19
III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama sembilan minggu, mulai akhir bulan Februari 2011 sampai dengan April 2011. Kegiatan penelitian ini dilakukan di kawasan nagari-nagari Lingkar Danau Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Secara geografis Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat terletak antara 00°21' sampai dengan 00°29' Lintang Selatan dan 99°52' sampai 100°33' Bujur 'I'imur (Gambar 4).
Gambar 4. Lokasi Penelitian
20
3.2. Batasan Penelitian Penelitian ini merupakan kajian lanskap budaya yang merupakan karakteristik lanskap hasil interaksi antara budaya manusia dan lanskap alaminya. Penelitian dilakukan dengan batasan lokasi pada nagari-nagari di wilayah lingkar Danau Maninjau yang termasuk dalam kesatuan Kecamatan Tanjung Raya. Kajian yang dilakukan mencakup karakteristik fisik lanskap alami, aspek sosial-budaya, dan aspek eksternal yang terkait dengan lanskap Danau Maninjau.
3.3. Tahapan dan Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap berupa inventarisasi, analisis, dan sintesis (Gambar 5).
Gambar 5. Tahapan Penelitian
3.3.1. Inventarisasi Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Data terkait dikelompokkan sesuai jenis dan sumbernya yaitu Fisik dan Biofisik, Sosial-Ekonomi dan Spiritual Budaya Masyarakat, serta Pengaruh Eksternal yang mempengaruhi keberlanjutan lanskap budaya lingkar Danau Maninjau (Tabel 8). Data awal untuk memulai kajian ini merupakan data sekunder yang bersumber dari pihak terkait seperti
21
Bappeda Kabupaten Agam dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Agam 2010-2030 dan Pemerintah Kecamatan dan NagariNagari setempat. Selanjutnya dilakukan observasi lapangan dan verivikasi data sekunder yang telah didapatkan dengan kondisi aktual.
Tabel 8. Jenis dan Sumber Data Jenis Data 1. Data Fisik dan Biofisik -
Wilayah Administrasi Aksesibilitas dan Sirkulasi Iklim Geologi, Tanah, dan Topografi Hidrologi Penutupan dan Penggunaan Lahan
Sumber Bappeda Kab. Agam - Dok. RTRW Kab. Agam + pengamatan - Dok. RTRW Kab. Agam + pengamatan - Dok. RTRW Kab. Agam + pengamatan - Dok. RTRW Kab. Agam + pengamatan - Dok. RTRW Kab. Agam + pengamatan - Dok. RTRW Kab. Agam + pengamatan
–Ekonomi dan Spiritual Budaya Masyarakat
2. Sosial
-
Demografi Lembaga Kemasyarakatan Sistem Adat dan Budaya Sejarah, Filosofi, dan Nilai-nilai Spiritual Budaya
3. Pengaruh
Eksternal
- Kebijakan dan Peraturan Pemerintah Kabupaten-Provinsi-Nasional - Pengaruh Kegiatan Pariwisata
Camat, Wali Nagari, dan Tetua Adat -
BPS Kecamatan, Wali Nagari Wali Nagari + pengamatan Literatur, Tetua Adat, Wali Nagari Tetua Adat, Wali Nagari + pengamatan
Bappeda Kab. Agam dan Masyarakat - Dok. RTRW Kab. Agam Survey - Kuisioner Masyarakat
Data Sosial-Ekonomi dan Spiritual Budaya Masyarakat merupakan gabungan dari data primer dan sekunder. Data Demografi (kependudukan) dan Lembaga Kemasyarakatan didapat secara sekunder dari pemerintah kecamatan dan nagari-nagari setempat. Data Sistem Adat dan Budaya dan Sejarah, Filosofi, dan Nilai-nilai Spiritual Budaya didominasi data primer yang didapatkan dari hasil wawancara dan diskusi kepada tetua serta pemerhati adat budaya setempat, dan data sekunder dari literatur terkait. Data Pengaruh Eksternal mencakup aspek-aspek yang mempengaruhi keberlanjutan lanskap budaya di lingkar Danau Maninjau dari luar. Termasuk di dalamnya yaitu Kebijakan dan Peraturan Pemerintah Kabupaten-ProvinsiNasional, dan Kegiatan Pariwisata. Data Kebijakan dan Peraturan Pemerintah Kabupaten-Provinsi-Nasional merupakan data sekunder yang didapat dari Bappeda Kabupaten Agam dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah
22
(RTRW) Kabupaten Agam 2010-2030. Data Pengaruh Kegiatan Pariwisata didapat melalui kuisioner pendapat dari 100 orang masyarakat di lingkar Danau Maninjau yang dipilih secara acak.
3.3.2. Analisis Data yang telah dikumpulkan pada tahap inventarisasi yang dijabarkan di atas akan menjadi bahan analisis. Analisis dilakukan dengan dua metode yaitu, spasial dan deskriptif. Analisis spasial bertujuan untuk menghasilkan deskripsi karekteristik lanskap budaya lingkar Danau Maninjau, mengetahui karakter interaksi manusia dan lanskap alami tersebut. Analisis deskriptif dilakukan dengan metode analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Metode SWOT bertujuan
untuk
menganalisis
keberlanjutan
dan
merumuskan
strategi
pengembangan dan pelestarian lanskap budaya di Lingkar Danau Maninjau tersebut.
Analisis Karakteristik Keberlanjutan Lanskap Budaya Kawasan lingkar Danau Maninjau ini tersatukan dalam satu Kecamatan Tanjung Raya yang terdiri dari sembilan nagari, oleh karena itu maka unit analisis spasial yang digunakan adalah unit nagari. Unit nagari merupakan satuan batas administrasi yang terukur secara spasial dan juga diakui sebagai satuan unit kontrol sosial budaya masyarakat. Komponen aspek analisis dalam analisis karakteristik lanskap budaya yaitu: ekologi, sosial ekonomi, dan sejarah spiritual budaya. Kriteria yang digunakan dalam aspek ekologi adalah pola penggunaan lahan dan danau. Pola penggunaan lahan dan danau diklasifikasikan menurut nilai intensitas interaksinya (derajat pengubahan manusia terhadap lanskap alami). Intensitas interaksi ini terbagi menjadi tiga kelompok yaitu: alami (hutan), transisi (kebun campuran dan semak belukar), intensif (sawah dan pemukiman). Luas dari masing-masing kelompok intensitas interaksi setiap nagari dipersentasikan, kemudian kelompok intensitas interaksi yang mendominasi mewakili nilai ekologisnya, semakin besar pengubahan (gangguan) lanskap alaminya maka semakin rendah pula nilai ekologisnya. Nilai masing-masing kelompok adalah: 3
23
untuk nagari dengan dominasi kelompok alami (hutan), 2 untuk nagari dengan dominasi kelompok transisi (kebun campuran dan semak belukar), dan 1 untuk nagari dengan dominasi kelompok intensif (sawah dan pemukiman). Aspek sosial ekonomi dianalisis dengan menilai hubungan kriteria kepadatan penduduk per-nagari dengan kecenderungan kebutuhan lahannya. Kepadatan penduduk yang tinggi akan berdampak pada aktivitas ekonomi cenderung tinggi, dan kebutuhan terhadap lahan juga semakin tinggi. Oleh karena itu semakin tinggi kepadatan penduduknya semakin mengancam keberlanjutannya atau nilai keberlanjutannya akan semakin rendah. Menurut Undang-undang no. 56 / PRP / 1960, kepadatan penduduk dapat diklasifikasikan menjadi empat kelas, masing-masing adalah: tidak padat (1-50 jiwa/ km²), kurang padat (51-250 jiwa/ km²), cukup padat (251-400 jiwa/ km²), dan sangat padat (lebih dari 400 jiwa/ km²). Kepadatan penduduk setiap nagari dinilai berdasarkan klasifikasi tersebut dengan kriteria penilaian, 3 untuk nagari dengan kelas tidak padat sampai kurang padat (1-250 jiwa/ km²), 2 untuk nagari dengan kelas cukup padat (251-400 jiwa/ km²), dan 1 untuk nagari dengan kelas sangat padat (lebih dari 400 jiwa/ km²). Kriteria yang menentukan klasifikasi nilai sejarah, spiritual, dan budaya adalah dari nilai sejarah perkembangan dan regenerasi budaya dan nilai pergeseran adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat masing-masing nagari. Mengacu dari piramida sistem adat Minangkabau (Ismael dalam Rasyid, 2008) yang terbagi menjadi elemen inti (adat nan sabana adat – filosofis dan adat nan diadatkan – teotiris) dan elemen turunan (adat nan teradat – metodologis dan adat istiadat – praktis), klasifikasi karakteristik budaya dapat dinilai dari signifikansi perubahan adat istiadat pada tataran metodologis dan praktis. Semakin signifikan perubahan tersebut maka semakin rendah nilai budayanya. Hal tersebut mencakup nilai-nilai tata cara kehidupan sehari-hari baik yang terlihat secara fisik (tangible) seperti peninggalan fisik bangunan atau situs yang memiliki muatan sejarah dan budaya dan juga yang tidak terlihat (intangible) seperti peran lembaga adat kemasyarakatan dalam pelestarian nilai-nilai budaya. Parameter yang digunakan dalam analisis ini adalah jumlah situs sejarah budaya dan peran lembaga adat kemasyarakat dalam pelestarian kegiatan adat kemasyarakatan dari setiap nagari yang dijabarkan dalam Lampiran 5. Kedua
24
kelompok parameter tersebut dinilai berdasarkan jumlah masing-masing elemen dari parameter tersebut dengan kelas nilai, 3 (baik) untuk nagari yang memiliki lebih dari lima (>5) elemen, 2 (cukup) untuk nagari yang memiliki tiga sampai lima (3-5) elemen, dan 1 (kurang) untuk nagari yang memiliki kurang dari tiga (<3) elemen. Oleh karena penilaian pada aspek ini menggunakan dua kelompok parameter maka, penilaian total dilakukan dengan konversi rentang nilai menjadi tiga kelas yaitu, 3 (tinggi) untuk nagari yang memiliki total nilai lebih dari empat (>4), 2 (sedang) untuk nagari yang memiliki total nilai tiga sampai empat (3-4), dan 1 (rendah) untuk nagari yang memiliki total nilai kurang dari tiga (<3) elemen. Tahap selanjutnya adalah penjumlahan total nilai dari ketiga aspek untuk setiap nagari. Nilai total dikonversi menjadi tiga kelas nilai dengan rentang nilai yaitu, 3 (tinggi) untuk nagari yang memiliki total nilai lebih dari tujuh (>7), 2 (sedang) untuk nagari yang memiliki total nilai lima sampai tujuh (5-7), dan 1 (rendah) untuk nagari yang memiliki total nilai kurang dari lima (<5) elemen.
Analisis Keberlanjutan Analisis keberlanjutan dilakukan secara deskriptif dengan metode analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan dilakukan untuk mengetahui aspek yang mempengaruhi serta merumuskan upaya rekomendasi keberlanjutan lanskap budaya lingkar Danau Maninjau. Metode SWOT digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari segi internal, dan mengidentifikasi peluang dan ancaman dari segi eksternal. Faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan, diidentifikasi dari data pada aspek fisik-biofisik dan aspek sosial-budaya masyarakat kawasan lingkar Danau Maninjau. Faktor eksternal, peluang dan ancaman, diidentifikasi dari data pada aspek kebijakan dan peraturan pemerintah di atas tingkat kecamatan dan aspek aktivitas pariwisata yang membawa pengaruh dari luar kawasan Danau Maninjau.