BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Makanan Jajanan Kaki Lima Makanan jajanan kaki lima merupakan makanan yang tersedia hampir diseluruh kota, dengan menu yang ditawarkan sangat bervariasi mulai dari yang dikategorikan jenis makanan berat seperti nasi goreng, mie goreng, bakso, mie ayam, bubur ayam, nasi pecel lele atau ayam, jenis soto-sotoan, makanan sedang seperti batagor, siomay, hingga makanan camilan seperti kue cubit, gorengan, surabi, rujak, kue pancong, bandros. 1. Karakteristik Profil Responden Dari hasil kuesioner yang telah disebar dan masing-masing responden telah memberikan tanggapan maka dapat diketahui karakteristik masing-masing responden tersebut. Adapun karakteristik responden yang dapat dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendapatan perbulan, lokasi kerja untuk mengetahui pengaruh warna, desain, dan ukuran kemasan makanan jajanan kaki lima terhadap perilaku membeli.
43
44
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin TABEL 4.1 KARAKTERISTIK JENIS KELAMIN RESPONDEN JENIS KELAMIN
FREKUENSI
PERSENTASI
a. Laki-Laki
79
43,9%
b. Perempuan
101
56,1%
180
100%
Jumlah Sumber : Hasil kuisoner, 2015
Berdasarkan hasil data terhadap 180 responden pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah perempuan yaitu 101 responden (56,1%) dan sisanya berjenis kelamin laki-laki hanya 79 responden (43,9%) b. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia TABEL 4.2 KARAKTERISTIK USIA RESPONDEN USIA
FREKUENSI
PERSENTASI
15-22 tahun
12
6,7%
23-30 tahun
73
40,6%
31-37 tahun
57
31,7%
38-45 tahun
27
15%
46-53 tahun
9
5%
54 tahun
2
1,1%
180
100%
Jumlah Sumber : Hasil kuisoner, 2015
45
Berdasarkan hasil data pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa umur responden yang terbanyak adalah dari umur 23-30 tahun sebanyak 73 responden (40,6%), lebih sering melakukan pembelian makanan jajanan kaki lima, karena termasuk dalam kategori usia produktif dan berpenghasilan. c. Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan TABEL 4.3 KARAKTERISTIK PEKERJAAN RESPONDEN PEKERJAAN
FREKUENSI
PERSENTASI
126
70%
6
3,3%
PNS (Dinas, Kementrian, BUMN)
25
13,9%
Lainnya
23
12,8%
180
100%
Karyawan Swasta Pendidik (guru, dosen, atau sejenisnya)
Jumlah Sumber : Hasil kuisoner, 2015
Berdasarkan hasil data pada Tabel 4.3 bahwa responden yang terbanyak adalah pekerjaan karyawan swasta sebanyak 126 responden (70%), dan diikuti oleh responden pekerjaan PNS (dinas, kementrian, BUMN) sebanyak 25 responden (13,9%), kemudian pekerjaan dalam jenis kategori lainnya (yang tidak termasuk tiga kategori yang ada pertanyaan kuisoner) sebanyak 23 responden (12,8%), sisanya pekerjaan pendidik (guru, dosen, atau sejenisnya) terdapat 6
46
responden (3,3%). d. Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan TABEL 4.4 KARAKTERISTIK PENDAPATAN RESPONDEN PENDAPATAN
FREKUENSI
PERSENTASI
< Rp.1.000.000
3
1,7%
Rp.1.000.000-3.000.000
17
9,4%
Rp3.000.000-5.000.000
46
25,6%
Rp.5.000.000-7.000.000
45
25,0%
Rp.7.000.000-9.000.000
19
10,6%
> Rp.9.000.000
50
27,8%
180
100%
Jumlah Sumber : Hasil kuisoner, 2015
Dari Tabel 4.4 diketahui responden dengan pendapatan >Rp.9.000.000 memiliki jumlah yang sama sebanyak 50 responden (27,8%), selanjutnya diikuti oleh responden dengan pendapatan Rp.3.000.000-5.000.000 sebanyak 46 responden (25,6%).
47
e. Deskripsi Responden Berdasarkan Lokasi Kerja TABEL 4.5 KARAKTERISTIK LOKASI KERJA RESPONDEN LOKASI KERJA
FREKUENSI
PERSENTASI
Jakarta Barat
11
6,1%
Jakarta Pusat
42
23,3%
Jakarta Selatan
91
50,6%
Jakarta Utara
26
14,4%
Jakarta Timur
10
5,6%
180
100%
Jumlah
Berdasarkan hasil data pada Tabel 4.5 bahwa lokasi kerja responden yang terbanyak adalah yang berlokasi kerja di Jakarta Selatan sebanyak 91 responden (50,6%), dan diikuti selanjutnya oleh responden yang berlokasi kerja di Jakarta Pusat 42 responden (42%). B. Hasil Uji Statistik Deskriptif 1. Analisis Jawaban Responden mengenai warna kemasan makanan jajanan kaki lima. Dari hasil analisis kuesioner kepada responden berdasarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk tabel mengenai warna kemasan makanan jajanan kaki lima maka dapat diketahui tanggapan responden. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :
48
TABEL 4.6 ANALISIS JAWABAN RESPONDEN MENGENAI WARNA KEMASAN MAKANAN JAJANAN KAKI LIMA. Tanggapan Responden No. Pertanyaan 1.
Total STS
TS
N
S
SS
Warna kemasan
2
22
64
70
22
180
makanan (produk)
1,1%
12,2%
35,6%
38,9%
12,2%
100%
Warna yang cerah
0
12
35
104
29
180
kemasan makanan
0%
6,7%
19,4%
57,8%
16,1%
100%
Warna yang gelap
7
93
62
15
3
180
kemasan makanan
3,9%
51,7%
34,4%
8,3%
1,7%
100%
kaki lima menjadi daya tarik tersendiri 2.
(produk) kaki lima menjadi daya tarik tersendiri 3.
(produk) kaki lima Sumber : Hasil Kuesioner, 2015
Dari tabel diatas diketahui bahwa responden yang memilih sangat tidak setuju atas indikator warna yang cerah kemasan makanan (produk) kaki lima menjadi daya tarik tersendiri adalah 0%, sedangkan responden sebanyak 38,9% memilih setuju atas indikator warna kemasan makanan kaki lima menjadi daya
49
tarik tersendiri, responden sebanyak 57,8% setuju pada indikator warna yang cerah kemasan makanan kaki lima menjadi daya tarik tersendiri, responden sebanyak 51,7% memilih tidak setuju terhadap indikator warna yang gelap kemasan makanan kaki lima menjadi daya tarik tersendiri. 2. Analisis Jawaban Responden mengenai desain kemasan makanan jajanan kaki lima. Dari hasil analisis kuesioner kepada responden berdasarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk tabel mengenai desain kemasan makanan jajanan kaki lima maka dapat diketahui tanggapan responden. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel berikut ini : TABEL 4.7 ANALISIS JAWABAN RESPONDEN MENGENAI DESAIN KEMASAN MAKANAN JAJANAN KAKI LIMA. Tanggapan Responden No. Pertanyaan 1.
Adanya gambar
Total STS
TS
N
S
SS
1
17
35
99
28
180
pada kemasan makan (produk)
0,6% 9,4%
19,4% 55,0% 15,6% 100%
1
29
kaki lima menjadi daya tarik tersendiri 2.
Adanya tanda
13
108
29
180
50
merk dan logo
0,6% 7,2%
16,1% 60%
16,1% 100%
Adanya tanda
1
19
86
mutu dan
0,6% 5%
10,6% 36,1% 47,8% 100%
Jenis bahan
3
61
kemasan makanan
1,7% 4,4%
33,9% 53,3% 6,7%
100%
Bentuk kemasan
3
49
180
makanan (produk)
1,7% 7,2%
produsen pada kemasan makanan (produk) kaki lima menjadi daya tarik tersendiri 3.
9
65
180
kehalalan pada kemasan makanan (produk) kaki lima 4.
8
96
12
180
(produk) kaki lima cukup menarik atau unik 5.
kaki lima cukup menarik minat konsumen. Sumber : Hasil Kuesioner, 2015
13
96
19
27,2% 53,3% 10,6% 100%
51
Dari tabel diatas diketahui bahwa hanya sebanyak 0,6% responden memilih sangat tidak setuju atas indikator adanya gambar pada kemasan makan kaki lima menjadi daya tarik tersendiri, responden sebanyak 60,0% memilih setuju atas indikator adanya tanda merk dan logo produsen pada kemasan makanan kaki lima menjadi daya tarik tersendiri, responden sebanyak 47,8% memilih sangat setuju terhadap indikator adanya tanda mutu dan kehalalan pada kemasan makanan kaki lima, sebanyak 33,9% memilih netral pada indikator jenis bahan kemasan makanan kaki lima cukup menarik atau unik, dan sebanyak 53,3 setuju terhadap bentuk kemasan makanan kaki lima cukup menarik minat konsumen. 3. Analisis Jawaban Responden mengenai ukuran kemasan makanan jajanan kaki lima. Dari hasil analisis kuesioner kepada responden berdasarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk tabel mengenai ukuran kemasan makanan jajanan kaki lima maka dapat diketahui tanggapan responden. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :
52
TABEL 4.8 ANALISIS JAWABAN RESPONDEN MENGENAI UKURAN KEMASAN MAKANAN JAJANAN KAKI LIMA. Tanggapan Responden No. Pertanyaan 1.
Total STS
TS
N
S
SS
Keamanan
2
9
25
106
38
kemasan makan
1,1% 5%
180
13,9% 58,9% 21,1% 100%
(produk) kaki lima seperti tidak mudah sobek cukup bagus 2.
Keawetan kemasan 3 makanan (produk)
18
46
97
16
180
1,7% 10%
25,6% 53,9% 8,9%
100%
Mutu bahan
4
44
180
kemasan makanan
2,2% 8,3%
24,4% 49,4% 15,6% 100%
2
39
kaki lima cukup baik 3.
15
89
28
(produk) kaki lima sangat baik 4.
Ukuran kemasan
18
99
22
180
53
makanan (produk)
1,1% 10%
21,7% 55%
12,2% 100%
Kemasan makanan
1
13
125
38
(produk) kaki lima
0,6% 1,7%
7,2%
69,4% 21,1% 100%
Kemasan makanan
3
31
98
(produk) kaki lima
1,7% 10,6% 17,2% 54,4% 16,1% 100%
kaki lima menjadi pertimbangan dalam membeli 5.
3
180
mudah dibawa atau dipegang. 6.
19
29
180
mudah dibuka atau ditutup kembali. Sumber : Hasil Kuesioner, 2015
Dari tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 1,1 % memilih sangat tidak setuju atas indikator keamanan kemasan makan (produk) kaki lima seperti tidak mudah sobek cukup bagus, responden sebanyak 10% memilih tidak setuju atas indikator keawetan kemasan makanan (produk) kaki lima cukup baik, responden sebanyak 24,4% memilih netral terhadap mutu bahan kemasan makanan (produk) kaki lima sangat baik, sebanyak 55% memilih setuju untuk indikator ukuran kemasan makanan (produk) kaki lima pertimbangan dalam membeli, sebanyak 0,6 % memilih sangat tidak setuju pada kemasan makanan (produk) kaki lima mudah dibawa atau dipegang, dan sebanyak 54,4% setuju terhadap kemasan
54
makanan (produk) kaki lima mudah dibuka atau ditutup kembali. 4. Analisis Jawaban Responden mengenai keputusan pembelian makanan jajanan kaki lima. Dari hasil analisis kuesioner kepada responden berdasarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk tabel mengenai keputusan pembelian kemasan makanan jajanan kaki lima maka dapat diketahui tanggapan responden. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel berikut ini TABEL 4.9 ANALISIS JAWABAN RESPONDEN MENGENAI KEPUTUSAN PEMBELIAN MAKANAN JAJANAN KAKI LIMA. Tanggapan Responden No. Pertanyaan 1.
Total STS
TS
N
S
SS
Pertimbangan harga
0
2
20
101
57
sangat
0%
1,1% 11,1% 56,1% 31,7% 100%
Mempertimbangkan
0
0
3
81
96
rasa dalam
0%
0%
1,7%
45%
53,3% 100%
Mempertimbangkan
0
4
15
99
62
tempat penjualan
0%
2,2% 8,3%
55%
34,4% 100%
180
mempengaruhi dalam pembelian 2.
180
pembelian 3.
dalam pembelian
180
55
4.
Mempertimbangkan
2
15
57
90
bentuk kemasan
1,1% 8,3% 31,7% 50%
16
180
8,9%
100%
dalam pembelian Sumber : Hasil Kuesioner, 2015
Dari tabel diatas diketahui bahwa responden sebanyak 0% memilih sangat tidak setuju terhadap tiga indikator, responden sebanyak 0% memilih tidak setuju atas indikator mempertimbangkan rasa dalam pembelian, responden sebanyak 8,3% memilih netral pada indikator mempertimbangkan tempat penjualan dalam pembelian, responden sebanyak 50% memilih setuju mempertimbangkan bentuk kemasan dalam pembelian dan sebanyak 34,4% sangat setuju memilih indikator mempertimbangkan tempat penjualan dalam pembelian. C. Hasil Uji Kualitas Instrument Penelitian dan Uji Asumsi 1. Uji Kualitas Intrument Penelitian Dalam melakukan uji kualitas instrumen, peneliti menggunakan bantuan software IBM SPSS Statistics versi 22. Uji kualitas instrument ini meliputi uji validitas data dan uji reliabilitas data. a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menguji sejauh mana ketepatan alat pengukur
dapat
mengungkapkan
konsep
gejala/kejadian
yang
diukur.
Sebagaimana telah dijelaskan peneliti dalam bab III, pengujian validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total (anti image
56
correlation). Jika korelasi tiap faktor tersebut bersifat positif dan besarnya diatas 0,5 maka faktor tersebut dinyatakan valid. Hasil pengujian diperoleh sebagai berikut : TABEL 4.10 UJI VALIDITAS VARIABEL WARNA (X1) Variabel
Indikator
Nilai Validitas
Kriteria
Kesimpulan
Warna (X1)
W1
0,638
≥0,50
Valid
W2
0,603
≥0,50
Valid
W3
0,726
≥0,50
Valid
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS 22
Hasil pengujian validitas terhadap instrument harga dapat dilihat pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai korelasi dari masing-masing Pertanyaan instrumen kuisioner lebih besar dari 0,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pertanyaan-Pertanyaan
pada
kuisioner
adalah
valid
atau
layak
dalam
mendefinisikan variabel warna. Sehingga semua indikator dari variabel penelitian ini adalah valid.
57
TABEL 4.11 UJI VALIDITAS VARIABEL DESAIN (X2) Variabel
Indikator
Nilai Validitas
Kriteria
Kesimpulan
Desain (X2)
D1
0,767
≥0,50
Valid
D2
0,760
≥0,50
Valid
D3
0,696
≥0,50
Valid
D4
0,643
≥0,50
Valid
D5
0,731
≥0,50
Valid
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS 22
Hasil pengujian validitas terhadap instrument harga dapat dilihat pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa nilai korelasi dari masing-masing Pertanyaan instrumen kuisioner lebih besar dari 0,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pertanyaan-Pertanyaan
pada
kuisioner
adalah
valid
atau
layak
dalam
mendefinisikan variabel desain. Sehingga semua indikator dari variabel penelitian ini adalah valid. TABEL 4.12 UJI VALIDITAS VARIABEL UKURAN (X3) Variabel
Indikator
Nilai Validitas
Kriteria
Kesimpulan
Ukuran (X3)
U1
0,753
≥0,50
Valid
U2
0,761
≥0,50
Valid
U3
0,804
≥0,50
Valid
U4
0,621
≥0,50
Valid
58
U5
0,568
≥0,50
Valid
U6
0,602
≥0,50
Valid
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS 22 Hasil pengujian validitas terhadap instrument harga dapat dilihat pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa nilai korelasi dari masing-masing Pertanyaan instrumen kuisioner lebih besar dari 0,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pertanyaan-Pertanyaan
pada
kuisioner
adalah
valid
atau
layak
dalam
mendefinisikan variabel ukuran. Sehingga semua indikator dari variabel penelitian ini adalah valid. TABEL 4.13 UJI VALIDITAS VARIABEL KEPUTUSAN PEMBELIAN (Y) Variabel
Indikator
Nilai Validitas
Kriteria
Kesimpulan
Keputusan
KP1
0,604
≥0,50
Valid
Pembelian (Y)
KP2
0,731
≥0,50
Valid
KP3
0,640
≥0,50
Valid
KP4
0,609
≥0,50
Valid
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS 22
Hasil pengujian validitas terhadap instrument harga dapat dilihat pada tabel 4.13 dapat dilihat bahwa nilai korelasi dari masing-masing Pertanyaan instrumen kuisioner lebih besar dari 0,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pertanyaan-Pertanyaan
pada
kuisioner
adalah
valid
atau
layak
dalam
mendefinisikan variabel keputusan pembelian. Sehingga semua indikator dari
59
variabel penelitian ini adalah valid. b. Uji Reliabilitas TABEL 4.14 UJI RELIABILITAS SELURUH INSTRUMENT PERTANYAAN Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .836
18
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat diketahui nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,836 dari semua instrumen pertanyaan. Hasil olah data menunjukkan bahwa Cronbach’s Alpha 0,836 lebih dari 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa hasilnya reliable. 2. Hasil Uji Asumsi Klasik a.
Uji Normalitas Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat apakah dalam model
regresi, apakah nilai residual yang dihasilkan terdistribusi secara normal atau tidak. Dalam uji normalitas data, peneliti menggunakan gambar grafik normal probability plot dan grafik histogram sebagai berikut:
60
GAMBAR 4.1 GRAFIK UJI NORMALITAS DATA Sumber: Hasil olah data dengan SPSS 22
Dari gambar grafik diatas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar disekitar garis dan mengikuti garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa nilai residual yang dihasilkan dari regresi tersebut normal.
61
GAMBAR 4.2 GRAFIK UJI HISTOGRAM Sumber: Hasil olah data dengan SPSS 22
Dari gambar grafik histogram diatas dapat dilihat bahwa data menunjukkan grafik membentuk krucut keatas, sehingga model regresi dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikolonieritas Dari
hasil
pengolahan
multikolinearitas sebagai berikut:
data
statistik
diperoleh
tabel
pengujian
62
TABEL 4.15 HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS Collinearity Statistic
Variabel
Tolerance
VIF
Warna (X1)
0,601
1,663
Desain (X2)
0,837
1,194
Ukuran (X3)
0,559
1,788
Sumber: Hasil olah data dengan SPSS 22
Dari table 4.14 diatas menunjukkan bahwa nilai VIF semua variable independen dalam penelitian ini lebih kecil dari 10 sedangkan nilai tolerance semua variabel independen lebih dari 10% atau 0,1 yang berarti tidak terjadi korelasi antara variabel independen yang nilainya lebih dari 90% sehingga bisa dikatakan bahwa tidak ada Multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi. c. Uji Heteroskedasitas Hasil uji statistik Heteroskedasitas yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
63
GAMBAR 4.3 GRAFIK UJI HETEROSKEDASITAS Sumber: Hasil olah data dengan SPSS 22
Dari
gambar
4.3
diatas
dapat
diketahui
bahwa
tidak
terjadi
Heteroskedasitas sebab tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga dapat dikatakan uji heteroskedastisitas terpenuhi. D. Pengujian Hipotesis 1. Analisa Regresi Berganda Persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini dirumuskan dalam model regresi berganda dalam penelitian ini dirumuskan dalam model regresi sebagai berikut :
64
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 Dimana :
Y = Keputusan Pembelian
X1 = Warna Kemasan
X2 = Desain Kemasan
X3 = Ukuran Kemasan
a = Konstanta
b1, b2 , b3 = Koefisien regresi
Bentuk analisa regresi berganda ini juga dapat diterapkan dalam penelitian ini. Angka-angka yang digunakan untuk menyusun persamaan ini diambil dari angkaangka Unstandardized Coefficients yang berada pada tabel Coefficient. TABEL 4.16 PERSAMAAN REGRESI LINIEAR BERGANDA Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Coefficients
Std. Error 2.889
.247
Ukuran
.122
.068
Warna
.088
.062
Desain
.127
.068
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
11.683
.000
.161
1.777
.077
.601
1.663
.110
1.426
.156
.837
1.194
.175
1.857
.065
.559
1.788
a. Dependent Variable: Keputusan pembelian
Sumber: Hasil olah data dengan SPSS 22
Berdasarkan Output SPSS pada tabel diatas, maka dapat dibuat persamaan regresi linear berganda yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
65
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 Y = 2,889 + 0,088X1 + 0,127X2 + 0,122X3 Dari hasil persamaan regresi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Nilai konstanta persamaan diatas sebesar 2,889. Maka semua variabel bebas memiliki nilai nol (0), maka nilai variabel terikat (Beta) sebesar 2,889. 2. Variabel warna (X1) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,088 dan memiliki hubungan positif terhadap keputusan pembelian. Jika variabel warna mengalami kenaikan, maka keputusan pembelian juga akan mengalami kenaikan. Sebaliknya juga, jika variabel warna mengalami penurunan, maka keputusan pembelian juga akan mengalami penurunan. 3. Variabel desain (X2) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,127. Menunjukkan hubungan positif variabel desain terhadap keputusan pembelian. Dapat disimpulkan bahwa jika variabel desain mengalami kenaikan, maka keputusan pembelian juga akan mengalami kenaikan. Sebaliknya juga, jika variabel desain mengalami penurunan, maka keputusan pembelian juga akan mengalami penurunan. 4. Variabel ukuran (X3) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,122. Menunjukkan hubungan positif variabel ukuran terhadap keputusan pembelian. Dapat disimpulkan bahwa jika variabel ukuran mengalami kenaikan, maka keputusan pembelian juga akan mengalami kenaikan. Sebaliknya juga, jika variabel ukuran mengalami penurunan, maka keputusan pembelian juga akan mengalami penurunan.
66
2. Koefisien Determinasi (R Square) TABEL 4.17 HASIL PENGUJIAN KOEFISIEN DETERMINASI (R2) WARNA, DESAIN, DAN UKURAN KEMASAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN b
Model Summary
Model 1
R .360
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.130
.115
.40583
a. Predictors: (Constant), Desain, Warna, Ukuran b. Dependent Variable: Keputusan pembelian
Sumber: Hasil olah data dengan SPSS 22
Nilai korelasi antara variabel warna (X1), desain (X2) dan ukuran (X3) terhadap keputusan pembelian (Y) sebesar 0,360. Dari hasil uji dapat disimpulkan memiliki korelasi atau hubungan yang kurang begitu kuat antara variabel warna, variabel desain, dan variabel ukuran dengan keputusan pembelian sebab nilai korelasi (R) dibawah 0,5. 3. Uji F Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.
67
TABEL 4.18
UJI F a
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
4.324
3
1.441
Residual
28.987
176
.165
Total
33.311
179
F
Sig.
8.751
.000
b
a. Dependent Variable: Keputusan pembelian b. Predictors: (Constant), Desain, Warna, Ukuran
Sumber: Hasil olah data dengan SPSS 22 Dari hasil output SPSS diatas, nilai sig 0,000 ≤ 0,05 maka memiliki arti bahwa ada pengaruh signifikan yang. Dengan kata lain warna, desain, dan ukuran kemasan secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian terhadap makanan jajanan kaki lima. 4. Uji Hipotesis Parsial (T) Tabel 4.19 UJI T Coefficients
a
Standardize
Model 1
Unstandardized
d
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B (Constant)
Std. Error
2.889
.247
Ukuran
.122
.068
Warna
.088
Desain
.127
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
11.683
.000
.161
1.777
.077
.601
1.663
.062
.110
1.426
.156
.837
1.194
.068
.175
1.857
.065
.559
1.788
a. Dependent Variable: Keputusan pembelian
Sumber: Hasil olah data dengan SPSS 22
68
Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual (parsial) yaitu: warna, desain dan ukuran kemasan dalam menerangkan satu variabel dependen, yaitu: keputusan pembelian. Nilai t-test dapat dilihat dari nilai sig (α) pada masing-masing variabel independen. Untuk dapat mengujinya diperlukan hipotesis sebagai berikut : H1 : Warna kemasan berpengaruh signifikan terhadap perilaku membeli konsumen. H2 : Desain kemasan berpengaruh signifikan terhadap perilaku membeli konsumen. H3 : Ukuran kemasan berpengaruh signifikan terhadap perilaku membeli konsumen. Kriteria keputusannya adalah : Jika nilai sig < 0,05 maka ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara variabel indepeden terhadap variabel dependen. Demikian pula sebaliknya apabila sig. > 0,05 maka ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara satu variabel dependen terhadap variabel independen. Dari hasil uji t pada tabel diatas dapat diketahui sebagai berikut : 1. Variabel warna memiliki nilai sig 0,156 > 0,05 artinya tidak signifikan atau dengan kata lain H1 ditolak. Jadi warna secara parsial tidak berpengaruh signfikan terhadap keputusan pembelian.
69
2. Variabel desain memiliki nilai sig 0,065 > 0,05 artinya tidak signifikan atau dengan kata lain H2 ditolak. Jadi desain secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. 3. Variabel ukuran memiliki nilai sig 0,077 > 0,05 artinya tidak signifikan atau dengan kata lain H3 ditolak. Jadi ukuran secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. E. Pembahasan Pengaruh masing-masing variabel independen (warna, desain, dan ukuran kemasan) dengan variabel dependen (keputusan pembelian) dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengaruh Warna Terhadap Keputusan Pembelian Berdasarkan hasil uji T menunjukan bahwa tidak terdapatnya pengaruh yang signifikan antara varibel warna kemasan makanan jajanan kaki lima terhadap keputusan pembelian konsumen yang ditunjukan dari nilai sig 0,156 > 0,05. Hal ini memungkinkan terjadi karena dalam konteks makanan jajanan kaki lima warna kemasan tidak menjadi pertimbangan oleh konsumen Indonesia ini ditunjukan dengan kontrakdiksi jawaban dari hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya bahwa jawaban responden menyatakan warna kemasan menjadi perhatian ketika akan membeli makanan jajanan kaki lima, namun jawaban ini tidak sesuai dengan jawaban responden dari pertanyaan terbuka yang diajukan, menyatakan bahan yang aman untuk kemasan 55% responden menjawab kertas, diikuti 40% menjawab plastik, selanjutnya 5% menjawab styrofoam.
70
Bagi sebagian warga Jakarta kemasan berbahan kertas, plastik, dan stryofoam dianggap aman sedangkan seperti diketahui bersama bahwa untuk jenis kemasan berbahan kertas, plastik maupun styrofoam yang umum dipakai oleh PKL kebanyakan warna yang dipakai adalah berwarna gelap (hitam) atau terang (putih/transparan). Sehingga dapat disimpulkan kebanyakan konsumen tidak terlalu mempermasalahkan warna kemasan ketika membeli makanan jajanan kaki lima. Dari hasil uji pada variabel ini menunjukan bahwa warna kemasan untuk makanan jajanan kaki lima tidak sejalan dengan penelitian empiris terdahulu Ahmadi (2013) yang dilakukan di Negara Iran dimana hasil penelitiannya menyatakan warna kemasan mempengaruhi perilaku membeli konsumen. Sama halnya Deliya (2012) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh warna kemasan terhadap keputusan membeli konsumen. 2. Pengaruh Desain Terhadap Keputusan Pembelian Berdasarkan hasil uji T menunjukan bahwa tidak terdapatnya pengaruh yang signifikan antara varibel desain kemasan makanan jajanan kaki lima terhadap keputusan pembelian konsumen yang ditunjukan dari nilai sig 0,065 yang lebih besar daripada 0,05. Berdasarkan survey pendahuluan hal ini memungkinkan terjadi karena kecenderungan responden menyatakan bahan kemasan yang cocok untuk jenis makanan kering atau goreng-gorengan adalah kertas atau plastik. Sedangkan kertas atau plastik kemasan yang dipakai pada makanan jajanan kaki lima saat ini umumnya tidak memiliki unsur desain yang seharusnya
71
seperti adanya logo atau gambar, jenis bahan material yang aman dari kertas atau plastik kemasan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa desain kemasan untuk makanan jajanan kaki lima tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya di Negara Pakistan oleh Ahmed (2014) yang menyatakan terdapat pengaruh desain kemasan dengan keputusan pembelian konsumen. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Hanifawati (2015) menyatakan atribut verbal (desain) yang terdiri dari brand, nama produk, informasi kadaluarsa, klaim halal, klaim BPOM mempengaruhi terhadap keputusan pembelian. 3. Pengaruh Ukuran Terhadap Keputusan Pembelian Berdasarkan hasil uji T menunjukan bahwa tidak terdapatnya pengaruh yang signifikan antara varibel ukuran kemasan makanan jajanan kaki lima terhadap keputusan pembelian konsumen yang ditunjukan dari nilai sig 0,077 yang lebih besar daripada 0,05. Hal ini terjadi karena para pelaku usaha makanan jajanan kaki lima telah menyiapkan kemasan yang disesuaikan dengan besaran ukuran makanan yang mereka jajakan, sehingga tanpa disadari ketika para konsumen memutuskan membeli makanan jajanan kaki lima dengan dibungkus mereka sudah mengetahui bahwa para pedagang kaki lima sudah memiliki ukuran kemasan yang wajar sesuai besaran porsi makannya. Dari hasil uji pada variabel ini menunjukan bahwa ukuran kemasan untuk jajanan kaki lima tidak sejalan dengan hasil penemuan riset empiris sebelumnya oleh Ehson (2015) yang menyatakan terdapat pengaruh ukuran kemasan terhadap
72
keputusan pembelian. Sementara Ahmadi (2013) menyatakan hal yang sama yaitu terdapat pengaruh ukuran kemasan terhadap keputusan pembelian.