1
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Di dalam dunia perekonomian yang terus berubah seiring berjalannya waktu, tidak dapat dipungkiri adanya persaingan bisnis antar perusahaan untuk dapat terus bertahan dalam kondisi perekonomian yang semakin kompetitif. Hal inilah yang menjadi acuan suatu perusahaan untuk terus berusaha melakukan inovasi-inovasi terhadap suatu produk dan jasa yang menjadi pendukung utama keberhasilan perusahaan untuk mampu bersaing. Kondisi perekonomian Indonesia diperkirakan masih dapat dikatakan aman untuk beberapa tahun ke depan. Hal itu karena ditopang oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang didukung sektor konsumsi terutama konsumsi domestik, kebijakan makro ekonomi yang hati-hati, dan cadangan devisa yang kuat. Namun ketiga hal tersebut perlu perhatian penuh dalam hal perencanaan dan kebijakan yang lebih baik lagi dari pemerintah untuk terus dipertahankan, sehingga kesejahteraan masyarakat diharapkan akan semakin baik dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih akan tumbuh baik. Beberapa ekonom memperkirakan ekonomi Indonesia bisa tumbuh antara 6% 6,3%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2011 yang mencapai 6,6% sebagai dampak perlambatan ekonomi global. Namun pertumbuhan ekonomi sebesar ini masih sangat baik diantara negara-negara lain di dunia yang jumlah penduduknya lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia, karena pertumbuhan ekonomi suatu negara didukung oleh jumlah penduduk negara tersebut (Hendri, 2012). Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan dalam bidang perekonomian suatu negara (khususnya dibidang pembiayaan perekonomian). Hal ini, didasarkan atas fungsi utama perbankan yang merupakan lembaga intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus of fund) dengan pihak yang memerlukan dana (lack of fund). Selain itu, bank berperan sebagai agen perubahan (agent of development) yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan kemudahan proses pembayarannya.
2
Dinamika
kompetisi
perbankan
sekarang
ini
semakin
tinggi,
mengakibatkan suatu keuntungan kompetitif (competitive advantage) yang dimiliki oleh suatu bank makin tidak berkelanjutan (sustainable). Dengan demikian, sebuah bank harus melakukan berbagai upaya pembaharuan yang tidak kenal henti untuk dapat menjadi pemain utama pada segmennya. Sehingga, dapat menjadi preferensi utama pelanggan (customer) yang berujung pada kepuasan dan bahkan loyalitas. Seiring dengan berkembangnya suatu bisnis yang membuat persaingan menjadi ketat, banyak perusahaan berlomba-lomba meningkatkan fasilitas, prasarana, dan berbagai manfaat lainnya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Hal tersebut juga terjadi pada industri perbankan, termasuk perbankan syariah. Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum Islam). Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram seperti usaha yang berkaitan dengan produksi makanan atau minuman haram. Hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional. Bank syariah menerapkan sistem bagi hasil baik terhadap simpanan berupa tabungan dan deposito maupun terhadap pemberian pembiayaan investasi dan modal kerja (Saefuddin, 2011). Perekonomian nasional berhadapan dengan krisis keuangan seperti krisis ekonomi tahun 1994 di Meksiko, krisis ekonomi Argentina (1999-2002), krisis ekonomi Amerika Selatan 2002 yang juga berdampak pada ekonomi global. Dalam kondisi seperti ini, maka menjadi kesempatan bagi bank dalam negeri untuk
menunjukkan
kelebihan
masing-masing
terutama
dalam
bidang
kesejahteraan masyarakat. Bank syariah bisa menjadi solusi bagi warga untuk memajukan usaha dalam menyongsong era baru yang sering disebut pasar global. Pasar global akan sangat berpengaruh dengan kondisi perdagangan dalam negeri, sehingga memang dibutuhkan suatu sistem perbankan yang bisa dianut oleh para pengusaha lokal. Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
3
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Oleh karena itu, peran suatu bank sangat dibutuhkan sebagai pemberi modal dan menjamin kelancaran suatu usaha dengan memberi suatu kemudahan dengan sistem bagi hasil, ini merupakan solusi terbaik dan memberi manfaat bagi para pelaku usaha kecil dan menegah yang memang masih sangat minim pengalaman dalam mengolah usaha dan juga modal usaha. Adanya sistem syariah dengan karakteristik beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi. Hal itu dapat mendorong para pelaku usaha untuk lebih giat, bekerja keras, dan tekun berlatih dalam menjalani usaha mereka. Selain itu, bank syariah menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif seperti bagi hasil antara tabungan dengan deposito akan berbeda perbandingan bagi hasilnya dan disesuaikan dengan keuntungan yang diperoleh bank. Perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinikmati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali karena adanya akad (perjanjian) antara dua pihak sebelum melakukan transaksi keuangan. Pengembangan perbankan syariah di Indonesia sebenarnya merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan karena dituangkan dalam UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 dan juga dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (BI) sebagaimana diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004. Sebagai otoritas pengawas bank-bank di Indonesia, Bank Indonesia secara intensif sejak tahun 2002 hingga sekarang terus melakukan regulasi terhadap aktivitas perbankan syariah di Indonesia. Alasan lainnya, Indonesia berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia. Selain itu, memiliki prospek bagi pertumbuhan dan pengembangan perbankan syariah di masa yang akan datang. Apalagi, pengembangan perbankan syariah pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang selama ini tidak terlayani jasa perbankan konvensional karena masalah keyakinan, terutama yang berkaitan dengan sistem bunga. Di samping itu, pengembangan perbankan syariah
4
merupakan refleksi kebutuhan atas sistem perbankan yang dapat memberikan kontribusi stabilitas kepada sistem keuangan nasional (Machmud dan Rukmana, 2010). Sebagai suatu badan usaha perbankan yang menganut sistem bagi hasil, perbankan syariah memiliki banyak keunggulan, sehingga menyebabkan pergerakan perekonomian Indonesia ke arah yang lebih positif ditandai dengan munculnya hal-hal baru dengan sistem syariah. Pada saat krisis moneter pada tahun 1997 di mana sejumlah bank konvensional akhirnya dilikuidasi karena tidak mampu melaksanakan kewajibannya terhadap nasabah sebagai akibat dari kebijakan bunga yang tinggi yang ditetapkan pemerintah selama krisis berlangsung. Dalam kondisi tersebut, bank konvensional dengan sistem bunga mengalami pertumbuhan yang negatif sehingga menyebabkan sekitar 64 bank terlikuiditasi, namun tidak bagi bank syariah. Sebagai perbankan yang tidak menganut sistem bunga menyebabkan bank syariah tidak mengalami pergerakan negatif. Bank syariah tidak memiliki kewajiban untuk membayar bunga simpanan kepada para nasabahnya. Bank syariah hanya membayar bagi hasil kepada nasabahnya sesuai dengan keuntungan yang diperoleh bank dari hasil investasi yang dilakukannya.
Selain itu,
semakin bertambah
jugalah bank-bank
konvensional yang membuka cabang syariah ataupun melakukan konversi total ke sistem syariah. Beberapa tahun belakangan, perbankan syariah menunjukkan tren yang terus meningkat baik dari segi kuantitas dan kualitas, ditandai dengan peningkatan total aset, sebagaimana digambarkan dalam grafik Aset, DPK, PYD Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pada Gambar 1. Dapat dilihat pada grafik, bahwa pertumbuhan bank syariah yang ditandai dengan peningkatan aset, pertumbuhan dana pihak ketiga, dan pembiayaan yang diberikan, menunjukkan peningkatan yang berarti (signifikan) dari bulan-bulan sebelumnya, sepanjang Januari 2011 sampai Desember 2011.
5
Gambar 1. Grafik Aset, DPK, PYD Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam Statistik Perbankan Syariah oleh Bank Indonesia (Pratiwi, 2012). Pertumbuhan perbankan syariah pada tahun 2011 ditandai dengan total aset yang mencapai Rp 135,9 triliun. Angka ini naik Rp 35,64 triliun (35%) dibanding tahun 2010 yang mencapai Rp 100,26 triliun. Angka itu mencerminkan sekitar 4% dari total aset industri perbankan yang secara nasional masih di bawah 5% dibanding seluruh industri perbankan. Pertumbuhan perbankan syariah jika dibandingkan
dengan
bank
konvensional
memang
masih
tergolong
jauh. Walaupun tergolong baru, pertumbuhan perbankan syariah lebih agresif dibandingkan yang konvensional. Bank syariah tumbuh 30% - 36%, sedangkan bank konvensional tumbuh 18%. Hal ini mencerminkan pasar bank syariah masih besar (Arifin, 2012). Dalam upaya mendorong pengembangan perbankan syariah secara nasional, diperlukan usaha untuk memperluas jaringan perbankan syariah pada wilayah-wilayah yang dinilai potensial dan membutuhkan jasa perbankan syariah. Perluasan jaringan perbankan syariah bersifat market driven, yaitu berdasarkan kebutuhan dan kesediaan bank untuk memberikan layanan jasa secara syariah. Oleh karena itu, diperlukan data dan informasi yang lengkap serta akurat untuk memberikan gambaran kebutuhan dan potensi pengembangan bank syariah. Potensi tersebut dapat dipandang dari sumber daya dan aktivitas perekonomian
6
suatu wilayah, serta dari pola sikap dan preferensi pelaku ekonomi terhadap produk dan jasa bank syariah. Penelitian ini berfokus pada BSM KCP Lebak. Alasan pemilihan bank ini karena BSM merupakan salah satu bank yang juga mengeluarkan produk-produk inovatif dengan sistem bagi hasil yang disesuaikan dengan jenis produk yang terdiri dari tiga bagian, yaitu pembiayaan atau penyaluran dana, produk pendanaan atau penghimpunan dana, dan produk jasa. Salah satu produk yang ditawarkan oleh BSM yaitu produk Tabungan BSM yang termasuk produk penghimpunan dana. Tabungan BSM adalah tabungan dalam mata uang rupiah yang penarikan dan penyetorannya dapat dilakukan selama jam buka kas di konter BSM atau melalui ATM. Manfaat dan fasilitas yang ditawarkan tabungan BSM yaitu aman dan terjamin, online diseluruh outlet BSM, bagi hasil yang kompetitif, fasilitas BSM Card yang berfungsi sebagai kartu ATM & debit, fasilitas eBanking, yaitu BSM Mobile Banking & BSM Net Banking, dan kemudahan dalam penyaluran zakat, infaq, dan sedekah. Menurut survei yang dilakukan Majalah Infobank bekerja sama dengan MarkPlus Insight tahun 2011 mengenai loyalitas nasabah bank syariah, BSM tampil menjadi yang terbaik. BSM menyalip Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang pada tahun sebelumnya menduduki posisi puncak. BMI kini berada di posisi runner up. Pada tahun 2011, BSM mampu menjadi yang terbaik dalam beberapa kategori loyalitas nasabah, yakni kategori Customer Transaction Index (CTI), Customer Relationship Index (CRI), dan Customer Satisfaction Index (CSI). Namun, untuk kategori customer partnership index BMI tetap ada di posisi pertama. Bank Syariah Mandiri memilih memberikan kemudahan dan banyak nilai tambah dari produk yang ditawarkannya untuk mempertahankan loyalitas nasabahnya. BSM bekerja sama dengan sejumlah merchant mitra BSM sebagai bentuk pengembangan produk dan pelayanan yang lebih baik. Dalam berinovasi produk, BSM senantiasa konsisten melakukan pengembangan produk dan memberikan berbagai gimmick marketing pada sejumlah produk. Tujuannya tentu untuk meningkatkan loyalitas nasabah.
7
Berdasarkan data Biro Riset Infobank, Bank Syariah Mandiri tetap menjadi penguasa pangsa dalam hal aset dan DPK (Dana Pihak Ketiga). Pangsa aset BSM sekitar 34% terhadap total aset bank syariah sebesar Rp 83,45 triliun. Pangsa tabungannya sekitar 38% dari total DPK bank syariah yang mencapai Rp 63,91 triliun. Hingga September 2010, asetnya sudah mencapai Rp 28,05 triliun atau tumbuh kira-kira 45% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 19,39 triliun. DPK-nya meningkat sekitar 46% dari Rp 16,86 triliun pada September 2009 menjadi Rp 24,56 triliun. Penguasa pangsa terbesar kedua, baik dari sisi aset maupun DPK, adalah Bank Muamalat Indonesia. Aset BMI per September 2010 mencapai Rp 17,73 triliun. Artinya, pangsa asetnya mencapai 21% terhadap total aset perbankan syariah. Dari sisi DPK, pangsanya mencapai 22% dengan DPK sebesar Rp 13,86 triliun (Kurniasih, 2011). Cemerlangnya kinerja BSM menjadi barometer perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia. Sebagai bukti, hingga November 2011, aset BSM mencapai Rp 45,17 triliun, atau naik 54% dibandingkan posisi aset pada November 2010 sebesar Rp 29,37 triliun. Selain itu, jumlah bank syariah terus bertambah. Di tengah kondisi tersebut, BSM mampu meningkatkan pangsa pasarnya. Pangsa pasar aset BSM per September 2011 terhadap industri perbankan syariah mencapai 35%, naik dibandingkan posisi pada September 2010 sebesar 33% (Fauzi, 2012). Untuk mengimbangi aktivitas masyarakat yang semakin padat, BSM terus mengembangkan produk tabungan BSM. Strategi ini dilakukan agar Tabungan BSM diharapkan mampu memberikan solusi dalam meringankan aktivitas nasabahnya dengan memberikan fasilitas dan manfaat untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabahnya, serta dapat bersaing dengan kompetitor yang mengeluarkan produk sejenis. Penelitian ini mengindikasikan faktor eksternal dan internal serta menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman sehingga diperoleh strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh BSM Kantor Cabang Pembantu (KCP) Lebak. 1.2. Perumusan Masalah BSM KCP Lebak merupakan kantor cabang pembantu dari BSM Cabang Cilegon dan merupakan kantor cabang pembantu yang ke-259. Kantor ini masih
8
baru karena mulai beroperasi pada tahun 2008 dan satu-satunya bank syariah yang ada di Kabupaten Lebak. Hal ini menunjukkan bahwa BSM KCP Lebak mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang. Namun, karena perusahaan masih merupakan KCP dan masih baru maka perusahaan harus mempunyai strategi untuk bisa bersaing dengan bank-bank konvensional yang sudah lama berdiri dan kedudukannya sebagai kantor cabang yang ada di Kabupaten Lebak. Secara garis besar, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan yang diteliti, yaitu: 1. Faktor-faktor
lingkungan
internal
dan
eksternal
apakah
yang
mempengaruhi BSM KCP Lebak terhadap pemasaran produk Tabungan BSM? 2. Apakah yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi pemasaran produk Tabungan BSM yang dilaksanakan oleh BSM KCP Lebak? 3. Strategi pemasaran apakah yang paling efektif untuk produk Tabungan BSM bagi BSM KCP Lebak? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan, maka dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal produk Tabungan BSM pada BSM KCP Lebak. 2. Menganalisis
kekuatan,
kelemahan, peluang,
dan ancaman pada
pemasaran produk Tabungan BSM KCP Lebak. 3. Memberikan alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk produk Tabungan BSM bagi BSM KCP Lebak. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai: 1. Bahan pertimbangan dalam hal pengambilan keputusan mengenai strategi pemasaran bagi PT BSM. 2. Bahan informasi dan acuan bagi para peneliti maupun pihak-pihak yang berkepentingan. 3. Referensi dan pengetahuan untuk penelitian selanjutnya.
9
4. Masukan berupa alternatif strategi pemasaran yang tepat bagi BSM KCP Lebak. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal serta menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada BSM KCP Lebak terhadap produk Tabungan BSM. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan alternatif strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan agar dapat bertahan dan terus berkembang dalam menghadapi persaingan ekonomi yang semakin sempit. Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup manajemen pemasaran mengenai strategi pemasaran produk.