2
Selanjutnya diamati dengan mikroskop untuk diidentifikasi. Serangga dan moluska yang telah diawetkan diamati dengan mikroskop stereo untuk keperluan identifikasi, kemudian difoto menggunakan foto mikroskop. Pada pengamatan langsung di lapangan digunakan kamera digital Canon Power Shot A430. Hama diidentifikasi hingga tingkat spesies. Identifikasi tungau menggunakan pustaka Kalshoven (1981), Krantz (1978), Helle & Sabelis (1985), dan Tjoa (1964). Identifikasi serangga menggunakan pustaka Borror et al. (1996), Tjoa (1964), Kalshoven (1981), William dan Watson (1988). Moluska diidentifikasi menggunakan pustaka Tjoa (1964), Kalshoven (1981) dan Dharma (1988). Analisis data. Intensitas serangan hama dihitung menggunakan rumus Townsend dan Heuberger (diacu dalam Untherstenhofer 1963):
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Identifikasi hama. Dari pengamatan di lapangan dan identifikasi di laboratorium, didapatkan 7 jenis hama yang menyerang tanaman anggrek di Taman Anggrek Indonesia Permai. Hama yang ditemukan ialah: dua jenis tungau yaitu Tenuipalpus orchidarum dan Dolichotetranychus vandergooti; tiga jenis serangga yaitu Orchidophilus aterrimus, Dichromothrips simithi, dan Ferrisia virgata, dan dua jenis moluska yaitu Parmarion pupillaris, dan Lamellaxis gracilis.
Gnathosoma
I = ∑ niYi x 100% 9N
Podosoma
I = Intensitas serangan, ni = jumlah pohon yang diserang, Yi = nilai kriteria untuk klasifikasi tertentu (Tabel 1), N = jumlah pohon yang diamati, 9 = nilai tertinggi dalam klasifikasi. Tabel 1 Nilai kriteria kerusakan ditentukan berdasarkan proporsi bagian tanaman yang rusak (Yi). Tingkat serangan (%) Yi ≤ 10 10 < Yi ≤ 20 20 < Yi ≤ 30 30 < Yi ≤ 40 40 < Yi ≤ 50 50 < Yi ≤ 60 60 < Yi ≤ 70 70 < Yi ≤ 80 80 < Yi ≤ 90 Yi > 90
Opisthosoma Garis yang membagi tubuh
(a) palpus celicera
Nilai numerik 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Luas serangan untuk semua hama dihitung dengan rumus Tarr (1972): L = n x 100% N L = luas serangan (%), n = jumlah tanaman yang diserang, dan N= jumlah tanaman yang diamati.
(b)
(c)
Gambar 1 Tungau T. orchidarum (a) Bagian-bagian tubuh (tampak dorsal) perbesaran 10x10, (b) seta pada bagian posterior, (c) Bagian anterior. Perbesaran 10x40 (b, c). Tungau T. orchidarum dewasa memiliki 4 pasang tungkai dengan panjang tubuh 0.2 mm, terdapat garis yang membagi tubuh di bagian abdomen. Tubuh tungau berwarna merah dan secara umum terbagi menjadi 3 bagian: gnathosoma, podosoma, dan opisthosoma yang terlihat jelas (Gambar 1a).
3
bagian posterior (Gambar 2a,b). Panjang tubuh 0.33 mm. Tungau D. vandergooti tidak memiliki garis yang membagi tubuh di bagian abdomen. Sayap
Tungkai
palpus (b)
(a)
Gambar 2
tungkai
Tungau D. vandergooti (a) tungau dewasa, perbesaran 10x10, (b) bagian anterior, perbesaran 10x40.
Gambar 4
Serangga D. simithi: tungkai, sayap.
(a) tungkai
kuku tungkai
(a)
(b)
(b) Probosis
funikulus Gambar 5 (c)
(d)
Gambar 3 Kumbang O. aterrimus: (a) kumbang dewasa, (b) tungkai, (c) probosis, (d) funikulus. Perbesaran 10x40 (b, c, d). Bagian anterior disebut gnathosoma, terdiri dari palpus dan celicera (Gambar 1c). Podosoma ialah bagian tubuh yang terdiri dari tungkai dan opisthosoma ialah bagian tubuh dibelakang tungkai. Memiliki seta pada bagian posterior dan tungkai (Gambar 1b). Tungau D. vandergooti berbentuk lonjong, berwarna jingga. Tungau dewasa memiliki empat pasang tungkai, dua pasang di bagian anterior dan dua pasang lagi di
Kutu F. virgata dewasa (a) Bagian dorsal, (b) Bagian ventral. Perbesaran 10x10 (a & b).
Kumbang O. aterrimus tubuh berwarna hitam dengan panjang tubuh 5 mm (Gambar 3a). Memiliki probosis yang panjang (Gambar 3c) dan sepasang funikulus yang membengkok, masing-masing memiliki tujuh ruas (Gambar 3d). Terdapat tiga pasang tungkai yang dilengkapi dengan kuku-kuku tarsus sederhana dengan sebuah kuku tunggal (Gambar 3b). Serangga D. simithi berbentuk panjang, ramping, dan berwarna hitam. Memiliki tiga pasang tungkai, dan panjang tubuh 1.2 mm (Gambar 4). Terdapat rambut-rambut halus pada bagian tepi sayap, tungkai, abdomen, dan
4
toraks yang tersusun tidak teratur. Terdapat dua pasang sayap yang melekat pada bagian toraks. Kutu F. virgata mensekresikan malam yang menutupi tubuhnya (Gambar 5a). Terdapat cairan tubuh yang berwarna kemerahan. Tubuh bulat telur memanjang dan beruas dengan 3 pasang tungkai, dan sepasang antena dengan delapan ruas (Gambar 5b). Tubuh tertutup sekresi tipis berwarna putih, sehingga segmen tubuh masih jelas terlihat. Terdapat duri-duri diseluruh tepi tubuh. Duri tegang dan mudah patah. Apikal seta pada bagian posterior panjang. Panjang tubuh 5 mm.
tua disebabkan karena pada daun tua lebih terlindungi dari hujan dibandingkan pada bagian pucuk daun. Luka akibat tusukan tungau ini ditandai dari perubahan warna daun. Daun yang terserang berubah warna seperti perunggu kemudian menghitam. Tungau D. vandergooti menyerang bagian helai daun hingga ke pelepah daun (Gambar 8b). Kumbang O. aterrimus banyak menyerang daun muda dan pseudobulb. Kerusakan pada daun menyebabkan daun berlubang (Gambar 8a), serangan tertinggi pada jenis Dendrobium sp.. Pada daun dan bunga yang terserang serangga D. simithi (Thrips) terdapat bintik-bintik hitam dan feses thrips yang telah mengering. Thrips tidak mampu terbang jauh karena tubuhnya yang kecil. Mudah terbawa angin dan berpindah ke tanaman lain, sehingga dapat menjadi vektor penyebar virus. Bunga dan daun juga dapat terserang kutu F. virgata. Serangan kutu ini mudah dikenali karena kutu hidup dalam koloni dan mudah terlihat dengan jelas. Koloni berwarna putih.
Gambar 6 Siput P. pupillaris.
Gambar 7 Keong L. gracilis. Siput P. pupillaris mempunyai tonjolan yang ditutupi cangkang pipih rudimenter di bagian punggung (Gambar 6). Tubuh berwarna coklat keabu-abuan dengan panjang tubuh 4 cm. Keong L. gracilis berukuran kecil dengan cangkang yang berbentuk silindris, panjang tubuh 11 mm (Gambar 7). Cangkang berwarna coklat keabu-abuan dan tubuh bagian dalam berwarna kuning pucat. Gejala serangan hama. Berdasarkan hasil pengamatan pada bagian yang terserang hama, didapatkan tungau T. orchidarum dan D. vandergooti menyerang bagian daun, terutama pada daun tua. Serangan tungau banyak tejadi pada daun
(a)
(b)
Gambar 8 Gejala serangan hama pada Dendrobium sp. (a) serangan O. aterrimus, (b) serangan D. vandergooti.
Siput P. pupillaris dan keong L. gracilis menyerang anggrek yang tumbuh pada media yang lembab. Tanda serangannya dapat mudah dikenali dari lendir dan feses yang mengering. Hama ini menyerang daun, bunga, dan akar anggrek (Tabel 2).
5
Tabel 2 Hama tanaman anggrek dan bagian tanaman yang diserang, di Taman Anggrek Indonesia Permai.
No 1 2
Hama
Bunga
Tenuipalpus orchidarum Dolichotetranychus vandergooti Orchidophilus aterrimus Dichromothrips simithi Ferrisia virgata Parmarion pupillaris Lamellaxis gracilis
3 4 5 6 7
-
Bagian tanaman yang terserang hama Pseudobulb Helai Pelepah daun daun + + +
+ + + +
+ -
+ + + + +
+ + + +
80 luasserangan
70 60 50 40 30 20 10 20
16 17 16
18 19
14 15 14
12 13
9 10 11
7
8
5
6
3
4
1
2
K av lin g
0
Gambar 9 Luas Serangan Hama 50 intensitasserangan
45 40 35 30 25 20 15 10 5 20
19
18
17
15
13
11
12
9
10
8
7
5
6
3
4
1
2
0 K av lin g
+ +
Thrips hanya ditemukan pada kavling 1 dengan intensitas serangan yang sangat rendah. Kutu F. virgata berkembang biak pada musim hujan sehingga intensitas serangan sangat meningkat pada musim hujan. Penyebaran kutu ini terutama oleh angin dan hujan. Hama ini hanya ditemukan pada kavling 1 dengan intensitas serangan yang sangat rendah. Siput P. pupillaris dan keong L. gracilis banyak menyerang tanaman anggrek pada malam hari, karena jenis hama ini menyukai kelembapan yang tinggi untuk mengurangi dehidrasi. Pada musim hujan hama ini juga banyak ditemukan pada siang hari, karena memiliki kelembapan tinggi. Serangan tertinggi terjadi pada musim hujan. Jenis hama ini ditemukan di semua kavling dengan intensitas serangan yang merata.
Intensitas serangan hama. Intensitas serangan hama berbeda-beda, tergantung musim dan jenis hama yang menyerang. Beberapa jenis hama yang banyak menyerang tanaman anggrek pada musim kemarau, musim hujan, bahkan ada beberapa jenis yang dapat menyerang sepanjang tahun. Luas serangan hama pada tiap kavling sangat berbeda (Gambar 9). Tungau T. orchidarum dan D. vandergooti menyerang seluruh kavling, namun dengan intensitas serangan yang berbeda-beda (Gambar 10). Tungau banyak menyerang Dendrobium sp.. Kumbang O. aterrimus dapat menyerang sepanjang tahun. Serangan O. aterrimus meningkat pada awal musim hujan. Serangga thrips banyak menyerang anggrek pada musim kemarau.
Gambar 10 Intensitas Serangan Tungau
Akar
6
Pembahasan Taksonomi Hama. Tungau T. orchidarum dan D. vandergooti di temukan pada bagian daun anggrek. Tungau D. Vandergooti di temukan pada bagian pelepah dan pangkal daun. Tungau T. orchidarum dan D. vandergooti termasuk anggota: Filum Arthropoda, Subfilum Chelicerata, Kelas Arachnida, Subkelas Acari, Ordo Acariformes, Subordo Actinedida, Supercohort Promatides, Cohort Eleutherengonina, Subcohort Raphignathae, Superfamili Tetranychoidea, Famili Tenuipalpidae (Krantz 1978). Pada Famili Tenuipalpus bagian gnathosoma memiliki cheliceral berbentuk stilet, palpus dengan lima segmen, tibia pendek, stigmata dan peritremes. Cheliceral dan palpus berfungsi sebagai alat mulut, cheliceral digunakan untuk menusuk dan menghisap cairan tanaman. Stigmata dan peritremes berfungsi sebagai alat pernapasan. Pada bagian podosoma, tungkai dilengkapi kuku dan empodial dengan tenent hair (rambut yang berfungsi sebagai alat pelekat pada inang). Phytophagous (pemakan jaringan tumbuhan) spesies (Krantz 1978). Kumbang O. aterrimus di temukan pada bagian daun muda dan di dalam pseudobulb. Taksonomi O. Aterrimus ialah: Filum Arthropoda, Subfilum Atelocerata, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Superfamili Curculionoidea, Famili Curculionidae, Subfilum Barinae, (Borror et al 1996, Kalshoven 1981). Bagian mulut anggota Famili Curculionidae mengalami modifikasi menjadi probosis, dan memiliki funikulus yang membengkok seperti siku (Borror et al 1996). Serangga D. simithi di temukan pada bagian bunga. Taksonomi dari D. Simithi ialah: Filum Arthropoda, Subfilum Atelocerata, Kelas Insekta, Ordo Thysanoptera, Subordo Terebrantia, Famili Thripidae (Borror et al 1996, Kalshoven 1981). F. virgata merupakan anggota: Filum Arthropoda, Subfilum Atelocerata, Kelas Insecta, Ordo Homoptera, Sobordo Stenorrhyncha, Superfamili Coccoidae, Famili Pseudococcidae (Borror et al 1996, Williams & Watson 1988). Siput P. Pupillaris adalah anggota: Filum Mollusca, Kelas Gastropoda, Ordo Stylommathophora, Famili Ariophantidae, (Dharma 1988). Keong L. gracilis di temuakan pada bagian daun dan akar
tanaman. Keong ini termasuk anggota: Filum Mollusca, Kelas Gastropoda, Subkelas Pulmonata, Ordo Mesurethra, Superfamili Achatinacea, Famili Subulidae (Dharma 1998). Gejala dan Intensitas Serangan Hama. Tungau T. orchidarum dan D. vandergooti banyak menyerang Dendrobium sp., disebabkan karena Dendrobium sp. tidak terlindung oleh naungan. Ini sesuai dengan Tjoa (1964) yang menyatakan bahwa tungau mudah berkembang biak pada keadaan kering dan panas serta pada tanaman yang tidak terlindung dari sinar matahari. Tungau menyerang tanaman dengan cara menusuk dinding sel dan menghisap cairan tanaman, tusukan tungau juga dapat menjadi vektor penularan virus antar tanaman (Jhonson 2006). Serangan tungau merata disemua kavling. Penularan tungau disebabkan karena ukuran tungau yang kecil sehingga mudah terbawa air pada saat penyiraman (Tjoa 1964). Serangan larva dan kumbang O. aterrimus dewasa menyebabkan kerusakan pada daun dan pseudobulb. Kerusakan yang terjadi mengakibatkan terhambatnya aliran air dan hara dari akar terputus sehingga tanaman menjadi layu. Anonim (2001) menyatakan bahwa perkembangan larva terjadi di dalam pseudobulb. Serangga dewasa memasukkan telurnya. Larva yang berada di dalam lubang berkembang menjadi pupa lalu menjadi serangga dewasa, yang kemudian muncul ke permukaan tanaman untuk menyerang daun muda Serangan serangga D. simithi pada bunga, banyak terjadi musim kemarau. Hal ini sesuai dengan penelitian Hollingsworth et al. (2001) dimana serangan thrips tinggi karena produksi bunga anggrek, meningkat pada musim kemarau. Serangan thrips dapat mengakibatkan penurunan produksi bunga. Kutu F. virgata menyerang tanaman dengan cara menusukkan stilet pada jaringan tanaman dan menghisap cairan. William dan Watson (1988) menyatakan bahwa kutu F. virgata menusuk jaringan tanaman, sehingga menyebabkan klorosis dan gugur daun. Jika seluruh cairan tanaman dihisap, maka dapat menyebabkan kerusakan yang berat pada tanaman. Siput P. pupillaris dan keong L. gracilis banyak ditemukan pada berbagai usia pertumbuhan anggrek, namun keong P. pupillaris lebih banyak ditemukan pada anggrek dewasa. Ini sesuai dengan pendapat Apriyanto (2003) yang menyatakan P.
7
pupillaris cendrung lebih banyak ditemukan pada tanaman tua dibandingkan pada tanaman muda. Populasi P. pupillaris meningkat mengikuti umur tanaman. `
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hama yang ditemukan pada lokasi pengamatan ialah T. orchidarum (Acari: Tetranychidae), D. vandergooti (Acari: Tetranychidae), O. aterrimus (Coleoptera: Curculionidae), D. simithi (Thysanoptera: Thripidae), F. virgata (Homoptera: Pseudococcidae), P. pupillaris (Stylommathophora: Ariophantidae), L. gracilis (Mesurethra: Subulidae). Intensitas serangan hama tertinggi ialah T. orchidarum. Serangan terendah ialah D. simithi. Serangan T. orchidarum, D. vandergooti dan D. simithi meningkat pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan tanaman anggrek banyak diserang oleh F. virgata, P. pupillaris, L. gracilis, dan O. aterrimus. Perbedaan musim pada pola serangan hama disebabkan karena perbedaan siklus hidup dan kebutuhan makan pada setiap jenis hama. Saran Penelitian lebih lanjut diperlukan adanya informasi mengenai macam-macam pestisida, agar diketahui efektivitasnya dalam pengendalian hama. Selain itu diperlukan juga pengetahuan mengenai siklus hidup hama untuk mengetahui pola serangannya.
DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. 2001. Orchid Weevil Orchidophilus aterrimus Outbreak Reported. Plant Protection Service Secretariat of the Pacific Community 20 Apriyanto D. 2003. Koisidensi Dua Spesies Respo di Sentra Produksi Sayur Rejang Lebong, Bengkulu. Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia 5: 7-11. Borror DJ, Triplehorn CA, Jhonson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Ed. Ke-6. Yogyakarta: Gadjah Mada Univ Pr. Terjemahan dari: An Introduction to the Study of Insects. Childers CC, Rodrigues JCV. 2005. Potential Pest Mite Species Collected on Ornamental Plants From Central America at Port of Entry to the United
State. J Florida Entomol 88(4): 408414. Dharma B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia (Indonesian Shell). Jakarta: PT Sarana Graha. Gutierrez J, Schicha E. 1982. Two New Species of Tenuipalpus Donnadieu from New South Wales (Acari: Tenuipalpidae). J. Aust. Ent. Soc 21: 137-141. Helle W, Sabelis MW. 1985. Spider Mites their Biologi Natural Enemis & Control. Amsterdam: Elsevier. Hollingsworth RG, Hara AH, Sewake KT. 2001. Scouting for Thrips in Orchids Flowers. J Insect Pest 8:1-4 Jhonson PJ. 2006. Mites on Cultivated Orchids. Insect Research Collection, South Dakota State University, Brookings, SD 57007 Kalshoven LGE. 1981. Pest of Crop in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru- Van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen ini Indonesie. Kondo H, Maeda T, Tamada T. 2003. Orchid Fleck Virus: Brevipalpus californicus Mite Transmisson, Biologi Properties and Genome Structure. Exp. Appl. Acarol 30: 215-223. Krantz GW. 1978. A Manual of Acarology. Second Edition. Corvallis: Oregon Univ Book Store. [Litbang Deptan] Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian. 2006. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek. 0104. Nurhayati A. 1990. Pengamatan Hama-hama Tanaman Anggrek di Desa Bojongsari Baru, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pracaya. 1992. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya. Tarr SAJ. 1972. The Principles of Plant Pathology. The Macmillan Press. London Bastoke, New York. 632p Tjoa Tjien Mo. 1964. Memberantas Hamahama dan Penjakit-penjakit Anggerik. Jakarta: PT Kinta. Untherstenhofer G. 1963. The Basic Principles of Crops Protection Field Trials. Bayer Pflanzenschutz- LeVerkusen. 83 p. Williams DJ, Watson GW. 1988. The Scale Insects of the Tropical South Pacific Region. Part 2. The Mealybugs