1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus mengalami peningkatan setelah krisis moneter. Menurut data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 meningkat sebesar 5,9 persen terhadap tahun 2009 terjadi di semua sektor ekonomi yaitu 4.727,6 triliun rupiah. Pertumbuhan ekonomi yang positif di Indonesia juga diimbangi dengan peningkatan pembangunan infrastruktur seperti bangunan sekolah, bangunan rumah sakit dan puskesmas, serta bangunan perumahan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2010), pembangunan maupun perbaikan infrastruktur di tiga kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Medan, dan Surabaya pada tahun 2008 antara lain untuk daerah Jakarta bangunan sekolah mencapai 89 persen, rumah sakit 1,72 persen, puskesmas 4,5 persen, dan perumahan mencapai 4,7 persen. Di daerah Surabaya pembangunan sekolah mencapai 71 persen, rumah sakit 1,6 persen, puskesmas 22,5 persen, dan perumahan 3,9 persen. Daerah Medan pembangunan sekolah mencapai 66,2 persen, rumah sakit 5,9 persen, puskesmas 16,9 persen, dan perumahan mencapai 10,8 persen. Pembangunan infrastruktur saat
ini
dikonsentrasikan di tiga daerah tersebut tersebut sehingga menjadi tiga kota besar yang menempati urutan pembangunan tertinggi. Pembangunan gedung-gedung perkantoran, sekolah, dan perumahan yang terus meningkat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan suatu tempat untuk beraktivitas yang juga mampu memberikan kenyamanan dan ketentraman. Salah satu persyaratan bangunan yang mampu memberikan kenyaman dan ketentraman, yaitu terhindar dari berbagai bentuk ancaman yang menyebabkan kerugian secara ekonomis (Waryono, 2004). Terhindarnya berbagai bentuk ancaman, meliputi banjir, longsor, tanah yang amblas dan kegaduhan. Walaupun persyaratan kenyamanan bangunan sudah terpenuhi, tampaknya belum merupakan jaminan teguhnya suatu bangunan dari kerusakan yang disebabkan oleh serangan rayap. Keberadaan rayap menjadi salah satu permasalahan yang harus diwaspadai dalam menjaga kualitas suatu bangunan. Rayap merupakan serangga sosial yang dikenal luas sebagai hama penting di kehidupan manusia. Rayap bersarang dan memakan
2
kayu perabotan dan fondasi bangunan sehingga menimbulkan banyak kerugian secara ekonomi. Tidak tanggung-tanggung menurut data kerugian ekonomis yang dialami Indonesia sampai pada tahun 2000 akibat rayap mencapai angka 2,67 triliun rupiah, serta rata-rata persentase serangan rayap pada bangunan perumahan di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, bandung dan Batam mencapai angka lebih dari 70 persen, angka tersebut akan terus bertambah melihat kecendrungan terakhir ini, bahwa nilai kerugian akibat rayap setiap tahunnya meningkat sekitar lima persen seiring dengan meningkatnya pembangunan gedung, terutama gedung bertingkat yang ada di Jakarta. Menurut Waryono (2004), ancaman bahaya rayap terhadap bangunan sekolah di berbagai daerah telah dilaporkan, bahkan telah banyak bangunan yang roboh dan rata dengan tanah. Bangunan-bangunan SD Inpres di Jawa Barat dari sejumlah 112.826 ruangan, tercatat kurang dari 30 persen yang dinilai dalam kondisi baik, sedangkan kondisi bangunan yang rusak berat tercatat sebesar 33,87 persen, sementara bangunan yang memiliki kriteria sedang sebesar 38,27 persen. Di Kota Bandung tercatat 169 sekolah dalam kondisi yang memprihatinkan, demikian halnya di Kota Sumedang, Garut, dan Bekasi indikasi kerusakan bangunan akibat rayap rata-rata menyebabkan lebih dari 42 persen kondisi bangunan sekolah memiliki kriteria rusak berat. Tingginya kerusakan bangunan yang disebabkan oleh rayap menjadikan peluang pasar yang bagus untuk industri pestisida pembasmi hama rayap. Penggunaan pestisida untuk membasmi hama rayap adalah salah satu solusi agar bangunan yang di bangun terhindar dari serangan rayap dan umur bangunan pun dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Semakin meningkat pembangunan gedung dan pemukiman maka semakin meningkat pula penjualan pestisida hama rayap. Salah satu industri pestisida pembasmi rayap yang ada di Indonesia adalah PT Chemigard. PT Chemigard merupakan industri pestisida pembasmi rayap yang berlokasi di daerah Ciputat Tangerang - Banten. Produk pembasmi rayap yang diproduksi oleh PT Chemigard adalah Cypergard dan Safe 1. Produk Cypergard terdiri dari dua ukuran kemasan yang berbeda yaitu Cypergard 100 ml dan Cypergard 500
3
ml. Ketiga produk pembasmi rayap ini memiliki tingkat penjualan yang cukup baik setiap tahunnya seperti yang terlihat pada Gambar 1. PT Chemigard telah memasarkan produk pembasmi rayapnya ke kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan. Peningkatan pembangunan di kota-kota tersebut mendorong penjualan yang juga terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. 3500 3000 2500 2000
Cypergard 500 ml
1500
Cypergard 100 ml safe 1
1000 500 0 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46
Gambar 1. Grafik Penjualan Cypergard 500 ml, Cypergard 100 ml Periode Tahun 2006 sampai Tahun 2010 dan Safe 1 Periode 2007 sampai Tahun 2010 (PT Chemigard, 2010) Penjualan produk Safe 1 dan Cypergard (100 ml dan 500 ml) berfluktuatif menyebabkan PT Chemigard memerlukan suatu instrumen untuk melihat hubungan dan pengaruh penjualan suatu produk dengan produk lainnya. Hal ini diperlukan untuk membantu PT Chemigard dalam mengontrol penjualan dari ketiga produk dalam beberapa periode ke depan. Pengaruh dan hubungan setiap produk dalam suatu perusahaan terkadang menyebabkan penurunan dan peningkatan penjualan terhadap produk lainnya. 1.2. Perumusan Masalah PT Chemigard memiliki dua produk pembasmi rayap yaitu Safe 1 dan Cypergard. Cypergard dibagi lagi ke dalam 2 macam kemasan 500 ml dan 100 ml sedangkan Safe 1 hanya di buat dalam satu kemasan 100 ml. Produk Cypergard dan Safe 1 memiliki perbedaan dalam proses pengendalian rayap. Produk Safe 1 lebih ramah lingkungan dibandingkan produk Cypergard. Produk Cypergard merupakan racun yang bersifat repelen atau knock down yaitu racun yang mampu
4
mematikan rayap dengan cepat tetapi hanya di suatu area tertentu. Sedangkan, Safe 1 merupakan jenis racun non-repelen yaitu jenis racun yang mematikan rayap secara perlahan melalui trofalaksis atau disebut juga racun kontak. Racun jenis ini mampu membasmi rayap hingga ke tingkat ratu dan koloninya. Proses pengendalian rayap yang berbeda antara produk Cypergard dan Safe 1 mempengeruhi tingkat penjualan kedua produk. Selain itu, ukuran kemasan yang berbeda juga mempengaruhi tingkat penjualan produk. Berdasarkan Gambar 1, dalam beberapa periode terlihat penjualan Cypergard yang meningkat menyebabkan penurunan penjualan produk Safe 1. Dan peningkatan penjualan Cypergard ukuran 500 ml menyebabkan penurunan penjualan Cypergard 100 ml. Artinya penjualan ketiga produk ini saling mempengaruhi satu sama lainnya. namun, belum diketahui bagaiman pengaruh penjualan produk safe 1 terhadap produk Cypergard atauapun sebaliknya. PT Chemigard memerlukan suatu instrumen untuk melihat pengaruh dan hubungan antara ketiga produk tersebut, sehingga dengan mengetahui hubungan dan pengaruhnya perusahaan dapat mengontrol penjualan ketiga produk agar penjualan produk Safe 1 tidak menyebabkan kerugian pada penjualan produk Cypergard ataupun sebaliknya. Selain itu, analisis terhadap pengaruh dan hubungan ketiga produk juga akan membantu perusahaan dalam melakukan peramalan penjualan peroduknya. Peramalan penjualan dengan melihat hubungan dan pengaruh antar produk dibutuhkan bagi perusahaan untuk membantu perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan dan kebijakan perusahaan. Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat hubungan dan pengaruh hubungan ketiga produk dalam jangka panjang yaitu uji kointegrasi. Esensi dari kointegrasi adalah bahwa series tidak dapat menyebar ke segala arah jauh dari satu sama lain dan menjelaskan bahwa keberadaan hubungan jangka panjang antara series ini dan series yang lain dapat ditulis pada suatu format Error Correction. Hubungan jangka panjang ketiga produk tersebut juga akan mempengaruhi peramalan penjualan kedepannya. Analisis yang digunakan untuk menghitung ramalan penjualan pada penelitian ini yaitu analisis dekomposisi varian atau
5
dikenal dengan Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD), yaitu meramalkan penjualan produk dengan memperhatikan besar nya pengaruh produk tertentu terhadap produk lainnya. Hasil ramalan tersebut dapat dijadikan target penjualan perusahaan di masa yang akan datang. Setelah hasil analisis kointegrasi dan hasil ramalan di dapatkan, perusahaan dapat mengambil kebijakan dalam melaksanakan strategi-strategi yang akan diterapkan di masa yang akan datang, khusus nya strategi pemasaran sehingga dapat memenuhi target penjualan yang telah ditetapkan. Berdasarkan perumusan masalah, menarik untuk dikaji mengenai: 1.
Bagaimana kointegrasi produk Cypergard 500ml, Cypergard 100ml, dan Safe 1
2.
Menetapkan ramalan penjualan produk Cypergard 500ml, Cypergard 100ml, dan Safe 1
3.
Bagaimana kointegrasi produk dan ramalan penjualan memiliki kontribusi dalam perencanaan strategi yang mungkin diterapkan perusahaan.
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan penelitian yaitu: 1.
Menganalisis kointegrasi produk Cypergard 500ml, Cypergard 100ml, dan Safe 1 di PT. Chemigard.
2.
Mendapatkan ramalan penjualan produk Cypergard 500ml, Cypergard 100ml, dan Safe 1 untuk 6 bulan kedepan di PT Chemigard.
3.
Bagaimana kointegrasi produk dan ramalan penjualan memiliki kontribusi dalam perencanaan strategi yang mungkin diterapkan perusahaan.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi perusahaan sebagai informasi untuk meningkatkan penjualan dan sebagai pertimbangan dalam melakukan perencanaan strategi pemasaran nya sehingga perusahaan dapat mengembangkan usahanya. Penelitian ini berguna bagi penulis untuk melatih menganalisa suatu permasalahan berdasarkan ilmu dan pengetahuan yang telah diperoleh penulis di masa perkuliahan. Penelitian ini juga dapat memberikan
6
manfaat untuk kepentingan keilmuan dan menjadi sumber informasi bagi pihakpihak yang membutuhkan. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini yaitu analisis kointegrasi penjualan produk Cypergard 500 ml, Cypergard 100 ml, dan Safe 1 periode 2007 sampai 2010 dengan menggunakan alat analisis Vector Error Correction Model (VECM) dan untuk peramalan nya menggunakan Impuls Respons Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition. Perusahaan yang diteliti adalah PT Chemigard.