21
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lapangan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam satu blok, yaitu di petak penelitian permanen teknologi penyadapan getah pinus (blok Cikatomas) dengan total luas areal 2,5 ha dan pada ketinggian 726−737 mdpl. Keadaan topografi dipilih sama atau seragam untuk semua perlakuan.
Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas. Keadaan pohon untuk masing-masing perlakuan sudah pernah disadap sebelumnya. Pemilihan pohon dirancang secara acak untuk setiap perlakuan dengan komposisi produktivitas getah beragam mulai dari terkecil hingga terbesar yang disebar secara sistematis dan merata untuk setiap perlakuan. Pemilihan pohon berdasarkan kelas diameter yang telah ditentukan, yaitu >30 cm dan merupakan pohon sehat. Dalam pemilihan pohon contoh dilakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui kemampuan pohon dalam mengeluarkan getah yang akan menjadi pertimbangan dalam pemilihan pohon contoh. Penelitian pendahuluan dilakukan sebanyak 3 kali panen dengan periode pelukaan 3 hari tanpa diberi ETRAT selama 10 hari dan menggunakan 100 pohon contoh. Getah yang didapat untuk setiap kali panen ditimbang dengan menggunakan timbangan digital, setelah 3 kali panen produktivitas getah dihitung rata-ratanya perpohon. Apabila ada pohon yang sedikit sekali mengeluarkan getah atau terlalu banyak mengeluarkan getah maka pohon tersebut tidak akan terpilih sebagai pohon contoh. Jumlah pohon yang digunakan sebanyak 20 pohon contoh untuk masingmasing perlakuan sehingga total pohon yang digunakan adalah 80 pohon pinus.
22
5.2 Produktivitas Getah Pinus Selama Penelitian Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 perlakuan berdasarkan perbedaan periode pelukaan, yaitu perlakuan A dengan periode pelukaan 3 hari tanpa diberi ETRAT (kontrol), perlakuan B dengan periode pelukaan 3 hari dengan diberi ETRAT, perlakuan C dengan periode pelukaan 5 hari dengan diberi ETRAT dan perlakuan D dengan periode pelukaan 7 hari dengan diberi ETRAT. Masing-masing periode menunjukkan jumlah hari pada saat getah akan dipanen. Penelitian ini dilakukan selama 35 hari sehingga untuk periode 3 hari pelukaan dilakukan 11 kali panen, untuk periode pelukaan 5 hari dilakukan 7 kali panen dan untuk periode pelukaan 7 hari dilakukan 5 kali panen. Meskipun pengulangan panennya berbeda-beda, namun satuan yang menjadi acuan dalam perhitungan adalah gram/bor/hari. Selain menggunakan metode bor peningkatan hasil sadapan getah pinus dapat dilakukan dengan penambahan ETRAT yang selama ini sudah digunakan di HPGW. Penambahan ETRAT dilakukan dengan cara menyemprotkan ETRAT ke luka sadap pada setiap kali pengeboran. Menurut Santosa (2011) ETRAT merupakan formulasi terbaru, dimana formulasi tersebut mengandung ZPT (ethylene) dan asam organik dalam satu larutan. Dengan demikian ETRAT mempunyai dua fungsi, yaitu merangsang keluarnya getah dan memperlancar keluarnya getah. ETRAT 12.40 yang digunakan dalam penelitian ini diproduksi oleh CV. Permata Hijau Lestari dengan komposisi 100 ppm ethylene dan 150 ppm asam sitrat dan dijual dengan harga Rp 12.000/liter. Bahan kimia yang terkandung dalam ETRAT 12.40 ini tidak berbahaya baik bagi kesehatan para penyadap, kondisi pohon yang disadap dan lingkungan sekitar (Putri 2011). Hasil penelitian menunjukkan produktivitas getah pinus yang berbeda-beda pada setiap perlakuannya. Secara umum produktivitas rata-rata penyadapan getah pinus berdasarkan perlakuan dan periode waktu pembaharuan luka dapat dilihat pada Gambar 3.
23
25
20.93 17.40
20 15
16.12 A = Kontrol
12,31 12.31
B = Pelukaan 3 hari 10
C = Pelukaan 5 hari D = Pelukaan 7 hari
5 0 A
B
C
D
Gambar 3 Produktivitas rata-rata penyadapan getah pinus pada 4 perlakuan (gram/bor/hari). Berdasarkan Gambar 3 terlihat rata-rata produktivitas hasil sadapan getah pinus yang paling banyak adalah periode pelukaan 3 hari dengan diberi ETRAT yaitu sebesar 20,93 gram/bor/hari. Produktivitas rata-rata getah terendah dengan pemberian ETRAT didapat pada periode pelukaan 7 hari yaitu 16,12 gram/bor/hari dan untuk produksi getah pinus rata-rata terendah adalah perlakuan kontrol periode pelukaan 3 hari tanpa pemberian ETRAT dengan rata-rata produktivitas getah sebanyak 12,31 gram/bor/hari. Periode pelukaan 3 hari dengan pemberian ETRAT menghasilkan produktivitas rata-rata getah yang tinggi dibanding dengan periode lainnya. Hal ini dikarenakan pelukaan dengan pemberian ETRAT yang lebih sering dilakukan. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu periode pembaharuan luka maka semakin menurun rata-rata produktivitas getah pinus yang didapat. Berdasarkan data Gambar 3 terjadi peningkatan produktivitas getah pinus pada periode pelukaan yang sama yaitu 3 hari dengan perlakuan diberi dan tidak diberi tambahan stimulansia ETRAT atau kontrol sebesar 70,02%. Berdasarkan hasil penelitian penyadapan pinus dengan menggunakan metode bor menghasilkan getah yang berkualitas bagus berdasarkan penampakan fisiknya karena tidak terdapat kotoran sehingga kualitas gondorukem yang dihasilkan nantinya juga bagus. Getah yang keluar dari batang langsung disalurkan oleh pipa paralon kedalam wadah penampung plastik sehingga kadar kotoran yang bercampur dengan getah sedikit bahkan tidak ada. Lubang sadap
24
yang diberi pipa paralon ini bertujuan agar udara tidak langsung kontak dengan bidang sadapannya sehingga getah akan mengalir lebih lama kedalam wadah plastik penampung getah karena suhu udara akan mempengaruhi cepat lambatnya pembekuan getah. Suhu yang rendah akan menghambat aliran getah pada bidang sadapan dikarenakan getah yang cepat membeku. Pelukaan awal pada pohon pinus menyebabkan stress pada batang yang mempengaruhi
metabolisme
sekunder.
Metabolisme
sekunder
ini
akan
merangsang keluarnya getah untuk memperbaiki sel-sel yang luka atau untuk menutup luka. Produktivitas rata-rata getah yang dihasilkan dalam setiap panennya berbeda-beda. Untuk mengetahui grafik kecenderungan produktivitas rata-rata penyadapan getah pinus dalam setiap panennya dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Kecenderungan produktivitas rata-rata getah pinus setiap panennya pada berbagai periode pelukaan (gram/bor/hari). Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa produktivitas rata-rata getah untuk setiap kali panennya dari masing-masing periode pelukaan berbeda-beda. Terlihat bahwa terjadi pola kecenderungan peningkatan dan penurunan produktivitas getah pinus yang dihasilkan. Hal ini berkaitan dengan proses kerja stimulansia ETRAT yang diberikan dan proses metabolisme sekunder pohon pinus itu sendiri. Menurut Santosa (2011) produktivitas yang masih rendah pada awal periode penyadapan sampai dengan 12 hari disebabkan pemberian Zat Pengatur Tumbuh
25
memerlukan waktu untuk mempengaruhi metabolisme sekunder. Ethylene yang terkandung dalam Zat Pengatur Tumbuh membutuhkan waktu untuk merubah bentuk dari cair menjadi gas di dalam jaringan tanaman. Setelah itu proses untuk membangkitkan ethylene di dalam tanaman pun memerlukan waktu hingga tercapainya proses metabolisme sekunder (pembentukan getah) dapat berjalan dengan stabil. Produksi getah pada perlakuan periode pelukaan 3 hari dengan disemprot ETRAT menunjukkan hasil yang tinggi dan penurunan produksi getahnya pun tidak terlalu besar dari produksi sebelumnya untuk setiap kali panennya jika dibandingkan dengan hasil produksi getah per panen ketiga perlakuan lainnya.
Kontrol
Periode pelukaan 3 hari
Periode pelukaan 5 hari
Periode pelukaan 7 hari
Gambar 5 Getah pinus pada berbagai periode pelukaan.
26
Pada Gambar 5 terlihat pebedaan warna untuk setiap perlakuan. Semakin lama waktu periode pelukaan maka warna getah akan semakin putih dan bertekstur menggumpal seperti gula pasir. Hal ini menunjukkan adanya pembekuan atau penggumpalan jika getah disimpan terlalu lama dalam suatu wadah. Menurut Santosa (2011) getah yang dihasilkan oleh Pinus merkusii digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan cairan asam-asam resin (asam abietat, asam pimarat dan lainnya) hasil metabolisme sekunder di dalam tanaman. Fungsi getah di dalam tanaman adalah: 1. Perlindungan terhadap sel-sel yang sedang tumbuh 2. Memacu aktivitas pertumbuhan untuk penutupan luka mekanis maupun jika terjadi serangan hama serta penyakit Untuk mengetahui pengaruh berbagai perlakuan periode pembaharuan luka dengan pemberian ETRAT terhadap produktivitas penyadapan getah pinus, maka dilakukan pengolahan statistik terhadap data hasil pengukuran. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis ragam untuk rancangan acak lengkap satu faktor yaitu faktor perlakuan dengan ulangan yang sama. Tabel 3 Analisis ragam pengaruh berbagai perlakuan periode pelukaan dan pemberian ETRAT Sumber keragaman Perlakuan Sisa Total
db 3 76 79
Jumlah kuadrat (JK) 759,59 3670,02 4429,62
Kuadrat tengah (KT) 253,19 48,29
Fhit
F0,05
*5,24
2,75
*Nyata = Fhitung > Ftabel
Hasil pengujian analisis ragam atau Analysis Of Variance (ANOVA) menunjukkan bahwa setiap perlakuan mempunyai pengaruh nyata terhadap ratarata produktivitas getah pinus yang dihasilkan pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung sebesar 5,24 lebih besar daripada F tabel pada tingkat nyata 0,05 yang bernilai 2,75. Oleh karena pengaruh periode pembaharuan luka dan pemberian ETRAT berpengaruh nyata terhadap produktivitas getah pinus, maka analisis dilanjutnya dengan Uji Duncan yang disajikan pada Tabel 4.
27
Tabel 4 Hasil Uji Duncan pengaruh berbagai perlakuan periode pembaharuan luka dengan pemberian ETRAT No
Perlakuan
Hasil Uji Duncan
Kontrol
Rata-rata Produktivitas (gram/bor/hari) 12,31
1 2
Pelukaan 3 hari
20,93
a
3
Pelukaan 5 hari
17,40
b
4
Pelukaan 7 hari
16,12
b
c
Hasil Uji Duncan membandingkan pengaruh antar perlakuan dilihat dari produktivitas rata-rata getah. Pada Tabel 4 hasil Uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan 3, 5 dan 7 hari pelukaan sangat berbeda nyata dengan perlakuan kontrol yang memiliki nilai produktivitas rata-rata paling rendah. Akan tetapi, pada perlakuan 5 dan 7 hari pelukaan berada pada hasil Uji Duncan yang sama, hasil ini menunjukkan bahwa antar kedua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. 5.3 Pemilihan Periode Pembaharuan Luka Berdasarkan Tabel 4 hasil Uji Duncan terlihat bahwa periode pelukaan 3 hari dengan ETRAT hasilnya lebih nyata dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya. Produktivitas rata-rata yang dihasilkannya juga sangat besar, yaitu 20,93 gram/bor/hari sangat berbeda jauh dengan produktivitas rata-rata pada perlakuan 3 hari tanpa ETRAT sebesar 12,32 gram/bor/hari. Selain Uji Duncan terhadap produktivitas rata-rata getah pinus perhitungan analisis biaya juga perlu dilakukan untuk mengatahui pendapatan dari masingmasing perlakuan. Hasil analisis biaya untuk setiap perlakuan berbeda-beda tergantung dari hasil sadapan getah yang didapat. Dalam menghitung analisis biaya, data yang dibutuhkan adalah harga stimulansia ETRAT yang digunakan, upah penyadap yang diberikan dan hasil penjualan getah. Berikut akan disajikan tabel analisis biaya untuk setiap perlakuan penyadapan getah pinus.
28
Tabel 5 Analisis biaya setiap perlakuan penyadapan getah pinus
Perlakuan
Total getah
Upah
Penggunaan
Biaya
Penjualan
Pendapatan
pinus selama
Penyadap
ETRAT
ETRAT
Getah
(Rp)
penelitian
(Rp)
(ml)
(Rp)
(Rp)
1
2
3
4
(gram)
A B C D
8.128 13.816 12.182 11.285
13.004 22.105 19.491 18.056
0 220 140 100
0 2.640 1.680 1.200
65.024 110.528 97.456 90.280
5 52.019 85.782 76.284 71.024
Keterangan: 1 = upah penyadap Rp 1.600/kg x total getah yang didapat selama penelitian/1000 2 = penggunaan ETRAT 12.40 selama penelitian 3 = penggunaan ETRAT/1.000 x harga ETRAT 12.40 Rp 12.000/liter 4 = total getah yang didapat selama penelitian/1.000 x harga jual getah pinus Rp 8.000/kg 5 = penjualan getah – (Biaya ETRAT + Upah penyadap)
Dari Tabel 5 analisis biaya setiap perlakuan periode pembaharuan luka menunjukkan bahwa perlakuan B dengan waktu pembaharuan luka 3 hari dengan diberi ETRAT memiliki nilai pendapatan yang tinggi, yaitu Rp 85.782 karena pada perlakuan ini memiliki produktivitas rata-rata getah pinus paling tinggi. Pendapatan terendah dengan penggunaan ETRAT didapat pada perlakuan D dengan periode pelukaan 7 hari sebesar Rp 71.024 sedangkan pendapatan paling rendah didapat pada perlakuan A atau kontol dengan periode pelukaan 3 hari tanpa pemberian ETRAT sebesar Rp 52.019. Dari segi uji visual, getah yang disimpan terlalu lama akan menyebabkan getah menggumpal dan berwarna putih seperti gula pasir. Getah yang menggumpal ini akan lebih sulit untuk dipindahkan kedalam tong-tong penampung getah.