakukan pada bulan juliseptember 2010, data yang diolah merupakan hasil kuesioner dan wawancara terhadap pegawai kantor distrik Abepura Jayapura. Penelitian ini hanya meneliti mengenai penerapan
komitmen,
gaya
kepemimpinan
serta
karakteristik
pegawai
yang
mempengaruhi komitmen kerja. 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan kepada pihak-pihak terkait, seperti instansi, institusi pendidikan dan mahasiswa selaku peneliti. Bagi Instansi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan kinerja
karyawan dan pemimpin dapat menerapkan gaya kepemimpinan pada pengambilan keputusan sesuai dengan kebutuhan karyawan dalam memperbaiki kinerja dan komitmen. Bagi pihak akademisi diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti yang ingin mengkaji permasalahan Pengaruh Gaya Kepemimpinan dengan Komitmen Pegawai secara lebih mendalam. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini dapat berguna sebagai sarana belajar untuk memahami permasalahan yang menjadi topik kajian.