20
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses yang disusun secara sengaja dan terencana untuk mencapai situasi yang diingingkan dengan sendirinya terdapat proses perencanaan yang mengarahkan kepada terjadinya pemerataan (equity), pertumbuhan ekonomi (efficiency), dan keberlanjutan (sustainability). Salah satu indikator keberhasilan pembangunan diantaranya meningkatknya kesejahteraan masyarakat sebagai hasil dari pembangunan ekonomi yang berkeadilan. Berkeadilan artinya kesejahteraan masyarakat bukan hanya dinikmati oleh sebagian masyarakat saja. Wujud pemahaman ini diimplementasikan dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat dalam mengelola sumber daya dengan efektif dan efisien dalam bentuk kegiatan-kegiatan pembangunan ekonomi yang berdaya saing tinggi. Untuk mencapai tujuan yang kompleks itu, suatu proses pembangunan membutuhkan perencanaan yang cermat. Perencanaan pembangunan ini merupakan langkah strategis yang diambil untuk menghindari meningkatnya kesenjangan pembangunan yang terjadi antar wilayah yang akan mendorong atau menambah ketidakmerataan pembangunan. Perkembangan yang tidak merata ini pada akhirnya menimbulkan back wash effect sebagai kerugian yang diderita oleh wilayah-wilayah yang kurang berkembang akibat adanya ekspansi ekonomi dari wilayah-wilayah yang maju. Seharusnya proses pembangunan dari suatu wilayah yang
berkembang
bisa
memberikan
keuntungan
bagi
wilayah-wilayah
disekitarnya. Dengan kata lain ekspansi pembangunan ekonomi wilayah tersebut harus bisa memberikan spread effects bagi wilayah-wilayah lain. Oleh karena itu perencanaan pembangunan wilayah itu disusun semata-mata bukan hanya untuk kepentingan wilayah yang bersangkutan, melainkan yang lebih luas lagi untuk kepentingan pembangunan nasional secara menyeluruh. Perencanaan pembangunan realisasinya perlu dilakukan dalam bentuk implementasi aktivitas ekonomi dalam berbagai sektor. Selain itu dalam pandangan Capello (2007) aktivitas ekonomi ini muncul, tumbuh, dan terbangun
21
secara maksimal serta berdampak secara positif terhadap masyarakat adalah dalam suatu ruang (space) yang terpusat (angglomerasi). Oleh karena itu langkah memilih lokasi sama maknanya ketika pelaku ekonomi memilih faktor-faktor produksi dan teknologi. Dampak terbentuknya agglomerasi ekonomi ini akan terjadi penurunan biaya yang terjadi karena kegiatan ekonomi yang dilakukan di satu tempat dapat meminimalisir biaya-biaya lain yang disebabkan tersebarnya kegiatan ekonomi pendukung. Dalam hal ini Isard (1975) menekankan pentingnya dukungan pemerintah dalam menciptakan fasilitas-fasilitas yang dapat mendorong terbentuknya ekonomi agglomerasi pada satu wilayah dengan rekayasa dalam bentuk pengembangan suatu kawasan. Pada bagian lain Rustiadi (2007) memaknai pengembangan kawasan (wilayah) sebagai intervensi positif yang dilakukan oleh para pengambil kebijakan dalam berbagai aspek dengan tujuan untuk mempercepat pembangunan suatu wilayah. Pengembangan kawasan dilakukan bukan saja terhadap wilayah yang sedang berkembang tetapi pengembangan kawasan baru menjadi sangat penting dilakukan bukan saja sebagai langkah percepatan pembangunan tetapi juga tingkat efektifitas dan efesiensi proses pengembangan kawasan itu dapat terjaga. Pemahaman ini diterapkan oleh Pemerintah Kota Bandung yang sejak tahun 2004 yang memiliki rencana pengembangan Pusat Primer Gedebage di wilayah timur Kota Bandung sebagai salah satu implementasi pengembangan kawasan Gedebage. Kawasan Gedebage sejak tahun 1987 melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 1987 menjadi bagian wilayah Kota Bandung yang sebelumnya dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Bandung. Bersama dengan Wilayah Ujungberung, pembangunan kawasan Gedebage tertinggal dari empat wilayah lainnya, yakni Bojonegara, Tegallega, Cibeunying, dan Karees. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2004 yang dirubah dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 Tahun 2006 Tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Bandung, pada kawasan tersebut akan dipusatkan berbagai kegiatan ekonomi dan pelayanan masyarakat sebagai bagian dari program pembangunan Kota Bandung tahun 2004-2013. Salah satu yang menjadi prioritas pembangunan di kawasan Gedebage adalah rencana pembangunan Pusat Primer Gedebage sebagai pusat primer kedua
22
di Kota Bandung yang berada di kawasan Bandung Tengah. Adapun bentuk pembangunan yang akan dilakukan di kawasan Pusat Primer Gedebage dan sekitanya di antaranya pembangunan pusat pelayanan masyarakat dan, pembangunan danau buatan, pengembangan kegiatan perdagangan skala nasional dan regional, pengembangan kegiatan jasa komersial skala internasional, nasional, wilayah
dan
kota,
pembangunan
stadion
olahraga
skala
internasional,
pengembangan ruang terbuka hijau, pengembangan pusat kegiatan wisata dan rekreasi, terminal bus terpadu yang terdiri dari terminal penumpang dan terminal barang, pengembangan pergudangan dan terminal peti kemas, pengembangan kegiatan industri kecil dan menengah berwawasan lingkungan. Pengembangan Pusat Primer Gedebage merupakan penegasan orientasi pembangunan Kota Bandung dalam jangka menengah yang memfokuskan pelaksanaan pembangunan Kota Bandung mengarah ke Timur Kota Bandung dengan proyek besarnya Pusat Primer Gedebage. Oleh karena itu pengembangan Pusat Primer Gedebage perlu dilakukan secara terintegrasi agar pengembangan Pusat Primer Gedebage dapat meningkatkan volume aktivitas ekonomi kawasan yang berpengaruh terhadap ekonomi Kota Bandung secara keseluruhan. Peningkatan ekonomi Kota Bandung perlu dilakukan segera karena fakta di lapangan banyak hal yang harus diperbaiki dengan segera oleh Pemerintah Kota Bandung terutama dalam pembangunan ekonomi, seperti dalam aspek ketenagakerjaan Kota Bandung dengan jumlah penduduk tahun 2008 berjumlah 2.374.198 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,90 persen ternyata memiliki tingkat pengangguran yang tinggi, yaitu 15,48 persen di tahun 2008. Sedangkan tingkat perkembangan dalam bidang pembangunan manusia (IPM) yang dalam kurun lima tahun terakhir peringkat IPM Kota Bandung menurun drastic dari peringkat 14 melorot keperingkat 49 di tingka nasional (Bappenas 2008). Menurut BPS Kota Bandung memiliki indeks 77,15 Tahun 2003 dan berubah menjadi 74,5 tahun 2007 dan 78,25 tahun 2008, walaupun nilai ini lebih besar daripada IPM Jawa Barat yang mencapai 70,05 pada tahun yang sama. Sedangkan Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandung tahun 2008 atas harga konstan tahun 2000 sebesar Rp. 26.978.909 Milyar, tahun 2007 sebesar Rp. 24.941.517
23
Milyar, meningkat dari Rp. 23.043.104 Milyar (2006) dan Rp. 21.370.696 Milyar (2005). Tabel 1 Perkembangan Indikator Pembangunan Kota Bandung 2007-2008 No
Indikator
Satuan
2007
2008
1
Jumlah Penduduk
Jiwa
2.329.928
2.374.198
2
Laju Pertumbuhan Penduduk
persen
1,44
1,90
3
Laju Pertumbuhan Ekonomi
persen
8,24
8,29
4
PDRB (ADHK2000)
Milyar
24.941
26.978
6
IPM
74,5
78,25
7
Rata-rata Lama Sekolah
Tahun
10,52
10,65
8
Standar Hidup Layak/Kapita
Rp
577.130
577.385
9
Inflasi
persen
5,21
10,23
10
Jumlah Investasi
Milyar
5.405
4.006
11
Indeks Daya Beli
64,04
64,27
12
Jumlah Rumah Tangga Miskin
RTM
83.500
82.432
13
Jumlah Pengangguran
Jiwa
174.067
173.074
14
Tingkat Pengangguran Terbuka
persen
15,73
15,48
15
Luas Ruang Terbuka Hijau
Ha
1.466
1.484
16
Proporsi RTH
persen
8,76
8,87
Sumber : Diolah dari LPJ Walikota Bandung 2009, Bandung dalam angka 2009 dan RPJM Kota Bandung 2009-2013 Dengan memperhatikan berbagai fakta dan kondisi makro ekonomi Kota Bandung, maka pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage ini perlu dilakukan secara terintegrasi agar tujuan pengembangan kawasan ini dapat meningkatkan volume kegiatan ekonomi Kota Bandung dan dapat memperbaiki beberapa aspek pembangunan Kota Bandung yang pada saat ini mengalami perkembangan negatif seperti tingkat kepadatan penduduk Kota Bandung yang merupakan kota terpadat di dunia dengan rata-rata kepadatan penduduk 13.345 jiwa per kilometer persegi (BKKBN Jabar dan RKPD Kota Bandung 2009), jumlah keluarga miskin terbanyak se-Jawa Barat (BPS Jabar 2008), tujuh dari sepuluh warga kota Bandung menderita kekurangan air bersih (Basis Data LH
24
Bandung 2006), Kota dengan jumlah wanita rawan sosial-ekonomi terbanyak di Jawa Barat (30.000 wanita) (Dinsos Jabar 2007), jumlah timbunan sampah di kota Bandung mencapai 8000 m3, dengan 3000 m3 diantaranya masih tertinggal di TPS (Kementrian Lingkungan Hidup, 2008), enam dari sepuluh murid SD di kota Bandung beresiko menurun kecerdasannya, akibat kadar polusi di atas rata-rata (Dept. TL ITB, BPLHD Jabar 2007), dan jumlah pengangguran terbanyak di Jawa Barat, mencapai lebih 174 ribu orang (BPS Jabar 2007). Agar tujuan pengembangan Pusat Primer Gedebage sesuai dengan tujuannya itu, maka diperlukan suatu konsep desain sistem perencanaan serta pengelolaan yang tepat guna. Desain sistem dalam pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung ini merupakan suatu pengkajian rekayasa terhadap indikator kinerja pembangunan wilayah berdasarkan pendekatan sistem dinamik. Pendekatan ini didasari oleh prinsip umpan balik (causal loops) antar subsitem wilayah, subsitem penduduk, dan subsitem ekonomi. Salah satu karakteristik dari proses rekayasa indikator kinerja pembangunan wilayah tersebut adalah adanya bentuk pemodelan yang bersifat dinamis dan kuantitatif guna menghasilkan keputusan yang rasional, terukur dan transparan dalam realisasi pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage ini.
1.2 Perumusan Masalah Pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung tidak terlepas dari pemahaman bahwa angglomerasi ekonomi mempengaruhi kinerja suatu sistem ekonomi. Oleh karena itu pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung memungkinkan semakin mudahnya kegiatan ekonomi berjalan sehingga dapat memunculkan peluang bagi masyarakat di sekitar kawasan dan Kota Bandung untuk lebih berperan dalam berbagai kegiatan ekonomi yang dapat meningkatkan pembangunan ekonomi Kota Bandung. Dari uraian latar belakang, maka peneliti mencoba menganalisis dampak yang akan ditimbulkan dari pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung terhadap pembangunan ekonomi Kota Bandung dengan pendekatan sistem dinamik. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
25
a. Bagaimana perkembangan penggunaan lahan di kawasan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung. b. Bagaimana dampak pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage terhadap pembangunan ekonomi Kota Bandung.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : a. Mengkaji dan menganalisis perkembangan penggunaan lahan di kawasan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung. b. Mengkaji dan menganalisis dampak pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage terhadap pembangunan ekonomi Kota Bandung.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh masyarakat dan Pemerintah Kota Bandung dalam mengimplementasikan dan pengelolaan dari pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage sehingga tujuan dari pengembangan kawasan ini dapat tercapai dengan menekan berbagai dampak negatif yang mungkin ditimbulkannya.
1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian seperti yang diungkapkan oleh Bambang Juanda (2009) merupakan suatu proses belajar (usaha) untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan atau untuk memperoleh jawaban masalah penelitian. Oleh karena itu setiap penelitian memerlukan batasan topik penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai dengan memperhatikan beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pemilihan topik seperti (1) sebaiknya berada dalam jangkauan (manageble topic), (2) tersedianya data untuk membahas topik (obtainable data), (3) menarik untuk diteliti (interesting topic), dan (4) cukup penting (significance of topic). Adapun batasan dari penelitian ini adalah
membahas tentang
perkembangan penggunaan lahan yang akan digunakan untuk kawasan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung dan dampak pengembangan kawasan Pusat
26
Primer Gedebage terhadap pembangunan ekonomi Kota Bandung terutama aspek investasi kawasan terhadap pertumbuhan ekonomi serta dinamika kependudukan Kota Bandung. Selain itu pula berdasarkan kemampuan peneliti dalam berbagai aspek, maka penelitian ini dibatasi dalam ruang lingkup penelitian berupa analisis pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung dengan pendekatan sistem dinamik dengan tiga subsistem, yaitu (1) subsistem wilayah (lahan), (2) subsitem penduduk, dan (3) subsitem ekonomi.