76
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Karawang dipilih mewakili daerah sebelah utara berupa dataran rendah yang luas dengan karakteristik daerah persawahan beririgasi teknis dan Kabupaten Cianjur dipilih untuk mewakili daerah sebelah selatan sebagai daerah pegunungan yang relatif lebih terbatas dengan karakteristik daerah persawahan beririgasi teknis, setengah teknis dan irigasi sederhana/desa. Gambaran umum lokasi penelitian yakni Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada uraian berikut. Keadaan Umum Kabupaten Karawang Berdasarkan posisi geografis Kabupaten Karawang terletak di antara 10700 02’- 10700 40’ Bujur Timur dan 500 56’ - 600 34’ Lintang Selatan dengan ibu kota Karawang sekitar 70
km sebelah Timur ibu kota Jakarta. Berdasarkan
kondisi topografis Kabupaten Karawang sebagian besar terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian bervariasi antara 0-5 meter diatas pemukaan laut (dpl). Secara administratif pemerintah Kabupaten Karawang sebelah Utara berbatasan dengan laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Subang dan kabupaten Purwakarta, sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Bogor, sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bekasi seperti terlihat pada peta Kabupaten Karawang (Lampiran 1). Wilayah
pemerintahan
Kabupaten
Karawang
terbagi dalam 30
kecamatan, 297 desa dan 12 kelurahan dengan luas 1.753,27 km2 atau sekitar 3,73 persen dari luas Provinsi Jawa Barat. Wilayah sebelah Utara sebagian besar tertutup dataran pantai merupakan batuan sedimen yang terbentuk oleh bahanbahan lepas terutama endapan laut dan aluvium vulkanik. Kabupaten Karawang dilalui oleh sungai Citarum dan sungai Cilamaya dengan saluran irigasi besar yaitu Saluran Induk Tarum Utara, Saluran Induk Tarum Tengah dan Saluran Induk Tarum Barat yang bersumber dari bendungan Jatiluhur. Kabupaten Karawang memiliki lahan pertanian seluas 175.327 ha terdiri dari lahan sawah 94.385 ha dan lahan kering 80.942 ha. Produksi pertanian tanaman pangan khususnya padi, jagung dan kedelai masing-masing mencapai 1.200.810 ton GKG
77
(Gabah Kering Giling), 74.490 ton dan 1.870 ton. Produktivitas padi mencapai rata-rata 6,4 ton per ha (BPS Kabupaten Karawang, 2008). Jumlah penduduk Kabupaten Karawang mencapai 2.009.647 jiwa pada tahun 2006 yang terdiri dari 1.003.269 jiwa laki-laki dan 1.006.378 perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk 1,94 persen. Penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Karawang Barat yakni sebesar 147.929 jiwa, hal ini disebabkan karena Kecamatan Karawang Barat sebagai pusat pemerintahan dan pusat kegiatan perekonomian sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Klari yaitu sebanyak 34.432 jiwa. Keadaan Umum Kabupaten Cianjur Berdasarkan posisi geografis Kabupaten Cianjur terletak di antara 1060 42’ - 1070 25’ Bujur Timur dan 60 21’ - 70 25’ Lintang Selatan atau sekitar 120 km sebelah selatan Jakarta dan sekitar 65 km sebelah utara Bandung. Berdasarkan kondisi topografis Kabupaten Cianjur sebagian besar terdiri dari pegunungan dengan ketinggian bervariasi antara 7-2.962 m dpl (dari pemukaan laut). Secara administratif Pemerintah Kabupaten Cianjur sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta, sebelah Timur dengan wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, sebelah Selatan dengan Samudra Indonesia dan sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi seperti terlihat pada Peta Kabupaten Cianjur (Lampiran 2). Ibukota daerah pemerintahan Kabupaten Cianjur adalah Kota Cianjur dengan wilayah pemerintahan terbagi dalam 30 kecamatan, 342 desa dan 6 kelurahan yang terdiri dari tiga wilayah pembangunan yakni wilayah Utara, tengah dan wilayah Selatan dengan luas 350.148 ha yang terdiri dari lahan sawah 65.483 ha dan lahan darat 284.665 ha. Komoditas prioritas tanaman pangan yang paling strategis di Kabupaten Cianjur adalah padi, jagung dan kedelai. Luas sawah di Kabupeten Cianjur adalah 65.483 ha yang terdiri dari irigasi teknis 13.139 ha, irigasi setengah teknis 8.558 ha, irigasi sederhana 3.353 ha, irigasi desa 22.520 ha dan tadah hujan 17.900 ha. Pada tahun 2008 produksi padi di Kabupaten Cianjur mencapai 733.900 ton GKG dengan luas tanam tanam 142.348 ha, luas panen 137.269 ha dan produktivitas rata-rata mencapai 8.228 ton per ha (BPS Kabupaten Cianjur, 2008).
78
Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur mencapai 2.211.138 jiwa yang terdiri dari 1.137.895 laki-laki dan 1.073.243 perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk 2,11 persen. Jumlah penduduk usia bekerja berumur 15 tahun ke atas adalah 847.542 jiwa yang terdiri dari 584.261 jiwa laki-laki dan 263.281 jiwa perempuan. Penduduk terbanyak berada di Kota Cianjur dan Kecamatan Karangtengah yakni 152.798 jiwa dan 125.486 jiwa, sedangkan yang terendah adalah di Kecamatan Campakamulya yakni 24.418 jiwa (BPS Kabupaten Cianjur, 2008).
Keadaan Umum KUD di Lokasi Penelitian Pada tahun 2006 di Jawa Barat tercatat sebanyak 20.562 unit koperasi, terdapat peningkatan dari tahun 2004 sebanyak 18.895 unit dan 19.759 unit di tahun 2005. Peranan UKM terhadap PDRB Jawa Barat mencapai 63,15 persen terdiri dari usaha kecil sebesar 41,36 persen dan usaha menengah 21,79 persen, dengan jumlah penyerapan tenaga kerja sebanyak 12,79 juta jiwa atau 88,28 persen dari total tenaga kerja. Secara umum KUD sebagai organisasi ekonomi petani telah tumbuh dan berkembang di Jawa Barat terutama di sentra-sentra produksi padi di pedesaan sejak tahun 80-an. Namun, sejak dikeluarkan Inpres No. 18 Tahun 1998, di mana masyarakat diberi kebebasan untuk mendirikan koperasi dan KUD tidak lagi menjadi monopoli berbagai program pemerintah seperti distribusi pupuk, benih dan pengadaan gabah mengakibatkan KUD mengalami penurunan kinerja dan kapasitas organisasi sehingga banyak KUD yang bangkrut atau hanya tinggal papan nama. Jumlah koperasi yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Karawang sebanyak 42 KUD dan 1.118 nonKUD yang tersebar di seluruh kecamatan dan di Kabupaten Cianjur terdapat 36 KUD dan 1.550 koperasi nonKUD yang tersebar di seluruh kecamatan. Kegiatan KUD pada era Orde Baru di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur memiliki peran penting dalam pengembangan usahatani atau agribisnis padi. Kegiatan utama usaha KUD secara umum meliputi pengadaan saprodi, perdagangan beras/gabah, penggilingan padi, simpan pinjam dan usaha perlistrikan. Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan kualitas dan kuantitas unit-unit usaha KUD akibat dari kebijakan pemerintah yang mencabut berbagai fasilitas usahatani
79
serta bantuan modal dan peralatan terutama dalam mendukung program pengadaan pangan dalam rangka peningkatan ketahanan pangan nasional. Tingkat keaktivan KUD di lokasi penelitian di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tiga kelompok yakni: (1) KUD cukup aktif, (2) masih aktif dan (3) KUD tidak aktif. KUD cukup aktif adalah KUD yang mempunyai kegiatan berbagai usaha termasuk usaha penggilingan padi dan melakukan RAT lima tahun terakhir, KUD masih aktif adalah KUD yang masih mempunyai kegiatan usaha dan melakukan RAT lima tahun terakhir dan KUD tidak aktif adalah KUD yang tidak ada lagi kegiatan usaha dan tidak melakukan RAT lima tahun terakhir. Hasil pengamatan atas 42 KUD di Kabupaten Karawang menunjukkan bahwa berdasarkan kriteria keaktivan KUD terdapat 9 KUD cukup aktif (21,4 persen), 18 KUD masih aktif (42,9 persen) dan 15 KUD tidak aktif (35,7 persen). Kondisi KUD di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa dari 36 KUD terdapat 8 KUD cukup aktif (22,2 persen), 16 KUD masih aktif (44,5 persen) dan 12 KUD tidak aktif (33,3 persen). Kondisi KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur yang semakin melemah sejak era reformasi tahun 1998 berkaitan dengan kebijakan pemerintah pusat yang mencabut berbagai fasilitas pembinaan dan bantuan terhadap KUD dan meningkatnya daya saing akibat dari globalisasi perdagangan. Namun secara umum masih ditemukan aset KUD masih tetap ada terutama terdiri dari lahan, gudang, lantai jemur dan kantor KUD walaupun terlihat tidak berfungsi optimal dan tidak terawat. Penggunaan aset KUD yang tidak produktif terutama pada KUD yang tidak aktif sudah banyak yang beralih fungsi sehingga perlu ada kebijakan pemerintah agar aset-aset tersebut tetap menjadi modal KUD sebagai milik anggota. Secara umum anggota KUD dan petani di sekitar KUD tetap mengharapkan peran dan fungsi KUD dapat ditingkatkan kembali karena tantangan dalam membangun usahatani ke arah yang lebih maju semakin tinggi terutama akibat meningkatnya peran tengkulak dan pengusaha pemilik modal besar dalam menguasai kegiatan agribisnis gabah atau beras dan saprotan di pedesaan. Akibat dari semakin menurunnya kegiatan KUD dalam penangaan usahatani sawah terutama dalam pengadaan saprodi dan perdagangan gabah telah
80
banyak diambil alih oleh para bandar (tengkulak) dengan mengembangkan sayapsayap (kaki tangan) ke pelosok-pelosok desa. Kondisi petani yang serba lemah yakni lemah dalam permodalan, luas pemilikan lahan yang semakin sempit, adopsi teknologi yang lambat, pola usahata tani yang subsistem dan akses komunikasi yang masih sulit menyebabkan kemandirian dan daya saing petani menjadi rendah. Dengan kondisi petani yang serba lemah sangat sulit dapat bangkit jika tidak berhimpun melalui suatu wadah yang terkait dengan kepentingan bersama mengantisipasi tumbuhnya kekukatan modal yang semakin menekan kepentingan petani. Atas dasar pemikiran tersebut dikaitkan dengan hasil wawancara di lokasi penelitian di mana sebagian besar anggota KUD menyatakan bahwa peran KUD perlu ditingkatkan kembali agar tidak semakin terjerat oleh para tengkulak dan pemodal kuat. Sehingga dapat ditekankan bahwa perlu segera menata KUD dengan paradigma baru agar dapat kembali berperan di lingkungan petani di pedesaan. Untuk kegiatan penelitian ini ditentukan masing-masing 5 KUD contoh sebagai unit analisis yakni diambil dari 9 KUD cukup aktip di Kabupaten Karawang dan dari 8 KUD cukup aktip di Kabupaten Cianjur. KUD contoh ditentukan secara berstrata atau stratified sample dengan memperhatikan penyebaran dan saran-saran dari pemerintah Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur. Lokasi, nomor badan hukum dan kegiatan KUD contoh untuk penelitian di Kabupaten Karawang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Lokasi dan badan hukum KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur No
Nama KUD contoh
1 2 3 4 5
Sri Mulya Sumber Padi Warga Bakti Warga Tani Mitra Tani
1 2 3 4 5
Pelita Jaya Betah Karya Simpati Sari Mekar Karya Mekar
Lokasi KUD Badan Hukum (Kecamatan) Kabupaten Karawang*) Jaryakerta No.6265/BH/KWK-10/IX/1996 Tempuran No.5792/BH/PAD/KWK-10/XII/1995 Telagasari No.6305/BH/PAD/KWK.10/IV/1996 Lemahabang No.6507/BH/PAD/KWK-10/XII/1995 Jatisari No.5840/BH/PAD/KWK-10/IX/1996 Kabupaten Cianjur**) Pagelaran No.5613/BH/PAD/KWK.10/X/1998 Cibeber No.5586C/BH/PAD/KWK-10/7/1994 Cilaku No.7435/BH/PAD/KWK/10/V/1997 Bojongpicung No.7566/BH/PAD/KWK-10/IX/1998 Ciranjang No.5530/BH/PAD/KWK-10/V/1996
Sumber: *) BPS Kabupaten Karawang (2008) **) BPS Kabupaten Cianjur (2008)
81
Dari ke lima KUD contoh, baik di Kabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur secara umum mempunyai jenis kegiatan yang relatif sama. Kegiatan KUD yang menonjol di Kabupaten Karawang adalah KUD Warga Bakti dengan kegiatan pengadaan pangan dan penggilingan padi besar (PBB) kerjasama dengan Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum-BULOG) untuk pengadaan pangan dan dengan Super Market Giant untuk pemasaran beras berkualitas (labeling). Kegiatan lain yang mendukung pengembangan usahatani padi seperti pengadaan saprodi, simpan-pinjam terlihat semakin menurun. Kegiatan jasa kelistrikan merupakan kerjasama KUD dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan dengan rekanan PLN banyak dilakukan KUD khususnya dalam kegiatan penagihan pembayaran secara online bagi pelanggan pemakai lisrik. Ditinjau dari luas sawah pada wilayah kelima kecamatan KUD contoh di Kabupaten Karawang menunjukkan bahwa lahan sawah yang paling besar adalah Kecamatan Tempuran yaitu seluas 6.384 ha dan yang paling sedikit adalah di Kecamatan Jayakerta 3.571 ha. Hampir seluruh areal sawah adalah irigasi teknis dari pengairan Jatiluhur. Potensi sawah di lokasi KUD contoh Kabupaten Cianjur yang paling besar adalah di Kecamatan Pagelaran yaitu seluas 5.651 ha yang terdiri dari 585 ha irigasi teknis, 1.482 ha irigasi setengah teknis, 577 ha irigasi sederhana, 500 ha irigasi desa dan 2.507 ha tadah hujan. Lahan sawah yang paling sedikit adalah di Kecamatan Ciranjang seluas 585 ha dan seluruhnya irigasi teknis. Luas sawah dan penyebaran penduduk lokasi KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 6. Ditinjau dari kelengkapan pengurus KUD contoh di Kabupaten Karawang menunjukkan bahwa seluruh personalia KUD contoh masih lengkap (4-5 orang) dengan anggota yang terdaftar masih cukup besar. Manajer dan karyawan kegiatan usaha masih terbatas yakni antara 4 hingga 7 orang kecuali KUD Warga Bakti yang mencapai 15 orang karyawan tetap dan 20 orang karyawan lepas. Pelaksanaan RAT KUD contoh sudah semakin tidak teratur kecuali KUD Warga Bakti dan KUD Sri Mulya yang masih melakukan RAT secara teratur. Sedangkan di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa seluruh personalia KUD contoh masih lengkap dengan anggota yang terdaftar masih cukup besar. Manajer dan karyawan kegiatan usaha masih terbatas yakni antara 4 hingga 7 orang.
82
Tabel 6. Luas sawah, distribusi penduduk lokasi KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur No
Nama KUD contoh
1 2 3 4 5
Sri Mulya Sumber Padi Warga Bakti Warga tani Mitra Tani
1 2 3 4 5
Pelita Jaya Betah Karya Simpati Sari Mekar Karya Mekar
Lokasi KUD Luas sawah (Kec) (ha) Kabupaten Karawang*) Jaryakerta 3.571 Tempuran 6.384 Telagasari 3.919 Lemahabang 3.798 Jatisari 3.281 Kabupaten Cianjur**) Pagelaran 5.651 Cibeber 3.198 Cilaku 2.565 Bojongpicung 2.569 Ciranjang 2.198
Penduduk (jiwa) Jumlah (jiwa) 60.365 67.995 64.177 66.228 67.226 71.683 122.301 94.704 74.675 73.670
Sumber: *) BPS Kabupaten Karawang (2008) **) BPS Kabupaten Cianjur (2008) Pelaksanaan RAT KUD contoh dilakukan secara teratur kecuali KUD Sari Mekar di Kecamatan Bojongpicung yang pelaksanaannya sudah tidak teratur. Keanggotaan KUD contoh pada umumnya masih terdaftar secara utuh yang berasal dari keanggotaan KUD sebagai KUD inti. Beberapa pengurus KUD sedang mengadakan proses penataan di antaranya adalah pada KUD Betah dan KUD Sari Mekar, sehingga pengurus belum dapat menentukan jumlah anggota secara pasti. Jumlah personalia kepengurusan (pengurus, pengawas, karyawan) dan anggota KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kepengururan dan jumlah anggota KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur No
Nama KUD
Pengurus (orang)
1 2 3 4 5
Sri Mulya Sumber Padi Warga Bakti Warga Tani Mitra Tani
5 4 5 4 5
1 2 3 4 5
Pelita Jaya Betah Karya Simpati Sari Mekar Karya Mekar
5 5 5 5 4
Pengawas Anggota (orang) (orang) Kabupaten Karawang 3 2.700 3 3.500 3 2.850 3 3.450 3 3.300 Kabupaten Cianjur 3 1.930 3 2.334 3 1.517 3 2.156 3 2.971
Keterangan
Berdasarkan ket pengurus KUD Berdasarkan ket ketua KUD Berdasarkan hasil RAT 2009 Berdasarkan hasil RAT 2009 Berdasarkan ket pengurus KUD Berdasarkan RAT (2007) Berdasarkan RAT (2008) Berdasarkan RAT (2007) Berdasarkan ket. sekr KUD Berdasarkan RAT (2008)
83
Karakteristik Responden Hasil analisa data karakteristik personil KUD di Kabupaten Karawang ditinjau dari kategori umur ternyata karakteristik personil KUD sebagian besar adalah petani yang sudah berumur ≥ 41 tahun yakni berada pada kisaran 63,4-76,7 persen. Petani dengan umur ≥ 60 tahun paling tinggi terdapat pada KUD Warga Tani di Kecamatan Telagasari yakni 16,7 persen dan yang berumur ≤ 30 tahun paling tinggi terdapat pada KUD Warga tani dan KUD Mitra Tani masingmasing 6,7 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk yang berumur di bawah 30 tahun masih sedikit yang menjadi personil KUD, belum terjadi proses regenerasi di lingkungan KUD. Sebaran persentase karakteristik personal KUD secara rinci di Kabupaten Karawang dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran persentase karakteristik personil KUD contoh di Kabupaten Karawang Karakteristik responden
Umur (%)
Pendidikan formal (%)
Banyaknya kursus yang diikuti (%)
Kategori - sangat tua ≥ 61 thn - tua (51-60) - sedang (41-50 thn) - Muda (31-40 thn) - Sangat muda ( ≤ 30 thn) Jumlah -perguruan tinggi -SMU -SLTP -tamat SD -tdk tamat SD Jumlah -sangat banyak (> 24 jam) -banyak (17-24 jam) -sedang (9-16 jam) -sedikit (1-8 jam) -sangat sedikit (≤1 jam/tdk pernah) Jumlah
KUD contoh Warga Warga Bakti Tani 13,3 16,7 23,3 33,3 30,0 26,7 30,0 20,0 3,3 3,3
Mitra Tani 6,7 33,3 33,3 23,3 3,3
Rataan
Sri Mulya 13,3 26,7 30,0 23,3 6,7
Sumber Padi 6,7 30,0 26,7 30,0 6,7
100,0 3,3 23,4 33,3 30,0 10,0 100,0
100,0 26,6 30,0 36,7 6,7 100,0
100,0 6,7 29,0 31,0 30,0 3,3 100,0
100,0 3,3 23,3 40,0 26,7 6,7 100,0
100,0 36,7 30,0 26,7 6,7 100,0
2,7 27,8 32,9 29,9 6,7
6,7 10,0 16,7 66,7
3,3 3,3 16,7 26,7 50,0
3,3 3,3 13,3 80,0
20,0 16,7 63,3
6,7 36,7 56,7
0,7 2,7 10,7 22,0 63,8
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
11,3 29,2 29,3 25,3 4,9
Ditinjau dari segi pendidikan responden di Kabupaten Karawang masih banyak yang berpendidikan tamat/tidak tamat SD yakni mencapai kisaran 33,440,0 persen. Personil KUD yang berpendidikan perguruan tinggi terdapat pada tiga KUDcontoh yakni KUD Sri Mulia, KUD Warga Bakti dan KUD Warga Tani dengan rataan 2,7 persen. Pada umumnya personil KUD adalah pengurus KUD
84
dan petani yang drop out dari Perguruan Tinggi. Pelatihan yang diikuti selama ini di Kabupaten Karawang hanya KUD Sumber Padi yang pernah mengikuti pelatihan lebih dari 24 jam yakni sekitar 3,3 persen dan yang kategori sedikit, yakni kurang dari 1 jam/tidak pernah sama sekali mengikuti pelatihan atau kursus terkait dengan perkoperasian mencapai sekitar 50,0 hingga 80,0 persen, dengan rataan sekitar 63,8 persen personil KUD yang sedikit pernah mengikuti pelatihan perkoperasian. Sebaran persentase karakteristik personal KUD secara rinci di Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran persentase karakteristik personil KUD contoh di Kabupaten Cianjur Karakteristik responden
Umur (%)
Pendidikan formal (%)
Banyaknya kursus yang diikuti (%)
Kategori - sangat tua ≥ 61 thn - tua (51-60) - sedang (41-50 tthn) - Muda (31-40 thn) - Sangat muda ( ≤ 30 thn) Jumlah -perti -SMU -SLTP -tamat SD -tdk tamat SD Jumlah -sangat banyak (≥ 24 jam) -banyak (17-24 jam) -sedang (9-16 jam) -sedikit (1-8 jam) -sangat sedikit (≤ 1 jam/ tdk pernah) Jumlah
KUD Contoh Karya Sari Simpati Mekar 3,3 6,7 20,0 30,0 53,4 36,6 20,0 16,7 3,3 10,0
Betah
100,0 16,7 33,3 36,7 13,3 100,0
100,0 6,7 26,7 40,0 23,3 3,3 100,0
100,0 16,7 30,0 43,3 10,0 100,0
100,0 16,7 26,7 36,6 16,7 100,0
100,0 20,0 26,7 46,7 6,6 100,0
1,3 19,4 31,3 37,3 10,7
3,3 6,7 6,7 10,0 73,3
10,0 10,0 16,7 63,3
3,3 13,3 13,4 20,0 50,0
10,0 6,7 6,7 76,6
6,7 13,3 13,3 16,7 50,0
2,7 10,7 10,0 14,0 62,6
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
10,0 20,0 33,3 33,4 3,3
Karya Mekar 10,0 23,3 40,0 23,4 3,3
Rataan
Pelita Jaya 3,3 13,3 36,7 40,0 6,7
6,7 21,3 40,0 26,7 5,3
Personil KUD di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa yang tergolong sudah berumur sangat tua (umur ≥ 61 tahun) mencapai pada kisaran 3,3
-10,0
persen sedangkan yang sangat muda yakni umur ≤ 30 tahun juga berada pada kisaran 3,3-10,0 persen. Sebagian besar umur personil KUD sekitar 31-50 tahun yakni pada kisaran 53,3-76,7 persen. Ditinjau dari segi pendidikan responden tamat/tidak tamat SD di Kabupaten Cianjur mencapai sekitar 49,0 persen. Sebagian besar personal KUD di Kabupaten Cianjur sudah berpendidikan SLTP dan SMU. Pelatihan KUD di Kabupaten Cianjur sekitar 63,3 persen personil KUD
85
dengan kategori sedikt yakni yang pernah mengikuti pelatihan atau kursus≤ 1 jam atau tidak pernah mengikuti pelatihan atau kursus yang terkait dengan perkoperasian. Untuk mendorong generasi muda memasuki lapangan kerja pertanian diperlukan daya tarik berupa teknologi, kenyamanan, kepastian usaha dan kemudahan mendapat informasi dalam pengembangan usahatani ke arah yang lebih modern. Pendekatan agribisnis dan agroindustri merupakan pilihan yang tepat untuk dikembangkan melalui suatu manajemen isaha kolektif dalam wadah koperasi pertanian yang lebih profesional. Peningkatan kemampuan manajemen usahatani para petani muda sangat tergantung kepada paket-paket pendidikan nonformal yang aplikatif yang secara nyata dapat dikembangkan di sekitar pemukiman atau pedesaan di mana mereka tinggal. Pola pendampingan manajemen usahatani yang pernah dikembangkan oleh pemerintah masih dapat dikembangkan dengan pola baru yang menekankan terjadinya proses alih iptek secara bertahap. Peran pemerintah daerah dalam rangka otonomi daerah sangat penting karena karakteristik lokal yang sangat beragam akan mempengaruhi sistem pembinaan dan pengembangan usahatani yang lebih modern dan kelembagaan perkoperasian yang lebih profesional. Perkembangan Mekanisasi Pertanian di Lokasi Penelitian Mekanisasi pertanian yang meliputi penggunaan alsintan baik kegiatan prapanen maupun kegiatan pascapanen dalam usahatani padi di lokasi penelitian sebagai sentra-sentra produksi beras telah berkembang dengan pesat. Petani di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dalam pengolahan usahatani padi telah mengembangkan mekanisasi pertanian utuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi. Sesuai dengan pendapat Adjid (2001) bahwa peranan alsintan semakin besar artinya untuk menunjang pengembangan mekanisasi pertanian dalam program intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, pengembangan agroindustri, peningkatan kualitas produksi dan perluasan lapangan kerja pada kegiatan pascapanen dan jasa. Sejak di kembangkannya BIMAS (Bimbingan Massal) yang dimulai dari penelitian IPB di Kabupaten Karawang, perkembangan penggunaan alsintan dalam rangka pengembangan mekanisasi pertanian telah berlangsung di
86
lingkungan pedesaan. Peranan KUD sebagai organisasi ekonomi petani yang telah ikut berperan dalam meningkatkan ketahanan pangan telah turut berperan mengembangkan peningkatan
mekanisasi
pertanian
pemanfaatan alsintan
yang
secara
nasional.
Seiring
dengan
berorientasi pada peningkatkan
produktivitas, efisiensi, nilai tambah melalui pengolahan hasil dan perbaikan mutu telah mempengaruhi perkembangan mekanisasi pertanian di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur sebagai lumbung pangan nasional. Perkembangan Alsintan Prapanen dan Pascapanen Alsintan yang meliputi alsinta perapanen dan pascapanen telah berkembang di Indonesia seiring dengan perkembangan mekanisasi dalam berbagai komoditas. Penerapan alsintan dalam usahatani komoditas pangan khusunya sawah mengalami percepatan sebagai dampak dari program intensifikasi dan ekstensifikasi dama mencapai swasembada pangan khususnya besras. Program intensifikasi usaha tani padi di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur telah dilakukan oleh petani antara lain dengan penggunaan beberapa alsintan prapanen seperti traktor tangan, pompa air dan alat pemberantas hama (sprayer) adan beberapa alsintan pascapanen seperti penggunaan alat perontok gabah (thresher), pembersih gabah (cleaner) dan penggilingan padi. Jenis alsintan pada usahatani sawah yang paling berkembang di lingkungan petani adalah penggunaan traktor tangan dan penggilingan padi. Hampir seluruh petani sawah di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur telah menggunakan traktor tangan untuk pengolahan lahan, kecuali lahanlahan sawah di daerah terjal yang sulit dilalui oleh traktor tangan. Traktor tangan sudah merupakan kebutuhan petani karena tenaga kerja manusia dan tenaga kerja ternak untuk pengolahan lahan semakin sulit di pedesaan. Demikian juga halnya dengan kegiatan pengolahan gabah menjadi beras telah terjadi transformasi teknologi dari cara tradisional dengan menggunakan lesung ke cara modern dengan menggunakan penggilingan padi. Penggunaan penggilingan padi oleh petani di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dengan berbagai karakteristik juga telah berkembang melalui usaha KUD, perorangan dan usaha swasta. Penerapan alsintan di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur telah berdampak terhadap lapangan kerja di pedesaan yang perlu diperhatikan
87
pemerintah daerah agar dapat diciptakan lapangan kerja baru melalui pengembangan agroindustri. Menurut BPS Kabupaten Karawang (2008) penggunaan traktor tangan di Kabupetan Karawang 1.836 unit traktor tangan dan yang terbanyak adalah di Kecamatan Kutawaluya sebanyak 132 unit traktor tangan dan jumlah terkecil adalah di Kecamatan Cikampek yakni sepuluh unit traktor tangan. Penggunaan pompa air di Kabupaten Karawang mencapai 1.636 unit pompa air dan penggunaan alat penyemprot hama mencapai 18.894 unit. Penggunaan alsintan di Kabupaten Karawang oleh petani berkembang melalui berbagai cara yakni sistem sewa, pemilikan perorangan atau pengusaha swasta dan melalui KUD. Menurut data dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur (2008) terdapat 765 unit traktor yang dioperasikan oleh perorangan dan melalui Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA). Penggunaan alsintan melalui intensifikasi usaha tani padi di Kabupaten Cianjur melalui program Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) terdapat 66 unit traktor tangan, 11 unit RMU, 13 unit perontok dan 27 unit pompa air. Perkembangan alsintan di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dikaitkan dengan kebutuhan petani masih belum optimal karena pendekatan yang dilakukan pada umumnya adalah top down yang sering mengalami kegagalan dalam penerapannya di lapangan. Untuk menghindari kegagalan penggunaan alsintan dan percepatan transformasi teknologi alsintan di masa depan perlu dilakukan pendekatan dari bawah ke atas (bottom up) berdasarkan kebutuhan dan kesesuaian karakteristik sumberda daya lokal. Untuk memperoleh alsintan yang tepat guna menurut peruntukannya berdasakan komoditas di pedesaan perlu dikembangkan sistem seleksi agar pemilihan alsintan oleh petani benar-benar selektif sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik lokal. Perkembangan Penggunaan Penggilingan Padi Menurut BPS Kabupaten Karawang (2008) di Kabupaten Karawang terdapat 1.557 unit penggilingan padi yang terdiri dari 66 unit penggilingan padi kecil dan 1.137 unit penggilingan padi besar. Menurut BPS Kabupaten Cianjur (2009) terdapat penggilingan padi sebanyak 2.028 unit yang terdiri dari 198 unit penggilingan padi besar dan 1.780 unit penggilingan padi kecil. Secara teknis
88
menunjukkan bahwa penggilingan padi KUD, baik di Kabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur sudah berumur tua yakni rata-rata diatas 15 tahun dan mempunyai karakteristik yang beragam sehingga sering mengalami kesulitan dalam teknis pemeliharaan. Kondisi penggilingan padi yang sudah berumur tua berdampak terhadap rendemen hasil pengolahan beras dan pemeliharaan dengan biaya tinggi yang berpengaruh kepada tingkat pendapatan usha penggilingan padi. Secara umum penggilingan padi yang ada di KUD sudah saatnya dilakukan peremajaan dengan memberi kewenangan penuh kepada KUD dengan kebijakan hibah penggilingan padi bantuan pemerintah sebagai aset milik utuh KUD. Pada umumnya pengurus KUD ragu-ragu untuk melakukan peremajaan penggilingan padi terkait dengan status penggilingan padi sebagai bantuan pemerintah pada masa lalu. Data sebaran penggilingan padi di lokasi KUD contoh di Kabupaten Karawang Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Sebaran penggilingan padi di lokasi KUD contoh Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur No
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Lokasi KUD contoh (Kecamatan)
Jaryakerta Tempuran Lemahabang Telagasari Jatisari Pagelaran Cibeber Cilaku Bojongpicung Ciranjang
Penggilingan Penggilingan padi kecil padi besar (unit) (unit) Kabupaten Karawang*) 7 36 3 30 5 40 4 42 12 12 Kabupaten Cianjur**) 21 67 20 151 13 40 32 75 18 85
Produksi padi (ton/tahun)
48,574 83.664 47.017 56.096 41.984 49.547 37.745 27.642 44.030 25.181
Sumber: *) Data BPS Kabupaten Karawang (2008) **) Dinas Tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur (2008) Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa penyebaran penggilingan padi yang terdapat di lima kecamatan lokasi penelitian KUD contoh yakni Kecamatan Jayakerta, Tempuran, Telagasari, Lemahabang dan Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang terdapat 191 unit penggilingan padi yang terdiri dari 31 unit penggilingan padi kecil dan 160 unit penggilingan padi besar.
89
Penyebaran penggilingan padi terbanyak adalah di Kecamatan Telagasari yakni 46 unit dan penyebaran terkecil adalah di Kecamatan Jatisari yakni 24 unit. Secara umum terlihat bahwa kapasitas penggilingan padi di tiap Kecamatan KUD contoh telah didominasi oleh penggilingan padi besar sehingga penggilingan padi KUD dengan kategori penggilingan padi kecil semakin sulit untuk dapat bersaing. Penyebaran penggilingan padi yang terdapat di Kecamatan lokasi penelitian KUD contoh di Kabupaten Cianjur terdiri dari 104 unit penggilingan padi kecil (PPK) dan 418 unit penggilingan padi kecil (PPB). Penyebaran penggilingan padi terbanyak adalah di Kecamatan Cibeber yakni 171 unit dengan kapasitas 11.900 ton GKG/jam dan jumlah penggilingan padi terkecil di Kecamatan Cilaku yakni 53 unit dengan kapasitas 6.000 ton GKG/jam. Sebagai dampak dari adanya persaingan antar penggilingan padi maka telah terjadi perburuan bahan baku gabah di lingkungan petani dengan berbagai macam informasi yang bisa merugikan petani sebagai produsen gabah. Dalam hal ini peran tengkulak semakin meningkat dan semakin merugikan petani akibat terjadinya persaingan tidak sehat pada para pedagang gabah atau beras. Secara keseluruhan ternyata penggilingan padi milik KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur tergolong penggilingan padi kecil (PPK) kecuali penggilingan padi KUD Warga Bakti yang tergolong penggilingan padi besar (PPB). Penggilingan padi besar dikuasai oleh pemilik modal besar, baik milik perorangan maupun milik pengusaha (swasta). Kapasitas penggilingan padi milik KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur hanya berkisar 200350 kg GKG/jam. Teknis pengolahan gabah menjadi beras yang berkualitas dengan menggunakan penggilingan padi dilakukan secara bertahap mulai dari penyiapan gabah yang berkualitas, proses pemecahan kulit gabah dan proses penyosohan beras. Untuk penyiapan gabah yang berkualitas dalam proses penggilingan padi ditentukan oleh beberapa faktor yakni: varietas, asal gabah, waktu panen dan kadar air gabah. Proses pengeringan pada umumnya dilakukan dengan cara penjemuran memanfaatkan sinar matahari pada lantai jemur (lamporan) milik KUD contoh hingga mencapai kadar air sekitar 14 persen. Setelah petani melakukan panen gabah di sawah, petani pada umumnya langsung melakukan penjemuran karena
90
penundaan pengeringan gabah kering panen lebih 2-3 hari akan menimbulkan beras berwarna kuning atau kualitas akan menurun. Ditinjau dari aspek rendemen penggilingan padi KUD contoh menunjukkan bahwa secara umum rendemen rendah yakni rata-rata 63 persen di Kabupaten Karawang dan 61 persen di Kabupaten Cianjur. Rata-rata rendemen pengilingan padi KUD contoh di Kabupaten Karawang karena salah satu penggilingan padi KUD contoh yakni KUD Warga Bakti cukup tinggi yakni mencapai 68 persen. Jika penggilingan padi KUD dapat diremajakan akan berdampak terhadap peningkatan rendemen dan kualitas produksi yang berarti dapat menghemat produksi dan mendukung program ketahahan pangan nasional. Karakteristik penggilingan padi KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 11. Karakteristik penggilingan padi KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur No
Nama KUD
1 2 3 4 5
Sri Mulya Sumber Padi Warga Bakti Warga Tani Mitra Tani
1 2 3 4 5
Pelita Jaya Betah Karya Simpati Sari Mekar Karya Mekar
Merek
Umur Kapasitas giling (tahun) (kg GKG/jam) Kabupaten Karawang Ichi 25 220 Ichi 18 250 12 550 Ichi 18 300 Iseki 17 310 Kabupaten Cianjur Ichi 15 200 Koyo 16 250 Agrindo 15 350 Iseki 20 300 Ichi 16 350
Rendemen (persen) 61 64 68 60 61 60 62 65 58 60
Jika diperhatikan produksi padi tiap tahun di Kabupetan Karawang sekitar 1.200.810 ton GKG/tahun dan dikaitkan dengan jumlah penggilingan padi 1.557 unit dengan kapasitas giling total sekitar 1.401.300 ton GKG/tahun, terjadi ketidakseimbangan pada musim-musim tertentu. Pada saat musim panen kekurangan kapasitas giling dan pada saat paceklik terjadi kelebihan kapasitas giling. Demikian halnya di Kabupaten Cianjur dengan produksi sebesar 733.900 ton GKG ton/tahun, dikaitkan dengan jumlah penggilingan padi 2.028 unit dengan kapasitas giling total sekitar 1.460.300 ton/tahun (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, 2008), maka dapat diprediksi bahwa
91
penggilingan padi pada sat-saat tertentu akan terjadi kekurangan atau kelebihan bahan baku sehingga para pemilik penggilingan padi membutuhkan modal besar untuk membeli gabah pasa saat panen. Secara
umum
menunjukkan
bahwa
berbagai
manfaat
teknologi
penggilingan padi yang dapat diperoleh petani antara lain aspek teknis, aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek waktu. Sebagai pertimbangan utama para petani dalam memilih penggilingan padi adalah aspek ekonomi yakni yang memberi keuntungan financial bagi petani dan aspek kepercayaan terutama dalam proses pengolahan dan keamanan bahan baku. Pertimbangan aspek waktu tidak menjadi prioritas, terlihat dari para pengguna penggilingan padi KUD ternyata banyak yang datang dari jarak yang relatif jauh dari lokasi penggilingan padi KUD walaupun di sekitar pemukimannya ada penggilingan padi milik perorangan atau pengusaha swasta. Dari pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat berbagai masalah teknis pascapanen padi terutama kegiatan perontokkan dan pengeringan gabah. Kehilangan panen akibat cara perontokan yang masih tradisional dengan cara di “banting” masih menimbulkan kehilangan panen yang besar mencapai sekitar 10 persen. Kesulitan dalam proses pengeringan gabah terutama pada musim hujan karena belum tersedia alsintan pengering gabah. Berbagai penelitian alat perontik gabah dan alat pengering yang pernah dilakukan di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur perlu ditingkatkan karena sebagian besar responden mengharapkan penerapan yang tepat dan lebih berdaya guna. Berdasarkan analisa kebutuhan penggilingan padi dikaitkan dengan potensi yang ada dan produktivitas lahan sawah di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa prospek usaha penggilingan padi oleh KUD masih terbuka luas jika dapat meningkatkan manfaat ekonomis, teknis, sosial dan efisiensi waktu bagi anggota dan pelanggan lainnya dalam setiap penggunaan penggilingan padi milik KUD. Responden sebagai pengguna penggilingan padi KUD pada umumnya menyatakan bahwa yang menjadi pertimbangan utama dalam pemanfaatan penggilingan padi milik KUD adalah adanya rasa ikut memiliki, kualitas pelayanan yang lebih baik dan rasa kepercayaan kepada pengelolaan penggilingan padi KUD.
92
Deskripsi Variabel Utama Komunikasi Organisasi dalam Pemanfaatan Penggilingan Padi KUD Untuk memanfaatan perkembangan teknologi mekanisasi pertanian khususnya penggilingan padi dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan KUD kepada para anggota sangat tergantung kepada kinerja dan kapasitas KUD. Kinerja KUD perlu terus ditingkatkan agar produktivitas hasil kerja KUD dapat berhasil secara optimal sehingga dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada para anggota sesuai dengan kapasitasnya sebagai organisasi ekonomi petani berasas pada karakter kebersamaan dan kekeluargaan. Dalam pengembangan kapasitas KUD sangat tergantung kepada kualitas personil KUD dan proses komunikasi organisasi KUD, baik di lingkungan internal maupun eksternal organisasi KUD. Deskripsi variabel utama dalam pemanfaatan penggilingan padi KUD yang meliputi: kualitas informasi komunikasi organisasi KUD, iklim komunikasi organisasi KUD, intensitas komunikasi publik organisasi KUD, karakteristik personil organisasi KUD, proses komunikasi organisasi KUD, kinerja KUD, kapasitas KUD dan kualitas pelayanan KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur diuraikan dalam hasil dan bahasan berikut. Informasi Komunikasi Organisasi KUD Kualitas informasi dalam meningkatkan kinerja KUD sangat dipengaruhi oleh tingkat relevansi, akurasi, kelengkapan dan ketepatan waktu. Komunikasi organisasi KUD selama ini banyak didorong dan diprakarsai oleh pemerintah dalam rangka membina dan memperkokoh KUD sebagai organisasi ekonomi petani terutama dalam upaya mengembangkan usahatani padi. Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur selalu mendapat perhatian dalam mendorong peningkatan produktivitas usahatani padi dalam rangka membangun ketahanan pangan nasional. Dengan berbagai bantuan dan fasilitas serta pembinaan dari pemerintah melalui kegiatan penyuluhan yang dilakukan PPL dan petugas koperasi terhadap KUD selama ini telah menunjukkan peran KUD yang sangat besar bagi petani padi dalam upaya mewujudkan swasembada beras pada tahun 80-an. Pada dasarnya program penyuluhan yang dilakukan oleh PPL adalah salah satu bentuk proses transformasi teknologi kepada petani untuk percepatan adopsi
93
inovasi teknologi baru berdasarkan kebutuhan petani. Kemampuan PPL dalam menyampaikan informasi kepada petani sebagai anggota KUD pada masa lalu dapat diandalkan karena sistem dan mekanisme penyuluhan didukung oleh kebijakan pemerintah. Kualitas informasi sangat dikuasai dan dipahami oleh PPL karena sumber informasi masih terbatas dari instansi atau lembaga pemerintah berupa hasil penelitian. Di samping itu petani terkoordinir dalam kelompok tani yang tersebar di pedesaan yang juga sebagai basis utama dari KUD. Dengan adanya perkembangan teknologi pertanian dan teknologi komunikasi yang sangat cepat muncul berbagai sumber informasi yang masuk ke pedesaan sehingga memerlukan kemampuan PPL yang lebih tinggi dalam memahami setiap informasi baru. Sebagai akibatnya petani mempunyai banyak pilihan informasi dalam meningkatkan kualitas usahataninya. Karena kondisi petani yang belum mampu memilih informasi yang berkualitas banyak terjadi kasus-kasus adopsi inovasi teknologi yang merugikan petani dan keadaan ini didorong lagi oleh menurunnya peran PPL di pedesaan. Petani sebagai personil KUD semakin sulit mendapatkan informasi yang berkualitas yang mempunyai tingkat relevansi, akurasi, kelengkapan dan ketepatan waktu sesuai dengan kebutuhan. Menurut hasil wawancara dengan beberapa orang respoden mengatakan bahwa mereka sering mengalami kerugian seperti beredarnya pupuk palsu, semakin banyaknya jenis alsintan yang beredar dengan kualitas yang belum terjamin dan sebagainya sehingga semakin sulit mendapatkan informasi yang dapat dipercaya untuk membangun KUD dan usahatani yang mereka tekuni. Dengan menurunnya peran pemerintah dalam memberi informasi kepada KUD dan petani telah menimbulkan pergeseran peran sebagai sumber informasi yang layak dipercaya kepada tokoh masyarakat. Namun peran tokoh masyarakat ini ternyata semakin tergusur oleh peran para tengkulak yang setiap saat menyebarkan informasi di lingkungan sentra-sentra produksi padi yang sering sangat merugikan para petani. Para tengkulak telah banyak mengambil alih peran PPL dan pemerintah yang selama ini memberikan informasi yang berkualitas kepada KUD dan petani. Kondisi ini sangat merugikan para petani karena di
94
dalam informasi tersebut sangat erat kaitannya kegiatan perdagangan dengan memanfaatkan modal sebagai kekuatan kegiatan agribisnis di pedesaan. Berbagai
faktor
informasi
komunikasi
organisasi
KUD
yang
mempengaruhi kualitas informasi yang diterima oleh personil KUD erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah terhadap pembangunan KUD dan perkembangan aktivitas perdagangan gabah atau beras di pedesaan. Hal ini senada dengan pendapat Suryana (2005) yang menyatakan bahwa terhambatnya pembangunan pedesaan antara lain disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) kesadaran masyarakat pedesaan masih rendah akan perlunya informasi, (2) masih sulit mendapat informasi yang tepat waktu, (3) sebagian besar informasi dalam bentuk tertulis dan sulit dimengerti petani, (4) masih sulit memanfaatkan informasi secara bersama-sama dan (5) petugas lapang mempunyai akses yang terbatas terhadap informasi. Tamba (2007) mempertegas bahwa keberhasilan akses petani ke sumber informasi secara tepat dan akurat sangat ditentukan oleh tersedianya sistem informasi pembangunan pertanian. Tersedianya informasi pertanian dari berbagai sumber dikaitkan dengan kebutuhan patani sangat tergantung kepada: (1) relevansi informasi, (2) akurasi informasi, (3) kelengkapan informasi, (4) ketajaman informasi, (5) ketepatan waktu informasi dan (6) keterwakilan informasi. Seiring dengan kondisi tersebut maka diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas informasi agar dapat bermanfaat secara optimal dalam mengadopsi
inovasi
dari
berbagai
sumber
informasi
seperti
lembaga
pendidikan/perguruan tinggi, lembaga penelitian, dinas-dinas yang terkait, media massa, tokoh-tokoh masyarakat dan lembaga komersial lainnya. Dari hasil analisa data yang digambarkan pada Tabel 12 dapat dijelaskan bahwa secara keseluruhan peran infomasi KUD di Kabupaten Karawang masih tergolong rendah dengan nilai rataan mencapai 72,2 persen dan hampir merata diseluruh KUD dengan kisaran 73,1-75,9 persen. Peran informasi terhadap kinerja KUD yang paling tinggi pada kategori tinggi adalah pada KUD Warga Bakti dengan nilai 5,8 persen dan yang paling rendah dengan kategori tinggi adalah pada KUD Mitra Tani yakni 3, 7 persen. Peran informasi terhadap kinerja KUD di Kabupaten Cianjur tidak jauh berbeda dengan di Kabupaten Karawang yakni nilai
95
rataan yang tergolong rendah mencapai 73,3 persen dengan kisaran 60,1-88,8 persen dan yang tergolong tinggi mencapai 9,5 persen pada kisaran 3,2-13,6 persen. Peran informasi yang paling rendah dalam meningkatkan kinerja KUD di Kabupaten Cianjur adalah di KUD Karya Mekar dengan nilai 88,8 persen. dan yang tertinggi dalam kategori tinggi adalah di KUD Betah dengan nilai 13,6 persen. Untuk meningkatkan kinerja KUD diperlukan peningkatan kualitas informasi di seluruh KUD melalui suatu sistem informasi yang memberi peluang bagi anggota KUD mendapatkan informasi yang berkualitas, baik relevansi, akurasi, kelengkapan maupun ketepatan waktu. Tabel 12. Sebaran persentase informasi organisasi terhadap kinerja KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Lokasi/KUD contoh*
Tingkat peran informasi organisasi KUD (%) Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Kabupaten Karawang 1. KUD Sri Mulya 2. KUD Sumber Padi 3. KUD Warga Bakti 4.KUD Warga Tani 5. KUD Mitra Tani Rataan Kabupaten Cianjur 1. KUD Pelita Jaya 2. KUD Betah 3. KUD Karya Simpati 4. KUD Sari Mekar 5. KUD Karya Mekar Rataan
4,7 4,4 5,8 4,4 3,7 4,6
19.4 19,7 21,1 19,7 21,1 21,2
75,9 75,9 73,1 75,8 75,2 72,2
100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
10,3 13,6 5,2 7,3 3,2 7,9 9,5
24,0 26,3 11,6 13,3 8,0 16,6 17,2
65,7 60,1 83,2 79,4 88,8 75,5 73,3
100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
Iklim Komunikasi Organisasi KUD Peran iklim organisasi KUD dalam meningkatkan kinerja KUD juga terlihat masih tergolong rendah mencakup dukungan anggota, keterbukaan, kebersamaan, kepercayaan dan rasa keadilan. Faktor-faktor tersebut belum mampu menciptakan iklim komunikasi organisasi KUD yang kondusif untuk membangun suatu kebersamaan dan kekeluargaan mendorong peningkatan kinerja KUD dalam meningkatkan peran dan fungsinya bagi kepentingan anggota. Bila diteliti lebih mendalam faktor kepercayaan dan rasa keadilan menempati posisi tingkat peran yang paling rendah. Tingkat kepercayaan responden yang rendah terhadap KUD sebagai akibat dari kurang mampunya pengurus melakukan manajemen yang optimal untuk memberikan manfaat optimal kepada anggota
96
telah menimbulkan kecurigaan terhadap KUD. Ditemukan berbagai istilah seperti ketua untung duluan, kredit untuk memperkaya pengurus dan sebagainya merupakan
bentuk
adanya rasa ketidakadilan
yang
menimbulkan rasa
ketidakpercayaan anggota kepada KUD. Adanya rasa ketidakpercayaan dan ketidakadilan dari petani sebagai anggota KUD terhadap keberadaan KUD telah memberi dampak pada rendahnya kinerja KUD. Kinerja KUD yang rendah akan mempengaruhi proses aktivitas KUD dalam melaksanakan program-programnya sesuai dengan harapan anggota. Agar kinerja KUD dapat ditingkatkan maka pengembangan iklim yang kondusif di lingkungan organisasi KUD menjadi penting, hal ini seiring dengan pendapat Pace dan Faules (1989) yang mengatakan bahwa iklim komunikasi yang lemah cenderung menghambat kinerja KUD, karena iklim komunikasi yang kuat dapat menghasilkan praktik-praktik pengelolaan organisasi dan kegiatan organisasi yang lebih mendukung tercapainya tujuan suatu organisasi. Dari hasil analisa data sebagaimana terlihat pada Tabel 13 menunjukkan bahwa presentase tingkat peran iklim komunikasi organisasi KUD secara keseluruhan tergolong rendah dengan nilai rataan maing-masing 73,9 di Kabupaten Karawang dan 81,9 persen di Kabupaten Cianjur. Persentase tingkat peran iklim organisasi komunikasi KUD di Kabupaten Karawang yang paling tinggi dalam kategori tinggi adalah pada KUD Warga Bakti mencapai 8,0 persen dan paling rendah pada kategori rendah pada KUD Mitra Tani yakni 79,4 persen. Tingkat peran iklim komunikasi organisasi KUD contoh Di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa presentase yang paling tinggi dalam kategori tinggi adalah di KUD Betah yakni 4,8 persen dan yang paling tergolong rendah dalam kategori rendah adalah pada KUD Sari Mekar yakni mencapai 90,0 persen. Sebagaimana dikemukakan oleh Redding diacu dalam Goldhaber (1986) bahwa ada lima dimensi penting dari iklim komunikasi yakni: (1) supportiveness (dukungan), (2) partisipasi membuat keputusan, (3) kepercayaan, (4) keterbukaan, dan (5) tujuan penampilan (kinerja) yang tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan pengembangan iklim organisasi KUD agar terjadi percepatan penataan KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur. Faktor nilai-nilai budaya lokal ternyata ikut mempengaruhi iklim komunikasi organisasi KUD
97
sebagaimana diterapkan oleh KUD Betah di Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. Tabel 13. Peran iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Lokasi/KUD contoh Kabupaten Karawang 1. KUD Sri Mulya 2. KUD Sumber Padi 3. KUD Warga Bakti 4.KUD Warga Tani 5. KUD Mitra Tani Rataan Kabupaten Cianjur 1. KUD Pelita Jaya 2. KUD Betah 3. KUD Karya Simpati 4. KUD Sari Mekar 5. KUD Karya Mekar Rataan
Tingkat peran iklim organisasi KUD (%) Tinggi Sedang Rendah Jumlah 1,3 4,0 8,0 2,7 2,7 3,7
24,0 28,0 26,7 16,0 17,9 22,4
74,7 68,0 65,3 71,3 79,4 73,9
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
4,3 4,8 3,0 2,9 2,1 3,4
21,3 22,7 11,2 10,5 7,9 14,7
74,4 72,5 85,8 86,6 90,0 81,9
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Peran iklim komunikasi organisasi KUD terlihat semakin penting seiring dengan penegasan dari Tagiuri et al., (1968) yang menyatakan bahwa iklim organisasi adalah kualitas yang relatif dari lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggota-anggotanya dan mempengaruhi tingkah laku mereka serta dapat diuraikan dalam istilah nilai-nilai suatu karakteristik tertentu dari lingkungan. Iklim organisasi sebagai konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu sistem sosial, baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Intensitas Komunikasi Publik Organisasi KUD Secara umum menunjukkan bahwa intensitas komunikasi publik organisasi KUD dengan berbagai pihak dalam meningkatkan kinerja KUD yakni dengan pemerintah (dinas koperasi dan PPL), pengusaha, pelanggan, tokoh masyarakat dan internal KUD tergolong rendah. Dengan menurunnya peran PPL dan petugas penyuluh lainnya dari pemerintah secara langsung menurunkan intensitas komunikasi publik organisasi KUD. Pihak swasta dam LSM belum dapat melakukan komunikasi publik secara intensif dengan organisasi KUD, bahkan peran LSM masih belum dirasakan oleh personil KUD dalam memberi konstribusi terhadap peningkatan kinerja KUD.
98
Dari pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa petani dalam memperoleh informasi telah berupaya melakukan komunikasi publik organisasi dengan berbagai pihak secara intensif. Ternyata intensitas komunikasi publik organisasi yang paling tinggi adalah dengan tokoh masyarakat setelah peran pemerintah dalam memberi informasi mengalami penurunan. Peran swasta untuk memberikan informasi kepada petani dalam meningkatkan kegiatan usahatani di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur belum berkembang, hal ini terlihat bahwa tingkat intensitas komunikasi publik organisasi yang paling rendah adalah dengan pihak swasta. Kondisi intensitas komunikasi publik organisasi yang tergolong masih rendah telah memberi pengaruh terhadap rendahnya kinerja KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur. Sebagaimana terlihat pada Tabel 14 menunjukkan bahwa di Kabupaten Karawang peran intensitas komunikasi publik tertinggi terdapat pada KUD Sri Mulya yakni 10,6 persen dalam kategori tinggi dan terendah dalam kategori rendah di KUD Warga Tani yakni 76,0 persen. Sedangkan di Kabupaten Cianjur terlihat bahwa peran intensitas komunikasi publik tertinggi dalam kategori tinggi terdapat pada KUD Pelita Jaya yakni 8,9 persen dan terendah dalam kategori rendah di KUD Warga Tani yakni 85,3 persen. Secara keseluruhan intensitas komunikasi publik organisasi KUD lebih tinggi di Kabupaten Cianjur dibandingkan dengan di Kabupaten Karawang, hal ini disebabkan karena personil KUD di Kabupaten Cianjur mempunyai lebih banyak waktu yang tersedia untuk melakukan komunikasi publik dengan pihak luar organisasi KUD. Seiring dengan pendapat Muhammad (2007) bahwa efek komunikasi publik organisasi dapat diukur untuk mengetahui sejauh mana dampak dari intensitasnya terhadap tingkat keberhasilan suatu pelaksanaan dari rencana organisasi yang telah ditetapkan, sehingga dapat dikatakan terdapat kaitan dari komunikasi publik terhadap kinerja KUD. Jika diperhatikan akses komunikasi personal KUD dengan publik terlihat bahwa peran tokoh masyarakat di lingkungan pemukiman personil KUD masih besar, akan tetapi keberadaan para tokoh masyarakat mulai membaur dengan tengkulak karena banyak tokoh masyarakat yang sudah memasuki kegiatan perdagangan komoditas padi. Masyarakat semakin sulit menghindari peran para tengkulak yang sering
99
merugikan KUD karena sistem perdagangan yang berkembang adalah berdasarkan pada kekuatan modal. Tabel 14. Peran intensitas komunikasi publik terhadap kinerja KUD contoh di Kabupaten Karawang danKabupaten Cianjur Lokasi/KUD contoh Kabupaten Karawang 1. KUD Sri Mulya 2. KUD Sumber Padi 3. KUD Warga Bakti 4.KUD Warga Tani 5. KUD Mitra Tani Rataan Kabupaten Cianjur 1. KUD Pelita Jaya 2. KUD Betah 3. KUD Karya Simpati 4. KUD Sari Mekar 5. KUD Karya Mekar Rataan
Tingkat peran intensitas komunikasi publik KUD (%) Tinggi Sedang Rendah Jumlah 10,6 8,3 6,7 4,0 1,4 6,2
22,7 29,1 24,0 20,0 25,3 24,2
66,7 62,6 69,3 76,0 73,3 69,6
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
8,9 8,8 3,7 4,0 2,4 5,7
20,3 23,3 11,0 18,5 15,2 17,6
70,8 67,9 85,3 77,5 82,4 76,7
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Karakteristik Personil Organisasi KUD Ditinjau dari faktor karakteristik personil KUD terhadap pengembangan kapasitas KUD dan kualitas pelayanan sebagai organisasi ekonomi petani dipengaruhi oleh beberapa aspek yakni: umur, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan nonformal, pengalaman berkoperasi, keberanian menghadapi resiko dan kekosmopolitan. Dari segi waktu lamanya personil menjadi anggota KUD menunjukkan bahwa pada umumnya seluruh personil KUD telah menjadi anggota bersamaan dengan berdirinya KUD karena sebagian besar petani langsung menjadi anggota KUD pada saat didirikan. Sejak berdirinya KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur hanya beberapa orang saja yang baru masuk menjadi anggota sehingga tidak menunjukkan peran yang besar terhadap kapasitas dan pelayanan KUD. Dari Tabel 15, dapat diketahui bahwa di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur rataan peran pengalaman berkoperasi terhadap kapasitas dan kualitas pelayanan KUD tergolong rendah dalam kategori rendah yaitu masingmasing 55,3 dan 58,2 persen. Peran pengalaman yang tertinggi dalam kategori tinggi adalah pada KUD Warga Bakti mencapai 22,2 persen dan yang paling rendah dalam kategori rendah pada KUD Sri Mulya sebesar 77,5 persen.
100
Sedangkan di Kabupaten Cianjur peran pengalaman berkoperasi terhadap kapasitas dan kualitas pelayanan KUD yang tertinggi dalam kategori tinggi adalah pada KUD Betah mencapai 14,4 persen dan yang paling rendah dalam kategori rendah pada KUD Karya Mekar sebesar 66,6 persen. Apabila diteliti lebih mendalam ternyata kondisi peran pengalaman berkoperasi terhadap kapasitas dan kualitas pelayanan KUD relatif sama tidak jauh berbeda. Untuk meningkatkan peran personil KUD terhadap kapasitas dan kualitas pelayanan KUD perlu diperhatikan faktor karakteristik lainnya seperti pendidikan, kekosmopolitanan dan keberanian menghadapi resiko. Tabel 15. Peran pengalaman berkoperasi terhadap kapasitas dan kualitas pelayanan KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Lokasi/KUD contoh Kabupaten Karawang 1. KUD Sri Mulya 2. KUD Sumber Padi 3. KUD Warga Bakti 4.KUD Warga Tani 5. KUD Mitra Tani Rataan Kabupaten Cianjur 1. KUD Pelita Jaya 2. KUD Betah 3. KUD Karya Simpati 4. KUD Sari Mekar 5. KUD Karya Mekar Rataan
Tingkat peran pengalaman berkoperasi (%) Tinggi Sedang Rendah Jumlah 8,9 18,3 22,2 13,2 13,3 15,2
13,6 37,3 40,8 37,9 17,8 29,5
77,5 44,4 37,0 48,9 68,9 55,3
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
13,3 14,4 13,3 11,1 8,9 12,2
27,9 33,3 34,5 27,8 24,5 29,6
58,8 52,3 52,2 61,1 66,6 58,2
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Peran aspek keberanian menghadapi resiko dalam penerapan teknologi pertanian secara keseluruhan menunjukkan cukup menonjol dibandingkan dengan aspek lainnya. Hal ini terlihat dari pesatnya penggunaan teknologi alsintan dalam usahatani padi di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur. Personil KUD mempunyai keberanian dalam menghadapi resiko penggunaan teknologi alsintan dalam kategori tinggi dan sedang mencapai 58,7 persen di Kabupaten Karawang dan 53,4 persen di Kabupaten Cianjur. Hasil analisa data terkait dengan peran keberanian menghadapi resiko di Kabupaten Karawang sebagaimana terlihat pada Tabel 15 menunjukkan bahwa KUD Warga Bakti tergolong tertinggi dalam kategori tinggi mencapai 20,0 persen dan KUD Sri Mulya paling rendah dalam kategori rendah mencapai 46,7 persen.
101
Sedangkan di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa KUD Betah tergolong paling tinggi dalam kategori tinggi sebesar 18,5 persen dan KUD Pelita Jaya tergolong paling rendah dalam kategori rendah sebesar 55,6 persen. Dari beberapa penerapan alsintan untuk usahatani sawah yang sudah diperkenalkan kepada petani, terlihat bahwa pengunaan traktor tangan dan pemanfaatan penggilingan padi yang sudah berkembang dan sangat dibutuhkan oleh petani. Sedangkan penggunaan alat perontok gabah masih dalam taraf pengenalan, belum digunakan secara umum oleh petani walaupun para petani sudah paham bahwa dengan menggunakan alat perontok gabah dapat mengurangi kehilangan gabah di lapangan. Untuk meningkatkan produksi dan nilai tambah yang diperoleh petani sebagai produsen gabah/beras personil KUD sebagai petani memerlukan pengujian di lapangan yang dapat disaksikan langsung dan dirasakan manfaatnya. Petani mengharapkan adanya demplot-demplot sebagai uji coba yang dapat disaksikan langsung oleh petani di lapangan dan diikuti dengan informasi dari sumber yang dapat dipercaya. Tabel 16. Peran keberanian menghadapi resiko terhadap kapasitas dan kualitas pelayanan KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Lokasi/KUD contoh Kabupaten Karawang 1. KUD Sri Mulya 2. KUD Sumber Padi 3. KUD Warga Bakti 4.KUD Warga Tani 5. KUD Mitra Tani Rataan Kabupaten Cianjur 1. KUD Pelita Jaya 2. KUD Betah 3. KUD Karya Simpati 4. KUD Sari Mekar 5. KUD Karya Mekar Rataan
Tingkat peran keberanian menghadapi resiko (%) Tinggi Sedang Rendah Jumlah 15,5 17,8 20,0 17,8 18,9 18,0
37,8 47,8 38,9 37,7 41,1 40,7
46,7 34,4 41,1 44,5 40,0 41,3
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
12,2 18,5 14,4 12,8 11,1 13,8
32,2 38,2 38,8 37,8 51,1 39,6
55,6 43,3 46,8 49,4 37,8 46,6
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Peran tingkat kekosmopolitan personil KUD contoh di Kabupaten Karawang dan di Kabupaten Cianjur secara umum masih tergolong rendah, hal ini disebabkan masih rendahnya akses personil KUD dengan berbagai sumber informasi yang berkualitas dan layak dipercaya. Petani secara umum masih sulit mendapatkan informasi di perkotaan, disamping lokasi yang relatif jauh juga
102
masih belum banyak dikenal oleh petani sumber-sumber informasi yang mereka butuhkan. Di samping itu para petani pada umumnya belum siap secara mental untuk mencari informasi ke berbagai sumber terutama sumber-sumber informasi formal seperti kantor-kantor pengusaha swasta dan kantor-kantor pemerintah. Dengan keterbatasan pendidikan dan pengalaman petani dalam mencari informasi ke kota-kota perlu ada paradigma yang berupaya mendekatkan sumber informasi kepada personil KUD sehingga mereka dapat dengan mudah memperoleh akses ke sumber informasi sesuai dengan kebutuhan. Ditinjau dari pola pemukiman yang berbeda antara Kabupaten Karawang yang lebih terpusat dengan pola pemukiman di Kabupaten Cianjur yang lebih menyebar memerlukan sistem informasi yang berbeda untuk memperoleh hasil optimal. Untuk mendorong meningkatkan kekosmopolitanan personil KUD dan para petani di pedesaan diperlukan pusat informasi pertanian yang relevan dengan kebutuhan informasi petani dalam mengembangkan usahatani yang lebih maju atau modern ditengah-tengah sentra-sentra produksi pertanian. Pusat informasi pertanian di sentra-sentra produksi unggulan wilayah pertanian akan mendekatkan akses informasi kepada para petani. Sistem informasi dan kelembagaan merupakan kebutuhan petani
sebagai sumber informasi yang terkontrol dari
berbagai sumber yang semakin luas dan terbuka, sehingga petani dapat memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan teknologi pertanian secara optimal. Kerugian petani akibat dari kesalahan dalam memanfaatkan informasi dapat dihindari seperti penggunaan teknologi pertanian yang tidak berkualitas atau tidak mempunyai jaminan mutu dari yang berwenang. Dari Tabel 17 menunjukkan bahwa peran kekosmopolitan personal KUD Warga Bakti merupakan KUD yang memiliki peran tertinggi dalam kategori tinggi hanya sebesar 3,3 persen dan KUD Sri Mulya tergolong paling rendah dalam kategori rendah mencapai 90,0 persen. Tidak jauh berbeda dengan kondisi di Kabupaten Karawang, bahwa di Kabupaten Cianjur juga ditemui peran kekosmopolitanan di KUD Betah dalam kategori tinggi hanya mencapai 1,6 persen dan KUD Sari Mekar mencapai 92,2 persen dalam kategori rendah. Peran kekosmopolitan personil KUD yang rendah telah memberi dampak terhadap
103
rendahnya kapasitas KUD dan kualitas pelayanan KUD di Kabupetan Karawang dan Kabupaten Cianjur. Tabel 17. Peran kekosmopolitan terhadap kapasitas dan kualitas pelayanan KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Lokasi/KUD contoh Tinggi Kabupaten Karawang 1. KUD Sri Mulya 2. KUD Sumber Padi 3. KUD Warga Bakti 4.KUD Warga Tani 5. KUD Mitra Tani Rataan Kabupaten Cianjur 1. KUD Pelita Jaya 2. KUD Betah 3. KUD Karya Simpati 4. KUD Sari Mekar 5. KUD Karya Mekar Rataan
Tingkat kekosmopolitan (%) Sedang Rendah
Jumlah
0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 0,7
10,0 6,7 11,2 11,1 3,7 8,5
90,0 93,3 86,5 88,9 97,3 90,8
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
0,0 1,6 1,1 0,0 1,2 0,7
12,2 16,1 11,1 7,8 6,7 10,9
87,8 83,3 87,8 92,2 91,1 88,4
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Proses Komunikasi Organisasi KUD Hasil analisa data tentang tingkat peran proses komunikasi organisasi KUD terhadap kapasitas dan kualitas pelayanan KUD contoh yang dibatasi dengan lima indikator yaitu arus komunikasi, tingkat umpan balik, kualitas saluran komunikasi, efektivitas komunikasi dan pemanfaatan komunikasi menunjukkan bahwa secara umum di Kabupaten Karawang lebih tinggi dibandingkan dengan di Kabupaten Cianjur. Hal ini terkait dengan pola pemukiman yang berbeda antara Kabupaten Karawang dengan Kabupaten Cianjur di mana pemukiman di Kabupaten Karawang adalah terkonsentrasi (terpusat) dalam kelomppok-kelompok pemukiman (desa) sedangkan di Kabupaten Cianjur pola pemukiman adalah menyebar. Pola pemukiman terpusat akan lebih memudahkan dalam interaksi komunikasi dibandingkan dengan pola pemukiman menyebar. Berkaitan dengan teori proses komunikasi organisasi dengan organisasi KUD sebagai kelembagaan ekonomi masyarakat yang bersifat terbuka pada dasarnya proses komunikasi organisasi KUD bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program organisasi KUD. Hal ini seiring dengan pendapat (Effendy, 2001) di mana komunikasi organisasi yang terjadi
104
dalam suatu organisasi bersifat formal dan informal dan berlangsung dalam suatu jaringan melalui proses pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan KUD diperlukan peningkatan proses komunikasi organisasi KUD yang mampu meningkatkan efektivitas arus komunikasi, umpan balik, saluran komunikasi, efektivitas komunikasi dan pemanfaatan informasi yang diperoleh personil KUD, sehingga diperlukan pengembangan jaringan komunikasi yang disesuaikan dengan kultur dan pola pemukiman daerah setempat. Seiring dengan pendapat Sendjaja et al., (1994) di mana komunikasi dalam organisasi bertujuan menciptakan saling sepemahaman antara anggota-anggota dalam organisasi tersebut melalui suatu proses komunikasi, maka untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan KUD perlu pengembangan jaringan komunikasi organisasi dalam suatu model yang tepat. Komunikasi organisasi sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain, baik vertikal maupun horisontal. Sebagaimana terlihat pada Tabel 18 peran proses komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang menunjukkan bahwa KUD Warga Bakti merupakan KUD yang tertinggi dalam kategori tinggi yakni 16,0 persen dan KUD Mitra Tani yang tergolong terendah dalam kategori rendah yakni 66,7 persen. Sedangkan di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa peran proses komunikasi organisasi KUD tertinggi dalam kategori tinggi adalah pada KUD Karya Simpati yakni 7,3 persen dan yang tergolong terendah dalam kategori rendah adalah KUD Karya Mekar yakni dengan 76,3 persen. Secara keseluruhan terlihat bahwa peran proses komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang lebih tinggi dibanding dengan Kabupaten Cianjur, hal ini sesuai dengan analisa lapangan di mana komunikasi dengan pola pemukiman terpusat lebih berpaluang untuk berkomunikasi dibandingkan dengan pola pemukiman terpencar. Jika diteliti lebih mendalam proses komunikasi organisasi KUD menunjukkan bahwa KUD dengan penggilingan padi yang memiliki kapasitas yang lebih besar mendukung peningkatan peran proses komunikasi organisasi KUD. Hal ini terjadi karena personil KUD pengguna penggilingan padi KUD lebih banyak yang memperoleh manfaatnya.
105
Tabel 18. Peran proses komunikasi organisasi terhadap peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Lokasi/KUD contoh Kabupaten Karawang 1. KUD Sri Mulya 2. KUD Sumber Padi 3. KUD Warga Bakti 4.KUD Warga Tani 5. KUD Mitra Tani Rataan Kabupaten Cianjur 1. KUD Pelita Jaya 2. KUD Betah 3. KUD Karya Simpati 4. KUD Sari Mekar 5. KUD Karya Mekar Rataan
Tingkat peran proses komunikasi KUD (%) Tinggi Sedang Rendah Jumlah 14,7 14,7 16,0 5,3 9.3 12,0
32,0 25,3 29,4 28,0 25,3 28,0
53,3 60,0 54,6 66,7 65,4 60,0
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
4,2 4,9 7,3 2,9 2,7 3,6
28,4 26,9 24,7 27,3 21,1 25,6
67,3 68,2 71,0 70,2 76,3 70,8
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Tingkat Kinerja KUD Peran tingkat kinerja KUD terhadap peningkatan kapasitas KUD dilakukan analisa terhadap peran kepemimpinan, peran pengawas, pelaksanaan program, penerapan teknologi dan pelaksanaan RAT. Secara umum menunjukkan bahwa pelaksanaan RAT merupakan aspek yang menonjol dalam tingkat kinerja KUD, baik di Kabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur. Pelaksanaan RAT ternyata sangat dipahami oleh personil KUD bahwa forum RAT merupakan kegiatan yang harus diutamakan sebagai forum demokrasi yang dikembangkan di lingkungan organisasi perkoperasian untuk meningkatkan kinerja KUD sebagai organisasi ekonomi petani yang berasaskan kebersamaan dan kekeluargaan. Aspek penerapan teknologi menempati posisi kedua setelah pelaksanana RAT dalam membangun kinerja KUD yang berarti personil KUD sangat mendambakan adanya inovasi-inovasi baru yang dapat meningkatkan kinerja KUD sebagai upaya untuk pengembangan usahatani anggota. Sebagaimana terlihat pada Tabel 19 menunjukan bahwa tingkat kinerja KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur masih belum optimal yakni dengan nilai rataan skor masing-masing 30 dan 32. Sebaran persentase dan rataan skor tertinggi adalah pada peran aspek pelaksaan RAT dengan nilai masingmasing 48 di Kabupaten Karawang dan 52 di Kabupaten Cianjur. Sedangkan yang
106
paling rendah adalah rataan pada aspek peran pengawas KUD dengan nilai masing-masing 18 di Kabupaten Karawang dan 22 di Kabupaten Cianjur. Tabel 19. Sebaran persentase dan rataan skor kinerja KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Peran KUD
Kinerja Kategori
Kepemimpinan (Y 1.1) Peran pengawas (Y 1.2) Pelaksanaan program (Y 1.3) Penerapan teknologi (Y 1.4) Pelaksanaan RAT (Y 1.5) Tingkat kinerja KUD (Y 1)
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
Karawang (n=150) % RS
Cianjur (n=150) % RS
Rataan (%)
Rataan Skor
72,4 20,7 6,9
28
76,2 12,7 11,1
30
74,3 16,7 9.0
29
73,4 19,2 10,1
18
71,3 11,2 17,6
22
72,4 15,2 12,4
20
79,4 18,7 1,9
16
81,4 10,7 7,9
19
80,4 14,7 4,9
18
39,4 28,2 32,4
38
46,1 23,5 30,4
49
42,8 25,9 31,3
44
16,5 11,1 72,4
48
12,1 11,7 76,2
52
15,9 9,7 74,4
50
62,4 25,9 11,7
30
65,3 24,7 10,0
32
63,9 25,3 10,85
31
Keterangan: RS = Rataan Skor 0-33 = rendah, 34-66 = sedang, 67-100 = tinggi
Tingkat Kapasitas KUD Peran tingkat kapasitas KUD terhadap peningkatan kualitas pelayanan KUD dilakukan analisa terhadap peran permodalan, pemasaran hasil, input saprotan, kualitas SDM dan SHU. Secara umum menunjukkan bahwa pemasaran hasil merupakan aspek yang menonjol dalam tingkat kapasitas KUD, baik di Kabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur. Aspek pemasaran hasil ternyata mempunyai peran penting dan sangat diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut oleh personil KUD dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anggota, oleh karena itu perlu mendapat perhatian dari pemerintah dalam pengembangan KUD ke depan. Sebagaimana terlihat pada Tabel 20 menunjukkan bahwa tingkat kapasitas KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur belum optimal yakni dengan nilai rataan skor masing-masing 31 dan 28. Sebaran persentase dan rataan
107
skor tertinggi adalah pada peran aspek pemasaran hasil dengan nilai masingmasing 42 di Kabupaten Karawang dan 38 di Kabupaten Cianjur. Sedangkan yang paling rendah adalah rataan pada aspek input saprotan dengan nilai masingmasing 17 di Kabupaten Karawang dan 16 di Kabupaten Cianjur. Tabel 20. Sebaran persentase dan rataan skor kapasitas KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Peran Kapasitas Kategori KUD Permodalan (Y 2.1)
Rendah Sedang Tinggi Pemasaran hasil Rendah (Y 2.2) Sedang Tinggi Input saprotan Rendah (Y 2.3) Sedang Tinggi Kualitas SDM Rendah (Y 2.4) Sedang Tinggi SHU (Y 2.5) Rendah Sedang Tinggi Tingkat kapasitas Rendah KUD (Y 2) Sedang Tinggi
Karawang (n=150) % RS
Cianjur (n=150) % RS
Rataan (%)
Rataan Skor
81,4 15,7 2,9
22
78,4 12,9 8,7
20
79,9 14,3 5,8
21
70,4 16,2 13,4
42
71,3 11,4 17,3
38
70.8 13,8 15,4
40
77,4 18,7 1,9
17
75,4 16,9 7,9
16
76,4 17,8 5,8
16
73,1 18,4 8,5
37
76,2 13,5 10,3
43
74,7 15,9 9,4
28
72,5 21,1 6,4
32
76,1 18,7 5,2
32
74,3 19,9 5,8
32
67,3 22,9 9,8
31
74,8 19,4 5,8
28
71,1 21,2 7,7
30
Keterangan: RS = Rataan Skor 0-33 = rendah, 34-66 = sedang, 67-100 = tinggi
Tingkat Kualitas Pelayanan KUD Peran tingkat kualitas pelayanan KUD terhadap anggota KUD dilakukan analisa terhadap peran aspek teknis, ekonomis, sosial dan waktu. Secara umum menunjukkan bahwa aspek ekonomis merupakan aspek yang menonjol dalam tingkat kualitas pelayanan KUD, baik di Kabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur. Aspek ekonomis mempunyai peran penting dan sangat diharapkan dapat ditingkatkan lebih lanjut oleh personil KUD dalam upaya meningkatkan pendapatan atau nilai tambah dari hasil usahatani petani. Sebagaimana terlihat pada Tabel 21 menunjukkan bahwa tingkat kualitas pelayanan KUD terhadap anggota KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur belum optimal yakni dengan nilai rataan skor masing-masing 38 dan 42.
108
Sebaran persentase dan rataan skor tertinggi adalah pada peran aspek ekonomis dengan nilai masing-masing 29 di Kabupaten Karawang dan 32 di Kabupaten Cianjur. Sedangkan yang paling rendah adalah rataan pada aspek waktu dengan nilai masing-masing 18 di Kabupaten Karawang dan 20 di Kabupaten Cianjur. Hal ini terkait dengan tingkat pertimbangan faktor waktu tidak menjadi prioritas bagi petani. Dari tingkat aspek teknis dan sosial terlihat bahwa keduanya mempunyai peran yang hampir sama dengan nilai rataan skor 29 dan 28 di Kabupaten Karawang dan nilai rataan skor 30 dan 29 di Kabupaten Cianjur. Tabel 21. Sebaran persentase dan rataan skor kualitas pelayanan KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Peran Kualitas Kategori Pelayanan KUD Aspek teknis (Y 3.1) Aspek ekonomis (Y 3.2) Aspek sosial (Y 3.3) Aspek waktu (Y 3.4) Tingkat kualitas pelayanan KUD (Y 3)
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
Karawang (n=150) % RS
Cianjur (n=150) % RS
Rataan (%)
Rataan Skor
62,5 22,7 14,6
28
66,5 22,8 10,7
30
64,5 22,8 12,7
29
53,4 29,2 17,4
29
51,7 31,2 17,1
32
72,4 15,2 12,4
31
67,1 18,7 14,2
27
61,9 10,7 27,4
29
64,5 14,7 20,8
28
79,4 17,2 3,4
18
76,6 15,5 7,9
20
78,0 16,4 5,6
18
16,5 11,1 72,4
38
12,1 11,7 76,2
42
15,9 9,7 74,4
40
Keterangan: RS = Rataan Skor 0-33 = rendah, 34-66 = sedang, 67-100 = tinggi
Dari hasil wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa aspek teknis yang banyak mendapat pertimbangan adalah kualitas beras dan rendemen pengolahan hasil penggilingan padi KUD. Sedangkan dari aspek sosial yang banyak mendapat perhatian adalah faktor rasa kekeluargaan dan kebersamaan antara pengguna penggilingan padi dengan pengurus dan manajer penggilingan padi serta adanya keleluasaan pemanfaatan lantai jemur, gudang penyimpanan dan pemanfaatan hasil sampingan berupa sekam, dedak dan sebagainya.
109
Uji Model Komunikasi Organisasi KUD Uji Kecocokan Model Menurut Kusnendi (2008) model adalah merupakan kerangka pemikiran atau konstruksi teoritis penelitian yang dirumuskan dalam bentuk diagram dan atau persamaan matematik tertentu dan esensinya menyatakan hipotetsis penelitian. Untuk mengetahui kecocokan atau kesesuaian model komunikasi organisasi yang sudah didesain dilakukan uji kecocokan model dengan analisis jalur diagram atau path analysis. Model komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dalam penelitian ini dianalisis dengan model persamaan struktural atau SEM. Dalam analisa SEM model pengukuran dan model struktural diintegrasikan sehingga membentuk sebuah model basic atau hybrid model yang menggunakan matriks kovariansi antar indikator variabel. Terhadap data primer dari 150 responden tiap lokasi penelitian yakni di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dilakukan analisa dengan bantuan program LISREL 8.30. Dari gambar diagram jalur hasil SEM dapat diketahui koefisien jalur antar variabel, nilai kesalahan pengukuran (error), koefisien faktor konfirmatori dan kesalahan pengukuran tiap indikator variabel serta hasil analisa hubungan antar variabel. Menurut Kusnendi (2008) dan Sugiyono (2010) uji kesesuaian antar model teoritis dan data empiris dapat dilihat pada tingkat Goodness of Fit (GOF) dari hasil diagram jalur SEM yakni nilai dari : Chi-square, Goodness-of-fit Index (GFI), Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA), Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) dan Comparative Fit Index (CFI). Sebagai acuan dari uji kecocokan model struktural hubungan faktor-faktor yang berpengaruh pada setiap variabel digunakan beberapa kriteria yakni: nilai Chi-square yang semakin kecil semakin baik, nilai RSMEA≤ 0,08; nilai GFI ≥ 0,90; nilai AGFI ≥ 0 ,90; nilai CFI ≥ 0,90. Menurut Kusnandi (2008) ukuran kesesuaian absolut yang paling utama versi analisis LISREL adalah adalah nilai Chi square dan RMSEA yang dapat diketahui dari tampilan diagram jalur keluaran analisis LISREL. Lebih lanjut Wijanto (2010) menegaskan bahwa chi–square digunakan untuk menguji seberapa dekat kecocokan antara matrik kovarian sampel dengan matrik kovarian model yang merupakan distribusi chi–square yang ditunjukkan oleh nilai p ≥ 0.05.
110
Untuk melengkapi hasil chi-square digunakan nilai RMSEA yang ditunjukkan oleh nilai≤0,08. Dari diagram jalur model komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang sebagaimana terlihat dapad Gambar 8 menunjukkan bahwa di Kabupaten Karawang nilai p-hitung = 0,000 < 0,05; nilai Chi-square 1431,07; nilai RMSEA = 0,069 < dari 0,08; nilai AGFI = 0,910 > 0,90; nilai GFI = 0,850 mendekati 0,90; nilai CFI = 0,830 mendekati 0,90.
Gambar 8. Diagram jalur model komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang Menurut diagram jalur model komunikasi organisasi KUDdi Kabupaten Cianjur sebagaimana terlihat pada Gambar 9 menunjukkan bahwa nilai p-hitung = 0,000 < 0,05; nilai Chi-square 1328,39; nilai RMSEA = 0,078 > dari 0,08; nilai AGFI = 0,930 > 0,90; nilai GFI = 0,870 mendekati 0,90; nilai CFI = 0,840 mendekati 0,90. Hasil diagram jalur pada masing-masing estimasi parameter model komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur terlihat bahwa nilai-nilai kriteria terkait dengan uji kecocokan model berdasarkan uji GOF menunjukkan bahwa secara keseluruhan tergolong fit (baik) dan mendekati (marginal fit).
111
Gambar 9. Diagram jalur model komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Cianjur Mengacu kepada teori dan hasil analisa analisa diagram SEM mengacu kepada hasil goodness of fit, baik di Kabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur sebagaimana terlihat pada Tabel 22, dapat dikatakan bahwa model komunikasi organisasi KUD yang diteliti layak untuk dikembangkan. Menurut Sugiyanto (2010) hasil uji kecocokan model yang baik dapat diteruskan uji kebermaknaan dan uji pengukuran terhadap validitas dan reliabilitas indikator variabel. Tabel 22. Hasil goodness of fit model komunikasi organisasi KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Kriteria indeks ukuran Chi square
Nilai acuan (Cut off value) p ≤ 0.05
RMSEA AGFI GFI CFI
≤ 0.08 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90
Hasil Karawang Cianjur 1431,07 (p=0.0)
1328,39 (p=0.0)
0,069 0,910 0,850 0,830
0,078 0,930 0,870 0,840
Evaluasi model
Tidak berbeda antara input sebenarnya dengan input prediksi baik baik mendekati baik mendekati baik
112
Validitas dan Reliabilitas Indikator Menurut
Kusnendi
(2008)
koefisien
faktor
digunakan
untuk
mengidentifikasi validitas dan reliabilitas setiap indikator dalam pengukuran variabel . Semakin tinggi koefisien faktor yang distandarkan mengidentifikasikan semakin tinggi validitas atau ketepatan yang dimiliki oleh pengukuran setiap indikator. Menurut Sugiyono (2010) suatu variabel dikatakan mempunyai validitas yang baik terhadap variabel latennya jika nilai muatan faktor standarnya lebih besar dari 0,30. Lebih lanjut Wijaya (2009) menyatakan bahwa nilai validitas berkaitan dengan uji kecocokan model pengukuran hubungan antara sebuah variabel dengan indikator yang terkait. Sedangkan reliabilitas adalah konsistensi suatu pengukuran dengan nilai minimal 0,50 dapat dikatakan reliable dan jika nilainya semakin tinggi berarti indikator-indikator dari variabel mempunyai konsistensi tinggi. Nilai validitas dan reliabilitas dalam analisis SEM diperoleh secara langsung dari keluaran LISREL 8.30. Dalam analisis validitas dan reliabilitas pengukuran indikator secara keseluruhan menunjukkan bahwa nilainya tergolong valid yakni > 0,30 dan reliabel yakni ≥ 0,50. Berdasarkan uji kebermaknaan masing-masing koefisien faktor menunjukkan secara keseluruhan sangat signifikan dengan estimasi koefisien faktor lebh besar dari nilai yang distandarkan, dalam arti bahwa masing-masing indikator memiliki validitas dan reliabilitas yang cukup dalam pengukuran indikator dari tiap variabel yang diteliti. Hasil pengukuran terhadap indikator variabel dirinci terkait dengan variabel kinerja, kapasitas dan kualitas pelayanan KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur. Nilai koefisien validitas dan reliabilitas kinerja di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur adalah valid > 0,30 dan reliabel yakni pada kisaran 0,620,83, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 23. Indikator penerapan teknologi usahatani sawah di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur menunjukkan nilai validitas paling tinggi yakni masing-masing 0,53 dan 0,60. Sedangkan nilai reliabilitas yang paling besar adalah peran pengawas di Kabupaten Karawang dan penerapan teknologi pertanian di Kabupaten Cianjur.
Dari nilai koefisien
reliabilitas yang ada dapat dikemukakan bahwa di Kabupaten Cianjur tingkat
113
kepemimpinan merupakan tingkat reliabilitas yang paling rendah yakni 0,63 dan nilai yang paling tinggi adalah penerapan teknologi usahatani sawah yakni 0,75 atau konsistensi pengukuran hubungan yang paling tinggi adalah penerapan teknologi dalam meningkatkan kinerja KUD. Tabel 23. Koefisien validitas dan reliabilitas orientasi kinerja KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur No 1 2 3 4 5
Kabupaten Karawang Koefisien Koefisien validitas reliabilitas
Indikator variabel kinerja KUD Kepemimpinan KUD (Y 1.1 ) Peran pengawas KUD (Y 1.2 ) Pelaksanaan Program KUD (Y 1.3 ) Penerapan Teknologi Pertanian (Y 1.4 ) Pelaksanaan RAT KUD (Y 1.5 )
0,47 0,30 0,46 0,53 0,42
0,78 0,62 0,76 0,72 0,83
Kabupaten Cianjur Koefisien Koefisien validitas reliabilitas 0,56 0,48 0,37 0,30 0,61
0,63 0,67 0,71 0,75 0,73
Hasil pengukuran terhadap indikator dengan orientasi kapasitas KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa koefisien validitas secara keseluruhan > 0,30, berarti semua indikator valid dengan nilai koefisien reliabilitas berkisar 0,56-0,73 (reliabel). Nilai koefisien validitas yang paling tinggi adalah indikator kualitas SDM yakni 0,71 di Kabupaten Karawang dan 0,73 di Kabupaten Cianjur. Nilai koefisien validitas yang paling rendah di Kabupaten Karawang dan kabupaten Cianjur adalah indikator permodalan yakni 0,40 dan 0,42. Tabel 24. Koefisien validitas dan reliabilitas orientasi kapasitas KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur. No
1 2 3 4 5
Indikator variabel kapasitas KUD Permodalan KUD (Y 2.1 ) Pemasaran hasil (Y 2.2 ) Input saprotan (Y 2.3 ) Kualitas SDM (Y 2.4 ) Hasil SHU (Y 2.5 )
Kabupaten Karawang Koefisien Koefisien validitas reliabilitas 0,40 0,35 0,56 0,71 0,60
0,78 0,70 0,68 0,56 0,64
Kabupaten Cianjur Koefisien Koefisien validitas reliabilitas 0,42 0,45 0,58 0,73 0,57
0,69 0,77 0,72 0,65 0,74
Faktor kualitas sumber daya manusia merupakan indikator yang sangat menentukan membangun kapasitas KUD dalam meningkatkan peran dan fungsi KUD. Hal ini senada dengan pendapat Mardikanto (1991) yang menyatakan bahwa elemen pemberdayaan sumber daya manusia (petani) menempati posisi
114
sangat strategis yaitu berperan sebagai pelaku utama dan subyek pembangunan pertanian di mana petani memerlukan informasi pertanian yang dibutuhkan dan memberikan kemudahan untuk memperoleh informasi. Masalah permodalan merupakan kendala terbesar yang dialami oleh anggota KUD. Dari pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pada umumnya para anggota KUD tidak banyak memperhatikan nilai SHU yang diperoleh, lebih banyak mengharapkan kemudahan memperoleh kebutuhan untuk meningkatkan hasil usahatani termasuk peningkatan pelayanan KUD dalam pemanfaatkan penggilingan padi. Hasil pengukuran validasi dan reliabilitas terhadap indikator orientasi kualitas pelayanan KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa koefisien validitas dan reliabilitas cukup baik. Sebagaimana terlihat pada Tabel 25 menunjukan bahwa nilai validitas indikator variabel kualitas pelayanan KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur adalah aspek waktu masing-masing 0,34 dan 0,35. Dari berbagai indikator variabel kualitas pelayanan KUD menunjukkan bahwa aspek ekonomis mempunyai nilai koefisien validitas yang paling tinggi, baik di Kabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur dengan nilai masing-masing 0,59 dan 0,62. Tabel 25. Koefisien validitas dan reliabilitas orientasi kualitas pelayanan KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur No 1 2 3 4
Indikator variabel Kualitas pelayanan KUD Aspek teknis (Y 3.1 ) Aspek ekonomis KUD (Y 3.2 ) Aspek sosial KUD (Y 3.3 ) Aspek waktu (Y 3.4 )
Kabupaten Karawang Koefisien Koefisien validitas reliabilitas 0,36 0,78 0,59 0,65 0,47 0,71 0,34 0,61
Kabupaten Cianjur Koefisien Koefisien validitas reliabilitas 0,40 0,65 0,62 0,71 0,36 0,72 0,35 0,61
Nilai koefisien reliabilitas orientasi kualitas pelayanan KUD di Kabupaten Karawang yang paling tinggi adalah aspek teknis yakni 0,78 dan di Kabupaten Cianjur adalah aspek sosial yakni 0,72. Dari fakta di lapangan menunjukkan bahwa faktor waktu mempunyai pengaruh yang relatif rendah terhadap tingkat kualitas pelayanan KUD bagi anggotanya. Personil KUD atau petani mempertimbangkan faktor waktu pada prioritas terendah untuk menentukan pilihan terhadap pemanfaatan penggilingan padi.
115
Faktor-Faktor Penentu Peningkatan Kualitas Pelayanan KUD Analisis model persamaan struktural menggunakan analisis SEM dengan bantuan perangkat LISREL 8.30 telah menghasilkan diagram jalur model struktural komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur. Diagram jalur tersebut telah diuji kecocokan model serta uji validitas dan reliabilitas pengukuran dengan hasil yang menunjukkan bahwa mempunyai kelayakan untuk diterapkan dan dikembangkan. Untuk mengetahui faktor-faktor penentu peningkatan kualitas pelayanan KUD di lokasi penelitian dilakukan pengujian yang diturunkan dari hipotesis pertama dan hipotesis kedua dari penelitian ini yakni: Hipotesis pertama; peningkatan kinerja KUD dipengaruhi secara nyata oleh informasi organisasi KUD, iklim organisasi KUD dan intensitas komunikasi publik organisasi KUD dan Hipotesis kedua; pengembangan kapasitas KUD dalam meningkatkan pelayanan pemanfaatan penggilingan padi KUD dipengaruhi secara nyata oleh kinerja KUD, karakteristik personal KUD dan proses komunikasi organisasi KUD. Analisis jalur dilakukan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung sejumlah variabel terikat terhadap variabel bebas yang telah diobservasi tiap indikator secara langsung yang sudah dirumuskan dalam suatu model komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur. Analisa data dilakukan dengan aplikasi SIMPLIS (Simple-Lisrel) untuk melakukan pemaknaan diagram jalur SEM dengan bantuan program LISREL 8.30. Tampilan matriks korelasi antar variabel penelitian di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur sebagaimana terlihat pada Lampiran 11 dan 12, menjadi basis data pengujian model komunikasi organisasi KUD. Hasil analisa dengan aplikasi SIMPLIS menampilkan diagram yang lebih sederhana dengan data estimasi parameter dari model komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dengan analisis masing-masing variabel sebagaimana pembahasan berikut. Model Peningkatan Kinerja KUD Dari diagram jalur model struktural kinerja KUD di Kabupaten Karawang pada Gambar 10 menunjukkan bahwa secara umum kondisi kinerja KUD
116
tergolong lemah akibat dari rendahnya kualitas informasi organisasi KUD, tidak kondusifnya iklim organisasi KUD dan lemahnya intensitas komunikasi publik organisasi KUD. Rendahnya iklim komunikasi organisai KUD didukung oleh peran indikator yang serba lemah seperti rendahnya tingkat relevansi, akurasi, kelengkapan dan ketepatan waktu dari setiap informasi yang diterima oleh personil KUD. Demikian juga peran dari iklim organisasi KUD belum mampu menciptakan kondisi yang kondusif seperti meningkatkan dukungan anggota, membangun
keterbukaan,
mengembangkan
kebersamaan,
mewujudkan
kepercayaan terhadap KUD dan menumbuhkan rasa keadilan. Kondisi intensitas komunikasi publik organisasi KUD juga tergolong masih
lemah
terutama
disebabkan
karena
pihak
swasta
yang
belum
memperlihatkan peran yang berarti. Peran tokoh masyarakat dan komunikasi pelanggan KUD merupakan faktor yang sangat dominan dalam intensitas komunikasi publik memberi pengaruh kepada kinerja KUD. Peran pemerintah dalam komunikasi publik organisasi terlihat semakin menurun digantikan oleh peran tokoh masyarakat dan intensitas komunikasi publik pelanggan KUD. Peran pemerintah dalam intensitas komunikasi publik komunikasi organisasi KUD terkait dengan aktivitas pembinaan dan penyuluhan KUD yang menurun akibat dari kebijakan pemerintah yang mendorong KUD agar mampu mandiri dan mempunyai daya saing. Di samping itu akibat kebijakan pemerintah daerah yang telah melakukan beberapa kali mutasi pegawai di lingkungan dinas terkait dengan koperasi telah berdampak terhadap intensitas dan kualitas pembinaan dan penyuluhan koperasi yang semakin menurun. Lebih rinci dari Gambar 10 terlihat bahwa kinerja KUD di Kabupaten Karawang faktor iklim berpengaruh langsung paling besar terhadap kinerja KUD yaitu dengan nilai koefisien jalur 0,37 dengan pengaruh indikator yang dominan adalah dukungan dan kepercayaan anggota terhadap kepengurusan KUD dengan nilai koefisien faktor masing-masing 0,57 dan 0,48. Sesuai dengan prinsip-prinsip perkoperasian di mana kepentingan bersama merupakan ciri utama dari terbentuknya koperasi maka faktor dukungan dan kepercayaan anggota kepada kepengurusan KUD merupakan faktor penentu dari keberhasilan suatu koperasi. Sehingga untuk menciptakan iklim organisasi KUD yang kondusif dalam
117
meningkatkan kinerja KUD, maka perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh pembinaan KUD dengan menitik beratkan kepada upaya pengembangan dukungan dan kepercayaan anggota KUD kepada pengurus dapat tercipta. Pengaruh kualitas informasi organisasi KUD tehadap kinerja KUD sangat dipengaruhi oleh aspek kelengkapan informasi yaitu dengan nilai koefisien faktor 0,52.
.
0,46
0,42
0,45
0,37
0,25
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
0,57
0,50
X11
0,49
X1.2 X1.3
0,20
0,48
0,35
(X2) Iklim Kom Org KUD 0,36
0,48
0,37
0,26
(X1) Informasi Org KUD
0,30
(Y1) Kinerja KUD
0,46 0,53
0,25 0,54
X1.4
0,21
0,33
0,32
0,52
0,65
0,38
Y1.2
0,51
Y1.3
0,39
Y1.4
0,32
Y1.5
0,43
0,42
(X3) Inten. Kom Pub.Org KUD
0,57
Y1.2 0,47
0,37
0,35
0,34 0,52
ε =0,16
0,41
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
X3.5
0,28
0,60
0,21
0,30
0,23
Keterangan: Variabel X : X1.1 = relevansi; X1.2 = akurasi; X1.3 = kelengkapan; X1.4 = ketepatan waktu X2.1 = dukungan anggota; X2.2 = keterbukaan; X2.3 = kebersamaan; X2.4= kepercayaan; X2.5 = keadilan). X3.1 = pemerintah; X3.2= swasta; X3.3= pelanggan; X3.4= tokoh masy; X3.5= internal KUD) Variabel Y : Y1.1 = kepemimpinan; Y 1.2= peran pengawas; Y 1.3= pelaks prog; Y1.4= penerapan tek; Y 1.5= pelaks RAT
Gambar 10. Diagram jalur model struktural kinerja KUD di Kabupaten Karawang Faktor yang mempengaruhi secara langsung kinerja KUD adalah variabel informasi organisasi KUD, iklim organisasi KUD dan intensitas komunikasi publik organisasi KUD dengan nilai koefisien jalur (r) dari masing-masing adalah
118
0,26, 0,37 dan 0,21. Secara tak langsung kinerja KUD dipengaruhi oleh informasi organisasi KUD melalui iklim organisasi KUD dan intensitas komunikasi publik organisasi KUD dengan nilai koefisien jalur (r) masing-masing 0,35 dan 0,33. Jika diperhatikan terdapat nilai kesalahan pengukuran (error) pada tingkat kinerja KUD sebesar 0,16 berarti bahwa terdapat faktor lain yang memberi pengaruh terhadap peningkatan kinerja KUD di Kabupaten Karawang. Sementara itu pengaruh intensitas komunikasi publik organisasi KUD paling dominan dipengaruhi oleh indikator tokoh masyarakat dengan koefisien faktor 0,65 dan diikuti indikator pelanggan dan internal KUD dengan koefisien faktor masingmasing 0,52 dan 0,41. Faktor indikator swasta menempati tingkat intensitas komunikasi publik organisasi KUD paling rendah di Kabupaten Karawang. Sebagaimana terlihat pada Gambar 11, menunjukkan bahwa kinerja KUD di Kabupaten Cianjur mempunyai kondisi yang relatif sama yakni tergolong kategori lemah dibandingkan dengan kinerja KUD di Kabupaten Karawang. Secara lebih rinci menunjukkan bahwa kondisi iklim komunikasi organisasi di Kabupaten Cianjur lebih didominasi oleh pengaruh faktor kepercayaan dan dukungan anggota terhadap terciptanya kekondusifan iklim komunikasi organisasi KUD. Tingkat kinerja sangat didomninasi oleh peran pelaksanaan RAT yang dianggap oleh para anggota KUD sebagai media demokrasi yang sangat menentukan keberhasilan KUD sebagai organisasi ekonomi petani. Secara keseluruhan tingkat kinerja KUD di Kabupaten Cianjur dipengaruhi secara langsung oleh faktor informasi organisasi KUD, iklim organisasi KUD dan intensitas komunikasi publik organisasi KUD dengan nilai koefisien jalur (r) dengan nilai masing-masing adalah 0,28, 0,35 dan 0,18. Secara tak langsung kinerja KUD dipengaruhi faktor informasi organisasi KUD melalui iklim organisasi KUD dan intensitas komunikasi publik organisasi KUD dengan nilai koefisien jalur (r) masing-masing 0,24 dan 0,32. dengan nilai kesalahan pengukuran (error) pada tingkat kinerja KUD sebesar 0,19. Dalam kenyataanya sering ditemukan personil KUD memperoleh dan menerapkan informasi yang tidak lengkap sehingga menimbulkan kerugian dalam pengembangan kegiatan KUD, oleh karena itu dalam menciptakan informasi yang berkualitas perlu diperhatikan kelengkapan informasi sesuai dengan kebutuhan personil KUD.
119
Yang menarik adalah bahwa personil KUD di Kabupaten Cianjur sangat memahami tentang pentingnya peran pelaksanaan RAT sebagai forum tertinggi dalam perkoperasian yang ditunjukan dengan nilai koefisien faktor dari indikator variabel kinerja KUD sebesar 0,61 dan penerapan teknologi usahatani sawah tergolong rendah dengan koefisien faktor 0,30. Apabila diamanti secara mendalam menunjukkan bahwa faktor-faktor informasi organisasi KUD, iklim organisasi KUD dan intensitas komunikasi publik organisasi KUD, baik di Kabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur merupakan elemen pokok yang berperan terhadap peningkatan kinerja KUD.
.
0,60
0,30
0,33
0,19
0,56
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
0,31
0,60
X11 X1.2
0,45
X1.3
0,69
X1.4
0,60
0,71
0,35
(X2) Iklim Kom Org KUD
0,35 0,46
ε =0,19
0,28
(X1) Informasi Org KUD
0,48
(Y1) Kinerja KUD
0,37 0,30
0,35 0,18
0,24
0,37
0,47
0,61
0,13
Y1.2
0,62
Y1.3
0,31
Y1.4
0,61
Y1.5
0.33
0,61
(X3) Inten. Kom Pub.Org KUD
0,52
Y1.2 0,56
0,35
0,32
0,30 0,61
0,53
0,43
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
X3.5
0,13
0,57
0,45
0,39
0,51
Keterangan: Variabel X : X1.1 = relevansi; X1.2 = akurasi; X1.3 = kelengkapan; X1.4 = ketepatan waktu X2.1 = dukungan anggota; X2.2 = keterbukaan; X2.3 = kebersamaan; X2.4= kepercayaan; X2.5 = keadilan). X3.1 = pemerintah; X3.2= swasta; X3.3= pelanggan; X3.4= tokoh masy; X3.5= internal KUD) Variabel Y : Y1.1 = kepemimpinan; Y 1.2= peran pengawas; Y 1.3= pelaks prog; Y1.4= penerapan tek; Y 1.5= pelaks RAT
Gambar 11. Diagram jalur model struktural kinerja KUD di Kabupaten Cianjur
120
Model Peningkatan Kapasitas KUD Dari diagram jalur model struktural kapasitas KUD di Kabupaten Karawang pada Gambar 12 menunjukkan bahwa secara umum kondisi kapasitas KUD tergolong lemah akibat dari rendahnya kinerja KUD, lemahnya karakteristik personil KUD dan belum optimalnya proses komunikasi organisasi KUD. Rendahnya kinerja KUD seperti sudah diuraikan sebelumnya memberi dampak langsung kepada rendahnya kapasitas KUD dengan pengertian bahwa semakin tinggi kinerja KUD akan memberi pengaruh terhadap tingkat kapasitas KUD. Kondisi karakteristik personil KUD ternyata memberi dampak negatif terhadap kapasitas KUD dengan pengertian semakin meningkat kondisi karakteristik personil KUD dapat berdampak terhadap menurunnya tingkat kapasitas KUD. Menurunnya tingkat kapasitas KUD dapat terjadi akibat dari aspek pendidikan, pengalaman berkoperasi, keberanian menghadapi resiko dan kekosmopolitanan. Meningkatnya peran indikator-indikator dari karakteristik personal KUD tersebut
menimbulkan semakin jauh personil KUD dari
perkoperasian, oleh karena itu upaya untuk membangun karakteristik personil KUD harus memperhatikan secara sungguh-sungguh asas dan prinsip-prinsip koperasi yang berciri kebersamaan dan kekeluargaan. Kondisi di lokasi penelitian menunjukkan bahwa petani yang memiliki pendidikan lebih tinggi semakin enggan melakukan komunikasi dalam lingkungan KUD. Dalam proses komunikasi
organisasi
KUD
menunjukkan
bahwa
indikator
efektivitas
komunikasi dan kualitas saluran komunikasi mendominasi memberi pengaruh terhadap peran proses komunikasi KUD di Kabupaten Karawang, sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas pelayanan KUD sangat dipangaruhi oleh karakteristik personil KUD dan efektivitas proses komunikasi organisasi KUD. Lebih rinci Gambar 12 menunjukkan bahwa kapasitas KUD di Kabupaten Karawang dipengaruhi secara langsung oleh kinerja KUD, karakteristik personil KUD dan proses komunikasi organisasi KUD dengan nilai koefisien jalur (r) dari masing-masing adalah 0,25, -0,30 dan 0,20 dengan nilai error sebesar 25. Terdapat nilai negatif dari koefisien lintas dari karakteristik personil terhadap kapasitas KUD dan ternyata faktor keberanian menghadapi resiko merupakan faktor paling dominan pertama yang mempengaruhi tingkat kapasitas KUD dan
121
diikuti oleh faktor pengalaman berkoperasi sebagai urutan dominan kedua. Hal ini dapat dimaknai bahwa keberanian yang tinggi dalam menghadapi resiko dapat berdampak negatif terhadap kapasitas KUD, di mana personil KUD sering tidak mempertimbangkan resiko kegagalan atau kerugian dalam meningkatkan kapasitas KUD sehingga banyak program KUD tidak berhasil dengan baik. Demikian juga dengan pengalaman berkoperasi menunjukkan bahwa semakin tinggi pengalaman berkoperasi tidak menjamin KUD yang bersangkutan akan semakin aktif untuk meningkatkan kapasitas KUD.
.
0,48
0,58
0,49
0,60
0,42
X5..1
X5..2
X5..3
X5..4
X5..5
0,32
0,38 0,51
0,36
0,41
0,51
(X5) Proses Kom Org KUD
Y1.1
ε =0,25 0,20
0,47 Y1.2
0,39
Y1.3
0,42
Y.1.4
0,39
0,30
0,25
(Y1) Kinerja KUD
0.46 0,53
0,43
0,35 0,56 0,71
(X4) Karakt. Personil.KUD
0,36
0,31
0,34
0,44
0,57
Y2..2
0,50
Y2..3
0,28
Y2.4
0,10
Y2.5
0,24
0,60
-0,30
Y.1.5
0,44
0,40
(Y2) Kapasitas KUD
0,42
Y2.1.
0,33
X4.1
X4.2
X4.3
X4.4
X4.5
X4.6
0,41
0,42
0,27
0,60
0,59
0,60
Keterangan: Variabel X : X4.1 = umur; X4.2 = pendidikan; X4.3 = pendidikan nonformal; X4.4 = pengalaman berkoparasi; X4.5 = keberanian menghadapiresiko; X4.6 = tingkat kekosmopolitan X5.1 = arus komunikasi; X5.2 = umpan balik; X5.3 = saluran komunikasi; X5.4= efektivitas komunikasi; X5.5 = pemanfaatan komunikasi. Variabel Y : Y1.1 = kepemimpinan; Y1.2= peran pengawas; Y 1.3= pelaks prog; Y 1.4= penerapan tek; Y1.5= pelaks RAT Y2.1 = permodalan; Y2.2= pemasaran; Y 2.3= inpu saprotan; Y2.4= kualitas SDM; Y2.5= SHU
Gambar 12. Diagram jalur model struktural kapasitas KUD di Kabupaten Karawang Seperti halnya di Kabupaten Karawang menunjukkan bahwa kapasitas KUD di Kabupaten Cianjur sebagaimana terlihat dalam Gambar 13 dipengaruhi secara langsung oleh kinerja KUD, karakteristik personil KUD dan proses
122
komunikasi organisasi KUD dengan nilai koefisien jalur (r) dari masing-masing variabel adalah 0,24, -0,32 dan 0,25 dengan nilai kesalahan pengukuran (error) pada tingkat kapasitas KUD sebesar 0,19. Kondisi kapasitas KUD di Kabupaten Cianjur ada perbedaan dengan kondisi kapasitas KUD di Kabupaten Cianjur, di mana indiktor karakteristik personil KUD yang dominan memberi pengaruh kepada tingkat kapasitas KUD adalah pendidikan nonformal dengan nilai koefisien faktor 0,45 dan yang paling rendah kontribusinya adalah pengalaman berkoperasi dengan koefisien faktor 0,19. Hal ini bermakna bahwa indikator pengalaman berkoperasi tidak memberi jaminan bagi meningkatnya kapasitas KUD dalam mewujudkan peran dan fungsinya sebagai organisasi ekonomi petani. 0,67
0,51
0,49
0,65
0,64
X5..1
X5..2
X5..3
X5..4
X5..5
. 0,39
0,13 0,62
0,30
0,61 0,33
Y1.3 Y.1.4
0,32
ε =0,19 0,25
0,56 0,40
0,31
0,37
(X5) Proses Kom Org KUD
Y1.1 Y1.2
0,43
0,24
(Y1) Kinerja KUD
0,46 0,30
0,45
(Y2) Kapasitas KUD
0,61
58 0,73
(X4) Karakt. Personil.KUD
0,36
0,42
0,45
0,19
0,75
0,29
Y2.2
0,37
Y2.3
0,69
Y2.4
0,64
Y2.5
0,55
0,57
-0,32
Y.1.5
Y2.1. 0,42
0,32
X4.1
X4.2
X4.3
X4.4
X4.5
X4.6
0,42
0,51
0,49
0,65
0,64
0,67
Keterangan: Variabel X : X4.1 = umur; X4.2 = pendidikan; X4.3 = pendidikan nonformal; X4.4 = pengalaman berkoparasi; X4.5 = keberanian menghadapiresiko; X4.6 = tingkat kekosmopolitan X5.1 = arus komunikasi; X5.2 = umpan balik; X5.3 = saluran komunikasi; X5.4= efektivitas komunikasi; X5.5 = pemanfaatan komunikasi. Variabel Y : Y1.1 = kepemimpinan; Y1.2= peran pengawas; Y 1.3= pelaks prog; Y 1.4= penerapan tek; Y1.5= pelaks RAT Y2.1 = permodalan; Y2.2= pemasaran; Y 2.3= inpu saprotan; Y2.4= kualitas SDM; Y2.5= SHU
Gambar 13. Diagram jalur model struktural kapasitas KUD di Kabupaten Cianjur
123
Faktor Indikator umpan balik merupakan faktor yang mendominasi pengaruh terhadap proses komunikasi organisasi KUD. Jika faktor-faktor ini dikaitkan dengan tingkat kapasitas KUD dapat memberi pengaruh negatif terhadap kualitas pelayanan KUD dalam arti keberanian mengambil resiko di lingkungan anggota dapat menimbulkan kegagalan bagi kegiatan KUD. Hal ini terjadi karena setiap program dengan bantuan dari berbagai sumber sering di artikan bahwa resiko kegagalan tidak akan mendapatkan sanksi dari KUD atau pihak lain yang memberi fasilitas yang memerlukan tanggungjawab. Kondisi ini semakin memburuk karena lemahnya efektivitas komunikasi dan lemahnya umpan balik dalam proses komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Cianjur. Model Peningkatan Kualitas Pelayanan KUD Dari diagram jalur model struktural kualitas pelayanan KUD di Kabupaten Karawang pada Gambar 14 menunjukkan bahwa secara umum kondisi kualitas pelayanan KUD yang masih lemah di Kabupaten Karawang akibat dari rendahnya kinerja KUD dan kapasitas KUD dalam pemanfaatan penggilingan padi. Kualitas pelayanan KUD terhadap anggota dalam pemanfaatan penggilingan padi di Kabupaten Karawang didominasi oleh pengaruh indikator sosial sedangkan indikator lainnya merata yakni aspek teknis, ekonomis dan waktu. Rendahnya kualitas proses komunikasi organisas KUD disebabkan oleh peran indikator yang serba lemah seperti rendahnya dinamika arus komunikasi, rendahnya umpan balik informasi yang terjadi antara pengirim dan penerima, rendahnya kualitas media komunikasi, belum efektifnya proses komunikasi dan belum optimalnya pemanfaatan komunikasi organisasi KUD oleh personil KUD. Dari pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa personil KUD sebagai pengguna penggilingan padi terdapat beberapa faktor yang menjadi pertimbangan memilih penggilingan padi KUD seperti ada rasa memiliki KUD, rasa percaya tentang keamanan penyimpanan gabah dan beras di gudang KUD dan pemanfaatan hasil ikutan proses penggilingan padi seperti sekam dan dedak dapat dimanfaatkan secara bebas oleh manajer KUD. Dengan pengertian bahwa dperlukan perhatian dari berbagai pihak dal;am melakukan komunikasi dengan personil KUD agar memperhatikan secara sungguh-sungguh faktor-faktor yangterkait dengan asas perkoperasian dalam membangun KUD.
124
Secara rinci dari Gambar 14 terlihat bahwa tingkat kualitas pelayanan KUD di Kabupaten Karawang dipengaruhi secara langsung oleh kapasitas KUD, karakteristik personil KUD dan proses komunikasi organisasi KUD dengan nilai koefisien jalur (r) dari masing-masing adalah 0,31, 0,21 dan 0,29 dengan nilai kesalahan pengukuran (error) pada tingkat kualitas pelayanan KUD sebesar 0,19. Tingkat kualitas pelayanan KUD dalam pembangunan KUD di Kabupaten Karawang tergolong rendah dan jika dikaitkan dengan model komunikasi organisasi menunjukkan bahwa faktor ekonomi dengan koefisien faktor 0,59 merupakan faktor dominan yang memberi pengaruh kepada kualitas pelayanan penggilingan padi. 0,48
0,47
0,49
0,60
0,42
X5..1
X5..2
X5..3
X5..4
X5..5
. 0,32
0,44
Y2.1
0,50
Y2.2
0,28
Y2.3
0,24
Y2.5.
0,51
0,39
ε =0,19 0,29
0,20
0,40
0,31
(Y2) Kapasitas KUD
0.56 0,71
Y2.4.
0,41
(X5) Proses Kom Org KUD
0,35
0,10
0,36
0,36 0,39
(Y3) Kualitas Layan.KUD
0,57
Y3.1.
0,47
Y3..2
0,65
Y3..3
0,30
Y3..4
0,27
0,34
0,60 -0,30
0,21 (X4) Karakt. Personil.KUD
0,35
0,31
0,34
0,14
0,57
0,33
X4.1
X4.2
X4.3
X4.4
X4.5
X4.6
0,41
0,42
0,27
0,60
0,59
0,60
Keterangan: Variabel X : X4.1 = umur; X4.2 = pendidikan; X4.3 = pendidikan nonformal; X4.4 = pengalaman berkoparasi; X4.5 = keberanian menghadapiresiko; X4.6 = tingkat kekosmopolitan X5.1 = arus komunikasi; X5.2 = umpan balik; X5.3 = saluran komunikasi; X5.4= efektivitas komunikasi; X5.5 = pemanfaatan komunikasi. Variabel Y : Y2.1 = permodalan; Y2.2= pemasaran; Y 2.3= inpu saprotan; Y2.4= kualitas SDM; Y2.5= SHU Y3.1 = aspek teknis; Y 3.2= aspek ekonomi; Y 3.3= aspek sosial; Y 3.4= aspek waktu
Gambar 14. Diagram jalur model struktural kualitas pelayanan KUD di Kabupaten Karawang
125
Seperti halnya di Kabupaten Karawang terlihat juga di Kabupaten Cianjur sebagaimana terlihat pada Gambar 15 bahwa tingkat kualitas pelayanan KUD dipengaruhi secara langsung oleh kapasitas KUD, karakteristik personil KUD dan proses komunikasi organisasi KUD dengan nilai koefisien jalur (r) dari masingmasing adalah 0,28, 0,27 dan 0,24. Kondisi ini berarti bahwa faktor proses komunikasi organisasi KUD mendominasi pengaruh terhadap tingkat kualitas pelayanan KUD. Hal ini berbeda pengaruh dari karakteristik personil KUD terhadap kapasitas KUD di mana pengaruhnya negatif terhadap kapasitas KUD. Jika diperhatikan terdapat nilai kesalahan pengukuran (error) pada tingkat kualitas pelayanan KUD sebesar 0,21 yang berarti terdapat indikator lain yang tidak terukur mempengaruhi tingkat kualitas pelayanan KUD.
.
0,22
0,31
0,61
0,24
0,45
X5..1
X5..2
X5..3
X5..4
X5..5
0,39
0,44
Y2.1
0,50
Y2.2
0,28
Y2.3
0,24
Y2.4.
0,30
0,37
0,32
(X5) Proses Kom Org KUD
ε =0,21 0,27
0,25
0,42
Y3.1.
0,15
0,62
Y3..2
0,31
0,46
Y3..3
0,63
Y3..4
0,21
0,40
0,45
0,10
0,43
0,28
(Y2) Kapasitas KUD
0.58 0,73
(Y3) Kualitas Layan.KUD
0,35
0,57 -0,32
Y2.5.
0,24 (X4) Karakt. Personil.KUD
0,36
0,42
0,45
0,19
0,75
0,32
X4.1
X4.2
X4.3
X4.4
X4.5
X4.6
0,42
0,51
0,49
0,65
0,64
0,67
Keterangan: Variabel X : X4.1 = umur; X4.2 = pendidikan; X4.3 = pendidikan nonformal; X4.4 = pengalaman berkoparasi; X4.5 = keberanian menghadapiresiko; X4.6 = tingkat kekosmopolitan X5.1 = arus komunikasi; X5.2 = umpan balik; X5.3 = saluran komunikasi; X5.4= efektivitas komunikasi; X5.5 = pemanfaatan komunikasi. Variabel Y : Y2.1 = permodalan; Y2.2= pemasaran; Y 2.3= inpu saprotan; Y2.4= kualitas SDM; Y2.5= SHU Y3.1 = aspek teknis; Y 3.2= aspek ekonomi; Y 3.3= aspek sosial; Y 3.4= aspek waktu
Gambar 15. Diagram jalur model struktural kualitas pelayanan KUD di Kabupaten Cianjur
126
Secara lebih rinci terlihat dalam Gambar 15 bahwa dari aspek karakteristik personil KUD yang dominan mempengaruhi tingkat kualitas pelayanan KUD adalah keberanian menghadapi resiko dengan koefisien faktor 0,75 dan faktor yang paling rendah pengaruhnya adalah pengalaman berkoperasi dengan koefisien faktor 0,19. Sedangkan dari faktor proses komunikasi organisasi KUD aspek yang dominan mempengaruhi kualitas pelayanan KUD adalah umpan balik dengan koefisien faktor 0,43 dalam arti kelancaran proses komunikasi yang terjadi dalam internal KUD sangat ditentukan oleh terjadinya umpan balik antara si pengirim dan si penerima informasi. Jka dikaitkan dibandingkan indikator kualitas pelayanan KUD di Kabupaten Cianjur dengan di Kabupaten Karawang terlihat bahwa terdapat faktor dominan yang berbeda pengaruhnya yakni aspek sosial dengan koefisien faktor 0,57 di Kabupaten Karawang dan aspek ekonomi dengan koefisien faktor 0,62 di Kabupaten Cianjur. Aspek waktu menempati pengaruh paling rendah dengan koefisien faktor masing-masing di Kabupaten Karawang 0,34 dan di Kabupaten Ciajur 0,35. Dari hasil analisis koefisien jalur diagram baik di Kabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa terdapat kesamaan atas analisa deskriptif yang dilakukan sebelumnya. Berasarkan hasil uji kecocokan model komunikasi organisasi KUD yang menunjukkan kelayakan untuk dikembangkan dan dikaitkan dengan hasil analisa deskripsi dan koefisen diagram jalur terlihat hasil analisis yang saling mendukung, baik hasil penelitian di Kabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur. Jika diteliti lebih mendalam terlihat bahwa tingkat kualitas pelayanan KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur ada perbedaan faktor yang dominan mempengaruhi yakni di Kabupaten Karawang pengaruh aspek sosial lebih dominan sedangkan di Kabupaten Cianjur pengaruh aspek ekonomi lebih dominan. Kondisi ini terjadi karena faktor lingkungan di mana faktor kebersamaan di Kabupaten Karawang lebih tinggi akibat dari pola pemukiman yang terpusat di pedesaan yang memberi peluang berkomunikasi antar sesama personil KUD lebih intensif dan terbuka. Sedangkan di Kabupaten Cianjur sangat didominasi oleh pengaruh indikator aspek ekonomis, berbeda dengan di Kabupaten Karawang.
127
Faktor-Faktor Komunikasi Organisasi KUD Penentu Kinerja KUD Faktor-faktor penentu komunikasi organisasi KUD terhadap kinerja KUD yang diteliti dalam penelitian ini adalah informasi komunikasi organisasi KUD, iklim komunikasi organisasi KUD dan intensitas komunikasi organisasi KUD. Sesuai dengan kerangka pemikiran dalam penelitian ini, maka analisis yang akan dilakukan terhadap berbagai variabel yang terkait di dalamnya dapat rumuskan sebagai berikut: Y 1 = f (X 1, X 2, X 3 ) di mana Y 1 ; adalah kinerja KUD, X 1 ; informasi organisasi KUD, X 2 ; iklim organisasi KUD, dan X 3 ; intensitas komunikasi organisasi KUD. Analisa jalur statistik dengan SEM dapat digambarkan sebagaimana terlihat dalam Gambar 16 berikut. X1 Informasi Org KUD Y1 Kinerja KUD
X2 Iklim Org KUD X3 Intensitas Kom Org Publik KUD
.Gambar 16. Model pengukuran analisis jalur orientasi kinerja KUD
Informasi Organisasi KUD Beberapa aspek informasi organisasi KUD yang berpengaruh penting terhadap kinerja KUD di Kabupaten Karawang adalah : (1) relevansi informasi dan (2) ketepatan waktu, sedangkan di Kabupaten Cianjur adalah kelengkapan inormasi. Perbedaan ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perilaku personal KUD terhadap keberadaan KUD dalam meningkatkan kinerjanya. Petani di Kabupaten
Karawang
cenderung
lebih
banyak
mendapatkan
informasi
dibandingkan dengan di Kabupaten Cianjur sehingga yang penting buat personil KUD adalah seberapa besar tingkat relevansi dan ketepatan waktu sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan
di
Kabupaten
Cianjur
cenderung
mempertimbangkan kelengkapan informasi sesuai dengan kebutuhan.
masih
128
Untuk mengetahui hubungan atau korelasi antar aspek informasi organisasi KUD dengan kinerja KUD dapat dilihat pada matrik korelasi informasi organisasi KUD dengan kinerja KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur pada Tabel 26. Dari matriks korelasi pada Tabel 26 tersebut menunjukkan bahwa di Kabupaten Karawang terdapat hubungan nyata (p<0,01) positif antara relevansi infromasi pelaksanaan program organisasi KUD. Begitu juga antara ketepatan waktu terhadap kepemimpinan KUD juga berkorelasi positif dan nyata pada taraf p<0,05). Jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilkukan di Kabupaten Cianjur, menunjukkan bahwa secara umum korelasi antar variabel terhadap kinerja KUD lebih tinggi dibandingkan dengan di Kabupaten Karawang. Korelasi dari beberapa variabel di Kabupaten Cianjur mempunyai tingkat hubungan yang positif dan nyata pada taraf p <0,05 ataupun pada taraf p<0,01 seperti hubungan antara relevansi informasi mempunyai korelasi positif dan nyata terhadap kepemimpinan (p<0,01) dan antara relevansi informasi dengan pelaksanaan program KUD (p<0,01). Tabel 26. Matriks korelasi informasi organisasi KUD dengan kinerja KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Aspek informasi organisasi KUD X
1.1
X
1.2
X
1.3
X
1.4
X
1.1
X
1.2
X
1.3
X
1.4
Aspek-aspek kinerja KUD Y
1.1
-0,130 ( 0,112} -0,022 (0,389) 0,110 (0,180) 0,194 (0,017)* Y 1.1 0.236 (0.004)** 0.180 (0.028)* 0.297 (0,000)** -0.085 (0.302)
Y 1.2 Y 1.3 Kabupaten Karawang 0,027 -0,085 (0,441) (0,002) ** 0,061 0,178 (0,262) (0,030) 0,156 -0,003 (0,047) * (0,973) 0,032 0,035 (0,695) (0,468) Kabupaten Cianjur Y 1.2 Y 1.3 0.144 -0.063 (0.079 (0.449) 0.109 -0.068 (0.187) (0.409) 0.178 0.069 (0.029)* (0.404) 0.067 -0.055 (0.420) (0.508)
Y
1.4
Y
1.5
-0,113 (0,168) -0,017 (0,435) 0,116 (0,157) 0,115 (0,160)
-0,216 (0,128) 0,006 (0,742) 0,093 (0,256) 0,050 (0,546)
Y 1.4 0.190 (0.020)* 0.167 (0.042)* 0.158 (0.035)* 0.09 (0.277)
Y 1.5 0.100 (0.223) 0.177 (0.031)* 0.233 (0.004)** 0.094 (0.253)
Keterangan : 1) Korelasi Spearman : *) nyata pada α 0,05, **) nyata pada α 0,01 2) Kinerja KUD : Y 1.1 (kepemimpinan), Y 1.2 (peran pengawas), Y 1.3 (pelaksanaan program), Y 1.4 (penerapan teknologi) dan Y 1.5 (pelaksanaan RAT) 3) Informasi organisasi KUD: X 1.1 (relevansi informasi), X 1.2 (akurasi informasi), X (kelengkapan informasi), dan X 1.4 (ketepatan waktu informasi).
1.3
129
Hubungan antara variabel relevansi informasi dan akurasi informasi masing-masing mempunyai korelasi positif dan nyata pada taraf p<0,05 terhadap penerapan teknologi pertanian di Kabupaten Cianjur. Dari hasil wawancara diperoleh gambaran
bahwa para petani di
Kabupaten Cianjur sangat
membutuhkan informasi yang relevan dan layak dipercaya (akurasi tinggi) untuk mengembangkan teknologi pertanian. Berbagai kesulitan yang dihadapi petani untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja dan untuk meningkatkan kualitas produksi para petani membutuhkan institusi informasi sebagai media komunikasi dalam membangun jaringan komunikasi pertanian di pedesaan. Kondisi ketersediaan informasi dilingkungan KUD secara umum menunjukkan bahwa petani semakin sulit mendapatkan informasi yang tepat dan layak dipercaya setelah peran PPL semakin melemah. Petani sering mengalami kerugian akibat dari tidak terjaminnya informasi yang diterima petani seperti adanya pupuk palsu yang beredar di lingkungan petani, harga gabah dan beras yang tidak menentu akibat permainan para tengkulak dan sebagainya. Ketersediaan informasi dengan adanya perbedaan relevansi, akurasi, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi dari setiap informasi yang diterima oleh personal KUD berpengaruh kepada tingkat efisiensi dan efektifitas pelaksanaan program KUD. Semakin tinggi relevansi, akurasi, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi yang diterima personal KUD ada kecenderungan akan semakin berhasil KUD dalam melaksanakan program-programnya. Pengurus KUD sebagai pelaksanan program KUD, memerlukan informasi seiring dengan dinamika perkembangan teknologi, perdagangan (bisnis) dan kualitas manajemen yang semakin dituntut untuk mampu bersaing. Seiring dengan pendapat Pace dan Faules (1989) yang menyatakan bahwa informasi mengalir melalui suatu proses menyangkut aliran informasi dalam struktur dalam organisasi menunjukkan bahwa peran proses komunikasi mempunyai peran penting dalam organisasi KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur. Berkaitan dengan hal ini, informasi sangat penting dalam membangun kinerja KUD, sehingga perlu diorganisir dengan baik di mana informasi pertanian dapat diakses oleh personal KUD dari sumber-sumber informasi.
130
Iklim Organisasi KUD Beberapa aspek dari iklim organisasi yang sangat berpengaruh terhadap kinerja KUD di Kabupaten Karawang adalah (1) dukungan anggota dan (2) kepercayaan, sedangkan di Kabupaten Cianjur adalah (1) kepercayaan dan (2) kebersamaan. Terlihat bahwa aspek kepercayaan menjadi aspek yang penting, baik di Kabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur. Aspek kepercayaan merupakan kekuatan suatu koperasi terkait dengan peran dan fungsinya sebagai organisasi ekonomi yang berasaskan kebersamaan dan kekeluargaan di mana faktor anggota merupakan modal utama KUD. Seberapa besar korelasi antara aspek-aspek iklim organisasi dengan kinerja KUD dapat diketahui dengan melihat matriks iklim komunikasi organisasi KUD dengan kinerja KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur pada Tabel 27. Dari Tabel 27 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan aspek iklim komunikasi organisasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata positif dengan tingkat kinerja KUD di Kabupaten Karawang dan di Kabupaten Cianjur pada taraf nyata p<0,05 dan p<0,01 dengan nilai masing-masing indikator seperti terlihat pada Tabel 27. Kondisi iklim komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang khususnya di dalam lingkungan internal yang mencakup berbagai indikator, menunjukkan bahwa hubungan dukungan anggota KUD mempunyai korelasi positif dan nyata pada taraf p<0,01 terhadap penerapan teknologi pertanian. Dan juga hubungan tingkat kerpercayaan anggota KUD mempunyai hubungan positif nyata dengan pelaksanaan program pada taraf nyata p<0,01. Demikian juga di Kabupaten Cianjur kondisi iklim komunikasi menunjukkan bahwa keterbukaan mempunyai hubungan positif nyata terhadap peran pengawas KUD pada taraf p<0,05. Sama halnya dengan di Kabupaten Karawang, bahwa di Kabupaten Cianjur juga hubungan kebersamaan mempunyai hubungan positif nyata dengan penerapan teknologi pada taraf p<0,05. Berkaitan dengan penerapan teknologi pertanian, baik di Kabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa untuk penggunaan alat perontok gabah belum banyak digunakan oleh petani, walaupun pemerintah daerah sudah berupaya melakukan sosialisasi penggunaan dalam rangka menekan besarnya susut pascapanen pada
131
komoditas padi. Petani masih lebih menyukai melakukan perontogan gabah dengan cara tradisional yakni dengan cara di “banting” di mana kehilangan panen masih mencapai lebih dari 10 persen. Tabel 27. Matriks korelasi iklim komunikasi dengan kinerja KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Aspek iklim komunikasi organisasi KUD X
2.1
X
2.2
X
2.3
X
2.4
X
2.5
X
2.1
X
2.2
X
2.3
X
2.4
X
2.5
Aspek-aspek kinerja KUD Y
1.1
0,030 (0,717) 0,074 (0,371) 0,026 (0,551) 0,066 (0,419) 0,032 (0,693) Y 1.1 0.058 (0.517) 0.111 (0.214) 0.140 (0.116) 0.213 (0.016)* 0.042 (0.637)
Y 1.2 Y 1.3 Kabupaten Karawang 0,177 -0,107 (0,031) (0,191) 0,123 0,152 (0,135) (0,064) 0,139 0,074 (0,090) (0,367) -0,049 0,240 (0,555) (0,003)** 0,065 0,030 (0,428) (0,717) Kabupaten Cianjur Y 1.2 Y 1.3 0.193 0.027 (0.030)* (0.761) -0.005 0.133 (0.953) (0.139) -0.058 0.037 (0.519) (0.684) 0.126 0.077 (0.159) (0.039) 0.142 -0.049 (0.112) (0.582)
Y
1.4
Y
1.5
0,276 (0,001)** 0,148 (0,071) 0,120 (0,145) 0,016 (0,845) -0,028 (0,732)
-0,036 (0,663) 0,161 (0,049) 0,094 (0,250) 0,029 (0,723) -0,030 (0,718)
Y 1.4 0.133 (0.137) 0.164 (0.066) 0.198 (0.026)* 0.145 (0.104) 0.045 (0.616)
Y 1.5 0.088 (0.326) 0.184 (0.039)* 0.043 (0.628) 0.011 (0.698) 0.145 (0.105)
Keterangan : 1) Korelasi Spearman : *) nyata pada α 0,05, **) nyata pada α 0,01 2) Kinerja KUD : Y 1.1 (kepemimpinan), Y 1.2 (peran pengawas), Y 1.3 (pelaksanaan program), Y 1.4 (penerapan teknologi) dan Y 1.5 (pelaksanaan RAT) 3) Iklim komunikasi organisasi : X 2.1 (dukungan anggota), X 2.2 (keterbukaan), X 2.3 (kebersamaan), X 2.4 (kepercayaan) dan X 2.5 (keadilan)
Dari berbagai faktor iklim komunikasi dalam internal KUD jika di kelola dengan baik akan menjadi iklim yang mendorong tumbuhnya tingkat kinerja KUD dalam memacu pelaksanaan program kerja secara efisien dan efektif. Sesuai dengan pendapat Tagiuri et al., (1968) yang menyatakan bahwa iklim organisasi adalah kualitas yang relatif dari lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggota-anggotanya, mempengaruhi tingkah laku mereka serta dapat diuraikan dalam istilah nilai-nilai suatu karakteristik tertentu dari lingkungan. Lebih lanjut Jablin (1987) mengemukakan bahwa dari berbagai hasil penelitian penelitian tentang pengukuran iklim komunikasi organisasi terkait dengan berbagai aspek
132
antara lain: kebenaran, pengaruh, mobilitas, keinginan berinteraksi, pengarahan dari atasan, rasa puas, dan sebagainya. Iklim komunikasi organisasi sangat berpengaruh kepada adanya dukungan anggota, keterbukaan, kebersamaan, kepercayaan dan rasa keadilan di lingkungan organisasi petani seperti KUD. Intensitas Komunikasi Publik Organisasi KUD Beberapa aspek intensitas komunikasi publik organisasi KUD yang sangat berpengaruh terhadap kinerja KUD di Kabupaten Karawang adalah (1) aspek tokoh masyarakat dan (2) aspek pemerintah. Terlihat bahwa aspek pemerintah masih merupakan harapan dari para personil KUD dalam meningkatkan kinerja KUD di Kabupaten Karawang sementara itu di Kabupaten Cianjur terlihat aspek tokoh masyarakat yang dominaan dalam meningkatkan kinerja KUD. Seberapa besar korelasi antara aspek-aspek imtensitas komunikasi publik organisasi KUD dengan kinerja KUD dapat diketahui dengan melihat matriks korelasi intensitas komunikasi publik organisasi KUD dengan kinerja KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur pada Tabel 28. Dari matriks pada Tabel 28 menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata positif (p<0,01) antara intensitas komunikasi publik organisasi dari pihak pemerintah terhadap kepemimpinan KUD di Kabupaten Karawang. Demikinan juga di Kabupaten Cianjur terdapat hubungan nyata posistif (p<0,5) antara intensitas komunikasi publik organisasi terhadap kepemimpinan KUD. Dari semua indikator variabel intensitas komunikasi publik organisasi KUD menunjukkan bahwa peran tokoh masyarakat menjadi sangat dominan setelah peran dari pihak pemerintah untuk melakukan komunikasi melalui penyuluhan atau pembinaan KUD di lapangan menurun. Sesuai dengan pendapat Grunig (1984) yang menegaskan bahwa pengertian publik dalam kaitannya dengan komunikasi merupakan konsep interaktif usaha bersama untuk mempengaruhi opini melalui karakter yang baik dan kinerja yang bertanggungjawab berdasarkan pada komunikasi dua arah yang saling memuaskan. Pengertian ini telah cukup berpengaruh dalam manajemen komunikasi antara organisasi dengan publiknya. Memberikan informasi kepada publik bertujuan untuk mengubah sikap publik terhadap informasi yang diberikan agar kepercayaan orang atau kesan baik orang akan hasil produksi atau jasa
133
organisasi pada stakeholders. Menurut Muhammad (2007) di dalam organisasi ditemui adanya komunikasi dalam kelompok-kelompok kecil, seperti dalam rapatrapat, konferensi, seminar, dan komunikasi dalam kelompok kerja di mana efek komunikasi publik organisasi dapat diukur untuk mengetahui sejauh mana dampak dari intensitasnya terhadap tingkat keberhasilan suatu pelaksanaan dari rencana organisasi yang telah ditetapkan. Tabel 28. Matriks korelasi intensitas komunikasi publik organisasi KUD dengan kinerja KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Aspek intensitas komunikasi publik organisasi KUD X
3.1
X
3.2
X
3.3
X
3.4
X
3.5
X
3.1
X
3.2
X
3.3
X
3.4
X
3.5
Aspek kinerja KUD Y
1.1
0,250 (0,002)** 0,257 (0,051) -0,067 (0,526) 0,294 (0,000)** 0,166 (0,043)* Y 1.1 0.178 (0.031)* 0.054 (0.518) 0.110 (0.182) 0.295 (0,000)** 0.139 (0.093)
Y 1.2 Y 1.3 Kabupaten Karawang 0,149 0,235 0,069 (0,004)** 0,167 0,189 (0,041)* (0,060) 0,052 0,109 (0,417) (0,183) 0,277 0,152 (0,001) (0,064) 0,228 0,116 (0,075) (0,156) Kabupatn Cianjur Y 1.2 Y 1.3 -0.048 0.094 (0.566) (0.259) 0.055 0.032 (0.507) (0.705) 0.022 0.010 (0.795) (0.902) 0.083 0.144 (0.315) (0.081) 0.119 0.072 (0.149) (0.386)
Y
1.4
Y
1.5
0,180 (0,027)* 0,295 (0,000)** -0,070 (0,394) 0,224 (0,006)** 0,124 (0,130 )
0,099 (0,230) 0,237 (0,074) -0,050 (0,543) 0,398 (0,000)** 0,208 (0,011)*
Y 1.4 0.108 (0.190) 0.168 (0.041)* -0.096 (0.246) 0.039 (0.640) 0.192 (0.020)*
Y 1.5 0.094 (0.257) 0.038 0.645 0.197 (0.016)* 0.224 (0.006)** 0.165 (0.045)*
Keterangan : 1) Korelasi Spearman : *) nyata pada α 0,05, **) nyata pada α 0,01 2) Kinerja KUD : Y 1.1 (kepemimpinan), Y 1.2 (peran pengawas), Y 1.3 (pelaksanaan program), Y 1.4 (penerapan teknologi) dan Y 1.5 (pelaksanaan RAT) 3) Intensitas komunikasi publik : X 3.1 (pemerintah), X 3.2 (swasta), X 3.3 (pelanggan), X 3.4 (tokoh masyarakat) dan X 3.5 (internal KUD)
Jika diperhatikan intensitas komunikasi publik organisasi KUD di lapangan menunjukkan peran komunikasi publik organisasi KUD masih sangat lemah karena kemampuan KUD dalam mengembangkan akses informasi dengan berbagai pihak masih sangat lemah. Perkuatan jaringan komunikasi organisasi KUD dengan semua stakeholders melalui peningkatan intensitas komunkasi publik organisasi KUD sangat menentukan tingkat kinerja KUD. Hal ini senada
134
dengan pendapat Grunig (1992) dan Wilson et al., (1986) yang menyatakan bahwa publik dalam komunikasi merupakan konsep interaktif usaha bersama untuk mempengaruhi opini melalui karakter yang baik dan kinerja yang bertanggungjawab berdasarkan pada komunikasi dua arah dan berorientasi pada pembicara atau sumber informasi. Faktor-Faktor Komunikasi Organisasi KUD Penentu Kapasitas KUD Sesuai dengan kerangka pemikiran dalam penelitian ini, maka analisis yang akan dilakukan terhadap berbagai variabel yang terkait di dalamnya dapat rumuskan Y 2 = f (X 4 , X 5 , Y 1 ) di mana Y 2 ; adalah kapasitas KUD, X 4 ; karaktersitik personal KUD, X 5 ; proses komunikasi organisasi KUD, dan Y 1 ; kinerja KUD. Analisa jalur statistik dengan SEM dapat digambarkan sebagaimana terlihat dalam gambar berikut. X4 Karakt Personil KUD X5 Proses KomOrg KUD
Y2 Kapasitas KUD
Y1 Kinerja KUD .Gambar 17. Model pengukuran analisis jalur orientasi kapasitas KUD
Karaktersitik personal KUD Beberapa aspek karakteristik personil KUD yang sangat berpengaruh di terhadap kapasitas KUD di Kabupaten Karawang adalah (1) aspek keberanian menghadapi resiko dan (2) aspek umur, sedangkan di Kabupaten Cianjur adalah (1) aspek keberanian menghadapi resiko dan (2) aspek pendidikan nonformal. Terlihat bahwa keberanian menghadapai resiko mempunyai peran dominan dalam peningkatan kapaistas KUD, baik diKabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur. Aspek pendidikan nonformal mempunyai peran penting dalam peningkatan kapasitas KUD di Kabupaten Cianjur. Seberapa besar korelasi antara aspek-aspek karakteristik personil KUD dengan kapasitas KUD dilihat matriks
135
korelasi karakteristik personil KUD dengan kapasitas KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur pada Tabel 29. Tabel 29. Matriks korelasi karakteristik personal dengan kapasitas KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Aspek karakteristik personil KUD
Aspek kapasitas KUD Y
X
4.1
X
4.2
X
4.3
X
4.4
X
4.5
X
4.6
X
4.1
X
4.2
X
4.3
X
4.4
X
4.5
X
4.6
2.1
0,293 (0,000)** 0,215 (0,008)** 0,136 (0,096) -0,067 (0,326) 0,294 (0,065) 0,166 (0,143) 0.083 (0.314) 0.194 (0.018)* 0.209 (0.011)* 0.069 (0.231) 0.160 (0.146) 0.106 (0.057)
Y 2.2 Y 2.3 Kabupaten Karawang 0,188 0,125 (0,022)* (0,128) 0,323 0,180 (0,000) (0,028)* 0,128 -0,013 (0,118) (0,875) 0,052 0,109 (0,217) (0,163) 0,277 0,152 (0,001)** (0,064) 0,238 0,116 (0,076) (0,256) Kabupaten Cianjur 0.166 0.079 (0.043) (0.339) 0.215 0.300 (0.008)** (0,000)** 0.138 0.330 (0.092) (0,000)** 0.036 0,057 (0.342) (0.748) 0.276 0.165 (0.101) (0.041)* 0.047 0.119 (0.560) (0.125)
Y
2.4
Y
2.5
0,190 (0,020)* 0,360 (0,000)** 0,072 (0,381) -0,070 (0,364) 0,224 (0,006)** 0,124 (0,137 )
0,360 (0,000)** 0,232 (0,004)** 0,155 (0,059) -0,050 (0,243) 0,398 (0,000)** 0,208 (0,010)*
0.094 (0.254) -0.165 (0.044)* -0.003 (0.969) 0.129 (0.121) 0.008 (0.621) 0.240 (0.013)*
-0.068 (0.411) 0.045 (0.586) 0.066 (0.423) 0,231 (0.496) 0.121 (0.132) 0.095 (0.218)
Keterangan : 1) Korelasi Spearman : *) nyata pada α 0,05, **) nyata pada α 0,01 2) Kapasitas KUD : Y 2.1 (permodalan), Y 2.2 (pemasaran hasil), Y 2.3 (input saprotan), Y 2.4 (kualitas sdm) dan Y 2.5 (SHU) 3) Karakteristik personal KUD : X 4.1 (umur), X 4.2 (pendidikan), X 4.3 (pend nonformal), X 4.4 (pengalamn berkoperasi) , X 4.5 (keberanian menghadapi resiko) dan X 4.6 (kekosmopolitan)
Berdasarkan pemaknaan dari analisis SEM, menunjukkan bahwa terdapat hubungan karakteristik personal KUD dengan kapasitas KUD sebagaimana terlihat pada Tabel 29. Kondisi ini diperlihatkan dengan matriks nilai korelasi karakteristik personal KUD terhadap tingkat kapasitas KUD di mana hubungan antara pendidikan personal KUD dengan permodalan KUD mempunyai hubungan positif nyata pada taraf p<0,01 di Kabupaten Karawang. Demikian juga hubungan antara keberanian menghadapi resiko mempunyai hubungan positif nyata dengan pemasaran hasil pada taraf p<0,01. Dengan peningkatan pendidikan, keberanian
136
mengahdapi resiko dan kekosmopolitan akan meningkatkan kapasitas KUD di Kabupaten Karawang. Hasil
analisa
penelitian
yang
dilakukan
di
Kabupaten
Cianjur
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan nonformal juga menunjukkan hubungan positif nyata dengan pemasaran hasil pada taraf p<0,01. Demikinan juga hubungan kekosmopolitsn personal KUD mempunyai pengaruh positif nyata pada taraf p<0,05 terhadap kualitas SDM dalam upaya meningkatkan kapasitas KUD. Peran karakteristik personal KUD terkait dengan pendapat Muhammad (2007) bahwa karakteristik personal merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannya, di mana karakteristik tersebut terbentuk oleh faktor biologis yang mencakup umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, bangsa, agama dan lain-lain. Seiring dengan pendapat Rogers dan Shoemaker (1995) bahwa untuk meningkatkan penyebaran ide baru atau difusi inovasi pada suatu sistem sosial, pelakunya sedikitnya memiliki tiga karakteristik personal yaitu; satus sosiual, perilaku komunikasi dan kepribadian. Status sosial ekonomi meliputi umur, pendidikan, status sosial dan skala usaha, dan perilaku komunikasi meliputi partisipasi sosial, kontak dengan penyuluh, kekosmopolitan dan keterdedahan media massa serta kepribadian meliputi diantaranya empati, senang mengambil risiko dan lain sebagainya, sehingga untuk meningkatkan kapasitas KUD diperlukan upaya peningkatan karakteristik personil KUD. Dari karakterisktik personal KUD terlihat bahwa yang sangat berpengaruh pada keberhasilan KUD dalam melaksanakan peran dan fungsinya belum tergantung kepada karakteristik semata. Faktor-faktor karaktersitik personal KUD perlu diselaraskan dengan kebutuhan KUD misalnya terkait dengan aspek motivasi, nilai, kepribadian dan sebagainya. tentang pendidikan perlu dikaitkan dengan dinamika kegiatan KUD. Hal ini sejalan dengan pendapat Muhammad (2007) menyatakan bahwa komunikasi akan lebih mudah dilakukan antara orangorang yang mempunyai hubungan yang bersifat homofili yaitu hubungan karena adanya persamaan karakteristik personal seperti usia, ras, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin dan sebagainya. Demikian juga pendapat Azwar (1977) yang menyebutkan bahwa karakteristik individu yang menentukan perilakunya meliputi
137
berbagai peubah seperti motif, nilai, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain. Proses Komunikasi Organisasi KUD Beberapa aspek proses komunikasi organisasi KUD yang sangat berpengaruh di terhadap kapasitas KUD di Kabupaten Karawang adalah (1) aspek efektivitas komunikasi dan (2) aspek kualitas saluran komunikasi, sedangkan di Kabupaten Cianjur adalah (1) aspek umpan balik dan (2) aspek umur. Terlihat bahwa aspek efektivitas komunikasi dan saluran komunikasi berperan dalam meningkatkan kapasitas KUD di Kabupaten Karawang, dan ternyata aspek umur menjadi faktor penentu dalam peroses komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang. Hal ini menunjukkan bahwa aspek tatakrama dan budaya lebih kuat di Kabupaten Cianjur dibanding di Kabupaten Karawang. Seberapa besar korelasi antara aspek-aspek proses komunikasi organisasi KUD dengan kapasitas KUD dapat dilihat pada matriks korelasinya di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur pada Tabel 30. Berdasarkan pemaknaan dari analisis SEM menunjukkan bahwa ada hubungan proses komunikasi organisasi dengan kapasitas KUD di mana kondisi ini diperlihatkan dengan matriks nilai korelasi proses komunikasi organisasi KUD terhadap tingkat kapasitas KUD sebagimiana terlihat pada Tabel 30. Dari hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan nyata antara variabel proses komunikasi organisasi KUD dengan variabel tingkat kapasitas KUD (harga estimasi 0,32 dan nilai-t = 3,27 > 1,96). Secara lebih mendalam dapat diketahui bahwa aspek waktu menunjukkan bahwa antar KUD di Kabupaten Cianjur tidak menunjukkan pengaruh yang berarti, karena faktor waktu tidak menjadi pertimbangan bagi petani untuk menggunakan penggilingan padi KUD. Terdapat
hubungan antara umpan balik yang mempunyai hubungan
positif nyata pada taraf p<0,05 di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur. Demikian juga hubungan antara efektivitas komunikasi organisasi KUD mempunyai hubungan positif sangat nyata dengan input saprodi pada taraf p<0,01. Dengan peningkatan arus komunikasi, umpan balik, saluran komunikasi, efektifitas komunikasi dan pemanfaatan informasi komunikasi akan meningkatkan kapasitas KUD di Kabupaten Karawang dan di Kabupaten Cianjur. Hal yang
138
sama menunjujkan bahwa tingkat saluran komunikasi menunjukkan hubungan positif sangat nyata dengan pemasaran hasil pada taraf p<0,01 dan hubungan pemanfaatan informasi mempunyai pengaruh positif sangat nyata pada taraf p<0,01 terhadap kualitas SDM dalam upaya meningkatkan kapasitas KUD. Tabel 30. Matriks korelasi proses komunikasi organisasi dengan kapasitas KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Aspek proses komunikasi organisasi KUD
Aspek kapasitas KUD Y
X
5.1
X
5.2
X
5.3
X
5.4
X
5.5
X
5.1
X
5.2
X
5.3
X
5.4
X
5.5
Y 2.2 Y 2.3 Kabupaten Karawang 0,133 0,143 0,245 (0,104) (0,081) (0,002)** 0,037 0,236 0,134 (0,653) (0,004)** (0,102) 0,177 0,087 0,179 (0,030)* (0,291) (0,028) 0,086 -0,049 0,214 (0,295) (0,555) (0,009)** 0,144 0,164 0,169 (0,080) (0,044)* (0,038)* Kabupaten Cianjur 0.118 0.148 0.123 (0.153) (0.071) (0.134) -0.014 0.079 0.075 (0.870) (0.335) (0.363) 0.096 0.171 0.219 (0.246) (0.037)* (0.007)** -0.091 0.160 0.182 (0.272) (0.051) (0.026)* -0.059 0.182 0.069 (0.472) (0.026) (0.401) 2.1
Y
2.4
Y
2.5
0,206 (0,012)* 0,277 (0,001)** 0,235 (0,004)** 0,068 (0,405) 0,224 (0,006)**
0,163 (0,046)* 0,092 (0,263) 0,293 (0,000)** 0,163 (0,046)* 0,172 (0,035)*
0.201 (0.014)* 0.245 (0.003)** 0.012 (0.888) 0.230 (0.005)** 0.314 (0,000)**
-0.001 (0.993) 0.06 (0.467) 0.053 (0.517) 0.119 (0.148) 0.013 (0.878)
Keterangan : 1) Korelasi Spearman : *) nyata pada α 0,05, **) nyata pada α 0,01 2) Kapasitas KUD : Y 2.1 (permodalan), Y 2.2 (pemasaran hasil), Y 2.3 (input saprotan), Y 2.4 (kualitas sdm) dan Y 2.5 (SHU) 3) Proses komunikasi organisasi KUD : X 5.1 (arus komunikasi), X 5.2 (umpan balik), X 5.3 (saluran komunikasi), X 5.4 (efektifitas komunikasi) dan X 5.5 (pemanfaatan informasi)
Sesuai dengan sifat organisasi koperasi adalah suatu bentuk dengan sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi oleh pengurus untuk mencapai tujuan bersama, maka untuk mencapai kapasitas KUD yang optimal di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur diperlukan dukungan kondisi komunikasi yang dinamis internal dan eksternal seiring dengan terjadinya perubahan lingkungan yang terkait dengan ekonomi, sosial maupun perubahan teknologi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sendjaja et al., (1994) bahwa komunikasi dalam organisasi berfungsi untuk membangun budaya organisasi yakni nilai dan kepercayaan yang menjadi titik sentral organisasi dengan dukungan proses komunikasi organisasi
139
yang semakin meningkat agar tujuan komunikasi dalam organisasi sebagai proses mutual understanding dalam arti mencoba mencari saling sepemahaman antara anggota-anggota dalam organisasi tersebut dapat terwujud. Kinerja KUD Beberapa aspek kinerja KUD yang sangat berpengaruh di terhadap kapasitas KUD di Kabupaten Karawang adalah (1) aspek kualitas SDM dan (2) aspek input saprotan, sedangkan di Kabupaten Cianjur adalah (1) aspek SHU dan (2) aspek permodalan. Perlu diperhatikan bahwa kinerja yang tinggi darai suatu organisasi belum menjamin meningkatkan kapasitas organisasi tersebut, karena kinerja dapat menghasilkan produktivitas dan kuaitas kerja yang tidak seiring dengan kapasitas organisasi sesuai dengan tujuannya. Terlihat bahwa aspek kebutuhan atas pengembangan usahatani di Kabupaten Karawang banyak berorientasi kepada kualitas petani dan kebutuhan sarana produksi yang berkualitas, sementara itu di Kabupaten Cianjur lebih berorientasi kepada kebutuhan dana yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan usahataninya. Efektivitas komunikasi dan saluran komunikasi berperan dalam meningkatkan kapasitas KUD di Kabupaten Karawang. Seberapa besar korelasi antara aspekaspek kinerja KUD dengan kapasitas KUD dapat dilihat matriks korelasinya di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur pada Tabel 31. Berdasarkan pemaknaan dari analisis SEM menunjukkan bahwa ada hubungan kinerja KUD dengan kapasitas KUD yang sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan, peran pengawas KUD, pelaksanaan program kerja, penerapan teknologi dan pelaksanaan RAT. Kondisi ini diperlihatkan dengan matriks nilai korelasi kinerja organisasi terhadap tingkat kapasitas KUD seperti terlihat pada Tabel 31. Hubungan antara kepemimpinan KUD dengan SHU mempunyai hubungan positif nyata pada taraf p<0,01 dengan SHU di daerah penelitian Kabupaten Karawang. Dengan
komunikasi
yang
lebih
intensif
dan
berkualitas
peran
kepemimpinan yang semakin baik akan memberi pengaruh yang semakin meningkat terhadap perolehan SHU dari KUD. Demikinan juga hubungan penerapan teknologi pertanian mempunyai pengaruh positif nyata pada taraf p<0,05 terhadap permodalan dan pemasaran hasil serta berpengaruh posistif
140
sangat nyata terhadap perolehan SHU pada taraf p<0,01. Kondisi terkait dengan pengertian pengembangan kapasitas organisasi sebagai suatu proses untuk meningkatkan kemampuan suatu organisasi antara lain: (1) pengembangan sumber daya manusia, (2) penguatan organisasi dan manajemen, (3) penyediaan sumber daya, sarana dan prasarana, (4) network, (5) lingkungan dan (6) kemampuan modal dan program. Dengan pengertian bahwa faktor kepemimpinan, peran pengawas, pelaksanaan program, penerapan teknologi dan pelaksanaan RAT sebagai faktor kinerja KUD sangat penting sebagai penguat kapasitas KUD yang di dalamnya terkandung dukungan kualitas SDM, manajemen, sarana dan prasarana, jaringan kerja, lingkungan dan aset organisasi berupa modal dengan dukungan dan program kerja. Tabel 31. Matriks korelasi kinerja organisasi dengan kapasitas KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Aspek kinerja KUD
Aspek-aspek kapasitas KUD . Y
Y
1.1
Y
1.2
Y
1.3
Y
1.4
Y
1.5
Y
1.1
Y
1.2
Y
1.3
Y
1.4
Y
1.5
2.1
0,135 (0,100) 0,199 (0,015)* 0,211 (0,010)* 0,154 (0,060) 0,156 (0,057) 0.107 (0.192) 0.415 (0,000)** 0.099 (0.233) 0.163 (0.046)* 0.116 (0.157)
Y 2.2 Y 2.3 Kabupaten Karawang 0,095 0,275 (0,248) (0,001)** 0,244 -0,028 (0,003)** (0,733) 0,040 -0,032 (0,630) (0,694) 0,176 0,203 (0,031)* (0,013)* 0,209 0,153 (0,010)* (0,061) Kabupaten Cianjur 0.072 0.136 (0.384) (0.098) 0.207 0.171 (0.011)* (0.037)* -0.046 0,037 (0.642) (0.798) 0.276 0.165 (0.001)** (0.044)* 0.047 0.119 (0.569) (0.148)
Y
2.4
Y
2.5
0,207 (0,011) 0,227 (0,005)** 0,141 (0,085) 0,236 (0,004)** 0,291 (0,000)**
0,330 (0,000)** 0,276 (0,001)** 0,064 (0,434) 0,266 (0,001)** 0,349 (0,212)
0.115 (0.161) 0.092 (0.263) 0.126 (0.127) 0.008 (0.921) 0.240 (0.003)**
0.124 (0.133) 0.109 (0.185) 0,431 (0.996) 0.121 (0.141) 0.095 (0.248)
Keterangan : 1) Korelasi Spearman : *) nyata pada α 0,05, **) nyata pada α 0,01 2) Kinerja KUD : Y 1.1 (kepemimpinan), Y 1.2 (peran pengawas), Y 1.3 (pelaksanaan program), Y 1.4 (penerapan teknologi) dan Y 1.5 (pelaksanaan RAT) 3) Kapasitas KUD : Y 2.1 (permodalan), Y 2.2 (pemasaran hasil), Y 2.3 (input saprotan), Y 2.4 (kualitas sdm) dan Y 2.5 (SHU)
Dari kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan RAT merupakan forum komunikasi seluruh personil KUD untuk membicarakan
141
berbagai hal terkait dengan peningkatan kinerja, kapasitas dan kualitas pelayanan KUD. Dari berbagai keterangan responden dapat diketahui bahwa RAT belum sepenuhnya
menggambarkan
prinsip-prinsip
koperasi
yang
berasaskan
kebersamaan terutama dalam proses mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena forum RAT sering dilakukan berdasarkan perwakilan mengingat jumlah anggota yang sangat besar berkaitan dengan status KUD sebagai KUD inti yang memberi persyaratan tentang jumlah anggota sebanyak mungkin dalam satu wilayah kerja KUD. Hal ini merupakan salah satu hambatan komunikasi organisasi KUD yang perlu di rumuskan kembali agar KUD sebagai organisasi ekonomi petani dapat efektif dan efisien untuk mewujudkan pertanian modern yang semakin mandiri dan berdaya saing. Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan KUD Untuk mendapatkan suatu strategi dalam peningkatan kualitas pelayanan KUD sebagai salah satu peran utama dari KUD maka sesuai dengan kerangka pemikiran dalam penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap berbagai variabel yang terkait di dalamnya yang dapat rumuskan sebagai berikut: Y 3 = f (Y 2 , X 4 , X 5 ) di mana Y 3 ; kualitas pelayanan organisasi KUD, Y 2 ; kapasitas KUD, X 4 ; karakteristik personal KUD, dan X 5 ; proses komunikasi organisasi KUD. Analisa jalur statistik dengan SEM dapat digambarkan sebagai berikut. Y2 Kapasitas KUD X4 Karak. Personil KUD
Y3 Kualitas layanan KUD
X5 Proses KomOrg KUD Gambar 18. Model pengukuran analisis jalur orientasi kualitas pelayanan KUD Kapasitas KUD Beberapa aspek kapasitas KUD yang sangat berpengaruh di terhadap kualitas pelayanan KUD di Kabupaten Karawang adalah (1) aspek kualitas SDM
142
dan (2) aspek SHU, sedangkan di Kabupaten Cianjur adalah (1) aspek permodalan dan (2) aspek input saprotan. Seberapa besar korelasi antara aspek-aspek kapasitas KUD dengan kualitas pelayanan KUD dapat dilihat matriks korelasi karakteristik personil KUD dengan kapasitas KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur pada Tabel 32. Tabel 32. Matriks korelasi kapasitas organisasi dengan kualitas pelayanan KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Aspek kapasitas KUD . Y
2.1
Y
2.2
Y
2.3
Y
2.4
Y
2.5
Y
2.1
Y
2.2
Y
2.3
Y
2.4
Y
2.5
Aspek-aspek kualitas pelayanan KUD Y
Y 3.2 Kabupaten Karawang 0,195 0,067 (0,017)* (0,415) 0,204 0,062 (0,012)* (0,451) 0,274 0,154 (0,001)** (0,059) 0,256 0,229 (0,002)** (0,125) 0,472 0,377 (0,045)* (0,350) Kabupaten Cianjur -0.06 0.013 (0.465) (0.880) 0.107 0.118 (0.194) (0.152) 0.080 0.136 (0.331) (0.099) 0.175 0.342 (0.034)* (0.000)** 0.153 -0.059 (0.064) (0.479) 3.1
Y
3.3
Y
3.4
0,155 (0,058) 0,158 (0,053) 0,182 (0,026)* 0,369 (0,221) 0,459 (0,672)
0,071 (0,389) 0,237 (0,003)** 0,082 (0,318) 0,346 (0,010)* 0,305 (0,025)*
0.097 (0.242) 0.030 (0.719) 0.115 (0.164) 0.103 (0.212) 0.037 (0.631)
0.345 (0.341) 0.105 (0.204) 0.295 (0,000)** 0.212 (0.016)* 0.097 (0.239)
Keterangan : 1) Korelasi Spearman : *) nyata pada α 0,05, **) nyata pada α 0,01 2) Kualitas pelayanan KUD : Y 3.1 (aspek teknis), Y 3.2 (aspek ekonomis), Y 3.3 (aspek sosial), Y 3.4 (aspek waktu) 3) Kapasitas KUD : Y 2.1 (permodalan), Y 2.2 (pemasaran hasil), Y 2.3 (input saprotan), Y 2.4 (kualitas sdm) dan Y 2.5 (SHU)
Kondisi di Kabupaten Karawang diperlihatkan dengan matriks nilai korelasi kapasitas KUD dengan kualitas pelayanan KUD di mana hubungan antara permodalan dengan aspek teknis pelayanan pemanfaatan penggilingan padi mempunyai hubungan positif nyata pada taraf p<0,05. Demikian juga hubungan antara pemasaran hasil mempunyai hubungan positif nyata dengan aspek sosial pada taraf p<0,05. Sementara itu hasil analisa penelitian yang dilakukan di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa kualitas SDM memberi pengaruh positif
143
terhadap aspek teknis pelayanan KUD atas pemanfaatan penggilingan padi bagi para anggota KUD. Dengan peningkatan permodalan, pemasaran hasil, input saprotan, kualitas SDM dan perolehan SHU dari KUD di Kabupaten Karawang dan di Kabupaten Cianjur akan memberi pengaruh kepada tingkat kualitas pelayanan KUD. Sesuai dengan salah satu peran utama dari KUD adalah untuk memberikan pelayanan kepada para anggota dan kegiatan utama yang ada di KUD contoh adalah pemanfaatan penggilingan padi, maka meningkatkan peran KUD sebagai organisasi ekonomi petani di pedesaan sangat ditentukan oleh tingkat pelayanan yang diberikan KUD kepada para anggota. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan di lokasi penggilingan padi yang merupakan pusat pertemuan antara produksi, pasca panen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan mata rantai penting dalam suplai beras dan kontribusi dalam penyediaan beras nasional untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Seiring dengan pendapat Sinaga et al., (2008) bahwa peranan Usaha Kecil menengah dan Koperasi dalam meningkatkan ekonomi kerakyatan dalam menggerakkan sektor riil adalah merupakan realitas dalam kegiatan ekonomi nasional yang sangat penting dan strategis, maka untuk meningkatkan peran dan fungsi KUD perlu memperhatikan kesesuaian potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia, peluang pasar, dukungan modal yang memadai, pemanfaatan sumber daya teknologi informasi dan dukungan koordinasi diantara institusi pemerintah. Terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur maka untuk mendorong peran KUD ke depan harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan aspek teknis, ekonomis, sosial dan waktu dalam optimalisasi potensi sumber daya yang ada di daerah tersebut. Masalah susut produksi dalam proses pengolahan padi pada kegiatan pascapanen masih tinggi dan nilai tambah yang diperoleh para petani masih rendah belum memiliki daya saing yang wajar untuk mengembangkan penggilingan padi memasuki perdagangan bebas atau global. Karakteristik Personil KUD Beberapa aspek karakteristik personil KUD yang sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan KUD di Kabupaten Karawang adalah (1) aspek
144
keberanian dan (2) aspek pengalaman berkoperasi, sedangkan di Kabupaten Cianjur adalah (1) aspek keberanian menghadapi resiko dan (2) aspek pendidikan nonformal. Seberapa besar korelasi antara aspek-aspek karakteristikpersonil KUD dengan kualitas pelayanan KUD dapat dilihat matriks korelasi karakteristik personil KUD dengan kualitas pelayanan KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur pada Tabel 33. Tabel 33. Matriks korelasi karakteristik personil KUD contoh dengan kualitas pelayanan KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Indikator variabel X 4.
X
4.1
X
4.2
X
4.3
X
4.4
X
4.5
X
4.6
X
4.1
X
4.2
X
4.3
X
4.4
X
4.5
X
4.6
Indikator variabel Y 3 Y
3.1
Y 3.1 0,443 (0,224) 0,237 (0,014)* 0,111 (0,172) 0,443 (0,067) 0,237 (0,004)** 0,111 (0,176) 0.029 (0.631) -0.113 (0.210) -0.038 (0.452) 0.039 (0.635) -0.103 (0.215) -0.038 (0.652)
Y
3.2
Kabupaten Karawang Y 3.2 0,257 (0,035)* -0,048 (0,551) -0,023 (0,482) 0,257 (0,055) -0,048 (0,559) -0,023 (0,782) Kabupaten Cianjur 0.179 (0.125) -0.062 (0.458) 0.129 (0.125) 0.184 (0.085) -0.062 (0.458) 0.129 (0.128)
Y
3.3
Y
3.4
Y 3.3 0,305 (0,145) 0,144 (0,070) 0,110 (0,169) 0,305 (0,121) 0,144 (0,078) 0,110 (0,179)
Y 3.4 0,299 (0,127) 0,228 (0,217) 0,112 (0,170) 0,299 (0,071) 0,228 (0,052) 0,112 (0,171)
-0.083 (0.325) 0.205 (0.023)* 0.061 (0.665) -0.083 (0.315) 0.207 (0.012)* 0.061 (0.466)
0.062 (0.450) 0.097 (0.341) 0.075 (0.266) 0.062 (0.455) 0.097 (0.241) 0.075 (0.366)
Keterangan : 1) Korelasi Spearman : *) nyata pada α 0,05, **) nyata pada α 0,01 2) Kualitas pelayanan KUD : Y 3.1 (permodalan), Y 3.2 (pemasaran hasil), Y 3.3 (input saprotan), Y 3.4 (kualitas sdm) 3) Karakteristik personal KUD : X 4.1 (umur), X 4.2 (pendidikan), X 4.3 (pendidikan nonformal), X 4.4 (pengalaman berkoperasi), X 4.5 (keberanian menghadapi resiko) dan X 4.6 (tingkat kekosmopilitan)
Berdasarkan pemaknaan dari analisis SEM, menunjukkan bahwa ada hubungan karakteristik personal KUD dengan kualitas pelayanan KUD sebagaimana diperjelas pada matriks korelasi yang terdapat pada Tabel 33. Dari
145
pamaknaan tersbut terlihat bahwa kondisi di Kabupaten Karawang terdapat hubungan positif nyata antara aspek pendidikan formal dari karakteristik personal KUD terhadap aspek permodalan KUD pada taraf p<0,05, demikian juga hubungan antara keberanian menghadapi resiko dengan permodalan mempunyai hubungan positif nyata pada taraf p<0,05. Sementara itu hasil analisa penelitian yang dilakukan di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa keberanian menghadapi resiko memberi pengaruh positif dan nyata terhadap input saprotan dalam upaya pengembangan usahatani padi para anggota KUD. Proses Komunikasi Organisasi KUD. Beberapa aspek komunikasi organisasi KUD yang sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan KUD di Kabupaten Karawang adalah (1) aspek efektifitas komunikasi dan (2) aspek saluran komunikasi, sedangkan di Kabupaten Cianjur adalah (1) aspek umpan balik dan (2) aspek arus komunikasi. Seberapa besar korelasi antara aspek-aspek kinerja KUD dengan kapasitas KUD dilihat matriks korelasi karakteristik personil KUD dengan kapasitas KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur pada Tabel 34. Dari hasil pemaknaan analisis SEM menunjukkan bahwa ada hubungan proses komunikasi organisasi dengan kualitas pelayanan KUD yang ditentukan oleh beberapa subvariabel yaitu arus komunikasi, umpan balik, saluran komunikasi, efektifitas komunikasi dan pemanfaatan informasi komunikasi. Kondisi ini diperlihatkan dengan matriks nilai korelasi proses komunikasi organisasi KUD pada Tabel 34, di mana hubungan antara umpan balik dengan aspek tenis mempunyai hubungan positif nyata pada taraf p<0,05 di Kabupaten Karawang. Demikian juga hubungan antara efektivitas komunikasi organisasi KUD mempunyai hubungan positif nyata dengan input saprodi pada taraf p<0,01. Dengan peningkatan arus komunikasi, umpan balik, saluran
komunikasi,
efektifitas
komunikasi
dan
pemanfaatan
informasi
komunikasi akan meningkatkan kapasitas KUD di Kabupaten Karawang. Hasil
analisa
penelitian
yang
dilakukan
di
Kabupaten
Cianjur
menunjukkan bahwa tingkat saluran komunikasi menunjukkan hubungan positif nyata dengan pemasaran hasil pada taraf p<0,01. Demikinan juga hubungan pemanfaatan informasi mempunyai pengaruh positif nyata pada taraf p<0,01 terhadap aspek ekonomis dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan KUD.
146
Untuk peningkatan pelayanan KUD kepada anggota dalam kaitannya dengan peran mekanisasi pertanian khususnya dalam pemanfaatan alsintan secara selektif sangat besar dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi, baik dalam kegiatan prapanen maupun dalam kegiatan pascapanen menyangkut aspel teknis, ekonomia, sosial dan waktu. Peran komunikasi organisasi KUD dalam mengembangkan pelayanannya kepada anggota maka proses komunikasi organisasi KUD yakni untuk meningkatkan arus komunikasi, umpan balik, saluran komunikasi, efektivitas komunikasi dan pemanfaatan informasi sangat penting. Paradigma pembangunan koperasi pertanian profesional dengan tingkat proses komunikasi organisasi yang dinamis dengan pendekatan agribisnis dan mekanisasi pertanian dengan memanfaatkan informasi pertanian melalui model komunikasi organisasi KUD yang efektif menjadi pilihan alternatif di masa depan. Tabel 34. Matriks korelasi proses komunikasi organisasi Dengan kualitas pelayanan KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Indikator variabel X 5.
X
5.1
X
5.2
X
5.3
X
5.4
X
5.5
X
5.1
X
5.2
X
5.3
X
5.4
X
5.5
Indikator variabel Y 3 Y
3.1
Y 3.1 0,089 (0,279) 0,069 (0,401) 0,228 (0,005)** 0,170 (0,038)* 0,151 (0,066) 0.082 (0.809) -0.123 0.784 -0.145 (0.079) 0.104 0.211 0.127 (0.126)
Y 3.2 Y 3.3 Kabupaten Karawang Y 3.2 Y 3.3 0,111 0,094 (0,176) (0,254) 0,069 -0,010 (0,401) (0,907) 0,221 0,284 (0,007)** (0,124) 0,148 0,214 (0,071)* (0,009)** 0,225 0,103 (0,006)** (0,212) Kabupaten Cianjur 0.247 0.118 (0.003)** (0.156) 0.230 0.024 (0.005)** (0.777) -0.062 0.082 0.984 0.321 0.172 0.133 (0.038)* (0.109) 0.223 0.102 (0.007)** (0.217)
Y
3.4
Y 3.4 0,155 (0,058) 0,254 (0,002)** 0,119 (0,148) 0,050 (0,544) 0,127 (0,121) 0.158 (0.056) 0.054 (0.516) 0.119 0.821 0.185 (0.025)* 0.122 (0.140)
Keterangan : 1) Korelasi Spearman : *) nyata pada α 0,05, **) nyata pada α 0,01 2) Kualitas pelayanan KUD : Y 3.1 (aspek teknis), Y 3.2 (aspek ekonomis), Y 3.3 (aspek sosial), Y 3.4 (aspek waktu) 3) Proses komunikasi organisasi KUD : X 5.1 (arus komunikasi), X 5.2 (umpan balik), X 5.3 (saluran komunikasi), X 5.4 (efektifitas komunikasi) dan X 5.5 (pemanfaatan informasi)
147
Pengujian Hipotesis Menurut Sugiyono (2010) kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi maka sebagai langkah awal pembuktian suatu hipotesa perlu dihitung lebih dahulu koefisien korelasi dan kemudian dilakukan pengujian signifikansinya. Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan kerangka berpikir, maka hipotetikal utama atau hipotesis yang diuji dalam penelitian disertasi ini adalah sebagai berikut: (1) Peningkatan kinerja KUD dipengaruhi secara nyata oleh informasi organisasi KUD, iklim organisasi KUD dan intensitas komunikasi publik organisasi KUD. (2) Pengembangan kapasitas KUD dalam meningkatkan pelayanan pemanfaatan penggilingan padi KUD dipengaruhi secara nyata oleh kinerja KUD, karakteristik personal KUD dan proses komunikasi organisasi KUD. Dari hasil analisa SEM penelitian di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positip dan nyata/signifikan dari kinerja KUD terhadap kapasitas KUD dalam kualitas pelayanan KUD untuk pemanfaatan penggilingan padi, yang berarti uji hipotesis pertama dan kedua diterima. Dari hasil pengujian uji-t juga menunjukkan bahwa, baik di Kabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur terdapat nilai koefisien korelasi Rank Spearman antara variabel kinerja organisasi KUD dengan variabel kapasitas organisasi KUD dan antara variabel kapasitas organisasi KUD dengan variabel kualitas pelayanan organisasi KUD dengan nilai-t lebih besar dari nilai-tabel sebagaimana terlihat pada Tabel 35. Tabel 35. Koefisien korelasi kinerja terhadap kapasitas dalam kualitas pelayanan organisasi KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Variabel
Nilai-t
Lokasi penelitian Kabupaten Karawang Kinerja KUD (Y 1) 2.61 Kapasitas KUD (Y 2) 2.31 Lokasi penelitian Kabupaten Cianjur Kinerja KUD (Y1) 2.21 Kapasitas KUD (Y2) 2.10
t-table (α=0,05)
Kesimpulan
1.96 1.96
Signifikan / Pengaruh positif Signifikan / Pengaruh positif
1.96 1.96
Signifikan / Pengaruh positif Signifikan / Pengaruh positif
148
Koefisien korelasi kinerja terhadap kapasitas dalam kualitas pelayanan organisasi KUD di Kabupaten Karawang menunjukkan bahwa nilai-t kinerja KUD dan kapasitas KUD terhadap kualitas pelayanan KUD masing-masing 2,61 dan 2,31 dan di Kabupaten Cianjur adalah sebesar 2,21 dan 2,10. Data ini didukung oleh hasil uji kesesuaian model berdasarkan hasil goodness of fit
yang
menunjukkan secara keseluruhan dengan nilai mendekati baik (marginal fit) dan baik, yang berarti sesuai dengan kondisi empiris KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa model komunikasi organisasi KUD secara teoritis merupakan adaptasi teori yang dapat dikembangkan. Strategi Pengembangan Model Komunikasi Organisasi Koperasi Pertanian Model Komunikasi Organisasi KUD Potensi KUD masih sangat besar untuk bangkit jika dilakukan penataan secepat mungkin sebelum mengalami kehancuran menyeluruh yang saat ini sedang dalam proses menuju ke arah tersebut. Kebijakan strategis yang sangat mendesak adalah penataan KUD agar kembali menjadi organisasi ekonomi yang berperan dengan pendekatan profesional yakni mengembangkan KUD berbasis pada satu komoditas unggulan, sehingga lingkup dan kualitas informasi yang disampaikan kepada petani melalui KUD dapat terseleksi dengan mudah. Hasil pengujian dengan analisis diagram SEM model komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Ciajur mengacu kepada kriteria goodness of fit menunjukkan bahwa model konseptual yang dirancang memenuhi kelayakan model komunikasi organisasi KUD. Tingkat kinerja dan kapasitas KUD mempunyai peran dan hubungan erat dengan kualitas pelayanan KUD untuk memenuhi kebutuhan anggota khususnya dalam pemanfaatan penggilingan padi. Teori komunikasi organisasi yang dikembangkan oleh Goldhaber (1986) yang menekankan pentingnya interaksi (umpan balik) sebagai komunikasi dua arah (konvergen) untuk saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung mencapai tujuan bersama organisasi dan teori Seiler (1988) yang menekankan pentingnya faktor lingkungan organisasi sebagai acuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dalam prakteknya di
lingkungan KUD merupakan suatu model komunikasi
149
organisasi yang layak untuk dikembangkan. Hasil uji dari model komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur memenuhi teori Muhammad (2007) yang menggambarkan komunikasi sebagai suatu proses dua arah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar komunikasi organisasi yang meliputi berbagai elemen internal dan eksternal organisasi. Untuk meningkatkan kinerja KUD faktor informasi bagi personil KUD, baik pengurus maupun anggota di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur merupakan kebutuhan yang perlu selalu tersedia dengan kualitas informasi yang dapat dipercaya dan diandalkan untuk meningkatkan kinerja, kapasitas dan kualitas
pelayanan
KUD.
Untuk
maksud
tersebut
diperlukan
strategi
pengembangan model komunikasi organisasi KUD yang efektif dan efisien sehingga manfaat informasi dapat berdaya guna secara optimal.
Dari lima
variabel yang dianalisa dalam penelitian ini yakni: informasi organisasi KUD, iklim organisasi KUD, intensitas komunikasi publik organisasi KUD, kinerja KUD, kapasitas KUD, karakteristik personal KUD, proses komunikasi organisasi KUD dan kualitas pekayanan KUD menunjukkan bahwa terdapat peran dan hubungan antar variabel yang nyata atau signifikan sebagai model komunikasi organisasi KUD. Sebagaimana ditegaskan oleh Adjid (2001) bahwa perekembangan pertanian yang mendukung proses modernisasi sangat terkait erat dengan kesiapan masyarakat pertanian untuk selalu dapat mengambil keputusan dalam memilih teknologi yang tepat dan bermanfaat secara optimal, sehingga peran koperasi pertanian menjadi semakin penting. Pemanfaatan pengembangan dan penguasaan IPTEK merupakan langkah-langkah yang tidak terpisahkan dari upaya membangun kelembagaan petani sebagai wadah ekonomi untuk menghimpun potensi petani dalam memasuki mekanisme pasar global dengan daya saing yang semakin meningkat. Dalam rangka memacu daya saing dan kemandirian petani melalui koperasi untuk memasuki pasar global dengan berbagai produk unggulan maka peran teknologi informasi dan teknologi pertanian dengan dukungan kelembagaan koperasi petani merupakan tantangan nyata dalam pembangunan pertanian modern yang berorientasi pada sistem agribisnis dan pertanian modern.
150
Tingkat kemodernan pertanian sangat ditentukan oleh proses alih teknologi dari sumber teknologi kepada pengguna atau petani yang telah teruji untuk dikomunikasikan dan diadaptasikan agar dapat didayagunakan petani secara tepat guna. Teknologi pertanian yang diteliti dan dikembangkan serta ditransformasikan atau dialihkan kepada petani merupakan teknologi yang dibutuhkan sesuai dengan karakteristik sumber daya petani dan sumber daya alam. Potensi sumberdaya lokal perlu dikaji secara tepat sehingga komoditas unggulan daerah dapat menjadi unggulan yang mempunyai kuantitas dan kualitas yang berdaya saing global. Hasil analisa penelitian yang menunjukkan bahwa model komunikasi organisasi KUD dengan kondisi petani yang serba lemah di lokasi penelitian merupakan faktor strategis yang perlu dikembangkan. Namun sangat disadarai bahwa model komunikasi organisasi adalam merypakan satu elemen dari suatu sistem informasi pembangunan pertanian menunju pertanian yang semakin modern. Yang sangat menggembirakan adalah bahwa di samping aset KUD masih sangat potensial juga tanggapan responden yang masih menaruh harapan besar kepada KUD agar dapat bangkit menjadi wadah ekonomi yang mampu menghimpun potensi anggota dalam mengantisipasi berbagai masalah usahatani yang semakin meningkat di pedesaan. Kondisi ini merupakan peluang yang besar bagi pemerintah untuk membangun koperasi pertanian yang profesional. Model pembangunan pertanian yang dilakukan oleh pemerintah Thailand melalui program OTOP (One Tambon One Product) dengan dukungan pembangunan model pembangunan pasar “Thalad Thai” sebagai pusat pasar hortikultura terbesar di Asia Tenggara pada tahun 1966 dapat menjadi bahan pertimbangan untuk dikembangkan di Indonesia. Pada prinsipnya perlu kebijakan yang mampu mengembangkan pembangunan agribisnis komoditas unggulan pada suatu kawasan tertentu dengan memberi keterbukaan seluas-luasnya kepada petani untuk mampu melakukan akses informasi dan teknologi sesuai dengan kebutuhan petani melalui sutu model komunikasi organisasi koperasi pertanian yang lebih profesional. Sistem Informasi Pertanian berbasis Teknologi dan Koperasi Untuk meningkatkan kinerja dan kapasitas KUD diperlukan penataan sistem informasi pertanian yang dapat meningkatkan berbagai faktor penentu yang
151
dapat meningkatkan kualitas pelayanan KUD kepada anggota. Sistem informasi pertanian tersebut memerlukan kemampuan untuk meningkatkan peran pesan informasi agar relevan, akurat, lengkap dan tepat waktu sesuai dengan kebutuhan petani. Di samping itu sistem informasi tersebut dapat menciptakan iklim komunikasi organisasi KUD yang mampu mengembangkan peningkatan dukungan anggota, keterbukaan, kebersamaan, kepercayaan dan rasa keadilan serta meningkatkan intensitas komunikasi publik organisasi, baik internal maupun eksternal organisasi KUD. Peningkatan kineja KUD tidak selalu meningkatkan kapasitas KUD karena di samping dipengaruhi oleh kinerja juga dipengaruhi oleh karakteristik oersonil KUD dan proses komunikasi organisasi KUD. Sesuai dengan karakteristik organisai koparesi pertanian yang mempungai ciri-ciri kebersamaan dan kekeluargaan maka tingkat pendidikan dan pemanfaatan informasi sesuai dengan tujuan KUD sebagai organisasi ekonomi petani sangat ditentukan oleh terwujudnya sasaran organisasi terutama kualitas pelayanan untuk memenuhi kebutuhan anggota dalam pengelolaan usahatani yang lebih modern. Seiring dengan perkembangan teknologi pertanian khususnya mekanisasi pertanian dan teknologi informasi, maka diperlukan kebijakan pemerintah untuk merancang sistem informasi pertanian dengan paradigma baru yang memperhatikan perkembangan global dan potensi sumberdaya lokal. Kondisi dan peran atau fungsi KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur yang semakin melemah akibat dari kebijakan pemerintah yang berbagai fasilitas berbagai bantuan dan kemudahan kepada KUD, perlu dukungan penataan KUD secara menyeluruh agar mampu bangkit, mandiri dan berdaya saing. Membangun KUD profesional dengan daya saing yang semakin meningkat sangat sulit diwujudkan jika fungsi koperasi pertanian masih multi fungsi. Kegiatan koperasi pertanian ke depan haruslah berbasis pada komoditas unggulan dengan satu komoditas dengan pendekatan sistem agribisnis. Prinsip-prinsip agribisnis harus dapat dikembangkan pada koperasi pertanian dengan tetap menjaga prinsip-prinsip perkoperasian yakni berasaskan kekeluargaan dan kebersamaan. Penerapan teknologi dan manajemen organisasi koperasi pertanian sebagai organisasi ekonomi petani akan lebih mudah
dikembangkan di
152
lingkungan petani jika fokus kepada usahatani dengan komoditas utama para anggota. Demikian juga para pembina dan pelaku agribisnis sebagai partisipan pengembangan agribisnis di pedesaan akan lebih efisien dan efektif dalam rangka membangun pertanian sebagai basis perekonomian rakyat. Jika pada masa lalu wilayah kerja KUD dibatasi berdasarkan daerah pemerintahan yakni kecamatan, maka untuk ke depan sebaiknya wilayah kerja didasarkan kepada wilayah hamparan pertanian yang layak dikembangkan sebagai satuan wilayah pengembangan agribisnis. Dikaitkan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur sebagai lumbung pangan, maka untuk penataan KUD disarankan agar segera dapat diambil langkah-langkah kebijakan yang memungkinkan untuk membangun sistem informasi berbasis teknologi dan koperasi. Membentuk koperasi petani berbasis komoditas unggulan sejenis misalnya Koperasi Agribisnis Padi (KOPADI) sebagai bentuk baru dari KUD yang ada saat ini merupakan kebijakan yang perlu dipertimbangkan pemerintah.. Salah satu kebijakan yang sangat strategis dalam era masyarakat komunikasi saat ini adalah mendorong berkembangnya jaringan komunikasi antar berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam pembangunan pertanian komoditas unggulan melalui suatu Pusat Informasi Agribisnis. Dalam kaitan ini maka untuk mengembangkan koperasi petani padi yang profesional perlu dibangun Pusat Informasi Agibisnis Padi (PIAP) pada setiap Kawasan Pengembangan Agribisnis Padi (KPAP). Dengan adanya PIAP di sentra-sentra produksi beras diharapkan adopsi inovasi teknologi mekanisasi pertanian secara selektif dan manajemen agribisnis modern dapat dengan mudah dan cepat berkembang di pedesaan. Semakin melemahnya peran PPL dan petugas dari Dinas Koperasi untuk membina KUD dan usahatani para petani sebagai akibat dari seringnya mutasi karyawan pada dinas-dinas yang terkait dengan pembinaan koperasi pertanian, diharapkan PIAP dapat meningkatkan peran pemerintah dalam membangun koperasi pertanian di pedesaan. Membangun suatu Pusat Informasi Agribisnis di sentra-sentra produksi sejalan dengan pendapat Sapari et al., (2009) yang menyatakan bahwa melalui komunikasi dan klinik agribisnis berhubungan nyata dengan pengembangan
153
teknologi pertanian khususnya teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP). Mengingat kondisi kemampuan petani di pedesaan masih lemah, maka untuk mengembangkan koperasi petani yang profesional hanya mungkin jika pemerintah kembali meninjau kebijakan mendasar terkait dengan peraturan dan perundangundangan yang berlaku seperti diperlukannya undang-undang tentang koperasi petani dan perlu kembali memerankan pemerintah dalam pembangunan perkoperasian khususnya koperasi petani dengan pendekatan teknologi dan agribisnis di seluruh Indonesia.