I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Rencana kegiatan FEATI BPTP Banten pada tahun 2011 adalah (1). Dukungan
pengembangan FMA model dan penerapan VCA, (2). Demonstrasi/ Ujicoba (3). Workshop sinergi dan koordinasi untuk keberlanjutan program dan sinkronisasi dengan program strategis Kemtan , (4). Workshop dalam rangka penyiapan materi untuk E-petani,
(5).
Workshop
(6).
pendampingan
pelaksanaan
ARF
dalam
rangka
mendukung
FMA,
Demonstrasi dan pembuatan, perbanyakan materi Informasi dan pengadaan
bahan
demonstrasi/ujicoba dalam rangka mendukung FMA, (7). Workshop inisiasi pemberdayaan komisi teknologi, (8). Temu tugas dalam pelaksanaan aktivitas FMA di Kabupaten, (9). Koordinasi perencanaan dan evaluasi kegiatan tingkat Provinsi, (10). Dukungan Administrasi Manajemen dalam bentuk pembuatan SK Tim Pengelola FEATI, honorarium pelaksana Kegiatan, alat tulis kantor, pelaporan dan konsolidasi audit (Triwulan I,II dan III). Kegiatan yang telah
dilaksanakan sampai Juni 2011 adalah (1). Koordinasi
perencanaan dan Evaluasi kegiatan Tingkat Provinsi (2). Demonstrasi/ Ujicoba sedang berjalan (3). Workshop dalam rangka Penyiapan Materi untuk E-petani, (4). Pertemuan perencanaan dan koordinasi persiapan temu tugas, (5).Pertemuan perencanaan workshop inisiasi komisi teknologi, (6). Workshop inisiasi pemberdayaan komisi teknologi, (7). Penyusunan Kuesioner indikator keberhasilan program FEATI, pengambilan data dan analisis data indikator keberhasilan. (8). Penyusunan draff laporan progres kegiatan FEATI 20082010, (9). Dukungan Administrasi Manajemen adalah pengadaan ATK, fotocopy, monitoring dan evaluasi berupa rekap data kegiatan FEATI BPTP Banten 2008-2010 , konsolidasi audit (TW IV TA 2010 dan TW I TA 2011). Kegiatan-kegiatan FEATI BPTP yang belum dilaksanakan maka telah diadakan rapat pertemuan antara Tim Teknis FEATI, LO dan Kepala Balai BPTP Banten
untuk
penentuan jadwal workshop/temu tugas, dan kegiatan teknis lainnya seperti demonstrasi bersama FMA, dan pembuatan materi diseminasi. Pada tahun 2011 UP-FMA melakukan proses pembelajaran setelah proposal pembelajaran disetujui oleh tim Verifikator.
Adapun judul pembelajaran UP-FMA dapat
dilihat pada tabel berikut :
1
Tabel 1. Jenis Usaha UP-FMA berdasarkan proposal pembelajaran tahun 2011 Jenis Usaha FMA berdasar Nama Kecamatan Kecamatan Nama Desa proposal 1 Bojonegara 1 Pengarengan Penggemukan ternak kerbau 2 Wanakarta Budidaya mentimun 2 Kramatwatu 1 Pamengkang Penangkaran benih padi 2 Tonjong Budidaya bawang merah 3 Pegadingan Budidaya Iitik petelur 3 Baros 1 Sinar Mukti Budidaya Kacang Panjang Organik 2 Cisalam Budidaya Mentimun 3 Panyirapan Budidaya Mentimun 4 Carenang 1 Carenang Budidaya Kangkung Organik 2 Panenjoan Budidaya Sawi Organik 3 Pamanuk Budidaya Kacang Panjang Organik 5 Mancak 1 Sigedong Penangkaran Benih Kacang Tanah 2 Winong Penangkaran Benih Kacang Tanah 3 Pasir Waru Budidaya Kacang Panjang Organik 6 Pabuaran 1 Pasanggrahan Budidaya Bawang Merah 2 Sindangheula Budidaya Kacang Tanah Pembibitan Sayuran (Kangkung, 7 Bandung 1 Bandung Bayam, Sawi) 2 Blokang Agribisnis Cabe Kriting 8 Pontang 1 Lebak Kepuh Penetasan telur dan pembesaran itik 2 Pulo Kencana Budidaya Itik 3 Singarajan Penetasan telur dan pembesaran itik 9 Tanara 1 Tanara Agribisnis caysim organik 2 Cerukcuk Agribisnis caysim organik 10 Petir 1 Padasuka Budidaya Kacang Tanah 2 Tambiluk Budidaya mentimun organik 3 Petir Budidaya Kacang Tanah 11 Tirtayasa 1 Kebuyutan Budidaya itik 2 Sujung Budidaya Itik 3 Laban Budidaya Itik Waringin 12 1 Kemuning Budidaya paria organik Kurung 2 Sambilawang Budidaya mentimun Waringin 3 Budidaya mentimun Kurung 13 Ciruas 1 Ciruas Budidaya Itik 2 Cigelam Penangkaran benih padi 3 Kebon Ratu Budidaya melon Curug 14 Gunung Sari 1 Pengolahan buah salak Sulanjana 2 Luwuk Budidaya tanaman pisang 15 Cikeusal 1 Katulisan Budidaya mentimun 2 Sukamaju Budidaya Kacang Panjang 3 Cimaung Perbanyakan benih kacang tanah
2
Jika jenis usaha UP-FMA yang ada di kabupaten Serang dipetakan berdasarkan jenis komoditasnya, maka akan terlihat komoditas yang paling dominan. Adapun peta komoditas usaha UP-FMA dapat dilihat pada Gambar 1. Berikut ini. Gambar 1. Pemetaan Jenis Usaha UP-FMA di Kabupaten Serang.
1.2.
Tujuan
Memberdayakan Petani melalui : 1.
Pelaksanaan Administrasi Kegiatan FEATI
2.
Dukungan pengembangan FMA Model untuk penerapan VCA
3.
Penyelenggaraan penyebaran informasi teknologi dan meningkatkan pengetahuan petani melalui demonstrasil, workshop ARF, Temu lapang, dan Temu Tugas
4.
Penyelenggaraan dan menyebarkan media informasi teknologi melalui media tercetak.
5.
Inisiasi pemberdayaan komisi teknologi dalam rangka mempermudah diseminasi teknologi sampai pada petani/kelompok tani.
6.
Penyelenggaraan perencanaan dan evaluasi terhadap pelaksanaan dan dampak kegiatan FEATI.
1.3.
Keluaran
1.
Terlaksanannya Administrasi Kegiatan FEATI selama 12 bulan
2.
Tersedianya teknologi untuk FMA Model yang menerapkan VCA ( 1-2 FMA )
3.
Terlaksananya 2 demonstrasi teknologi
petani FMA Model dan petani FMA lainnya/
poktan dari desa lainnya (40 FMA dan 75-100 orang petani),
3
4.
Tersedianya media informasi tercetak berupa folder/leaflet, poster, brosur ( 5 judul )
5.
Terlaksananya Koordinasi inisiasi pembentukan /pemberdayaan Komisi Teknologi di provinsi Banten (1 kali )
6. 1.4. 1.
Terlaksananya koordinasi dan evaluasi kegiatan tingkat provinsi (1 kali ) Perkiraan Manfaat dan Dampak Minimal 60 % Anggota poktan mengadopsi teknologi yang telah didiseminasikan oleh BPTP. Dan 80 % meningkat pendapatannya.
2.
Minimal 60 % teknologi yang didiseminasikan oleh BPTP diadopsi oleh anggota Poktan melalui workshop, temu tugas, demonstrasi teknologi, dan penyebaran materi diseminasi.
3.
Minimal 70 % anggota poktan puas terhadap jasa penelitian/pengkajian.
4.
Pengetahuan petani, Penyuluh pendamping, Penyuluh Swadaya akan bertambah melalui workshop, pelatihan, dan demonstrasi
4
II. PROSES PERENCANAAN KEGIATAN TAHUN 2011 Proses perencanaan kegiatan FEATI dilakukan dengan penyusunan RDHP dan RODHP yang pada awal tahun 2011. Adapun beberapa kegiatan yang sangat memerlukan sinergi dengan pemerintah daerah dilakukan dengan mengadakan pertemuan evaluasi kegiatan, yang membahas mengenai kegiatan yang telah dilakukan, dan perencanaan kegiatan yang akan di lakukan tahun 2011.
Adapun kegiatan BPTP Banten tahun 2011
adalah sbb : 2.1. Dukungan Pengembangan FMA Model dan Penerapan VCA Kegiatan ini diawali dengan pelaksanaaan survey atau penilaian kepada FMA terpilih untuk dapat menjadikan 1-2 FMA model. Pemilihan FMA ini didasarkan pada komoditas unggulan yang dapat dijadikan model untuk ujicoba dan workshop pendampingan pelaksanaan ARF dalam rangka mendukung FMA model. Komoditas unggulan pada FMA model adalah komoditas yang sudah menjadi bahan pembelajaran di FMA model pada tahun sebelumnya.
Pembelajaran tersebut bahkan masih terus dilakukan oleh anggota FMA
model, sehingga dapat dibandingkan dengan uji coba yang akan dilakukan. FMA model yang akan menjadi tempat pelaksanaan ujicoba hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut : 1.
Mempunyai laporan pembelajaran yang lengkap dari tahun ke tahun.
2.
Mempunyai catatan komoditas unggulan yang selalu dijadikan bahan pembelajaran.
3.
Mempunyai anggota yang semakin bertambah setiap tahun.
4.
Mempunyai data mengenai analisa usaha tani pada pembelajaran yang dilakukan
5.
Mempunyai data dan laporan serta arsip yang lengkap terkait dengan pembelajaran yang telah dilakukan.
FMA model diharapkan dapat menjadi percontohan bagi FMA yang mempunyai produk unggulan yang sejenis.
Kelembagaan dalam FMA model juga dapat menjadi salah satu
inspirasi baik bagi FMA yang lain maupun bagi kelompok tani yang lain. 2.2.
Demonstrasi /Ujicoba Pada tahun 2011 lokasi ujicoba adalah FMA model yang telah terpilih. Salah satu
FMA model yang akan dipilih adalah untuk komoditas unggulan itik. Dalam ujicoba ini akan disediakan bahan utama bahan bantu. FMA model dapat menjadi tempat belajar bagi FMA yang lain atau kelompok tani dari wilayah lain.
Dalam ujicoba ini terlebih dahulu akan
diidentifikasi teknologi yang sudah eksis di FMA. Kemudian dicari permasalahan yang masih dihadapi.
5
Penetapan komoditas dilakukan berdasarkan hasil survey dan diskusi dengan FMA model. Apabila produk tersebut merupakan produk dominan di suatu wilayah ini akan lebih baik, karena diharapkan FMA lain dan kelompok tani lain dapat memanfaatkan ujicoba yang dilakukan di FMA Model.
Ujicoba yang dilakukan adalah yang bersifat realistis dengan
kondisi FMA namun dapat memberikan nilai tambah bagi produk pertanian tersebut. Nilai tambah yang diberikan dengan mengaplikasikan sentuhan teknologi dalam usaha penggemukan itik.
Ujicoba yang dilakukan bersifat aplikatif, sehingga FMA model tetap
mampu melakukan teknologi yang telah diujicobakan meskipun sudah tidak ada pendampingan. Hal ini akan terjadi bila FMA model sudah yakin dan membuktikan sendiri adanya nilai tambah produk dengan perlakukan tertentu. Kegiatan demonstrasi FSA meliputi pelatihan petani 1 kali dengan peserta 50-100 orang, demonstrasi penggemukan itik. Melalui kegiatan ini akan terjadi penyebarluasan informasi teknologi pemeliharaan itik, teknologi pakan, dan perkandangan untuk meningkatkan pengetahuan anggota poktan/ Gapoktan dari luar desa FMA model sehingga mau dan mampu menerapkannya, sehingga meningkatkan produktivitas dan pendapatannya serta puas terhadap jasa penelitian tersebut. 2.3.
Workshop Sinergi dan Koordinasi untuk Keberlanjutan Program dengan Program Strategis Kemtan Workshop ini akan dilakukan oleh Tim FEATI Pusat, BPTP akan mengikuti workshop
ini sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh Tim FEATI Pusat. 2.4.
Workshop dalam rangka Penyiapan Materi untuk E-Information Workshop ini akan dilakukan oleh Tim FEATI Pusat, BPTP akan mengikuti workshop
ini sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh Tim FEATI BBP2TP. 2.5.
Workshop pendampingan pelaksanaan ARF dalam rangka mendukung FMA Workshop tentang pelaksanaan Action Research Facility (ARF) bertujuan untuk
mengenalkan konsep ARF bagi kelompok tani yang belum pernah melaksanakan, dan melakukan evaluasi pelaksanaan ARF untuk kelompok tani yang telah melaksanakan ARF. Pada tahun 2011 Lokakarya ini dilaksanakan oleh BPTP, bertempat di FMA model dan ditentukan
sesuai
produk
unggulan
FMA
dengan
peserta
:
petani/anggota
poktan/Gapoktan/FMA, penyuluh (penyuluh pendamping dan penyuluh swadaya, penyuluh kabupaten), peneliti. Petani FMA berperan sebagai perencana dan pelaku studi (uji coba), penyuluh pendamping dan penyuluh swadaya mengkoordinir dan menjadi fasilitor kegiatan sedangkan peneliti dan penyuluh membantu dalam bidang teknis pelaksanaan dan penyebarluasan informasi (Rivaie dkk, 2008). Kegiatan workshop ini adalah penyampaian penerapan
konsep
ARF
bagi
petani
FMA
yang
implementasinya
pada
kegiatan
6
demonstrasi/uji coba FMA. Petani didampingi peneliti BPTP
akan merancang suatu
percobaan sederhana lapangan mulai dari awal sampai akhir kegiatan sehingga petani mampu berkreativitas dalam ujicoba lapang. Pelaksanaan workshop sebanyak 1 kali dengan jumlah peserta 40-75 orang. Diharapkan anggota poktan/Gapoktan mau dan mampu melakukan ujicoba serta. Hasil identifikasi kebutuhan teknologi pada proposal kegiatan FMA akan ditindak lanjuti BPTP dengan melakukan pendampingan ARF dari segi teknologi dan pelaksanaannya. 2.6.
Demonstrasi dan Pembuatan Perbanyakan Materi Informasi Dalam Rangka Mendukung FMA Demonstrasi akan dilakukan untuk mendukung scaling-up pada kawasan pasca
panen. FMA dengan pembelajaran pasca panen perlu mendapat dukungan teknologi dari BPTP.
Baik teknologi diversifikasi pengolahan produk pertanian, maupun teknologi
pengemasan dan pelabelan. Ujicoba dilakukan pada FMA terpilih dalam wilayah/kawasan pembelajaran pasca panen. Perbanyakan materi informasi yang dibutuhkan oleh petani anggota poktan/ Gapoktan/ FMA desa atau desa FMA yang overlay dengan desa kegiatan PUAP dan SL-PTT maupun penyuluh akan dilakukan oleh BPTP. Untuk itu perlu identifikasi kebutuhan informasi teknologi pertanian sebelum
penyusunan materi informasi teknologi sehingga
sesuai kebutuhan pengguna. Pembuatan dan penyebaran materi informasi pertanian dalam bentuk tercetak (brosur, folder), akan disebarkan ke BPP dan anggota poktan/Gapoktan. Diharapkan melalui penyebaran materi informasi ini kepada BPP/ anggota poktan/ Gapoktan akan terjadi diseminasi dan adopsi teknologi sehingga anggota poktan/ Gapoktan meningkat produktivitas dan pendapatannya serta puas terhadap pelayanan jasa penelitian/pengkajian. Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung pelaksanaan uji coba/studi petani yang dilaksanakan oleh petani di desa FEATI . Para peneliti di BPTP diharapkan secara intensif dapat memberikan masukan tentang metode pelaksanaan demonstrasi/uji coba/studi petani yang benar sehingga dapat dipertanggung jawabkan hasilnya secara ilmiah. Disamping itu, peneliti juga diharapkan dapat memberikan masukan/tukar menukar pengalaman tentang berbagai teknologi yang berakiatan dengan topik demonstrasi/uji coba/studi petani yang dilaksanakan oleh petani. Untuk FMA desa lain yang lokasinya bukan tempat demonstrasi maka penyebaran informasi dilakukan dengan pemberian materi informasi dan mengundang petani melalui pelatihan petani. BPTP juga melakukan pendampingan teknologi (teknis) dan narasumber bagi diluar FMA model melalui kegiatan temu tugas dan workshop. Untuk menyebarkan hasil demonstrasi akan dilakukan kegiatan temu lapang dengan mengundang petani dari
7
FMA/ desa lainnya. Monev akan membuat kuisioner dan daftar hadir peserta serta dokumentasi kegiatan. Kegiatan pembuatan dan perbanyakan materi meliputi : persiapan bahan, pengumpulan materi infromasi hasil litkaji, kebutuhan teknologi desa FMA/PUAP/SL-PTT, penyusunan naskah, pre test, editing, pencetakan dan distribusi. 2.7.
Workshop Inisiasi Pemberdayaan Komisi Teknologi Workshop ini dilakukan untuk berkoordinasi dengan instansi terkait di propinsi
Banten, agar rekomendasi teknologi dapat lebih efektif.
Inisiasi pembentukan komisi
teknologi diusahakan untuk dapat berdaya guna dan berhasil guna.
Workshop ini akan
diawali dengan pertemuan koordinasi dan perencanaan kegiatan workshop, yang dihadiri oleh lembaga penyuluhan dan penelitian yang ada di Propinsi Banten.
Pertemuan
Koordinasi dilakukan 1 kali dengan peserta 20-30 orang. Workshop inisiasi Komisi teknologi ini dilakukan 1 kali dengan peserta 20-30 orang yang berasal dari lembaga terkait. 2.8.
Temu tugas dalam pelaksanaan aktivitas FMA Kegiatan ini merupakan pertemuan yang mengkoordinir kegiatan pembelajaran
FMA yang akan didampingi oleh BPTP melalui Narasumber maupun pedampingan teknologi. Temu tugas dan Koordinasi pelaksanaan FMA di Kabupaten direncanakan akan dilakukan sebayak 1 kali bertempat di FMA model/BPTP dengan peserta 75-100 orang yang terdiri dari penyuluh pendamping, penyuluh swadaya (laki-laki dan perempuan) dan UP FMA, anggota poktan/ Gapoktan dari 40 Desa. Kegiatan ini akan digunakan sebagai salah satu cara pengumpulan data terkait dengan kuesioner pengukuran keberhasilan program FEATI. Dengan bekerjasama dengan penyuluh pendamping dan pengurus FMA, tim BPTP akan mengumpulkan data tersebut menggunakan panduan kuesioner yang akan disiapkan oleh Tim BPTP. Kegiatan ini dilakukan dengan pendekatan pertemuan secara partisipatif dan diskusi. Pelaksanaan kegiatan (pelaksana dan masalah teknis lainnya) berkoordinasi dengan instansi pelaksana porgam P3TIP di daerah yang sudah ditunjuk yaitu Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Peternakan dan Kehutanan (BP4K) tingkat kabupaten,
Balai Penyuluhan
Penyuluhan tingkat Kecamatan, FMA desa serta instansi lain lingkup Dinas Pertananian Provinsi. Peserta meliputi wakil kelompok tani/Gapoktan di desa FMA petugas, Penyuluh dan peneliti.
Pelaksanaan berkoordinasi dengan pengelola P3TIP di Kabupaten untuk
menentukan materi dan jadwal pertemuan sesuai dengan kebutuhan masing – masing.
8
2.9.
Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Kegiatan Tingkat Propinsi Koordinasi dilakukan dalam sebuah pertemuan perencanaan kegiatan yang
melibatkan BPKP Kabupaten Serang, Dinas Pertanian Provinsi Banten, dan kon sultan FEATI Kabupaten serang serta perwakilan FMA. Pertemuan koordinasi dan perencanaan kegiatan ini dilakukan 1 kali dengan peserta 15-20 orang. Pertemuan evaluasi kegiatan juga dilakukan untuk mengetahui perkembangan kegiatan dan upaya-upaya untuk perbaikan kegiatan. Dilakukan 1 kali dengan peserta 2030 orang, terdiri dari instansi terkait. 2.10. Administrasi Kegiatan FEATI Kegiatan ini memberikan fasilitas berupa honor pelaksana program FEATI.
Fasilitas
pendukung yang lain adalah dana untuk pembelian ATK dan komputer spplies, serta dana yang terkait dengan perbanyakan materi, pencetakan laporan, dan pendokumentasian pekerjaan.
Konsolidasi audit juga dilakukan untuk terus melakukan monitor terhadap
kegiatan FEATI secara keseluruhan.
Konsolidasi yang biasanya diikuti oleh pelaksanan
program akan memberikan arahan kelanjutan program tahun berjalan, maupun kelanjutan program FEATI.
9
III.
KEGIATAN YANG TELAH DILAKSANAKAN DAN HASIL YANG DIPEROLEH
3.1. Dukungan Pengembangan FMA Model dan Penerapan VCA Sampai Desember 2011 kegiatan dukungan pengembangan FMA model dan penerapan VCA tidak dilaksanakan. Hal ini karena tidak ada kejelasan perubadan DIPA dari pusat. Penanggung jawab tidak melaksanakan kegiatan ini karena dari awal direncanakan akan ada perubahan DIPA. 3.2. Demonstrasi /Ujicoba BPTP Banten pada tahun 2011 melalui kegiatan FEATI melakukan uji coba pakan alternative untuk itik pedaging. Uji coba ini dilaksanakan di FMA Harum Mekar desa Bundar Kecamatan Ciruas. Salah satu pertimbangan dilakukan di lokasi tersebut adalah usaha yang dilakukan oleh anggota FMA Harum Mekar merupakan usaha itik pedaging, namun sampai saat ini usaha yang mereka rintis belum memberikan keuntungan yang layak. Hal ini disebabkan karena harga pakan yang tersedia cukup mahal,sehingga perlu ada sentuhan teknologi dari segi pakan supaya hasil yang diperoleh lebih meningkat dari sebelumnya. Pada bulan Juni-Juli 2011 kegiatan Uji coba dimulai dengan test farm yang dilaksanakan di Kebun Percobaan Singamerta. Hal ini dilakukan untk melakukan percobaan terhadap teknologi pakan yang diramu oleh BPTP, agar pada saat ujicoba di FMA itik sudah dapat beradaptasi dengan baik. Hasil test farm di demonstrasikan di lokasi FMA Harum Mekar, sebagai salah satu FMA yang melaksanakan pembesaran itik pedaging. Pelaksanaan uji coba di FMA Harum Mekar akan di awali dengan pelatihan petani antara bulan Agustus 2011, dengan mengundang FMA yang juga melakukan pembelajaran itik pada tahun 2011. Selanjutnya uji coba akan di lakukan di Kawasan FMA Harum Mekar selama 40 hari. Kegiatan ujicoba diawali dengan pelaksanaan pelatihan petani.
Pada tanggal 28
Oktober diadakan pelatihan petani pembuatan pakan Berbahan Baku Lokal Spesifik Lokasi, dilaksanakan di UP-FMA Harum Mekar, diikuti oleh unsur UP-FMA yang terdiri dari Ketua FMA, Penyuluh Pendamping, Penyuluh Swadaya, dan Anggota FMA yang berjumlah 59 orang terdiri dari laki-laki 47 orang dan perempuan 12 orang.
Adapun UP-FMA peserta
adalah lokasi dengan komoditas unggulan/pembelajaran itik, yang berada di kecamatan sentra usaha itik (Pontang, Tirtayasa, Ciruas, Tanara, dan Kramatwatu)
Selain Itu diikuti
pula oleh Tim FEATI dari BPKP Kabupaten Serang.
10
Pelatihan ini dibuka oleh penanggung jawab kegiatan Ujicoba ( Dewi Haryani, Spi, MSi), yang menyampaikan bahwa dalam budidaya itik pakan merupakan hal yang paling penting. Oleh karena itu perlu disosialisasikan cara pembuatan pakan yang berbahan baku lokal sehingga bersifat spesifik lokasi. Materi yang disampaikan adalah penghitungan/pembuatan formulasi pakan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan itik baik itik petelur/itik pedaging. Materi ini disampaikan oleh Peneliti BPTP Banten ( Maureen, CH, SPt). Selanjutnya dengan praktek pembuatan pakan dengan bahan baku lokal. Peserta juga praktek langsung menghitung kandungan gizi bahan pakan yang diperlukan oleh itik. Acara ditutup oleh Kabid SDM BPKP Kabupaten Serang ( Ir. Edi Suhardiman, MM). Dalam sambutannya diingatkan kembali kepada peternak itik yang ada di wilayah sentra itik. Dan masing-masing UP-FMA dapat terus berkomitmen untuk mengembangkan sentra itik sesuai dengan usaha di desanya. Sehingga upaya untuk menumbuhkan usaha agribisnis itik dapat terwujud. Beliau juga mengharapkan pelatihan yang dilaksanakan oleh BPTP dapat memberikan tambahan ilmu dan wawasan bagi peternak, dan dapat untuk diterapkan dalam melakukan usaha budidaya itik. Ujicoba budidaya itik dimulai pada tanggal 31 Oktober 2011 dengan menggunakan formulasi pakan yang telah disampaikan pada pelatihan petani.
Itik yang digunakan
sebanyak 300 ekor yang berumur 1 bulan dengan bobot rata-rata 550 gr.
Pelaksanaan
ujicoba ini dilakukan di FMA Harum Mekar Desa Ciruas, dengan menggunakan formulasi
pakan seperti pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Formulasi pakan alternatif yang diujicobakan No
Bahan Baku 1 2 3 4 5 6 7
Dedak Jagung giling Menir Kepala Tri Kedele giling Nasi Aking Kangkung Jumlah Ket : Satuan bahan pakan Kg
A
B 40 0 20 20 20 0 0 100
C 35 20 5 30 10 0 0 100
50 0 20 0 0 30
0 100
Ada tiga macam perlakukan pemberian pakan yaitu formulasi A, B, dan C. Masingmasing perlakuan dilakukan dengan 2 ulangan. Dengan jumlah itik masing masing ulangan ada 50 ekor dan dipelihara selama 40 hari. Pemberian pakan disesuaikan dengan umur itik, seperti tersaji pada tabel 3.berikut.
11
Tabel 3. Jumlah kebutuhan ransum (pakan) per ekor per hari berdasarkan umur itik
Hasil pengamatan pertumbuhan dan mortalitas itik pada ujicoba pembesaran itik disajikan pada tabel 4 Berikut. Tabel 4. Data peningkatan rata-rata bobot badan itik dan mortalitas untuk masing-masing perlakuan selama masa pemeliharaan Rata-rata Bobot awal Bobot akhir Mortalitas Kenaikan bobot Perlakuan 40 hari Per hari A1 550 gram 920 gram 11.5 % 370 gram 9,25 gram A2 550 gram 900 gram 11 % 350 gram 8,75 gram B1 550 gram 865 gram 11 % 315 gram 7,88 gram B2 550 gram 880 gram 10 % 330 gram 8,25 gram C1 550 gram 790 gram 6% 240 gram 6,0 gram C2 550 gram 800 gram 6% 250 gram 6,25 gram
Perbedaan perlakuan pakan yang diberikan ternyata menberikan hasil yang berbeda pada pertambahan bobot itik yang dipelihara. Perlakuan pakan A memberikan pertambahan bobot badan tertinggi dibandingkan dengan perlakuan pakan B dan C. Namun dari tingkat mortalitas perlakuan A dan B member tingkat mortalitas yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan C, hal ini disebabkan karena pada masa awal pemeliharaan itik pada perlakuan pakan A
dan B, masih belum bisa beradaptasi dengan baik dan pada saat awal
pemeliharaan kondisi lingkungan/ cuaca kurang mendukung sehingga dengan kondisi seperti itu banyak dari itik yang dipelihara tidak bisa bertahan dan akhirnya mati. Namun setelah penyesuaian dengan pakan perlakuan maka tingkat motralitas dapat dikurangi.Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa unggas sangat sensitive terhadap bentuk dari pakan yang dikonsumsi. Hal ini akan terlihat apabila bentuk pakan yang diberikan berbeda dari sebelumnya, maka unggas memerlukan waktu penyesuaian yang cukup panjang untuk terbiasa dengan pakan baru.dalam penyesuaian bentuk pakan ini kadang-kadang dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga unggas mudah terserang penyakit dan pada tingkat yang ekstrim dapat mengakibatkan kematian.
12
Dapat diambil kesimpulan dari sisi ekonominya jika dibandingkan antar perlakuan nilai pakan untuk masing-masing perlakuan antara lain : untuk perlakuan A harga pakan per 1 kg adalah Rp. 2.900,- ; Perlakuan B harga pakan per 1 kg adalah Rp. 2.850,- ; dan Perlakuan C harga pakan per 1 kg adalah Rp. 2.700, namun kenaikan rata-rata bobot pada perlakuan A adalah 360 gram, perlakuan B adalah 322,5 gram dan perlakuan C adalah 245 gram. Sehingga jika dihitung secara ekonomis maka perlakuan A lebih memberikan keuntungan yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan B dan C. 3.3. Workshop Sinergi dan Koordinasi untuk Keberlanjutan Program dengan Program Strategis Kementerian Pertanian. Kegiatan workshop sinergi dan koordinasi untuk keberlanjutan program dengan program strategis Kementerian Pertanian dilaksanakan satu rangkaian dengan pelaksanaan Pekan Pertanian Spesifik Lokasi (PPSL) 17-21 November 2011. Dalam kegiatan tersebut tim FEATI BPTP Banten memberikan partisipasi dan dukungan kegiatan antara lain : Memfasilitasi dan mendampingi FMA dan Penyuluh pendamping FMA yang berjumlah 60 orang untuk mengikuti rangkaian kegiatan PPSL, memfasilitasi salah satu FMA untuk melakukan demonstrasi teknologi penetasan telur itik, dan melaksanakan expose produkproduk FMA di dalam acara pameran yang berlangsung selama lima hari tersebut.
Dari
kegiatan kunjungan FMA ke acara PPSL diperoleh berbagai manfaat yang dirasakan langsung oleh petani dan penyuluh.
Dari kunjungan pada stand pameran yang
diselenggarakan oleh panitia PPSL petani dan penyuluh membuka wawasa bahwa sangat banyak inovasi teknologi yang berasal dari berbagai lokasi BPTP Seluruh Indonesia.
Ini
memberikan gambaran bahwa sangat banyak peluang petani untuk mengembangkan produk pertaniaanya jika memang ada yang spesifik lokasi Banten namun belum terangkat secara nasional. Petani yang memerlukan informasi dari Balai Besar Pasca Panen juga bisa langsung berkonsultasi, karena pada waktu yang bersamaan mereka melakukan open house dan pelatihan pasca panen. Tim FEATI BPTP Banten pada tanggal 3 bulan November melakukan study banding khusus untuk petani/ FMA yang melakukan usaha pengolahan sari buah salak.
Peserta
dalam acara tersebut adalah ketua FMA Curug Makmur, anggota FMA yang mengolah langsung sari salak, Penyuluh pendamping FMA, koordinator penyuluh, tim FEATI dari Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Serang, dan Tim FEATI BPTP. Tim study banding diterima oleh peneliti BB pasca panen, dan diberikan penjelasan mengenai pengolahan sari buah secara umum. Untuk sari buah salak memang mempunyai kekhasan yaitu buahnya keras, mudah browny, dan mengandung endapan. Petani mengemukakan
13
masalah yang dihadapi yaitu adanya endapan pada sari buah salak dan sari buah yang cepat basi (3 hari). Informasi dari peneliti BB Pasca Panen bahwa untuk endapan memang harus dilakukan penyaringan, dan untuk basi dilakukan penambahan bahan pengawet. Penambahan bahan pengawet dimungkinkan untuk produk makanan selama masih pada dosis aman konsumsi. Peserta study banding juga mencari informasi mengenai alat-alat pengolahan sari buah yang mungkin dapat dibeli oleh petani. Seperti alat penghancut buah/blender dengan kapasitas yang cukup besar. Dari hasil diskusi alat yang tersedia di BB Pasca panen masih terlalu mahal, sehingga petani meminta BB Pasca panen, untuk menginformasikan jika pembuat mesin bisa membuat alat dengan kapasitas yang sedang dan dengan daya listrik yang tidak terlalu besar.
Petani ingin mempunyai alat pengolahan sari salak ini untuk
mengembangkan usaha pengolaha sari buah salak ini pada skala yang lebih besar. Pada saat study banding tersebut peserta mendapatkan informasi bahwa pada tanggal 17-21 November BB pasca panen akan mengadakan open house dan pelatihan pasca panen produk pertanian. 3.4. Workshop dalam rangka Penyiapan Materi untuk e-information Pelaksana mengikuti Pelatihan e-petani/ e-information selama 5 hari di Yogyakarta dengan jadwal pelatihan yang telah ditentukan oleh panitia sbb :
Selasa, 10 Mei 2011 diawali dengan acara pembukaan oleh Kepala Bagian KSPHP BBP2TP Bogor Dr. Joko Pitono. Dilanjutkan dengan materi mengenai sosialisasi UU no 14 tahun 2008 tentang kebijakan informasi public oleh Kabag Hukum dan Pelayanan Informasi Publik Kementerian Pertanian Ir. Joko Purwanto.
Rabu, 11 Mei 2011 materi tentang penelusuran data melalui pustakaan digital dan praktek. Dilanjutkan dengan materi tentang pengenalan e-petani pada program FEATI oleh Pusdatin dan praktek upload tulisan/artikel.
Kamis-Jumat, 12-13 Mei 2011 materi tentang penulisan artikel.
Materi yang
disampaikan oleh pakar komunikasi, wartawan, dan dosen Asep Syamsul M. Romli adalah mengenai cara penulisan pada media elektronik. Nara sumber yang lain adalah admin dari e-petani yang merupakan staff bidang teknis Pusat data dan informasi Kementerian Pertanian Teni Tresnawati.
Kata penulisan artikel pada media elektronik adalah tulisan/artikel sebaiknya simple, sesuai dengan sasaran (pembaca), menggunakan kalimat yang tepat dan tidak berlebihan. Pada dasarnya untuk penulisan rumus yang paling mudah untuk memulai adalah : Who does what, Who says what, dan What said by Who. Ada 3 jenis tulisan
14
yang biasa disajikan secara elektronik, yaitu berita, artikel dan feature.
Peserta
melakukan latihan menulis kemudian dievalusi bersama untuk mendapatkan masukan perbaikan dalam penulisan. Artikel yang telah diperbaiki kemudian diupload sebagai bahan laporan panitia.
Setiap peserta menyerahkan 5 artikel yang akan diupload
kepada panitia. 3.5.
Workshop pendampingan pelaksanaan ARF dalam rangka mendukung FMA Workshop ARF dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2011 bertempat di Aula Badan
Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Serang. Peserta workshop adalah ketua UPFMA sekabupaten Serang, konsultan FEATI Kabupaten Serang, Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, BPKP Kabupaten Serang yang berjumlah 43 orang yang terdiri dari laki-laki 40 orang dan perempuan 3 orang. tersebut adalah perencanaan kegiatan
Materi yang disampaikan dalam acara
ujicoba pengolahan sari salak dan pengemasan
produk serta materi berupa motivasi kiat sukses menjadi petani.
Narasumber yang
menyampaikan materi adalah peneliti, dan praktisi dari swasta. Dalam sambutannya Kepala BPKP kabupaten Serang menyampaikan beberapa hal terkait dengan program FEATI di Kabupaten Serang.
FEATI di Provinsi Banten hanya
dilaksanakan di Kabupaten Serang. BPKP telah mencoba untuk merealisasikan target yang diberikan oleh Kementan Pusat, terkait dengan realisasi keuangan saat ini sudah mencapai 67,2 % melebihi target yang dicanangkan Kementan.
Telah dilaksanakan pula kordinasi
dengan BPTP terkait dengan pendampingan teknologi. BPKP menyambut baik pelaksanaan Workshop ARF 2011, diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan memperluas wawasan para Ketua FMA. Pelaksanaan workshop ini bersamaan dengan pelaksanaan kunjungan lapang pada beberapa UP-FMA yang dilakukan oleh tim FEATI dari BBP2TP Bogor. Secara kebetulan yang melakukan survey adalah LO FEATI untuk Provinsi Banten.
Sehingga pada acara
workshop tersebut sekaligus dibuka oleh LO FEATI yaitu Bp. Dr. Bambang Irawan. Dalam sambutan dan arahan pembukaannya disampaikan beberapa hal yang terkait dengan kegiatan FEATI.
Koordinasi dan sinkronisasi program, telah terlihat dalam pelaksanaan
kegiatan FEATI di Provinsi Banten. Dari beberapa FMA yang telah dikunjungi, dapat dilihat bahwa pelaksanaan kegiatan FEATI sangat membantu FMA terkait dengan pengembangan kelembagaan dan teknologi.
Diinformasikan bahwa pada bulan Oktober 2011 akan ada
kunjungan dari Bank Dunia untuk memonitoring pelaksanaan kegiatan pada FMA. Pelaksanaan workshop ARF yang ditekankan pada pengolahan produk dan pasca panen, diharapkan dapat membuka peluang yang lebih besar bagi FMA terkait dengan pemasaran
15
produk FMA. Kunci keberhasilan pembangunan pertanian adalah kerjasama antara setiap stakeholder, dan tentunya juga harus didukung oleh para petani (FMA). Selanjutnya dilakukan pemaparan secara panel materi Rencana pelaksanaan kajian BPTP dengan FMA, dan Kiat Sukses sebagai Petani dan Pengusaha. Dalam sesi diskusi ada beberapa petani yang menanyakan bagaimana cara untuk meyakinkan pelanggan yang akan menjadi mitra usaha petani. Hal ini dapat ditanggulangi dengan memiliki data hasil survei harga di pasar sehingga petani selalu mempunyai harga terkini.
Untuk menarik mitra usaha kita harus mempunyai penampilan yang menarik,
percaya diri yang tinggi terhadap diri kita dan produk yang kita miliki. Jika bernegosiasi dengan mitra hindari kata-kata mungkin, kira-kira, mudah-mudahan, dan semoga. Karena kata-kata tersebut menunjukkan kalau diri kita tidak yakin baik dengan produk maupun dengan kemampuan kita. Bahasan yang terkait dengan pengolahan produk adalah hasil sortiran kacang tanah untuk benih dapat diolah menjadi kacang sangrai, sambal pecel, dan selai kacang. BPTP jika diperlukan dapat memberikan inovasi teknologi tersebut terkait dengan peningkatan nilai tambah produk yang ada di UP-FMA. Kemudian untuk pengolahan singkong agar jika diolah menjadi kripik hasilnya tidak keras maka perlu dicermati beberapa hal : biasanya singkong yang berwarna kuning/mentega tidak keras, pilih singkong yang dipanen dalam keadaan yang lebih muda (jangan sampai umur 9 bulan), jika akan dikripik dikukus terlebih dahulu, dapat menambahkan soda kue, atau bisa juga setelah digoreng dioven. Informasi tambahan dari BPKP beberapa produk olahan emping berbagai rasa (udang, pedas dan lain-lain) di Kec. Mancak, Kec. Gunung Sari dan Kec. Waringin Kurung. Sekiranya agar dapat ditindaklanjuti dalam kegiatan pendampingan teknologi oleh BPTP Banten. Baik dalam pengemasan produknya maupun dalam perbaikan kualitas produk. Rencana tindak lanjut dari workshop ARF ini adalah pelaksanaan ujicoba pasca panen dengan topik penyempurnaan pembuatan sari salak. ujicoba mengenai pengemasan dan pelabelan produk.
Selain itu juga dilakukan
Untuk memperluas kemitraan
dengan pasar modern narasumber juga memberikan Kontak person untuk Carreour Bpk Joko (HP. 021. 91625881, 0815. 14242348) Bpk Satria Carrefour (HP. 0811. 1880370). Narasumber memberikan peluang yang cukup luas kepada petani untuk dapat bermitra dengan pasar modern jika memang produk yang ditawarkan sudah dapat memenuhi persyaratan baik secara kualitas maupun kuantitas. Acara penutupan yang dilaksanakan oleh Kabid PSDK Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten Ir. Dodi RW. Dalam pengarahannya disampaikan bahwa kunci sukses petani adalah harus terus memupuk sikap kepemimpinan, menumbuhkan jiwa
16
wirausaha, dan mempunyai rasa menghargai orang lain, bisa berempati serta memiliki jaringan /link untuk pemasaran produk. 3.6.
Demonstrasi dan Pembuatan Perbanyakan Materi Informasi Dalam Rangka Mendukung FMA
3.6.1. Ujicoba pembuatan sari salak, pelabelan, dan pengemasan produk FMA Kegiatan Ujicoba Pembuatan sari salak pengemasan dan pelabelan produk FMA merupakan rangkaian dari kegiatan (F) dalam perencanaan kegiatan FEATI TA 2011, yaitudemonstrasi dan pembuatan perbanyakan materi informasi dan pembelian bahan dalam rangka mendukung FMA.
Acara diikuti oleh Anggota FMA dan penyuluh swadaya yang
berjumlah 100 orang pada 5 Desember 2011. Materi yang disajikan dalam Kegiatan Ujicoba ini adalah : Teknologi pembuatan sari salak dilaksanakan dalam rangka melakukan perbaikan produk yang telah dilakukan oleh petani. Narasumber yang menyampaikan materi adalah peneliti BPTP Banten syhrizal Muttakin, STP.
Dalam kesempatan itu penyelenggara
membagikan sari buah salak produksi BPTP untuk dilakukan penilaian oleh peserta kegiatan ujicoba dengan mengisi kuesioner yang telah disiapkan. Hasil kuesioner akan dianalisi untuk mengetahui hasil perbaikan pembuatan sari salak yang telah dilakukan oleh BPTP. Pengolahan sari buah salak ini diinisiasi oleh FMA Curug Makmur, Desa Curug Sulanjana, Kecamatan Gunungsari dimana dilokasi tersebut jika musim panen salak harga menjadi sangat rendah (Rp. 1000,-/kg), dan rasa daging salaknya yang sepat. Dalam proses pembuatan petani masih mengalami kendala yaitu produk tidak tahan lama (1-3 hari), sudah terjadi fermentasi, dan adanya endapan pada sari buah yang mengganggu penampilannya.
Selama ini petani tidak menggunakan bahan pengawet apapun.
BPTP
memberikan informasi bahwa untk bahan minuman dalam produksi makanan diperbolehkan menggunakan bahan pengawet pada ambang batas yang aman. Pengawet yang digunakan adalah Natriun Benzoat.
Kemudian untuk menghadapi kendala endapan dilakukan
penyaringan dengan kain yang tipis. Materi selanjutnya adalah
Pengemasan dan Pelabelan Produk Pertanian, yang
disampaiakan oleh peneliti BPTP Banten ( Muharfiza, STP, MSi). Setelah pemaparan materi disertai praktek mengemas produk FMA, berupa kripik pisang, panitia membagikan contoh hasil pengemasan dan pelabelan yang dilakukan oleh BPTP.
Peserta juga diberikan
kesempatan untuk menilai hasil kemasan dengan mengisi kuesioner yang disiapkan oleh panitia.
Materi mengenai kemasan (terlampir).
Panitia mengambil sampel pengemasan
kripik pisang, karena selama ini di FMA Karya makmur Desa Luwuk, produk kripik pisang
17
masih dijual dalam bentuk curah, dan kemasan plastik seadanya. Dalam rangka scalling-up kualitas produk, dan peningkatan nilai tambah produk maka perlu disampikan informasi mengenai pengemasan dan pelabelan produk FMA. Hasil diskusi dalam acara ujicoba ini dapat menjadi masukan bagi perbaikan kegiatan BPTP dan pembelajaran petani. Diantaranya kemasan untuk sari salak sebaiknhya disesuaikan dengan pasar yang akan ditembus. Untuk pasar lokal kemasan menggunakan botol masih dirasakan petani terlalu mahal, mungkin cukup dengan kemasan cup kecil. Pembuatan sari salak hendaknya dibuat tanpa menghilangkan rasa khas dari salak gunung sari karena ini merupakan salah satu icon spesifik lokasi. Untuk kemasan alumunium foil dan plastik PP di Serang masih sulit untuk diperoleh, harus ke jakarta ini juga merupakan kendala penyediaan bahan kemasan yang dibutuhkan oleh petani. Teknologi pembuatan kripik pisang dari segi bentuk, perlu dikembangkan lagi tidak hanya yang bentuk panjang, namun bulat/serong sehingga mudah dimakan dan dikemas.
Tim FEATI dari Dinas
Pertanian Provinsi memberikan apresiasi kepada BPTP yang melalui kegiatan ujicoba ini telah menyebarluaskan hasil-hasil pengkajian kepada petani untuk bisa diterapkan. Teknologi pasca panen sangat penting untuk menambah daya saing produk dan nilai tambah produk.Penyelenggara juga mendistribusikan media informasi yang telah dicetak oleh kegiatan FEATI BPTP dan media berupa booklet dari Kegiatan Kampanye Penyuluhan Strategis Distanak Provinsi Banten. Pelaksana ujicoba melakukan survey pada peserta pertemuan ujicoba untuk memberikan komentar/pendapat mengenai ujicoba pembuatan sari salak, dan pengemasan produk FMA yaitu kripik pisang. Data hasil survey dapat dilihat pada tabel 5 dan 6 di bawah ini : Tabel 5. Hasil Survey ujicoba pembuatan sari salak
Kategori Hasil
Proses Pembuatan
Alat dan Bahan
Rasa
Score Ket
1,96 Mudah
1,84 Mudah
1,96 suka
Warna dan endapan 1,77 suka
Kemasan
label
2,21 suka
2,21 suka
Tabel 6. Hasil survey ujicoba pengemasan produk kripik pisang
Kategori Hasil
Proses Pengemansan
Alat dan Bahan
Kemasan Plastik
Kemasan Alumunium
label plastik
label alumunium
Score Ket
2,09 Mudah
2,02 Mudah
2,09 Suka
2,25 Suka
1,98 Suka
2,27 Suka
18
Dari data Hasil survey ujicoba pembuatan sari salak, pelaksana membuat sari salak dengan memberikan tambahan bahan pengawet dan melakukan penyaringan berulangulang. Peserta yang telah mencoba dan mendapat penjelasan mengenai cara membuat sari salak tersebut menyatakan mudah dalam proses pembuatannya.
Hal ini menunjukkan
bahwa proses pembuatan ini berpotensi untuk dikembangkan oleh petani. Alat dan bahan yang digunakan juga dinyatakan mudah untuk diperoleh.
Dari segi rasa peserta
menyatakan suka dengan sari salak buatan BPTP, yang tetap memberikan rasa buah salak, dan rasa manis yang sedang/cukup. Warna dan endapan yang terdapat pada sari buah salak juga disukai peserta, karena endapan sudah tidak terlalu banyak dan warnanya tidak terlalu keruh. Penampilan yang bersih membuat produk sari salak ini cukup menarik dan disukai oleh peserta ujicoba. Kemasan yang dibuat untuk sari salak adalah botol ukuran 100 ml, ini juga disukai oleh peserta, demikian pula dengan label yang dipasang dibotol tersebut. Kemasan yang biasa dibuat oleh petani baru cup kecil, dengan demikian petani dapat mengadopsi kemasan yang lain untuk variasi pasar produk sari salak. Data survey pengemasan produk FMA seperti terlihat pada tabel 2, menunjukkan bahwa cara/prosedur pengemasan yang diujicobakan mudah, alat dan bahan yang digunakan juga mudah.
Sehingga pengemsan yang dilakukan menggunakan plastik dan
alumunium foil ini cukup aplikatif di tingkat petani.
Responden juga menyukai jenis
kemasannya serta pelabelan yang diberikan pada kemasan. Untuk label pada alumunium foil masih terlihat produknya tidak tertutup label semua. Pengemasan cara sederhana ini sebaiknya dapat diterapkan oleh petani untuk dapat meningkatkan nilai jual produk pertaniannya. 3.6.2. Pembuatan dan distribusi materi informasi. Pembuatan perbanyakan materi telah diselesaikan berupa 3 judul
poster
judul booklet dan 2
Untuk media yang akan diperbanyak adalah 3 judul booklet, dan 2 judul
poster. Judul booklet sebagai berikut : 1) Teknologi penetasan Itik (200 eks); 2) “Sejahtera Mandiri Bersama FEATI” kumpulan succes story FMA (300 eks); 3) Teknologi Pengolahan Komoditas Unggulan Provinsi Banten (200). Judul poster sebagai berikut : 1) Pengolahan Sari Buah Salak (10 lembar); 2) Ransum Alternatif prima bebek potong (20 lembar). Distribusi
bahan
materi
tercetak
dilakukan
melalui
:
Pelatihan
petani,
pameran/expose pada acara PPSL, Acara ujicoba pengolahan sari salak pengemasan, dan pelabelan produk FMA, Acara Diseminasi Inovasi Spesifik Lokasi.
19
3.7.
Workshop Inisiasi Pemberdayaan Komisi Teknologi
3.7.1. Pertemuan Koordinasi dan Perencanaan Kegiatan Berdasarkan Permentan Nomor 03/Kpts/HK.060/I/2005 tentang Pedoman Penyiapan dan Penerapan Teknologi Pertanian dan didukung oleh ketersediaan kelembagaan penelitian yang telah menghasilkan teknologi pertanian, maka dalam penyebarannya diperlukan lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan legalitas/rekomendasi teknologi pertanian tersebut. Oleh karena itu melalui kegiatan FEATI, BPTP Banten menginisiasi terbentuknya “Komisi Teknologi Pertanian di Provinsi Banten”. Sehubungan dengan hal tersebut, sebelum pelaksanaan workshop inisiasi pemberdayaan komisi teknologi, BPTP Banten mengadakan pertemuan koordinasi dan perencanaannya.
Peserta dari instansi yang terkait dalam
kegiatan Komisi teknologi Pertanian Dalam acara tersebut dilakukan diskusi tentang aturan yang ada mengenai pembentukan komisi teknologi yang seharusnya dilakukan oleh setiap provinsi.
Hal ini
terkait dengan banyaknya inovasi teknologi yang belum direkomendasikan dengan secara prosedural. Selain itu juga beberapa lembaga pertanian di Provinsi Banten masih terlihat melakukan penyebatran teknologi pertanian secara sendiri-sendiri. Hal ini tentunya akan menyulitkan dan akan sering terjadi tumpang tindih kegiatan yang tidak terkoordinir dengan baik. Pada dasarnya instansi yang hadir merasa perlu untuk dibentuk komisi teknologi di nProvinsi Banten.
Sehingga rekomendasi penerapan sebuah teknologi dapat dilakukan
dengan lebih tertata. Selain itu antara instansi terkait dengan pengembangan inovasi juga akan selalu terjalin koordinasi baik terutama dalam rangka memfasilitasi petani dengan penyediaan teknologi yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Rencana tindak lanjut dari pertemuan ini adalah akan dilaksanakannya workshop inisiasi pemberdayaan komisi teknologi yang direncanakan pada bulan Juni 2011. Dengan mengundang semua lembaga terkait diharapkan pada acara workshop akan menghasilkan struktur organisasi komisi teknologi yang selanjutnya akan di SK-kan dengan SK Gubernur. 3.7.2. Pelaksanaan Workshop Pemberdayaan Komisi Teknologi Komisi Teknologi Pertanian di provinsi Banten belum terbentuk seperti halnya pada daerah lain mengingat provinsi Banten merupakan provinsi baru yang terbentuk pada tahun 2000. Sedangkan BPTP Banten didirikan pada tanggal 30 Desember 2003. Lembaga
20
penelitian yang terdapat di Provinsi Banten yaitu Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda), Dewan Riset Daerah (DRD), BPTP Banten, BB Mektan BATAN dan PUSPITEK. Lembaga penelitian lain berupa LPPM pada Universitas Tirtayasa (UNTIRTA) dan Universitas Matla’ul Anwar (UNMA). Berdasarkan ketersedian lembaga penelitian yang ada di provinsi Banten sudah sewajarnya untuk dibentuk Komisi Teknologi Pertanian sehingga teknologi yang dihasilkan oleh lembaga penelitian dapat disebarluaskan dengan cepat kepada pengguna. Lembaga yang terkait dengan penggunaan teknologi seperti Badan Penyuluhan, Dinas teknis pertanian baik Provinsi maupun kabupaten yang tergabung dalam rumpun Hijau (Pertanian, peternakan,
perkebunan,
ketahanan
pangan,
perikanan
dan
pariwisata)
dalam
mengembangkan teknologi memiliki dasar kuat dari rekomendasi teknologi yang dihasilkan oleh komisi teknologi. Dengan kata lain proses penjaringan isu dan percepatan alih teknologi pertanian dapat dipercepat guna mendorong percepataan pembangunan ekonomi di provinsi Banten. Workshop ini diikuti oleh instansi terkait dengan Komisi Teknologi Pertanian Provinsi, pada tanggal 13 Juni 2011 dengan peserta 20 orang yang terdiri dari laki-laki 13 orang dan perempuan 7 orang.
Inisiasi pembentukan Komisi Teknologi Pertanian sudah dilakukan
melalui koordinasi dan diskusi dengan unit kerja pemerintah daerah antara lain Balitbangda, Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi,
Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Badan
Ketahanan Pangan Daerah, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Serang. Draff susunan organisasi dan Tim Teknis Komisi Teknologi Pertanian dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.
21
Tabel 7. Draff Susunan Organisasi Komisi Teknologi Pertanian Provinsi Banten Ketua Wakil Ketua merangkap Anggota Sekretaris merangkap Anggota Anggota
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Banten Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA) Provinsi Banten Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten Kepala Biro Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Banten Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten Ketua Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Provinsi Banten Ketua Lembaga Penelitian Universitas Tirtayasa Ketua Lembaga Penelitian Universitas Matla’ul Anwar Kepala Balai Besar Mekanisasi Pertanian Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Ketua Dewan Reset Daerah Banten Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Serang Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang Selatan Kepala Dinas Pertanian Kota Tangerang Kepala Dinas Pertanian Kota Serang Kepala Dinas Pertanian Kota Cilegon Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Provinsi Banten Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADINDA) Provinsi Banten Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi Banten
22
Tabel 8. Draff Susunan Tim Teknis Teknologi Pertanian Provinsi Banten Ketua Wakil Ketua merangkap Anggota Sekretaris merangkap Anggota Anggota
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten Kepala Bidang Sumber Daya Alam dan Teknologi Balitbangda Provinsi Banten Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian BPTP Banten Kepala Bidang Pertanian Distannak Provinsi Banten Kepala Bidang Peternakan Distannak Provinsi Banten Kepala Seksi Pelayanan Teknis BPSB Provinsi Banten Kepala Bidang Perkebunan Dishutbun Provinsi Banten Ketua Lembaga Penelitian Universitas Tirtayasa Ketua Lembaga Penelitian Universitas Matla’ul Anwar Kepala Bidang Progran dan Evaluasi BB Mektan Kepala Pusat Informasi dan Diseminasi Teknologi BATAN Kepala Bidang Pertanian Distan Kabupaten Serang Kepala Bidang Peternakan Distan Kabupaten Serang Kepala Bidang Pertanian Distan Kabupaten Lebak Kepala Bidang Perkebunan Distan Kabupaten Pandeglang Kepala Bidang Pertanian Distan Kabupaten Pandeglang Kepala Bidang Pertanian Distan Kabupaten Tangerang Kepala Bidang Pertanian Distan Kabupaten Tangerang Selatan Kepala Bidang Pertanian Distan Kota Tangerang Kepala Bidang Pertanian Distan Kota Serang Kepala Bidang Pertanian Distan Kota Cilegon Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADINDA) Provinsi Banten Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi Banten
Draff Tugas Tim Komisi Teknologi Pertanian dan Tim Teknis Pengkajian Teknologi Pertanian sebagai berikut : A.
Draff Tugas Tim Komisi Teknologi Pertanian. 1. Menentukan arah dan prioritas program Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian di Provinsi Banten 2. Merumuskan berbagai aspek kebijakan dan sistem kelembagaan yang perlu dikembangkan untuk menstimulasi, menghimpun dan mensinergikan kapasitas Lembaga Penelitian dan Penyuluhan Pertanian. 3. Menampung kepentingan stakeholders yang meliputi pemerintah, lembaga ilmu pengetahuan dan teknologi, institusi akademik, industri dan masyarakat dalam proses pembangunan daerah berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi;
23
4. Menganalisis strategi dan mengevaluasi efektivitas proses difusi ilmu pengetahuan dan teknologi Pertanian di daerah; 5. Merumuskan
dan
merekomendasikan
teknologi
pertanian
untuk
kemajuan
pembangunan daerah; 6. Melaporkan hasil kegiatan kepada Gubernur melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Banten. B. Draft Tugas Tim Teknis Pengkajian Teknologi Pertanian. 1. Mempersiapkan secara teknis arah dan prioritas penelitian Teknologi Pertanian untuk dibahas oleh Komisi Teknologi Pertanian dalam hubungannya dengan kegiatan penelitian pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian 2. Mempersiapkan panduan teknis perencanaan Iitkaji, penentuan prioritas, alokasi sumberdaya, monitoring dan evaluasi. 3. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pada kegiatan penelitian dan pengkajian untuk digunakan pada pertemuan Komisi Teknologi Pertanian. 4. Mempersiapkan materi untuk bahan rapat dalam merumuskan dan rekomendasi teknologi pertanian 3.7.3.
Pertemuan tindak lanjut Komisi Teknologi yang diinisiasi oleh Balitbangda Pada tanggal 12 Juli 2011 Balitbangda sebagai Ketua Komisi Teknologi Pertanian
Provinsi Banten melakukan pertemuan sebagai tindak lanjut dari workshop inisiasi yang dilakukan oleh BPTP pada
bulan Mei 2011.
Dalam pertemuan ini diidentifikasi Hasil
Pengkajian dari masing-masing instansi terkait, dan kebutuhan inovasi teknologinya.
24
Instansi Kelompok No. 1.
: Balitbangda Provinsi Banten : Pengkaji Hasil Kajian
Survey Teknologi Tepat Guna
a.
b.
c.
d.
e.
2.
Teknologi Tepat Guna untuk Menunjang Ketahanan Pangan (Sedang Berjalan)
Rekomendasi Kebijakan Inovasi Teknologi Pertanian Gula Aren - Inovasi budidaya pohon aren - Teknologi kemasan - Pengembangan bentuk produk - Standarisasi mutu Gula Semut - Inovasi budidaya pohon aren - Teknologi kemasan - Standarisasi mutu Ikan Asin - Teknologi pengawetan - Teknologi kemasan - Standarisasi mutu Jahe Instan - Teknologi pengawetan - Teknologi kemasan - Standarisasi mutu Emping Melinjo - Teknologi pengawetan - Teknologi kemasan - Standarisasi mutu
a. Padi-Padian (Lokal) b. Umbi-Umbian (Lokal)
25
Instansi Kelompok
: Balitbangda Provinsi Banten : Pengkaji
No. 1.
Identifikasi Kebutuhan Penggunaan bibit unggul masih belum secara luas. Biasanya petani menggunakan bibit dari tanaman induk sebelumnya. Sehingga produktivitas dan mutu masih ada yang belum tinggi.
Sebab/Alasan a. Kurang informasi mengenai bibiit unggul b. Uang/modal untuk pembelian bibit unggul tidak memadai
2.
Masalah pupuk. Penggunaan pupuk belum proporsional. Umumnya masih menggunakan pupuk kimia daripada pupuk organik.
3.
Antisipasi perubahan iklim
a. Pupuk kimia lebih cepat reaksinya daripada pupuk organik b. Pemahaman penggunaan pupuk yang sehat masih kurang c. Ketersediaan pupuk organik lebih sedikit daripada pupuk kimia a. Anomali iklim mempengaruhi produkyivitas (Jadwal menjadi tidak stabil)
4.
Akses Permodalan
a. Komoditi pertanian umumnya dianggap sesuatau yang tinggi resiko peleh lembaga keuangan perbankan b. Meskipun ada skema bantuan modal dari pemerintah/lembaga keuangan tapi masih juga ditemui kurangnya informasi ke petani
Alternatif Solusi Kebijakan a. Penyuluhan intensif b. Penyediaan bibit unggul melalui rantai niaga yang lebih ringkas dan mudah diakses c. Lembaga penyedia bibit unggul hasil litbang untuk masyarakat a. Penyuluhan intensif b. Pembuatan sentra pupuk organik ditiap wilayah utama
a. Penyiapan infrastruktur mengatasi ketidakstabilan iklim (irigasi/stok penyedia air) b. Penyiapan varietas yang sesuai dengan anomali iklim a. Pemda perlu mendukung kemudahan akses permodalan komoditi ke lembaga keuangan perbankan misalnya dengan regulasi b. Penggunaan media informasi secara lebih luas (media massa)
26
Instansi Kelompok
: Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten : Penerap
No. 1.
Komoditi Padi
2.
Jagung
3.
Kedelai
Hasil Kajian SL-PTT Padi (Padi sawah, padi gogo dan padi hibrida) berpengaruh sangat signifikan terhadap peningkatan produksi padi di Provinsi Banten, namun demikian peningkatan hasil dari SL-PTT tersebut masih jauh dari potensi hasil yang seharusnya dapat dicapai oleh varietas unggul yang digunakan dalam SL-PTT tersebut, sehingga untuk memaksimalkan hasil dari kegiatan SLPTT tersebut diperlukan penerapan komponen SL-PTT secara tepat. SL-PTT jagung hibrida berpengaruh terhadap peningkatan C17 produksi jagung di Provinsi Banten, namun demikian peningkatan hasil dari SL-PTT tersebut masih jauh dari potensi hasil yang seharusnya dapat dicapai oleh varietas unggul yang digunakan dalam SLPTT tersebut. Dikarenakan petani masih berorientasi jagung muda bukan jagung kering pipil, sehingga untuk memaksimalkan hasil dari kegiatan tersebut diperlukan penerapan komponen SL-PTT secara tepat. SL-PTT kedelai berpengaruh terhadap peningkatan produksi kedelai di Provinsi Banten, namun demikian peningkatan hasil dari SL-PTT tersebut masih jauh dari potensi hasil yang seharusnya dapat dicapai oleh varietas unggul yang digunakan dalam SLPTT tersebut, kurang optimalnya dalam budidaya kedelai, sehingga untuk memaksimalkan hasil dari kegiatan tersebut diperlukan penerapan komponen SL-PTT secara tepat
Keterangan
27
Instansi Kelompok No. 1.
Komoditi Padi
: Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten : Penerap Kebutuhan Komponen SL-PTT harus benar-benar dilakukan dengan cara seksama, meliputi: a. 6 tepat (Tepat varietas tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat harga dan tepat lokasi) b. Penggunaan bibit muda c. Jajar Legowo
d. Penggunaan pupuk berimbang
e. Pengendalian hama dan penyakit terpadu
2.
Jagung
Komponen SL-PTT harus benar-benar dilakukan dengan cara seksama, meliputi: a. 6 tepat (Tepat varietas tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat harga dan tepat lokasi) b. Budidaya tanaman jagung monokultur
c. Usaha tani jagung pipilan kering
d. Penggunaan pupuk berimbang
e. Pengendalian hama dan penyakit terpadu
Keterangan
Kebutuhan benih varietas unggul 6 tepat, perlu adanya pemberdayaan penangkar benih melalui program/kegiatan pelatihan penangkar SL-PTT, Sl-Perbanyaan benih Perlu pendampingan yang intensif dari petugas di lapangan (penyuluh, KCD, mantri dan pengawas benih tanaman) Perlu pendampingan yang intensif dari petugas di lapangan (penyuluh, KCD, Mantri tani dan BPTP). Demplot SL-PTT di tingkat Provinsi sebagai bahan kajian Kebutuhan pupuk dapat terpenuhi dengan baik, yaitu tepat jumlah dan tepat waktu. Perlu pendampingan yang intensif dari POPT, Dinas Pertanian Kab/Kota, penyuluh dan KCD/Mantri tani) Kebutuhan pestisida dapat terpenuhi dengan baik yaitu tepat jumlah dan tepat waktu. Perlu pendampingan yang intensif dari POPT, Dinas Pertanian Kab/Kota, penyuluh dan KCD/Mantri tani)
Kebutuhan benih varietas unggul 6 tepat, perlu adanya pemberdayaan penangkar benih melalui program/kegiatan pelatihan penangkar SL-PTT, Sl-Perbanyaan benih Perlu pendampingan yang intensif dari petugas di lapangan (penyuluh, KCD, Mantri tani dan BPTP). Demplot SL-PTT di tingkat Provinsi sebagai bahan kajian Perlu adanya pendampingan yang intensif dari pihak yang berkepentingan, perlu adanya undang-undang atau peraturan yang mengatur tentang jaminan harga jagung pipilan kering dari pemerintah, perlu adanya kemitraan yang berkelanjutan dalam usaha jagung pipilan kering. Kebutuhan pupuk dapat terpenuhi dengan baik, yaitu tepat jumlah dan tepat waktu. Perlu pendampingan yang intensif dari POPT, Dinas Pertanian Kab/Kota, penyuluh dan KCD/Mantri tani) Kebutuhan pestisida dapat terpenuhi dengan baik yaitu tepat jumlah dan tepat waktu. Perlu pendampingan yang intensif dari POPT, Dinas Pertanian Kab/Kota, penyuluh dan KCD/Mantri tani)
28
f. Penanganan pasca panen 3.
Kedelai
Komponen SL-PTT harus benar-benar dilakukan dengan cara seksama, meliputi: a. 6 tepat (Tepat varietas tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat harga dan tepat lokasi) b. Budidaya tanaman kedelai monokultur dan skala luas agribisnis (bukan subsistem) c. Penggunakan inokul rhizobium masih rendah dalam pelaksanaan tanam, sehingga tidak maksimal dalam pertumbuhan bintil akar
g. Penggunaan pupuk berimbang
h. Pengendalian hama dan penyakit terpadu, pengendalian OPT dengan pengembangan agen hayati belum sepenuhnya bisa diterapkan semaksimal mungkin
i.
Penanganan pasca panen
Kebutuhan alat pasca panen, perlu adanya kegiatan SL-Pasca panen
Kebutuhan benih varietas unggul 6 tepat, perlu adanya pemberdayaan penangkar benih melalui program/kegiatan pelatihan penangkar SL-PTT, Sl-Perbanyaan benih Perlu pendampingan yang intensif dari petugas di lapangan (penyuluh, KCD, Mantri tani dan BPTP). Demplot SL-PTT di tingkat Provinsi sebagai bahan kajian Perlu adanya pendampingan yang intensif dari pihak yang berkepentingan, perlu adanya undang-undang atau peraturan yang mengatur tentang jaminan harga jagung pipilan kering dari pemerintah, perlu adanya kemitraan yang berkelanjutan dalam usaha kedelai. Kebutuhan pupuk dapat terpenuhi dengan baik, yaitu tepat jumlah dan tepat waktu. Perlu pendampingan yang intensif dari POPT, Dinas Pertanian Kab/Kota, penyuluh dan KCD/Mantri tani) Kebutuhan pestisida dapat terpenuhi dengan baik yaitu tepat jumlah dan tepat waktu. Perlu pendampingan yang intensif dari POPT, Dinas Pertanian Kab/Kota, Penyuluh dan KCD/Mantri tani) dalam penggunaan pestisida serta pemakaian pestisida yang ramah lingkungan Kebutuhan alat pasca panen (perontok belum tersedia, perlu adanya kegiatan SLPasca panen)
29
Instansi Kelompok No. 1.
: Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten : Penerap
Komoditas Hasil Kajian Roadmap pengembangan teknologi tepat guna bidang kehutanan dan perkebunan tahun 2010-2014 : Kakao Pengolahan Peningkatan mutu olah kakao
2.
Kopi
Peningkatan oalahan kopi rakyat
3.
Cengkah
Pengolahan
4.
Kelapa
Pengolahan
5.
Karet
Pengolahan Pengembangan pembibitan kebun entres Peningkatan mutu olah karet
6.
Aren
Peningkatan mutu olah gula semut
7.
Tanaman Obat
Pengolahan
Keterangan - Alat pengering kakao - Alat fermentasi kakao Pengolahan biji kako menjadi tepung kakao - Mesin penumpuk kopi - Humer mill - Luwak - Timbangan kadar air - Alat pengeringan biji cengkeh - Alat pengolahan daun cengkeh - Mesin parut kepala - Alat pengering kopra - Alat pembuatan VCO - Mesin pengolahan sabut kelapa - Mesin pengolah minyak kelapa - Alat pembakar tempurung Teknologi pengolahan mesin pengolahan sheet - Pengenalan ciri-ciri klon unggul - Teknik pengokulasian Penggilingan karet rakyat (hand manggle) - Pengolahan gula semut - Mesin pembuatan gula - Mesin pengolah tanaman obat - Mesin pengolah untuk minuman bandrek
30
Instansi Kelompok No. 1. 2.
: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten : Penerap
Hasil Kajian Pengembangan bubur kertas dari rumput laut Gracillaria sp di desa Tenjo Ayu, Kec. Tanara Kab. Serang Inovasi konstruksi kerang hijau (Perna Viridis) yang tahan terhadap gelombang di Kec. Panimbang Kab. Pandeglang
Instansi Kelompok
Keterangan
: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten : Penerap
No. 1.
Hasil Kajian Pengadaan rumah kemasan (Packing House)
2.
Sarana dan prasarana (pengadaan alat)
3.
Pelatihan tenaga operator TOT pangan dan kemasan (HCPP, GMP)
3.8.
Temu Tugas dalam Pelaksanaan Aktivitas FMA
Keterangan Pengembangan teknologi kemasan Bantuan alat/mesin Peningkatan kemampuan mengoperasikan mesin/alat
3.8.1. Pertemuan Koordinasi dan Perencanaan Temu Tugas Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Juni 2011 di aula BPTP Banten. Peserta pertemuan adalah penyuluh pendamping pada FMA di Kabupaten Serang sebanyak 43 orang yang terdiri dari laki-laki 32 orang dan perempuan 11 orang. Temu tugas yang merupakan salah satu kegiatan yang FEATI BPTP tahun 2011 adalah merupakan wadah atau sarana bertukar informasi di antara petugas yang terlibat dalam kegiatan FEATI. Terkait dengan kegiatan FEATI yang akan berakhir tahun 2011 ini maka BPTP Banten mempunyai tugas untuk melakukan pengukuran indikator keberhasilan pada pendampingan yang dilakukan oleh BPTP selama kegiatan FEATI. Karena kegiatan pengukuran indikator keberhasilan program tidak ada anggarnnya, maka pengambilan data dilakukan dengan anggaran kegiatan ini.
Dalam pertemuan ini
dilakukan penyebaran kuesioner melalui penyuluh pendamping FMA, untuk
31
mendapatkan data mengenai indikator keberhasilan tersebut. Daftar Kuesioner lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. Peserta yang sekaligus merupakan enumerator akan mengisi kuesioner tersebut dan menyerahkan kembali ke BPTP melalui
penanggung jawab yang
ditunjuk per wilayah selambat-lambatnya akhir Juni 2011. Input data dan analisa dilakukan oleh BPTP pada bulan Juli 2011. Adapun penanggung jawab pengumpul hasil pengambilan data per wilayah telah disetujui sebagai berikut :
Bapak Hanif bertanggung jawab untuk wilayah kecamatan : Pontang, Tanara, Tirtayasa, Ciruas, dan Carenang.
Bapak Khodir bertanggung jawab untuk wilayah kecamatan : Mancak, Bojonegara, Pabuaran, Waringinkurung, Gunung Sari, dan Kramatwatu
Bapak Asep bertanggung jawab untuk wilayah kecamatan : Petir, Baros, Cikeusal, dan Bandung Input data dilakukan oleh tim BPTP, dan kemudian analisa secara
kuantitatif. Adapun hasil dari survey mengenai indikator keberhasilan kegiatan FEATI yang berpedoman pada Permentan Nomor 29 tahun 2007 adalah sebagai berikut : 1.
Sebanyak
63,3%
anggota
Poktan/Gapoktan
berperan
dalam
kegiatan
pengkajian teknologi pertanian secara partisipatif. 2.
Sebanyak 97,5% diantara anggota Poktan/Gapoktan yang menerapkan hasil kajian BPTP meningkat produktivitasnya.
3.
Sebanyak 60,4% paket teknologi BPTP diterapkan oleh Poktan/Gapoktan dalam kegiatan penyuluhan yang dikelola petani.
4.
Sebanyak 87,6% anggota Poktan/Gapoktan puas terhadap jasa penelitian dan pengembangan serta pengkajian teknologi pertanian.
5.
Pada akhir kegiatan FEATI partisipasi pemangku kepentingan paling sedikit mencapai 24,8%.
32
3.8.2. Pelaksanaan Temu Tugas Temu tugas dalam pelaksanaan FMA di Kabupaten dilaksanakan di Aula BPTP Banten, pada tanggal 4 Juli 2011. Peserta temu tugas adalah petani, penyuluh, dinas terkait
yang berjumlah 150 orang terdiri dari laki-laki 133 orang dan
perempuan 17 orang sebagai berikut : 1. Penyuluh Pendamping FMA 2. Penyuluh Swadaya FMA 3. Ketua FMA 4. Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten 5. BPKP Kabupaten Serang 6. Konsultan FEATI Kabupaten Serang Pada acara Temu Tugas dalam Pelaksanaan FMA di Kabupaten dilakukan sosialisasi mengenai kegiatan Ujicoba yang dilakukan oleh BPTP Banten.
Salah
satunya adalah pemeliharaan itik intensif. Pada pemeliharaan itik insentif semua kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhan itik pedaging harus diberikan oleh peternak sehingga biaya yang dibutuhkan untuk pembelian pakan cukup tinggi. Oleh karena itu pemberian pakan yang murah dan memenuhi kebutuhan zat gizi sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan usaha peternakan itik. Banyak bahan pakan alternative (bahan pakan pilihan) yang bisa digunakan , namun dalam pemilihan bahan pakan harus berpedoman kepada : 1. Tidak merupakan bahan yang digunakan manusia secara kontiniu dan dalam jumlah yang banyak ( akan terjadi persaingan) 2. Tidak mengandung racun 3. Harga relative murah 4. Memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan 5. ketersediaan bahan tersebut cukup sepanjang tahun Selain itu harus diketahui kadar protein dan energy dari bahan yang akan digunakan. Hal ini menjadi penting karena dari bahan – bahan yang tersedia akan diramu pakan yang memenuhi standar gizi yang dibutuhkan itik pedaging. Kestabilan
33
dan produktivitas itik sangat ditentukan oleh ketepatan dalam pemberian jumlah pakan yang meliputi kandungan nutrisi dan kualitas pakan. Sampai bulan Juni 2011 kegiatan Uji coba dimulai dengan test farm yang dilaksanakan di Kebun Percobaan Singamerta. Hal ini dimaksudkan mengingat pentingnya test farm dalam penentuan formulasi pakan spesifik lokasi untuk itik yang dipelihara.Jumlah itik yang digunakan dalam test farm ini sebanyak 400 ekor dengan berat rata-rata awal 350 gram. Bahan baku untuk ransum pakan itik berupa kosentrat,keong mas, tepung jagung, dedak halus, menir,ampas kelapa, sayuran, premix, vitachic dan vita stress. Formulasi yang di uji cobakan ada 2 alternative. Pakan formulasi I adalah dengan komposisi 30% kosentrat, 20% tepung jagung, 30% dedak halus,10% keong mas, 10% ampas kelapa, dan premix 0.1%; sedangkan untuk alternative pakan ke II adalah modifikasi dari pakan yang selama ini diberikan petani yaitu : 40% dedak halus, 30% kosentrat 20% keong mas, 5% menir
5% sayuran. Jumlah pemberian 88 – 120 gram/ekor/hari sesuai tingkat
umur, sebagai patokan adalah jumlah protein kasar (PK) 16 – 20%, dan energy Metabolisme (EM) 2900 KKal/kg. Untuk masa adaptasi itik yang baru dibeli diberi perlakuan yang sama dalam pakan selama 2 minggu dengan komposisi campuran pakan yang diberikan 40% kosentrat, 30% dedak halus dan 30% tepung jagung. Selama masa adaptasi itik di beri makan sebanyak 3 kali, yaitu pagi, siang dan sore hari. Berat awal itik sebelum masa adaptasi rata-rata
350g. namun setelah masa adaptasi berakhir berat itik
sudah mencapai rata-rata 500gr. Untuk tahap selanjutnya jumlah itik yang 400 ekor dibagi menjadi 2 kelompok untuk mendapatkan perlakuan pakan sesuai dengan formulasi yang sudah ditentukan (formulasi 1 dan formulasi 2). Rencana waktu pelaksanaan test farm berakhir pada minggu ke 4 Juli 2011. Selanjutnya peserta diajak mengunjungi Kebun Percobaan Singamerta, untuk melihat test farm budidaya itik yang dilaksanakan oleh BPTP.
Dalam kunjungan
tersebut peserta melakukan tanya jawab dengan penanggung jawab Ujicoba, baik mengenai perkandangan, formulasi pakan, maupun teknologi pemeliharaan yang lain.
34
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan temu tugas ini, maka peserta direncanakan akan mengikuti pelatihan petani di lokasi ujicoba ( FMA Harum Mekar desa Ciruas). Terutama untuk FMA yang melakukan pembelajaran itik dalam rangka mendukung scalling up.
Oleh karena itu BPTP Banten terus berkomitmen untuk
melakukan pendampingan teknologi untuk pengembangan usaha agribisnis itik yang berada di lokasi kawasan itik yaitu kecamatan Pontang, Tanara, dan Tirtayasa. 3.9. Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Kegiatan Tingkat Propinsi 3.9.1. Pertemuan Koordinasi Dan Perencanaan Kegiatan Pertemuan koordinasi dan perencanaan kegiatan dilaksanakan di Aula BPTP Banten, pada tanggal 1 Februari 2011. Peserta yang terlibat adalah : Tim FEATI BPTP Banten, Tim FEATI Provinsi (Distanak Prov), Tim FEATI Kabupaten Serang ( BPKP ), dan Konsultan FEATI Kabupaten Serang yang berjumlah 22 orang yang terdiri dari laki-laki 12 orang dan perempuan 10 orang. Hasil dari pertemuan ini ada informasi dari konsultan FEATI, Bank dunia akan mengadakan kunjungan ke Prov. Banten (Juni/Juli 2011). Sementara itu hasil “scalling up” tahun 2010 adalah: 1.
Kec. Pontang ( pembesaran Itik )
2.
Kec. Gunungsari ( pasca panen salak dan emping )
3.
Kec. Mancak ( pembibitan kacang tanah )
Sementara itu “scalling up” tahun 2011 adalah : 1.
Kec. Kramatwatu (penangkar benih padi )
2.
Kec. Waringin kurung (budidaya cabe )
3.
Kec. Pontang ( penetasan itik )
4.
Kec. Gunung sari ( pasca panen pisang, salak, emping) Rencana Tindak lanjut yang disepakati dari pertemuan koordinasi dan
perencanaan kegiatan dapat dilihat pada Tabel 9.
35
Tabel 9. Rencana Tindak Lanjut Kegiatan FEATI TA 2011 No 1
2
3
4 5 6 7 8
Kegiatan Keluaran Konsinyasi untuk pendokumentasian 1. Rekap dokumen semua kegiatan FEATI (kegiatan teknologi yang pembelajaran, cetak –mencetak, foto, diperoleh FMA 2007nara sumber dll th 2007-2010), 2010 penyusunan kuesioner indikator 2. Rekap dokumen keberhasilan bahan pembelajaran sebagai narasumber 3. Rekap dokumen aktivitas FEATI berupa foto dan cetak-cetak 4. Satu set kuesioner indikator keberhasilan Narasumber pembelajaran teknologi th Satu set kegiatan 2011 tidak lagi dari BPTP, tetapi dari pembelajaran dari FMA petani/FMA yang telah dilatih sebelumnya kecuali untuk teknologi yang belum diidiseminasikan Bahan cetak dari BPTP/Prov/Kab akan 30 set bahan cetak dibagikan lagi ke seluruh BPP
Keterangan Konsinyasi dilakukan bulan Feb, survey indikator keberhasilan paling lambat Maet 2011
Tim BPTP akan berkunjung ke setiap BPP model Demplot dilaksanakan pada FMA yang dikembangkan/scalling up Penyusunan succes story 7 FMA
PJ KSPP
Penyusunan CD interaktif minimal 2 CD dari 7 FMA Gebyar FEATI dihadiri Gub/Bupati
Satu booklet story FEATI
succes
Satu kegiatan FEATI
gebyar
PJ Tim FEATI
Dilaksanakan pada saat Kab. Serang mengadakan pertemuan dengan BPP
PJ BPTP dan Kab Selesai September Selesai September Pelaksanaan akhir September
36
3.9.2. Konsinyasi Pertemuan Evaluasi Kegiatan Feati Konsinyasi pertemuan evaluasi kegiatan FEATI dilakukan dalam rangka merekap semua aktivitas BPTP selama mendampingi FMA dari tahun 2008-2010. Bertempat di hotel Wisata Baru Serang pertemuan berlangsung selama 2 hari yaitu tanggal 14-15 APRIL 2011. Adapun pesertan pertemuan evaluasi tersebut adalah : Tim FEATI BPTP Banten, Tim FEATI Provinsi (Distanak Prov), Tim FEATI Kabupaten Serang ( BPKP ), Konsultan FEATI Kabupaten Serang yang berjumlah 20 0rang.
Hasil dari kegiatan
pertemuan evaluasi beupa (1). Laporan rekap
dolumen teknologi yang didiseminasikan tahun 2008-2010 dan dapat dilihat pada Tabel 10, 11 dan 12, (2). Laporan rekap dokumen aktivitas FEATI dalam penyediaan materi diseminasi 2007-2010 yang dapat dilihat pada tabel 13, dan 14. (3). Penilaian FMA berdasarkan survey dampak awal yang dilakukan BPTP. Penilaian ini juga digunakan untuk menentukan dua FMA lokasi demonstrasi, dan 7 FMA bahan succes story yang dapat dilihat pada tabel 15. Rencana Tindak lanjut yang disusun dan disepakati serta disinergiskan antara
3 instansi
antara lain berupa : pertemuan, kampanye strategis
penyuluhan FEATI, dan diskusi tentang gambaran penyusunan grand design untuk melanjutkan program FEATI . Adapun penyusunan grand design akan diinisiasi oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten pada awal Mei 2011 Untuk lebih jelas dan lengkapnya Rencana tindak lanjut tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.
37
Tabel 10. Teknologi yang disampaikan kepada FMA tahun 2008 No 1 2 3 4 5
6 7 8 9
10 11
Nama FMA Bina Tani Desa Cimaung Kecamatan Cikeusal Karya Bersama Desa Sindangheula Kecamatan Pabuaran Karya Bakti Desa Pesanggrahan Kecamatan Pabuaran Harum Sari Desa Petir Kecamatan Petir Karya Usaha Desa Tambiluk Kecamatan Petir Harapan Maju Desa Padasuka Kecamatan Petir Tani Makmur Desa Kebuyutan Kecamatan Tirtayasa Sugema Desa Sujung Kecamatan Tirtayasa Sri Rejeki Desa Laban Kecamatan Tirtayasa Harum Mekar Desa Ciruas Kecamatan Ciruas Ratu Tani Desa Kebon Ratu Kecamatan Ciruas
Materi Pembelajaran Budidaya kacang tanah * - Budidaya jahe - Budidaya kacang panjang* Pemupukan dan dosis tanaman kacang panjang* - Budidaya padi dengan cara tanam system legowo - Budidaya kacang tanah* - Budidaya padi dengan cara tanam system legowo - Budidaya kacang tanah - Pembuatan emping melinjo Budidaya padi dengan cara tanam system legowo Budidaya itik petelur - Budidaya itik petelur* - Manfaat penggunaan puppuk organic terhadap tanaman padi - Budidaya itik petelur - Penekanan kehilangan hasil pascapanen dan perbaikan kualitas padi Bibit dan pembibitan padi SL-Budidaya itik damiaking
38
Tabel 11. Teknologi yang disampaikan kepada FMA tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama FMA Agri Kencana Desa Pulo Kencana Kecamatan Pontang Harum Mekar Desa Ciruas Kecamatan Ciruas Barokah Desa Waringinkurung Kecamatan Waringinkurung Sumber Jaya Desa Sambilawang Kecamatan Waringinkurung Kemuning Desa Kemulyaan Kecamatan Waringinkurung Ratu Tani Desa Kebon Ratu Kecamatan Ciruas Harapan Maju Desa Padasuka Kecamatan Petir Tani Makmur Desa Kebuyutan Kecamatan Tirtayasa Sugema Desa Sujung Kecamatan Tirtayasa Sri Rejeki Desa Laban Kecamatan Tirtayasa Sri Mustika Desa Pegadingan Kecamatan Kramatwatu Cikalong Desa Panyirapan Kecamatan Baros Sri Maju Desa Tanara Kecamatan Tanara Darma Tani Desa Cerukcuk Kecamatan Tanara Karya Makmur Desa Sigedong Kecamatan Mancak Subur Makmur Desa Pamengkang Kecamatan Kramatwatu Karya Usaha Desa Tambiluk Kecamatan Petir BPKP : Temu teknologi antara peneliti dan petani
Materi Pembelajaran Penyakit itik* Penggunaan mesin tetas telur* Pembuatan tepung cabai* Pembuatan tepung cabai* Pembuatan tepung cabai*
-
Budidaya melon* Pembuatan manisan melom*
Budidaya kacang tanah* Budidaya itik petelur* Budidaya itik petelur* Budidaya itik petelur* Manajemen pakan itik* Budidaya terong, sawi dan kangkung* Penyakit dan pengendalian pada itik* Budidaya mentimun*
-
Hama dan penyakit tanaman cabai* Pembuatan tepung cabai*
-
Agribisnis penangkaran benih padi Agribisnis pemasaran telur asin
Pemasaran emping melinjo* Budidaya melon, cabai hibrida, timun dan itik
39
Tabel 12. Teknologi Yang disampaikan kepada FMA tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama FMA Agri Kencana Desa Pulo Kencana Kecamatan Pontang Sri Mulya Desa Cigelam Kecamatan Ciruas Subur Makmur Desa Pamengkang Kecamatan kramatwatu Sumber Jaya Desa Sambilawang Kecamatan waringinkurung Tunas Karya Desa Tonjong Kecamatan Kramatwatu Ratu Tani Desa kebon Ratu Kecamatan Ciruas Harapan Maju Desa Padasuka Kecamatan Petir Tani Makmur Desa Kebuyutan Kecamatan Tirtayasa Sugema Desa Sujung Kecamatan Tirtayasa Sri Rejeki Desa Laban Kecamatan Tirtayasa Sri Mustika Desa Pegadingan Kecamatan Kramatwatu Curug Makmur Desa Curugsulanjana Kecamatan Gunungsari Sri Maju Desa Tanara Kecamatan Tanara Darma Tani Desa Cerukcuk Kecamatan Tanara Karya Makmur Desa Sigedong Kecamatan Mancak Sri Mulya Desa Lebak Kepuh Kecamatan Pontang Harapan Mekar Desa Singarajan Kecamatan Pontang Harapan Lestari Desa Luwuk Kecamatan Mancak Barokah Desa Waringinkurung Kecamatan Waringinkurung
Materi Pembelajaran SL-pengembangan teknologi itik Penangkaran benih padi Inpari 13* Penangkaran benih padi* Pembuatan tepung cabai* Budidaya bawang merah - Budidaya melon* - Pembuatan manisan melon* Budidaya kacang tanah* Agribisnis budidya ternak itik Agribisnis budidya ternak itik * Agribisnis budidya ternak itik Pembibitan itik* -
Pencangkokan salak* Pembuatan minuman sari salak* Budidaya sawi* Pembelajaran budidaya itik
Budidaya sawi* - Penangkaran benih kacang tanah* - Praktek pengolahan bubuk cabai merah Pembesaran itik* Penetasan telur dan komposisi pakan itik* Pengolahan pisang dan emping melinjo* SL_budidaya semiorganik*
mentimun
organik
dan
40
Dari tabel teknologi yang telah didiseminasikan dapat diambil kesimpulan bahwa selama kurun waktu 3 tahun sudah 6 paket teknologi yang didiseminasikan kepada FMA. Paket teknologi tersebut dapat dikelompokkan pada : paket teknologi tananan pangan, hortikultura, tanaman tahunan, ternak, dan pasca panen. Dalam menyampaikan inovasi pertanian kepada petani, BPTP juga mencetak media informasi tercetak/terekam/terproyeksi. Selain BPTP instansi yang membuat media informasi pada kegiatan FEATI adalah Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten.
Data mengenai media informasi yang dihasilkan
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10 dan Tabel 11. Tabel 13. Media informasi tercetak/terekam/terproyeksi yang sudah dilaksanakan oleh Distanak Provinsi banten antara lain : Tahun 2009
Jenis Media Poster Folder/leaflet
2010
DVD interaktif Roll banner Ex banner Folder/leaflet
Poster
1. 2. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 1. 1. 1. 2. 3. 1. 2.
2011
1.
Judul Budi daya sawi organik Budidaya itik secara intensif Budidaya Kangkung darat Budidaya Mentimun Budidaya Sawi Budidaya Melon Teknologi penetasan telur itik Pengolahan minuman sari salak Asosiasi kelembagaan petani di Kabupaten Serang Proses pengajuan sarana produksi Pengendalian hama dan penyakit cabe Budidaya Itik Pedaging Peking secara intensif Pengelolaan pola tanam tani sayuran Prosedur sertifikasi benih pola perbanyakan tunggal dan ganda Tahapan proses pengajuan kebutuhan saprotan dan tahapan proses pemasaran hasil Rencana ada 3 paket
41
Tabel 14. Media informasi tercetak/terekam/terproyeksi yang sudah dilaksanakan oleh BPTP Banten Tahun 2007
Jenis Media Cetak dan elektronik Folder/Leaflet Brosur Poster
Kalender duduk Paper bag Elektronik 2008 2009
Booklet
Folder/Leaflet
2010 Banner
Poster 2011
Leaflet/Brosur/Poster
Judul Tanam Padi Cara jajar Legowo di Lahan Sawah Budidaya Kacang Tanah Budidaya Jagung di Lahan Sawah Prima tani Prima tani Kab. Serang Prima tani Kab. Pandeglang Prima tani Kab. Lebak Prima tani Kab. Tangerang Perbanyakan benih padi Kalender tahun 2008 BPTP Banten CD interaktif BPTP Banten Tidak ada cetak mencetak Petunjuk Teknis Teknologi Hortikultura Pembuatan Pupuk Organik Teknologi pengolahan sari buah salak Teknologi pengolahan emping melinjo Teknologi produksi kacang tanah Teknologi penetasan itik melalui mesin tetas telur Teknologi pembuatan telur asin Budidaya Itik Pedaging Serati/Tiktok secara intensif Teknologi pasca panen dan pengolahan kacang Tanah Budidaya itik pedaging serati/tiktok Hama Utama Cabai Hama dan penyakit melon Perbanyakan benih kacang tanah Pasca panen salak Teknologi pengolahan emping melinjo Pengolahan tepung bubuk cabai Poster Pembuatan Sari salak Poster Pakan Itik Booklet Teknologi Pengolahan Komoditas Unggulan Provinsi Banten Booklet Teknologi Penetasan Telur Itik Booklet Succes Story Sejahtera Mandiri Bersama FEATI
42
Tabel 15. Penilaian FMA berdasarkan analisa awal dampak kegiatan FEATI Nilai A
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
FMA Nilai Berimbang carenang B Harapan Mekar Pontang Sri Mustika Keramat Watu Harapan Maju Petir Sugema Tirtayasa Cikalong Baros Karya Makmur Mancak Barokah Jaya Mancak Subur Makmur Keramat watu
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
FMA Nilai Pepaya Cikeusal C Bina Tani Cikeusal Karya Bersama Pabuaran Agrikencana Pontang Sri Mulya Pontang Harapan Lestari Gunung Sari Curug Sulanjana Gunung Sari Karya Uasaha Petir Harum Sari Tani Makmur Mulya Tani Sumber Rejeki Harum Mekar Ciruas Ratu Tani Ciruas Melati Bojonegara Barokah Waringin Kurung
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
FMA Harapan Cikeusal Karya Bakti Pabuaran Kundur Carenang Tanjung Carenang Tunas Karya Petir Sri Rejeki Tirtayasa Gentra Bina Tani Baros Tunas Baru Baros Mutiara Tani Sri Maju Darma Tani sumber Jaya Tanara Kemulyaan Waringin Kurung Jembar Jaya Bojonegara Sri Mulya Ciruas
Pada pertemuan evalusi kegiatan ini juga dilakukan penentuan 2 FMA untuk lokasi demplot
yaitu FMA Harum Mekar Desa Ciruas, Kecamatan Ciruas untuk
ujicoba budidaya itik dan FMA Curug Sulanjana Desa Curug Makmur, Kecamatan Gunung Sari untuk ujicoba pasca panen.
Sementara itu untuk FMA yang akan
dijadikan bahan tulisan succes story adalah sebagai berikut : 1.
FMA Subur Makmur, Kramatwatu
2.
FMA Karya Makmur, Mancak
3.
FMA Harum Mekar, Ciruas
4.
FMA Curug Sulanjana, Gunung Sari
5.
FMA Harapan Lestari, Gunung Sari
6.
FMA Barokah, Waringin Kurung
7.
FMA Agri Kencana, Pontang
Dalam penulisan ada beberapa kriteria dari FMA yang diangkat diantaranya : dari
produktivitas
usahanya,
kelembagaannya/kekompakannya,
tokoh
yang
menonjol yang berperan penting dalam FMA, kemitraan yang dilakukan, dan semangat belajar anggota FMA, keaktifan wanita tani, dan penerapan teknologi yang didiseminasikan oleh BPTP. Untuk melengkapi data FMA yang akan ditulis dalam succes story diperlukan data profil FMA yang dapat dilihat pada Tabel 16 s/d 22.
43
Tabel 16. Profil FMA Subur Makmur Usaha Agribisnis Materi Pembelajaran Peserta Pembelajaran Kerjasama dengan pihal lain Kemajuan Usaha
Kendala
Penangkaran Benih Padi Bersertifikat Penangkaran Benih Padi 25 Orang 6 orang Wanita (40%) 19 orang Pria (60%) BPSB, Assosiasi Penangkar Benih Padi Prov Banten - Keuntungan 25 Juta dari hasil musim tanam sebelumnya. - Adanya Peningkatan kebutuhan benih padi bersertifikat sebanyak 30 ton permusim untuk sekecamatan kramatwatu dan sudah dapat dipenuhi sebanyak 70%. - Des 2010 Telah dilaksanakan launcing LKMA dengan modal usaha sebanyak 132 Juta (dana PUAP 100jt), selama 3 putaran dengan jumlah anggota 150 orang - Pada saat peresmian launcing Posluh des dan penangkaran benih padi bersertifikat Ibu wakil bupati Kab Serang Hj.Ratu Tatu Chasanah, SE berkenan menjadi anggota gapoktan subur makmur dengan modal tabungan sebesar 25 juta Pada Musim Kering/Kemarau debit air berkurang sehingga banyak sawah yang tidak terairi
Tabel 17. Profil FMA Karya Makmur Usaha Agribisnis Materi Pembelajaran Peserta Pembelajaran Yang Menerapkan hasil Pembelajaran Kerjasama dengan pihal lain Hasil/Produksi Kemajuan Usaha
Kendala
Penangkaran Benih Kacang Tanah Penangkaran Benih Kacang Tanah 45 Orang 15 Wanita (...%) Laki-laki 30 (...%) 30 Orang (%) PT SHS, Produksi 1 musim - Peningkatan kapasitas produksi dan permintaan akan benih kacang tanah baik dalam kondisi basah maupun dalam kondisi kering. Saat ini dari 200 ton permintaan pasar baru dapat direalisasikan sebanyak 80 ton - Peningkatan pengetahuan SDM dalam hal paska panen sehingga memberikan perubahan produk yang dihasilkan . Keuntungan yang diperoleh yaitu dari perubahan harga dari Rp.6500 menjadi Rp.11.000 melalui perbaikan pascapanen pengemasan dan penyortiran Pada musim pancaroba dijumpai pada pucuk daun berwarna merah hal ini dapat menurunkan produksi sekitar 20-30%. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan penundaan dan pengaturan musim tanam
44
Tabel 18. Profil FMA Harum Mekar Usaha Agribisnis
Pengembangan Agribisnis Itik
Materi Pembelajaran Peserta Pembelajaran
Pembesaran itik pedaging dan Penetasan 20 Orang 7 orang Wanita (40%) 13 orang Pria (60%) Swasta, Aster, Restoran Jakarta
Kerjasama dengan pihal lain Hasil/Produksi Kemajuan Usaha -
Saldo pembelajaran dari kegiatan 2010 disisihkan untuk pembelian mesin tetas kapasitas 400 butir harganya Rp. 1.000.000 sebanyak 2 unit dan pemagaran kawasan itik seluas 400 ekor m2
Tabel 19. Profil FMA Agri Kencana Usaha Agribisnis Materi Pembelajaran Peserta Pembelajaran Kerjasama dengan pihal lain Kemajuan Usaha
Prestasi
Kendala
Agribisnis Ternak Itik (Itik Pedaging dan Petelur) Pengembangan Agribisnis Itik Pedaging dan Petelur 25 Orang 15 Pria, 10 wanita Pedagang kecil, Investor personal (5 Investor) Instansi (Dinas Pertanian dan Peternakan provinsi) - Menjadi FMA model di tahun 2010 meliputi pembinaan dan pengawalan terhadap : Kandang Model, teknologi pemberian pakan ternak yang difasilitasi oleh BPTP - Peningkatan jumlah populasi itik diatas 100% - Penerapan dimasing-masing anggota pembelajaran sekitar 60% - Mendapatkan prestasi tingkat nasional peringkat ke 7 dari 10 besar - Penghargaan dan uang tunai sebesar 30 juta atas prestasi tersebut (yang dialokasikan untuk pembelian sarana kerja UP FMA antara lain laptop, printer, pemasangan listrik sebagai sarana penerangan dan tambahan pembuatan saung dan kandang itik - Kasifikasi selama tiga tahun (2008, 2009 2010) meningkat dari B ke A dan A - Profesionalisme SDM dalam pengelolaan usaha ternak itik belum optimal - Sulitnya merubah sikap dan prilaku petani dari usaha tradisonal ke komersil
45
Tabel 20. Profil FMA Curug Makmur Usaha Agribisnis
Pengembangan Agribisnis Salak (Penanganan pascapanen)
Materi Pembelajaran Peserta Pembelajaran
Pengembangan Agribisnis Salak (Penanganan pascapanen) 60 Orang 40 Pria, 20 wanita PT.Sonata, Pedagang besar emping di Pandeglang,
Kerjasama dengan pihal lain Hasil/Produksi Kemajuan Usaha
Prestasi Kendala
Salak segar 30kg/hari dari 1 ha kebun salak - Perubahan harga dari Rp.1000 menjadi Rp.2000/kg dari penerapan teknologi Pembibitan, pemupukan dan pemeliharaan gulma - Nilai tambah dari pengolahan hasil dan pengemasan berupa sari salak (Rp15.000/650cc) dan dodol salak (Rp.5000/12 biji) dimana peningkatan nilai tambah terhadap produk olahan berkisar 30% - Hasil studi banding yang dilakukan memberikan peningkatn pengetahuan dan keterampilan anggota untuk menciptakan rasa salak yang tadinya sepat menjadi manis Kendala iklim dan cuaca yang tidak mendukung, rasa dari buah salak yang dihasilkan
Tabel 21. Profil FMA Harapan Lestari Usaha Agribisnis
Pisang dan Melinjo
Materi Pembelajaran
Pengembangan Agribisnis Pisang dan Penanganan pascapanen Pisang dan Melinjo 60 Orang 40 Pria, 20 wanita - Lahan Bukaan baru 1 ha - Telah terciptanya kawasan kebun pisang untuk memenuhi permintaan pelaku usaha (pasar) sebanyak 8 kwintal/hari - Adanya peningkatan kualitas manajemen kepengurusan dari UP FMA lama ke yang baru pengurus yang baru sehingga prestasi penilaian klasifikasi dari C menjadi B - Pengolahan kriping pisang dan emping meninjo berkualitas dengan estándar kemasan sesuai kebutuhan pasar - Terciptanya berbagai citarasa emping sesuai kebutuhan/permintaan pasar - Menghasilkan model kriping pisang yang lebih praktis dan disukai oleh konsumen dengan rasa yang lebih renyah
Peserta Pembelajaran Kemajuan Usaha Prestasi
46
Tabel 22. Profil FMA Barokah Usaha Agribisnis
Cabai dan Mentimun
Materi Pembelajaran Peserta Pembelajaran Kerjasama dengan pihal lain Hasil/Produksi
Pengembangan Agribisnis Cabai dan Mentimun 30 Orang 20 Pria dan 10 wanita Pedagang besar cabai (pasar rau dan cilegon),
Kemajuan Usaha
Prestasi
Kendala
Cabai 30 kali panen produksi 2500m2 5.4 ton (20 ton/Ha) Timun 22 kali panen luas 0.30 Ha menghasilkan 12,4 ton (40 ton/Ha) - Peningkatan produksi yang dicapai sebanyak 3 kali lipat dari hasil sebelumnya dengan penggunaan teknologi pengolahan tanah, pembenihan, mulsa plastik, ajir dan pemeliharaan yang terkontrol - Pengetahuan dan kketerampilan dokumentasi administrasi sesuai dengan pedoman yang dibakukan - Tingkat pembinaan dan pengawalan dari penyuluh pendamping sangat intensif shg dapat memberdayakan petani sesuai dengan yang diharapkan - Hasil pembelajaran sangat nyata, yang dapat diikuti oleh sebanyak 40% peserta pembelajaran dan sekitar 30% diluar peserta pembelajaran Tingkat manajerial UP FMA belum optimal
3.10. Administrasi Kegiatan FEATI 3.10.1. Staf yang terlibat kegiatan FEATI Pengelola FEATI BPTP Banten 2011 adalah : a. PPK
: Dewi Haryani, SP. Msi
b. Asisten Teknis : Retno Umiarsih, SP c. Asisten Monev : drh. Eko Kardiyanto d. Asisten FO
: Eka Rastiyanto, A SP
e. Asisten LO
: Kartono, SP, MSi
Selanjutnya Staf BPTP yang terlibat dalam kegiatan FEATI TA 2010 adalah : a. Penjab kegiatan Ujicoba Budidaya itik
:
Dewi haryani, SPi.Msi
b. Penjab kegiatan ARF
:
Maureen CH, SPt
c. Penjab kegiatan Temu Tugas FMA
:
Ir. Resmayeti Purba, MSi
d. Penjab kegiatan demonstrasi
:
Syahrizal Muttakin, STP
47
d. Penjab kegiatan pembuatan dan perbanyakan
:
Eka Rastiyanto A, SP
:
Kartono, SP, MSi
materi informasi e. Penjab kegiatan Workshop Inisiasi Komtek 3.10.2. Supervisi, monitoring Kegiatan ini dilakukan oleh monev dan penanggung jawab sub-sub kegiatan yang ada, baik saat dilaksanakan pertemuan atau koordinasi dengan BPKP, BPP atau mengunjungi UP-FMA. Pada Tanggal 1 Oktober 2011, FEATI Provinsi Banten menerima kunjungan bank dunia dalam rangka kegiatan supervisi dan tinjauan lapang pada UP-FMA. Supervisi bank dunia yang bertempat di BPKP Kabupaten serang. Kegiatan Supervisi Bank Dunia dilaksanakan di BPKP Kabupaten Serang dengan agenda, perkenalan, presentasi perkembangan program FEATI di provinsi Banten. Hasil kegiatan adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan ini dihadiri oleh : a. Perwakilan Bank Dunia b. Perwakilan FAO c. Perwakilan Bapenas d. Perwakilan Pusdatin kementerian Pertanian e. Perwakilan BPSDMP Kementerian Pertanian f.
Perwakilan BBP2TP Badan Litbang Pertanian
g. Perwakilan Dinas Pertanian provinsi Banten h. TIM FEATI BPTP Banten i.
TIM FEATI BPKP Kabupaten Serang
j.
Penyuluh Pertanian, dan perwakilam FMA
2. Dalam diskusi di tekankan hasil yang telah dicapai progam FEATI di Provinsi Banten.
Beberapa
pertanyaan
dari
TIM
Supervisi
adalah
mengenai
keuntungan yang didapat FMA sebelum dan sesudah adanya program FEATI; tujuan dibentuknya asosiasi ditingkat petani baik legalitas maupun manfaat yang ditimbulkan oleh adanya asosiasi tersebut; klasifikasi FMA dari tahun 2008 hingga 2010; pelaksanaan VCA
48
3. Setelah acara di BPKP selesai kemudian dilanjutkan berkunjung ke FMA Karya Makmur, Mancak. Acara berupa diskusi antara FMA dengan TIM Supervisi. Diantara hal – hal yang didiskusikan adalah mengenai manfaat dan keuntungan program FEATI yang dirasakan oleh petani; keberhasilan FMA Karya Makmur; Produktivitas dan pendapatan petani dari tahun sebelum dan sesudah adanya program FEATI; teknologi yang diterapkan; peran masing – masing pemangku kepentingan; pasca panen dan pemasaran hasil; MoU yang telah dilaksanakan antara FMA dengan pihak lain, dilakukan kunjungan ke sekretariat FMA dan gudang penyimpanan benih kacang tanah. Hal yang ditekankan oleh TIM Supervisi adalah mengenai pencatatan produksi, penjualan, keuntungan agar dirapikan dan dimonitoring setiap waktu 4. Setelah dari FMA Karya Makmur kunjungan diklakukan ke BPP Gunung Sari, dengan acara presentasi kegiatan yang telah dilakukan oleh BPP Gunung Sari dalam mendampingi program FEATI; beberapa hal yang didiskusikan adalah peran dari BPP Gunung Sari terhadap Program FEATI; hasil yang telah dicapai FMA dibawah bimbingan BPP Gunung Sari; pasca panen dan pemasaran produk FMA; legalitas produk FMA baik dari BPPOM, MUI maupun Dinkes. 5. Kemudian acara dilanjutkan ke FMA Harum Mekar Cirus; sama seperti kunjungan sebelumnya, di FMA ini diadakan presentasi oleh FMA dan kemudian diadakan diskusi; hal – hal yang didiskusikan adalah mengenai keberlangsungan program FEATI dari tahun 2008 – 2010, perubahan materi pembelajaran dari itik ke padi; serta materi pembelajaran yang sama dari tahun 2009 dan 2010 yaitu pakan; produksi dan penjualan serta kerjasama yang telah dilakukan FMA dengan pihak lain; kemudian di lakukan kunjungan lapang ke lokasi ternak FMA Harum Mekar. 3.10.3. Pelaporan Pelaporan kegiatan FEATI dilakukan setiap bulan, dalam bentuk Laporan Bulanan yang diserahkan ke Monev BPTP setiap tanggal 1-5 setiap bulannya. Format
49
Laporan Bulanan mengikuti format yang diberikan Monev BPTP. Pelaporan Triwulan dilakukan oleh Monev FEATI pada saat acara Konsolidasi Audit. 3.10.4 Konsolidasi Audit Kegiatan Konsolidasi Audit Triwulan IV TA. 2010 di
yang telah dilaksanakan
yaitu 1). Konsolidasi
Bogor pada tanggal 27-30 Januari 2010.
Hasil dari
Konsolidasi ini adalah bahwa FEATI tahun 2011 merupakan kegiatan tahun terakhir, sehingga untuk mencapai keberhasilan FEATI sesuai yang diharapkan, diperlukan bebrapa langkah strategis yaitu : 1.
Komitmen pelaksana FEATI di lapangan mengacu pada permentan No.29 tahun 2007
2.
Penyempurnaan Pedoman umum indikator keberhasilan FEATI
3.
BBP2TP nsebagai koordinator pelaksana komponen C perlu berkoordinasi lebih intens dengan TIM FEATI pusat
4.
Setiap BPTP melakukan studi dampak tahap awal dan akhir untuk mengetahui capaian sasaran FEATI
5.
Konsultasi audit regional yang melibatkan BPTP, Bakorluh, dan Bapeluh yang diinisiasi oleh FEATI pusat
6.
Pendokumentasian seluruh hasil-hasil kegiatan FEATI ( misalnya succes story, lesson learn)
7.
Penekanan kegiatan untuk lebih difokuskan pada scalling-up FMA
8.
Peran portal E-petani perlu dioptimalkan Rumusan hasil konsolidasi audit TW IV tahun 2010 selengkapnya dapat
dilihat dalam lampiran 3. Konsolidasi Audit Triwulan I tahun 2011 berlangsung selama 3 hari tanggal 6-8 Mei di Bogor. Pada acara ini dilakukan presentasi dari provinsi Jateng, Jatim, dan NTB mengenai pengukuran indikator keberhasilan program FEATI.
Masing-
masing provinsi mempresentasikan hasil pengukuran indikator keberhasilan menurut persepsinya, mengacu pada permentan no. 29 tahun 2007.
Presentasi ini
merupakan upaya untuk menggali pendapat dan menyamakan persepsi bagi semua BPTP yang mendapatkan program FEATI dalam melakukan pengukuran indikator
50
keberhasilan.
Adapun lanjutan pembahasan mengenai pengukuran indikator ini
dilakukan dalam diskusi kelompok. Untuk memperlancar kinerja BPTP, dan mepermudah konsultasi dengan Tim FEATI BBP2TP, maka dibentuklah tim LO. BPTP Banten mendapatkan LO yang sama dengan NTT yaitu Bp. Bambang Irawan, MSi.
Penanggung jawab kegiatan
diharapkan memberikan laporan perkembangan kegiatan kepada masing-masing LO setiap bulan. BPTP juga melakukan diskusi kelompok dengan LO untuk penyamaan persepsi mengenai pengukuran indikator keberhasilan. Dalam konsolidasi TW I ini dijelaskan pula mengenai kegiatan “scaling up “yang diminta oleh badan SDM, dimana tidak semua BPTP menjasi lokasi percontohan.
Namun demikian, sebaiknya semua BPTP tetap melakukan
upaya/membantu pemerintah daerah untuk mendorong scaling up tersebut. Setiap BPTP harus membuat laporan progress FEATI dari tahun 2007 s/d tahun 2010. Hal ini dilakukan sebagai persiapan pelaksanaan seminar BBP2TP pada bulan Oktober 2011, dan persiapan penerbitan buku baik succes story maupun lesson learn.
Draff Laporan ini harus diserahkan pada masing-masing LO paling
lambat akhir Mei 2011. Adapun koreksi dan evaluasi akan dilakukan oleh LO dan akan diinformasikan kepada Penanggung jawab kegiatan. Out line laporan sudah disediakan
oleh
BBP2TP
sebagai
acuan
penyusunannya.
Laporan
tentang
pengukuran indikator ini selambatnya sudah selesai pada Oktober 2011. Rumusan Konsolidasi Audit TW I selengkapya dapat dilihat dalam lampiran 4. Konsolidasi Audit TW II di laksanakan di Bogor pada tanggal 22-24 Juli 2011 Konsolidasi Audit FEATI triwulan II, telah dibuka secara resmi oleh atas nama Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) yang disampaikan Kepala Bidang PE BBP2TP yaitu Dr. Joko Pitono. Acara dilanjutkan dengan presentasi dan diskusi mengenai hasil sementara kajian efektifitas media yang dilaksanakan oleh BBP2TP pada 6 lokasi FEATI. Hari berikutnya yaitu tanggal 23 Juli 2011 diadakan presentasi dan diskusi dari 18 BPTP mengenai hasil pengukuran indikator keberhasilan.
Di ruang terpisah
dilaksanakan pelaporan dan materi untuk FO dari Badan SDM pertanian.
51
Pada kesempatan tersebut hadir kepala BBP2TP yang kemudian memberikan pengarahan untuk seluruh peserta.
Terkait dengan kegiatan FEATI diingatkan
kembali untuk mempersiapkan succes story/lesson learn yang dapat diangkat, terkait dengan banyaknya FMA yang telah dibina.
Selain itu, disampaikan pula
bahwa ada pengembangan pertanian dengan metode transgenik.
Perencanaan
MP3EI (Master Plan Pengembangan Pertanian Ekonomi Indonesia ) 2011-2025. Mengimplementasikan SDMC dengan baik. Mentan sudah MOU dengan PDT untuk pembangunan daerah tertinggal.
Pada hari terakhir yaitu tanggal 24 Juli 2011
dilaksanakan pemaparan materi mengenai rencana studi dampak kegiatan FEATI di BPTP, dan Catatan penting Konsolidasi dapat dilihat dalam lampiran 5. Konsolidasi Audit TW III, dilakukan serangkaian dengan acara PPSL 17-21 November 2011 yang diselenggarakan oleh BBP2TP Bogor.
Acara workshop
berlangsung di Ruang Rapat BBP2TP pada hari Minggu tanggal 20 November 2011. Dalam kegiatan konsolidasi TW III ini BBP2TP menyampaikan kegiatan FEATI yang masih akan berlanjut pada tahun 2012. Dalam pemaparan tersebut disampaikan sub-sub kegiatan yang akan menjadi acuan pelaksanaan kegiatan pada tahun 2012. Penyelenggara mengharapkan pada tahun 2012 FEATI akan dapat memberikan gambaran yang lebih komperhensif mengenai dampak kegiatan. Oleh karena itu muncul salah satu sub kegiatan berupa study dampak FEATI.
52
IV. KENDALA DAN MASALAH Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan FEATI sampai dengan Juni 2011 yaitu : 1.
Perencanaan kegiatan FMA / Kegiatan yang tercantum dalam POK tidak mencerminkan kegiatan FEATI akan berakhir pada tahun ini. Kegiatan yang bersifat teknis masih banyak muncul sedangkan kegiatan untuk mendukung pengukuran indikator keberhasilan kegiatan tidak ada.
2.
Pengukuran indikator keberhasilan dilakukan pada kegiatan Temu Tugas karena kegiatan ini tidak muncul di DIPA FEATI.
3.
Kegiatan Seminar Nasional tidak tersedia rupiah pendampingnya sehingga tidak dapat dilaksanakan.
4.
Dana yang tersedia di DIPA FEATI BPTP Banten TA 2011 tidak dapat digunakan secara optimal karena tidak cukup dana rupiah pendampingnya.
5.
Penyerapan dana FEATI sampai bulan Desember 2011 sebesar 51,38% dari target sebesar 100%. Hal ini disebabkan dana kegiatan seminar Nasional yang dan Kegiatan A tidak dapat digunakan. V. RENCANA TINDAK LANJUT Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai acuan
rencana tindak lanjut kegiatan, yaitu : 1.
Perlu disusun perencanaan kegiatan FEATI yang sesuai dengan kegiatan yang sudah sampai pada tahun terakhir.
2.
Pengukuran indikator keberhasilan perlu dilaksanakan pada
kegiatan tahun
2012 untuk mendapat data yang lebih komperhensif dan representatif. 3.
Penyusunan
anggaran untuk kegiatan FEATI
seharusnya
mengikuti
perbandingan antara rupiah murni dan rupiah pendamping. 4.
Melanjutkan kegiatan FEATI pada tahun 2012, melakukan konsolidasi audit TW IV.
53
VI. PENUTUP Sampai Desember 2011 kegiatan FEATI yang telah dilaksanakan antara lain : koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi dan Kabupaten/BPKP, pertemuan evaluasi kegiatan FEATI 2008-2010, workshop Inisiasi Komisi teknologi, Workshop E-Petani, workshop Sinergitas Program, ujicoba budi daya itik, pelatihan petani pembuatan pakan berbahan baku lokal, pertemuan perencanaan temu tugas, Temu tugas, workshop ARF, pendampingan supervisi bank dunia,
pengukuran
indikator keberhasilan, ujicoba pembuatan sari salak pengemasan dan pelabelan produk FMA, Produksi dan distribusi media informasi tercetak, penyusunan laporan progress FEATI 2008-2010, penyusunan laporan bulanan, penyusunan laporan tengah tahun , pengadaan ATK, dan konsolidasi Audit TW IV (2010), TW I, II, III (2011). Fisik Kegiatan FEATI tahun 2011 mencapai 90 %, hal ini karena kegiatan point (A) dengan bobot 10 % tidak dilaksanakan karena tidak ada revisi DIPA dari pusat.
54
FOTO-FOTO KEGIATAN FEATI TA 2011
Gambar 2. Workshop Inisiasi Pemberdayaan Komisi Teknologi Provinsi Banten ( 13 Juni 2011)
55
Gambar 3. Pertemuan Koordinasi dan Perencanaan Temu Tugas ( 9 Juni 2011 )
56
Gambar 4. Workshop e-information Yogyakarta 10-14 Mei 2011
57
Gambar 5. Pertemuan Evaluasi Kegiatan FEATI (BPTP, BPKP, Distanak Provinsi Banten, Konsultan FEATI Kebupaten Serang ) 14-15 April 2011
58
Gambar 6. Kunjungan Supervisi Bank Dunia ke UP-FMA di Provinsi Banten tanggal 1 Oktober 2011
59
Gambar 7. Pelatihan Petani Pembuatan Pakan Lokal Berbahan Baku Lokal Spesifik Lokasi 28 Oktober 2011
60
Gambar 8. Workshop ARF dalam mendukung kegiatan FMA
61
Gambar 9. Ujicoba Pembuatan sari buah salak, pengemasan, dan pelabelan produk FMA
62
Gambar 10. Media Informasi yang dicetak pada TA 2011 ( 2 poster, 3 booklet)
63
DAFTAR PUSTAKA Andi Nuhung, 2003. Membangun Pertanian Masa Depan. Penerbit CV. Aneka Ilmu Anggota IKAPI, Semarang. Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, 2010. Petunjuk Kerja Verifikasi Proposal FMA. . Badan Pengembangan SDM Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. BBP2TP, 2010. Rencana Strategis 2010-2014. Penelitian dan Pembangunan-Inovasi untuk Kesejahteraan. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor. Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, 2008. FMA ( Farmer Managed Extention Activities ) Kegiatan Penyuluhan yang dikelola Mandiri oleh Petani. . Badan Pengembangan SDM Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, 2009. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan yang dikelola oleh Petani. . Badan Pengembangan SDM Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. BBP2TP. 2008b. Teknologi Budidaya Itik. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang. 16 halaman Anonimous, 2009. Pedoman Pembelajaran Konsep Value Chain Analysis (VCA). Materi pelatihan VCA di Mataram-NTB, 4-8 Juni 2009. 30 halaman Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian. 2007. Project Management Manual (PMM) FEATI. Jakarta
64