I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Indonesia adalah negara tropis dengan wilayah cukup luas, dengan variasi
agroklimat yang tinggi, merupakan daerah yang potensial bagi pengembangan hortikultura, baik untuk tanaman dataran rendah maupun dataran tinggi. Variasi agroklimat ini juga menguntungkan bagi Indonesia, karena musim buah, sayur dan bunga dapat berlangsung sepanjang tahun. Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah dilihat dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam pemulihan perekonomian Indonesia dalam waktu yang akan datang. Oleh karenanya kita harus berani untuk memulai mengembangkannya pada saat ini. Seperti halnya negara-negara lain yang mengandalkan devisanya dari hasil hortikultura, antara lain Thailand dengan berbagai komoditas hortikultura yang serba Bangkok, Belanda dengan bunga tulipnya, Nikaragua dengan pisangnya, bahkan Israel dari gurun pasirnya kini telah mengekspor apel, jeruk, anggur dan sebagainya. Dengan mengetahui manfaat serta sifat-sifatnya yang khas, dalam pengembangan hortikultura agar dapat berhasil dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap permasalahan hortikultura tersebut. Peluang pasar dalam negeri bagi komoditas hortikultura diharapkan akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat, serta timbulnya kesadaran akan gizi di kalangan masyarakat. Peningkatan kebutuhan komoditas hortikultura ini juga ditunjang oleh perkembangan sektor industri pariwisata dan peningkatan ekspor. Belum banyaknya pihak yang menyadari potensi dari komoditas hortikultura, yang hasil produksinya 3-7 kali lebih besar dibandingkan komoditi pangan dan bahan baku industri. Berdasarkan perkembangan konsumsi masyarakat Indonesia untuk buahbuahan impor sangat tinggi yaitu senilai Rp 10 trilyun/tahun (Kompas, 2007), Buah impor selama ini membanjiri supermarket hingga kios buah pinggir jalan. Porsi ini yang harus di ambil alih, minimal dapat diimbangi.
Pengembangan hortikultura di Indonesia pada umumnya masih dalam skala perkebunan rakyat yang tumbuh dan dipelihara secara alami dan tradisional, sedangkan jenis komoditas hortikultura yang diusahakan masih terbatas. Secara keseluruhan produksi hortikultura menunjukkan peningkatan sebesar 7,43 % Sedangkan untuk pencapaian luas panen mengalami peningkatan sebesar 7,86 % 1. Secara keseluruhan perkembangan produksi hortikultura dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Produksi Komoditas Hortikultura Tahun 2007-2008 No
Kelompok Komoditas
1. 2. 3.
Buah-buaha (Ton) Sayuran (Ton) Tanaman Hias : Tan. Hias potong (Tangkai) Draceana (Batang) Melati (Kg) Palem (Pohon) Tanaman Biofarmaka (Kg) Rata-rata
4.
Produksi Tahun 2007 Tahun 2008*) 17.116.622 18.241248 9.455.464 10.393.407 9.189.976 2.041.962 15.775.751 1.171.768 474.911.940
11.037.463 2.355.403 16.597.668 1.304.178 489.702.035
Peningkatan (%) 7,15 9,92 9,55 1,89 12,10 9,00 15,20 3,11 7,43
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009 2
Terjadinya peningkatan tersebut dapat dikatakan bahwa kesadaran masyarakat untuk mengusahakan komoditas hortikultura semakin tinggi, selain untuk pemenuhan konsumsi, juga dapat mendatangkan keuntungan. Menghadapi persaingan yang semakin tajam diperlukan daya saing yang tinggi. Oleh karena itu seluruh lapisan masyarakat, pemerintah dan terlebih dunia usaha diharuskan mempersiapkan diri dengan langkah-langkah yang konkrit, sehingga mampu membangun suatu sistem ekonomi yang memiliki daya hidup dan berkembang secara mandiri serta mengakar pada struktur ekonomi dan struktur masyarakat Indonesia. Kenyataan bahwa
pertumbuhan positif ekonomi di Indonesia diiringi
dengan peningkatan konsumsi / belanja rumah tangga membuat kebutuhan produk-produk hasil hortikultura khususnya buah-buahan mengalami kenaikan jumlah permintaan. Kenaikan permintaan tersebut akan menciptakan peluang 1
http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/index. [10Mei 2009] http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/index. [10Mei 2009]
2
2
usaha yang menjanjikan keuntungan, namun setiap usaha pasti memiliki persaingan usaha baik dari dalam negeri maupun produk dari luar negeri. Untuk persaingan dalam negeri, petani kecil maupun kelompok tani harus bersaing dengan pengusaha swasta yang menghasilkan produk hortikultura yang serupa untuk dapat diterima oleh konsumen. Dalam persaingan internasional dengan adanya arus globalisasi, tidak mungkin dihindari semakin lama produk hortikultura yang masuk ke Indonesia dari negara-negara lain akan semakin beragam jenisnya dan volumenya semakin banyak. Menghadapi kenyataan ini maka produk hortikultura harus bersaing dengan produk dari negara lain. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut dengan tanpa mengesampingkan keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai tentunya perlu dikaji berbagai permasalahan yang ada sehingga upaya pencapaian tujuan di atas dapat terlaksana dengan baik. Permasalahan yang menonjol dalam upaya pengembangan hortikultura ialah produktivitas yang masih tergolong rendah, hal ini merupakan refleksi dari rangkaian berbagai faktor yang ada, antara lain : pola usahatani yang kecil, mutu bibit yang rendah yang ditunjang oleh keragaman jenis/varietas, serta rendahnya penerapan teknologi budidaya
(Dudung Abdul Adjid, 1993). Kepedulian
masyarakat di Indonesia untuk mengonsumsi buah ternyata masih rendah. Sebagai salah satu negara penghasil buah terbesar di dunia, konsumsi buah di Indonesia masih lebih rendah dibanding dengan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. Dari hasil Survei Sehat Nasional (Susenas) yang diadakan BPS tahun 2004, 60,44 persen masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah. Rata-rata hanya mengonsumsi satu porsi buah setiap hari 3.
3
Pekan Raya Hortikultura Ke-4 Tahun 2009 Target Konsumsi Sayuran 43,5 Kg Dan Buah 37,5 Kg. http://www.hortikultura.deptan.go.id. [23 Mei 2009]
3
Tabel 2. Perkiraan Permintaan Buah-buahan di Indonesia Sampai 2015 Tahun
Populasi Penduduk(Juta)
2000 2005 2010 2015
213 227 240 254
Peningkatan Populasi per 5 Tahun (%) 30,5 32,5 34,0 44,5
Konsumsi per Kapita (kg) 36,76 45,70 57,92 78,74
Total Konsumsi (ribu ton) 7.830 10.375 13.900 20.000
Sumber : Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (IPB, 2002)
Jumlah konsumsi buah-buahan dan sayuran di Indonesia pada tahun 20072008 juga mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan pertumbuhan penduduk juga mempengaruhi permintaan buah dan sayuran untuk pemenuhan kebutuhan asupan gizi masyarakat.
Tabel 3. Konsumsi Buah-buahan dan Sayuran Tahun 2007-2008 Komoditi Buah-buahan Sayuran Jumlah
Konsumsi (kg/th/kapita) 2007 Tahun 2008 34,06 35,52 40,90 41,32 74,96 76,84
Peningkatan (%) 4,29 1,03 2,51
Sumber : www.litbang.deptan.go.id/special/hortikultura 4
Menurut organisasi pangan sedunia (FAO - Food and Agricultural Organization), idealnya dibutuhkan tiga porsi buah setiap hari supaya manfaat buah bisa didapatkan secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi buahbuahan di Indonesia, sampai saat ini hanya 35,52 kilogram per kapita/tahun pada tahun 2008. Angka itu masih cukup jauh dari rekomendasi FAO yaitu sebesar 65,75 kg per kapita/tahun untuk konsumsi buah setiap negara. Dibanding negara lain di Asia Tenggara jumlah konsumsi buah di Indonesia termasuk rendah. Malaysia sudah mengonsumsi buah 52 kg per kapita/tahun, Filipina 67 kg per kapita/tahun, sedang Thailand sudah mencapai 92 kg perkapita/tahun 5. Selain potensi pasar yang masih sangat besar, Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura juga cukup baik hasilnya. Berdasarkan catatan Ditjen Hortikultura sepanjang 2005, nilai PDB hortikultura mencapai US$ 44 miliar. Skala itu semakin meningkat di tahun selanjutnya menjadi US$ 46 miliar. Di 4 5
www.litbang.deptan.go.id/special/hortikultura Op.cit
4
tahun 2007, pemerintah telah menargetkan nilai PDB hortikultura mencapai US$ 49 miliar, dan US$ 51 miliar pada 2008.
Tabel 4. Nilai PDB Hortikultura Tahun 2007-2008 Kelompok Komoditi
No 1. 2. 3. 4.
Buah-buahan Sayuran Tan.Biofarmaka Tanaman Hias Total
PDB (Milyar) Tahun 2007
Tahun 2008
42.362 25.567 4.105 4.741 76.795
42.660 27.423 4.118 6.091 80.292
Peningkatan/P enurunan (%) 4,02 7,18 0,32 28,48 4,55
Sumber : Litbang Deptan 6
Salah satu buah konsumsi yang digemari oleh masyarakat di Indonesia adalah buah lengkeng. Lengkeng merupakan tanaman yang telah sejak lama dikenal dan lazim ditanam oleh masyarakat sebagai tanaman pagar pembatas lahan dan tanaman pekarangan. Tanaman ini dapat dipelihara oleh setiap anggota masyarakat, tidak memerlukan teknologi tinggi dan dengan cara budidaya sederhana dapat tumbuh dan berproduksi baik. Namun sebagian besar kebutuhan lengkeng harus diimpor dari Thailand dan Republik Rakyat China (RRC)7. Berbeda dengan produksi buah lengkeng dataran tinggi dari sentra produksi di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang masih sangat terbatas sudah habis terjual di pasar setempat, tidak sampai ke luar daerah. Selain itu, kesulitan pengembangan yang dihadapi adalah tidak adanya varietas baru yang lebih unggul dan sifat agroklimat tanaman yang menghendaki udara sejuk (pegunungan) sebagai tempat tumbuhnya. Keunggulan lengkeng adalah memperkuat limpa, meningkatkan produksi darah merah, menambah selera makan, dan menambah tenaga. Buah lengkeng baik untuk dikonsumsi saat proses pemulihan stamina, sehingga kondisi kesehatan berangsur membaik. Konsumsi yang dianjurkan untuk perbaikan kondisi kesehatan adalah minimal segenggam tangan setiap harinya. Manfaat sehat lainnya masih banyak, antara lain menyehatkan usus, perbaikan proses penyerapan makanan, melancarkan buang air kecil, mengatasi cacingan, 6
http://hortikultura.litbang.deptan.go.id [19 Mei 2009] http://www.trubus-online.co.id/itoh ngebruk [19 Mei 2009]
7
5
menyehatkan mata, mengobati sakit kepala, keputihan, dan hernia. Buah lengkeng juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber minuman penguat, karena bersifat sebagai tonik. Rendahnya produksi lengkeng Indonesia karena selama ini buah lengkeng di Jawa hanya dihasilkan dari daerah dataran tinggi beriklim sejuk (800–1.200 meter di atas permukaan laut), seperti di Ambarawa dan Temanggung (Jawa Tengah), dan Batu dan Tumpang (Jawa Timur).
Tabel 5. Daerah Sentra Produksi Tanaman Lengkeng di Jawa Tengah Daerah Sentra
No 1 2 3 4 5 6
Bandungan Grabag (Magelang) Pingit Muntilan Kalibening Kayuwangi Cepogo
Unggaran
Ketinggian Tempat (m/d.p.l) 700
Kuning cokelat, manis
Merbabu
800
Coklat merah, rasa manis khas
Temanggung Merapi
600 800
Merah kuning, rasa khas Kuning jambu, rasa khas
Salatiga
600
Coklat, rasa khas
Merbabu
600
Kuning coklat, manis
Lokasi
Ciri Khas Buah
Sumber : Sutardi, Balai Penelitian Getas.
Pohon-pohon tradisional di daerah sentra produksi tersebut rata-rata berumur puluhan tahun. Bahkan ada yang 100 tahun, dan tidak pernah diremajakan ataupun dibudidayakan secara intensif. Setiap tahunnya Indonesia mengimpor ± 20.000 ton lengkeng dari berbagai negara, terutama Thailand 8. Permintaan pasar dalam negeri terhadap buah lengkeng cenderung terus meningkat. Sekarang ini buah lengkeng segar maupun olahan berasal dari Thailand. Luas areal tanaman lengkeng di Tailand sekitar 2.300 Ha dengan produksi 20.000 ton/tahun. Di Indonesia, produksi buah lengkeng belum tercatat secara statistik oleh Biro Pusat Statistik (BPS) karena masih dianggap sebagai buah minor (Rukmana 2005). Pada tahun 2005 telah ditemukan terobosan baru yakni lengkeng yang berbuah di dataran rendah berudara panas. Ternyata jenis lengkeng yang dapat beradaptasi dan berproduksi di dataran rendah ini terutama berasal dari Thailand 8
http://www.trubus-online.co.id/lengkengdataranrendah [19 Mei 2009]
6
(Bie Kiew, Ido, Sichompu), Vietnam (Ping Pong, Diamond River), dan Malaysia (Itoh), walaupun ada juga yang asli Indonesia, seperti varietas Selarong dan Sugiri. Penelitian analisis kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River perlu dilakukan agar memberikan informasi baru kepada masyarakat tentang adanya lengkeng varietas baru dari luar negeri yang dapat dibudidayakan di dataran rendah dan dilakukan pengujian layak atau tidaknya varietas lengkeng tersebut apabila dibudidayakan di Indonesia
1.2. Perumusan Masalah Kabupaten Bogor sebagai salah satu daerah yang subur di pulau jawa memilki potensi untuk dikembangkannya komoditas lengkeng dataran rendah, terutama lengkeng dataran rendah varietas Diamond River. Dibandingkan dengan varietas lain yang sejenis, lengkeng Diamond River memiliki keunggulan yang bersifat ekonomis yaitu lebih disukai pasar karena buah manis, berdaging lebih tebal dan berbiji kecil, sehingga berpotensi untuk diusahakan. Kabupaten Bogor dikenal sebagai sentra buah-buahan unggulan, seperti manggis, rambutan, dan durian. Sebagai daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi, Kabupaten Bogor sangat cocok untuk ditanami buah-buahan (tanaman hortikultura). Hal ini dibuktikan dengan banyaknya sentra produksi beberapa komoditas unggulan yang tinggi. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Sentra Produksi Buah-buahan Unggulan di Kabupaten Bogor 2008 No
Komoditas
Luas lahan (Ha) 989
Kecamatan Utama
1
Manggis
Leuwi Sadeng, Jasinga, Sukamakmur
2
Rambutan
5.301
Cileungsi, Jonggol, Sukamakmur, Kalapanunggal
3
Durian
3.308
Jonggol, Jasinga, Gunung Sindur
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (diolah)
Ketiga buah unggulan tersebut merupakan hasil utama buah-buahan unggulan yang merupakan tanaman buah musiman yang sudah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Masih banyak kelemahan terdapat pada tanaman buah unggulan tersebut, seperti : membutuhkan waktu yang lama dari proses
7
penanaman sampai proses tanaman mulai berbuah, hanya berbuah satu tahun sekali, membutuhkan lahan yang sangat luas, berbuah pada saat panen raya sehingga harga jual buah relatif rendah (Rambutan Rp 500,-/Kg, Manggis Rp. 2.500,-/Kg, Durian Rp. 5000,-/Kg). Hal-hal tersebut membuat banyaknya pertimbangan apabila ingin diusahakan sejak awal. Lain halnya dengan lengkeng Diamond River yang memiliki keunggulan antara lain : waktu yang dibutuhkan relatif singkat (18 bulan) dari proses penanaman sampai berbuah, berbuah dua kali setahun atau lebih, harga jual buah relatif stabil (Rp. 7.000,- sampai dengan Rp. 7.500,-/Kg di tingkat petani dan Rp. 16.000,- di tingkat pedagang), dan dapat diusahakan dalam bentuk tabulampot. Belum terpenuhinya kebutuhan konsumsi lengkeng di Indonesia membuat Indonesia masih melakukan impor untuk pemenuhan kebutuhan lengkeng di masyarakat. Hampir sepanjang tahun pasar buah Indonesia dipenuhi oleh buah lengkeng. Padahal produksi lengkeng lokal untuk daerah Temanggung (sentra produksi) Jawa Tengah hanya mencapai 2.691,10 ton dengan jumlah tanaman 13.067 (Diperta Temanggung, 2005). Sementara impor lengkeng terbanyak berasal dari Thailand dan Tiongkok sebanyak 21.000 ton. Hal ini menunjukkan bahwa kesempatan untuk mengusahakan lengkeng di Indonesia sangat memiliki prospek, dan dapat mengurangi ketergantungan kepada lengkeng impor. Bertitik tolak dari perkembangan keadaan tanaman lengkeng di Thailand maka pengembangan tanaman lengkeng di Indonesia sebaiknya berkembang pesat, minimal mengimbangi impor buah lengkeng selama ini. Masih tersedianya lahan untuk dijadikan areal usaha budidaya lengkeng Diamond River di Kabupaten Bogor menjadikan usaha lengkeng Diamond River di Kabupaten Bogor merupakan sebuah usaha yang memiliki prospek dari segi ekologis dan ekonomis. Adapun luas lahan pertanian di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 7.
8
Tabel 7. Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Bogor : No
Potensi
1 2
Luas (Ha)
Lahan Sawah Lahan Bukan Sawah - Tegal/kebun - Ladang huma - Perkebunan Besar Negara - Perkebunan Besar Swasta - Perkebunan rakyat - Ditanami pohon/hutan rakyat - Tambak - Kolam tebat/empang - Padang penggembalaan - Sementara tidak diusahakan Jumlah
48.321.00 109.786.61 57.609.00 4.422.08 3.649.76 14.054.59 25.980.17 2.359.00 757.00 955.00 158.107.61
sumber : Buku Saku Potensi dan Peluang Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bogor 2007 9
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa masih sekitar 955.00 Ha yang sementara belum diusahakan untuk lahan pertanian di Kabupaten Bogor, sehingga masih dapat dilihat potensi lahan untuk mengusahakan lengkeng Diamond River sebagai usaha pertanian yang berprospek di masa yang akan datang. PT. Mekar Unggul Sari atau yang lebih dikenal dengan nama Taman Wisata Mekarsari merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agrowisata buah tropis dan wahana rekreasi keluarga. Selain sebagai tempat wisata, Taman Wisata Mekarsari juga merupakan tempat pengembangan dan penelitian buah tropis, baik dari seluruh wilayah Indonesia, maupun dari mancanegara. Gagasan pembangunan Taman Wisata Mekarsari berasal dari Almarhumah Ibu Tien Soeharto yang berkeinginan untuk membangun sebuah tempat koleksi dan pelestarian plasma nutfah tropis khas Indonesia maupun sebagai wahana penelitian, budidaya dan wisata. Di Indonesia, salah satu perusahaan yang mengusahakan lengkeng Diamond River adalah PT. Mekar Unggul Sari. Untuk itu pada tanggal 16 Januari 2005 bertempat di Taman Wisata Mekarsari telah diresmikan berdirinya Forum Kerjasama Pengembangan Lengkeng Dataran Rendah yang anggotanya terdiri dari para penangkar buah/ pengusaha, MPPI dan Peneliti, instansi terkait 9
www.bogorkab.go.id [2 Juni 2009]
9
(Deptan). Forum ini sepakat untuk menyumbangkan varietas-varietas lengkeng dataran rendah yang dimiliki oleh masing-masing anggotanya yaitu para penangkar benih buah untuk ditanam di Taman Wisata Mekarsari sebagai tanaman percontohan yang akan diteliti dan dievaluasi pertumbuhannya secara berkala. Forum ini juga dibentuk untuk menyusun strategi untuk mengembangkan tanaman lengkeng dataran rendah di seluruh wilayah Indonesia dalam usaha mengurangi ketergantungan impor dari Thailand dan RRC. Sejumlah 16 varietas telah ditanam untuk dievaluasi pertumbuhannya dan akan diseleksi sebagai pohon induk yang layak 10. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan beberapa perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian yaitu : 1. Apakah pengusahaan buah lengkeng Diamond River layak untuk dilakukan dilihat dari aspek pasar, aspek produksi, aspek oganisasi, dan aspek sosial dan lingkungan ? 2. Apakah pengusahaan lengkeng Diamond River layak untuk dilakukan dilihat dari aspek finansial ? 3. Bagaimana tingkat kepekaan pengusahaan lengkeng Diamond River terhadap penurunan harga jual, penurunan jumlah produksi serta kenaikan biaya variabel ?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penilitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan usaha lengkeng Diamond River dari aspek pasar, aspek produksi, aspek organisasi, aspek sosial dan menganalisa kelayakan finansial pengembangan bisnis lengkeng Diamond River 2. Menganalisis tingkat kepekaan usaha lengkeng Diamond River terhadap penurunan harga jual, kenaikan biaya variabel, dan penurunan hasil produksi.
10
www.trubus-online.co.id [2 Juni 2009]
10
1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi : 1. Bagi perusahaan, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan bahan acuan untuk mengembangkan bisnis lengkeng Diamond River dengan mengoptimalkan lahan yang belum digunakan pada PT. Mekar Unggul Sari dalam rangka pemenuhan permintaan konsumen. 2. Memberikan informasi kepada pemilik modal dan petani sebagai pertimbangan melakukan usaha alternatif yang kemudian dinilai mampu memperoleh pendapatan dari usahatani lengkeng Diamond River. 3. Memberikan manfaat bagi pembaca, baik sebagai tambahan pengetahuan maupun sebagai informasi untuk melaksanakan studi yang relevan di masa yang akan datang. 4. Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti sendiri untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjalankan kuliah.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian analisis kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River di PT. Mekar Unggul Sari sebagai percontohan untuk dikembangkan di Kabupaten Bogor. Adanya keterbatasan data sehingga belum tentu data-data sama dan tidak 100% benar.
11