“Green Communication” Dr.Ardan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
[email protected]
Green Communication is probably a relatively new name to our ears. What it means and what meanings the concept has, as well as its significance for the Communication development in the coming years, are among others the purpose of writing this article. Key words: green communication, sustainability, adaptability.. Green communication merupakan sebutan yang relatif baru bagi telinga kita. Apa makna yang dikandung atau dicakup dalam konsep tersebut serta arti pentingnya bagi perkembangan Ilmu Komunikasi ke depan, itulah maksud penulisan artikel ini. Green business merupakan suatu istilah yang relatif baru dan belum didefinisikan dengan baik sehingga dapat ditafsirkan oleh orang atau organisasi dengan cara yang beraneka ragam. Apa yang dianggap “green” bagi satu organisasi boleh jadi diberi pengertian berbeda oleh organisasi yang lain. Pengertian green business terkadang dianggap sebagai hal yang remeh saja dengan mengecilkan maknanya pada adanya ketentuan yang mengatur tentang pemberian label dan standar hijau (green standards), pengertian mana akan memperdaya atau mengarahkan pikiran konsumen
untuk melihat
masalah penyelamatan lingkungan ini dengan hanya melihat atau mempertimbangkan ada tidaknya “label green” yang terdapat pada suatu produk, sehingga meninggalkan permasalahan pokoknya yaitu untuk mewariskan bumi yang sedang kita diami ini dalam keadaan yang nyaman ditempati untuk generasi-generasi yang akan. Pemberian label terutama lebih dimaksudkan sebagai suatu alat pemasaran belaka. Kata green, yang sebenarnya berfungsi sebagai kata sifat (adjective) menjadi suatu konsep jika dikaitkan dengan kata bendanya (noun) misalnya go green, green goals, green activities, green initiatives, green thinks, green products, green washing, green environment, green practices, green movement, micro greens, disamping, green management, green accounting, dan bahkan green administration, dan lain sebagainya. Khusus green management 1
atau dapat dikembangkan dengan sebutan green business management, berdasarkan hasil penelitian online dan telaah pustaka terkini dapat disimpulkan 4 hal (Tjandrawidjaja & Ardan, 2012): 1). Dunia industri di Indonesia memerluan perguruan tinggi yang dapat menelorkan lulusan “green business management” yang dipersiapkan untuk menghadapi persaingan bisnis. 2). Adalah tepat waktu, dan saatnya perguruan tinggi menyipkan mahasiswa/I nya dengn program kuliah “green management”. 3). Dalam lingkungan Internasional, program pembelajaran, penelitian di beberapa perguruan tinggi di Indonesia menopang keberhasilan bersaing, dan sudah ada atau cukup banyak tesis yang menempatkan dampak dan manfaat green management product dan green business. 4). Lingkungan umum global dan khususnya Indonesia, dalam lingkup industri barang dan jasa, pada saat ini, memerlukan kesiapan perguruan tinggi untuk menghasilkan kandidat green leader. Tentunya kata green dimaksud dapat diterapkan dalam berbagai disiplin/ilmu yang ada. Mungkin bisa dipikirkan untuk munculnya green sociology, green psychology, dan lain sebagainya, serta yang ingin dibahas lebih lanjut adalah green communication atau jika hendak diterjemahkan sebagai komunikasi hijau atau dapat disingkat menjadi “si hijau” (komunikasi hijau), khusus dalam ilmu komunikasi menjadi “si leader hijau”. Kata green mungkin mengarahkan pikiran kita ke warna hijau tumbuh-tumbuhan yang menyegarkan, menyehatkan, mengandung arti adanya kehidupan. Kata green mengandung atau berkaitan erat dengan dua konsep utama, yaitu adaptability dan
sustainability.
Sustainability merupakan kata yang dapat diterapkan pada berbagai unsur dari suatu perubahan lingkungan. Konsep sustainability mendapat banyak perhatian oleh publik akhirakhir ini. Suatu organisasi dapat dianggap sebagai sebuah perusahaan yang sustainable, jika ia menjalankan perusahaannya itu tanpa meninggalkan kerusakan lingkungan ” it needs to operate without leaving a significant footprint on the environment” (Arbogast & Thornton, 2010). Menjalankan perusahaan dengan
konsep green tersebut antara lain dengan cara
mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia beracun (using less toxic chemicals), konservasi energi (conserving energy), atau dengan cara menawarkan suatu program daur ulang ( a recycling program). Tetapi dalam awal perkembangannya, sebagian besar perusahaan lebih percaya, dan masih saja mempersepsi bahwa menerapkan pertimbangan environmental2
friendly akan menimbulkan biaya yang relatif besar pada perusahaannya,
dan tidak
memberikan keuntungan yang bisa segera didapatkan (immediate benefits). Akar dari konsep sustainability (Mills & Rudd, 2010) dalam ilmu pengetahuan dimunculkan atau digagas oleh Gilbert F. White yang meninggal pada bulan Oktober 2006 di Colorado dalam usia 94 tahun. White merupakan orang yang memiliki pandangan yang radikal di zamannya tahun 1930, ketika dia menulis tesis doktor dengan konsep conservation- nya. White mengkalim bahwa “adaptability was the key to long term sustainability and encouraged current generations to adapt ourselves to the limits of biophysical system” (Cohen, e journal.nbil.org). Ide White tersebut membuka lebar kesempatan untuk melakukan investigasi dan studi lebih lanjut, meskipun telah berlalu beberapa dekade para sarjana baru mulai mendiskusikan tentang adaptability. Visi dari White tersebut sekarang banyak mengilhami banyak orang, mengilhami dunia. Sustainable development sejatinya mengawinkan dua tema besar yaitu perlindungan lingkungan tidak menghalangi (to preclude) perkembangan ekonomi, dan perkembangan ekonomi harus mempertimbangkan perlindungan lingkungan pada saat ini dan pada masa yang akan datang. Dalam perkembangan selanjutnya di tahun 1987 pengertian yang umum tentang sustainability muncul dengan publikasi
dari World Commission on
Environment and Development report, yang dikenal dengan Brundtland Report, yang mendefinisikan sustainable development sebagai “ development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs” Konsep ini mencakup ide, aspirasi dan nilai-nilai yang tetap mengilhami organisasi publik dan swasta untuk menjadi penjaga lingkungan yang lebih baik dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemanfaatannya kepada masyarakat. Prinsip sustainability dapat merangsang inovasi teknologi, meningkatkan daya saing, dan meningkatkan kualitas kehidupan (www.gov.epa). Banyak alasan bagi para konsumen untuk mempertimbangkan aspek sustainability, dan karenanya dampak sumberdaya bukan saja pada makanan dan barang-barang yang dapat dikonsumsi, tetapi sustainability penting bagi seluruh bidang di dunia termasuk terancamnya tropical landscape yang masih saja memusnahkan berbagai macam ragam species yang
3
terancam secara global yang tidak dapat melangsungkan kehidupannya di habitat lain. Pada saat ini, perusahaan yang maju melihat sustainability sebagai suatu strategi yang harus dimiliki untuk menjamin sukses di masa yang akan datang. Dalam lingkungan bisnis saat ini tekanan utama mendorong sustainability development adalah keinginan untuk lebih memperhatikan kegunaan sosial dan proteksi lingkungan, disamping pertimbangan brand reputation( Senxian, 2009). Tekanan lainnya termasuk reaksi terhadap biaya energi yang tidak menentu dan kemampuan yang kuat untuk membuktikan kepada stakeholders bahwa perusahaan yang bersangkutan sedang mengelola sumber daya dengan cara yang efisien. Pengelolaan hijau adalah pengakuan adanya kaitan antara keputusan organisasi dan kegiatan dan dampaknya pada lingkungan alam (Smith, 2010). Yang menarik adalah apa yang dikutip oleh (Mir, 2010, p.1) bahwa Green management dapat memajukan strategi kompetitif perusahaan Mengapa manager menjadi lebih green-oriented? satu aspek adalah merespon konsumen mereka. Karenanya diperlukan usaha-usaha orang atau organisasi/institusi yang harus memberikan perhatian khusus dengan memusatkan perhatiannya pada pengembangan strategi yang sustainable secara efektif dan bermakna (organizations must focus on to successfully implement a meaningful and effective sustainability strategy). Disini lah sebenarnya letak tantangan yang dihadapi oleh banyak organisasi ke depan, dengan dibantu oleh pengembangan disiplin ilmu yang berorientasi green tadi. Dimasa yang akan datang, bahkan sekarang sudah muncul berbagai macam dampak dari terganggunya lingkungan yang saling berkaitan pada tingkat lokal, nasional, dan internasional sebagai sistem suatu kesatuan lingkungan dunia. Penanganan dan pencegahan dampak negatif pada lingkungan tidak dapat dilakukan secara parsial, tetapi dengan kerjasama yang erat diantara semua negara. Setiap negara harus memulai melakukan suatu tindakan untuk mencegah meluasnya dampak negatif terhadap lingkungan lokal, dan akhirnya global. Dalam konteks itulah muncul slogan “think globally, act locally”. Slogan itu mengarahkan tekanan kepada semua negara agar mulai memikirkan dan menginplementasikan proteksi lingkungan dalam pengelolaan sumber daya ekonominya. Dalam kaitan ini pulalah muncul beberapa keberatan dari negara-negara yang masih mendasarkan ekonominya, terutama negara-negara miskin dan sedang berkembang, pada ekspor barang-barang hasil alam, seperti mengekspor 4
kayu, rotan, dan lainnya, yang karenanya dianggap merusak lingkungan. Tindakan penghijauan, penanaman kembali dapat saja dilakukan, tetapi membutuhkan waktu yang relatif lama untuk dapat
menggantikan tumbuhan yang telah dieksploitasi tersebut. Insentif dan disinsentif
diberlakukan kepada negara-negara tertentu dalam rangka proteksi lingkungan global tersebut. Dampak negatif dari kerusakan lingkungan itu pada tahap sekarang ini sudah sangat mencemaskan dunia, ambil contoh misalnya, tentang bahaya global warming, isu pemanasan global, yang menunjukkan adanya peningkatan suhu bumi sehingga dapat atau telah mencairkan es di kutub utara dan selatan, yang berakibat akan atau telah meningkatnya permukaan air laut. Efek rumah kaca (green house effect) yang menunjukkan terperangkapnya panas, yang tidak dapat ke luar, karena langit yang semakin menebal yang ditutupi oleh kas-kas karbon monoksida (Co), CfC(chlourfluocarbon), dan gas-gas sisa pembakaran lainnya, sehingga menambah peningkatan suhu bumi. Dampak negatif terhadap lingkungan lainnya seperti pencemaran oleh limbah beracun (karena limbah yang tidak dapat diolah/dibersihkan sebelum dibuang ke lingkungan), hujan asam, dan yang paling popular adalah adanya lobang ozon di angkasa, yang dapat ditembus oleh sinar matahari (ultra violet) sehingga sinar tersebut tidak tersaring, yang dapat mengakibatkan kanker kulit. Secara spesifik Billitteri( 2008.p.994) menyebutkan peringatan tentang bencana perubahan iklim (Warnings of catastrophic climate change): diantara yang paling menonjol dan harus mendapat perhatian dunia adalah “More species becoming endangered and/or extinct, plummeting biodiversify levels,increasing deforestation, loss of arable farmland, disappearing aquifers,increasing desertification, serta apa yang disebutkan Black & Philips (2010) yaitu “ growing oceanic dead zones”., fakta lain menunjukkan bahwa sementara begitu seringnya “the average global citizen’s carbon footprint on the earth is growing, the actual carrying capacity of the world is declining as more and more of its natural resources are used.” atau daya dukung bumi yang semakin menurun pada saat sumber daya alamnya terus digunakan, karena meningkatnya atau banyaknya carbon yang dihasilkan. Tentu masih banyak dampak negatif lainnya. Ini semua menunjukkan masalah lingkungan ke depan akan semakin kompleks dan mewarnai sebagian besar kegiatan manusia untuk memberikan perhatian kepada masalah lingkungan ini.
5
Manusia akan aware terhadap masalah lingkungan, jika dia sudah terinformasi tentang bahaya yang mungkin timbul, atau aspek kognitif/pengetahuan akan content sesuatu yang membahayakan lingkungan itu telah diketahuinya atau dipahaminya. Disini aspek komunikasi memainkan peranan yang sangat besar dan strategis, bukan saja terhadap aspek kognisinya tetapi juga bagaimana strategi untuk mempengaruhi sampai ke aspek sikap (afektif) dan perilaku (konatif ) nya yang sesuai dengan apa yang diharapkan untuk melindungi kerusakan lingkungan. Karenanya aspek content secara signifikan harus juga dipahami oleh ahli komunikasi, agar dia dapat membangun strategi menyampaikan (aspek form) pesannya secara efektif. Karenanya tuntutan ke depan bagi para sarjana Ilmu Komunikasi semakin menantang dan memegang peranan yang sangat penting dan strategis. Gordon dan Thornton (2010), yang menulis dalam Journal of Sustainability and Green Business, yang berjudul “ A Global Corporate Sustainability Model” menyatakan “Implementing an effective sustainability strategy requires numerous steps, prosesses, and an extreeme focus on metrics and communication.” Karena pesan harus di konstruksi/dikemas, dan dikomunikasikan, melalui berbagai macam saluran/channel, dengan cara, serta pada saat/waktu, dan konteks yang tepat agar pesan tersebut dapat disampaikan secara efektif, dan yang terpenting dimaknai sesuai dengan harapan (apa yang diinginkan) oleh si pengirim pesan. Apa yg kita maksudkan dengan green bisnis ? Definisi green business secara tradisional
berdasarkan berbagai studi pemasaran
lingkungan memfokuskan pada sekedar kegiatan sebagai supplier dari Environtmental Goods dan Services (EGS) sector (Berr/ Erns &Young, 2010) yang hanya membatasi kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian polusi sampai ke pengembangan proses pembersih, konsultasi lingkungan dan energi yang dapat diperbaharui. Definisi
ini itu membatasi kesempatan-
kesempatan bagi seluruh bisnis, dan pasar-pasar yang berkaitan dengan kegiatan peningkatan mutu lingkungan untuk menembus seluruh kegiatan ekonomi. Keluasan definisi itu tertangkap dari kutipan (Erns and young, 2010), sebagai berikut: “ the transition to a low-carbon, resourceefficiency economy will see the emergence of new technplogies and innovations that will stimulate new business models, products and services, transform existing sectors of the economy and create entirely new industries” Dengan lain perkataan “Bisnis yang menembus 6
seluruh ekonomi, yang berusaha untuk mengenalkan penggunaan karbon rendah, efisien sumberdaya, dan atau membuat kembali
produk, proses, jasa, dan model bisnis, yang
memperbolehkan mereka untuk beroperasi dan memasarkan dengan suatu cara yang lebih berkelanjutan secara signifikan dibandingkan dengan para kompetitor terdekatnya” (Erns & Young, 2010). Apa yang dimaksudkan dengan Green Communication ? dan Bagaimana implikasinya ke depan terhadap perkembangan Ilmu Komnikasi ? Dari apa yang sudah dijelaskan di atas, dengan menggunakan berbagai kutipan hasil telaahan pustaka online, green communication, dapat diberi pengertian sebagai suatu usaha untuk mempertimbangkan aspek penyelamatan lingkungan (“green”) ke depan ke dalam setiap kebijakan yang diimplementasikan dan dikomunikasikan dalam kegiatan bisnis korporasi maupun kegiatan institusi melalui suatu strategi komprehensif yang efektif dan bermakna. Strategi yang berkembang saat ini yang dapat digunakan secara strategis untuk menyampaikan pesan-pesan komunikasi “green” adalah banyak korporasi dann institusi yang menggunakan berbagai bentuk media sosial (social media), seperti company blogs, facebook, and Twitter untuki mengomunikasikan usaha-usaha yang berkaitan dengan keberlanjutan penyelamatan lingkungan yang mereka lakukan (Means of communicating corporate sustainability initiatives). Ilmu komunikasi sebagai ilmu, dalam perkembangan awalnya memang sudah bersifat interdisipliner dalam arti berbagai ilmu mempengaruhi dan membantunya untuk berkembang. Sosiologi, Psikologi, Antropologi, dan psikolog sosial merupakan ilmu utama yang berhubungan erat dengan perkembangan ilmu komunikasi. Dalam kaitan dengan perkembangan Imu komunikasi sekarang, dan ke depan, ilmu komunikasi mau tidak mau harus membuka mata dan harus lebih kuat berusaha untuk dapat menerapkan ilmunya secara lebih bermakna atau berguna bagi orang banyak, dan tentu bagi perkembangan ilmu itu sendiri. Dalam kaitan dengan green bisnis ini, ilmu komunikasi harus juga mulai dan terus mengembangkan dan mengikuti perkembangan ilmunya dengan kebutuhan dalam praktek dan kebutuhan konsumen, dan terutama juga dalam rangka menyumbangkan perannya dalam mengatasi, dan mencegah masalah-masalah yang sebenarnya telah muncul dan melakukan pencegahan dengan strategi 7
komunikasi yang efektif untuk mencegah atau lebih awal lagi dengan melakukan penerapan ilmu yang lebih pro aktif. Tentu banyak bidang yang membutuhkan komunikasi. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa tantangan terbesar bagi seorang ahli komunikasi adalah mengetahui dengan baik pesan yang harus dikomunikasikannya secara profesional. Relatif tidak mudah untuk mengetahui dengan baik suatu pesan apalagi pesan yang ingin disampaikan menyangkut aspek tenis-praktis, bahkan teoritis yang berbeda dengan ilmunya sendiri. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa konten atau pesan komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan cara mengemas pesan tersebut. Cara (form) berkaitan erat atau merupakan bagian yang tidak terpisahkan (inherent) dengan kontennya ( content). Karenanya adalah suatu tantangan dan juga kesempatan bagi seorang yang ingin mendalami Ilmu Komunikasi, khususnya ahli ilmu Komunikasi untuk dapat mengomunikasikan pesan “green” (mengemas, memilih media, menentukan waktu, tempat, frekuensi, durasi, segmentasi, dan aspek-aspek lain yang perlu dipertimbangkan) secara strategis, efektif dan bermakna dari atau berdasarkan kebutuhan institusi atau korporasi dimana dia bekerja. Kemampuan mengomunikasikan pesan “green” tadi dapat di implementasikan pada konsentrasi Jurnalistik, periklanan, periklanan, kehumasan, serta konsentrasi atau program studi lainnya. Disinilah letak tantangan (challenges)dan sekaligus peluang (opportunities) bagi penggunaan praktis dan pengembangan disiplin ilmu komunikasi, khususnya green communication ke depan.
8
Daftar Pustaka
Jos Andy, Tjandrawidjaja & Ardan( 2012). “Green Management/Green Business Management” (Naskah) Jurnal Kelola, Program Pascasarjana Moestopo. Billitteri, T.J (2008). Reducing Your carbon Footprint. CQ Researchers, 18 December 5, 9851008. Retrieved on March 25, 2010 from http://)0Black J.T. & Philips, Don T. (2010). The Lean to Green Evolution. Industrial Engineer, June 46-51. Cohen, e journal.nbil.org Berr ( Erns &Young, 2010).” Definition and characteristics of green business”. Arbogast & Thornton (2010). “A global corporate sustainability model”. Mills & Rudd (2010). Going green:” How the green movement impacts the bottom line in the hospitality industry.”
Mir, asif J.( 2010). The Greening Management. Wordspress.com. Retrieved on September 25, 2010 from http://asifjmir.wordpress.com/2010/06/06/the-greening-of-management/. Smith, Robert II 2010. The Greening of Management. Article Snatch.Com. Retrieved on September 25, 2010 from http://articlesnatch.com/Article/The-Greening -of- management/452978. Senxian, Jutras (May 2009) The ROI of Sustainability: Making the Business case. Aberden Group, from www.aberden.com
9