“PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA INTRANET DALAM MENUNJANG KINERJA” (STUDI DESKRIPTIF DI PUSAT INVENTARISASI DAN PERPETAAN KEHUTANAN – DEPARTEMEN KEHUTANAN RI)
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Strata Satu (S-1) Ilmu Komunikasi Program Studi Public Relations
DISUSUN OLEH : RONNY RIVIA 44205110062 PUBLIC RELATIONS
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2007
UNIVERSITAS MERCUBUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PUBLIC RELATIONS
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Nama
: Ronny Rivia
NIM
: 44205110062
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Bidang Studi
: Public Relations
Judul Skripsi
: Persepsi Karyawan Terhadap Penggunaan Media Intranet Dalam Menunjang Kinerja (Studi Deskriptif Di Pusat Inventarisasi Dan Perpetaan Kehutanan – Departemen Kehutanan – RI)
Mengetahui,
Pembimbing 1
Ketua Bidang Studi
Ponco Budi Sulistyo S.Sos, M.Comm
Irmulan Sati T., SH, M.Si.
i
UNIVERSITAS MERCUBUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PUBLIC RELATIONS
LEMBAR LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama
: Ronny Rivia
NIM
: 44205110062
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Bidang Studi
: Public Relations
Judul Skripsi
: Persepsi Karyawan Terhadap Penggunaan Media Intranet Dalam Menunjang Kinerja (Studi Deskriptif Di Pusat Inventarisasi Dan Perpetaan Kehutanan – Departemen Kehutanan – RI)
Jakarta, April 2007 Mengetahui,
1.
Ketua Sidang Marhaeni F. Kurniawati, S.Sos, M.Si
2.
(...........................................)
Penguji Ahli Drs. Aan Setiadarma, M.Si
3.
(...........................................)
Pembimbing Ponco Budi Sulistyo, S.Sos, M.Comm
ii
(...........................................)
UNIVERSITAS MERCUBUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PUBLIC RELATIONS
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama
: Ronny Rivia
NIM
: 44205110062
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Bidang Studi
: Public Relations
Judul Skripsi
: Persepsi Karyawan Terhadap Penggunaan Media Intranet Dalam Menunjang Kinerja (Studi Deskriptif Di Pusat Inventarisasi Dan Perpetaan Kehutanan – Departemen Kehutanan – RI)
Jakarta, Mei 2007 Disetujui dan diterima oleh: Dosen Pembimbing Skripsi I
(Ponco Budi Sulistyo S.Sos, M.Comm)
Mengetahui, Dekan Fikom UMB
Kabid Humas
(Dra. Diah Wardhani, M.Si)
(Irmulan Sati T., SH, M.Si.)
iii
UNIVERSITAS MERCUBUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PUBLIC RELATIONS
Ronny Rivia (44205110062) Persepsi Karyawan Terhadap Penggunaan Media Intranet Dalam Menunjang Kinerja Karyawan viii + 105 Halaman + 15 Lampiran Bibilografi : 15 Buku (Th 1984 – Th 2007) + 2 Sumber Lain
ABSTAKSI
Media Intranet merupakan salah satu media internal yang digunakan di dalam suatu organisasi. Di dalam konteks komunikasi organisasi, Media Intranet merupakan Media Internal yang efektif untuk menyampaikan informasi atau mengumpulkan informasi serta untuk memberdayakan karyawan, hal ini dikarenakan Media Intranet memiliki kemampuan untuk menyebarkan informasi secara cepat dan dapat mengatasi batasan geografis sehingga memungkinkan para karyawan di berbagai daerah yang berbeda untuk saling bekerjasama. Dalam periode awal penerapannya, tak pelak lagi setiap karyawan akan memiliki pendapat dan persepsi yang berbeda-beda mengenai penerapan Media Intranet. Untuk mengetahui bagaimana persepsi karyawan tentang penerapan media internal ini dalam menunjang kinerja karyawan, penulis melakukan penelitian di Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Kehutanan Departemen Kehutanan. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena Departemen Kehutanan sedang dalam tahap awal penerapan penggunaan Media Intranet. Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Kehutanan merupakan unit kerja yang pertama kali menerapkan Media Intranet ini. Konsep-konsep yang digunakan oleh penulis diantaranya mengenai komunikasi, komunikasi organisasi, Public Relations, persepsi, dan konsep-konsep mengenai kinerja. Yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “bagaimana persepsi para staff di Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Kehutanan terhadap penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja karyawan?”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode survey dan teknik analisa data menggunakan tabel distribusi frekuensi (tabel akumulasi). Data yang digunakan adalah data primer berupa hasil penyebaran quesioner, dan sebagai data sekunder adalah hasil wawancara dengan beberapa orang staff di Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Kehutanan. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden (57.6%) mempunyai persepsi netral terhadap penggunaan Media Intranet. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden beranggapan bahwa belum semua responden mengganggap bahwa Media Intranet merupakan media internal yang dapat menunjang kinerja mereka.
iv
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Penelitian ini tidak akan dapat terlaksana dengan baik tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orang tua penulis atas doa dan dorongannya. 2. Bapak Ponco Budi Sulistyo S.Sos, M.Com selaku dosen pembimbing atas bimbingan, koreksi, kritik, masukan-masukan, dan waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis. 3. Ibu Irmulan Sati T., SH. M.Si selaku ketua jurusan ilmu komunikasi atas kesediaan waktu, dukungan, koreksi dan kritiknya. 4. Ibu Dra. Diah Wardhani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Mercu Buana. 5. Ibu Marhaeni F. Kurniawati, S.Sos, M.Si selaku Ketua Sidang yang memberikan masukan dan arahan. 6. Bapak Drs. Aan Setiadarma, M.Si selaku
Penguji Ahli yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan juga memberikan pemikiran serta saran 7. Bapak DR Hermawan Indrabudi selaku Kepala Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Kehutanan Departemen Kehutanan RI dan para staff atas bantuannya selama penelitian dan selama masa perbaikan skripsi. 8. My best friends, M Rasyid Ridho, Eko SWP, Rhamses, dan Beni Sandra atas dukungan, masukan dan saran-sarannya.
v
9. Teman-teman angkatan ke 7 (tujuh) jurusan Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercubuana: Ayu, Dian, Mbak Ana, Pak Danny, Aris, Nancy, Selvy, Levine, Mbak Kartini, Mbak Wiwik, Tike, dan rekan-rekan seperjuangan lainnya atas masukan dan dukungan guna terselesaikannya skripsi ini.
Atas segala kritik dan saran bagi perbaikan tulisan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
Jakarta, April 2007
Ronny Rivia
vi
DAFTAR ISI
ABSTAKSI..............................................................................................................iv KATA PENGANTAR..............................................................................................v DAFTAR ISI ..........................................................................................................vii BAB I .......................................................................................................................1 PENDAHULUAN ....................................................................................................1 1.1 1.2 1.3 1.4
Latar Belakang Masalah ..............................................................................1 Rumusan Masalah .......................................................................................6 Tujuan Penelitian ........................................................................................6 Signifikasi Penelitian...................................................................................7 1.1.1 Signifikasi Akademis..........................................................................7 1.1.2 Signifikasi Praktis...............................................................................7
BAB II. KERANGKA PEMIKIRAN......................................................................8 2.1 2.2 2.3
2.4
2.5 2.6
2.7
Komunikasi.................................................................................................8 Komunikasi Organisasi ............................................................................. 19 Public Relations dan Hubungan Internal.................................................... 25 2.3.1 Public Relations................................................................................ 25 2.3.2 Hubungan Internal ............................................................................ 27 Komunikasi Internal dan Media Internal.................................................... 27 2.4.1 Komunikasi Internal ......................................................................... 27 2.4.2 Media Internal .................................................................................. 30 Intranet...................................................................................................... 31 Persepsi..................................................................................................... 36 2.6.1 Pengertian ........................................................................................ 36 2.6.2 Jenis-Jenis Persepsi .......................................................................... 37 Kinerja ...................................................................................................... 44 2.7.1 Pengertian ........................................................................................ 44 2.7.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ........................................ 45
BAB III. METODOLOGI ..................................................................................... 49 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6
Sifat/Type Penelitian ................................................................................. 49 Metode Penelitian...................................................................................... 50 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 50 Populasi dan Sampel ................................................................................. 51 Definisi dan Operasionalisasi Konsep........................................................ 52 Teknik Analisis Data................................................................................. 56
vii
BAB IV. HASIL PENELITIAN ............................................................................ 61 4.1 4.2 4.3
Gambaran Umum Departemen Kehutanan................................................. 61 Hasil Penelitian ......................................................................................... 76 Pembahasan. ............................................................................................. 99
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 104 5.1 5.2
Kesimpulan ............................................................................................. 104 Saran....................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I . PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Ilmu Komunikasi merupakan salah salah satu ilmu terapan dan termasuk ke dalam kelompok ilmu sosial. Dan karena termasuk ke dalam ilmu sosial dan ilmu terapan, maka ilmu komunikasi bersifat interdisipliner atau multidisipliner. Ini disebabkan oleh objek materialnya sama dengan ilmu-ilmu lainnya, terutama yang termasuk ke dalam ilmu sosial/ilmu kemasyarakatan 1 . Oleh karena itu tidak heran bila ilmu komunikasi bersifat dinamis, terus berkembang seiring dengan perkembangan bidang-bidang ilmu lain yang terkait dengan ilmu komunikasi, salah satunya adalah perkembangan teknologi informasi. Di dalam suatu organisasi, perkembangan teknologi informasi ikut mempengaruhi metode yang digunakan di dalam melakukan komunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam melakukan komunikasi di dalam suatu organisasi, produk-produk hasil perkembangan teknologi juga ikut mempengaruhi bagaimana proses komunikasi dilakukan, misalnya penemuan mesin faks dan perkembangan internet mengurangi penggunaan jasa kurir untuk menyampaikan atau mengirimkan suatu dokumen atau pesan dari satu unit ke unit yang lain di dalam suatu organisasi maupun ke pihak-pihak lain yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan organisasi tersebut. Mengenai hubungan organisasi dengan komunikasi, William V hanney menyatakan “Organisasi terdiri dari sejumlah orang; ia melibatkan keadaan saling bergantung; kebergantungan 1
Effendy, Onong Uchjana, “Ilmu Komunikasi – Teori dan Praktek”, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 1984, Hal 3
1
2
memerlukan koordinasi; koordinasi mensyaratkan/membutuhkan koordinasi” 2 . Komunikasi organisasi sendiri dapat didefinisikan sebagai proses penciptaan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah3.” Salah satu bentuk komunikasi pada suatu organisasi yang terpengaruh oleh perkembangan teknologi ini adalah komunikasi internal. Menurut Scott M Cutlip dan Allen H Center Komunikasi Internal adalah komunikasi yang dilakukan dengan publik internal organisasi baik secara lisan, melalui media elektronik, visual dan tulisan 4 . Untuk berkomunikasi dengan publik internal suatu organisasi salah satu cara yang digunakan adalah dengan menggunakan media internal5. Media Intranet merupakan satu bentuk media internal yang dewasa ini semakin marak digunakan oleh berbagai organisasi, perusahaan, maupun instansi pemerintah. Pada dasarnya Intranet meliputi jaringan komunikasi elektronik terpadu yang dapat terdiri dari sistem email, publikasi pedoman kebijakan elektronik untuk karyawan, bulletin board elektronik, dan berbagai sumber informasi seperti data proyek 6 . Jadi Media Intranet merupakan suatu bagian menyeluruh dari jaringan- jaringan tersebut, sehingga membahas Media Intranet berarti membahas Media Intranet secara utuh, yang melibatkan semua jaringan-jaringan atau fungsi-fungsi dan fasilitas-fasilitas terdapat di dalam Media Intranet tersebut. 2
ibid, hal 116 Muhammad, Arni, “Komunikasi Organisasi”, Bumi Aksara, Jakarta 2005, hal 67 4 Cutlip, Scott M, “Effective Public Relations”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta 2006, hal 265 5 ibid, hal 271 6 ibid, hal 277 3
3
Menurut Scott M Cutlip, menggunakan Intranet akan membuat karyawan lebih produktif, karena informasi dapat ditemukan dengan cepat dan disebarluaskan secara mudah. Setidaknya tiga perempat bisnis Amerika menggunakan sistem Intranet karena: 1.
Intranet memberikan kemampuan untuk menyebarkan informasi secara cepat dan luas.
2.
Intranet memberdayakan karyawan dengan memberikan mereka akses yang mudah untuk informasi yang mereka butuhkan Intranet mengatasi batas geografis, dan karenanya orang yang berada di
tempat jauh bisa bekerjasama dalam proyek. Komunikasi kelompok yang menggunakan Intranet kemungkinan akan lebih sering dan bersifat dua arah7. Untuk mengetahui bagaimana persepsi karyawan mengenai penerapan Media Intranet di dalam suatu organisasi, penulis melakukan penelitian di Pusat Invetarisasi dan Perpetaan Kehutanan di Kantor Pusat Departemen Kehutanan yang berlokasi di Gedung Manggala Wanabakti di Jalan Gatot Subroto Jakarta Selatan pada periode Ferbruari - April 2007 yaitu pada masa awal penerapan. Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Kehutanan dipilih penulis dengan alasan: 1.
Pada periode awal penerapan Media Intranet di Departemen Kehutanan, seluruh karyawan di Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Kehutanan telah ikut terlibat dalam penggunaan Media Intranet.
2.
Hampir seluruh karyawan di Departemen Kehutanan telah memiliki akses ke Media Intranet, namun sebagian besar baru untuk penggunaan yang berhubungan dengan fungsi pekerjaan yang terkait dengan diri karyawan secara pribadi, seperti: biodata, form pengajuan cuti, dan
7
ibid, hal 277
4
sebagainya. Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Kehutanan merupakan salah satu biro yang telah memanfaatkan Media Intranet untuk tujuan yang lebih luas. 3.
Sebagian besar data yang tersedia di Media Intranet merupakan data-data teknis. Di dalam melakukan tugas dan fungsi pekerjaan sehari-hari Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Kehutanan selalu terlibat dengan data-data teknis.
4.
Media Intranet memungkinkan pengguna untuk melakukan pertukaran data, baik mengirimkan ataupun menerima data. Hal ini sangat membantu karyawan yang sedang bertugas di daerah untuk mengirimkan data-data di lapangan ke kantor pusat maupun untuk menerima data dari kantor pusat
Dalam penelitian ini yang diteliti adalah persepsi karyawan Pusat Invetarisasi dan Perpetaan Kehutanan Departemen Kehutanan mengenai penggunaan Intranet dalam meningkatkan kinerja karyawan. Menurut John R. Wendburg dan William W. Wilmot: “Persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna”. J Cohen mendefinisikan persepsi sebagai “interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representasi objek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang di luar sana”8. Alasan pemilihan topik penelitian ini adalah: 1. Penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi karyawan tentang kegunaan Media Intranet sehubungan dengan tugas dan fungsi pekerjaan mereka. Scott
8
Mulyana, Deddy, “Ilmu Komunikasi – Suatu Pengantar”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal 167
5
M Cutlip menyatakan bahwa Media Intranet dapat meningkatkan produktifitas karyawan, apakah hal ini juga berlaku di Biro Inventarisasi dan Perpetaan Kehutanan? 2. Menurut persepsi karyawan Pusat Invetarisasi dan Perpetaan Kehutanan, apakah Media Intranet yang merupakan hasil perkembangan teknologi informasi dapat menunjang kinerja karyawan? Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Secara umum, Informasi yang disajikan melalui Intranet Departemen Kehutanan dibagi atas beberapa menu utama: 1. Data dan Informasi Berisi berbagai data dan informasi yang terkait dengan Departemen kehutanan, seperti Peraturan, Pengumuman, Data Perkembangan Hak Penggunaan Hutan (HPH) dan lain sebagainya 2. PHAPL (Pengembangan Hutan Alami dan Produksi Lestari) Berisi berbagai informasi yang terkait dengan pengembangan hutan alami dan hutan produksi. 3. SIAPHUT Merupakan suatu sistem entry data yang menghubungkan antara Kantor Pusat dengan Daerah. Contoh penggunaannya adalah entry data yang dilakukan oleh Kantor-kantor wilayah mengenai data-data kehutanan terbaru dan sebagainya. 4. Aplikasi Perpetaan Berisi gambar-gambar peta, informasi-informasi yang terkait dengan peta seperti wilayah, kondisi wilayah, luas wilayah dan sebagainya, serta aplikasi-aplikasi yang terkait dengan perpetaan.
6
5. SIMPEG (Sistem Informasi Kepegawaian) yang meliputi a. Applikasi email (e-message) b. Pengajuan cuti c. Hasil assesment / penilaian d. Daftar Riwayat hidup e. Biodata Dari cakupan kandungan informasi dan fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh Intranet Departemen Kehutanan, dapat disimpulkan bahwa selain menyajikan informasi-informasi umum, Intranet Departemen Kehutanan juga menyediakan fasilitas-fasilitas lain seperti aplikasi email, aplikasi pengajuan cuti, data-data teknis dan fasilitas transfer data antara Pusat dengan Daerah.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana persepsi karyawan di Pusat Invetarisasi dan Perpetaan Kehutanan Departemen Kehutanan mengenai penggunaan Media Intranet di dalam meningkatkan kinerja mereka?”
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi karyawan Pusat Invetarisasi dan Perpetaan Kehutanan Kantor Pusat Departemen Kehutananan terhadap penggunaan Media Intranet di dalam meningkatkan kinerja karyawan di Biro tersebut?
7
1.4
Signifikasi Penelitian
1.1.1 Signifikasi Akademis Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran mengenai persepsi karyawan mengenai penggunaan media internal yang berbasiskan elektronik (Media Intranet) pada tahap awal penerapannya. 1.1.2 Signifikasi Praktis Data hasil penelitian akan menjadi masukan yang sangat berharga untuk mengevaluasi persepsi karyawan terhadap penggunaan media Intranet di Departemen Kehutanan sehingga tujuan diadakannya Media Intranet dapat dicapai secara optimal.
BAB II. KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Komunikasi Komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran, ide, gagasan atau perasaan dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia bahkan dapat dikatakan komunikasi merupakan prasyarat bagi kehiupan manusia. Manusia tidak dapat bertinteraksi dengan manusia lainnya tanpa melakukan komunikasi. Pada dasarnya manusia telah melakukan tindakan komunikasi semenjak ia lahir ke dunia. Tindakan komunikasi ini terus menerus terjadi dalam kehidupannya. Dengan demikian, komunikasi dapat diibaratkan sebagai urat nadi kehidupan manusia. Komunikasi juga merupakan salah satu fungsi kehidupan manusia. Fungsi komunikasi dalam kehidupan menyangkut banyak aspek. Melalui komunikasi seseorang menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya dan/atau perasaan hati nuraninya kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui komunikasi seseorang dapat membuat dirinya untuk tidak terasing atau terisolasi dari lingkungan sekitarnya. Melalui komunikasi seseorang dapat mengetahui dan mempelajari diri-diri orang lain dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya baik yang dekat maupun yang jauh. Melalui komunikasi seseorang dapat mengenal dirinya sendiri. Melalui komunikasi seseorang dapat memperoleh hiburan atau menghibur orang lain. Melalui komunikasi seseorang dapat mengurangi atau menghilangkan perasaan tegang karena berbagai permasalahan yang dihadapinya. Melalui komunikasi
8
9
seseorang dapat mengisi waktu luang. Melalui komunikasi seseorang dapat menambah pengetahuan dan mengubah sikap serta perilaku kebiasaannya. Melalui komunikasi seseorang juga dapat berusaha untuk membujuk dan/atau memaksa orang lain agar berpendapat, bersikap atau berperilaku sebagaimana yang diharapkan. Singkat kata, komunikasi memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan manusia.
2.1.1. Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris “communication” berasal dari bahasa Latin “communicatio”, dan bersumber dari kata “communis” yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna 9 .
Komunikasi
menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau pesan dianut secara bersama oleh komunikator dan Komunikan, sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa Komunikasi pada hakikatnya adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan, dimana komunikan memiliki pemahaman yang sama dengan komunikator mengenai makna dari pesan yang disampaikan. Tubs dan Moss mendefinisikan komunikasi sebagai “proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih”. Menurut Pace dan Faules terdapat dua tindakan umum yang dilakukan oleh orang yang terlibat dalam komunikasi yaitu penciptaan pesan dan penafsiran pesan. Pesan tidak harus berupa kata-kata namun bisa merupakan pertunjukan (display), termasuk pakaian, perhiasan , dan perhiasan wajah (make up atau jenggot), atau yang lazimnya disebut pesan
9
Effendy, Onong Uchjana, “Ilmu Komunikasi – Teori dan Praktek”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal 9
10
nonverbal. 10 Jadi pada pesan dapat dibedakan atas dua yaitu pesan verbal maupun pesan nonverbal. Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai apa itu komunikasi, dapat ditarik benang merah bahwa komunikasi pada hakikatnya merupakan “Suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan/atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu”11.
2.1.2. Karakteristik Komunikasi Berdasarkan definisi-definisi di atas, diperoleh gambaran bahwa komunikasi memiliki beberapa karakteristik, yaitu a. Komunikasi adalah suatu proses Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahap atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai suatu proses, komunikasi tidak “statis” tetapi “dinamis” dalam arti akan selalu mengalami perubahan dan berlangsung terus-menerus. Proses komunikasi melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktorfaktor atau unsur-unsur yang dimaksud antara lain dapat mencakup pelaku atau peserta, pesan (meliputi bentuk, isi dan cara penyajian), saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil
10 11
Mulyana, Dedy, “Ilmu Komunikasi – Suatu Pengantar”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal 59 Sendjaja, Sasa Djuarsa, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, Universitas Terbuka, Jakarta, 1999, hal 8
11
atau akibat yang terjadi, serta situasi atau kondisi pada saat berlangsungnya proses komunikasi. b. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja serta sesuai dengan tujuan atau keinginan pelakunya. Pengertian “sadar” di sini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi mental psikologi yang terkendalikan atau terkontrol bukan dalam keadaan “mimpi”. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari pelakunya. Sementara tujuan menunjukkan pada hasil atau akibat yang ingin dicapai. c. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari para pelaku yang terlibat Kegiatan komunikasi akan berlangsung dengan baik apabila pihakpihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama memiliki perhatian yang sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan. d. Komunikasi bersifat simbolis Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan
menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum
digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya. Bahasa verbal ynag digunakan untuk keperluan membujuk atau meminta tolong tentunya akan berbeda dengan bahasa verbal yang digunakan untuk
12
tujuan memerintah atau memaksa. Perbedaan tidak hanya menyangkut katakata yang digunakan, tetapi juga nada atau intonasinya. Selain bahasa verbal, juga ada lambang-lambang yang bersifat non verbal yang dapat dipergunakan dalam komunikasi seperti gestura (gerak tangan, kaki, atau bagian lainya dari tubuh), warna, sikap duduk atau berdiri, jarak, dan berbagai bentuk lambang lainnya. Penggunaan lambang-lambang non verbal ini lazimnya dimaksudkan untuk memperkuat arti dari pesan yang disampaikan. e. Komunikasi bersifat transaksional Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan: memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau proporsional oleh masing-masing pelaku yang terlibat di dalam komunikasi. Apa yang kita terima, nilai besar kecilnya tergantung pada apa yang kita berikan. Misalnya, dalam membeli suatu barang, lazimnya kualitas dan kuantitas barang yang akan kita peroleh tergantung pada jumlah uang yang ada pada kita. Prinsip ini juga berlaku bagi komunikasi. Artinya seberapa besar tujuan yang kita harapkan dari tindakan komunikasi yang dilakukan tergantung dari cara kita melakukan tindakan komunikasi itu sendiri. Pengertian “transaksional” juga menunjuk pada suatu kondisi bahwa keberhasilan komunikasi tidak hanya ditentukan oleh salah sau pihak, tetatpi oleh kedua belah pihak yang terlibat di dalam komunikasi. Ini berarti bahwa komunikasi akan berhasil apabila kedua belah pihak yang terlibat mempunyai kesepakatan tentang hal-hal yang dikomunikasikan.
13
f. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Komunikais menembus faktor ruang dan waktu maksudnya adalah bahwa para perserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu dan tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi se[erti telepon, faksimili, telex, video-text, dan lainlain, kedua faktor tersebut bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan dalam berkomunikasi.
2.1.3. Tujuan & Fungsi Komunikasi Pertanyaan besar “Mengapa kita berkomunikasi?” mungkin lebih baik dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan spesifik, sehingga lebih mudah dijawab, seperti: “Apa yang mendorong kita berkomunikasi?”, “ manfaat apa yang kita peroleh dari komunikasi?”, “Sejauh mana komunikasi memberikan andil kepada kepuasan kita” dan seterusnya. Berdasarkan pengamatan yang mereka lakukan para pakar komunikasi mengemukakan pendapat yang berbedabeda. Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan. Namun tujuan dasar kita berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita12. Gordon I Zimmerman et al merumuskan bahwa kita dapat membagi tujuan komunikasi menjadi dua kategori besar. Pertama, kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita – untuk 12
Mulyana, Dedy, “Ilmu Komunikasi – Suatu Pengantar”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal 4
14
memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri, memuaskan kepenasaran kita akan lingkungan, dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Jadi komunikasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain.13 William I. Gorden mengemukakan bahwa terdapat empat fungsi komunikasi, yaitu komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual dan komunikasi instrumental.14 1. Komunikasi Sosial Fungsi
komunikasi
sebagai
komunikasi
sosial
setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk meperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerjasama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama. 2. Komunikasi Ekspresif Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument
13 14
ibid ibid, hal 5
15
untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melaui pesan-pesan nonverbal. Perasan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun terutama lewat perilaku non verbal. 3. Komunikasi Ritual Erat
kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi
ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, ulang tahun perkawinan hingga upacara perkawinan. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa, membaca kitab suci, naik haji, upacara wisuda, perayaan lebaran atau natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitment mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama mereka. 4. Komunikasi Instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga untuk menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform mengandung muatan persuasif dalam arti
16
bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui.
2.1.4. Bentuk-bentuk Komunikasi Pada dasarnya komunikasi dapat dikelompokkan atas dua: komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. 1. Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbolsimbol atau kata kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu sistem kode verbal. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa tertulis Thai misalnya terdiri dari 44 konsonan dan 32 vokal. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek dan peristiwa. 2. Komunikasi non verbal Komunikasi noverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua ransangan (kecuali ransangan verbal) dalam suatu
17
setting komunikasi yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan pesan potensial bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup prilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan; kita mengirim banyak pesan non verbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain15.
2.1.5. Efektifitas Komunikasi
Menurut Steward L. Tubs dan Sylvia Moss, komunikasi yang efektif setidak nya menimbulkan lima hal 16 : pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan. 1. Pengertian Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in communication). 2. Kesenangan Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Ketika kita mengucapkan “Selamat pagi, apa kabar?”, kita tidak bermaksud mencari keterangan. Komunikasi itu hanya dilakukan untuk mngupayakan agar orang lain merasa apa yang disebut Analisis Transaksional sebagai “Saya Oke –
15 16
ibid, hal 308 Rakhmat, Jalaluddin, “Psikologi Komunikasi”, Remaja Rosdakarya, Bandung 2005, hal 13
18
Kamu Oke”. Komunikasi ini lazim disebut sebagai komunikasi fatis (Phatic communication), dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. 3. Mempengaruhi pada sikap Komunikasi yang biasa dilakukan untuk merubah sikap adalah komunikasi
persuasif.
Persuasi
didefinisikan
sebagai
“proses
mempengaruhi pendapat, sikap dan tindakan orang dengan melakukan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendak sendiri”. Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang
faktor-faktor pada
diri
komunikator,
dan
pesan
yang
menimbulkan efek pada komunikan. 4. Hubungan yang makin baik Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abaraham
Maslow
menyebutnya
“kebutuhan
akan
cinta”
atau
“belongingness” . William Schutz merinci kebutuhan sosia ini kedalam tiga hal inclusion, control, affection. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal ini interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta serta kasih sayang (affection) 5. Tindakan Efektifitas
komunikasi
biasanya
diukur
dari
tindakan
komunikan. Menimbulkan tindakan nyata memang merupakan indikator
19
efektifitas yang paling penting. Tindakan merupakan hasil kumulatif dari seluruh proses komunikasi.
2.2 Komunikasi Organisasi 2.3.1. Pengertian Organisasi Menurut Schein (1982) organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Schein juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian
lain
dan
tergantung
kepada
komunikasi
manusia
untuk
mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut. Sifat tergantung antara satu bagian dengan bagian lain menandakan bahwa organisasi yang dimaksud Schein adalah merupakan suatu sistem. Kochler (1976) menyebutkan bahwa organisasi adalah sistem hubungan terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Wright, organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasikan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama.17 Walaupun
ketiga
pendapat
di
atas
kelihatannya
berbeda-beda
perumusannya tapi ada tiga hal yang sama-sama dikemukakan yaitu:
17
Muhammad, Arni, “Komunikasi Organisasi”, Bumi Aksara, Jakarta 2005, hal 23
20
a.
Organisasi merupakan suatu sistem Dikatakan merupakan suatu sistem karena organisasi terdiri dari berbagai bagian yang saling tergantung satu sama lain. Bila satu bagian terganggu maka akan ikut berrpengaruh pada bagian lain.
b.
Mengkordinasi aktivitas Setiap organisasi memerlukan koordinasi supaya masing-masing bagian dari organisasi bekerja menurut semestinya dan tidak menggangu bagian lainnya. Tanpa koordinasi sulitlah organisasi itu berfungsi dengan baik. Setiap organisasi memiliki aktivitas masing-masing sesuai dengan jenis organisasinya.
c.
Mencapai tujuan bersama atau tujuan umum
2.3.2. Pengertian Komunikasi Organisasi Goldnaber (1986) memberikan definisi komunikasi sebagai berikut: “Komunikasi organisasi adalah proses penciptaan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah18.” Para ahli memiliki berbagai persepsi mengenai komunikasi organisasi. Salah satu persepsi mengenai komunikasi organisasi adalah Persepsi Thayer19. Thayer mengatakan komunikasi organisasi sebagai arus data yang akan melayani komunikasi organisasi dan proses interkomunikasi melalui beberapa cara. Thayer memperkenalkan tiga sistem komunikasi dalam organisasi, yaitu:
18 19
ibid, hal 67 ibid, hal 66-67
21
a.
Berkenaan dengan kerja organisasi seperti data mengenai tugas-tugas atau beroperasinya organisasi
b.
Berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah-perintah, aturanaturan dan petunjuk-petunjuk
c.
Berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi
Meskipun terdapat bermacam-macam persepsi para ahli mengenai komunikasi organisasi, namun ada beberapa hal umum yang dapat disimpulkan yaitu: a.
Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal
b.
Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.
c.
Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan keterampilan/skillnya
2.3.3. Iklim Komunikasi Organisasi Denis (1975) mengemukakan iklim komunikasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi. Di dalam suatu organisasi terdapat tiga persoalan utama dari iklim komunikasi yang berlangsung, yaitu 1. Persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungannya dalam organisasi
22
a. Apakah anggota organisasi merasa puas dengan atasan, teman bekerjasama dan bawahan sebagai sumber informasi b. Berapa pentingnya sumber-sumber itu c. Apakah sumber-sumber itu dapat dipercaya d. Apakah sumber-sumber terbuka terhadap komunikasi 2. Persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi a. Apakah jumlah informasi yang diterima cocok atau tepat dengan topiktopik yang penting dari sumber informasi b. Apakah informasi itu berguna c. Apakah balikan informasi dikirimkan kepada sumber yang tepat 3. Persepsi mengenai organisasi itu sendiri a. Berapa banyaknya anggota yang terlibat dalam pembuatan keputusan yang mempengaruhi mereka b. Apakah tujuan dan objektif dipahami c. Apakah orang diberi sokongan dan dihargai d. Apakah sistem terbuka terhadap input dari anggotanya
2.3.4. Bentuk-bentuk Komunikasi Organisasi Di dalam suatu organisasi, pada dasarnya komunikasi yang terjadi dikelompokkan atas dua yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan. Sedangkan yang dimaksud dengan komunikasi noverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang
23
menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Penyampaian informasi melalui Media Intranet termasuk ke dalam kategori komunikasi verbal, karena informasi yang disampaikan adalah dalam bentuk tulisan melalui media elektronik. Bila ditinjau dari segi jaringan komunikasi organisasi, maka Media Intranet termasuk ke dalam kelompok jaringan komunikasi formal, yaitu pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan.
2.3.5. Arus Komunikasi Organisasi Secara umum terdapat tiga bentuk utama dari arus pesan atau informasi dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu: 1.
“Downward Communication” atau komunikasi kepada bawahan
2.
“Upward Communication” atau komunikasi kepada atasan
3.
“Horizontal Communication” atau komunikasi horizontal
Bila ditinjau dari segi arus pesan atau informasi maka secara umum penyampaian informasi melalui Media Intranet termasuk ke dalam kelompok komunikasi ke bawah (Downward communication). Meskipun demikian, Media Intranet juga memungkinkan untuk melakukan komunikasi ke atas (Upward Communication) dan komunikasi horizaontal (Horizontal Communication). Secara umum komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima type yaitu:
24
1). Instruksi Tugas Adalah pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. 2). Rasional Adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau tujuan organisasi 3). Ideologi Merupakan perluasan dari pesan rasional. Pada pesan rasional penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan ideologi sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi. 4). Informasi Pesan Informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan
praktek-praktek
organisasi,
peraturan-peraturan
organisasi,
keuntungan, dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional. Misalnya buku handbook karyawan. 5). Balikan Merupakan pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya.
Semua bentuk komunikasi ke bawah tersebut dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam organisasi.
25
2.3 Public Relations dan Hubungan Internal 2.3.1 Public Relations Public Relations atau humas bila dilihat dari sudut pandang ilmu komunikasi adalah salah satu teknik komunikasi yang menitikberatkan pada usaha untuk menumbuhkan suasana kerjasama dan menciptakan saling pengertian (mutual understanding) antara publik (internal dan eksternal) yang berkepentingan untuk mencapai tujuan bersama dalam iklim yang saling menguntungkan. Menurut Public Relations News 20 , definisi Public Relations adalah sebagai berikut: “Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur individual dan organisasi yang punya kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan program aksi dalam rangka mendapatkan pemahaman dan penerimaan publik”
Istilah publik dalam Public Relations tidak saja mengacu atau ditujukan kepada publik di luar organisasi, namun juga ditujukan pada publik internal organisasi yang bersangkutan
Ciri-ciri Humas : 1. Komunikasi yang berlangsung yang dilancarkan berlangsung dua arah secara timbal balik 2. Kegiatan yang dilakukan terdiri atas penyebaran informasi, penggiatan persuasi, dan pengkajian pendapat umum.
20
Cutlip, Scott M, “Effective Public Relations”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hal 5
26
3. Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan organisasi tempat humas menginduk 4. Sasaran yang dituju adalah khalayak di dalam organisasi dan khalayak di luar organisasi 5. Efek yang diharapkan adalah terbinanya hubungan yang harmonis antara organisasi dan khalayak Menurut A.W Widjaja, khalayak sasaran humas terbagi atas dua21, yaitu: 1. Sasaran yang berupa publik intern Sasaran ini berada di lingkungan sendiri, yaitu seluruh pegawai mulai dari karyawan terendah sampai karyawan tertinggi 2. Sasaran yang berupa publik ekstern Sasaran ini berupa orang-orang yang berada di luar lingkungan/jajaran, misalnya hubungan dengan masyarakat sekitar.
Salah satu aspek yang amat penting bagi kesukesan organisasi adalah karyawan. Sebelum ada hubungan dengan konsumen, pelanggan, lingkungan, investor
dan
pihak
luar
organisasi,
manajemen
harus
lebih
dahulu
memperhatikan orang-orang yang bekerja kepada mereka – yakni para karyawan. Karena itu, CEO di dalam organisasi sering memandang karyawan mereka sebagai “publik nomor satu” atau “aset organisasi yang paling penting”, dam mereka berusaha menciptakan “kultur organisasi” yang bisa menarik dan mempertahankan karyawan atau pekerja yang produktif. Bagian dari praktek PR ini dinamakan hubungan internal.
21
A. W. Widjaja, “Komunikasi dan Humas”, Bina Aksara, Jakarta, 1993, hal 59
27
2.3.2 Hubungan Internal Hubungan internal adalah bagian khusus dari PR yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan saling bermanfaat antara manajer dan karyawan tempat organisasi menggantungkan kesuksesannya. Ahli hubungan internal bekerja di bagian “komunikasi karyawan”, “hubungan karyawan” atau “hubungan internal”. Mereka ini merancang dan mengimplementasikan program komunikasi internal dengan tujuan agar karyawan tetap mendapat informasi baru dan tetap termotivasi, serta menciptakan kultur organisasi. Salah satu bentuk komunikasi yang menjadi tanggung jawab bagian hubungan internal adalah komunikasi tertulis dengan menggunakan media internal. Salah satu bentuk media internal yang biasa digunakan adalah newsletter, publikasi pidato dan bulletin board. Pada kebanyakan organisasi, masing-masing media internal ini dibuat secara terpisah, namun dengan perkembangan teknologi ketiga media ini bisa disatukan kedalam satu media internal yang berupa Media Intranet. Salah satu organisasi yang telah melakukan koversi ini adalah IBM.
2.4 Komunikasi Internal dan Media Internal 2.4.1 Komunikasi Internal Menurut Scott M Cutlip dan Allen H Center Komunikasi Internal adalah komunikasi yang dilakukan dengan publik internal organisasi baik secara lisan, melalui media elektronik, visual dan tulisan 22 .
22
Cutlip, Scott M, “Effective Public Relations”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta 2006, hal 265
28
Lebih jauh Lawrence D. Brennan mendefinisikan komunikasi internal sebagai23: “interchange of ideas among the administrator and its particular structur (organization) and interchange of ideas horizontally and vertically within the firm which gets work done (operation and management).” (Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).)
Komunikasi internal dapat dibagi menjadi dua dimensi yaitu: 1. Dimensi Komunikasi Internal a. Komunikasi vertikal Komunikasi vertikal, adalah komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward communication), adalah komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbal balik (two-way traffic communication).
Dalam
kondisi vertikal, pimpinan memberikan
instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, penjelasanpenjelasan, dan lain-lain kepada bawahannya. Dalam pada itu, bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan, dan sebagainya kepada pimpinan. b. Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal adalah komunikasi secara mendatar, antara anggota staff, karyawan sesama karyawan, dan sebagainya. Berbeda dengan komunikasi vertikal yang sifatnya lebih formal, komunikasi horizontal seringkali berlangsung tidak formal. 23
Effendy, Onong Uchjana, “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”, Remaja Rosdakarya, Bandung 2006, hal 122
29
2. Jenis Komunikasi Internal a. Komunikasi Personal (personal communication) Komunikasi personal adalah komunikasi antara dua orang dan dapat berlangsung dengan cara: 1) Komunikasi tatap muka (face to face communication) Adalah komunikasi tatap muka yang berlangsung secar dialogis sambil saling menatap sehingga terjadi kontak pribadi (personal contact) 2) Komunikasi bermedia (mediated communication) Adalah komunikasi dengan menggunakan alat, seperti telepon atau memorandum. Karena melalui alat, maka antara kedua orang tersebut tidak terdapat kontak pribadi. b. Komunikasi Kelompok (group communication) Komunikasi kelompok adalah antara seseorang dengan kelompok orang dalam situasi tatap muka. Kelompok ini bisa kecil bisa juga besar, tetapi berapa jumlah orang yang termasuk kelompok kecil dan berapa yang termasuk kelompok besar tidak ditentukan dengan perhitungan secara eksak, dengan ditentukan berdasarkan ciri dan sifat komunikan dalam hubungannya dengan proses komunikasi. Oleh karena itu, dalam komunikasi kelompok dibedakan antara komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar. 1) Komunikasi kelompok kecil (small group communication) Komunikasi kelompok kecil adalah komunikasi antara seorang manager atau administrator dengan sekelompok karyawan
30
yang memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi salah seorang untuk memberikan tanggapan secara verbal. Dengan perkataan lain, dalam komunikasi kelompok kecil, si pemimpin dapat melakukan komunikasi antar personal dengan salah satu peserta kelompok. 2) Komunikasi kelompok besar (large group communication) Kelompok besar (large group) adalah kelompok komunikan yang karena jumlahnya yang banyak, dalam suatu situasi komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal. Dengan perkataan lain, dalam komunikasi kelompok besar, kecil sekali kemungkinannya bagi komunikator untuk berdialog dengan komunikan. Dalam komunikasi suatu jawatan atau perusahaan jarang sekali terjadi komunikasi kelompok besar kecuali dalam upacara bendera yang sering dipergunakan oleh seorang kepala atau pemimpin untuk memberikan informasi yang sifatnya umum, yang berkaitan dengan kepentingan seluruh karyawan.
2.4.2 Media Internal Menurut Scott M Cutlip dan Allen H Center media internal merupakan media yang digunakan untuk berkomunikasi dengan publik internal organisasi24. Terdapat berbagai macam media internal yang biasa digunakan di dalam sebuah organisasi, diantaranya:
24
Cutlip, Scott M, “Effective Public Relations”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta 2006, hal 271
31
1. Publikasi Karyawan. 2. Newsletter. 3. Surat. 4. Sisipan dan Lampiran. 5. Publikasi Pidato, Position Paper, dan “Backgrounder”. 6. Intranet. Intranet dapat terdiri dari: a. Sistem email b. Publikasi pedoman kebijakan elektronik untuk karyawan. c. Bulletin Board, dan d. Berbagai sumber informasi seperti data proyek.
2.5 Intranet Intranet merupakan salah satu hasil dari perkembangan teknologi komunikasi. Menurut www.online-pr.com 25 , definisi paling sederhana dari Intranet adalah: Intranet merupakan internet yang digunakan terbatas hanya di dalam organisasi saja dan tidak bisa diakses oleh komunitas pengguna intranet secara umum. Di dalam sebuah web site Intranet, bisa ditemukan informasi – informasi mengenai organisasi yang dibatasi untuk digunakan atau diakses oleh pengguna di dalam organisasi tersebut saja. Beberapa kegunaan Media Intranet antara lain: 1. Newsletters 2. Sales figures by unit
25
______,”http://www.online-pr.com/webref2.htm#Intranets”, 2007
32
3. Product/service information 4. Internal product demos 5. Tutorials 6. Employee benefits information 7. Project information 8. Access to the organization's data warehouse 9. Newswire clippings 10. Software libraries 11. Organization phone directory 12. Conference room reservations 13. Internal information libraries 14. Subscription services 15. Policies and procedures 16. Sales support 17. Technology support 18. Competitive analysis 19. Official travel guide 20. Stock quote 21. Performance tracking 22. Surveillance 23. Maps 24. Conferencing 25. Whiteboarding 26. Job notices
33
Pada dasarnya Intranet meliputi jaringan komunikasi elektronik terpadu yang dapat terdiri dari sistem email, publikasi pedoman kebijakan elektronik untuk karyawan, bulletin board elektronik, dan berbagai sumber informasi seperti data proyek. Menggunakan Intranet akan membuat karyawan lebih produktif, karena informasi dapat ditemukan dengan cepat dan disebarluaskan secara mudah. Setidaknya tiga perempat bisnis Amerika menggunakan sistem Intranet karena: 1.
Intranet memberikan kemampuan untuk menyebarkan informasi secara cepat dan luas.
2.
Intranet memberdayakan karyawan dengan memberikan mereka akses yang mudah untuk informasi yang mereka butuhkan.aa
3.
Intranet mengatasi batas geografis, dan karenanya orang yang berada di tempat jauh bisa bekerjasama dalam proyek. Komunikasi kelompok yang menggunakan Intranet kemungkinan akan lebih sering da bersifat dua arah26.
Menurut Leoinie Dijkstra 27 dalam artikelnya “Intranet & Portals Intranet as a means to realize company goals”, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan untuk membuat Intranet menjadi media yang berhasil, yaitu:
26
Cutlip, Scott M, “Effective Public Relations”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta 2006, hal 277 Leonie Dijkstra, “Intranet & Portals - Intranet as a means to realize company goals”, www.lostboys.nl, Netherland, 2004
27
34
1.
Media Intranet haruslah bangun dan dikembangkan sesuai dengan tujuan organisasi, dan harus bisa memberikan bantuan untuk memecahkan permasalahan (dari sisi informasi). Tujuan utama dibangunnya Intranet di suatu organisasi adalah untuk membantu suatu organisasi tersebut untuk mencapai tujuannya. Salah satu bantuan yang bisa diberikan oleh Media Intranet adalah tersedianya informasi yang menyangkut tugas dan fungsi dari masingmasing bagiannya serta berbagai informasi lainnya yang terkait dengan organisasi, serta menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan operasional di suatu organisasi.
2.
Media Intranet harus bisa memenuhi kebutuhan setiap individu di dalam suatu organisasi Alasan
utama
karyawan
di
suatu
organisasi
untuk
menggunakan Media Intranet adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka, baik berupa informasi maupun fasilitas-fasilitas yang tersedia di Intranet. 3.
Media Intranet harus mudah diakses dan mudah digunakan oleh para pekerja/karyawan. Hal ini sangat penting karena bila Media Intranet tidak mudah diakses dan tidak mudah digunakan, akan mengakibatkan Media ini ditinggalkan oleh penggunanya.
4.
Media Intranet haruslah dikembangkan secara bertahap Artinya pengembangan Media Intranet harus dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan kebutuhan setiap pengguna dan kemampuan pengguna menggukan media ini. Pengembangan media ini juga harus memperhatikan kebutuhan dan tujuan organisasi serta
35
kemampuan organisasi dalam mengembangkannya, karena makin tinggi tahap pengembangan Media Intranet, makin kompleks permasalahan yang dihadapi baik misalnya dari segi keamanan dan kemudahan akses. Bagan fase-fase pengembangan Intranet
Low
High
IT Complexity
Specific
User Values Intranet
Transparency
Knowledge network
Integration
Workflow
Transaction
IInternal Transactions / Procedures
Interaction
Community Building/ Knowledge sharing
Information
Organisation Needs
Publications General
Static Intranet
5.
Dinamic Intranet
Support Through Intranet
Process Steering Intranet
Virtual Intranet
Semua karyawan harus diwajibkan untuk menggunakan Media Intranet Bila karyawan tidak diwajibkan untuk menggunakan media ini, maka sebagus apapun Media Intranet di suatu organisasi akan menjadi sia-sia sehingga tujuan dari dibangunnya Media Intranet – yaitu untuk mendukung organisasi dalam mencapai tujuannya – tidak akan tercapai.
Meskipun terbukti efektif bukan berarti penggunaan Intranet tanpa resiko, salah satu masalah yang mungkin timbul adalah hacker bisa melakukan sabotase, gangguan, atau mencuri informasi dengan membobol situs. Website dapat dibajak oleh hacker karyawan atau dirusak oleh pihal luar. Salah satu contohnya
36
adalah kasus Wespac Banking Corporation. Website organisasi Australia ini dibajak melalui provider layanan internet di Amerika. Meskipun informasi konsumen bank ini tetap aman, pembobolan ini mengejutkan dan membuat konsumen meragukan tingkat keamanan bank ini. Karena alasan inilah keamanan Intranet dan situs internet menjadi perhatian utama. Ancaman potensial harus dikomunikasikan dengan segera28.
2.6 Persepsi
2.6.1 Pengertian Beberapa ahli telah menyusun definisi tentang apa itu persepsi. Menurut John R. Wendburg dan William W. Wilmot: “Persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna”. J Cohen mendefinisikan persepsi sebagai “interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representasi objek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang di luar sana”. Berdasarkan dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah inti dari komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) merupakan inti dari persepsi. Selanjutnya Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken juga Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson menyebutkan bahwa persepsi terdiri dari tiga aktifitas yaitu: seleksi, organisasi dan interpretasi. Yang dimaksud seleksi sebenarnya mencakup sensasi dan atensi, sedangkan organisasi melekat pada interpretasi, yang dapat didefinisikan sebagai “meletakkan suatu ransangan bersama ransangan lainnya sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna”. 28
Cutlip, Scott M, “Effective Public Relations”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta 2006, hal 278
37
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya persepsi merupakan suatu proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan ransangan dari lingkungan kita dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita29 Lebih lanjut bila dilihat dari sudut pandang psikologi, persepsi didefinisikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensori stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi adalah sensasi merupakan bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori (Desirato 1976)30 2.6.2 Jenis-Jenis Persepsi Persepsi manusia sebenarnya terbagi atas dua: persepsi terhadap lingkungan fisik dan persepsi terhadap manusia / sosial31. A.
Persepsi Terhadap Lingkungan Fisik Merupakan persepsi seseorang terhadap lingkungan fisik disekitarnya.
Seperti yang telah disebutkan di atas, persepsi merupakan penafsiran seseorang terhadap ransangan indrawi atau interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representasi objek eksternal. Oleh karena itu penafsiran setiap orang terhadap suatu objek eksternal bergantung kepada latar belakang pengalaman, pengetahuan, budaya dan situasi psikologis. 29
Mulyana, Deddy, “Ilmu Komunikasi – Suatu Pengantar”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal 167 - 169 30 Rakhmat, Jalaluddin, “Psikologi Komunikasi”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal 51 31 Mulyana, Deddy, “Ilmu Komunikasi – Suatu Pengantar”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal 171
38
Dalam proses terbentuknya suatu persepsi, ransangan eksternal ditangkap oleh indra seseoran. Selanjutnya seseorang tersebut akan melakukan penafsiran terhadap rangsangan eksternal itu berdasarkan latar belakang pengalaman, pengetahuan, budaya dan situasi psikologisnya. Misalnya ketika melihat bulan, orang Amerika Utara melaporkan melihat seorang pria di bulan, orang China melaporkan melihat seorang wanita meninggalkan suaminya, dan orang Samoa melihat seorang wanita yang sedang menangis. Hal ini membuktikan bahwa latar belakang pengalaman, pengetahuan, budaya dan situasi psikologis sangat mempengaruhi proses interpretasi seseorang terhadap suatu objek, yang selanjutnya akan melahirkan persepsi yang berbeda pula.
B.
Persepsi Terhadap Lingkungan Sosial / Persepsi Sosial Persepsi sosial adalah suatu proses menangkap arti objek-objek sosial
dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko. Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Beberapa prinsip penting mengenai persepsi sosial. 1.
Persepsi berdasarkan pengalaman Persepsi manusia terhadap seseorang, objek, atau kejadian dan reaksi mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman (dan pembelajaran) masa lalu mereka berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa. Misalnya tentang makanan, pengalaman budayalah yang mengajarkan orang untuk menilai daging apa yang menurut mereka paling enak, apakah ikan, ayam, babi, anjing, ular atau yang lainnya.
39
2.
Persepsi bersifat selektif Setiap saat manusia diberondong oleh jutaan ransangan indrawi. Atensi merupakan faktor utama yang menentukan selektivitas seseorang atas ransangan tersebut. Ada dua faktor yang mempengaruhi atensi seseorang: faktor internal dan faktor eksternal. a.
Faktor internal Faktor-faktor internal yang mempengaruhi atensi antara lain: -
Faktor biologis (lapar, haus dan sebagainya);
-
Faktor fisiologis (tinggi, pendek, gemuk, kurus, sehat, sakit, lelah, penglihatan atau pendengaran kurang sempurna, cacat tubuh dan sebagainya);
-
Faktor-faktor sosial budaya seperti gender, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, peranan, status sosial, pengalaman masa lalu, kebiasaan
-
Faktor-faktor psikologis seperti kemauan, keinginan, motivasi, pengharapan, dan sebagainya
b.
Faktor eksternal Atensi pada suatu objek juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yakni atribut-atribut objek yang dipersepsi seperti gerakan, intensitas, kontras, kebaruan, dan pengulangan objek yang dipersepsi. Sebagai contoh adalah gerakan, suatu objek yang bergerak lebih menarik perhatian daripada objek yang diam. Itulah sebabnya televisi yang menampilkan gambar yang bergerak biasanya lebih disenangi dibandingkan komik sebagai gambar diam.
40
c.
Persepsi bersifat dugaan Oleh karena data yang diperoleh mengenai objek melalui pengindraan tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yang lengkap lewat ke lima indra kita. Sebagai contoh, ketika melihat gunung es kita hanya melihat bagian atasnya, namun kita menduga ada juga bagian gunung es yang berada di bawah air. Proses persepsi yang bersifat dugaan ini memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari sudut pandang manapun. Oleh karena informasi yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat pengindraan itu. Kita harus mengisi ruangan yang kosong untuk melengkapi gambaran itu dan menyediakan informasi yang hilang. Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperoleh gambaran yang lebih umum.
3.
Persepsi bersifat evaluatif Tidak ada persepsi yang bersifat objektif. Seseorang melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingannya. Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan yang digunakan
41
seseorang untuk memaknai objek persepsi. Dengan demikian, persepsi bersifat pribadi dan subjektif. Menggunakan kata-kata Andrea L. Rich, “Persepsi pada dasarnya mewakili keadaan fisik dan psikologis individu alih-alih menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi”. Carl Rogers mengungkapkan, “Individu bereaksi terhadap dunianya yang ia alami dan menafsirkannya dan dengan demikian dunia perseptual itu bagi individu tersebut adalah ‘realitas’”. Menurut Rogers kita tidak bereaksi terhadap realitas mutlak melainkan terhadap persepsi kita mengenai realitas tersebut. Kita hidup dengan peta perseptual yang tidak pernah realitas itu sendiri. Lebih lanjut Steve Duck, seorang pakar hubungan manusia yang bereputasi internasional menyatakan bahwa realitas tidak dapat dipersepsi tanpa melalui suatu proses unik dan alasan sangat pribadi untuk bertindak dalam suatu hubungan sosial. Tidak seorangpun mempersepsi suatu objek tanpa mempersepsi seberapa “baik” atau “buruk” objek tersebut. Senada dengan itu, Harry Nelson mengatakan bahwa kita menilai ransangan berdasarkan skala pribadi atau subjektif. Ketika kita menilai kemampuan bergaul (sosiabilitas) orang lain, kita menggunakan ukuran sosiabilitas orang-orang yang kita kenal untuk mencapai apa yang Nelson sebut sebagai tingkat adaptasi (adaptation level). Orang-orang yang kualitas keramahan, kesopanan,, dan keluwesannya di atas tingkat adaptasi kita ini kita nilai sebagai pandai bergaul; mereka yang perilakunya di bawah tingkat adaptasi ini, kita nilai sebagai kurang pergaulan.
42
4.
Persepsi bersifat kontekstual Dari semua pengaruh yang ada dalam perspsi kita, konteks merupakan salah satu pengaruh paling kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu objek, atau suatu kejadian sangat mempengaruhi
struktur
kognitif,
pengharapan
dan
persepsi
kita.
Interpretasi makna dalam konteksnya adalah faktor penting dalam memahami komunikasi dan hubungan sosial. Dalam mengorganisasikan suatu objek, yakni meletakkan dalam suatu konteks tertentu, kita menggunakan prinsip-prinsip berikut: i.
Prinsip pertama: Struktur objek atau kejadian berdasarkan kemiripan atau kedekatan dan kelengkapan. Hingga kini para ahli tidak dapat menjawab mengapa kita melakukan pengorganisasian perseptual ini. Kecenderungan ini tampaknya bersifat bawaan. Secara lebih spesifik kita cenderung mempersepsi ransangan yang terpisah sebagai berhubungan sejauh ransangan-ransangan itu berdekatan satu sama lainnya, baik dekat secara fisik maupun dalam urutan waktu, serta mirip dalam bentuk, ukuran, warna, atau atribut lainnya. Selain mengorganisasikan data berdasarkan kedekatan dan kemiripan, kita cenderung “mengisi kesenjangan” dan mempersepsi ransangan atau pola yang tidak lengkap sebagai lengkap. Dalam
konteks
penerimaan
pesan,
kita
cenderung
melengkapi pesan yang tidak lengkap dengan bagian-bagian (dugaan-dugaan) yang terkesan logis untuk melengkapi pesan tersebut. Kecenderungan ini kuat sekali. Rasanya tidak mungkin bagi
43
kita untuk tidak mempersepsi lingkungan fisik dan sosial kita dengan cara seperti ini. Ini memperteguh prinsip pesepsi terdahulu bahwa persepsi kita adalah dugaan. ii.
Prinsip kedua: Kita cenderung mempersepsi suatu ransangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakangnya.
Ketika Anda memperhatikan gambar di atas, anda tidak mempersepsinya sebagai campuran acak hitam dan putih. Alih-alih, anda akan membagi gambar tersebut menjadi objek dan latarnya. Sepintas anda mungkin akan melihat gambar vas putih dengan latar belakang hitam, akan tetapi bila anda fokuskan perhatian anda pada bagian yang berwarna hitam, anda akan melihat dua kepala manusia yang berhadapan dengan latar putih. Kini persepsi anda akan berbeda. Ini menunjukkan bahwa lingkungan fisik menyediakan begitu banyak ransangan, namun pola yang kita persepsi dalam lingkungan fisik menyediakan begitu banyak ransangan, namun pola yang kita persepsi dalam lingkungan tersebut merupakan “ciptaan” kita sendiri. Lagi, kecenderungan ini juga tampaknya merupakan bawaan. Artinya, orang yang sejak lahir buta namun tiba-tiba melihat berkat suatu operasi mata, mampu membedakan objek dengan latar tersebut.
44
2.7 Kinerja
2.7.1 Pengertian Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (Prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Pengertian kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang oleh seorang pegawai/karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya32. Pengertian kinerja menurut oleh beberapa ahli manajemen antara lain adalah sebagai berikut33: 2.
Stoner, 1978 dalam bukunya Management mengemukakan bahwa kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan, dan persepsi peranan
3.
Nernardin dan Russel, 1993 (dalam bukunya Achmad S. Ruby) mendefinisikan kinerja sebagai pencatatan hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.
4.
Handoko dalam bukunya Manajemen Personalia dan Sumber Daya mendefinisikan kinerja sebagai proses dimana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi karyawan.
5.
Prawiro
Suntoro,
1999
(dalam
buku
Merry
Dandian
Pandji)
mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. 32 Mangkunegara, Anwar Prabu, “Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hal 67 33 Tika, H. Moh. Pabundu, “Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan”, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hal 121
45
Dari empat definisi kerja di atas, dapat diketahui bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja terdiri dari: 1.
Hasil-hasil fungsi pekerjaan
2.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan/pegawai, seperti: motivasi, kemampuan dan sebagainya
3.
Pencapaian tujuan organisasi
4.
Periode waktu tertentu
Berdasarkan hal-hal di atas selanjutnya Drs. H. Muh. Pabundu Tika, MM, mendefinisikan kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok di dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu34. 2.7.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Menurut Keit Davis35 faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motifasi (motivation). Faktor-faktor ini dirumuskan sebagai berikut
34
•
Human Performance
=
Ability + Motivation
•
Motivation
=
Attitude + Situation
•
Ability
=
Knowledge + Skill
ibid Mangkunegara, Anwar Prabu, “Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hal 67-68 35
46
a. Faktor Kemampuan (ability) Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place, the right man on the right job) b. Faktor Motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Menurut Fillmore H. Stanford36 pengertian motivasi adalah sebagai berikut: “Motivation as an energizing condition of the organism that serves to direct that organism toward the goal of a certain class” (Motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu)
Salah satu teori mengenai motivasi adalah teori kebutuhan. Abraham Maslow mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut 1.
Kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan fisik-biologis manusia, seperti kebutuhan makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual.
36
ibid, hal 93
47
Dalam suatu organisasi kebutuhan fisiologis ini misalnya gaji, fasilitasfasilitas perusahaan (kantin, sarana olahraga, transportasi, kamar mandi, dll), jam istirahat 2.
Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan dan lingkungan hidup. Dalam suatu organisasi misalnya asuransi (jiwa, kesehatan), tunjangan pensiun, serikat pekerja, pekerjaan tetap (bukan karyawan kontrak)
3.
Kebutuhan untuk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai. Misalnya bebas ikut serikat pekerja, diajak berdialog, situasi kerja yang baik, dukungan dan kepercayaan.
4.
Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain. Misalnya bonus, promosi, pujian, hadiah.
5.
Kebutuhan untuk mengatualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide dan memberikan penilaian dan kritik terhadap sesuatu.
48
Hierarki kebutuhan Abraham Maslow ditunjukkan dengan bentuk paramida sebagai berikut:
Hierarki Kebutuhan dari Abraham Maslow
Self actualizing (Doing your thing) Esteem (Self and Peer Value) Belonginess (Friendship, affiliation, love)
Safety and Security (Freedom, physical and mental feeling of being secured
Physiological Needs (Food, drink, shetter, relief from pain)
BAB III. METODOLOGI
3.1 Sifat/Type Penelitian Type penelitian yang dilakukan adalah type deskriptif, yang digunakan untuk menggambarkan (mendeskripsikan ) populasi yang sedang diteliti. Penelitian dengan type deskriptif ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi atau praktek yang sedang berlaku. Pendekatan yang dilakukan di dalam melakukan adalah pendekatan/riset kuantitatif yaitu riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya digeneralisasikan. Data hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi.37 Menurut Sugiono, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap
variabel
mandiri,
yaitu
tanpa
membuat
perbandingan,
atau
menghubungkan dengan variable lain38. Selanjutnya Husein Umar menjelaskan “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memaparkan atau mendiskripsikan hal-hal yang ditanyakan dalam riset/penelitian, seperti: siapa, yang mana, kapan, dimana, dan mengapa39”
37
Kriyantono, Rachmat, “Teknik Praktis Riset Komunikasi”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, Hal 57 38 Sugiono, “Metode Penelitian Administrasi”, CV Alfabeta, Bandung, 2006, Hal 6 39 Umar, Husein, “Metode Riset Komunikasi Organisasi”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2002, Hal 38
49
50
3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survey. Survey merupakan metode riset atau penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan datanya40. Lebih lanjut Husein Umar, menyebutkan bahwa “Metode Survey adalah riset yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta tentang gejala-gejala atas permasalahan yang timbul41.” Metode survey yang dilakukan adalah survey deskriptif yaitu jenis survey yang digunakan untuk menggambarkan (mendeskripsikan) populasi yang sedang diteliti. Fokus dari riset atau penelitian adalah perilaku yang sedang terjadi (what exist at the moment) dan terdiri dari satu variabel42.
3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.1.1 Data Primer Data primer diperoleh melalui Angket atau Quesioner yang disebarkan pada sejumlah responden yang telah ditentukan. Dalam menyebarkan quesioer ini, penulis dibantu oleh beberapa orang staff Pusat Inventarisasi dan Perpertaan Kehutanan. Angket atau Quesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka akan memberikan respons atas daftar pertanyaan
40
Kriyantono, Rachmat, “Teknik Praktis Riset Komunikasi”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, Hal 60 41 Umar, Husein, “Metode Riset Komunikasi Organisasi”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2002, Hal 42 42 Kriyantono, Rachmat, “Teknik Praktis Riset Komunikasi”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, Hal 60-61
51 tersebut. Daftar pertanyaan dapat bersifat terbuka, jika jawaban tidak ditentukan sebelumnya dan bersifat tertutup jika alternatif jawaban telah ditentukan43. Dalam penelitian ini, jenis angket yang digunakan adalah jenis angket tertutup.
3.1.2 Data Sekunder Data sekunder diperoleh melalui wawancara (interview) dengan beberapa orang staff di Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Kehutanan Departemen Kehutanan. Wawancara adalah percakapan antara periset dengan informan atau seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek44. 3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi Populasi merupakan “keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian”.45 Populasi juga dapat diartikan sebagai kelompok unsur-unsur komprehensif dan telah ditentukan (perangkat Universal) yang berhubungan dengan pertanyaan atau hipotesis penelitian 46 .
43
Dalam penelitian ini yang
Umar, Husein, “Metode Riset Komunikasi Organisasi”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2002, Hal 88 44 Kriyantono, Rachmat, “Teknik Praktis Riset Komunikasi”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, Hal 96 45 Nawawi, Hadari, “Metode Penelitian Bidang Sosial”, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1991, Hal 141. 46 Bulaeng, Andi, “Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer”, Andi, Yogyakarta, 2004, hal 136
52 menjadi populasi adalah seluruh staff di Pusat Invetarisasi dan Perpetaan Kehutanan di Kantor Pusat Departemen Kehutanan yang berjumlah 85 orang.
3.4.2 Sampel Sampel secara umum diartikan sebagai sub perangkat populasi 47 atau bagian dari populasi48 atau. Sample dapat juga diartikan sebagai sebagian atau keseluruhan objek atau fenomena yang akan diamati49. Dalam penelitian ini sampel ditarik dengan metode total sampling. Pemilihan metode ini didasari pertimbangan bahwa jumlah populasi yang diteliti tidak mencapai 100 orang. Total Sampling atau dikenal juga dengan istilah sensus pada dasarnya merupakan riset survey dimana peneliti mengambil seluruh anggota populasi sebagai respondennya50. Dalam hal ini jumlah sample yang diambil adalah sama dengan jumlah populasi yaitu sebanyak 85 orang staff di Pusat Invetarisasi dan Perpetaan Kehutanan Departemen Kehutanan.
3.5 Definisi dan Operasionalisasi Konsep 3.5.1 Definisi Konsep A. Persepsi Menurut John R. Wendburg dan William W. Wilmot: “Persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna”. J Cohen mendefinisikan persepsi sebagai “interpretasi bermakna atas sensasi 47
sebagai
representasi
objek
eksternal;
persepsi adalah
ibid, hal 138 Umar, Husein, “Metode Riset Komunikasi Organisasi”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2002, Hal 129 49 Kriyantono, Rachmat, “Teknik Praktis Riset Komunikasi”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, Hal 149 50 ibid, hal 157 48
53 pengetahuan yang tampak mengenai apa yang di luar sana”. Berdasarkan dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah inti dari komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) merupakan inti dari persepsi. Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken juga Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson menyebutkan bahwa persepsi terdiri dari tiga aktifitas yaitu: seleksi, organisasi dan interpretasi. Yang dimaksud seleksi sebenarnya mencakup sensasi dan atensi, sedangkan organisasi melekat pada interpretasi, yang dapat didefinisikan sebagai “meletakkan suatu ransangan bersama ransangan lainnya sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna”. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya persepsi merupakan suatu proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan ransangan dari lingkungan kita dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita51.
B. Kinerja Karyawan Kinerja merupakan hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok di dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu52. Unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja terdiri dari: 1. Periode waktu tertentu 2. Hasil-hasil fungsi pekerjaan
51
Mulyana, Deddy, “Ilmu Komunikasi – Suatu Pengantar”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal 167 - 169 52 Tika, H. Moh. Pabundu, “Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan”, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hal 121
54 3. Faktor-faktor
yang
karyawan/pegawai.
berpengaruh
Menurut
Keit
terhadap Davis
53
faktor
prestasi yang
mempengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motifasi (motivation). Faktor-faktor ini dirumuskan sebagai berikut • Human Performance =
Ability + Motivation
• Motivation
=
Attitude + Situation
• Ability
=
Knowledge + Skill
4. Pencapaian tujuan organisasi
3.5.2 Operasionalisasi Konsep Variabel Persepsi
Indikator Periode / tenggat waktu (1) Menyelesaikan pekerjaan sesuai tenggat waktu Hasil tugas dan fungsi pekerjaan (1) Membantu pekerjaan (sesuai dengan tugas dan fungsi pekerjaan) (2) Meningkatkan efisiensi pekerjaan (sesuai tugas dan fungsi pekerjaan) (3) Membatu lebih fokus dalam melaksanakan pekerjaan (sesuai tugas dan fungsi pekerjaan) (4) Meningkatkan hasil pekerjaan saya (tugas dan fungsi pekerjaan)
Skala Sangat Setuju, Setuju, RaguRagu, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju Jumlah pertanyaan = 21
Motivasi (1) Pemenuhan kebutuhan akan informasi yang berhubungan dengan pekerjaan (2) Menyediakan sarana untuk berinteraksi/berhubungan dengan pengguna lain 53
Mangkunegara, Anwar Prabu, “Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hal 67-68
55 (3) Sumber rujukan/referensi (Bila informasi dibutuhkan – berkenaan dengan tugas dan pekerjaan – sudah tersedia di Media Intranet) (4) Harus ada di setiap organisasi, karena sangat membantu dalam melaksanakan pekerjaan (5) Membuat suasana kerja menjadi lebih kondusif (lebih meningkatkan efisiensi dan memudahkan koordinasi secara internal) Kemampuan (dalam menjalankan tugas dan fungsi pekerjaan) (1) Mempermudah dan/atau meringankan pelaksanaan perkerjaan. (2) Membantu untuk lebih menguasai bidang pekerjaan (3) Membantu meningkatkan keahlian di bidang pekerjaan (4) Membantu meningkatkan keahlian di bidang pekerjaan (5) Membantu meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan
Tujuan Organisasi (1) Membantu untuk lebih mengerti tentang tujuan dari pekerjaan (2) Membantu mencapai tujuan pekerjaan (3) Bisa terus dikembangkan untuk membantu mencapai tujuan pekerjaan (4) Membantu untuk lebih mengerti tujuan dari unit kerja (5) Membantu untuk memahami cara mencapai tujuan dari unit kerja (6) Membantu untuk mencapai tujuan unit kerja (7) Bisa terus dikembangkan untuk membantu mencapai tujuan dari unit kerja
56 3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1 Menentukan Skor (Scoring) Untuk mengukur jawaban dari pertanyaan-pertanyaan pada quesioner digunakan Skala Likert. Skala Likert adalah teknik yang digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek54. Berdasarkan jumlah alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan pada quesioner, maka dalam penelitian ini skala pengukuran yang dibagi ke dalam lima tingkatan, yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Hal ini berarti bahwa terdapat 5 tingkatan skor yaitu 5 untuk skor tertinggi dan 1 untuk skor terendah. Tahap selanjutnya adalah menentukan interval skor yaitu dengan cara mencari selisih antara skor tertinggi dengan skor terendah kemudian dibagi jumlah alternatif jawaban55.
Panjang interval = (Nilai tertinggi) – (nilai terendah) Jumlah interval (skala)
Skor tertinggi (skor ideal) ditentukan dengan cara mengalikan jumlah pertanyaan dengan nilai jawaban tertinggi. Skor terendah ditentukan dengan cara mengalikan jumlah pertanyaan dengan nilai jawaban terendah.
Dalam penelitian ini terdapat 21 pertanyaan pada quesioner yang dibagi atas 6 (enam) indikator, skor untuk setiap jawaban dan total jawaban ditentukan dengan cara
54
ibid, hal 135 Kriyantono, Rachmat, “Teknik Praktis Riset Komunikasi”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hal 381 55
57 1. Menentukan skor tertinggi dan skor terendah dengan cara mengalikan skor dengan jumlah pertanyaan. a. Periode/Tenggat Waktu Jumlah pertanyaan = 1 Skor tertinggi adalah 5 Skor terendah = 1 b. Hasil tugas dan fungsi pekerjaan Jumlah pertanyaan = 4 Skor tertinggi adalah 4 x 5 = 20 Skor terendah adalah 4 x 1 = 4 c. Motivasi Jumlah pertanyaan = 5 Skor tertinggi adalah 5 x 5 = 25 Skor terendah adalah 5 x 1 = 5 d. Kemampuan (ability) dalam menjalankan tugas dan fungsi pekerjaan Jumlah pertanyaan = 4 Skor tertinggi adalah 4 x 5 = 20 Skor terendah adalah 4 x 1 = 4 e. Tujuan Organisasi Jumlah pertanyaan = 7 Skor tertinggi adalah 7 x 5 = 35 Skor terendah adalah 7 x 1 = 7
58 f. Akumulasi persepsi Jumlah Pertanyaan = 21 Skor tertinggi adalah 5 x 21 = 105 Skor terendah adalah 1 x 21 = 21
2. Menentukan interval untuk setiap tingkatan dengan cara mengurangkan total skor tertinggi dengan skor terendah, kemudian membaginya dengan jumlah alternatif jawaban. a. Periode / Tenggat waktu Karena jumlah pertanyaan untuk indikator ini hanya 1 (satu), maka jawaban yang diperoleh dari responden sudah merupakan pencerminan dari hasil akumulasi jawaban dari setiap jawaban yang diberikan oleh responden. b. Hasil tugas dan fungsi pekerjaan Interval = 20 – 4 = 16 = 3.2 = 3 5 5
Jadi interval skor untuk skala pengukuran 5 adalah 3. selanjutnya interval ini dimasukkan ke dalam sebuah tabel skor. Persepsi Sangat Positif Positif Netral Negatif Sangat Negatif
Skor 17 – 20 13 – 16 10 – 12 7– 9 4– 6
c. Motivasi Interval = 25 – 5 = 20 = 4 5 5
59 Jadi interval skor untuk skala pengukuran 5 adalah 4. selanjutnya interval ini dimasukkan ke dalam sebuah tabel skor. Persepsi Sangat Positif Positif Netral Negatif Sangat Negatif
Skor 21 – 25 17 – 20 13 – 16 9 – 12 5– 8
d. Kemampuan (ability) dalam menjalankan tugas dan fungsi pekerjaan Interval = 20 – 4 = 16 = 3.2 = 3 5 5
Jadi interval skor untuk skala pengukuran 5 adalah 3. selanjutnya interval ini dimasukkan ke dalam sebuah tabel skor. Persepsi Sangat Positif Positif Netral Negatif Sangat Negatif
Skor 17 – 20 13 – 16 10 – 12 7– 9 4– 6
e. Tujuan organisasi Interval = 35 – 7 = 28= 5.6 = 6 5 5
Jadi interval skor untuk skala pengukuran 5 adalah 6. selanjutnya interval ini dimasukkan ke dalam sebuah tabel skor. Persepsi Sangat Positif Positif Netral Negatif Sangat Negatif
Skor 31 – 35 25 – 30 19 – 24 13 – 18 7 – 12
60 f. Akumulasi persepsi Interval = 105 – 21 = 84 = 16.8 = 17 5 5 Jadi interval skor untuk skala pengukuran 5 adalah 17. selanjutnya interval ini dimasukkan ke dalam sebuah tabel skor. Persepsi Sangat Positif Positif Netral Negatif Sangat Negatif
Skor 89 – 105 72 – 88 55 – 71 38 – 57 21 – 37
3.6.2 Statistik deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan pada riset deskriptif, yang berupaya menggambarkan gejala atau fenomena yang dari satu variabel tanpa menjelaskan hubungan-hubungan yang ada 56 . Teknik yang digunakan adalah dengan memasukkan data ke dalam tabel Distribusi Frekuensi, kemudian menentukan persentase dari jawaban. No 1 2 3 4 5
56
Persepsi Sangat Positif Positif Netral Negatif Sangat Negatif Total
Frekuensi ( Σ )
Persentase (%)
Mangkunegara, Anwar Prabu, “Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hal 165
BAB IV. HASIL PENELITIAN
4.1.1 Gambaran Umum Departemen Kehutanan 4.1.2
Latar Belakang terbentuknya Departemen Kehutanan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967, mengamanatkan bahwa
pengurusan hutan pada hakekatnya adalah untuk mendapatkan manfaat hutan yang sebesar-besarnya secara serbaguna dan lestari baik secara langsung maupun tidak langsung, bagi kemakmuran masyarakat. Pengurusan hutan tersebut dilaksanakan melalui berbagai bentuk kegiatan, yang mencakup: 1.
Pengaturan pemulaan dan penataan kawasan hutan.
2.
Pengaturan dan penyelenggaraan pengusahaan hutan.
3.
Pengaturan terhadap perlindungan proses ekologi yang mendukung sistem. penyangga kehidupan serta rehabilitasi hutan, tanah dan air.
4.
Pengaturan terhadap usaha-usaha terselenggaranya dan terpeliharanya pengawetan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
5.
Penyelenggaraan penyuluhan dan pendidikan di bidang kehutanan.
Agar usaha-usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan pengurusan hutan tersebut secara administratif dan teknis dapat terselenggara dengan baik maka diperlukan adanya wadah atau sarana kelembagaan yang dapat menampung seluruh aktivitas kegiatan di bidang kehutanan.
61
62
Pada PELITA I, sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah pada waktu itu, kelembagaan yang menangani tugas-tugas atau kegiatan di bidang kehutanan berbentuk Direktorat Jenderal, yang secara administratif dan teknis berada di bawah Departemen Pertanian. Melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 168/Kpts-Org/4/1971 ditetapkan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Kehutanan, yang terdiri dari: 1.
Sekretariat Direktorat Jenderal Kehutanan. Fungsinya adalah sebagai staf pembantu administrasi untuk penyelenggaraan bimbingan, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi seluruh kegiatan dan pekerjaan Direktorat Jenderal.
2.
Direktorat Perencanaan. Fungsinya adalah sebagai staf pembantu teknis untuk
pembinaan
perencanaan
kegiatan
program,
pengumpulan
pengukuhan,
dan
penataan
penganalisis dan
data,
pemanfaatan,
inventarisasi serta evaluasi program sub sektor kehutanan. 3.
Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi. Fungsinya adalah sebagai staf pembantu teknis untuk pembinaan reboisasi dan penghijauan serta persuteraan alam.
4.
Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam. Fungsinya adalah sebagai pembantu teknis untuk pembinaan cagar alam, suaka margasatwa, hutan suaka alam, taman wisata, taman buru dan sebagainya.
5.
Direktorat Eksploitasi dan Pengolahan. Fungsinya adalah sebagai staf pembantu teknis untuk pembinaan dan pengembangan eksploitasi dan pengolahan hasil hutan.
63 6.
Direktorat Pemasaran. Fungsinya adalah sebagai staf pembantu teknis untuk pembinaan dan pengembangan pemasaran hasil hutan.
7.
Lembaga Penelitian Hutan. Lembaga ini berfungsi sebagai pelaksana teknis penelitian hutan, tata air, satwa liar, sutera alam, dan pencegahan serta pembasmian hama dan penyakit.
8.
Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Lembaga ini berfungsi sebagai pelaksana teknis penelitian teknologi (fisik dan kimiawi), pemasaran dan sarana produksi (tenaga dan alat).
Sejalan
dengan
usaha
pemantapan
organisasi
di
lingkungan
Departemen Pertanian dalam rangka peningkatan pelaksanaan tugas pada PELITA II, maka pada tahun 1975 susunan organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Kehutanan, mengalami perubahan pula. Dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 190/Kpts/Org/5/1975, ditetapkan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Kehutanan, yang terdiri dari: 1.
Sekretariat Direktorat Jenderal
2.
Direktorat Bina Program Kehutanan
3.
Direktorat Bina Produksi Kehutanan
4.
Direktorat Bina Sarana Usaha Kehutanan
5.
Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi
6.
Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam
Dalam struktur organisasi yang baru itu, Lembaga Penelitian Hutan yang semula adalah unsur pelaksana Direktorat Jenderal Kehutanan,
64 dimasukkan ke dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPPP). Sedang
kegiatan-kegiatan
yang
berkaitan
dengan
pendidikan,
hubungan masyarakat dan penyuluhan dimasukkan ke dalam Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian (BPLPP). Sebagai suatu sarana untuk mencapai tujuan, organisasi harus dapat menampung perkembangan tugas dan kegiatan yang terjadi. Oleh karena itu, untuk
lebih
memantapkan
pelaksanaan
tugas-tugas
pemerintahan
dan
pembangunan di sub sektor kehutanan dalam PELITA III, dengan Surat Keputusan
No.
453/Kpts/Org/6/1980,
Menteri
Pertanian
mengadakan
pemantapan kembali Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Kehutanan. Berdasarkan Keputusan tersebut Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Kehutanan ditetapkan sebagai berikut: 1.
Sekretariat Direktorat Jenderal
2.
Direktorat Bina Program Kehutanan
3.
Direktorat Bina Produksi Kehutanan
4.
Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi
5.
Direktorat Tertib Pengusahaan Hutan
6.
Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam
Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian tersebut Direktorat Bina Sarana Usaha Kehutanan diubah menjadi Direktorat Tertib Pengusahaan Hutan. Perubahan ini sesuai dengan perkembangan keadaan pada waktu itu, yang menekankan perlunya usaha-usaha pemantapan dalam bidang pengusahaan hutan.
65 Disamping perangkat tingkat pusat yang berfungsi sebagai unsur pembantu bidang administrasi dan teknis, terdapat pula unsur pelaksana teknis Direktorat Jenderal Kehutanan yang terdiri dari: 1.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dibentuk berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 429/Kpts/Org/7/1978, sebagai unit pelaksana teknis di bidang perlindungan dan pengawetan alam.
2.
Balai Planologi Kehutanan (BPK), dibentuk berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 430/Kpts/Org/7/1978, sebagai unit
pelaksana teknis
bimbingan dan pengamanan sumber serta modal kehutanan.
Selain unsur-unsur tersebut, pelaksanaan tugas-tugas yang berkaitan dengan bidang kehutanan ditangani juga oleh beberapa instansi kehutanan lainnya yang secara administratif berada di luar Direktorat Jenderal Kehutanan, yaitu: 1.
Balai Latihan Kehutanan, dan Sekolah Kehutanan Menengah Atas yang merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian, yang khusus menangani kegiatan pendidikan dan latihan kehutanan.
2.
Balai Penelitian Hutan (BPH) dan Balai Penelitian Hasil Hutan (BPHH), merupakan
Unit
Pelaksana
Teknis
dari
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Pertanian, yang khusus menangani kegiatan penelitian hutan dan hasil hutan.
Dinas Kehutanan Daerah Tingkat I merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah Tingkat I yang menangani urusan rumah tangga daerah di
66 bidang kehutanan dan tugas-tugas perbantuan dari
Direktorat Jenderal
Kehutanan.
4.1.3
Pembentukan Departemen Kehutanan
Pembangunan kehutanan sebagai suatu rangkaian usaha diarahkan dan direncanakan untuk memanfaatkan dan mendayagunakan sumber daya hutan secara maksimal dan lestari. Tujuannya adalah untuk memadukan dan menyeimbangkan manfaat hutan dengan fungsi hutan dalam keharmonisan yang dapat berlangsung secara paripurna. Dalam pelaksanaannya, yang sejalan dengan semakin berkembangnya usaha-usaha lain dalam pembangunan nasional, pembangunan kehutanan menghadapi berbagai masalah/hambatan yang sangat kompleks. Apabila masalah dan hambatan tersebut tidak ditangani secara menyeluruh, tujuan pembangunan kehutanan akan dapat terganggu. Berbagai masalah yang berupa ancaman, gangguan, dan hambatan dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan, tidak akan dapat terselesaikan secara tuntas
apabila
penanganannya
tidak
bersifat
strategis,
yaitu
melalui
penanggulangan secara konsepsional dan paripurna dengan sistem manajemen yang dapat menampung seluruh aktivitas kegiatan kehutanan yang sudah semakin meningkat. Dalam kondisi seperti itu maka perlu adanya suatu bentuk administrasi pemerintahan yang sesuai dan memadai, sebagai sarana yang sangat dibutuhkan bagi terlaksananya keberhasilan pembangunan kehutanan. Instansi kehutanan yang setingkat Direktorat Jenderal dirasakan tidak mampu mengatasi permasalahan dan perkembangan aktivitas pembangunan
67 kehutanan
yang
semakin
meningkat. Beberapa
hambatan
yang
secara
administratif mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kehutanan antara lain: 1.
Ruang lingkup direktorat jenderal sudah terlalu sempit, sehingga banyak permasalahan yang seharusnya ditangani dengan wewenang kebijaksanaan seorang menteri kurang mendapat perhatian. Akibatnya, Direktorat Jenderal Kehutanan sering dihadapkan kepada masalah-masalah hierarkhis, seperti misalnya di dalam melakukan kerjasama dengan instansi-instansi lain yang lebih tinggi tingkatannya.
2.
Akibat
selanjutnya,
barangkali
terus
ke
tingkat
yang
lebih
bawah. Direktorat Jenderal Kehutanan terpaksa banyak mendelegasikan wewenang kepada direktorat melebihi dari yang seharusnya. Maka, direktorat terlibat pula pada tugas-tugas lini dan tugas-tugas lintas sektoral/sub sektoral, yang memang banyak terjadi untuk kegiatan kehutanan. 3.
Kewenangan yang melekat pada organisasi tingkat direktorat jenderal dirasakan terlalu kecil di dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang bersifat kebijaksanaan, terutama dalam melakukan kerjasama dengan instansi lain yang terkait.
4.
Hubungan teknis fungsional antara daerah dan pusat, dilakukan melalui Kantor Wilayah Departemen (Pertanian), yang karena berbedanya sifat kegiatan masing-masing sub sektor, menimbulkan kekurangserasian.
5.
Keterbatasan untuk mengembangkan sarana personil terjadi, karena terikat pada jumlah formasi untuk tingkat direktorat jenderal.
6.
Di samping itu terjadi pula keterbatasan pada unit organisasi, yang secara fungsional bertindak sebagai unsur pengawas.
68 7.
Keseluruhan hambatan tersebut menyebabkan sering timbulnya masalahmasalah yang bersifat non rutin, yang memerlukan pemecahan secara khusus.
Selain itu, untuk mencapai tujuan pembangunan kehutanan diperlukan suatu pangkal tolak dan orientasi dengan cakrawala yang luas serta menyeluruh tentang hutan dan kehutanan, yang dalam pelaksanaannya mencakup aspek pemanfaatan, konservasi sumber daya alam hutan, dan rehabilitasi lahan. Dari hal-hal tersebut, maka terbentuknya Departemen Kehutanan pada PELITA IV merupakan konsekuensi logis dari tuntutan keadaan dan perkembangan selama itu, dengan demikian wadah baru setingkat departemen tidak
akan
mampu
menampung
permasalahan-permasalahan
yang
beranekaragam. Hal ini sejalan dengan pidato Presiden pada pembentukan Kabinet Pembangunan IV pada tanggal 16 Maret 1983, sebagai berikut:
“Untuk itu dianggap perlu untuk menambah jumlah departemen dengan memecah beberapa departemen yang dinilai ruang lingkup tugasnya perlu memperoleh perhatian yang lebih besar dan harus ditangani lebih intensif dalam PELITA IV nanti“.
Sedangkan dalam pemecahan Departemen Pertanian menjadi Departemen Pertanian dan Departemen Kehutanan, Presiden mengatakan:
“Pemecahan ini perlu, karena dalam PELITA IV nanti di satu pihak terus berusaha untuk meningkatkan produksi pertanian seperti pangan,
69 perkebunan, peternakan, dan perikanan, sedangkan di lain pihak kita harus dapat memanfaatkan kekayaan alam kita yang berupa hutan bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat dengan tetap dan harus melaksanakan rehabilitasi dan kelestarian hutan“.
Terbentuknya Departemen Kehutanan memang sangat tepat, karena hutan dengan multi fungsinya tidak mungkin ditangani secara baik tanpa wadah yang
mandiri. Demikian
pula
ketiga
aspek
pembangunan
kehutanan
(perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan) dapat dilaksanakan secara saling menunjang, sehingga tidak dapat dilaksanakan secara terpisah-pisah oleh berbagai
departemen. Melihat
pentingnya
penanganan
ketiga
aspek
pembangunan kehutanan itu maka eksistensi Departemen Kehutanan memang merupakan suatu kebutuhan yang mendasar sebagai sarana dalam rangka tinggal landas kehutanan. Untuk dapat menampung tugas dan fungsi pokok tersebut di atas maka sesuai dengan Surat Keputusan Presiden Nomor 15 tahun 1984 Struktur Organisasi Departemen Kehutanan ditetapkan sebagai berikut: 1.
Menteri;
2.
Sekretariat Jenderal;
3.
Inspektorat Jenderal;
4.
Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan;
5.
Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan;
6.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam;
7.
Badan Inventarisasi dan Tata Guna Hutan;
8.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan;
70 9.
Pusat Pendidikan dan Latihan Kehutanan;
10.
Kantor Wilayah Departemen Kehutanan di Wilayah.
Di samping itu terdapat 12 UPT di lingkungan Departemen Kehutanan dan 24 Dinas Kehutanan Daerah Tingkat I. Pembentukan Departemen Kehutanan bukan merupakan restorasi dari Direktorat Jenderal Kehutanan, melainkan merupakan suatu pembangunan institusi kehutanan melalui pengembangan dan pemanfaatan kondisi dan material yang dimiliki. Hal tersebut sekaligus merupakan jawaban atas kondisi dan permasalahan yang dihadapi selama itu, yang antara lain berupa keterbatasan masalah peraturan perundangan, kepemimpinan dan kebijaksanaan, keterbatasan sarana, personil dan lain-lain. Atas dasar kondisi tersebut kemudian ditetapkan kembali tujuan, misi dan tugas pokok serta fungsi Departemen Kehutanan sebagai landasan pelaksanaan pembangunan kehutanan.
71
DIREKTORAT JENDERAL BPK
DIREKTORAT JENDERAL RLPS
BAPLAN KEHUTANAN
SEKRETARIAT JENDRAL
DIREKTORAT JENDERAL PHKA
INSPEKTORAT JENDERAL
SAM Bid Ekonomi
SAM Bid P Perkara Kehutanan
SAM Bid Kemitraan
SAM Bid Lingkungan
SAM Bid Kelembagaan
MENTERI KEHUTANAN
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN KEHUTANAN
BALITBANG KEHUTANAN
72
Pusat Renc & Staff Kehutanan
Pusat Wil Pengelolaan Kws Hutan
UNIT PELAKSANA TEKNIS
Puskuh & Penatagunaan Washut
Sekretariat Badan Planologi
BAPLAN KEHUTANAN
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN
Pusat Inven & Perpetaan Hutan
73
Sub Bid Inven Flora & Fauna
Sub Bid Inven Sosial Budaya
Sub Bid PJ Tingkat Nas & Wil
Sub Bid PJ Tingkat Pengelolaan
Kelompok Jabatan Fungsional
Bid Inventarisasi Terrestris
Bid Penginderaan Jauh
PUSAT INV & PERPETAAN KEHUTANAN
Sub Bid Informasi Perpetaan
Sub Bid Informasi Geografis
Bid Perpetaan Hutan
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PUSAT INVENTARISASI DAN PERPETAAN KEHUTANAN
74
4.1.4
Intranet Departemen Kehutanan Intranet
Departemen
Kehutanan
dalam
format
baru
mulai
dikembangkan pada tahun 2006 oleh Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan, dan pada awal tahun 2007 mulai diterapkan di Departemen Kehutanan. Pada dasarnya semua karyawan telah memiliki akses ke Media Intranet Departemen Kehutanan, namun belum semua karyawan menggunakannya. Salah satu penyebabnya adalah Media Intranet masih dalam proses pengembangan, sehingga belum semua data yang dimuat di Media Intranet mencakup data-data yang dibutuhkan oleh setiap bagian. . Secara umum, Informasi yang disajikan melalui Intranet Departemen Kehutanan dibagi atas beberapa menu utama: 1.
Data dan Informasi Berisi berbagai macam data dan informasi yang terkait dengan Departemen
kehutanan,
seperti
Peraturan,
Pengumuman,
Data
Perkembangan Hak Penggunaan Hutan (HPH) dan lain sebagainya 2.
PHAPL (Pengembangan Hutan Alami dan Produksi Lestari) Berisi berbagai informasi yang terkait dengan pengembangan hutan alami dan hutan produksi.
3.
SIAPHUT Merupakan suatu sistem entry data yang menghubungkan antara Kantor Pusat dengan Daerah. Contoh penggunaannya adalah entry data yang dilakukan oleh Kantor-kantor wilayah mengenai data-data kehutanan terbaru dan sebagainya.
75
4.
Aplikasi Perpetaan Berisi gambar-gambar peta, informasi-informasi yang terkait dengan peta seperti wilayah, kondisi wilayah, luas wilayah dan sebagainya, serta aplikasi-aplikasi yang terkait dengan perpetaan.
5.
SIMPEG (Sistem Informasi Kepegawaian) yang meliputi b.
Applikasi email (e-message)
c.
Pengajuan cuti
d.
Hasil assesment / penilaian
e.
Daftar Riwayat hidup
f.
Surat Keterangan Untuk mendapatkan Pembayaran Tunjangan Keluarga
g.
Biodata
Dari cakupan kandungan informasi dan fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh Intranet Departemen Kehutanan, dapat disimpulkan bahwa selain menyajikan informasi-informasi umum, Intranet Departemen Kehutanan juga menyediakan fasilitas-fasilitas lain seperti aplikasi email, aplikasi pengajuan cuti, data-data teknis dan fasilitas transfer data antara Kantor Pusat dengan Daerah.
76
4.2 Hasil Penelitian Data utama dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran quesioner yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan persepsi karyawan terhadap penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja kayawan.
4.2.1
Deskripsi Umum Data Responden Untuk mempermudah deskripsi umum mengenai responden, maka data
yang berkaitan dengan identitas responden ditampilkan
dalam tabel-tabel
sebagai berikut: 4.2.1.1 Tabel Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase (%)
1
Laki-Laki
64
75.3
2
Perempuan
21
24,7
85
100
Sumber: Daftar pertanyaan quesioner no 2a
Berdasarkan Tabel 4.2.1.1 diketahui bahwa jumlah responden terbanyak adalah responden dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 64 orang atau 75.3% dari jumlah responden secara keseluruhan, sedangkan responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 21 orang atau 24.7% .
77
4.2.1.2 Tabel Distribusi Responden Menurut Usia No
Usia
Jumlah
Persentase (%)
1
20 – 29 tahun
1
1.2
2
30 – 39 tahun
9
10.6
3
40 – 49 tahun
67
78.8
4
> 50 tahun
8
9.4
85
100
Sumber: Daftar pertanyaan quesioner no 2b
Berdasarkan Tabel 4.2.1.2 diketahui bahwa mayoritas responden berusia diantara 40 – 49 tahun yaitu sebanyak 67 orang atau 78,8 persen dari jumlah responden secara keseluruhan. Disamping itu, terdapat sejumlah 18 orang responden lain (21.2%) yang tersebar pada berbagai tingkat usia yaitu: 1 orang (1.2%) berusia antara 20 – 29 tahun, 9 orang (10.6%) berusia antara 30 – 39 tahun, dan 8 orang responden (9.4%) berusia di atas 50 tahun.
4.2.1.3 Tabel Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan No
Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1
SMA Sederajat
69
81.2
2
Diploma
0
0
3
S1
12
14.1
4
S2
4
4.7
5
S3
0
0
14
100
Sumber: Daftar pertanyaan quesioner no 2c
Berdasarkan Tabel 4.2.1.3 diketahui bahwa mayoritas responden berasal dari responden dengan latar belakang tingkat pendidikan SMA sederajat yaitu
78
sebanyak 69 orang atau 81.2% dari jumlah responden secara keseluruhan. Disamping itu terdapat sejumlah 16 orang responden lain (18.8%) yang tersebar ke dalam berbagai latar belakang tingkat pendidikan yaitu: 12 orang responden (14.1%) dengan latar belakang pendidikan Sarjana (S1) dan 4 orang responden (4.7%) memiliki latar belakang pendidikan Pasca Sarjana (S2).
4.2.2
Persepsi Karyawan Terhadap Penggunaan Media Intranet Dalam Menunjang Kinerja
Persepsi karyawan terhadap penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja diperlihatkan oleh jawaban para responden terhadap pertanyaan-pertanyaan pada quesioner.
4.2.2.1
Periode / Tenggat Waktu
4.2.2.1.1 Media Intranet membantu saya dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan deadline (tenggat waktu)
Valid
Cumulative Percent 5.9
Frequency 5
Percent 5.9
Valid Percent 5.9
Ragu-Ragu
37
43.5
43.5
49.4
Setuju
43
50.6
50.6
100.0
Total
85
100.0
100.0
Tidak Setuju
Tabel 4.2.2.1.1 di atas menunjukkan bahwa meskipun mayoritas responden (43 orang atau 50.6%) menganggap bahwa Media Intranet dapat membantu mereka untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai tenggat waktu (deadline) namun masih terdapat sejumlah 37 orang (43.5%) responden lain yang memilih untuk bersikap netral dan/atau menganggap bahwa Media Intranet
79
tidak membantu mereka untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditentukan.
4.2.2.2
Hasil Tugas Dan Fungsi Pekerjaan
4.2.2.2.1 Media Intranet membantu pekerjaan saya (sesuai dengan tugas dan fungsi pekerjaan saya)
Valid
Cumulative Percent 3.5
Frequency 3
Percent 3.5
Valid Percent 3.5
Ragu-Ragu
47
55.3
55.3
58.8
Setuju
35
41.2
41.2
100.0
Total
85
100.0
100.0
Tidak Setuju
Tabel 4.2.2.2.1 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (47 orang atau 55.3%) memilih untuk bersikap netral atas pernyataan bahwa Media Intranet membantu pekerjaan mereka. Namun masih terdapat sejumlah 38 orang responden (44.7%) yang memilih untuk menyetujui dan/atau tidak menyetujui pernyataan bahwa Media Intranet membantu pekerjaan mereka. 4.2.2.2.2 Media Intranet meningkatkan efisiensi pekerjaan saya (sesuai tugas dan fungsi pekerjaan saya)
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Setuju
4
4.7
4.7
4.7
Ragu-Ragu
71
83.5
83.5
88.2
Setuju
10
11.8
11.8
100.0
Total
85
100.0
100.0
Table 4.2.2.2.2 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (71 orang atau 83.5%) memilih untuk bersikap netral terhadap pernyataan bahwa Media Intranet dapat meningkatkan efisiensi pekerjaan mereka. Jumlah ini menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan
80
jumlah responden yang memilih untuk menyetujui dan/atau menolak pernyaataan yang berjumlah 14 orang (16.5%). 4.2.2.2.3 Media Intranet membantu saya untuk lebih fokus dalam melaksanakan pekerjaan (sesuai tugas dan fungsi pekerjaan saya)
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Setuju
7
8.2
8.2
Ragu-Ragu
63
74.1
74.1
82.4
Setuju
15
17.6
17.6
100.0
Total
85
100.0
100.0
8.2
Tabel 4.2.2.2.3 di atas menunjukan bahwa mayoritas responden (63 orang atau 74.1%) mengambil sikap netral atas pernyataan bahwa Media Intranet membantu mereka untuk lebih fokus dalam melaksanaakan pekerjaan mereka. Jumlah ini signifikan bila dibandingkan dengan jumlah responden yang menyetujui dan/atau menolak pernyataan di atas yang berjumlah 22 orang (25.88%). 4.2.2.2.4 Media Intranet meningkatkan hasil pekerjaan saya (sesuai tugas dan fungsi pekerjaan saya)
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Setuju
2
2.4
2.4
2.4
Ragu-Ragu
68
80.0
80.0
82.4
Setuju
14
16.5
16.5
98.8
1
1.2
1.2
100.0
85
100.0
100.0
Sangat Setuju Total
Tabel 2.2.2.2.4 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (68 orang atau 80% dari jumlah responden secara keseluruhan) memilih untuk bersikap netral atas pernyataan bahwa Media Intranet meningkatkan hasil
81
pekerjaan mereka. Jumlah ini sangat signifikan bila dibandingkan dengan jumlah responden lain yang memilih untuk bersikap menyetujui dan/atau menolak pernyataan di atas yang berjumlah 17 orang atau 20% dari jumlah responden secara keseluruhan. 4.2.2.2.5 Tabel Akumulasi Hasil Tugas Dan Fungsi Pekerjaan No
Persepsi
Skor
Jumlah (Σ Σ)
Persentase (%)
1
Sangat Positif
17 – 20
1
1.18
2
Positif
13 – 16
36
42.35
3
Netral
10 – 12
46
54.12
4
Negatif
7– 9
2
2.35
5
Sangat Negatif
4– 6
0
0
85
100
Total
Tabel 4.2.2.2.5 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (46 orang atau 54.12% dari jumlah responden secara keseluruhan) mempunyai persepsi netral. Disamping itu terdapat 36 orang responden (42.35%) yang memiliki persepsi positif, 1 orang responden (1.18%) mempunyai persepsi sangat positif dan 2 orang responden (2.35%) mempunyai persepsi negatif. Namun tabel di atas juga menunjukkan bahwa tidak ada satu orang responden pun (0%) yang mempunyai persepsi sangat positif atau sangat negatif.
82
4.2.2.3
Motivasi
4.2.2.3.1 Media Intranet memenuhi kebutuhan saya akan informasi yang berhubungan dengan pekerjaan saya
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Setuju
1
1.2
1.2
1.2
Ragu-Ragu
47
55.3
55.3
56.5
Setuju
36
42.4
42.4
98.8
1
1.2
1.2
100.0
85
100.0
100.0
Sangat Setuju Total
Tabel 4.2.2.3.1 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (47 orang atau 55.3 % dari jumlah responden secara keseluruhan) memilih untuk bersikap netral terhadap pernyataan di atas. Sedangkan sebanyak 38 orang responden lainnya (44.7%) memilih untuk mengambil sikap atas pernyataan di atas, baik sangat setuju, setuju, maupun menolak pernyatan di atas. 4.2.2.3.2 Media Intranet menyediakan sarana
untuk berinteraksi/
berhubungan dengan pengguna lain (misalnya: email)
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Setuju
1
1.2
1.2
1.2
Ragu-Ragu
45
52.9
52.9
54.1
Setuju
31
36.5
36.5
90.6
8
9.4
9.4
100.0
85
100.0
100.0
Sangat Setuju Total
Tabel 4.2.2.3.2 di atas menujukkan bahwa mayoritas responden (45 orang atau 52.9% dari jumlah responden keseluruhan) memilih untuk bersikap netral atas pernyataan di atas. Jumlah ini cukup signifikan bila dibandingkan jumlah responden lain yang memilih untuk menentukan sikap atas pernyataan di
83
atas baik sangat setuju, setuju maupun tidak setuju pernyataan di atas yang berjumlah 40 orang (47.1%).
4.2.2.3.3 Media Intranet menjadi salah satu sumber rujukan/referensi bagi utama bagi saya (Bila informasi yang saya butuhkan – berkenaan dengan tugas dan pekerjaan – sudah tersedia di Media Intranet)
Valid
Frequency 4
Percent 4.7
Valid Percent 4.7
Cumulative Percent 4.7
Ragu-Ragu
45
52.9
52.9
57.6
Setuju
35
41.2
41.2
98.8
1
1.2
1.2
100.0
85
100.0
100.0
Tidak Setuju
Sangat Setuju Total
Tabel 4.2.2.3.3 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (45 orang atau 52.9% dari jumlah responden keseluruhan) memilih untuk bersikap netral atas pernyataan di atas. Jumlah ini cukup signifikan bila dibandingkan jumlah responden lain yang memilih untuk menentukan sikap atas pernyataan di atas baik sangat setuju, setuju maupun tidak setuju pernyataan di atas yang berjumlah 40 orang (47.1%).
84
4.2.2.3.4 Media Intranet merupakan media internal yang harus ada di setiap organisasi terutama di instansi saya, karena sangat membantu dalam melaksanakan pekerjaan
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Setuju
1
1.2
1.2
1.2
Ragu-Ragu
36
42.4
42.4
43.5
Setuju
46
54.1
54.1
97.6
2
2.4
2.4
100.0
85
100.0
100.0
Sangat Setuju Total
Tabel 4.2.2.3.4 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (46 orang atau 54.1% dari jumlah responden keseluruhan) menyetujui bahwa Media Intranet
harus
ada
di
setiap
organisasi
kerena
dapat
membantu
pekerjaan.Disamping itu juga terdapat 2 orang responden (2.4%) yang sangat menyetujui pernyataan di atas. Jumlah responden yang memilih untuk menyetujui dan sangat menyetujui pernyataan di atas (48 orang atau 56.47% dari jumlah responden secara keseluruhan) cukup signifikan bila dibandingkan dengan jumlah responden lain yang memilih untuk bersikap netral dan/atau menolak pernyataan di atas yang berjumlah 37 orang (43.53%). 4.2.2.3.5 Media Intranet membuat suasana kerja menjadi lebih kondusif (lebih meningkatkan efisiensi dan memudahkan koordinasi secara internal)
Valid
Cumulative Percent 5.9
Frequency 5
Percent 5.9
Valid Percent 5.9
Ragu-Ragu
49
57.6
57.6
63.5
Setuju
31
36.5
36.5
100.0
Total
85
100.0
100.0
Tidak Setuju
85
Tabel 4.2.2.3.5 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (49 orang atau 57.6% dari keseluruhan populasi memilih untuk bersikap netral atas pernyataan di atas. Jumlah ini cukup signifikan bila dibandingkan dengan jumlah responden lain yang memilih untuk bersikap setuju dan/atau tidak menyetujui pernyataan di atas (36 orang atau 42.4% dari jumlah keseluruhan responden).
4.2.2.3.6 Tabel Akumulasi Motivasi No
Persepsi
Skor
Jumlah (Σ Σ)
Persentase (%)
1
Sangat Positif
21 – 25
2
2.35
2
Positif
17 – 20
50
58.82
3
Netral
13 – 16
32
37.65
4
Negatif
9 – 12
1
1.18
5
Sangat Negatif
5– 8
0
0
85
100
Total
Tabel 4.2.2.3.6 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (50 orang atau 58.82% dari jumlah responden secara keseluruhan) mempunyai persepsi yang positif terhadap Media Intranet, bahkan 2 orang responden (2.35%) mempunyai persepsi yang sangat positif. Meskipun demikian terdapat 32 orang responden (37.65%) yang mempunyai persepsi netral, dan 1 orang responden (1.2%) yang mempunyai persepsi negatif. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa tidak ada satu orang responden pun (0%) yang mempunyai persepsi sangat negatif.
86
4.2.2.4
Kemampuan Dalam Menjalankan Tugas dan Fungsi Pekerjaan
4.2.2.4.1 Media
Intranet
mempermudah
dan/atau
meringankan
pelaksanaan perkerjaan saya
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Setuju
1
1.2
1.2
Ragu-Ragu
45
52.9
52.9
54.1
Setuju
39
45.9
45.9
100.0
Total
85
100.0
100.0
1.2
Tabel 4.2.2.4.1 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (45 orang atau 52.9% dari jumlah keseluruhan responden) memilih untuk bersikap netral terhadap pernyataan di atas, sedangkan 40 orang responden lainnya (47.1%) memilih untuk menyetujui dan/atau tidak menyetujui bahwa Media Intranet mempermudah dan/atau meringankan pelaksanaan pekerjaan mereka. 4.2.2.4.2 Media Intranet membantu saya untuk lebih menguasai bidang pekerjaan saya
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Setuju
7
8.2
8.2
8.2
Ragu-Ragu
65
76.5
76.5
84.7
Setuju
13
15.3
15.3
100.0
Total
85
100.0
100.0
Tabel 4.2.2.4.2 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (65 orang atau 76.5% dari jumlah responden secara keseluruhan) memilih untuk mengambil sikap netral atas pernyataan bahwa Media Intranet membantu mereka untuk lebih menguasai bidang pekerjaan mereka. Jumlah ini signifikan bila dibandingkan dengan jumlah responden yang menyetujui dan/atau menolak pernyataan di atas yang berjumlah 20 orang responden atau 23.5% dari jumlah responden secara keseluruhan.
87
4.2.2.4.3 Informasi yang dimuat di Media Intranet membantu saya untuk meningkatkan keahlian di bidang pekerjaan saya.
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Setuju
5
5.9
5.9
Ragu-Ragu
70
82.4
82.4
88.2
Setuju
10
11.8
11.8
100.0
Total
85
100.0
100.0
5.9
Tabel 4.2.2.4.3 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (70 orang atau 82.4% dari jumlah responden secara keseluruhan) memilih untuk bersikap netral terhadap pernyataan bahwa informasi yang dimuat di Media Intranet membantu mereka untuk meningkatkan keahlian di bidang pekerjaan mereka. Jumlah ini sangat signifikan bila dibandingkan dengan jumlah responden lain yang memilih untuk menyetujui dan/atau tidak menyetujui pernyataan di atas yaitu sebanyak 15 orang responden atau 17.6% dari jumlah responden secara keseluruhan. 4.2.2.4.4 Informasi/referensi yang tersedia di Media Intranet, membantu saya
untuk
meningkatkan
kemampuan
saya
dalam
melaksanakan pekerjaan.
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Setuju
4
4.7
4.7
4.7
Ragu-Ragu
51
60.0
60.0
64.7
Setuju
29
34.1
34.1
98.8
1
1.2
1.2
100.0
85
100.0
100.0
Sangat Setuju Total
Tabel 4.2.2.4.4 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (51 orang atau 60% dari jumlah responden secara keseluruhan) memilih untuk
88
bersikap netral terhadap pernyataan bahwa informasi yang tersedia di Media Intranet
membantu
mereka
untuk
meningkatkan
kemampuan
dalam
melaksanakan pekerjaan. Jumlah ini cukup signifikan bila dibandingkan jumlah responden lain yang memilih untuk menyetujui dan/atau menolak pernyataan di atas yaitu sebanyak 34 orang responden atau 40% dari jumlah responden secara keseluruhan. 4.2.2.4.5 Tabel Akumulasi Kemampuan Dalam Menjalankan Tugas Dan Fungsi Pekerjaan No
Persepsi
Skor
Jumlah (Σ Σ)
Persentase (%)
1
Sangat Positif
17 – 20
0
0
2
Positif
13 – 16
40
47.1
3
Netral
10 – 12
45
52.9
4
Negatif
7– 9
0
0
5
Sangat Negatif
4– 6
0
0
85
100
Total
Tabel 4.2.2.4.5 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (45 orang atau 52.9% dari jumlah responden secara keseluruhan) mempunyai persepsi netral. Disamping itu juga terdapat 40 orang responden (47.1%) yang mempunyai persepsi positif terhadap Media Intranet. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa tidak terdapat satu orang responden pun (0%) yang mempunyai persepsi sangat positif, negatif maupun sangat negatif.
89
4.2.2.5
Tujuan Organisasi
4.2.2.5.1 Media Intranet membantu saya untuk lebih mengerti tentang tujuan dari pekerjaan saya
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Setuju
7
8.2
8.2
Ragu-Ragu
51
60.0
60.0
68.2
Setuju
27
31.8
31.8
100.0
Total
85
100.0
100.0
8.2
Tabel 4.2.2.5.1 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (51 orang atau 60% dari jumlah responden secara keseluruhan) memilih untuk bersikap netral terhadap pernyataan bahwa Media Intranet membantu mereka lebih mengerti tentang tujuan pekerjaan mereka. Jumlah ini cukup signifikan bila dibandingkan jumlah responden lain yang memilih untuk menyetujui dan/atau menolak pernyataan di atas yaitu sebanyak 34 orang responden atau 40% dari jumlah responden secara keseluruhan. 4.2.2.5.2 Media Intranet membantu saya untuk mencapai tujuan pekerjaan saya
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Setuju
4
4.7
4.7
Ragu-Ragu
62
72.9
72.9
77.6
Setuju
19
22.4
22.4
100.0
Total
85
100.0
100.0
4.7
Tabel 4.2.2.5.2 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (62 orang atau 72.9% dari jumlah responden secara keseluruhan) memilih untuk bersikap netral terhadap pernyataan bahwa Media Intranet membantu mereka untuk tujuan pekerjaan mereka. Jumlah ini signifikan bila dibandingkan jumlah
90
responden lain yang memilih untuk menyetujui dan/atau menolak pernyataan di atas yaitu sebanyak 23 orang responden atau 27.1% dari jumlah responden secara keseluruhan. 4.2.2.5.3 Media
Intranet
merupakan
media
yang
bisa
terus
dikembangkan untuk membantu saya dalam mencapai tujuan pekerjaan saya
Valid
Frequency 1
Percent 1.2
Valid Percent 1.2
Cumulative Percent 1.2
Ragu-Ragu
33
38.8
38.8
40.0
Setuju
46
54.1
54.1
94.1 100.0
Tidak Setuju
Sangat Setuju Total
5
5.9
5.9
85
100.0
100.0
Tabel 4.2.2.5.3 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (46 orang atau 54.1% dari jumlah responden secara keseluruhan) menyetujui bahwa Media Intranet merupakan media yang dapat terus dikembangkan untuk membantu dalam mencapai tujuan pekerjaan mereka. Disamping itu juga terdapat 5 orang responden (5.9%) yang sangat menyetujui pernyataan tersebut. Jumlah ini cukup signifikan bila dibandingkan jumlah responden lain yang memilih untuk bersikap netral dan/atau menolak pernyataan di atas yaitu sebanyak 34 orang responden atau 40% dari jumlah responden secara keseluruhan.
91
4.2.2.5.4 Media Intranet membantu saya untuk lebih mengerti tujuan dari unit kerja saya
Valid
Cumulative Percent 5.9
Frequency 5
Percent 5.9
Valid Percent 5.9
Ragu-Ragu
68
80.0
80.0
85.9
Setuju
12
14.1
14.1
100.0
Total
85
100.0
100.0
Tidak Setuju
Tabel 4.2.2.5.4 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (68 orang atau 80% dari jumlah responden secara keseluruhan) memilih untuk bersikap netral terhadap pernyataan bahwa Media Intranet membantu mereka untuk lebih mengerti tujuan dari unit kerja mereka. Jumlah ini sangat signifikan bila dibandingkan jumlah responden lain yang memilih untuk menyetujui dan/atau menolak pernyataan di atas yaitu sebanyak 17 orang responden atau 20% dari jumlah responden secara keseluruhan. 4.2.2.5.5 Media Intranet membantu saya untuk memahami cara mencapai tujuan dari unit kerja saya
Valid
Cumulative Percent 7.1
Frequency 6
Percent 7.1
Valid Percent 7.1
Ragu-Ragu
66
77.6
77.6
84.7
Setuju
13
15.3
15.3
100.0
Total
85
100.0
100.0
Tidak Setuju
Tabel 4.2.2.5.5 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (66 orang atau 77.6% dari jumlah responden secara keseluruhan) memilih untuk bersikap netral terhadap pernyataan bahwa Media Intranet membantu mereka untuk memahami cara mencapai tujuan dari unit kerja mereka. Jumlah ini signifikan bila dibandingkan jumlah responden lain yang memilih untuk
92
menyetujui dan/atau menolak pernyataan di atas yaitu sebanyak 19 orang responden atau 22.4% dari jumlah responden secara keseluruhan. 4.2.2.5.6 Media Intranet membantu saya untuk mencapai tujuan unit kerja saya
Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
Tidak Setuju
2
2.4
2.4
Ragu-Ragu
71
83.5
83.5
85.9
Setuju
12
14.1
14.1
100.0
Total
85
100.0
100.0
2.4
Tabel 4.2.2.5.6 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (71 orang atau 83.5% dari jumlah responden secara keseluruhan) memilih untuk bersikap netral terhadap pernyataan bahwa Media Intranet membantu mereka untuk mencapai tujuan dari unit kerja mereka. Jumlah ini sangat signifikan bila dibandingkan jumlah responden lain yang memilih untuk menyetujui dan/atau menolak pernyataan di atas yaitu sebanyak 14 orang responden atau 16.5% dari jumlah responden secara keseluruhan. 4.2.2.5.7 Media
Intranet
merupakan
media
yang
bisa
terus
dikembangkan untuk membantu saya dalam mencapai tujuan dari unit kerja saya
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Setuju
1
1.2
1.2
1.2
Ragu-Ragu
30
35.3
35.3
36.5
Setuju
49
57.6
57.6
94.1
5
5.9
5.9
100.0
85
100.0
100.0
Sangat Setuju Total
93
Tabel 4.2.2.5.7 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (49 orang atau 57% dari jumlah responden secara keseluruhan) menyetujui pernyataan bahwa Media Intranet merupakan media yang bisa terus dikembangkan untuk membantu mereka dalam mencapai tujuan dari unit kerja mereka. Disamping itu terdapat 5 orang responden (5.9%) yang menyatakan sangat setuju dengan pernyataan di atas. Jumlah ini cukup signifikan bila dibandingkan jumlah responden lain yang memilih untuk bersikap netral dan/atau menolak pernyataan di atas yaitu sebanyak 31 orang responden atau 36.5% dari jumlah responden secara keseluruhan. 4.2.2.5.8 Tabel Akumulasi Tujuan Organisasi No
Persepsi
Skor
Jumlah (Σ Σ)
Persentase (%)
1
Sangat Positif
31 – 35
0
0
2
Positif
25 – 30
22
25.90
3
Netral
19 – 24
62
72.94
4
Negatif
13 – 18
1
1.8
5
Sangat Negatif
7 – 12
0
0
85
100
Total
Tabel 4.2.2.5.8 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (62 orang atau 72.94% dari jumlah responden secara keseluruhan) mempunyai persepsi netral. Disamping itu terdapat 22 orang responden (25.90%) mempunyai persepsi positif terhadap Media Intranet dan 1 orang responden lainnya (1.8%) mempunyai persepsi negatif. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa tidak terdapat satu orang responden pun (0%) yang mempunyai persepsi sangat positif maupun sangat negatif.
94
4.2.2.6 No
Tabel Akumulasi Persepsi Persepsi
Skor
Jumlah (Σ Σ)
Persentase (%)
1
Sangat Positif
89 – 105
0
0
2
Positif
72 – 88
35
41.2
3
Netral
55 – 71
49
57.6
4
Negatif
38 – 54
1
1.2
5
Sangat Negatif
21 – 37
0
0
85
100
Total
Tabel 4.2.2.6 di atas memperlihatkan bahwa mayoritas responden (49 orang responden atau 57.6% dari jumlah responden keseluruhan) bersikap netral atau tidak memiliki kecenderungan persepsi tertentu. Meskipun demikian terdapat sejumlah 35 orang responden (41.2%) mempunyai persepsi yang positif terhadap penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja, dan hanya 1 orang responden (1.2%) yang mempunyai persepsi yang negatif terhadap penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa tidak terdapat satu orang responden pun yang mempunyai persepsi sangat positif maupun sangat negatif terhadap penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja. Hasil di atas menunjukkan bahwa meskipun semua responden telah memiliki akses ke Media Intranet, namun sebagian besar responden belum bisa memberikan pendapat mereka tentang penggunaan Media Intranet untuk menunjang kinerja mereka.
95
4.2.2.7
Data Tambahan Sebagai data tambahan, persepsi karyawan dari jenis kelamin, usia
dan latar belakang pendidikan, bisa dilihat melalui tabel-tabel silang di bawah ini. 4.2.2.7.1 Tabel Silang Persepsi Dengan Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin No
Persepsi
Skor
1
2
Total
Σ
%
Σ
%
Σ
%
1
Sangat Positif
89 – 105
0
0.00
0
0
0
0.0
2
Positif
72 – 88
27
42.19
8
38.1
35
41.2
3
Netral
55 – 71
37
57.81
12
57.1
49
57.6
4
Negatif
38 – 54
0
0.00
1
4.8
1
1.2
5
Sangat Negatif
21 – 37
0
0.00
0
0.0
0
0.0
64
100
21
100
85
100
Total
Keterangan: 1. Laki-laki 2. Perempuan Tabel 4.2.2.7.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki jenis kelamin laki-laki (75.3%). Mayoritas responden laki-laki (37 orang atau 57.81 %) mempunyai persepsi netral terhadap penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja mereka, sedangkan sisanya (42.19% / 27 orang responden) mempunyai persepsi positif terhadap penggunaan Media Intranet. Hal ini tidak berbeda jauh dengan hasil yang diperoleh dari responden dengan jenis kelamin perempuan. Mayoritas responden perempuan (12 orang atau 57.1%) mempunyai persepsi netral terhadap penggunaan Media
96
Intranet dalam menunjang kinerja karyawan, disamping itu terdapat 8 orang responden perempuan (38.1%) yang mempunyai persepsi positif dan 1 orang responden perempuan (4.8%) mempunyai negatif terhadap penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja. Terdapat kesamaan antara jumlah responden laki-laki dan responden perempuan yang mempunyaipersepsi netral, yaitu pada kisaran 57% dari seluruh responden dari masing-masing jenis kelamin. Hasil ini mempertegas hasil yang ditunjukkan oleh tabel akumulasi persepsi karyawan, dimana sebagian besar responden memang memilih untuk bersikap netral terhadap penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja mereka.
4.2.2.7.2 Tabel Silang Persepsi Dengan Usia Responden Usia No
Persepsi
Skor
1
2
3
4
Total
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Σ
%
1
Sangat Positif
89 – 105
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0
0
0.0
2
Positif
72 – 88
0
0.0
7
77.8
26
38.8
2
25
35
41.2
3
Netral
55 – 71
1
100
1
11.1
41
61.2
6
75
49
57.6
4
Negatif
38 – 54
0
0.0
1
11.1
0
0.0
0
0
1
1.2
5
Sangat Negatif
21 – 37
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0
0
0.0
1
100
9
100
67
100
8
100
85
100
Total
Keterangan 1.
20 – 29 Tahun
2.
30 – 39 Tahun
3.
40 – 49 Tahun
4.
> 50 Tahun
97
Tabel 4.2.2.7.2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden (67 orang) berada pada usia diantara 40 – 50 tahun, disamping itu terdapat responden dengan usia antara 20 – 29 tahun (1 orang), berusia antara 30 – 39 tahun (9 orang) dan berusia di atas 50 tahun sebanyak 8 orang. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa mayoritas responden yang mempunyai persepsi positif terhadap penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja mereka berada pada rentang usia antara 30 – 39 tahun, namun satu-satunya responden yang mempunyai persepsi negatif juga berada di rentang usia ini (30 – 39 tahun). Sedangkan mayoritas responden yang mempunyai persepsi netral berada pada rentang usia antara 40 – 49 tahun. Kesimpulan dari tabel di atas adalah mayoritas reponden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan Media Intranet adalah responden yang memiliki rentang usia antara 30 – 39 tahun.
4.2.2.7.3 Tabel Silang Persepsi Dengan Latar Belakang Pendidikan Responden Pendidikan No
Persepsi
Skor
1
2
3
4
5
Total
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Σ
%
1
Sangat Positif
89 – 105
0
0.0
0
0
0
0.0
0
00
0
0
0
0.0
2
Positif
72 – 88
26
37.7
0
0
7
58.3
2
50
0
0
35
41.2
3
Netral
55 – 71
42
60.9
0
0
5
41.7
2
50
0
0
49
57.6
4
Negatif
38 – 54
1
1.4
0
0
0
0.0
0
0.0
0
0
0
1.2
5
Sangat Negatif
21 – 37
0
0.0
0
0
0
0.0
0
0.0
0
0
0
0.0
69
100
0
0
12
100
4
100
0
0
85
100
Total
98
Keterangan 1. SMA dan sederajat 2. Diploma 3. Sarjana (S1) 4. Pasca Sarjana (S2) 5. Doktor (S3) Tabel 4.2.2.7.3 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki latar belakang pendidikan SMA atau sederajat yaitu sebanyak 69 orang (81.2%). Disamping itu terdapat responden dengan latar pendidikan sarjana (S1) sebanyak 12 orang (14.1%) dan terdapat 4 orang responden (4.7%) dengan latar belakang pendidikan pasca sarjana (S2). Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden dengan latar pendidikan SMA atau sederajat mempunyai persepsi netral terhadap penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja. Sedangkan mayoritas responden dengan latar belakang pendidikan sarjana (S1) mempunyai persepsi yang positif terhadap penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja. Responden dengan latar belakang pendidikan pasca sarjana terbagi kedalam 2 (dua) kelompok, 50% mempunyai persepsi netral dan 50% mempunyai persepsi positif. Kesimpulan dari tabel di atas adalah mayoritas responden yang memiliki latar belakang pendidikan Sarjana (S1) memiliki persepsi positif terhadap penggunaan Media Intranet untuk menunjang kinerja mereka.
99
4.3 Pembahasan. Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi netral terhadap penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja karyawan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jumlah responden yang mempunyai persepsi yang positif sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan sarjana (S1) dan berada pada rentang usia 30 – 39 tahun. Satu-satunya responden yang mempunyai persepsi negatif juga berada pada rentang usia 30 – 39 tahun, namun dengan latar pendidikan SMA atau sederajat. Hal ini sedikit banyak mengindikasikan bahwa responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja karyawan adalah para karyawan yang memiliki latar pendidikan sarjana (S1) dan berada pada rentang usia 30 – 40 tahun. Meskipun menurut Scott M Cuttlip dan Allan H Center menggunakan Intranet akan membuat karyawan lebih produktif karena informasi dapat ditemukan dengan cepat dan disebarluaskan secara mudah, hasil penelitian menunjukkan mayoritas karyawan ternyata mempunyai persepsi netral. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas karyawan belum bisa menentukan sikap apakah penggunaan Media Intranet dapat menunjang kinerja atau tidak, atau dengan kata lain belum semua responden merasakan manfaat Media Intranet untuk menunjang kinerja mereka. Berdasarkan wawancara dengan beberapa orang responden ditemukan beberapa fakta sebagai berikut:
100
1.
Belum semua informasi yang dibutuhkan telah tersedia di Media Intranet. Hal ini disebabkan karena Media Intranet di Departemen Kehutanan masih dalam tahap penerapan dan masih terus dikembangkan.
2.
Belum semua karyawan memiliki keahlian untuk menggunakan Media Intranet.
3.
Belum semua karyawan menggunakan Media Intranet secara intensif. Terutama karyawan-karyawan yang sering melakukan tugas ke lapangan.
4.
Mayoritas karyawan yang menggunakan Media Intranet secara aktif adalah karyawan yang berusia di bawah 40 tahun, dan memiliki latar belakang pendidikan Sarjana (S1). Sedangkan mayoritas karyawan di Pusat Inventarisasi dan Pemetaan Kehutanan memiliki latar belakang pendidikan setingkat SMA, dan berusia di atas 40 tahun. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan Media Intranet adalah para karyawan yang memiliki latar belakang pendidikan sarjana (S) dan berusia diantara 30 – 39 tahun.
Hal di atas menunjukkan bahwa selain fasilitas dan informasi yang tersedia melalui Media Intranet, kemampuan sumber daya manusia dalam menggunakan Media Intranet juga sangat menentukan persepsi mereka terhadap kegunaan Media ini. Perlu dicatat meskipun mayoritas responden mempunyai persepsi netral tentang penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja karyawan, namun dari hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa mayoritas responden setuju bahwa Media Intranet merupakan media yang harus ada di setiap organisasi
101
(pertanyaan no 9), mayoritas responden juga setuju bahwa Media Intranet dapat terus dikembangkan untuk membantu mereka mencapai tujuan dari pekerjaan dan unit kerja mereka (pertanyaan no 17 dan 21). Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Media Intranet di Departemen Kehutanan dianggap penting oleh mayoritas responden, namun masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Mengingat bahwa mayoritas responden mempunyai persepsi netral terhadap penggunaan Media Intranet, secara tidak langsung hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang harus dibenahi baik dari sisi Media Intranet nya sendiri, maupun dari sisi pengguna. Seperti yang diutarakan oleh Leoinie Dijkstra57 dalam artikelnya “Intranet & Portals - Intranet as a means to realize company goals”, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan untuk membuat Intranet menjadi media yang berhasil, yaitu: 1.
Media Intranet haruslah bangun dan dikembangkan sesuai dengan tujuan organisasi, dan harus bisa memberikan bantuan untuk memecahkan permasalahan (dari sisi informasi). Tujuan utama dibangunnya Intranet di suatu organisasi adalah untuk membantu suatu organisasi tersebut untuk mencapai tujuannya. Salah satu bantuan yang bisa diberikan oleh Media Intranet adalah tersedianya informasi yang menyangkut tugas dan fungsi dari masingmasing bagiannya serta berbagai informasi lainnya yang terkait dengan organisasi, serta menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan operasional di suatu organisasi.
57
Leonie Dijkstra, “Intranet & Portals - Intranet as a means to realize company goals”, www.lostboys.nl, Netherland, 2004
102
2.
Media Intranet harus bisa memenuhi kebutuhan setiap individu di dalam suatu organisasi Alasan utama karyawan di suatu organisasi untuk menggunakan Media Intranet adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka, baik berupa informasi maupun fasilitas-fasilitas yang tersedia di Intranet.
3.
Media Intranet harus mudah diakses dan mudah digunakan oleh para pekerja/karyawan. Hal ini sangat penting karena bila Media Intranet tidak mudah diakses dan tidak mudah digunakan, akan mengakibatkan Media ini ditinggalkan oleh penggunanya.
4.
Media Intranet haruslah dikembangkan secara bertahap. Media Intranet harus dikembangkan dimulai dari hal-hal paling mendasar yang dapat memenuhi kebutuhan para penggunanya (primer). Hal-hal mendasar ini dapat diketahui melalui survey yang dilakukan baik pada sekuruh pengguna maupun pada seluruh calon pengguna. Setelah kebutuhan-kebutuhan
mendasar
para
pengguna
dapat
dipenuhi,
selanjutnya pengembangan dilanjutkan pada hal-hal lain yang lebih bersifat sekunder. 5.
Semua karyawan harus diwajibkan untuk menggunakan Media Intranet Jika karyawan tidak diwajibkan untuk menggunakan media ini, maka sebagus apapun Media Intranet di suatu organisasi akan menjadi sia-sia sehingga tujuan dari dibangunnya Media Intranet – yaitu untuk mendukung organisasi dalam mencapai tujuannya – tidak akan tercapai.
103
Bila ke lima hal di atas sudah terpenuhi dengan baik, maka barulah Media Intranet di suatu organisasi – dalam hal ini Departemen Kehutanan – dapat berfungsi secara optimal guna menunjang kinerja karyawan
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian memprlihatkan bahwa bahwa mayoritas responden (49 orang responden atau 57.6% dari jumlah responden keseluruhan) mempunyai persepsi netral tentang penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja. Meskipun demikian terdapat sejumlah 35 orang responden (41.2%) mempunyai persepsi yang positif terhadap penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja, dan hanya 1 orang responden (1.2%) yang mempunyai persepsi yang negatif terhadap penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat satu orang responden pun (0%) yang mempunyai persepsi sangat positif maupun sangat negatif terhadap penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden mempunyai persepsi yang netral terhadap penggunaan Media Intranet sebagai penunjang kinerja mereka, dengan kata lain belum semua responden mengganggap bahwa Media Intranet merupakan media internal yang menunjang kinerja mereka.
104
105
5.2 Saran
Dari hasil penelitian di atas yang memperlihatkan bahwa mayoritas responden cenderung mempunyai persepsi netral terhadap penggunaan Media Intranet dalam menunjang kinerja mereka, penulis memiliki beberapa saran untuk mengoptimalkan media ini: 1.
Media Intranet harus bisa memenuhi kebutuhan setiap individu di dalam organisasi terutama terkait dengan informasi-informasi yang menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi pekerjaan mereka.
2.
Informasi yang dimuat di Media Intranet harus selalu update. Hal ini dilakukan bila informasi baru telah tersedia. Peng-update-an ini dilakukan kapanpun bila memang perlu, namun pemantauan terhadap kekinian dari informasi harus dilakukan setiap saat.
3.
Melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada para karyawan tentang cara menggunakan
4.
Mensosialisasikan manfaat Media Intranet kepada para karyawan.
5.
Membiasakan karyawan untuk mencari informasi yang mereka butuhkan melalui Media Intranet.
DAFTAR PUSTAKA
A. W. Widjaja, “Komunikasi dan Humas”, Bina Aksara, Jakarta, 1993 Bulaeng, Andi, “Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer”, Andi, Yogyakarta, 2004 Cutlip, Scott M, “Effective Public Relations”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006 Effendy, Onong Uchjana, “Ilmu Komunikasi – Teori dan Praktek”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1984 Kriyantono, Rachmat, “Teknik Praktis Riset Komunikasi”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006 Mangkunegara, Anwar Prabu, “Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001 Muhammad, Arni, “Komunikasi Organisasi”, Bumi Aksara, Jakarta 2005 Mulyana, Dedy, “Ilmu Komunikasi – Suatu Pengantar”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005 Nawawi, Hadari, “Metode Penelitian Bidang Sosial”, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1991 Rakhmat, Jalaluddin, “Metode Penelitian Komunikasi”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993 _______, “Psikologi Komunikasi”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005 Sendjaja, Sasa Djuarsa, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, Universitas Terbuka, Jakarta, 1999 Sugiono, “Metode Penelitian Administrasi”, CV Alfabeta, Bandung, 2006 Tika, H. Moh. Pabundu, “Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan”, Bumi Aksara, Jakarta, 2006 Umar, Husein, “Metode Riset Komunikasi Organisasi”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2002
Sumber Lain: Leonie Dijkstra, “Intranet & Portals - Intranet as a means to realize company goals”, www.lostboys.nl, Netherland, 2004 http://www.online-pr.com/webref2.htm#Intranets, 2007
DAFTAR LAMPIRAN
1. Bio Data Penulis 2. Quesioner 3. Coding Book 4. Coding Sheet 5. Contoh halaman Intranet Departemen Kehutanan
BIO DATA PENULIS
I. Identitas Pribadi Nama Tempat/tanggal lahir Alamat
: Ronny Rivia : Bukittinggi, 1 November 1979 : Jl Karang Pola Dalam II No 3 RT 009/09 Pasar Minggu – Jakarta Selatan 12540
II. Riwayat Pendidikan 1. 1986 – 1992 2. 1992 – 1995 3. 1995 – 1998 4. 1998 – 2001
: Sekolah Dasar Negeri 30 Lundang - Bukittinggi : MIA Sei Beringin - Bukittinggi : SMUN 1 IV Angkat Candung - Bukittinggi : Diploma 3 Kearsipan, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia Depok
Coding Book No 1
Indikator Jenis Kelamin (2a)
Kode 1 2
Arti Kode Laki - Laki Perempuan
2
Usia (2b)
1 2 3 4
20 - 29 Tahun 30 - 39 Tahun 40 - 49 Tahun > 50 Tahun
3
Pendidikan (2c)
1 2 3 4 5
SMA Sederajat Diploma Sarjana (S1) Pasca Sarjana (S2) Doktor (S3)
4
3.1 - Media Intranet membantu saya dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan deadline (tenggat waktu)
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
5
3.2 - Media Intranet membantu pekerjaan saya (sesuai dengan tugas dan fungsi pekerjaan saya)
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
6
3.3 - Media Intranet meningkatkan efisiensi pekerjaan saya (sesuai tugas dan fungsi pekerjaan saya)
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
7
3.4 - Media Intranet membantu saya untuk lebih fokus dalam melaksanakan pekerjaan (sesuai tugas dan fungsi pekerjaan saya)
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
8
3.5 - Media Intranet meningkatkan hasil pekerjaan saya (sesuai tugas dan fungsi pekerjaan saya)
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
9
3.6 -Media Intranet memenuhi kebutuhan saya akan informasi yang berhubungan dengan pekerjaan saya
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
No 10
Indikator 3.7 - Media Intranet menyediakan sarana untuk berinteraksi/berhubungan dengan pengguna lain (misalnya: email)
Kode 1 2 3 4 5
Arti Kode Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
11
3.8 - Media Intranet menjadi salah satu sumber rujukan/referensi bagi utama bagi saya (Bila informasi yang saya butuhkan – berkenaan dengan tugas dan pekerjaan – sudah tersedia di Media Intranet)
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
12
3.9 - Media Intranet merupakan media internal yang harus ada di setiap organisasi terutama di instansi saya, karena sangat membantu dalam melaksanakan pekerjaan
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
13
3.10 - Media Intranet membuat suasana kerja menjadi lebih kondusif (lebih meningkatkan efisiensi dan memudahkan koordinasi secara internal)
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
14
3.11 - Media Intranet mempermudah dan/atau meringankan pelaksanaan perkerjaan saya
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
15
3.12 - Media Intranet membantu saya untuk lebih menguasai bidang pekerjaan saya
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
16
3.13 - Informasi yang dimuat di Media Intranet membantu saya untuk meningkatkan keahlian di bidang pekerjaan saya.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
17
3.14 - Informasi/referensi yang tersedia di Media Intranet, membantu saya untuk meningkatkan kemampuan saya dalam melaksanakan pekerjaan.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
No 18
Indikator 3.15 - Media Intranet membantu saya untuk lebih mengerti tentang tujuan dari pekerjaan saya
19
3.16 - Media Intranet membantu saya untuk mencapai tujuan pekerjaan saya
20
Kode 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Arti Kode Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
3.17 - Media Intranet merupakan media yang bisa terus dikembangkan untuk membantu saya dalam mencapai tujuan pekerjaan saya
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
21
3.18 - Media Intranet membantu saya untuk lebih mengerti tujuan dari unit kerja saya
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
22
3.19 - Media Intranet membantu saya untuk memahami cara mencapai tujuan dari unit kerja saya
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
23
3.20 - Media Intranet membantu saya untuk mencapai tujuan unit kerja saya
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
24
3.21 - Media Intranet merupakan media yang bisa terus dikembangkan untuk membantu saya dalam mencapai tujuan dari unit kerja saya
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - Ragu Setuju Sangat Setuju
No. Jenis Usia Pendidikan Responden Kelamin (2b) (2c) 3.1 3.2 (2a) 1 1 4 4 2 2 2 2 2 3 4 4 3 1 3 4 4 4 4 1 3 4 3 3 5 1 2 3 2 3 6 1 3 3 3 3 7 1 2 3 2 4 8 2 3 1 3 3 9 1 4 1 3 3 10 2 2 1 2 2 11 2 2 3 4 4 12 1 3 4 2 2 13 1 3 3 4 4 14 1 1 3 4 4 15 1 3 1 4 4 16 1 3 1 4 4 17 1 3 3 3 4 18 2 3 1 4 4 19 1 3 1 3 4 20 2 3 1 3 3 21 1 3 1 4 4 22 1 3 1 4 4 23 1 3 1 3 3 24 1 3 1 4 3 25 2 3 1 4 4 26 1 3 1 4 4 27 2 3 1 3 4 28 2 3 1 4 3 2 3 4 3 4 3 4 3 3 2 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 3 2 3 4 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3
2 3 4 3 3 3 4 3 3 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3
4 4 4 3 3 3 5 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4
5 5 4 4 3 3 5 3 3 3 5 5 5 5 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3
3.3 3.4 3.5 3.6 3.7
Total skor 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 3.15 3.16 3.17 3.18 3.19 3.20 3.21 persepsi 4 4 2 3 2 4 2 2 2 5 2 2 4 5 62 4 3 3 4 4 3 5 4 4 3 4 4 4 4 79 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 83 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 72 5 5 3 3 2 2 4 2 4 5 4 3 3 3 70 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 2 4 4 4 4 2 3 2 4 5 3 4 3 5 76 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 45 4 5 4 4 2 4 4 4 4 5 4 2 4 5 82 4 4 2 3 4 2 2 2 2 4 2 2 2 5 61 3 4 2 4 2 2 2 2 2 4 2 2 4 5 67 2 4 2 4 2 2 4 2 4 4 2 2 3 3 65 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 73 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 74 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 71 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 74 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 74 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 78 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 78 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 70 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 74 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 75 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 71 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 73
Pertanyaan tentang persepsi
Coding Sheet
No. Jenis Usia Pendidikan Responden Kelamin (2b) (2c) 3.1 3.2 (2a) 29 1 3 1 4 4 30 1 3 1 3 4 31 1 3 1 4 4 32 1 3 1 3 3 33 1 3 1 4 3 34 1 3 1 3 3 35 1 3 1 3 3 36 1 3 1 3 3 37 1 3 1 4 3 38 1 4 1 4 4 39 1 3 1 3 3 40 1 3 1 4 3 41 1 3 1 4 3 42 1 3 1 3 3 43 1 3 1 4 3 44 1 3 1 3 3 45 1 4 1 4 3 46 1 3 1 3 3 47 1 3 1 4 4 48 2 3 1 3 3 49 2 3 1 3 3 50 2 3 1 3 3 51 1 3 1 4 3 52 1 3 1 4 3 53 1 3 1 4 3 54 2 4 1 3 3 55 1 3 1 3 3 56 1 3 1 4 3 57 1 3 1 4 3 58 1 3 1 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4
3.3 3.4 3.5 3.6 3.7
Total skor 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 3.15 3.16 3.17 3.18 3.19 3.20 3.21 persepsi 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 74 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 71 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 73 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 69 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 68 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 71 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 75 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 72 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 70 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 73 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 69 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 73 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 73 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 74 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 64 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 68 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 77 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 79
Pertanyaan tentang persepsi
No. Jenis Usia Pendidikan Responden Kelamin (2b) (2c) 3.1 3.2 (2a) 59 2 3 1 3 3 60 1 3 1 3 3 61 1 3 1 3 3 62 1 3 1 4 3 63 1 4 1 3 4 64 1 3 1 4 3 65 1 3 1 3 3 66 2 3 1 3 3 67 1 3 1 4 4 68 2 4 1 3 3 69 2 3 1 3 3 70 1 3 1 3 3 71 1 3 1 4 4 72 1 3 1 4 4 73 2 3 1 3 4 74 1 4 1 4 3 75 1 3 1 4 4 76 1 3 1 4 4 77 1 3 1 4 3 78 1 2 3 4 4 79 2 3 1 4 4 80 1 3 1 3 3 81 1 2 3 3 3 82 2 3 1 4 4 83 1 3 1 4 4 84 1 2 3 3 4 85 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 5 3 3 4 3 3 4 4
3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4
3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 5 4 3 4 4
3.3 3.4 3.5 3.6 3.7
Total skor 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 3.15 3.16 3.17 3.18 3.19 3.20 3.21 persepsi 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 68 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 67 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 66 2 4 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 70 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 74 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 77 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 72 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 75 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 75 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 74 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 64 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 81 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 73 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 80 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 70 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 67 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 77 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 76
Pertanyaan tentang persepsi