BAB III BAHAN DAN METODE
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Bekasi dan kegiatan analisis data dilakukan di studio bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011-Januari 2012. Gambar 1 menunjukkan lokasi penelitian ini.
Gambar 1. Lokasi Penelitian
18
3.2. Jenis Data, Sumber Data dan Alat Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari citra QUICKBIRD Kota Bekasi tahun 2003 dan 2010 dalam bentuk digital yang diakses secara bebas melalui website earth.google.com dan data survei lapang. Data sekunder meliputi data PODES (Potensi Desa) Kota Bekasi Tahun 2003 dan 2006 dan beberapa peta penunjang lainnya (Peta Administrasi Kota Bekasi, Peta RTRW, Peta RTH Kota Bekasi) diperoleh dari BAPPEDA dan Dinas Tata Ruang Kota Bekasi. Data jumlah penduduk diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bekasi. Citra QUICKBIRD yang digunakan adalah citra tahun 2003 dan 2010 karena diharapkan citra tersebut dapat mempresentasikan keadaan RTH tahun 2003 dan saat ini. Namun, data PODES yang digunakan adalah tahun 2003 dan 2006 karena data tahun ini adalah yang paling relevan dan dapat diperbandingkan. Data PODES tahun 2006 diharapkan dapat mewakili keadaan pada PODES tahun 2008. Keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data dan teknik analisis data tertera dalam Tabel 2. Tabel 2. Hubungan Antara Tujuan Penelitian, Sumber Data, dan Teknik Analisis No
Tujuan
Jenis data yang digunakan
1
Menganalisis laju Cita QUICKBIRD tahun perubahan luas RTH 2003 dan 2010. dan kecukupan Peta administrasi kota rasionya terhadap Bekasi. jumlah penduduk di Data jumlah penduduk kota Bekasi. kota Bekasi dari tahun 1997-2010 (BPS Kota Bekasi).
2
Mengetahui laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah di kota Bekasi.
Sumber pengumpulan data Website earth.google.com BAPPEDA Kota Bekasi BPS Kota Bekasi
Data jumlah penduduk BPS kota Bekasi kota bekasi tahun 1997 BAPPEDA Kota 2009. Bekasi Data luas wilayah Kota Bekasi. Data fasilitas pendidikan, fasilitas ekonomi, fasilitas kesehatan dan fasilitas sosial Kota Bekasi (PODES).
Teknik analisis data Analisis spasial (koreksi geometri, digitasi citra) Deskripsi tabel dan grafik Analisis kecukupan RTH terhadap jumlah penduduk berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 Analisis skalogram Deskripsi tabel dan grafik
19
Tabel 2. (Lanjutan) 3
4
5
Menganalisis faktor- Data hasil analisis tujuan BAPPEDA Kota faktor yang 1. Bekasi mempengaruhi Laju kepadatan BPS Kota Bekasi perubahan luas penduduk. RTH. Laju jumlah penduduk. Data fasilitas pendidikan, fasilitas ekonomi, fasilitas kesehatan, fasilitas sosial Kota Bekasi, dan aksesibilitas ke pusat pemerintahan (PODES). Mengidentifikasi Citra QUICKBIRD BAPPEDA Kota areal yang 2010. Bekasi berpotensi untuk di Peta penggunaan lahan jadikan RTH. (2010). Peta RTRW kota Bekasi.
Analisis regresi berganda
Menyusun upaya RPJMD 2008-2013, Website: penambahan RTH di RTRW, Laporan bekasikota.go.id Kota Bekasi. penyusunan rencana BAPPEDA Kota induk penataan, Bekasi pengelolaan, dan Dinas Tata Ruang pengendalian RTH Kota dan Permukiman Bekasi. Kota Bekasi
Analisis SWOT
Analisis spasial (Digitasi citra QUICKBIRD 2010)
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa perangkat lunak yaitu Arc GIS 9.3, ArcView GIS 3.3, Microsoft Office 2007, Statistica 8.0 serta kamera digital, dan GPS.
3.3. Metode Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam lima tahapan, yaitu 1) Persiapan, 2) Pengumpulan Data, 3) Survei Lapang, 4) Analisis dan Interpretasi Data, 5) Penyusunan skripsi
3.3.1. Persiapan Pada tahapan ini dilakukan studi pustaka yang berkaitan dengan topik penelitian dan penyelesaian perizinan untuk pengambilan data. Data penunjang yang digunakan adalah: buku teks, berbagai jurnal atau artikel ilmiah, dan prosiding seminar yang terkait dengan tujuan penelitian.
20
3.3.2. Pengumpulan Data Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data di lapangan dan instansi terkait yang dibutuhkan untuk penelitian. Data yang dikumpulkan terdiri dari data spasial, data numerik, dan data pendukung hasil survai lapang. Data spasial berupa peta RTRW, citra QUICKBIRD, Peta Administrasi Kota Bekasi, dan Peta penggunaan lahan. Data numerik berupa data-data statistik meliputi data demografi/jumlah penduduk, dan data jumlah fasilitas (PODES).
3.3.3. Survei Lapang Survei lapang meliputi pengamatan penggunaan lahan berupa RTH di Kota Bekasi dan wawancara dengan penduduk (responden) menggunakan kuesioner tentang riwayat penggunaan lahan di beberapa titik contoh terpilih. Pemilihan titik-titik contoh didasarkan pada perubahan penggunaan lahan RTH menjadi penggunaan lahan lain atau sebaliknya dengan luasan relatif besar.
3.3.4. Analisis dan Interpretasi Data Metode analisis yang digunakan adalah analisis spasial, deskripsi grafik dan tabel, teknik pendugaan perubahan, analisis skalogram, analisis regresi berganda dengan metode forward stepwise regression, dan analisis kecukupan RTH berdasarkan jumlah penduduk sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no 5 tahun 2008, dan analisis SWOT.
3.3.4.1. Penentuan Laju Perubahan Luas RTH dan Kecukupan RTH Terhadap Jumlah Penduduk di Kota Bekasi Laju perubahan RTH dapat diperoleh dengan melakukan analisis spasial pada citra QUICKBIRD tahun 2003 dan 2010 yang meliputi proses koreksi geometrik, proses digitasi visual secara on screen, dan overlay untuk mendapatkan matrix transisi. Kecukupan RTH terhadap jumlah penduduk di Kota Bekasi diperoleh dari analisis ketercukupan RTH berdasarkan jumlah penduduk dengan
mengacu
05/PRT/M/2008.
pada
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor:
21
Analisis Spasial Proses analisis spasial meliputi proses koreksi geometrik dan proses digitasi pada citra QUICKBIRD Kota Bekasi dan peta-peta yang dibutuhkan dengan menggunakan Arc GIS 9.3. Koreksi geometrik bertujuan untuk merujuk citra QUICKBIRD tersebut pada peta dasar yang telah terkoreksi secara geometrik sehingga diperoleh citra yang sama atau mirip dengan geometri di bumi yang sebenarnya. Proses koreksi geometrik tersebut meliputi penentuan titik-titik kontrol tanah; penentuan sistem referensi koordinat, datum, dan jenis transformasi; serta proses rektifikasi (Wikantika dan Agus, 2006). Citra QUICKBIRD 2003 dan 2010 yang telah dikoreksi kemudian diinterpretasi secara visual berdasarkan kenampakan penutupan lahan khususnya kenampakan RTH. Proses interpretasi ini disebut dengan interpretasi secara manual. Interpretasi secara manual adalah interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan ciri/karakteristik objek secara keruangan. Karakteristik objek dapat dikenali berdasarkan pada sembilan unsur interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona/warna, tekstur, situs, asosiasi, dan konvergensi bukti (Lillesand dan Kiefer, 1990). Digitasi dilakukan secara on screen menggunakan Arc GIS 9.3 sehingga menghasilkan peta RTH tahun 2003 dan 2010. Digitasi on screen merupakan proses pengubahan data grafis digital dalam struktur data vektor yang disimpan dalam bentuk point, line, atau, area. Interpretasi kenampakan RTH pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. RTH jalur hijau jalan. Karakteristik visual: berwarna hijau, memanjang membentuk jalur atau berbentuk pulau dengan pola teratur, berasosiasi dengan jalan kota dan jalan tol. b. RTH sempadan sungai Karakteristik visual: berwarna hijau, bentuknya seperti jalur memanjang mengikuti pola sungai yang berkelok-kelok, berasosiasi dengan sungai, dan tekstur agak kasar c. RTH olahraga Karakteristik visual: berwarna hijau, berbentuk mengelompok dan berasosiasi dengan lapangan olahraga.
22
d. RTH tempat pemakaman umum Karakteristik visual: berbentuk mengelompok, berasosiasi dengan vegetasi berwarna hijau hijau, terdapat titik-titik berwarna putih (nisan), pola tidak teratur, dan tekstur agak kasar. e. RTH Taman Karakteristik visual: berwarna hijau, berbentuk mengelompok dengan luasan tertentu, dan teratur, terletak di tengah kota. f. RTH privat. Karakteristik
visual:
berwarna
hijau,
bentuknya tidak
beraturan,
berasosiasi dengan bangunan/permukiman, dan polanya tidak teratur. Hasil digitasi dari kedua citra tersebut akan menghasilkan data mengenai luas RTH tahun 2003, luas RTH tahun 2010, dan perubahan luas RTH selama periode 2003-2010. Untuk memperoleh matrix transisi, dilakukan proses tumpang tindih (overlay) dengaan peta-peta yang dibutuhkan. Dari hasil matriks ini akan diperoleh hasil yang kemudian digunakan sebagai data analisis selanjutnya. Analisis Kecukupan RTH terhadap Jumlah Penduduk Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 Luas RTH yang dibutuhkan ditentukan berdasarkan jumlah penduduk, yaitu dilakukan dengan mengalikan antara jumlah penduduk dengan standar luas RTH per penduduk. Kebutuhan RTH kota berdasarkan jumlah penduduk ditetapkan berdasarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, yaitu dengan total 20 m2/penduduk sebagaimana tertera pada Tabel 1 pada Bab Tinjauan Pustaka. Persamaan untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk adalah sebagai berikut: 𝐑𝐓𝐇 𝐩𝐢 = 𝐏𝐢 × 𝐤
......
m2/orang
Keterangan: k = Nilai ketentuan luas RTH per penduduk berdasarkan Permen PU no 05/PRT/M/2008. Pi = Jumlah penduduk pada wilayah i.
23
3.3.4.2. Penetuan Laju Pertumbuhan Wilayah di Kota Bekasi
Penduduk
dan
Perkembangan
Laju pertumbuhan penduduk diperoleh dengan melakukan analisis pendugaan perubahan dan analisis deskripsi dan tabel sedangkan perkembangan wilayah Kota Bekasi di perolah dengan melakukan analisis skalogram sederhana.
Analisis Skalogram Metode
ini
digunakan
untuk
mengetahui
hirarki
pusat-pusat
pengembangan dan sarana/prasarana pembangunan yang ada di suatu wilayah. Penetapan hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan tersebut didasarkan pada jumlah jenis dan jumlah unit sarana dan prasana pembangunan dan fasilitas pelayanan sosial ekonomi yang tersedia. Metode ini memberikan hirarki yang lebih tinggi pada wilayah yang mempunyai perkembangan lebih maju, yaitu yang memiliki jumlah jenis dan jumlah unit sarana/prasarana pembangunan yang lebih banyak. Metode ini lebih menekankan kriteria kuantitatif dibandingkan kriteria kualitatif yang menyangkut derajat fungsi sarana/prasarana pembangunan, distribusi penduduk, dan jangkauan pelayanan sarana prasarana pembangunan. Penentuan tingkat perkembangan wilayah dibagi menjadi tiga, yaitu:
Hirarki I, jika perkembangan wilayah ke-j ≥ (rataan jumlah jenis fasilitas wilayah ke -j+ simpangan baku jumlah jenis fasilitas ke-j).
Hirarki
II,
jika
rataan
jumlah
jenis
fasilitas
wilayah
ke-
j<=perkembangan wilayah ke-j<( rataan jumlah jenis fasilitas wilayah ke -j+ simpangan baku jumlah jenis fasilitas ke-j).
Hirarki III, jika perkembangan wilayah ke-j < rataan jumlah jenis fasilitas wilayah ke-j.
Data yang digunakan dalam analisis skalogram sederhana ini adalah data fasilitas ekonomi, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas sosial sebagaimana tertera dalam Tabel 3.
24
Tabel 3. Variabel-variabel Analisis Skalogram Sederhana No
Jenis fasilitas
1
Fasilitas pendidikan
2
Fasilitas ekonomi
3
Fasilitas kesehatan
4
Variabel Jumlah TK Jumlah SD Jumlah SLTP Jumlah SMU Jumlah SMK Jumlah PT Jumlah Wartel Jumlah Warnet Jumlah Toko Jumlah Supermarket Jumlah tempat makan Jumlah Penginapan Jumlah Industri Kerajinan Jumlah Bank Umum Jumlah Koperasi Jumlah Rumah Sakit Jumlah RSB Jumlah Poliklinik Jumlah Puskesmas Jumlah Puskesmas Pembantu Jumlah Posyandu Jumlah Apotik Jumlah Tempat Praktek Dokter Jumlah Tempat Praktek Bidan Jumlah Tempat Peribadatan
Fasilitas sosial Jumlah Variabel
Jumlah
6
9
9
1 25
Teknik Pendugaan Perubahan Perubahan secara sistematis dapat diduga dari fungsi pertumbuhan dan peluruhan. Teknik ini dapat digunakan untuk menduga pertumbuhan ataupun peluruhan seiring dengan waktu, ukuran atau jarak dari posisi referensi. Rumus matematis dari teknik pendugaan perubahan adalah: 𝐏𝐞𝐫𝐭𝐮𝐦𝐛𝐮𝐡𝐚𝐧 = Xto = nilai variabel tahun awal Xt1 = nilai variabel tahun akhir
𝑿𝒕ı − 𝑿𝒕𝒐 𝑿𝒕𝐨
25
Deskripsi Grafik dan Tabel Analisis ini merupakan penjabaran data secara deskriptif melaui tabel atau pun grafik. Melalui metode ini dapat diketahui keadaan wilayah, pola perubahan ruang terbuka hijau, laju hubungan peluruhan/pertumbuhan ruang terbuka hijau, laju pertumbuhan penduduk, dan kecukupan RTH kota dengan jumlah penduduk.
3.3.4.3. Menganalisis Faktor-faktor Penentu Perubahan Luas RTH Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan luas RTH yang terjadi di Kota Bekasi dilakukan melalui analisis regresi berganda dengan metode forward stepwise regression. Analisis ini dipilih karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhi dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan luas RTH. Metode forward stepwise regression dipilih karena jumlah yang digunakan banyak dan berpeluang asumsi tidak saling berkorelasinya antar vaiabel bebas tidak akan dapat dipenuhi.
Analisis Regresi Berganda Regresi berganda adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel tujuan (dependent variable) dengan bebrapa variabel penduga (independent variable). Sasaran dari metode regresi berganda adalah penggunaan variabel penduga untuk memprediksi variabel tujuan. Dengan kata lain analisis regrasi berganda digunakan untuk menduga nilai suatu parameter regresi berdasarkan data yang diamati. Model yang dihasilkan dapat digunakan sebagai penduga yang baik jika asumsi-asumsi berikut dapat dipenuhi: a. E (ei) = 0 untuk setiap i; dimana i = 1,2,...,n; artinya rata-rata galat adalah nol b. Kov (ei,ej) = 0, i ≠ j, artinya kovarian pengamatan ke-i dan ke-j = 0, dengan kata lain tidak ada autokorelasi antara galat pengamatan yang satu dengan yang lain. c. Var (ei2) = σ2; untuk setiap i dimana i = 1,2,...,n; artinya setiap galat pengamatan memiliki ragam yang sama.
26
d. Kov (ei,x1i) = Kov (ei,x2i) = 0; artinya kovarian setiap galat pengamatan dengan setiap variabel bebas yang tercakup dalam persamaan linier berganda sama dengan nol. e. Tidak ada multikolinearitas; artinya tidak ada hubungan linier yang eksak antara variabel-variabel penjelas, atau variabel penjelas harus saling bebas. f. Ei ≈ N (0;σ), galat pengamatan menyebar normal dengan rata-rata nol dan ragam σ2. Persamaan (model) yang akan dihasilkan adalah: Y = A0+A1X1+.............+AnXn Dimana: Y = Luas perubahan RTH 2003-2010 (ha) X = Variabel bebas sebagaimana disajikan dalam Tabel 4. A = Koefisien variabel Tabel 4. Variabel Bebas Pada Analisis Regresi Berganda No 1
No 11
Variabel bebas Jarak ke fasilitas kesehatan (km)
12
Jarak ke fasilitas sosial (km)
13
Alokasi rth dalam RTRW (ha)
14
Luas RTH tahun 2003 (ha)
15 16
*Dummy1 (hirarki) *Dummy2 (hirarki)
7
Variabel bebas Perubahan jumlah penduduk 20032009 (jiwa) Perubahan jumlah fasilitas pendidikan (unit) Perubahan jumlah fasilitas ekonomi (unit) Perubahan jumlah fasilitas kesehatan (unit) Perubahan jumlah fasilitas sosial (unit) Jarak ke kecamatan yang membawahi (km) Jarak ke pusat kota (km)
17
8
Jarak terdekat ke kota lain (km)
18
9 10
Jarak ke fasilitas pendidikan (km) Jarak ke fasilitas ekonomi (km)
19 20
Perubahan luas lahan terbangun 20032010 (ha) Perubahan luas lahan kosong 20032010 (ha) Luas Lahan terbangun tahun 2003 (ha) Luas lahan kosong tahun 2003 (ha)
2 3 4 5 6
Keterangan: *= hirarki wilayah: hirarki 1 (dummy 1=0, dummy 2=1); hirarki 2 (dummy 1=1, dummy 2=0); hirarki 3 (dummy 1=1, dummy 2=1).
Dalam analisis regresi berganda ini diasumsikan bahwa Kota Bekasi tidak mengalami pemekaran sehingga unit analisis ini memakai 10 kecamatan sebagaimana kondisi administratif Kota Bekasi sebelum adanya pemekaran.
27
3.3.4.4. Mengidentifikasi Areal Yang Berpotensi Untuk RTH Mengidentifikasi areal yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi RTH dilakukan dengan analisis spasial, yaitu melalui proses digitasi visual secara on screen pada citra QUICKBIRD 2010 berdasarkan kondisi eksisting penggunaaan lahan Kota Bekasi berupa lahan kosong yang mempunyai luasan cukup besar. Proses digitasi tersebut juga didasarkan pada peta penggunaan lahan 2010 untuk menghindari kemungkinan kesalahan interpretasi. Hasil dari digitasi tersebut berupa peta arahan areal pertambahan RTH. Peta arahan areal pertambahan RTH tersebut kemudian di overlay dengan peta administrasi wilayah Kota Bekasi sehingga dihasilkan luasan areal arahan pertambahan RTH per kecamatan. Luas areal arahan pertambahan RTH per kecamatan yang diperoleh dari hasil digitasi kemudian dijumlahkan dengan RTH eksisting tahun 2010 untuk dihubungkan dengan luas kebutuhan RTH tahun berdasarkan jumlah penduduk tahun 2010. Dari hubungan tersebut dapat diketahui apakah luas areal pertambahan RTH tersebut dapat memenuhi kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk atau tidak. Perhitungan ini dilakukan dengan analisis deskripsi grafik dan tabel.
3.3.4.5. Menyusun Upaya Penambahan RTH di Kota Bekasi Untuk menyusun upaya-upaya penambahan RTH yang tepat, maka dalam penelitian ini menggunakan analisis SWOT. Dalam analisis SWOT ini dilakukan identifikasi faktor internal dan dan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pengadaan dan pengelolaan RTH di Kota Bekasi. Analisis SWOT Penyusunan upaya-upaya penambahan RTH di kota Bekasi dilakukan berdasarkan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi yang tepat. Analisis didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan Peluang (Opportunities), namun secara bersamaan meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Perencana strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis (kekuatan,
28
kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi saat ini yang disebut dengan analisis situasi (Iskandarini, 2004). Berdasarkan analisis situasi akan terbentuk matrix yang menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Matriks SWOT Internal Eksternal Opportunities (O) Tentukan faktor-faktor peluang eksternal
Threats (T) Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal
Strengths (S)
Weakness (W)
Tentukan faktor-faktor kekuatan internal
Tentukan faktor-faktor kelemahan internal
Strategi SO Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi WO Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Strategi SO Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya
Strategi ST Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman
Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Strategi WT Strategi ini didasarkan ppada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
3.3.5. Penyusunan skripsi Penyusunan skripsi dilakukan dengan menggunakan hasil analisis data dan interpretasinya serta data-data dan informasi-informasi pendukung lainnya