perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN BERAS ORGANIK MELALUI KONSEP OVOP (ONE VILLAGE ONE PRODUCT) BERBASIS KOPERASI DI KABUPATEN KARANGANYAR
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Oleh : Inneke Dita Anugraheni H 0808112
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN BERAS ORGANIK MELALUI KONSEP OVOP (ONE VILLAGE ONE PRODUCT) BERBASIS KOPERASI DI KABUPATEN KARANGANYAR Oleh : Inneke Dita Anugraheni H 0808112
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 25 Juli 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji Ketua
Anggota I
Dr. Ir. Kusnandar, M.Si. NIP.19670703 199203 1 004
Anggota II
Hanifah Ihsaniyati, SP. M.Si. R. Kunto Adi, SP. MP NIP.19800302 200501 2 001 NIP. 19731017 200312 1 002
Surakarta,Juli 2012 Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP 19560225 198601 1 001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia, penyertaan, berkat dan anugerahNya karena segala sesuatu yang direncanakan-Nya adalah sungguh baik, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar” ini. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, tidak lupa Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dr. Ir. Kusnandar, M.Si. selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing Utama yang sangat komunikatif dan solutif. Terimakasih karena selalu memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, arahan, motivasi, nasehat, kritik, dan saran selama masa perkuliahan dan dalam proses penyusunan skripsi ini. 5.
Hanifah Ihsaniyati, SP. M.Si selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang sangat komunikatif dan solutif. Terimakasih karena telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, arahan, motivasi, nasehat, kritik, dan saran selama proses penyusunan skripsi ini
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. R. Kunto Adi, SP. MP selaku Dosen Penguji yang memberikan banyak masukan/saran yang sangat membangun dalam penyusunan skripsi ini. 7.
Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff administrasi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi Penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
8. Seluruh jajaran staff Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar, Dispertan (Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura), Koperasi Serba Usaha AGRIKA, KKT Tani Makaryo, KKT Sari Rejeki, KSU Anugerah Jaya, KSU Ngremboko Mulyo, KUD Jaten dan KUD Pandan Wangi serta Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan yang telah memberikan sumbangan waktu, tenaga, pemikiran dalam penelitian Penulis 9.
Seluruh responden (petani) yang telah membantu Penulis dalam melakukan penelitian di Kabupaten Karanganyar yang meliputi Kecamatan Matesih, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Karangpandan, Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Jaten dan Kecamatan Kebakkramat
10. Orang tua terkasih dan tercinta, BapakBudi Utomo dan Ibu Ristati beserta Adik, Daniel yang senantiasa memberikan dukungan doa, motivasi, kasih sayang, kesabaran dan perhatian dalam setiap langkah Penulis. 11. Sahabat-sahabat yang penulis kasihi “7 People Family”“abang” Yuniar, Febbry“phebz”,
‘Tante”
Riska,
,“mama”Maria,
“dik
yurz”Yurike,
“medhog”Christy yang telah memberi dukungan doa, masukan dan semangat yang luar biasa serta semoga persahabatan ini terus berlanjut hingga waktu yang tak terbatas. 12. Saudara-saudara yang penulis kasihi PERKANTAS Karanganyar: Mas Yo, Mbak Inten, Mas Davied, Anggita, Irine, Ajeng, Eli yang terus mendukung dalam doa, menasihati dan memberikan semangat yang luar biasa.
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13. Seluruh teman-teman seperjuangan Agribisnis Angkatan 2008, kakak-kakak Agrobisnis 2007, PKP 2007, Front Office kak Riri Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada Penulis. 14. Seluruh teman-teman seperjuangan “Strategy Club Agribisnis 2008”Maria, Eriska, Tami, Christy, Nandika, Enril, Riana,Tata, Bundo Retna dan teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih karena memberikan banyak waktu untuk diskusi, perhatian, saran, kritik dan masukan yang berharga bagi penulis. Diskusi dengan kalian benar-benar manis asem asin. Semangat!!! 15. Saudara-saudara Penulis di PMK dan IAAS Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan dukungan doa dan semangat kepada Penulis. 16. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan doa dan dukunganya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan saran dari berbagai pihak demi perbaikan dari skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Sekian dan Terimakasih Surakarta,
Juli 2012
Penulis
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii RINGKASAN .................................................................................................. xiii SUMMARY....................................................................................................... xiv I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang....................................................................................... B. Perumusan Masalah ............................................................................... C. Tujuan Penelitian ................................................................................... D. Kegunaan Penelitian ..............................................................................
1 4 6 6
II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 8 1. Beras Organik .................................................................................. 8 2. Produk Unggulan............................................................................. 10 3. OVOP ( One Village One Product)................................................. 11 a. Konsep OVOP ( One Village One Product) .............................. 11 b. Koperasi...................................................................................... 13 c. Konsep OVOP ( One Village One Product) Berbasis Koperasi 14 4. Arti Penting Strategi ........................................................................ 16 5. Perumusan Strategi .......................................................................... 18 a. Faktor Lingkungan Internal ........................................................ 18 b. Faktor Lingkungan Eksternal ..................................................... 19 c. Matrik IFE dan EFE ................................................................... 19 d. Matrik Internal-External (IE) ..................................................... 20 e. Matrik SWOT ............................................................................. 20 f. Matrik QSPM ............................................................................. 22 6. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 23 B. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah ............................................... 26 C. Pembatasan Masalah.............................................................................. 29 D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................................... 29 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ........................................................................ 33 B. Metode Penentuan Responden............................................................... 33 C. Tahapan Penelitian ................................................................................ 36
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 37 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 38 F. Teknik Analisis Data ............................................................................. 39 IV. DISKRIPSI DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Alam ..................................................................................... 48 1. Letak Geografis Daerah Penelitian ......................................... ……48 2. Luas Wilayah .......................................................................... ……48 3. Topografi Wilayah.................................................................. ……49 4. Keadaan Iklim ........................................................................ ……50 B. Keadaan Penduduk . ............................................................................. 51 1. Menurut Matapencaharian ..................................................... ……51 2. Menurut Tingkat Pendidikan ................................................. ……52 C. Keadaan Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi .......................... 54 D. Keadaan Pertanian ................................................................................ 56 1. Tata Guna Lahan .................................................................... ……56 2. Produksi Tanaman Bahan Pangan ......................................... ……57 E. Keadaan Sarana Perekonomian ............................................................ 59 F. Gambaran Umum Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik melalui OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar ............ 60 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KarakteristikResponden ............................................................... ........ 67 1. Responden Petani ................................................................... ........67 2. Responden Koperasi Induk/Pemasar dan Koperasi Produsen ……69 3. Responden Dinas Pemerintah Kabupaten Karanganyar ......... ……70 B. Faktor Internaldan Faktor Eksternal ............................................. …… 71 1. Faktor Internal ....................................................................... …… 71 a) Aspek Faktor Internal .............................................................. 71 b) Identifikasi Faktor Internal Kekuatan ...................................... 77 c) Identifikasi Faktor Internal Kelemahan .................................. ` 80 2. Faktor Eksternal ............................................................................. 87 a) Aspek Faktor Eksternal ........................................................... 87 b) Identifikasi Faktor Ekternal Peluang ....................................... 90 a) Identifikasi Faktor Ekternal Ancaman ..................................... 96 C. Perumusan Alternatif Strategi ...................................................... ……100 1. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) ............................... ……100 2. Matrik External Factor Evaluation (EFE) ............................. ……101 3. Matrik Internal- Eksternal (IE) ............................................... ……103 4. Matrik SWOT ........................................................................ ……104 D. Penentuan Prioritas Strategi dengan Matrik QSP ........................ ……107 VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................... 113
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Saran .................................................................................................... 115 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 177 LAMPIRAN...................................................................................................... 121
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5.
Judul Halaman Matrik External Factor Evaluation (EFE) ........................................ 40 Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) .......................................... 40 Matrik SWOT .................................................................................. 43 Matrik QSPM ................................................................................... 44 Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ........................................... 51 Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ................................................................. 52 Tabel 7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Karanganyar Tahun 2007-2009 ........ 54 Tabel 8. Tata Guna Lahan d Kabupaten Karangayar Tahun 2010 ................ 56 Tabel 9. Luas Panen dan Produksi Komoditi Bahan Pangan di Kabupaten Karanganyar Pada Tahun 2010 ....................................................... 57 Tabel 10. Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2006-2010 ........................ 58 Tabel 11. Koperasi Menurut Klasifikasi di Kabupaten Karanganyar ............. Tahun 2010 ...................................................................................... 59 Tabel 12. Produk UnggulanDaerah Pedesaan Melalui Pendekatan OVOP (One Village One product) Berbasis Koperasi di Provinsi Jawa Tengah ..................................................................... 61
Tabel 13. Potensi Pertanian Organik Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 ............................................... 63 Tabel 14. Koperasi Peserta OVOP Disperindagkop dan UMKM .................. 65 Tabel 15. Tahapan OVOP Beras Organik di Kabupaten Karanganyar............ 66 Tabel 16. Karakteristik Responden Petani Padi Organik di Kabupaten Karanganyar .............................................................. 67 Tabel 17. Usahatani Padi Organik Selama 3 Musim Tanam di Kabupaten Karanganyar .............................................................. 69 Tabel 18. Karakteristik Responden Koperasi Induk dan Koperasi Produsen OVOP Beras Organik di Kabupaten Karanganyar .......................... 70 Tabel 19. Karakteristik Responden Dinas Pemerintahan di Kabupaten Karanganyar .............................................................. 70 Tabel 20. Identifikasi Faktor-faktor Internal Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar ……………………………………… ....... 87 Tabel 21. Harga Produk Beras di Kabupaten Karanganyar 2011-2012 ........... 92 Tabel 22. Fasilitas /Bantuan Peralatan Pertanian dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Dinas Koperasi dan UMKM ) melalui OVOP tahun 2011-2012 di Kabupaten Karanganyar .................................. 94
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 23. Identifikasi Faktor Eksternal Pengembangan Beras Organik Melalui Konsep OVOP berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar .............................................................. Tabel 24. Matrik Internal Factor Evaluation(IFE) pada Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar ................................ Tabel 25. Matrik External Factor Evaluation(EFE) pada Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar ................................ Tabel 26. Matrik SWOT pada Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar ................................ Tabel 27. Matrik Quantitative Strategic Planning pada Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar ................................
commit to user x
99
100
102
106
110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Panduan Pengembagan OVOP berbasis Koperasi di Provinsi Jawa Tengah ....................................................................... 15
Gambar 2. Kerangka Berpikir .......................................................................... 29 Gambar 3. Tahapan Penelitian ......................................................................... 37 Gambar 4. Internal- Eksternal Matrik. .................................................................... 42
Gambar 5. Diagram Persentase Komposisi Penduduk 5 Tahun Ke AtasMenurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 .................. 53
Gambar 6. Diagram Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2006-2010 ............................. 58 Gambar 7. MatrikInternal- Eksternal (IE) pada Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar ............................................. 103
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Identitas Responden..................................................................... 122 Lampiran 2. Perhitungan Usahatani Padi Organik…………………………… 124 Lampiran 3. Perhitungan Matrik IFE dan EFE………………………………. 126 Lampiran 4. Peta Kabupaten Karannganyar…………………………………. 130 Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian………………………………………… 131 Lampiran 6. Daftar Pertanyaan dan Kuesioner Penelitian…………………… 134 Lampiran 7. Instruksi Gubernur Provinsi Jawa Tengah……………………… 155
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RINGKASAN INNEKE DITA ANUGRAHENI, H0808112. “STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN BERAS ORGANIK MELALUI KONSEP OVOP (ONE VILLAGE ONE PRODUCT) BERBASIS KOPERASI DI KABUPATEN KARANGANYAR”. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Kusnandar, M.Siselaku Pembimbing Utama dan Hanifah Ihsaniyati SP, M.Siselaku Pembimbing Pendamping. Fakultas Pertanian UniversitasSebelas Maret. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor internal dan faktor eksternal, alternatif strategi dan prioritas strategi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif analitis dan teknik survei.Metode pengambilan daerah penelitian dilakukan secara sengaja. Teknik analisis data menggunakan analisis faktor intenal dan faktor eksternal dengan matrik IFE dan matrik EFE. Alternatif strategi menggunakan matrik SWOT dan matrik IE.Prioritas strategimenggunakan QSPM (Quantitative Startegic Planning Matrix). Faktor internal yang menjadi kekuatan: lahan sawah potensial yang luas, motivasi petani yang tinggi dalambudidaya padi organik, adanya fasilitas pemasaran beras organik, adanya promosi untuk pengenalan produk beras organik, koperasi produsen menyediakan berbagai sarana produksi, penelitian dan pengecekan pada lahan organik yang telah tersertifikasi, pembinaan dari Balai Penyuluh Pertanian, adanya Asosiasi Petani Organik (APPO), SOP (Standart Operating Procedure) pada on-farm dan pinjaman modal dari koperasi induk kepada koperasi produsen. Faktor internal yang menjadi kelemahan: terbatasnya lahan beras organik yang tersertifikasi organik SNI, jumlah produk beras organik masih terbatas, kemasan dan pelabelan produk beras organik masih sederhana, belum ada kebijakan yang tegas dari pemerintah pada budidaya padi organik, koordinasi antar dinas terkait yang masih lemah, kurangnya optimalnya kerja Petugas Penyuluh Pertanian, peran koperasi produsen OVOP belum maksimal, tidak semua petani padi organik tergabung dalam koperasi produsen OVOP, dibutuhkan waktu yang lama untuk mendorong petani menuju organik, pengetahuan petani mengenai pasar dan beras organik masih rendah. Faktor eksternal yang menjadi peluang: terbukanya pasar beras organik di luar daerah/kabupaten, tingginya permintaan beras organik, harga produk beras organik lebih mahal, adanya gaya hidup baru Back To Nature, peningkatan pengunjung wisata setiap tahun, adanya program pemerintah provinsi (Koperasi dan UMKM) melalui OVOP, bantuan fasilitas/teknologi dari OVOP Provinsi Jawa Tengah dan adanya program gerakan pertanian organik (Go Organic). Faktor eksternal yang menjadi ancaman: ketersediaan pupuk anorganik yang banyak dipasar, persepsi konsumen akan produk beras organik masih rendah, posisi tengkulak yang lebih kuat dari petani, standarisasi pupuk organik belum jelas, subsidi pupuk organik sama besarnya dengan pupuk anorganik, lokasi budidaya padi organik belum menjadi kesatuan daerah budidaya, tahap konversi lahan anorganik menjadi lahan organik membutuhkan waktu lama dan munculnya produk beras organik dari daerah lain. Alternatif strategi yang dihasilkan: pengoptimalan kapasitas produksi dan mutu beras organik yang tersertifikasi, membangun Brand Image produk beras organik melalui pameran, stand di lokasi wisata, dan melakukan pemetaan daerah yang paling berpotensi dalam produksi beras organik. Prioritas strategi yang dihasilkan: pengoptimalan kapasitas produksi dan mutu beras organik yang tersertifikasi (TAS 5,643632).
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SUMMARY INNEKE DITA ANUGRAHENI, H0808112. STRATEGY OF OUTSTANDING ORGANIC RICE PRODUCT DEVELOPMENT ON THE CONCEPT OF OVOP (ONE VILLAGE ONE PRODUCT) BASED ON COOPERATION IN THE KARANGANYARREGENCY. Under guidance of Dr. Ir. Kusnandar, M.Si as the Main Consultant and Hanifah Ihsaniyati SP, M.Sias the Assistant Consultant, Agricultural Faculty of Sebelas Maret University. The purposes of this study to identity the internal factors and external factors, to identity an alternative strategy and strategic priorities. This study applied a quantitative approach of descriptive methods of analytical and survey techniques. The writer used purposive method in writing the study of making the research done. The technique of data analysis of internal and external factors to the IFE (Internal Factor Evaluation) matrix and EFE (External Factor Evaluation) matrix. The determination of alternative strategies used SWOTmatrixand IE (Internal-External) matrix. As for determining the priority strategies applied matrix QSP (Quantitative Startegic Planning). Internal factors into strengths: a potential wetland that is wide enough (48 783 acres), the high motivation of farmers in the cultivation of organic rice, the availibility of organic rice marketing facilities, a campaign to introduce of organic rice products, producers' cooperatives provide various means of production, researching and checking to the certified organic land, a development of each district Agricultural Extension Agency, Asosiasi Petani Padi Organik (APPO), SOP (Standard Operating Procedure) in on-farm and capital loan from the parent cooperative to the producerscooperative. The weaknesses of Internal factors: limited organic rice organic land which is certified as SNI 5.59 acres, the amount of the organic rice products is still limited, packaging and labeling of organic rice products are still simple, there is not a firm policy of the government in organic rice cultivation yet, the weak of related inter-agency coordination, the lack of optimum job Agricultural Extension Officers, the role of producer cooperatives OVOP is not maximized, some of organic rice farmers are not the members of producer cooperatives OVOP, it takes a long time to push toward organic farmers, the farmers' knowledges about markets and organic rice are still low. The opportunities of external factors: the opening of the organic rice market outside the region/district, the high demand for organic rice, the organic rice products price is more expensive than inorganic rice, a new lifestyle Back To Nature, an increase in tourist visitors each year, the provincial government program (Dinas Koperasi danUMKM) through OVOP, the aid of facilities / technology of OVOP Central Java and the organic farming movement program (Go Organic). The threat of external factors: the adequacy of availability of organic rice in market, the low perception of consumers to organic rice, the stronger position of wholesalers than the farmers, the unsure standardization of organic fertilizers, the subsidize of organic fertilizers as big as
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
inorganic fertilizers, the cultivation area of organic rice does not become the unity of cultivation area yet, the step of organic rice field conversion to organic field needs long time and the appearance of organic rice in market from another regency. The alternative strategies may be applied: the optimization of production capacity and quality of certified organic rice, buildinga brand image of organic rice products by carrying out some exhibitions, opening stand at tourist sites, and mapping the area with the most potential in the production of organic rice. Prioritie of strategy are optimize capacity and quality of certified organic rice (TAS 5,643632)
commit to user xv
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Beras organik merupakan produk pangan yang saat ini menjadi salah satu pangan unggulan sehinggamempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan. Produk tersebut mulai dilirik oleh masyarakat karena keunggulannya pada sisi kesehatan. Menurut Andoko (2010) keunggulan utama beras organik dibanding beras biasa (ditanam dengan aplikasi pupuk buatan dan pestisida kimia sintesis) adalah relatif aman untuk dikonsumsi. Selain itu, rasa dari beras organik lebih empuk dan pulen. Keunggulan lainnya adalah warna dan daya simpan beras organik lebih baik dibanding beras biasa sesudah ditanak, beras organik akan menjadi nasi yang warnanya lebih putih dibanding beras biasa. Nasi dari beras organik pun dapat bertahan selama 24 jam, sementara nasi dari beras biasa mulai basi setelah 12 jam.Sedangkan Biocert menyatakan tentang potensi produk beras organik (2006) bahwa peluang pasar produk pangan organik, terutama padi organik masih terbuka lebar baik di dalam maupun luar negeri. Kontribusi pasar organik untuk wilayah Asia termasuk Indonesia masih potensial untuk dikembangkan. Pada Tahun 2005, pasar beras organik di Indonesia baru mencapai Rp. 28 milyar dengan pertumbuhan sekitar 22% per tahunnya. Volume produksi beras organik nasional meningkat dari 1.180 ton di Tahun 2001 menjadi hampir 11.000 ton di Tahun 2004. Beras organik tersebut sebagian besar dipasarkan di supermarket tertentu di kota-kota besar di Indonesia. Salah satu wilayah yang mengembangkan produk unggulan beras organik adalah Kabupaten Karanganyar. Kabupaten Karanganyar mempunyai potensi untuk pengembangan pertanian padi organik di Jawa Tengah yaitu didukung ketersediaan air dari pegunungan Lawu dan areal persawahan yang luas. Di sisi lain, potensi pasar yang besar bagi produk unggulan dilihat dari kunjungan wisatawan cukup yang tinggi serta potensi kelembagaan to user (kelompok tani dan koperasicommit kelompok tani (KKT). Pengembangan produk 1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
unggulan ini dilaksanakan melalui konsep OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi. One Village One Product (OVOP) merupakan suatu konsep pengembangan kompetensi inti industri daerah untuk menemukan produk yang menjadi kebanggaan dan keunikan suatu daerah dengan meningkatkan isi dan mutunya sehingga dapat diterima serta diakui nilainya baik secara nasional maupun internasional (Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah, 2011). OVOP merupakan strategi pengembangan potensi daerah di suatu wilayah untuk menghasilkan satu produk unggulan yang unik khas daerah dengan memanfatkan sumber daya lokal.OVOP (One Village One Product)berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar ini membantu pelaksanaan pengembangan produk beras organik mulai dari tahap on farm sampai dengan off farm khususnya dengan pembinaan langsung dari Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar.Melihat potensi produk beras organik Kabupaten Karanganyar terhadap peningkatan pendapatan petani yang dapat dijadikan sebagai penopang perekonomian daerah, sehingga perlu mengoptimalkan sektor pertanian khususnya produk beras organik yang didukung dengan OVOP berbasis koperasi yang harus terus dikembangkan. Akan tetapi, dalam tahap pengembangan tidak selalu berjalan mulus dan banyak menghadapi tantangan yang harus selalu dihadapi karena terdapat
faktor-faktor
kendala
yang
menjadi
permasalahan
dalam
pengembangan produk beras organik. Rasahan (2000) dalam Sutrisno (2009) mengemukakan bahwa permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian subsektor tanaman pangan terutama yang berkaitan dengan upaya peningkatan produksi beras meliputi: (1) lahan-lahan pertanian umumnya semakin berkurang tanpa diimbangi dengan pengembangan lahan yang seimbang terutama disekitar kota-kota besar baik di Jawa maupun diluar Jawa, (2) penguasaan lahan sempit rata-rata kurang dari 0,5 ha sehingga tidak ekonomis dalam usahatani, (3) saat panen raya harga komoditas jatuh antara lain sebagai akibat to user instrumen harga dasar tidakcommit berjalan dengan baik, (4) kebijakan makro
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ekonomi kurang mendukung dan kurang berpihak pada petani dalam menciptakan pembangunan tanaman pangan yang berkelanjutan, (5) aplikasi teknologi ditingkat usahatani banyak yang tidak sesuai dengan anjuran yang disebabkan oleh tingginya harga sarana produksi dan rendahnya kemampuan permodalan petani, dan (6) kondisi iklim kurang mendukung menyebabkan penurunan produksi. Pengembangan produk unggulan daerah khususnya beras organik merupakan hal pokok yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani, kesejahteraan konsumen pangan sehingga diperlukan beberapa strategi pengembangan produk tersebut sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan lokal dan luar wilayah. Pengembangan produk agribisnis pasti mengalami berbagai hambatan sehingga diperlukan strategi. Penelitian tentang strategi pengembangan telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian Handayani (2007), Harisudin (2005), Fatmawati (2009), Adiyanto (2011). Penelitian mengenai strategi di atas merupakan salah satu upaya untuk mendorong peningkatan atau pengembangan komoditi pertanian. Pada penelitian-penelitian tersebut hanya memfokuskan strategi pengembangan dengan satu obyek bahasan yaitu komoditas agribisnis. Penelitian tersebut hanya fokus pada komoditas saja, belum meneliti pihak lain dan topik lain seperti pemerintah dalam gerakan produk organik dan pertanian organik. Penelitian tentang padi organik yang telah dilakukan antara lain Widyarini (2009), Suwantoro (2008) dan Dudiagunoviani
(2009).
Penelitian-penelitian
tersebut
hanya
memfokuskanpada pengembangan padi organik secara umum yaitu mengacu pada masalah on farm dan belum mengkaji secara khusus dalam kaitannya dukungan pemerintah melalui konsep OVOP(One Village One Product) berbasis koperasi. Berdasarkan beberapa uraian di atas menyatakan bahwa beras organik merupakan produk unggulan yang mempunyai peluang pasar dan prospek yang besar. Disamping itu, strategi pengembangan ini diperlukan karena belum
ada
penelitian/kajian baik padatataran Disperindagkop dan commit to user Kabupaten Karanganyar dan UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah)
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
penelitian terdahulu sehingga penelitian Strategi Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik melalui Konsep OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar perlu dilakukan. B. Perumusan Masalah Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk pengembangan sektor pertanian. Kabupaten Karanganyar dapat menopang ketahanan pangan daerah dengan potensi yang dimiliki. Luas wilayah Kabupaten Karanganyar menurut Badan Pusat Statistik (2011) adalah 77.378,64 Ha. Kabupaten Karanganyar sebagian tanahnya merupakan tanah pertanian yang memiliki potensi cukup baik bagi pengembangan tanaman pangan dan agroindustri. Konsep OVOP(One Village One Product)berbasis koperasi telah diperkenalkan di Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2010, sedangkan Tahun 2011 merupakan tahap sosialisasi dan pengembangan awal serta Tahun 2012 merupakan tahap sosialisasi lanjutan dan pergerakan lebih lanjut. OVOP berbasis koperasi hanya dapat disalurkan melalui koperasi. Koperasi menjadi satu jalan yang menghubungkan pemerintah dengan petani. Koperasi induk (KSU AGRIKA) merupakan koperasi yang menjadi sarana tempat pemasaran produk dari semua koperasi produsen serta menjadi penyalur bantuan OVOP, sedangkan koperasi produsen merupakan koperasi penghasil produk beras organik. Peran Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar dalam upaya pengembangan produk unggulan beras organik melalui OVOP adalah pembinaan, pelatihan, packaging produk, pemasaran produk melalui KSU AGRIKA, pemberian bantuan alat-alat pendukung usahatani seperti motor tossa, mesin pengelupas kulit, mesin selep (pemutih) dan sebagainya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2011), komoditas tanaman pangan yang paling besar luasan panen dan produksinya pada Tahun 2010 adalah padi sawah dengan total luas panen sebesar 48.783 ha.Produksi padi sawah meningkat dari Tahun 2009 hingga Tahun 2010 sebesar 31.464 ton. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas tanaman padi sawah di Kabupaten commit to user Karanganyar mengalami peningkatan yang dapat menunjang ketahanan
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pangan beras. Oleh karena itu, komoditas tanaman pangan padi sawah mempunyai potensi dalam produk unggulan daerah yaitu produk beras organik sehingga diperlukan suatu strategi pengembangan. Akan tetapi, sebagian besar lahan padi organik OVOP berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar masih dalam periode transisi/konversi yaitu merupakan waktu di antara penerapan prinsip pertanian organik dan sertifikasi lahan organik. Kabupaten Karanganyar terdiri dari 17 kecamatan, akan tetapi pengembangan OVOP beras organik ini hanya merangkul 6 (enam) kecamatan sajayaitu pada 6 (enam) koperasi produsen. Disisi lain, luas areal padi sawah di Kabupaten Karanganyar tercatat sebesar 48.783 hektar. Sedangkan luas areal padi sawah yang dikembangkan melalui OVOP berbasis koperasi, masih sangat kecil yaitu 316 hektar yaitu 0,65% (Data Sementara Disperindagkop dan UMKM, 2011). Luas areal padi sawah organik yang kecil tersebut (0,65%) dapat menjadi suatu pendorong pengembangan produk pada lahan sawah yang lainnya di Kabupaten Karanganyar. Produk unggulan beras organik di Kabupaten Karanganyar dapat dikatakan masih belum baik dalam tingkat produksi(kuantitas) salah satunya karena lahan yang terbatas tersebut. Oleh karena hal tersebut maka pengembangan produk unggulan beras organik di Kabupaten Karanganyar memerlukan suatu strategi pengembangan bagi pemerintah daerah khususnya Disperindagkop dan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).Disamping itu, belum ada kajian strategi pengembangan produk unggulan beras organik baik dari tataran Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar dan penelitian terdahulu. Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.
Apa
saja
faktor
internal
dan
eksternal
dalam
pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar ? commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Alternatif strategi apa yang dapat diterapkan dalam pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar ?
3.
Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar ?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dalam pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar
2.
Mengidentifikasi
alternatif
strategi
yang
dapat
diterapkan dalam pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One village one product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar 3.
Menentukan prioritas strategi terbaik yang dapat diterapkan dalam rangka pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar
D. KegunaanPenelitian 1.
Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan peneliti terkait dengan bahan yang dikaji dan merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
2.
Bagi pemerintah daerah setempat, Disperindagkop dan UMKM, dan stakeholder lainnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran atau pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan di sektor pertanian khususnya dalam strategi pengembangan produk unggulan beras organik dengan konsep OVOP berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Bagi petani padi organik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam pengembangan produk beras organik.
4.
Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai tambahan informasi dan referensi penelitian selanjutnya.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Beras Organik Beras organik adalah beras yang dihasilkan melalui proses budidaya organik tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia sintesis. proses budidaya padi organik dilakukan dengan menggunakan pupuk organik, seperti kompos, pupuk hijau, maupun pupuk biohayati. Pemberantasan hama menggunakan pestisida alami yang dihasilkan dari daun-daun,
buah-buah
yang
difermentasikan
secara
alami
(Muladiyanto, 2011). Beras organik merupakan beras sehat kandungan gizi dan vitamin yang tinggi karena tidak menghilangkan seluruh lapisan kulit arinya dan aman karena bebas dari kandungan Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang dihasilkan dari padi yang ditanam tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia sintesis dan telah disertifikasi oleh suatu badan mandiri. Penanamannya
dilakukan
menggunakan
pupuk
alami,
hamanya
dikendalikan dengan menggunakan pestisida alami yang dibuat sendiri oleh petani langsung baik padat maupun cair yang tidak membahayakan lingkungan. Beberapa tanaman yang dapat digunakan dan diolah menjadi pestisida alami yaitu tembakau, nimbi, mengkudu, mahoni, dan sebagainya (Pracaya dalam Dudiagunoviani, 2009). Menurut (Bawolye & Syam, 2008) padi organik adalah padi yang diusahakan oleh sebuah badan independen, untuk ditanam dan diolah menurut standar “organik” yang ditetapkan. Definisi padi organik adalah : 1) Tidak ada pestisida dan pupuk dari bahan kimia sintetis atau buatan yang telah digunakan. 2) Kesuburan tanah dipelihara melalui proses
“alami” seperti
penanaman tumbuhan penutup dan/atau penggunaan pupuk kandang yang dikomposkan dan limbah tumbuhan. commit to user
8
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Tanaman dirotasikan di sawah untuk menghindari penanaman tanaman yang sama dari tahun ke tahun di sawah yang sama. 4) Pergantian
bentuk-bentuk
bukan
kimia
sintesis,
misalnya
pengendalian hama dan gulma digunakan serangga yang bermanfaat untuk memangsa hama serta daun jerami setengah busuk untuk menekan gulma, juga organisme lain untuk menekan serangan penyakit. Konsumen menganggap produk-produk organik sebagai produk yang lebih aman dan sehat, dan memiliki nilai gizi yang lebih besar. Menurut sebuah studi Tahun 2006 oleh US Department of Agriculture's Research Service, beras organik mengandung protein lebih besar dari beras konvensional yang tumbuh dengan pupuk an-organik, namun bahwa isi pati dan mineral sama. Pada penelitian Tahun 2007 diterbitkan dalam "Journal of Agronomy for Sustainable Development". Para peneliti menemukan bahwa beras organik mengandung lebih banyak zat besi dan tembaga dari pada beras konvensional. Beras organik memang tampak menjadi lebih putih dan lembut saat dimasak dibanding beras konvensional (Grimm, 2011). Beras organik mengalami peningkatan permintaaan. Konsumen menyatakan bahwa beras organik lebih aman, lebih segar, sehat, dan rasa lebih baik dari beras konvensional. Persepsi perbedaan dalam rasa dan tekstur antara organik dan konvensional dapat dipengaruhi oleh preferensi atau perbedaan komposisi. Isi protein beras tumbuh dengan 50% dari tingkat nitrogen pupuk dan organik disarankan adalah sama dan lebih rendah dibandingkan beras tumbuh dengan 100% dari tingkat pupuk nitrogen yang dianjurkan. Pati dan mineral isi antara beras organik dan anorganik tidak berbeda. Tetapi kadar protein lebih tinggi terdapat pada beras organik dan protein mempengaruhi tekstur beras
(Champagne
et. all, 2006). Beras organik dikemas dalam kantung atau karung berlabel beras organik dan dijual dengancommit harga yang relatif lebih mahal dibanding beras to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
biasa. Sertifikasi produk perlu diadakan karena pada dasarnya setiap bahan makanan yang dipasarkan ke masyarakat secara eceran dan berlabel harus memenuhi unsur legalitas. Sertifikasi produk pun menunjukkan mutu produk tersebut sangat terjamin sehingga konsumen merasa aman dan yakin terhadap produk yang dibeli. Konsumen akan merasa aman mengonsumsi beras organik sesuai keterangan yang tertera dalam label kemasan. Oleh karenanya, beras organik berlabel menjadi sah dan aman dari segi hukum maupun kesehatan (Andoko,2010) Hal di atas didukung dengan pendapat Hossain, et.all (2007) menyatakan telah tiba waktunya menuju pertanian padi organik dari pertimbangan pembangunan pedesaan dan faktor sosial-ekonomi dan lingkungan.
Pertanian
organik
berkembang
pesat
dan
sekarang
dipraktekkan di lebih dari 120 negara di dunia. Ada dua aliran pertanian organik di Asia, satu sebagai bagian dari pertanian berkelanjutan dan lainnya yang berorientasi ekspor produk organik. Sekarang penting untuk memverifikasi kesempatan untuk mengekspor beras organik yang dihasilkan dari biaya rendah (tenaga kerja dan input pertanian). 2. Produk Unggulan Produk
unggulan
dihasilkan
melalui
suatu
proses
yang
memperhatikan biaya produksi, kuantitas produksi, waktu, proses, jaminan mutu (quality assurance), waktu pemasaran dan transportasi serta faktorfaktor lainnya sehingga produk unggulan tersebut mampu berkompetisi di pasar baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Produk unggulan (competitive product) merupakan hasil proses dari suatu kegiatan berupa barang, atau jasa yang dihasilkan oleh proses produksi yang mempunyai daya saing tinggi. Produk unggulan dapat diukur dari indikator strategik, yaitu: a. Indikator ekspor,
yang dapat diukur dari
besar bobot dan
perkembangan nilai volume ekspor yang berkelanjutan, commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Indikator kandungan lokal dalam produk, yang dihitung menurut nilai impor bahan baku sejenis dari jumlah volume bahan baku terhadap total bahan baku untuk menghasilkan produk tersebut, c. Indikator penyerapan tenaga kerja, diukur dengan menghitung porsi pengeluaran
tenaga
kerja
dibandingkan
nilai
proses
untuk
menghasilkan produk, d. Indikator pertumbuhan nilai tambah, yang dihitung berdasarkan pertumbuhan rata-rata tahunan, e. Indikator keterkaitan antar sektor, dihitung atas dasar keterkaitan pada proses dan produk unggulan yang berlangsung dari tahun-ketahun sebelumnya dan kedepannya, f. Indikator konservasi lingkungan, proses untuk menghasilkan produk unggulan yang berwawasan lingkungan yang akan dapat mengurangi kerugian atau kerusakan pada lingkungan g. Indikator jangkauan pemasaran, menunjukkan daerah pemasaran produk unggulan (Hamzah, 2011). Strategi
pengembangan
sentra
produk
unggulan
perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Potensi yang ada dan dapat dikembangkan dan dalam proses pemanfaatan, b. Menganalisis keterkaitan dan manfaat peluang pasar, c. Prioritas dititikberatkan pada pengembangan produk unggulan yang sudah menghasilkan komoditi unggulan sekaligus barang ekspor yang menghasilkan devisa. Pemanfaatan fasilitas terbangun yang memberi kemudahan pelayanan (Rahmad, 2007). 3. OVOP (One Village One Product) a. Konsep Umum OVOP (One Village One Product) OVOP (One Village One Product) bukan suatu inovasi teknologi baru bagi komunitas agribisnis. Konsep ini sudah dikenal sejak Tahun 2001. Pertama kali OVOP diperkenalkan oleh komunitas kota kecil Oita, Jepangcommit yang diterjemahkan sebagai ”paling sedikit satu to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
daerah menghasilkan satu produk unggulan”. Di Thailand OVOP lebih dikenal sebagai OTOP, yaitu One Tambon One Product yang di ”adopt” oleh pemerintah untuk mengurangi kemiskinan di negara ini. Melalui konsep OVOP ini beberapa negara di Asia Tenggara menemukan keunggulan bersaing berdasarkan potensi sumberdaya dari masing-masing produk negara tersebut. Oleh karena prakarsa OVOP berawal dari Oita, Jepang, maka negara ini melalui Japan External Trade Organization(JETRO) dan Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) membantu pelaksanaan promosi dan perkembangan OVOP untuk mendorong perekonomian negara-negara berkembang khususnya Least Development Countries (LDCs) sehingga pasar dan tampilan produk yang menarik dari negara-negara kurang berkembang tersebut termasuk negaranya sendiri dapat dipromosikan kepada masyarakat luas. Efektivitas dan keberhasilan OVOP tersebut tidak lepas dari 6 kunci sukses pelaksanaannya, yaitu: kesadaran dan pemahaman SDM tentang OVOP, menggali potensi yang tersembunyi dari masing-masing desa/wilayah. Selain memperhatikan produkproduk yang memiliki nilai tambah lebih tinggi, melanjutkan percobaan-percobaan
dan
usaha-usaha
yang
terus-menerus,
membangun pasar dan saluran distribusi serta pembinaan bakat dan kreativitas SDM, juga merupakan beberapa kunci sukses penerapan Konsep OVOP (Dahliani, 2009). Hal yang penting dalam OVOP di Jepang adalah inisiatif dan inovasi dalam keunggulan lokal. Gerakan OVOP diluncurkan pada Tahun 1979 saat itu Gubernur Oita, Dr Morihiko Hiramatsu. Beliau mendorong warga di desa-desa dan kota-kota untuk memilih produk khas desa mereka atau kota kemudian menumbuhkannya menjadi nasional, atau bahkan global. Hal yang paling penting dari model OVOP Jepang adalah inisiatif dan inovasi praktis oleh penduduk setempat. Kegiatan sehari-hari, alam dan hiburan lokal dapat diubah commit useryang akan dipasarkan. Terkadang, menjadi produk berharga atautojasa
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ide-ide datang dari luar tetapi dijabarkan ke dalam peristiwa lokal atau kegiatan yang menggunakan sepenuhnya atau sebagian sumber daya lokal, baik material dan manusia. Kantor-kantor publik, terutama pemerintah lokal, nasional berfungsi sebagai fasilitator kegiatan OVOP membantu
inovasi
teknis,
produksi,
dan
pemasaran
(Kurokawa et.all, 2010). b. Koperasi Koperasi merupakan suatu lembaga usaha yang mengakomodir kepentingan dan kebutuhan anggota. Karakteristik anggota koperasi yang khas yaitu sebagai pemilik sekaligus pelanggan/pengguna koperasi. Karenanya koperasi merupakan lembaga usaha yang berakar pada kepentingan dan kebutuhan anggota. Koperasi berbasis komoditas unggulan sebagai lembaga usaha harus mengahadapi persaingan dengan lembaga usaha lainnya. Oleh karena itu koperasi harus dapat menciptkan efek koperasi (cooperative effect) yang lebih baik dari usaha yang dilakukan secara perorangan. Selain itu koperasi harus pula mampu menciptakan efek pasar (market effect) yang lebih baik
jika
dibandingkan
dengan
perusahaan
non
koperasi
(Ambya, 2006). Kelembagaan
koperasi
bermanfaat
untuk
memperkuat
posisi/keberadaan kelompok sehingga mendapatkan kepastian hukum. Di bidang usaha, kelembagaan koperasi ini berfungsi untuk memediasi akses pembiayaan, untuk memediasi akses produksi, untuk memediasi akses pemasaran, untuk memenuhi persyaratan pengucuran Konsep Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah (Hamzah, 2011). Tugas penyediaan KUD (Koperasi Unit Desa). Terdapat lima fasilitas yang harus tersedia agar anggota dapat berproduksi dengan baik dan dapat mempercepat pembangunan pertanian kelima fasilitas tersebut adalah pemasaran hasil produksi, perubahan-perubahan teknologi, tersedianya saprodi dan peralatannya, insentif produksi pada commit(Swasono, to user 1983). petani dan alat-alat transport
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Konsep OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi Konsep OVOP sedang digalakkan di Indonesia dengan mengadopsi konsep OVOP dari Jepang. Di Indonesia penerapan konsep OVOP melalui koperasi diprakarsai oleh Kementrian Koperasi dan UKM sehingga menjadi konsep OVOP berbasis koperasi. Kementrian Koperasi dan UKM (2010) menyatakan bahwa sesuai dengan semangat Inpres No. 6 Tahun 2007 tentang percepatan sektor riil, maka pengembangan OVOP melibatkan seluruh komponen pemerintahan baik yang di Pusat maupun Daerah serta masyarakat setempat. Keberhasilan gerakan OVOP di suatu daerah sangat ditentukan oleh keterlibatan dan partisipasi seluruh lintas pelaku terutama pemerintah daerah serta seluruh komponen masyarakat yang menekuni produk/ komoditasnya masing-masing. Seiring dengan Instruksi Gubernur Provinsi Jawa Tengah (2011) dalam rangka mewujudkan pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis agrobisnis, pertanian, UMKM dan industri padat karya, diperlukan koordinasi, sinkronisasi dan komitmen dari pemangku kepentingan
guna
pengembangan
komoditas
unggulan
daerah
pedesaan melalui pendekatan sistem One Village One Product. Pendekatan sistem OVOP berbasis Koperasi sesuai dengan Instruksi Gubernur Jawa Tengah Nomor 518/23546 Tanggal 30 Desember 2011 dapat digambarkan pada skema di bawah ini:
commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 1. Panduan Pengembangan OVOP berbasis Koperasi di Provinsi Jawa Tengah, 2011(Sumber: Ingub Provinsi Jawa Tengah 2011) Konsep
OVOP
berbasis
koperasi
diprakarsai
oleh
Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia. Tujuan pengembangan konsep OVOP (One Village One Product) antara lain: 1) Mengembangan komoditas unggulan daerah yang memiliki potensi pemasaran lokal maupun internasional. 2) Mengembangkan dan meningkatkan kualitas serta nilai tambah produk, agar mampu bersaing dengan produk dari luar negeri (impor). 3) Khusus kegiatan OVOP yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM dalam mengembangkan OVOP harus melalui Koperasi. 4) Meningkatkan
pendapatan
masyarakat
setempat
(Kementrian Koperasi dan UKM, 2010). Prinsip Gerakan OVOP (One Village One Product) antara lain: 1) Lokal Tapi Global: Pengembangan Gerakan OVOP bertujuan untuk meningkatkan, mengembangkan dan memasarkan produk yang bisa menjadi sumber kebanggaan masyarakat setempat. Terutama yang bisa dipasarkan baik di dalam maupun di luar negeri sehingga tercapai commit to user tujuan “Lokal Tapi Global”.
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Kemandirian dan Kreativitas: Sebagai penghela gerakan OVOP adalah masyarakat setempat. Agar mampu mandiri masyarakat harus mampu bangkit dan kreatif. 3) Pengembangan Sumberdaya Manusia: Pemerintah Daerah harus menyadari dan mampu mendorong sumberdaya manusia yang kreatif dan inovatif. Mampu melakukan terobosan baru di sektor pertanian, industri, pariwisata, jasa, serta pemasaran produknya. Sehingga meningkatkan
kualitas,
produktivitas,
dan
daya
saing
(Kementrian Koperasi dan UKM, 2010). 4. Arti penting Strategi Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumberdaya perusahann dalam jumlah yang besar. Selain itu, strategi mempengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan, biasanya untuk lima tahun kedepan dan karenanya berorientasi ke masa yang akan datang. Strategi mempunyai konsekuensi multifungsional atau multidivisional serta perlu mempertimbangkan, baik faktor eksternal maupun internal yang dihadapi perusahaan (David, 2009). Marrus dalam Umar (2001) mendifinisikan strategi sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Sedangkan Grant (1999) menyatakan bahwa strategi sebagai target. Konsep strategi akan digabungkan dengan visi dan misi untuk menentukan di mana perusahaan akan berada dalam masa yang akan datang. Penetapan tujuan tidak hanya dilakukan untuk memberikan arah bagi penyusunan strategi, tapi juga untuk membentuk aspirasi bagi perusahaan. Dengan demikian, strategi juga dapat berperan sebagai target perusahaan. Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptatif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi. Suatu perusahaan dapat commit to user ancaman eksternal dan merebut mengembangan strategi untuk mengatasi
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peluang yang ada. Proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan strategi. Tujuan perencanaan strategi adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal
sehhingga
perusahaan
dapat
mengantisipasi
perubahan
lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat dibedakan secara jelas, fungsi manajeman, konsumen, distributor, dan pesaing. Jadi perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada. Definisi strategi pertama yang dikemukan oleh Chandler (1962:13) menyebutkan bahwa “strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut”. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsepkonsep tersebut adalah sebagai berikut: a.
Distinctive Competence: tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.
b.
Competitive Advantage: kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. (Rangkuti, 2006). Taghibigloo (2011) mendifinisikan perencanaan strategis sebagai
proses dalam organisasi yang menganalisis dan mengenali lingkungan eksternal dan internal. Selain itu, perencanaan strategis dapat membantu untuk membuat strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hunger & Whellenn (1996) menyatakan bahwa manajemen strategis adalah suatu kesatuan rangkaian keputusan dan tindakan yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Tercakup di dalamnya mengenali
dan
menganalisa
mengimplementasikan pengendalian.
lingkungan,
memformulasi
strategi dan melakukan commit to user
evaluasi
strategi, berikut
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Perumusan Strategi Perumusan strategi mencakup kegiatan pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi alternatif dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan (David, 2009). Perumusan strategi didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat berubah dengan cepat sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman yang datang dari pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi perubahan faktor eksternal tersebut juga mengakibatkan perubahan faktor internal perusahaan seperti perubahan terhadap kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki perusahaan tersebut (Rangkuti, 2006). d. Faktor Lingkungan Internal Kekuatan
dan
kelemahan
internal
merupakan
aktivitas
terkontrol suatu organisasi yang mampu dijalankan dengan sangat baik atau buruk. Mereka mucul dalam manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan
aktivitas
sistem
informasi
manajemen
suatu
bisnis.
Mengidentifikasi serta mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasional dalam wilayah-wilayah fungsional suatu bisnis merupakan sebuah aktifitas manajemen strategis yang esensial. Organisiasi berjuang untuk menjalankan strategi yang mampu mengandalkan kekuatan internal sekaligus meniadakan kelemahan internal (David, 2009). Kekuatan dan kelemahan perusahaan atau sering disebut kompetensi perusahaan bisa dilihat dari fungsi-fungsi bisnis yang ada di dalam perusahaan: fungsi operasi dan produksi. Fungsi keuangan, fungsi pemasaran, penelitian dan pengembangan, sumber daya commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
manusia, sistem informasi manajemen dan budaya perusahaan (Dirgantoro, 2001). e.
Faktor Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal pada umumnya dilihat dari sisi politik, ekonomi, sosial dan teknologi. Sedangkan aspek-asek internal perusahaan konvensional pada umumnya dibagi atas lima aspek yaitu aspek keuangan, SDM(sumber daya manusia), organisasi, pemasaran, produksi/operasi dan sistem informasi (Umar, 2001). Peluang dan ancaman eksternal menunjuk pada berbagai tren dan kejadian ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan hidup, politik, hukum, pemerintahan, teknologi dan kompetitif yang dapat secara signifikan menguntungkan atau merugikan suatu organisasi di masa yang akan datang. Sebagian besar peluang dan ancaman berada di luar kendali suatu organisasi (David, 2009).
f.
Matrik IFE dan EFE Matrik Evaluasi Faktor Internal (IFE) merupakan alat perumusan strategi yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area-area fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan di antara area tersebut. Sedangkan Matrik Evaluasi Faktor Eksternal (Matrik EFE) memungkinkan para penyusun strategi untuk meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hokum, teknologi, dan kompetitif (David, 2009). Umar (2001) menyatakan bahwa matrik IFE (Internal Factor Evaluation) digunakan untuk mengetahui faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal perusahaan dapat digali dari beberapa fungsional perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi, dan produksi/operasi. commit to user Sedangkan matrik EFE (External Factor Evaluation) digunakan untuk
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi,
sosial,
budaya,
demografi,
lingkungan,
politik,
pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri di mana perusahaan berada, serta data eksternal relevan lainnya. Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusaahaan. Penentuan bobot setiap variabel dilakukan dengan cara penilaian bobot faktor strategis eksternal dan internal organisasi kepada informan yang telah dipilih, yang mengetahui betul kondisi dan permasalahan pada suatu organisasi. Penentuan bobot untuk matrik IFE dan matrik EFE dilakukan dengan menggunakan metode Paired
Comparison
Dudiagunoviani,
Scales
2009).
(Kinnear
Metode
dan
tersebut
Taylor
dalam
digunakan
untuk
memberikan penilaian setiap faktor penentu eksternal dan internal. g.
Matrik Internal- Eksternal (IE) Matrik IE merupakan alat untuk menentukan posisi suatu perusahaan didasarkan pada analisis internal eksternal perusahaan. Matrik ini dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategis yang berbeda (David, 2009). Matrik Internal Eksternal (IE) ini dikembangkan dari model General Electric (GE-Model). Parameter yang digunakan meliputi parameter kekuatan internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail (Rangkuti, 2006).
h. Matrik SWOT(Strenght Weakness Opportunities Threats) Matrik SWOT(Strenght Weakness Opportunities Threats) adalah alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diselesaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. (Rangkuti, 2006). Matrik SWOT merupakan matching tool yang penting untuk membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi. Keempat strategi yang dimaksud adalah strategi SO (StrengthOpportunity), strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi ST (Srtenght-Threat), dan strategi WT (Weakness-Threat). Pada Matrik ini, menentukan key succes factors untuk lingkungan internal dan eksternal merupakan bagian
yang sulit sehingga dibutuhkan
judgement yang baik (Umar, 2001). Strategi SO memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Strategi ST menggunakan kekeuatan sebuah perusahaan atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi WT merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal
(David,
2009). Sedangkan dalam Rangkuti (2011)
menyatakan bahwa tidak semua rencana strategi yang disusun dari TOWS Matrik ini digunakan seluruhnya. Strategi yang dipilih adalah strategi yang dapat memecahkan isu strategi perusahaan. Zardeini (2012) menyatakan pada awal abad kedua puluh satu, SWOT model disarankan dalam kerangka kerja untuk analisis kasus di banyak manajemen strategis terkemuka dan pemasaran. Senada dengan Liu (2007) dan Taboli (2011) menyatakan faktor penting dalam mendefinisikan masa depan perusahaan adalah lingkungan eksternal dan internal. Faktor tersebut disebut sebagai faktor strategis dan diringkas dalam analisis SWOT. Matrik SWOT dibangun berdasarkan analisis SWOT. Hasilnya digunakan dalam pencocokan antara sumber daya perusahaan dan kemampuan dengan peluang commit to user pasar.
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
i.
QSPM Umar (2001) menyatakan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) adalah alat yang dirokemendasikan para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan key success factor internal-eksternal
yang telah
diidentifikasikan sebelumnya. Secara konseptual tujuan QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan. Hal ini didukung oleh Nurhayati (2008) yang menyatakan bahwa QSPM merupakan hasil keputusan strategis setelah menilai skor kemenarikan (Attractiveness Score/AS) setiap faktor strategis baik faktor internal maupun ektsernal. QSPM adalah alat yang memungkinkan para penyusun strategi mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya. QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan
kristis
eksternal
dan
internal
kunci
dimanfaatkan/ditingkatkan daya tarik relatif dari masing-masing strategi dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari masingmasing faktor keberhasilan kritis internal dan eksternal. Sifat positif dari QSPM adalah rangkaian strategi ini dapat diperiksa secara berurutan atau bersamaan dan alat ini mengharuskan perencanaan strategi untuk memadukan faktor-faktor eksternal dan internal yang terkait ke dalam proses keputusan. Mengembangkan QSPM membuat kemungkinannnya kecil faktor-faktor kunci terabaikan atau diberi bobot tidak sesuai. Suatu QSPM menarik perhatian akan pentingnya hubungan-hubungan
yang
mempengaruhi
keputusan-keputusan
strategis. Walaupun mengembangkan QSPM memerlukan sejumlah to user keputusan subyektif, commit membuat beberapa keputusan kecil sepanjang
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
proses akan meningkatkan kemungkinan strategi akhir adalah yang terbaik untuk organisasi (David, 2009). 6. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang strategi pengembangan komoditas pertanian dan produk agribisnis telah banyak dilakukan antara lain penelitian Fatmawati (2009) yang berjudul Strategi Pengembangan Industi Kecil Tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten, Handayani (2007) yang berjudul Strategi Pengembangan Agribisnis Kedelai (Glicyne max L.Merril) di Kabupaten Sukoharjo, dan Harisudin (2005) yang berjudul Strategi Pengembangan dan Penempatan Produk Suplemem Makanan dari Bahan Nabati. Fatmawati (2009) penetuan alternatif strategi menggunakan matrik SWOT yang menghasilkan alternatif strategi dengan perbaikan sarana dan prasarana produksi, dan sumberdaya manusia serta penanaman modal swasta dengan dukungan dari pemerintah, meningkatkan dan mempertahankan kualitas dan kuantitas tempe serta efisiensi penggunaan sarana dan prasarana produksi, meningkatkan kualitas sumberdaya penegusaha secara teknis, moral, spiritual melalui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan daya saing tempe. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan industri kecil tempe di Kabupaten Klaten berdasarkan analisis matrik QSP adalah perbaikan sarana dan prasarana produksi dan sumberdaya manusia serat penanaman modal swasta dengan dukungan pemerintah. Penelitian di atas seiring dengan Handayani (2007) yang memperoleh alternatif strategi dengan matrik SWOT. Strategi S-O yang diperoleh dengan mengoptimalkan pemanfaatan SDA, saprotan dan infrastruktur yang didukung oleh pengalaman berusahatani dan S-I untuk meningkatkan produksi dan kualitas kedelai sesuai permintaan pasar, untuk strategi W-O yaitu memanfaatkan bantuan dana dari pemerintah untuk modal usaha, untuk strategi S-T yaitu memperbaiki perumusan dan commitbidang to userpertanian melalui perbaikan dan implementasi kebijakan terkait
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
manajemen pembangunan pertanian, untuk strategi W-T yaitu memperkuat kelembagaan petani untuk meningkatkan kualitas produksi kedelai. Kemudian prioritas strategi diperoleh berdasarkan Matrik QSP dalam upaya pengembangan agribisnis kedelai di Kabupaten Sukoharjo dalam memberdayakan kelembagaan dan organisasi ekonomi di pedesaan dengan peningkatan kualitas SDM, sarana prasarana dan permodalan untuk meningkatkan kualitas produksi kedelai. Sedangkan Harisudin (2005) menggunakan metode analisis data berupa analisis faktor internal dan eksternal menggunakan matrik IFE dan EFE, pada tahapan penentuan alternatif strategi (tahap matching stage) menggunkan matrik IE dan matrik SWOT serta prioritas strategi dengan matrik QSP. Hasil penelitian pada matrik IFE menunjukkan bahwa kekuatan terbesar pada perusahaan yang memproduksi suplemen makanan dari bahan nabati adalah pengawasan mutu pada setiap prosesnya. Hasil dari matrik EFE menunjukkan bahwa ancaman terbesar perusahaan datang dari faktor ketergantungan proses produksi pada perusahaan lain. Hasil analisis matrik IE(Internal/Ekternal) menunjukkan bahwa posisi bersaing berada pada kuadran V yang berarti posisi bersaingnya berada pada fase harus mempertahankan dan memelihara (Hold and Maintain). Penyusunan alternatif strategi menggunakan alat bantu matrik SWOT meliputi strategi SO, ST, WT dan WO. Penentuan prioritas strategi dilakukan dengan QSPM menghasilkan urutan peringkat strategi yaitu ekspansi pasar melalui promosi yang efektif kepada konsumen target(bobot 7,2); memanfaatkan kemajuan teknologi untuk melakukan perbaikan pada proses produksi maupun lini produknya(bobot 6,72); meningkatkan daya saing produk pada tataran ilmiah maupun bisnis pada konsumen (bobot 6,49); mempertahankan dan meningkatkan kepuasan pada konsumen(bobot 6,47) dan meningkatkan akses ke saluran distribusi sampai pada tingkat retail (bobot 5,88). Penelitian tentang pengembangan beras organik belum banyak commit user dilakukan. Penelitian yang telah to dilakukan oleh Dudiagunoviani (2009)
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol Bogor
Selatan,
(Studi Kasus: Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan
Kota
Bogor),Widyarini
(2009)
berjudul
Strategi
Pengembangan Agribisnis Padi Organik Sebagai Komoditas Unggulan Di Kabupaten Banyumas, dan Suwantoro (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengembangan Pertanian Organik Di Kabupaten Magelang (Studi Kasus Di Kecamatan Sawangan). Widyarini (2009) menganalisis kondisi agribisnis padi organik dan pemasaran beras organik di Kabupaten Banyumas diperoleh prioritas utama yaitu dengan melakukan sertifikasi beras organik agar produknya mampu bersaing dengan produk daerah lain dan tidak kalah dengan produk luar negeri. Usahatani padi organik juga layak untuk dikembangkan karena memberikan keuntungan bagi petani. Disarankan agribisnis padi organik di Kabupaten Banyumas terus dikembangkan dengan memanfaatkan potensi yang ada. Pemerintah juga harus memfasilitasi petani agar dapat memperoleh sertifikasi dan lembaga berwenang, sehingga produk beras organik Kabupaten Banyumas diakui oleh masyarakat luas. Suwantoro (2008) melakukan pendekatan perencanaan kebijakan pengembangan pertanian organik dengan melibatkan seluruh para pihak. Pelibatan para pihak yang berkaitan dengan pengembangan pertanian organik akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan pengembangan pertanian organik. Pelaku pertanian organik yang selama ini secara mandiri mengembangkan pertanian organik dapat menjadi mitra yang tangguh bagi pemerintahmenganalisis tentang kondisi pertanian organik khususnya padi organik. Disisi lain Dudiagunoviani (2009) menganalisis faktor-faktor yang dapat menghambat pertanian organik dengan menggunakan analisis matrik IE yang menunjukkan posisi kelompok tani padi organik, kemudian menganalisis alternatif strategi yang dapat diterapkan dengan strategi tumbuh bina yang umumnya dilakukan melalui stategi intesif yaitu melalui penetrasi pasar, pengambangan pasar dan pengembangan produk. commit to user Penentuan strategi prieoritas menggunakan QSPM sehingga diperoleh
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
prioritas strategi (strategi 1) yaitu dengan memperluas jaringan pasar (TAS bobot 7,377). Ketiga penelitian mengenai strategi pengembanganyang telah dilakukan oleh Fatmawati (2007), Handayani (2009) dan Harisudin (2005) merupakan salah satu upaya untuk mendorong peningkatan atau pengembangan komoditi pertanian atau produk agribisnis. Pada penelitian Fatmawati (2007) dan Handayani (2009) pada penentuan alternatif strategi hanya dengan matrik SWOT saja sehingga tidak dapat mengetahui posisi bersaing pada obyek penelitiannya,. Sedangkan Harisudin (2005) menggunakan analisis matrik IFE dan EFE kemudian dilanjutkan dengan penentuan Matrik IE yang dapat memberikan gambaran lebih dalam, tentang posisi bersaing obyek peneltiannya. Melalui matrik IE juga akan memberikan sumbangan dalam penentuan alternatif strategi yang akan dibentuk. Kemudian dipadukan dengan Matrik SWOT sehingga diperoleh alternatif strategi yang lebih baik karena mempertimbangakan hasil 2 matrik pada tahapan matching stage. Pada tahapan prioritas dengan matrik QSP, matrik ini dipilih karena dapat menghasilkan gambaran strategi terpilih yang terbaik sehingga matrik ini banyak digunakan dalam penelitian terdahulu. Penelitian tentang padi organik yang telah dilakukan oleh Widyarini (2009), Suwantoro (2007) dan Dudiagunoviani (2008) hanya fokus pada aspek komoditas sajabelum meneliti topik lain seperti tindakan pemerintah dalam gerakan produk organik dan pertanian organik seperti halnya konsep OVOP berbasis koperasi dan belum menggunakan alat analisis
seperti
yang
dilakukan
pada
ketiga
penelitian
strategi
pengembangan yang telah dibahas di paragraf atas. Hanya pada penelitian padi organik yang dilakukan oleh Dudiagunoviani (2008) telah mengkaji padi organik dengan menggunakan matrik IFE dan matrik EFE untuk identifikasi dan analisis Matrik IE untuk alternatif dan Matrik QSP dalam penentuan prioritas strategi yang terbaik.Oleh karena hal tersebut, commit to user penelitian Strategi Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Melalui Konsep OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar dapat memperkaya khasanah penelitian dan mampu mempertajam penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebelumnya. B. Kerangka Berpikir Komoditas tanaman pangan yang mempunyai luas panen dan produktivitas tertinggi adalah pada sawah (Badan Pusat Statistik, 2011). Potensi produk tanaman pangan yang sedang dikembangkan adalah produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi. Beras organik merupakan produk unggulan daerah karena produk tersebut mempunyai kualitas kesehatan yang lebih baik dan mempunyai nilai jual yang lebih tinggi dibanding dengan produk beras konvensional. Telah dijelaskan dalam rumusan masalah bahwa luas areal padi sawah di Kabupaten Karanganyar tercatat sebesar 48.783 ha, sedangkan luas lahan pengembangan OVOP produk unggulan beras organik mempunyai luas lahan sawah hanya sebesar 316 ha (Data Sementara Disperindagkop dan UMKM). Berdasarkan angka tersebut dapat menggambarkan bahwa kondisi dari keberlanjutan produksi dari padi organik melalui konsep OVOP masih sangat kecil dilihat dari sisi luas areal pengembangan. Penelitian ini dimulai dengan menganalisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal dalam pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi. Konsep OVOP ini merupakan konsep dari Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah yang diteruskan oleh Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar. Analisis yang digunakan adalah analisis faktor-faktor internal dan eksternal kemudian dianalisis menggunakan matrik IFE dan EFE. Lingkungan internal adalah daerah Kabupaten Karanganyar dalam pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi
meliputi sumber daya
daerah seperti dinas pemerintah terkait konsep OVOP berbasis koperasi (Disperindagkop dan UMKM), Dispertan dan instansi kepemerintahan terkait, Koperasi OVOP berbasis koperasi, Petani padi organik. Lingkungan eksternal adalah faktor-faktor dari luar yang tidak bisa dikendalikan Kabupaten commit to user Karanganyar dalam usaha pengembangan produk unggulan beras organik
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melalui konsep OVOP berbasis koperasi yang dapat mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan yaitu lingkungan luar Kabupaten Karangnyar; Disperindagkop dan UMKM dan koperasi Induk yaitu sumber daya manusia (petani padi organik peserta konsep OVOP); Dispertan; dan koperasi produsen (KSU, KKT dan KUD). Setelah dilakukan pemberian skor pada matrik IFE dan EFE, maka dapat diteruskan dengan matrik IE(Internalekxternal) untuk mengetahui posisi bersaing organisasi yang dapat menjadi pertimbangan dalam penetuan alternatif strategi pengembanganproduk unggulan beras organik dengan konsep OVOP berbasis koperasi. Alternatif strategi dapat diperoleh dengan perpaduan antara hasil Matrik IE (internal external) dan Matrik SWOT. Pada matrik IE menggambarkan posisi bersaing pada 9 sel yang menyatakan alternatif strategi sedangkan Matrik SWOT ini akan menghasilkan beberapa alternatif strategi dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Kemudian hasil dari kedua matrik pada tahap matching stage tersebut dapat dipadukan sehingga diperoleh alternatif strategi yang terpilih. Berdasarkan alternatif strategi tersebut, diperlukan penilaian atau evaluasi untuk memutuskan proritas strategi terbaik yang dapat diaksanakan. Pada tahap pemilihan strategi/keputusan (decision stage) ini alat analisis kuantitatif yang digunakan adalah Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). QSPM memungkinkan perencana strategi mengevaluasi alternatif strategi secara obyektif. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun kerangka berpikir dalam penelitian ini, sebagai berikut:
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2. Kerangka Berpikir Strategi Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik melalui Konsep OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar C. Pembatasan Masalah 1. Faktor internal yang dianalisis meliputi kondisi keuangan, pemasaran, sumber
daya
manusia,
produksi/operasional,
penelitian
dan
pengembangan, serta organisasi yang ada di Kabupaten Karanganyar. 2. Faktor eksternal yang dianalisis meliputi kondisi konsumen, sosial dan budaya, pemerintah pusat, lingkungan alam, teknologi dan persaingan commit to user yang ada di Kabupaten Karanganyar.
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Harga faktor produksi dan hasil diperhitungkan sesuai dengan harga setempat yang berlaku saat penelitian. 4. Bidang usaha koperasi yang dikaji dalam penelitian adalah bidang yang berkaitan dengan produksi beras organik khususnya pada Koperasi induk dan Koperasi produsen. 5. Pihak-pihak yang menjadi responden adalah Disperindagkop dan UMKM, Koperasi produsen, Koperasi induk, Dinas pertanian dan petani padi organik di Kabupaten Karanganyar pada 6 kecamatan: Kecamatan Matesih, Kecamatan
Kecamatan
Mojogedang,
Kebakkramat,
Kecamatan
Kecamatan
Jaten
Karangpandan, dan
Kecamatan
Tawangmangu. D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1.
Definisi Operasional a.
Produk Unggulan (competitive product) merupakan hasil proses dari suatu kegiatan berupa barang, atau jasa yang dihasilkan oleh proses produksi yang mempunyai daya saing tinggi (Hamzah, 2011). Produk unggulan pada penelitian ini adalah beras organik di Kabupaten Karanganyar.
b.
Strategi adalah cara mencapai tujuan-tujuan jangka panjang. Strategi dalam perumusannya perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal meliputi eksternal yang dihadapi perusahaan (David, 2009) yang dapat mempengaruhi usaha pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar.
c.
Alternatif strategi pengembangan produk unggulan beras organik merupakan tindakan/cara untuk mencapai tujuan pengembangan produk unggulan melalui konsep OVOP berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar.
d.
Lingkungan internal adalah faktor-faktor dari dalam pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP meliputi aspek keuangan, aspek produksi/operasi, aspek sumber daya manusia, aspek pemasaran, aspek produksi/operasional, aspek commit to user penelitian dan pengembangan, serta aspek organisasi.
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e.
Lingkungan
eksternal
adalah
faktor-faktor
dari
luar
usaha
pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP yang dapat mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan yaitu meliputi aspek perekonomian, aspek sosial budaya, aspek teknologi dan aspek persaingan, aspek sosial budaya, aspek lingkungan, dan aspek persaingan. f.
Analisis faktor internal dan faktor eksternal menggunakan IFE (Eksternal Factor Evaluation) dan EFE (Internal Factor Evaluation) pada penelitian strategi pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi
g.
Analisis untuk mengetahui posisi suatu organisasi menggunakan matrik IE yang berguna dalam pemilihan alternatif strategi.
h.
Alat analisis strategi menggunakan matrik SWOT. Matrik SWOT (Strenght Weakness Oppurtinities Threats) adalah matrik yang digunakan untuk menyusun strategi pengembangan produk unggulan beras organik melalui strategi Strenght Opportunity (SO), Weakness Oppurtinities (WO), Strenght Threats (ST) dan Weakness Threats (WT).
i.
Kekuatan adalah faktor-faktor yang berasal dari Kabupaten Karanganyar
dalam
OVOP
beras
organik
dan
merupakan
keunggulan konsep OVOP berbasis koperasi. j.
Kelemahan adalah faktor-faktor yang berasal dari Kabupaten Karanganyar
dalam
OVOP
beras
organik
dan
merupakan
keterbatasan. k.
Peluang adalah faktor-faktor yang berasal dari luar Kabupaten Karanganyar
dalam
OVOP
beras
organik
dan
bersifat
menguntungkan. l.
Ancaman adalah faktor-faktor yang berasal dari luar Kabupaten Karanganyar dalam OVOP beras organik dan bersifat mengganggu.
m. QSPM adalah matrik yang digunakan untuk menentukan prioritas strategi pengembangan produk unggulan beras organik dengan konsep OVOP di Kabupaten Karanganyar. Alternatif strategi yang commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memiliki nilai total terbesar pada matrik QSP merupakan strategi yang paling baik (David, 2009). n.
Informan ahli/pakar yang menjadi responden merupakan subjek yang telah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan yang telah menjadi infomasi, menghayati sungguh-sungguh lingkungan atau kegiatan
yang
bersangkutan
serta
masih
terlibat
secara
penuh/ahli/pakar pada kegiatan yang menjadi perhatian peneliti yaitu Disperindagkop dan UMKM, koperasi produsen,
koperasi
induk/pemasar KSU AGRIKA, petani padi organik dan Dinas Pertanian. 2.
Pengukuran Variabel a. Analisis Eksternal Factor Evaluation (Matrik EFE). Total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata- rata 2,5. Jika total skor pembobotan EFE di bawah 2,5 maka kondisi eksternal organisasi lemah, jika total skor di atas 2,5 menunjukkan posisi eksternal organisasi yang kuat (David, 2009). b. Analisis Internal Factor Evaluation (Matrik IFE). Total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata- rata 2,5. Jika total skor pembobotan di bawah 2,5 maka kondisi internal organisasi lemah. Sedangkan jika total skor di atas 2,5 maka posisi internal organisasi kuat (David, 2009). c. Sumber horisontal pada matrik IE menunjukkan skor total IFE. Sedangkan sumbu vertikal pada matrik IE menunjukkan total skor EFE. d. Alternatif strategi menggunakan matrik SWOT yaitu strategi SO, WO, ST,dan WT. e. Penentuan prioritas strategi pengembangan menggunakan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) pengukuran dilakukan dengan pemberian bobot pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (amat penting) (David, 2009).
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analisis adalah suatu metode dalam menentukan status kelompok obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran/lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Data yang dikumpulkan mulai disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis (Nazir, 2003).Teknik pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik survei. Teknik survei yaitu teknik pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu (atau jangka waktu) yang bersamaan dengan menggunakan beberapa daftar pertanyaan berbentuk kuesioner (Surakhmad, 2004). B. Metode Penentuan Responden Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan yang dirancang untuk dapat menganalisis faktor internal dan faktor eksternal untuk menghasilkan alternatif strategi dan prioritas strategi yang dapat berguna untuk mengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja yaitu Kabupaten Karanganyar yang merupakan kabupaten pelaksana konsep OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi dengan produk unggulan beras organik. Pemilihan produk unggulan beras organik ini berdasarkan pada potensi yang sedang dikembangkan dengan mengacu bahwa produk tersebut merupakan produk pertama (Tahun 2010) yang dikembangkan melalui konsep OVOP berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar. Penentuan responden dalam penelitian ini sesuai tahapan penelitian yang telah disusun sebelumnya, antara lain: commit to user
33
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Penentuan Responden untuk Tahap I: Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Ekternal Penentuan sampel dilakukan secara purposive (sengaja) karena membutuhkan keutuhan informasi yang valid dari responden ahli/pakar. Menurut Bungin (2005), untuk menggunakan teknik purposive ini peneliti
seharusnya
mengetahui
karakterisitik
populasi
sehingga
berdasarkan pengetahuan yang jeli terhadap populasi maka unit populasi yang dianggap ”kunci”, diambil sebagai sampel penelitian. Penentuan responden tahap identifikasi tersebut, berdasarkan pada pertimbangan responden kunci yang merupakan ahli/pakar dengn kriteria dalam penguasaan terhadap obyek penelitian. Kriteria pakar tersebut berarti responden tersebut masih aktif dan ahli/pakar, berpengalaman dan dianggap benar-benar mengetahui obyek penelitian seperti halnya pakar mengenai OVOP berbasis koperasi, pakar dalam budidaya padi organik, pakar dalam pengelolaan koperasi induk dan koperasi produsen dalam OVOP berbasis koperasi sehingga mampu memberikan informasi yang lengkap dan dapat menggambarkan kondisi sesungguhnya yang terjadi di lapang. Unit penelitian terdiri dari Disperindagkop dan UMKM, Koperasi Induk (KSU AGRIKA), Koperasi Produsen, Dispertan. Rincian dari responden pakar tersebut antara lain: 1) Disperindagkop dan UMKM terdiri dari 2 responden yaitu Ketua bidang Koperasi dan UMKM; Staff Kelembagaan bidang Koperasi dan UMKMdi Kabupaten Karanganyar. 2) Koperasi induk/pemasar KSU AGRIKA terdiri dari 2 responden yaitu Ketua KSU AGRIKA, dan Pengurus KSU AGRIKA (Staff Penjualan). 3) Koperasi produsen (Kecamatan Mojogedang) terdiri dari 2 responden terdiri dari Ketua KKT Tani Makaryo, dan Pengurus KKT Tani Makaryo (Bidang Pemasaran). commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar terdiri dari 2 responden yaitu Kepala Bidang Tanaman Pangan Perkebunan & Kehutanan dan Kepala Sie Produksi Padi Palawija dan Hortikultura. 5) Petani padi organik pada 6 Kecamatan diambil 10 responden terdiri dari 3 responden dari Kecamatan Mojogedang, 3 Responden dari Kecamatan Matesih dan masing-masing 1 responden untuk Kecamatan
Kebakkramat,
Kecamatan
Jaten,
Kecamatan
Karangpandan dan Kecamatan Tawangmangu. Responden tersebut untuk mengidentifikasi faktor strategis dalam pengembangan produk beras organik dan gambaran usahatani padi organik. Responden petani padi organik dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria petani ahli/pakaryang mempunyai pengalamandalam jangka waktu yang cukup lama, minimal 2 tahun dalam budidaya padi organik di lokasi penelitian sehingga responden tidak dapat ditentukan secara random(acak). 2) Penentuan Responden untuk Tahap II: Skor Strategi Matrik IE dan pencocokan Matrik SWOT Responden pada penetapan alternatif strategi merupakan para responden yang ahli/pakar yang meliputi stakeholder yang dipilih secara purposive (sengaja). Menurut Jogiyanto (2007), pengambilan sampel secara purposive dilakukan dengan mengambil responden berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang termasuk dalam pertimbangan penentuan responden matrik IE dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dianggap mengetahui keadaan serta intensif menyatu serta masih terlibat secara aktif/penuh dan merupakan ahli/pakar dalam kegiatan yang menjadi perhatian peneliti. Responden yang dipilih dalam penentapan alternatif strategi berdasarkan matrik IFE dan EFE ini berjumlah 5 (lima) responden ahli atau responden yang menjadi pihak kunci dalam penelitian. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa responden ahli/pakar tersebut sudah dapat memberikan keseluruhan to user ahli/pakar yang terpilih dalam informasi dengan jelas.commit Responden
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penetapan alternatif strategi adalah 2 pihak Disperindagkop dan UMKM, ketua KSU AGRIKA, Ketua Koperasi Produsen (KKT Tani Makaryo) dan petugas Dinas Pertanian (Ketua Bidang Tanaman Pangan Perkebunan & Kehutanan). Sedangkan untuk matrik SWOT dicocokkan sendiri oleh peneliti berdasarkan faktor strategis yang telah ditemukan pada tahap pertama. 3) Penentuan Responden untuk Tahap III: Bobot dan Nilai Daya Tarik dalam Matrik QSP Pengambilan responden dilakukan secara purposive (sengaja) yang yang didasarkan atas pertimbangan orang-orang yang telah cukup lama (pakar) dan masih terlibat secara penuh/aktif pada kegiatan yang menjadi perhatian peneliti. Respoden tersebut dapat membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian yang sedang dilakukan. Dalam tahap ke III untuk penentuan bobot dan nilai dalam QSPM diambil 5 (lima) responden yang dipilih adalah 2 pihak dari Disperindagkop dan UMKM, ketua KSU AGRIKA, Ketua Koperasi Produsen (KKT Tani Makaryo) dan petugas Dinas Pertanian (Ketua Bidang Tanaman Pangan Perkebunan & Kehutanan) Kabupaten Karanganyar. Responden ahli/pakar dalam penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa lima responden ahli/pakar tersebut sudah dapat memberikan keseluruhan informasi. C. Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan yang dirancang untuk dapat menganalisis faktor internal dan faktor eksternal serta menghasilkan alternatif strategi dan prioritas strategi yang dapat berguna untuk mengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar. Tahapan penelitian tersebut dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
Gambar 2. Tahapan Penelitian Strategi Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP Berbasis Koperasi Di Kabupaten Karangayar D. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data primer merupakan data yang secara langsung diperoleh dari obyek penelitian dan pengamatan langsung di lapang. Data primer berupa data yang diperoleh secara langsung dari petani dan pihak-pihak yang commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berkaitan dengan penelitian (stake holder) melalui wawancara langsung menggunakan daftar pertanyaan dan kuisioner yang telah dipersiapkan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini sepertiperan Disperindagkop dan UMKM melalui OVOP berbasis koperasi, data kondisi pelaksanaan OVOP berbasis koperasi, peran koperasi pertanian dalam OVOP berbasis koperasi dan kondisi penerapan pertanian organik, kondisi ketersediaan produk beras organik dan penganan pasca panen produk beras organik sebelum dipasarkan, pemasaran produk unggulan beras organik. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari instansi atau lembaga yang berkaitan dengan penelitian dengan cara mencatat langsung data yang bersumber dari dokumentasi yang ada. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara kondisi umum wilayah penelitian, data Kabupaten Karanganyar Dalam Angka dari Badan Pusat Statistik Karanganyar,
data
perkembangan
OVOP
berbasis
koperasi
dari
Disperindagkop dan UMKM, data petani padi organik OVOP berbasis koperasi, data luas lahan, produksi, dan luas panen tanaman padi sawah dari Dinas Pertanian (Bidang Tanaman Pangan Perkebunan & Kehutanan), kondisi umum wilayah kecamatan melalui Badan Pusat Statistik (BPS) dan data dari berbagai buku pustaka yang ada kaitan dengan penelitian ini. E. Teknik Pengumpulan data 1. Wawancara Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden (Singarimbun
dan
Effendi,
2006).
Teknik
ini
digunakan
untuk
mengumpulkan data primer melalui wawancara langsung kepada responden
berdasarkan
daftar
pertanyaan,
kuesioner
yang
telah
dipersiapkan sebelumnya. Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk mengidentifikasi (faktor internal dan eksternal) mengenai kondisi pelaksanaan OVOP meliputi peran koperasi pertanian dalam OVOP dan commit to user kondisi penerapan pertanian organik, kondisi ketersediaan produk beras
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
organik dan penganan pasca panen produk beras organik sebelum dipasarkan, pemasaran produk unggulan beras organik di Kabupaten Karanganyar. 2. Observasi Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai objek yang akan diteliti. Menurut Nazir (2003) pengumpulan data dengan observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan cara mengamati langsung tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan langsung ini dilakukan untuk mengetahui kondisi di lapang dalam kaitannya pelaksanaan OVOP berbasis koperasimeliputi proses budidaya padi organik, lokasi budidaya padi organik, peran koperasi pertanian dalam OVOP dan kondisi penerapan pertanian organik, kondisi ketersediaan produk beras organik dan penganan pasca panen produk beras organik sebelum dipasarkan, sistem pemasaran produk unggulan beras organik,serta pelaksanaan konsep OVOP berbasis koperasidi Kabupaten Karanganyar. 3. Pencatatan Pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu dengan mencatat data yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Dokumen-dokumen yang dicatat merupakan dokumen atau data pada instansi seperti Badan Pusat Statistik (BPS) meliputi kondisi umum wilayah penelitian, data OVOP beras organik yang berupa data lokasi dan peserta OVOP berbasis koperasi dari Disperindagkop dan UMKM serta data luasan lahan pertanian dari Dinas Pertanian serta profil Kabupaten Karangayar. F. Teknik Analisis Data Metode yang dapat digunakan dalam penelitian untuk menentukan strategi yang diperlukan dalam pengembanganproduk unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One Product)berbasis koperasi adalah: commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Analisis Faktor Internal dan faktor Eksternal Data eksternal dan internal organisasi yang teridentifikasi akan dirangkum dalam suatu matrik External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE), data-data tersebut merupakan faktor strategis. Matrik EFE (Tabel 1), digunakan untuk menganalisis faktorfaktor eksternal, mengklasifikasinya menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan, kemudian dilakukan pembobotan. Matrik IFE (Tabel 2) digunakan
untuk
menganalisis
faktor-faktor
internal
dan
mengklasifikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Tabel 1.Matrik External Factor Evaluation (EFE) Faktor –faktor Eksternal Utama Peluang 1. 2. 3. .... 10 Ancaman 1. 2. ... 10 Total
Bobot
Peringkat
Skor = Bobot x Peringkat
Sumber: David, 2009 Tabel 2. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor Strategis Internal Kekuatan 1. 2. 3. .... 10. Kelemahan 1. 2. .... 10. Total
Bobot
Peringkat
Skor = Bobot x Peringkat
Sumber: David, 2009 Tahap- tahap pembobotan faktor- faktor sukses kritis eksternal dan internal dalam matrik EFE dan matrik IFE adalah sebagai berikut : commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1)
Menentukan faktor- faktor eksternal utama sebagaimana disebutkan dalam proses audit eksternal dan faktor-faktor internal utama dalam proses audit internal.
2)
Memberikan
masing-
masingfaktor
tersebut
dengan
bobotberkisar dari dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). 3)
Memberiperingkat 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal dan internal utama untuk menunjukkan seberapa efektif strategi saat ini dalam merespon faktor tersebut. faktor-faktor sukses kritis eksternal dan internal dalam matrik EFE dan matrik IFE adalah sebagai berikut: a) Pada kolom peringkat dalam matrik EFE diberi peringkat mulai 1 sampai
4
untuk
masing-masing
faktor
eksternal
guna
mengidentifikasikan seberapa efektif strategi perusahaan dalam memberi respon terhadap faktor- faktor tersebut, dimana :Nilai 1 = respon di bawah rata-rata, Nilai 2 = respon rata- rata, Nilai 3 = respon di atas rata- rata, Nilai 4 = respon sangat bagus. Sedangkan pada kolom 3 matrik IFE, juga diberi nilai 1 sampai dengan 4 untuk masing- masing faktor dimana:Nilai 1 = sangat lemah, Nilai 2 = lemah, Nilai 3 = kuat, Nilai 4 = sangat kuat. Pada matrik IFE kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 sedangkan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. b) Pada kolom 4, bobot pada kolom 2 dikalikan dengan peringkatpada kolom 3, untuk memperoleh bobot skor masing- masing variabel. c) Jumlah bobot skor pada kolom 4 untuk memperoleh total skor pembobotan bagi organisasi yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana organisasi bereaksi terhadap faktor- faktor strategis eksternal dan internalnya. Dalam matriks EFE, total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata- rata 2,5. Jika total skor pembobotan EFE di bawah 2,5 maka kondisi eksternal organisasi lemah. Sedangkan jika total skor di atas 2,5 menunjukkan posisi eksternal organisasi yang kuat. Total skor commit to user peluang maupun ancaman yang 4,0 menunjukkan organisasi merespon
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dihadapi dengan baik. Sedangkan total skor 1,0 berarti organisasi tidak dapat memanfaatkan peluang dan menghadiri ancaman yang ada. Dalam matriks IFE, total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata- rata 2,5. Jika total skor pembobotan di bawah 2,5 maka kondisi internal organisasi lemah. Sedangkan jika total skor di atas 2,5 maka posisi internal organisasi kuat. 2. Alternatif Strategi Analisis faktor internal bertujuan untuk mengindentifikasi faktor-faktor internal kunci yang menjadi kekuatan dan kelemahan di dalam pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP(One Villlage One Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar. a.
Matriks Internal- External (IE) Penyusunan matrik IE ini bertujuan untuk memposisikan berbagai divisi suatu organisasi (David, 2009). Dalam matriks Internal Eksternal seperti yang terlihat pada Tabel 4, sumber horisontal pada matriks IE menunjukkan skor total IFE. Sedangkan sumbu vertikal pada matriks IE menunjukkan total skor EFE. Pada sumbu horizontal skor mulai dari 1,00 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal lemah, skor dari 2,00 sampai 2,99 menunjukkan posisi internal yang kuat.Pada sumbu vertikal skor antara 1,00 sampai 1,99 menunjukkan kemampuan perusahaan dalam merespon peluang dan ancaman tergolong rendah. Skor antara 2,00 sampai 2,99 tergolong sedang dan skor 3,00 sampai 4,00 tergolong tinggi. Total Skor IFE Rata- rata 3,0 2,0
Kuat 4,0
Lemah 1,0
Tinggi Total Skor EFE
3,0 Rata- rata 2,0 Rendah 1,0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
commit to user Gambar 4. Internal- Eksternal Matrix
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sel- sel pada matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama dengan implikasi yang berbeda- beda yaitu: 1)
Daerah pertama yaitu sel I, II, atau IV, merupakan tahap tumbuh dan membangun (Growth and Build). Strategi yang cocok untuk daerah ini adalah strategi intensif seperti, penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horisontal).
2)
Daerah ke dua yaitu sel III, V, atau VII, akan sangat baik jika menggunakan strategi menjaga dan mempertahankan (Hold and Maintain). Strategi yang cocok untuk daerah ini adalah penetrasi pasar, dan pengembangan produk.
3)
Daerah ketiga yaitu sel VI, VIII dan IX, lebih baik menggunakan strategi panen dan divestasi (Harvest and Divest)(David, 2009). Organisasi yang sukses dapat mencapai posisi portofolio di dalam atau sekitar sel I dalam matriks IE.
b. Matriks SWOT Penyusunan strategi pengembangan produk unggulan beras organik dilakukan melalui analisis kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman (Strenght-Weakness-Opportunities-Threats) pada usaha. Setelah menganalisis dengan matriks IFE dan EFE maka dilakukan berbagai kombinasi dengan menggunakan matriks SWOT. Matrik SWOT digunakan
untuk menyusun
alternatif strategi dalam
pengembangan produk unggulan beras organik dengan konsep OVOP berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar. Tabel 3. Matrik SWOT IFE EFE
Strenght (S) Menentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal
Opportunities (O): Menentukan 5-10 Faktor-faktor peluang eksternal Threats (T): Menetukan 5-10 Faktor-faktor ancaman eksternal
Strategi Strategi kekuatan peluang Strategi strategi kekeuatan ancaman
SO: Menciptakan yang menggunakan untuk memanfaatkan ST: Menciptakan yang menggunakan untuk mengatasi
commit to user Sumber : Rangkuti, 2006.
Weakness (W) Menentukan 5-10 Faktor-faktror kelemahan internal Strategi WO:Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT: Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara lebih jelas dapat dibuat delapan langkah penentuan alternatif strategi dengan matriks SWOT: 1) Menetukan faktor-faktor peluang ekternal utamaproduk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi 2) Menentukan faktor-faktor ancaman eksternal utama produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi 3) Menetukan faktor-faktor kekuatan internal utama pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi 4) Menentukan faktor-faktor kelemahan internal utama produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi 5) Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S-O produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi 6) Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi W-O produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi 7) Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S-T produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi 8) Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi W-T produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi 3. Prioritas Strategi (Matrik Quantitative Strategic Planning Matrix) Penentuan prioritas strategi dalam pengembangan produk unggulan beras organik di Kabupaten Karanganyar menggunakan analisis Matriks QSP. Matriks QSP digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan lingkungan eksternal dan internal. Matriks QSP dibuat berdasarkan faktor-faktor utama internal dan eksternal pada matriks EFE, IFE, IE serta matriks SWOT. Alternatif commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
strategi yang memiliki nilai total terbesar pada Matrik QSP merupakan strategi yang paling baik. Tabel 4. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Alternatif Strategi Bobot Strategi 1 Strategi 2 AS TAS AS TAS
Faktor-Faktor Utama Faktor-faktor Eksternal Utama
Strategi 3 AS TAS
Faktor-faktor Internal Utama
Total Bobot
Sumber: David, 2009. Matrik QSP menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kritis eksternal dan internal kunci dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari masing-masing faktor keberhasilan kritis internal dan eksternal
(David,
2009).
Langkah
yang
diperlukan
dalam
mengembangkanQSPM sebagai berikut: a) Membuat daftar peluang-ancaman dari faktor eksternal dan kekuatan-kelemahan faktor internal utama. Informasi ini diambil langsung dari matrik EFE dan matrik IFE, IE dan SWOT. b) Memberi bobot pada setiap faktor eksternal dan internal utama tersebut. Nilai dimulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (amat penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut. Jumlah bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0.bobot yang ditampilkan
dalam
kolom
kecil
tepat
di
kanan
faktor-faktor
keberhasilan penting eksternal dan internal. c) Memeriksa matrik pada tahap 2 dan mengidentifikasi strategistrategi alternatif yang harus dipertimbangkan untuk diterapkan. commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mencatat strategi-strategi ini di baris teratas QSPM. Mengelompokkan berbagai strategi tersebut dalam satu rangkaian eksklusif d) Menetukan Nilai Daya Tarik atau Attractiveness Scores(AS) yang didefinisikan sebagai angka yang menunjukkan daya tarik relatif masing-masing strategi pada suatu rangkaian alternatif tertentu. Skor dayatarik (Attractiveness Scores-AS) ditentukan dengan mengamati setiap faktor eksternal dan faktor internal utama pada suatu waktu tertentu,
sembari
mengajukan
pertanyaan,
”apakah
faktor
ini
mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat?” jika ya, strategi kemudian perlu diperbandingkan relatif terhadap faktor utama tersebut. Secara khusus, skor daya tarik harus diberikan pada setiap strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif satu strategi atas strategi lain, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Kisaran skor daya tarik adalah 1= tidak memiliki daya tarik, 2= daya tarik rendah, 3=daya tarik sedang, 4= daya tarik tinggi. Jika jawaban di atas adalah tidak, yang mengidentifikasikan bahwa faktor utama bersangkutan tidak memiliki pengaruh terhadap pilihan spesifik yang dibuat, jangan memberikan skor daya tarik pada strategi dalam rangkaian tersebut. e) Menghitung skor daya tarik atau Total Attractiveness Scores (TAS). TAS didefinisikan sebagai hasil kali antara bobot (langkah b) denganskor daya tarik (langkah d) di setiap baris. Skor daya tarik mengidentifikasikan daya tarik relatif dari masing-masing strategi alternatif, dengan hanya mempertimbangkan dampak dari faktor keberhasilan penting eksternal atau internal yang berdekatan. Semakin tinggi skor daya tarik totalnya, semakin menarik strategi alternatif tersebut. f) Menghitung
jumlah
keseluruhan
daya
tarik
total.
Jumlah
keseluruhan daya tarik total di setiap kolom strategi dari QSPM. Jumlah keseluruhan daya tarik total menunjukkan strategi yang paling menarik di setiap rangkaian alternatif. Semakin tinggi nilainya menunjukkan commit to user semakin menarik strategi tersebut mengingat semua faktor internal dan
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
faktor eksternal relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis. Besarnya selisih antara jumlah keseluruhan daya tarik total di rangkaian alternatif strategi tertentu menunjukkan tingkat ketertarikan relatif satu strategi terhadap strategi yang lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam 1. Letak Geografis Daerah Penelitian Secara geografis apabila dilihat dari garis bujur dan garis lintang, Kabupaten Karanganyar terletak di antara 70 28’ sampai dengan 70 46’ Lintang Selatan, dan 1100 40’ sampai 1100 70’ Bujur Timur dan 70 28’ sampai dengan 70 46’ Lintang Selatan. Kabupaten Karanganyar merupakah daerah yang beriklim tropis dengan temperatur 220-310C. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Karanganyar yaitu: Sebelah Utara
: Kabupaten Sragen
Sebelah Selatan
: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Wonogiri
Sebelah Barat
: Kabupaten Boyolali dan Kota Surakarta
Sebelah Timur
: Propinsi Jawa Timur
Wilayah di Kabupaten Karanganyar mempunyai posisi yang strategis karena berbatasan dengan kabupaten-kabupaten lain. Kegiatan ekonomi khususnya pemasaran dan perdagangan dapat menyebar keluar kabupaten dengan mudah. Salah satunya adalah memasarkan produk pertanian ke wilayah lain yang dapat menjadi pemasukan yang besar bagi daerah. Dengan demikian pula, produk beras organik yang sedang dikembangkan ini didukung kondisi wilayah (pasar) yang dalam hal ini berbatasan dengan beberapa kabupaten dan propinsi. 2. Luas Wilayah Wilayah Kabupaten Karanganyar membentang dari barat ke timur. Secara administratif luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,64 hektar, yang terdiri dari luas tanah sawah dan tanah kering. Luas tanah sawah sebesar 22.459,80 hektar dan luas tanah kering 54.917,84 hektar. Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis sebesar 12.918,37 hektar, non teknis sebesar 7.586,58
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
hektar dan tidak berpengairan 1.955,61 hektar. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, luas tanah sawah di Kabupaten Karanganyar mengalami penyusutan sekitar 5,31 hektar. Sedangkan luas tanah kering mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 5,31 hektar, namun penggunaan tanah kering untuk tegalan/kebun sesungguhnya mengalami penurunan yakni sebesar 10,99 hektar, dan peningkatan penggunaan untuk pekarangan/bangunan sebesar 16,30 hektar (BPS, 2011). Kabupaten Karanganyar terdiri dari 17 kecamatan dengan 162 desa dan 15 kelurahan. Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Karanganyar adalah Kecamatan Ngargoyoso, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan
Jaten,
Kecamatan
Kecamatan
Kebakkramat,
Colomadu,
Kecamatan
Kecamatan
Jatipuro,
Gondangrejo,
Kecamatan
Jatiyoso,
Kecamatan Jumapolo, Kecamatan Jumantono, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Matesih, Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Karangpandan, Kecamatan Kerjo dan Kecamatan Jenawi. Kecamatan paling luas adalah Kecamatan Tawangmangu, kecamatan terluas setelah Tawangmangu adalah Kecamatan Jatiyoso kemudian disusul Kecamatan Ngargoyoso. Sedangkan kecamatan yang wilayahnya paling kecil adalah Kecamatan Colomadu. Luas wilayah di Kabupaten ini cukup besar dan mempunyai potensi di bidang pertanian yang besar pula. Potensi di bidang pertanian ini dapat digali apabila pada setiap kecamatan mampu menghasilkan produk yang bernilai jual dan berdaya saing. Pada saat ini salah satu produk yang sedang dikembangkan adalah beras organik yang mempunyai peluang untuk dikembangkan di beberapa kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang mempunyai potensi yang perlu digali lebih dalam. 3. Topografi Wilayah Kabupaten Karanganyar mempunyai topografi yang bergelombang meliputi dataran rendah, dataran sedang dan dataran tinggi. Rata-rata ketinggian wilayah di Kabupaten Karanganyar berkisar antara 511 meter di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
atas permukaan laut. Sedangkan wilayah terendah di Kabupaten Karanganyar berada di Kecamatan Jaten yang hanya 90 meter di atas permukaan laut dan wilayah tertinggi berada di Kecamatan Tawangmangu yang mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut. Kondisi geografis tersebut dapat mempengaruhi sektor pertanian khususnya mengenai jenis tanaman yang cocok dan cara pengelolaan pada setiap wilayah. Dengan demikian, terdapat beberapa wilayah yang cocok atau berpotensi dalam budidaya beras organik untuk menghasilkan produk beras organik yang berkualitas menyebar di Kabupaten Karanganyar. 4. Keadaan Iklim Keadaan iklim pada suatu wilayah merupakan salah satu kondisi alam yang menentukan jenis tanaman yang tepat untuk dibudidayakan di wilayah tersebut. Faktor-faktor ikilm yang perlu diperhatikan antara lain curah hujan, jumlah penyinaran serta suhu rata-rata harian. Wilayah di Kabupaten Karanganyar merupakan daerah yang beriklim tropis dengan temperatur 2231ºC. Berdasarkan metode Schimidt Ferguson, tipe iklim di Kabupaten Karanganyar adalah iklim C (agak basah). Pada iklim tersebut, tanaman padi sawah dapat tumbuh dengan baik sehingga pertumbuhan tanaman akan terjaga tetap optimal. Curah hujan akan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perkembangan sektor pertanian di suatu wilayah. Curah hujan mempengaruhi produksi hasil pertanian, dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah budidaya beras organik. Berdasarkan data dari 6(enam) stasiun pengukur yang ada di Kabupaten Karanganyar, banyaknya hari hujan selama Tahun 2010 adalah 154,5 hari dengan rata-rata curah hujan 9.307,5 mm, dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Maret. Sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juli dan Agustus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
B. Keadaan Penduduk 1.
Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Keadaan penduduk menurut mata pencaharian digunakan untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi dan karakteristik daerah dengan melihat lapangan usaha yang menjadi mata pencahariaan penduduk di daerah tersebut. Mata pencaharian penduduk menunjukkan struktur perekonomian yang ada pada wilayah tersebut, hal ini akan menentukan arah kebijakan pembangunan di daerah setempat. Selain itu perkembangan suatu daerah bisa juga dilihat dari jenis pekerjaan yang dimiliki penduduknya. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kabupaten Karanganyar tersaji pada tabel di bawah ini : Tabel 5. Jumlah Penduduk 10 tahun ke Atas Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 Uraian Petani Buruh Tani Nelayan Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Pengangkutan PNS/TNI/Polri Pensiunan Lain-lain Jumlah Sumber :
Jumlah (jiwa) 135.557 67.540 10.312 107.063 50.349 36.468 6.269 20.163 10.293 288.919 732.933
Persentase (%) 18,50 9,20 00,00 1,40 14,60 6,86 4,98 0,87 2,75 1,42 39,42 100,00
Karanganyar Dalam Angka, 2011
Penduduk di Kabupaten Karanganyar mempunyai mata pencaharian yang cukup beragam. Jenis mata pencaharian akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang diterima oleh seseorang. Mata pencaharian yang paling besar adalah lain-lain sebesar 38,42 persen. Hal ini berarti terdapat cukup besar penduduk yang mata pencahariannya tidak dapat terdata dengan jelas. Sedangkan mata pencaharian sebagai petani menempati posisi ke dua terbesar yaitu 18,50 persen dan hal ini menggambarkan bahwa mata pencaharian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
sebagai petani masih banyak diandalkan masyarakat sehingga sektor pertanian masih diunggulkan di Kabupaten Karanganyar. Mata pencaharian sebagai petani masih banyak dipilih oleh sebagian besar penduduk di Kabupaten Karanganyar. Hal ini didukung dengan ketersediaan lahan sawah yang luas. Dengan demikian, produk beras organik yang
merupakan
bahan
pangan
pokok
mempunyai
potensi
untuk
dikembangkan, dilihat dari besarnya mata pencaharian penduduk sebagai petani di Kabupaten Karanganyar. Menurut Slamet (1993) dalam Suciati (2006) menyatakan faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan mata pencaharian. Dalam kaitan penelitian ini, mata pencaharian masyarakat akan sangat mendukung jalannya pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP(One Village One product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar. 2.
Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemajuan suatu masyarakat. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk suatu wilayah akan menentukan kualitas dari tenaga kerja yang ada di wilayah tersebut. Penduduk yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih dalam berpikir dan lebih terbuka menerima informasi dan inovasi baru. Tabel 6. Komposisi Penduduk 5 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 No. 1 2 3 4 5 6 7
Pendidikan Tidak/Belum Pernah Sekolah Belum Tamat SD/MI Tidak Tamat SD/MI Tamat SD/MI Tamat SLTP/MTs
Jumlah (jiwa) 60.422 82.326 60.779 299.143 143.410
Tamat SLTA,DI, DII Tamat DIII, S1, S2, S3
131.516 30.214
JUMLAH
807.778
Sumber : Karanganyar Dalam Angka 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Gambar 5. Diagram Persentase Komposisi Penduduk 5 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
Tingkat pendidikan penduduk pada usia 5 tahun ke atas di Kabupaten Karanganyar sangat beragam. Tingkat pendidikan yang paling tinggi di Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2011 adalah tamat Sekolah Dasar. Penduduk yang berpendidikan hingga tamat perguruan tinggi (DIII, S1, S2, S3) masih sangat sedikit dan merupakan jumlah terkecil dari tingkat pendidikan yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa dilihat dari tingkat pendidikannya, sebagian besar penduduk Kabupaten Karanganyar memiliki kualitas sumberdaya manusia yang rendah karena hanya mengenyam pendidikan yang singkat. Tingkat pendidikan yang ditempuh masyarakat akan mempengaruhi pola pikir individu. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka daya tangkap mengenai teknologi atau inovasi akan semakin baik dan lebih terbuka. Kemampuan petani dalam mengambil keputusan dalam usahatani padi organik di Kabupaten Karanganyar dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan melalui pendidikan yang pernah ditempuh. Apabila tingkat pendidikan masih rendah maka masyarakat khususnya petani padi organik memerlukan bimbingan dan penyuluhan yang baik sehingga tidak tertinggal dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
perkembangan yang ada untuk dapat menilai budidaya padi sawah yang benar dan aman sehingga mampu menghasilkan produk beras organik yang optimal melalui konsep OVOP (One Village One Product). Hal di atas didukung dengan penelitian yang telah dilakukan Litwin (1986) dalam Suciati (2006) bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap partisipasi karena semakin tinggi latar belakang pendidikan yang dimiliki seseorang, semakin luas pula pengetahuannya tentang pembangunan dan bentuk serta tata cara partisipasi yang diberikan, demikian pula sebaliknya. 3.
Keadaan Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun. Besarnya PDRB atas harga berlaku, tersaji pada tabel di bawah ini : Tabel 7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Karanganyar Tahun 2007 - 2009
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan Angkutan & Komunikasi Lembaga Keuangan, Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Total PDRB
2007 Juta (Rp.) 1.496.358,39 71.047,85
% 19,47 0,83
2008 Juta (Rp.) 1.701.539,07 80.483,00
% 20,08 0,80
2009 Juta (Rp.) 1.921.348,45 90.935,05
% 19,62 0,83
3.288.513,83
52,88
3.578.431,04
52,08
3.748.465,45
52,13
110.207,47
1,38
124.816,13
1,36
142.498,05
1,38
197.841,47 788.762,79 233.376,92
2,40 10,09 2,80
228.249,70 890.413,99 256.509,36
2,37 10,29 2,75
263.726,59 995.643,64 278.574,06
2,45 10,21 2,79
184.872,62
2,12
207.807,07
2,09
232.986,70
2,13
534.009,14 6.904.990,47
8,03 100
611.425,99 7.679.675,35
8,19 20,08
704.137,70 8.378.315,88
8,45 100
Sumber : Kabupaten Karanganyar Dalam Angka 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Besarnya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat digunakan
untuk
mengetahui
struktur
perekonomian
suatu
daerah.
Berdasarkan Tabel 7. kegiatan perekonomian di Kabupaten Karanganyar ditopang oleh sembilan sektor perekonomian, antara lain sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air minum; sektor bangunan; sektor perdagangan; sektor angkutan dan komunikasi; sektor lembaga keungan, sewa bangunan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karanganyar dari sembilan yang ada pada PDRB, 5 (lima) sektor menghasilkan pertumbuhan yang positif. Sektor yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah sektor industri pengolahan sebesar 52,88%. Sedangkan sektor pertanian mampu memberikan sumbangan 19,47%, diikuti dengan sektor perdagangan
sebesar 10,29%, sektor jasa
sebesar 8,03%, dan sektor keuangan 10%. Sektor pertanian menempati posisi kedua dalam menunjang total PDRB kabupaten. Hal ini berarti sektor pertanian masih mempunyai posisi yang baik dan masih menjadi salah satu sektor yang mampu memberikan sumbangan yang besar bagi perekonomian penduduk di Kabupaten Karanganyar. Apabila sektor pertanian dikembangkan lebih lagi maka sektor pertanian akan memberikan sumbangan yang lebih besar dibandingkan sektor yang lain, mengingat mata pencaharian sebagai petani masih mendominasi dan lahan pertanian yang cukup luas. C. Keadaan Pertanian 1.
Tata Guna Lahan Tata guna lahan di Kabupaten Karanganyar dibedakan menjadi dua, yaitu tanah sawah dan tanah kering. Penggunaan lahan di Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Tabel 8. Tata Guna Lahan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 No. 1.
2.
Tata Guna Lahan Tanah Sawah a. Irigasi Teknis b. Irigasi Non Teknis c. Tidak Berpengairan Tanah Kering a. Pekarangan/Bangunan b. Tegalan/Kebun c. Padang Gembala d. Tambak/Kolam e. Hutan Negara f. Perkebunan g. Lain-lain JUMLAH
Luas (Ha)
Persentase(%)
12.918,37 7.586,58 1.955,61
16,70 9,80 2,55
21.213,99 17.836,49 219,67 25,54 9.729,50 3.251,51 2.641,14 77.378,64
27,40 23,00 0,30 0,03 12,60 4,22 3,40 100
Sumber :Karanganyar Dalam Angka 2011 Di Kabupaten Karanganyar penggunaan tanah yang terbesar adalah tanah kering. Tanah kering tersebut berupa pekarangan/bangunan. Tingginya luas pekarangan/bangunan dapat terjadi karena pengaruh dari jumlah penduduk di Kabupaten Karanganyar yang semakin meningkat. Peningkatan jumlah penduduk tersebut dapat menyebabkan alih fungsi lahan pertanian (tanah sawah) menjadi lahan bangunan/pekarangan. Sedangkan penggunaan tanah kering yang terkecil jumlahnya adalah tambak/kolam. Hal ini disebabkan masih sedikitnya minat dalam budidaya perikanan di Kabupaten Karanganyar. Pemanfaatan tanah sawah di Kabupaten Karanganyar yang terbesar adalah irigasi teknis. Menurut penggunaannya, sebagian besar tanah sawah di Kabupaten Karanganyar merupakan sawah irigasi. Sedangkan untuk tanah tidak berpengairan/tadah hujan jumlahnya sangat sedikit. Budidaya beras organik pada umumnya pada tanah sawah irigasi yaitu sawah irigasi teknis. Hal ini disebabkan karena ketersediaan air pada budidaya beras organik akan mempengaruhi produksi beras yang akan dihasilkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
2.
Produksi Tanaman Bahan Pangan Pertanian tanaman bahan makanan merupakan salah satu sektor dimana
produk
Produktivitas
yang
dihasilkan
menjadi
kebutuhan
pokok
rakyat.
tanaman bahan pangan pada suatu wilayah akan dapat
menggambarkan ketahanan pangan pokok masyarakatnya. Kabupaten Karanganyar mempunyai tanah pertanian yang berpotensi bagi pengembangan tanaman bahan pangan. Luas panen dan produksi tanaman bahan pangan Kabupaten Karanganyar, dapat disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 9. Luas Panen dan Produksi Komoditi Bahan Pangan di Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Komoditi Padi Sawah Padi Gogo Jagung Kacang Tanah Ubi Kayu Ubi Jalar Kedelai Total
Luas Areal Panen (Ha) 48.783 549 9.036 8.123 6.191 553 288 73523
Persentase (%) 66,35 0,75 12,30 11,05 8,50 0,75 0,39 100
Produksi (Ton) 292.698 3.195 63.379 10.739 101.891 9.990 527 482419
Persentase (%)
60,70 0,66 13,14 2,20 21,13 2,07 0,10 100
Sumber: Karanganyar Dalam Angka 2011 Kabupaten Karanganyar merupakan kabupaten yang mempunyai keragaman tanaman pangan. Komoditas tanaman pangan yang mempunyai produksi terbesar adalah tanaman padi sawah. Sedangkan produksi terendah pada tanaman pangan kedelai. Produksi suatu tanaman akan dipengaruhi pula oleh luas areal panen suatu tanaman. Di Kabupaten Karanganyar luas areal panen terbesar adalah padi sawah. Dengan demikian tanaman pangan padi sawah mempunyai produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas lain. Oleh karena itu, pengembangan produk beras organik melalui konsep OVOP (One Village One product) berbasis koperasi mempunyai peluang yang besar apabila dilihat dari produktivitas tanaman padi yang tinggi di Kabupaten Karanganyar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Tabel 10. Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2006-2010 No.
Tahun
1. 2. 3. 4. 5.
2006 2007 2008 2009 2010
Luas Areal Panen (Ha) 41.856 42.848 45.274 46.263 48.783
Produksi (Ton) 223.284 246.003 279.341 261.234 292.698
Sumber: Karanganyar Dalam Angka 2011
Gambar 6. Diagram Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2006-2010 Luas areal panen dan produksi tanaman padi sawah di Kabupaten Karanganyar semakin meningkat dari tahun ke tahun. Produksi (ton) padi sawah terbesar terjadi pada Tahun 2010 dengan selisih peningkatan dengan tahun sebelumnya sebesar 31.464 ton/ha. Sedangkan untuk luas areal panen juga mengalami peningkatan dan terbesar pada Tahun 2010 dengan selisih dengan tahun sebelumnya sebesar 2.520 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas tanaman padi di Kabupaten Karanganyar terus mengalami peningkatan setiap tahun yang dapat mendukung pengembangan beras organik di Kabupaten Karanganyar. Apabila pengelolaan tanaman padi sawah ini dikelola dengan baik/terpadu dalam sistem pertanian organik maka Kabupaten Karanganyar akan mempunyai produk beras organik yang sehat dan aman serta mempunyai nilai tambah ekonomis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
D. Keadaan Sarana Perekonomian (Koperasi) Koperasi sebagai soko guru perekonomian di Indonesia, sebagai usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat, fungsi dan perannya semakin besar. Koperasi diharapkan berperan dalam meningkatkan posisi tawar dan efisiensi ekonomi rakyat, sekaligus turut memperbaiki kondisi persaingan usaha di pasar melalui dampak eksternalitas positif yang ditimbulkannya. Dalam OVOP (One Village One Product), koperasi mempunyai peranan yang sangat pokok yaitu menjadi suatu sarana yang menunjang konsep tersebut. Kondisi koperasi yang ada di Kabupaten Karangayar dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 11. Koperasi Menurut Klasifikasi di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Jenis Koperasi Pertanian/KUD Fungsional Karyawan Inkara/KSU Jasa Perkreditan Pemuda/Wanita Golongan Masyarakat KSU) Pusat Total
(KKT
+
Jumlah (Unit) Persentase (%) 17 0,94 65 3,60 89 4,90 642 35,60 29 1,60 29 1,60 27 1,54 900 50,00 4 1802
0,22 100
Sumber: Karanganyar Dalam Angka 2011 Kabupaten Karanganyar memiliki beragam jenis koperasi. Jenis koperasi yang terbanyak jumlahnya adalah koperasi golongan masyarakat yang terdiri dari Koperasi Kelompok Tani dan Koperasi Serba Usaha. Sedangkan, koperasi Pertanian/KUD jumlahnya hanya 17 seperti jumlah kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar. Menurut Badan Pusat Statistik (2011), guna menunjang laju perekonomian di Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2010 hanya terdapat 1 KUD/BUUD di setiap kecamatan atau sekitar 17 KUD/BUUD. Jumlah tersebut berarti tidak ada peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Koperasi merupakan soko guru perekonomian di Indonesia, sebagai usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat, fungsi dan perannya semakin besar. Kopersi dengan jenis KKT dan KSU merupakan jenis koperasi terbesar di Kabupaten Karanganyar. Sedangkan koperasi Inkara menempati posisi kedua terbesar. Jumlah KKT dan KSU yang besar tersebut dikarenakan semakin meningkatnya bentuk organisasi pada petani menjadi perkumpulan Gapoktan yang mendirikan KKT untuk kesejahteraan petani anggota. Koperasi dalam konsep OVOP (One Village One Product) dimaksudkan dapat menjadi wadah bagi anggotanya yaitu petani untuk memperoleh berbagai informasi, sosialiasasi dan bantuan fasilitas dari pemerintah/instansi lainnya. E. Gambaran Umum Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar OVOP (One Village One Product) merupakan salah satu konsep yang tidak asing lagi karena telah banyak diterapkan dibeberapa Negara Asia. Penerapannya dapat dimulai pada tahapan on-farm hingga off-farm pada kegiatan agribisnis. Sedangkan saat ini Provinsi Jawa Tengah menerapkan OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi yang berarti mengoptimalkan peran koperasi sebagai salah satu wadah atau sarana penyaluran suatu kegiatan yang fungsional dalam upaya pengembangan produk unggulan pada setiap daerah untuk peningkatan kesejahteraaan masyarakat. Provinsi Jawa Tengah merupakan wilayah penuh dengan potensi unggulan. Oleh karena hal itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah menetapkan pengembangan produk unggulan daerah pedesaan melalui pendekatan OVOP (One Village One Product ) berbasis koperasi. Pengembangan komoditas
unggulan
daerah
pedesaan
ini
dimaksudkan
mewujudkan
pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis agrobisnis, pertanian, UMKM dan industri padat karya. Daftar wilayah serta produk unggulan daerah perdesaan melalui pendekatan OVOP berbasis koperasi sesuai dengan Instruksi Gubernur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Jawa Tengah Nomor 318/23546 Tanggal 30 Desember 2011 dapat disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 12. Produk Unggulan Daerah Pedesaan Melalui Pendekatan OVOP (One Village One product) Berbasis Koperasi di Provinsi Jawa Tengah No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Kabupaten/ Kota se-Jawa Tengah Banjarnegara Banyumas Batang Blora Brebes Boyolali Cilacap Demak Grobogan Jepara Karanganyar Kebumen Kendal Klaten Kudus Magelang (Kabupaten) Magelang (Kota) Pati Pekalongan (Kabupaten)
20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Pekalongan (Kota) Pemalang Purbalingga Purworejo Rembang Salatiga (Kota) Semarang (Kabupaten)
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
Semarang (Kota) Sragen Sukoharjo Surakarta (Kota) Tegal (Kabupaten) Tegal (Kota) Temanggung
Potensi Daerah Keramik dan Salak Produk Gula Kelapa dan Produk Bambu Emping Minjo dan Minyak Atsiri Souvenir Ukir AntikKayu Limbah dan Batik Rumput laut dan Telur Asin Kerajinan Tembaga dan Abon Lele Sebutret dan Sale Pisang Tempe dan Pengasapan Ikan Makanan dan Minuman Khas Tenun Troso dan Kerajinan Ukir Relief Beras Organik dan Ikan Air Tawar Pengolahan Kelapa (Sebutret) dan Gula Kelapa Jambu Getas Merah dan Bandeng Cabut Duri Ikan Nila dan Tenun Lurik Batik Konveksi dan Bordir dan Industri Tahu Tempe Salak dan Pahat Batu Getuk dan Tahu Tepung Tapioka dan Jeruk Pamelo Tenun Akar Wangi dan Aneka Produk Pengolahan Ikan Batik dan Canting Minyak Atsiri dan Tenun ATBM/ Sarung Goyor Knalpot dan Sapu Glagah Gula Kelapa dan Kerajinan Bambu Batik dan Genteng/Batu Bata Merah Konveksi dan Makanan Khas Agrobisnis bunga krisan dan agrowisata perikanan Kampung Rawa Batik Semarangan dan Bandeng
Sarung goyor dan pertanian organik Makanan olahan Karak dan Kulit Batik dan Kertas Limbah Koran Batik Tulis dan Makanan Khas Batik Tulis dan Budidaya Itik Kopi dan Makanan Ringan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
34. 35.
Wonosobo Wonogiri
Minuman Carica dan Produk Herbal Purwaceng. Batik Wonogiren dan Patung Loroblonyo
Sumber: Instruksi Gubernur Provinsi Jawa Tengah, 2012 OVOP (One Village One Product) berbasis
koperasi
sedang
dikembangkan di berbagai daerah di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan tabel di atas total produk unggulan se-Jawa Tengah sebanyak 70 produk, dimana satu kabupaten/kota mempunyai 2 produk unggulan. Salah satu kabupaten yang masuk dalam konsep OVOP ini adalah Kabupaten Karanganyar. Produk unggulan Kabupaten Karanganyar adalah produk beras organik dan ikan air tawar. OVOP (One Village One Product) di Kabupaten Karanganyar mulai diperkenalkan pada Tahun 2010 dengan produk unggulannya beras organik. sedangkan Ikan Air Tawar merupakan produk unggulan kedua untuk OVOP berbasis koperasi yang selanjutnya akan dikembangkan pula. Produk beras organik diharapkan dapat menjadi salah satu ciri khas produk dari Kabupaten Karanganyar. Pada awalnya, pemilihan produk unggulan beras organik ini bukan tanpa alasan yang jelas, akan tetapi dengan melihat potensi wilayah. Salah satu wilayah tersebut adalah Kecamatan Mojogedang yang telah lama membudidayakan beras organik sejak Tahun 2000. Kemudian dilanjutkan dengan penyebaran di beberapa wilayah/kecamatan lainnya untuk dapat memproduksi beras organik yang baik dalam jumlah kualitas dan kuantitas seperti Kecamatan Matesih, Kecamatan Karangpandan, Kecamatan Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Jaten. Penyebaran produksi beras organik pada kecamatan tersebut membutuhkan waktu yang tidak sebentar sehingga diperlukan dukungan dari berbagai pihak. Sampai pada saat ini OVOP (One Village One Product) beras organik berbasis koperasi masih terus berjalan dengan adanya hubungan antara Disperindagkop dan UMKM, serta koperasi induk (KSU AGRIKA) dan 6 (enam) Koperasi Produsen yang terdapat pada 6 kecamatan serta beberapa dinas terkait seperti Dinas Pertanian Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
OVOP(One
Village
One
Product)
ini
akan
mendukung
pelaksanaan
pengembangan produk beras organik mulai dari tahap on farm sampai dengan off Farm khususnya dengan pembinaan langsung dari Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar, Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah yang akan menjalin kerjasama yang lebih dalam dengan beberapa instansi daerah terkait (Dispertan, BP4K, Dinas Peternakan, Instansi terkait lainnya), LSM dan perguruan tinggi. Kabupaten Karanganyar mempunyai potensi dalam pengembangan beras organik. Potesi tersebut didukung dengan adanya peran dari dinas pemerintah Kabupaten Karangnyar. Potensi pertanian organik tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 13. Potensi Pertanian Organik Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 No.
Kecamatan
Kelompok Tani
Komoditas
1.
Mojogedang: Pereng, Gentungan, Mojoroto, Munggur, Kedung jeruk.
Padi dan Sayuran
142
2.
Karangpandan: Harjosari, Karang Tawangmangu: Nglebak Kalisoro Gondosuli
Rukun Makaryo, Mulyo, Dawe, Umbul Makmur, Mulyo Tani Sri Mulyo, Krido Tani Lestari Ngudi Mulyo, Ngudi Makmur, Tani Maju,Tani Tulus, Ngudi Subur Asem Grendel
Padi
3.
4.
Karanganyar: Jungke
Luas (Ha)
Lahan
Jumlah Anggota (Jiwa)
3550
Sasaran Luas Tanam Th. 2011 (Ha) 142
45
1125
45
72
Padi dan Sayuran
110
-
110
275
Padi
15
375
15
55
commit to user
Kemampuan Produksi Beras/Th(kw)
333
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
5.
Jumantono: Sambirejo
Ngudi Makmur II
Padi, Pala dan Sayuran
25
-
25
45
6.
Jumapolo: Kwangsan
Ranjing Kidul
Padi dan Palawija
10
-
10
21
Sumber : Dinas Pertanian Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Karanganyar, 2011
Beberapa daerah di Kabupaten Karanganyar mempunyai potensi dalam produksi pertanian organik. Data di atas dapat menggambarkan bahwa banyak potensi yang dapat dikembangkan lebih jauh. Potensi pertanian organik terbesar berada di Kecamatan Mojogedang dengan sasaran potensi luas lahan organik sebesar 142 Hektar pada Tahun 2011 dengan kemampuan produksi beras sebesar 3550 kuintal/tahun. Kemudian disusul oleh Kecamatan Tawangmangu dengan potensi lahan organik sebesar 110 Hektar dengan komoditas padi dan sayuran. Potensi pertanian organik ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah agar potensi pertanian organik yang ada ini dapat menjadi sumbangan yang besar bagi kemajuan Kabupaten Karanganyar. Salah satu yang dapat mendukung pengembangan potensi tersebut adalah OVOP yang merupakan konsep yang telah digerakkan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan OVOP(One Village One Product) beras organik berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar melalui koperasi induk/pemasar dan koperasi produksi/produsen. KSU AGRIKA dalam hal ini merupakan koperasi induk di bawah pengawasan Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar. Koperasi induk/pemasar yaitu KSU AGRIKA merupakan koperasi yang mempunyai tugas, antara lain: 1.
Menampung produk beras organik dari koperasi produsen
2.
Penentuan standarisasi kualitas produk beras organik dari koperasi produsen
3.
Pengemasan dan penyimpanan produk beras organik
4.
Memasarkan produk beras organik kepada konsumen
5.
Sebagai pihak yang menjadi perantara penyerahan fasilisasi/bantuan dari OVOP provinsi kepada koperasi produsen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Tabel 14. Koperasi Peserta OVOP (One Village One Product) di Kabupaten Karanganyar No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7
Koperasi OVOP KKT Tani Makaryo KKT Sari Rejeki KSU AGRIKA KSU Anugerah Jaya KSU Ngremboko Mulyo KUD Jaten KUD Pandan Wangi
Kecamatan Mojogedang Kebakkramat Karanganyar Matesih Tawangmangu Jaten Karangpandan
Peran/Fungsi Koperasi Produsen Koperasi Produsen Koperasi Induk Koperasi Produsen Koperasi Produsen Koperasi Produsen Koperasi Produsen
Sumber: Disperindagkop dan UMKM, 2011 Koperasi produksi/produsen terdapat di 6 (enam) kecamatan yang terdapat di Kabupaten Karanganyar. Koperasi produksi pada masing-masing kecamatan mempunyai keragaman jenis antara lain: KKT(Koperasi Kelompok Tani), KSU(Koperasi Serba Usaha), dan KUD(Koperasi Unit Desa). Dalam satu kecamatan hanya terdapat satu koperasi produsen peserta OVOP berbasis koperasi. Hal ini disebabkan karena salah satu syarat peserta OVOP adalah koperasi yang telah berbadan hukum dan mempunyai potensi dari anggotanya yang mampu mengembangkan produk unggulan daerah. Fungsi dari koperasi produksi antara lain: 1. Memfasilitasi petani (anggota) berupa: penyediaan pupuk organik, obatobatan organik seperti pestisida nabati, benih padi standar organik, dan sarana transportasi, serta sarana dan prasarana pasca panen. 2. Memfasilitasi teknis budidaya beras organik 3. Memonitori dan mengevaluasi pelaksanaan budidaya beras organik oleh anggota 4. Fasilitasi permodalan bagi petani (anggota)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Konsep OVOP (One Village One Product) Beras Organik berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar memerlukan sedang ditekuni oleh Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar dengan melibatkan beberapa dinas lain di Kabupaten Karanganyar.
Tabel 15. Tahapan OVOP (One Village One Product) Beras Organik di Kabupaten Karanganyar No. 1.
Tahun 20112012
Kegiatan Sosialisasi, Pemantapan, Kelembagaan, Fasilitasi: sarana, prasarana, dan modal
2.
2013
a. b. c.
Intensifikasi dan ekstensifikasi Sarana dan prasarana pemasaran Permodalan
3.
2014
a. b. c.
4.
2015
Perluasan dan pemantauan pasar
Standarisasi produk Pengadaan laboraturium Perluasan dan pemantapan pasar
Target Pemahaman program, kelembagaan yang mantab dan perluasan produk a. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk b. Pemasaran lokal dan regional c. Memperlancar produksi dan pemasaran a. Sertifikasi (SNI) b. Menjamin kualitas produk c. Pasar lokal, regional, dan nasional Ekspor
Penanggungjawab Kabupaten dan Provinsi
Kabupaten dan Provinsi
a. Pemerintah Pusat b. Pemerintah Pusat c. Kabupaten, Provinsi dan Pusat Kabupaten, Provinsi, dan Pusat
Sumber: Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar, 2011 Tahapan OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi yang telah disusun oleh Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar dalam usaha mengembangkan produk beras organik menjadi produk unggulan daerah dapat Pengembangan produk unggulan ini dilaksanakan secara bertahap dimulai pada Tahun 2011-2012 yang merupakan tahap awal untuk sosialisasi dan bertujuan dilihat pada tabel di atas. Rancangan tersebut dapat menjadi gambaran suatu bentuk keseriusan dalam pengembangan produk beras organik. untuk pemberdayaan petani untuk beralih pada pertanian organik. Tujuan akhir pengembangan produk unggulan beras organik ini ditargetkan pada Tahun 2015 yaitu dapat memenuhi pasar lokal dan ekspor. Semua target tersebut tidak dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
lepas dari berbagai peran dinas terkait baik pemerintah daerah maupun pemerintah provinsi Jawa Tengah dalam pemberdayaan petani melalui koperasi yang ada baik, Koperasi Kelompok Tani maupun Koperasi Serba Usaha dan Koperasi Unit Desa.
commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden Identitas responden menggambarkan pelaku pada pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar. Identitas responden digunakan untuk mengetahui sebagian dari latar belakang kehidupan responden yang dijadikan sebagai gambaran umum pengembangan produk. Responden dalam penelitian ini terdiri dari beberapa pihak antara lain: 1.Responden Petani Tabel 16. Karakteristik Responden Petani Padi Organik di Kabupaten Karanganyar No. 1.
Uraian Jumlah petani responden
2.
Umur petani a. 42-51 b. 52-61 c. 62-71 Pendidikan petani a. SD b. SMP c. SMA d. Diploma Jumlah anggota keluarga petani a. Kurang dari 4 orang b. Lebih dari 4 orang Jumlah anggota keluarga yang aktif usahatani a. Kurang dari sama dengan 4 orang b. Lebih dari 4 orang Pengalaman dalam usahatani padi organik a. 2-6 tahun b. 7-11 tahun Luas lahan sawah a. Kurang dari 0,3 Hektar b. Lebih dari 0,3 Hektar Mata Pencaharian utama Varietas padi yang diusahakan
3.
4.
5.
6.
7.
8. 9.
Keterangan 10 orang 5 orang 2 orang 3 orang 2 orang 2 orang 4 orang 2 orang 3 orang 7 orang 10 orang 0 orang 6 orang 4 orang 4 orang 6 orang Petani Mentik, IR64, Sentanur,Conde
Sumber : Analisis Data Primer, 2012 Responden petani dalam pengembangan beras organik melalui OVOP berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar merupakan petani yang mempunyai pengalaman dan keahlian (pakar) yang lebih dibandingkan petani lain dalam kelompok taninya. Kisaran umur akan berpengaruh pada produktifitas tenaga commit to user kerja. Berdasarkan data tersebut
67
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kisaran umur petani cukup beragam dari 10 responden terdapat 9 responden yang berada pada usia produktif yaitu di antara 15-64 tahun. Dengan usia produktif maka petani dapat mengoptimalkan tenaganya dalam berusahatani padi organik. Pendidikan petani akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Petani responden merupakan petani yang sudah mengenal bangku sekolah. Tahap pendidikan SMA merupakan pendidikan yang mendominan di antara petani responden yaitu sebesar 40 %. Sedangkan 60 % lainnya terdiri dari SD, SMP, dan Diploma. Di sisi lain tenaga kerja keluarga dapat memberikan sumbangan yang besar dalam berlangsungnya usahatani. Kisaran jumlah anggota keluarga petani kurang dari 4 orang sebanyak 30% petani responden, sedangkan 70% petani responden mempunyai jumlah keluarga lebih dari 4 orang. Akan tetapi jumlah keluarga yang aktif kurang dari 4 orang dari 10 responden. Jumlah tenaga kerja keluarga yang aktif dalam usaha tani akan mempengaruhi biaya tenaga kerja yang akan dikeluarkan dalam usahatani. Hal ini mengidentifikasikan bahwa sumbangan tenaga kerja keluarga sedikit maka dalam usahatani memerlukan banyak tenaga kerja luar keluarga. Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja luar keluarga akan lebih besar. Pengalaman petani responden dalam budidaya padi organik terbagi pada 2 interval yaitu kurang 2-6 tahun sebesar 60 % dan 7-11 tahun sebesar 40 %. Pengalaman dalam usahatani merupakan salah satu bekal
dalam
menjalankan
usahatani
musim
selanjutnya.
Lama
pengalaman tersebut bermanfaat untuk melakukan usahatani yang lebih baik dari musim tanam sebelumnya. Petani padi organik termasuk petani kecil karena luas lahannya kurang dari 0,5 Hektar sebesar 90% Luas lahan setiap petani responden dapat dicermati pada lampiran 2 tabel 5. Analisis usahatani yang berupa total biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani padi organik di Kabupaten Karanganyar dapat ditampilkan pada tabel dicommit bawah to ini:user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 17. Usahatani Padi Organik Selama 3 Musim tanam Di Kabupaten Karanganyar Luas lahan (ha) 0,3
Rata-rata Biaya Usahatani Penerimaan (Rp) (Rp) 44.502.357,143 33.423.171,43
Pendapatan (Rp) 28.920.814,29
Sumber: Analisis Data Primer, 2012 Berdasarkan data di atas, dapat menunjukkan usahatani padi organik secara garis besar. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk mengusahakan padi organik 3 musim tanam memerlukan biaya sebesar Rp 4.502.357,143 setiap 0,3 Hektar. Biaya yang dikeluarkan ini terdiri dari biaya benih, biaya pupuk organik cair dan padat, biaya pestisida organik, biaya tenaga kerja luar dan biaya sewa tanah/pajak tanah. Sedangkan penerimaan yang diperoleh petani dalam mengusahakan padi organik sebesar Rp 33.423.171,43 setiap 0,3 Hektar. Pendapatan yang diterima petani padi organik dapat diperoleh dengan selisih antara biaya dan penerimaan yaitu sebesar Rp 28.920.814,29 setiap 0,3 Hektar. Rata-rata produksi beras organik setiap 0,3 hektar sebesar 1,2 ton beras organik dengan harga per kilogram beras ditangan produsen dengan varietas IR 64 seharga Rp. 8000,00 dan varietas Mentik seharga Rp. 9000,00. Akan tetapi pendapatan akan selalu berfluktuatif/tidak tetap karena dipengaruhi oleh produksi yang sangat tergantung pada pengaruh faktor-faktor alam yang dapat mempengaruhi produksi tanaman padi organik. Semakin mendukung kondisi alam seperti ketersediaan air, cuaca, hama dan penyakit, maka akan semakin baik pula produksi beras organik tersebut. 2. Responden Koperasi Induk/Pemasar dan Koperasi Produsen Koperasi Induk dalam konsep OVOP berbasis koperasi adalah KSU AGRIKA. Responden yang diidentifikasi merupakan responden yang aktif dalam kegiatan KSU AGRIKA. Sedangkan koperasi produsen berada di 6 kecamatan yang dicanangkan untuk dapat mendorong anggota (petani) mampu memproduksi beras organik commit to user secara optimal.
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 18. Karakteristik Responden Koperasi Induk dan Koperasi Produsen OVOP (One Village One Product) Beras Organik di Kabupaten Karanganyar No. 1
2.
Uraian Umur pengurus (tahun) a. 34-41 b. 42-49 c. 50-57 Pendidikan pengurus a. Sarjana/S1, Diploma b. SMA
Keterangan 3 orang 3 orang 3 orang 6 orang 3 orang
Sumber: Analisis Data Primer, 2012
Berdasarkan data di atas, dapat mengidentifikasikan bahwa pengurus koperasi OVOP berada pada usia produktif berkisar antara 15-64 tahun. Oleh karena itu, pengurus koperasi OVOP masih berada dalam tahap produktif dalam mengembangkan koperasi. Pendidikan seseorang akan dapat berpengaruh pada kualitas kerja yang ditampilkan.
pendidikan pengurus koperasi adalah setaraf dengan
pendidikan jenjang perguruan tinggi Sarjana/S1, Diploma/D3 sebesar 67 % sedangkan sisanya 33 % mengenyam pendidikan hingga bangku SMA. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan pengurus koperasi sudah cukup tinggi. 3. Responden Dinas Pemerintah di Kabupaten Karanganyar Pihak dinas pemerintah yang berperan dalam pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi adalah Disperindagkop dan UMKM serta Dinas Pertanian Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura. Tabel 19. Karakteristik Responden dari Dinas Pemerintah di Kabupaten Karanganyar No. 1
2.
Uraian Umur pengurus (tahun) a. 53-54 b. 55-56 Pendidikan pengurus Sarjana/S1, Diploma
Keterangan 2 orang 2 orang 4 orang
Sumber : Analisis Data Primer, 2012 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui umur responden commit to user dinas pemerintah masih dalam usia produktif. Usia akan menentukan
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kinerja seseorang dalam pekerjaannya. Apabila dilihat dari lama jenjang pendidikan, rata-rata dinas pemerintah telah menempuh jenjang pendidikan hingga Sarjana/S1, Diploma. Hal ini menyatakan bahwa responden dinas pemerintahan berada pada usia produktif serta didukung dengan tingkat pendidikan yang mampu menunjang pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar. B. Faktor Internal dan Faktor Eksternal 1. Faktor Internal Faktor internal merupakan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar yang akan berpengaruh terhadap kelangsungan pengembangan produk beras organik ke masa yang akan datang. Faktor kekuatan dan kelemahan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan alternatif strategi pengembangan. Analisis faktor internal dalam penelitian ini meliputi analisis
terhadap
produksi/operasi, keuangan
dalam
analisis
sumber
penelitian
dan
pengembangan
daya
manusia,
pengembangan, beras
organik
pemasaran,
organisasi, di
dan
Kabupaten
Karanganyar. a. Aspek Faktor Internal 1) Sumber Daya (Manusia dan Alam) Sumber daya manusia dan sumber daya alam merupakan aset dan input dari faktor produksi yang berfungsi untuk meningkatkan proses produksi dan menentukan kelancaran suatu program kerja. Sumber daya manusia yang termasuk pada faktor internal
di
Kabupaten
Karanganyar
yang
terlibat
dalam
pengembangan produk beras organik antara lain petani padi organik,
Dispertan,
Disperidagkop
dan
UMKM,
Koperasi
Produsen dan Koperasi Induk/KSU AGRIKA dan instansi/pihak terkait lainnya. Sedangkan sumber daya alam yang dimiliki dapat commitpotensial to user yang berada di Kabupaten berupa lahan sawah
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Karanganyar. Sumber daya tersebut merupakan modal yang dimiliki yang mampu menjadi kekuatan dalam pengembangan produk unggulan beras organik di Kabupaten Karanganyar. 2) Pemasaran Pemasaran
merupakan
suatu
aspek
penting
dalam
pengembangan produk beras organik. Pemasaran merupakan suatu aspek penting dalam pengembangan produk beras organik. Menurut Stanton (1984) adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memudahkan keinginan dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun dari konsumen potensial. a) Produk Sebuah produk adalah sekumpulan atribut yang nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible) di dalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestis pengecer dan pelayanan dari pabrik serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai
sesuatu
yang
bisa
memuaskan
keinginannya
(Stanton, 1984). Produk beras oganik dari Kabupaten Karanganyar yang telah dipasarkan melalui Koperasi Serba Usaha (KSU) AGRIKA terdiri dari empat varietas yaitu mentik, mentik wangi, IR-64 dan beras merah. Sama halnya dengan produk beras organik yang dipasarkan sendiri oleh koperasi produsen (KKT Makaryo Tani) dapat meliputi empat varietas yaitu mentik, mentik wangi, IR-64 dan beras merah. Produk beras organik yang dipasarkan di KSU AGRIKA mempuyai ukuran/berat yaitu 1 kg, 2 kg dan 5 kg. Akan tetapi, KSU AGRIKA juga menerima pesanan ukuran kemasan/berat produk beras organik sesuai permintaan. Berat produk beras organik per kemasan dapat disesuaikan dengan commit to sehingga user permintaan konsumen dapat tercipta kepuasan
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
konsumen terhadap pelayanan. Produk beras organik juga dijual di pasar jumat dengan ukuran berat kemasan dan label yang berbeda dari produk beras organik yang dijual di KSU AGRIKA. Kemasan tersebut hanya mencatumkan KKT Rukun Makaryo dan label beras organik dalam tahap konversi. b) Harga Harga produk pertanian sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat penawaran, permintaan serta biaya pengadaan bahan baku/produksi. Harga jual produk beras organik ditentukan oleh kedua belah pihak yaitu koperasi produsen dan KSU AGRIKA. Hal ini disebabkan karena kedua belah pihak telah menjalani kemitraan. Dengan demikian, harga produk yang dihasilkan tidak hanya menguntungkan satu pihak saja. c) Promosi Promosi
adalah
unsur
yang
didayagunakan
untuk
memberitahukan dan membujuk pasar tentang produk baru perusahaan. Iklan, penjualan perorangan, dan promosi penjualan merupakan kegiatan utama promosi (Stanton, 1984). Produk beras organik yang berasal dari Kabupaten Karanganyar merupakan produk yang memerlukan pengenalan/promosi lebih besar. Hal ini disebabkan karena produk beras organik dari Kabupaten Karanganyar ini secara resmi dipasarkan dan diperkenalkan kepada konsumen pada Tahun 2010. Promosi yang telah dilakukan adalah mengadakan pameran produk daerah, mengikuti berbagai pameran baik di dalam atau di luar Kabupaten Karanganyar. d) Distribusi Distribusi
merupakan
penyampaian
barang/jasa
dari
produsen sampai ke konsumen. Saluran distribusi yang baik commit to user suatu produk. Saluran distribusi akan memperlancar pemasaran
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
produk beras organik terutama pasar lokal dan pasar luar daerah (masih kecil). Distribusi yang dilakukan adalah distribusi langsung dan tidak langsung. Distribusi langsung: konsumen dapat secara langsung memperoleh produk di stand atau koperasi
pemasar.
Sedangkan
distribusi
tidak
langsung
(konsumen luar daerah) memperoleh produk setelah melewati perantara/pedangang besar. Lokasi pemasaran produk beras organik antara lain KSU AGRIKA, Pasar Jumat, Toko oleh-oleh se-Solo Raya yang berada di pelataran Bandara Adi Sumarmo Surakarta, dan pasar kawasan Jakarta. 3) Produksi/Operasi Proses
produksi
suatu
komoditas
pertanian
dapat
dipengaruhi oleh suatu proses pemeliharaan dan perlakuan yang dilakukan oleh petani. Produksi beras organik di Kabupaten Karanganyar telah mempunyai suatu pedoman yaitu SOP (Standart Operating Prosedure) budidaya padi organik sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia) dimana secara teknis yang mengacu pada budidaya padi organik di Kecamatan Mojogedang. Budidaya padi organik ini didukung pula oleh fasilitas/bantuan dari pemerintah, salah satunya dari Dinas Koperasi Provinsi Jawa Tengah melalui OVOP berbasis koperasi. Kecamatan
Mojogedang
tepatnya
di
Desa
Pereng
merupakan kecamatan pelopor yang sejak Tahun 2000 telah memulai budidaya padi organik. Saat ini, produksi utama beras organik yang dipasarkan di KSU AGRIKA berasal dari KKT Makaryo Tani, Pereng Kecamatan Mojogedang. Sedangkan KSU Anugrah Jaya sedang merintis pemasaran di KSU AGRIKA dan pemasaran sendiri di luar KSU AGRIKA. Sedangkan empat koperasi produsen lainnya belum dapat memberikan sumbangan produk beras organik karena masih dalam tahapan sosialisasi dan commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengembangan beras organik pada petani anggota koperasi produsen. 4) Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan pengembangan merupakan suatu kunci peningkatan pengembangan produk unggulan beras organik di Kabupaten Karanganyar. Penelitian dan pengembangan dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan dan lembaga/instansi lainnya yang berwenang, dalam usaha pengembangan beras organik di Kabupaten Karanganyar. Pada Tahun 2008 terdapat penelitian oleh Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian UNS pada Laboratorium Pangan dan Gizi yang menganalisa kandungankandungan yang terdapat pada beras organik dengan varietas mentik wangi. Dari tahun ke tahun beras organik Kabupaten Karanganyar terus dikembangkan, pada Tahun 2010 lahan padi sawah yang berada di Kabupaten Karanganyar telah mendapatkan sertifikasi lahan sawah 5,59 hektar dari Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) Persada Yogyakarta. Keberadaan
Lembaga
Sertifikasi
Organik
(LSO)
mendesak mengingat penggunaan label organik yang saat ini marak dilakukan belum semuanya mencerminkan proses produksi yang sesuai dengan sistem pertanian organik. Jumlah Lembaga Sertifikasi Organik
(LSO)
sudah cukup banyak di Indonesia.
Menurut data Direktorat Mutu dan Standardisasi (2009) LSO nasional yang telah diakreditasi KAN ada 7 buah yaitu: Sucofindo (Jakarta), Mutu Agung Lestari (Depok), INOFICE
(Bogor),
BPTPH Sumatera Barat, LeSOS (Mojokerto), BIOCert Indonesia (Bogor), PT. Persada (Yogyakarta),
sedangkan
lembaga
sertifikasi asing ada IMO (Institute for Marketocologi), Control Union,
NASAA,
Keberadaan
Naturland,
GOCA,
Ecocert
dan
ACO.
lembaga sertifikasi organik diharapkan dapat commit to user mendorong produsen untuk disertifikasi, namun kenyataan di
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lapangan masih banyak produsen organik yang enggan untuk disertifikasi (Mirawati, 2011). 5) Organisasi Organisasi yang berkaitan dengan pengembangan produk unggulan beras organik di Kabupaten Karanganyar adalah kelompok tani, koperasi dan dinas terkait seperti Dispertan, Balai Penyuluh Pertanian dan Disperindagkop dan UMKM. Kelompok tani merupakan organisasi yang terdekat dengan petani. Bantuan dan sosialiasai dari pemerintah untuk petani dapat disalurkan melalui perantara kelompok tani. Kelompok tani akan mempunyai peran yang besar apabila dikelola dengan baik dan pemanfaatannya benar. Kelompok tani ini juga akan memperoleh pembinaan dari Balai Penyuluh Pertanian tiap kecamatan. Keaktifan organisasi dan anggota akan semakin meningkatkan kinerja dalam usaha pengembangan produk unggulan beras organik di Kabupaten Karanganyar. 6) Keuangan Kondisi keuangan internal merupakan salah satu bagian yang penting dalam suatu usaha pengembangan produk. Akses terhadap modal akan mempengaruhi suatu proses produksi dalam peningkatan produksi beras organik di Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan hasil observasi di lapang, dilihat dari sisi petani padi organik, pada umumnya akses permodalan diperoleh petani sendiri dari hasil produksi Musim tanam sebelumnya. Selain itu, petani juga memperoleh pinjaman modal dari koperasi produsen maupun koperasi induk/KSU AGRIKA. Sedangkan akses modal pada lembaga perbankan masih sangat jarang diperoleh petani padi organik karena sulitnya persyaratan peminjaman. Walaupun saat ini telah banyak perbankan yang mempunyai kredit lunak untuk pertanian
akan
tetapi petani padi organik di Kabupaten user untuk melakukan peminjaman. Karanganyar masihcommit merasatoenggan
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Identifikasi Faktor Internal 1) Identifikasi faktor internal yang menjadi kekuatan: a)
Lahan sawah potensial yang luas Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2011) menyatakan bahwa lahan sawah di Kabupaten Karanganyar seluas 48.783 Ha. Hal tersebut mengidentifikasikan bahwa kabupaten tersebut mempunyai ketersediaan sumber daya alam berkaitan dengan ketersediaan lahan sawah dalam pengembangan produk unggulan beras organik.
b)
Motivasi petani yang tinggi dalam budidaya padi organik Berdasarkan hasil wawancara dengan responden petani padi organik di Kabupaten Karanganyar. Seluruh responden petani (100%) menyatakan mempunyai tekat yang kuat untuk terus membudidayakan padi organik. Hal ini dikarenakan kesadaran akan kesehatan produk dan kesuburan lahan pertanian mereka. Faktor ini menjadi suatu kekuatan pada sisi sumber daya manusia yang dapat menunjang pengembangan beras organik di Kabupaten Karanganyar.
c)
Terdapat
fasilitas
pemasar/induk/AGRIKA)
pemasaran beras
organik
(koperasi di
Kabupaten
Karanganyar Produk beras organik merupakan produk pangan istimewa karena mempunyai keunggulan dibanding dengan beras biasa. Kabupaten Karanganyar telah mempunyai fasilitas pemasaran yaitu KSU AGRIKA yang mengangkat produk beras organik sebagai produk utama yang dipasarkan. Hal ini menjadi suatu nilai tambah karena petani padi organik mempunyai fasilitas untuk memudahkan memasarkan produk beras organik mereka melalui koperasi pemasar tersebut. commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d)
Adanya promosi untuk pengenalan produk beras organik Kabupaten Karanganyar KSU AGRIKA serta Disperindagkop dan UMKM aktif mengikuti
berbagai
pameran-pameran
sebagai
bentuk
pengenalan produk Kabupaten Karangayar. Promosi yang telah dilakukan oleh KSU AGRIKA dan Disperindagkop dan UMKM adalah dengan mengikuti pameran-pameran, baik pameran
dalam
daerah
(Kabupaten
Karanganyar
dan
Kotamadaya Surakarta) maupun pameran luar daerah seperti pameran produk unggulan di Bali dan Yogyakarta. e)
Koperasi produsen menyediakan berbagai sarana produksi Koperasi produsen dalam konsep OVOP berbasis koperasi merupakan koperasi yang anggotanya memproduksi beras organik.
Dalam
kegiatannya,
koperasi
produsen
juga
mempunyai peran lain bagi anggotanya. Seperti yang ada pada KSU Anugrah Jaya, KKT Sari Rejeki, KKT Makaryo Tani, KSU Pandan Wangi yang menyediakan kebutuhan sarana produksi seperti pupuk organik, benih, peminjaman peralatan pertanian dan sebagainya. Kegiatan tersebut dapat menjadi kekuatan karena petani merasakan manfaat yang besar dengan memperoleh sarana produksi pertanian dengan lebih mudah dan pembayaran yang ringan/bisa diangsur. f)
Terdapat penelitian dan pengecekan pada lahan organik yang telah tersertifikasi Lahan padi organik di Pereng Kecamatan Mojogedang telah memperoleh sertifikasi organik. Oleh karena itu, terdapat pengecekan dari dinas pertanian berserta Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) Persada Yogyakarta. Pengecekan tersebut dilakukan dalam jangka waktu 3 tahun sekali. Hal ini menjadi suatu kekuatan untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu commityang to user produk beras organik diproduksi.
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
g)
Adanya pembinaan dari Balai Penyuluh Pertanian setiap kecamatan Pada setiap kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Karanganyar terdapat BPP (Balai Penyuluh Pertanian). Hal tersebut dapat menjadi suatu kekuatan karena dengan adanya petugas penyuluh maka akan mampu memberikan bimbingan bagi petani. Satu petugas penyuluh pertanian biasanya bertanggung jawab atas 1 hingga 2 desa. Oleh karena hal tersebut, petugas peyuluh pertanian dapat berkonsentrasi pada satu desa binaannya. Dengan adanya petugas penyuluhan maka sosialisasi dan pertanian organik di Kabupaten Karanganyar akan mengalami peningkatan tiap tahunnya.
h)
Adanya Asosiasi Petani Padi Organik (APPO) Asosiasi Petani Padi Organik (APPO) merupakan asosiasi yang muncul pertama kali di Kecamatan Mojogedang. Asosisiasi ini rutin mengadakan pertemuan setiap bulannya pada tanggal 27. Asosiasi ini mempunyai anggota para petani padi organik di Kecamatan Mojogedang. Akan tetapi, karena adanya pengembangan pertanian organik maka anggota asosiasi ini semakin menyebar ke beberapa kecamatan di Kabupaten Karanganyar antara lain Kecamatan Matesih, Kecamatan
Tawangmangu.
APPO mempunyai
beberapa
kegiatan salah satunya adalah mengadakan sosialisasi ke kelompok tani di wilayah Kabupaten Karanganyar mengenai pertanian organik. Hal ini menjadi suatu kekuatan yang dapat mendorong beberapa kecamatan di Karanganyar menuju budidaya padi organik. i)
Terdapat SOP (Standart Operating Procedure) pada onfarm Salah satu aturan yang dapat mempertahankan kualitas suatu commit to SOP user (Standart Operating Procedure). produk pertanian adalah
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Di Kabupaten Karanganyar telah mempunyai SOP dalam budidaya padi organik yang telah mengacu pada standar SNI. Hal ini menjadi suatu kekuatan dalam mepertahankan kualitas produk karena SOP menjadi suatu pedoman petani untuk membudidayakan padi organik yang benar. Dengan mengikuti SOP dalam budidaya, maka petani akan terus dapat menjaga dan meningkatkan kualitas produk beras organik. j)
Pinjaman modal dari Koperasi Induk kepada Koperasi Produsen Pinjaman modal yang diperoleh dari KSU AGRIKA merupakan pinjaman bersyarat. Pinjaman modal ini telah diperoleh oleh petani anggota koperasi produsen KSU Anugrah Jaya Kecamatan Matesih. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua KSU AGRIKA menyatakan bahwa setiap patok lahan sawah (3300 m2) diberikan pinjaman Rp. 800.000,- per petani. Pengembalian pinjaman tidak berupa uang tunai melainkan berupa beras organik yang diproduksi dari lahan petani anggota koperasi produsen. Hal ini bertujuan agar KSU AGRIKA mendapatkan supplai produk beras organik yang terus stabil dari petani dan mencegah penjualan beras organik ke pedagang besar lainnya (luar daerah). Pinjaman ini dapat kurang lebih membantu petani dalam pemenuhan keuangan dalam biaya usahatani.
2) Identifikasi faktor internal yang menjadi kelemahan a) Terbatasnya lahan padi organik yang tersertifikasi organik SNI Permintaan
produk
beras
organik
pasti
akan
mengalami peningkatan. Peningkatan permintaan tersebut harus diikuti oleh peningkatan lahan organik yang telah tersertifikasi organik. Dengan adanya sertifikasi organik maka akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk user UU Nomor 8 Tahun 1999 beras organik. commit Sesuai to dengan
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tentang perlindungan konsumen dan UU Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan telah mengintruksikan agar pelabelan sesuai dengan yang sebenarnya sehingga konsumen tidak dirugikan. Di sisi lain, salah satu hal yang menghambat dalam penyertifikasian lahan adalah prosedur yang panjang dan biaya yang mahal yang tidak mampu petani padi organik keluarkan. Sertifikasi yang dimiliki oleh lahan sawah di Pereng Kecamatan Mojogedang dengan No 006/P/0511/11 dikeluarkan oleh
lembaga
sertifikasi
organik
Persada
Yogyakarta.
Sertifikat tersebut menyatakan telah menerapkan sistem produksi pangan organik sesuai SNI 6729-2010 Organic Food &
Production
Alimentarius
System
dan
CAC/GL
Commision-Guidelines
for
32/1999 the
Codex
production,
processing, labeling and marketing of organically produced foods. Ruang lingkup sertifikasi tanaman padi-palawija dengan luas lahan yang tersertifikasi seluas 5,59 Hektar. Sertifikasi tersebut diperoleh petani dengan bantuan Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar melalui Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah. b) Jumlah produk beras organik masih terbatas Produksi beras organik sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain luas lahan, kesuburan tanah, iklim, kemampuan/ketrampilan petani. Jumlah produk beras organik yang dihasilkan tergolong masih rendah. Hal ini disebabkan karena terbatasnya lahan padi organik yang memperoleh sertifikasi. Walaupun, di lapang terdapat banyak produk organik akan tetapi belum mendapat pengakuan dari lembaga sertifikasi. Hal ini menjadi kelemahan karena jumlah produk beras organik resmi yang diperoleh dari lahan yang telah commit to Hektar user dengan kapasitas produksi per tersertifikasi seluas 5,59
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Musim tanam kurang lebih 180 ton. Menurut pihak koperasi, produksi tersebut sebagian besar produk dipasarkan di dalam daerah sedangkan hanya sedikit produk yang dipasarkan ke pasar luar daerah. Hal ini disebabkan karena keterbatasan jumlah produk beras organik. c)
Kemasan dan pelabelan produk beras organik masih sederhana Pengemasan produk beras organik dilakukan oleh koperasi produsen dan koperasi AGRIKA. Kemasan beras organik yang telah berlabel disediakan oleh KSU AGRIKA. Koperasi produsen setelah memperoleh beras organik dari petani anggota, kemudian menimbang beras tersebut sesuai dengan kemasan yang telah dipesan oleh KSU AGRIKA. Kemudian pihak KSU AGRIKA akan menerima produk beras organik tersebut dengan kemasan berlabel beras organik yang siap untuk dipasarkan. Pengemasan produk beras organik masih manual yaitu menggunakan siler/alat perekat biasa. Apabila melihat produk lain di pasar, beberapa produk beras organik telah menggunakan perlatan yang lebih maju sehingga daya simpan beras organik lebih lama yaitu dengan alat vacum (kedap udara). Produk beras organik yang menggunakan alat vacum lebih mempunyai umur simpan yang lebih lama. Sedangkan beras organik yang menggunakan kemasan biasa akan lebih rentan terhadap hama pasca panen. Apabila terkena hama pasca panen maka beras akan rusak menjadi serpihan seperti bubuk. Beras dengan kemasan manual siler akan bertahan selama 2 minggu saja sedangkan beras dengan kemasan yang kedap udara/vacum akan bertahan lebih dari 2 minggu karena mikroorganisme dari udara terhambat perkembangannya. commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d)
Belum ada kebijakan yang tegas dari pemerintah pada budidaya padi organik Kebijakan pemerintah daerah merupakan salah aspek yang penting dalam mengarahkan penduduknya kepada suatu tataran. Dalam hal gerakan pertanian organik, pemerintah daerah belum mempunyai kebijakan yang membawa petani pada
suatu
perubahan
cara
budidaya
organik
yang
berkelanjutan. Seperti kebijakan dalam penggunaan pupuk anorganik pada lahan sawah. Belum adanya kebijakan yang tegas dan tepat seperti Peraturan Daerah mengenai beras organik seperti Gerakan Organik di Kabupaten Karanganyar. Oleh karena itu, dapat menjadi suatu kelemahan yang menghambat pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar. e)
Koordinasi antar dinas terkait yang masih lemah Pengembangan beras organik di Kabupaten Karanganyar bukan hanya tugas dari satu dinas saja melainkan kesatuan instansi/dinas yang berada di Kabupaten Karanganyar. Hal yang dapat menghambat adalah koordinasi antar dinas yang berupa otonomi masing-masing dinas. Koordinasi dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan dan pembagian tugas, akan tetapi saat ini belum terdapat tindakan atau gerakan kerjasama yang signifikan dari semua dinas untuk OVOP berbasis koperasi dengan produk unggulan beras organik seperti Disperindagkop dan UMKM, Dispertan, BP4K, Dinas peternakan di Kabupaten Karanganyar dan instansi terkait lainnya. Seperti halnya untuk Dispertan dapat mengakomodir dalam pengembangan budidaya padi organik di Kabupaten Karanganyar, didukung dengan Balai Penyuluhan Pertanian commit to user kepada petani pada kondisi di Kabupaten yang mengakomodir
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lapang dalam budidaya padi organik, Dinas peternakan yang dapat mendukung dalam persediaan pupuk organik didukung dengan Disperindagkop dan UMKM melalui konsep OVOP berbasis
koperasi
yang
mempunyai
sumbangan
dalam
pengambangan produk baik pada sisi pemasaran, packaging, bantuan alat pertanian. Apabila tercipta kerjasama yang baik maka pengembangan produk beras organik di Kabupaten Karanganyar akan mempunyai keberlanjutan yang baik. f) Kurang optimalnya kerja Petugas Penyuluh Pertanian Petugas penyuluh pertanian mempunyai peran yang cukup signifikan dalam pengembangan pertanian suatu wilayah. Petugas penyuluh pertanian mempunyai kewajiban dalam menyampaikan dan melaksanakan program dari pemerintah yang ditujukan kepada petani. Akan tetapi, dalam kaitannya pengembangan produk beras organik, kinerja penyuluh kurang optimal, khususnya komitmen dalam mendorong/memotivasi petani untuk beralih pada sistem pertanian organik. Hal ini menjadi suatu kelemahan, karena sebenarnya petani memerlukan pembinaan, percontohan dan pelatihan yang lebih intensif dalam melangkah ke pertanian organik. g) Peran koperasi produsen OVOP (One Village One Product) belum maksimal Berdasarkan observasi di lapang, sebagian besar koperasi produsen
kurang
mempunyai
gerakan
yang
aktif
dalam
mendukung pengembangan produk beras organik sehingga pergerakan pada tiap kecamatan menjadi lambat. Hal yang menjadi kekurangan koperasi produsen adalah belum dapat menjangkau semua petani padi yang mempunyai potensi dalam produksi beras organik sebagai anggota. Selain itu, terdapat beberapa fasilitas bantuan alat pertanian dari OVOP berbasis commit to userkepada koperasi produsen tetapi koperasi yang telah diberikan
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belum digunakan. Alat-alat tersebut masih yang belum dapat digunakan oleh anggota koperasi. h) Tidak semua petani padi organik tergabung dalam koperasi produsen OVOP (One Village One Product) Banyak petani di Kabupaten Karanganyar yang belum bergabung dengan koperasi produsen OVOP. Koperasi produsen hanya berada di 6 kecamatan, disamping itu tidak semua petani bergabung aktif. Hal ini menyebabkan kinerja koperasi produsen tidak optimal karena kurangnya sosialisasi/perekrutan anggota petani padi organik. Berdasarkan observasi di lapangan, terdapat petani padi organik yang belum mengenal/merasa tergabung dengan koperasi produsen. Hal ini dapat disebabkan karena terdapat petani padi organik yang tidak aktif dalam koperasi sehingga kurang mendapat pengertian mengenai peran dan fungsi koperasi. Hal tersebut dapat dijumpai di beberapa kecamatan terutama di Kecamatan Karangpandan, Kecamatan Tawangmangu dan Kecamatan Jaten. Selain itu dapat disebabkan karena koperasi produsen kurang mengadakan sosialisasi. Hal ini menjadi suatu kelemahan karena banyak petani padi organik yang belum terfasilitasi dan bergabung secara aktif. i) Dibutuhkan waktu yang lama untuk mendorong petani menuju organik Salah satu yang menjadi penghambat perkembangan pertanian di Indonesia adalah pola pikir petani yang sulit berubah. Para petani sudah terbiasa dengan cepat/instan menggunakan pupuk dan pestisida anorganik. Sama halnya di Kabupaten Karanganyar, pergerakan pertanian organik belum optimal. Salah satu yang menjadi penghambat adalah ketidakpuasan/kekawatiran petani akan produksi yang menurun apabila meninggalkan pupuk anorganik. Hal ini menjadi suatu kelemahan di sisi sumber daya commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
manusia. Oleh karena hal itu, pemberdayaan petani menuju organik tidak dapat langsung berjalan dengan cepat. j) Pengetahuan petani mengenai pasar dan beras organik masih rendah Berdasarkan observasi di lapang, sebagian besar petani padi organik menjual produksinya berupa gabah kepada tengkulak dengan harga yang ditentukan oleh tengkulak. Apabila produksi padi yang berupa gabah ini dijual kembali oleh tengkulak ke pasar maka akan dihargai dengan harga yang jauh lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan kerugian di pihak petani. Sebagian besar petani yang belum tergabung aktif dalam koperasi produsen OVOP, beranggapan bahwa sulit untuk memasarkan beras organik. Hal ini disebabkan karena kelemahan sumber daya petani untuk menangkap potensi yang besar dan potensi pasar produk beras organik. Sedangkan untuk petani padi organik yang sudah tergabung dengan koperasi produsen OVOP sudah mempunyai pasar yang jelas akan tetapi masih ada beberapa petani anggota yang masih menjual kepada tengkulak dengan alasan kemudahan penjualan dengan waktu jual yang cepat.
commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 20. Identifikasi Faktor-faktor Internal Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar Aspek Internal Sumber Daya Manusia dan Alam
Kekuatan (Strenght) 1. Motivasi petani yang tinggi dalam budidaya padi organik 2. Lahan sawah potensial yang luas
Pemasaran
1. Terdapat fasilitas pemasaran (koperasi pemasar/induk) beras organik di Kabupaten Karanganyar 2. Adanya promosi untuk pengenalan produk beras organik Kabupaten Karanganyar Terdapat SOP (Standart Operating Procedure) pada on-farm
Produksi/Operasi
Penelitian dan Pengembangan Organisasi
Keuangan
Terdapat penelitian dan pengecekan pada lahan organik yang telah tersertifikasi 1. Koperasi produsen menyediakan berbagai sarana produksi 2. Adanya Asosiasi Petani Padi Organik (APPO) 3. Adanya pembinaan dari Balai Penyuluh Pertanian setiap kecamatan
Kelemahan (Weakness) 1. Terbatasnya lahan padi organik yang tersertifikasi organik SNI 2. Jumlah produk beras organik masih terbatas 3. Pengetahuan petani mengenai pasar dan beras organik masih rendah Kemasan dan pelabelan produk beras organik masih sederhana
Dibutuhkan waktu yang lama untuk mendorong petani menuju organik
1. Belum ada kebijakan yang tegas dari pemerintah pada budidaya padi organik 2. Koordinasi antar dinas terkait yang masih lemah 3. Kurang optimalnya kerja Petugas Penyuluh Pertanian 4. Peran koperasi produsen OVOP belum maksimal 5. Tidak semua petani padi organik tergabung dalam koperasi produsen OVOP 6. Pembinaan dari Balai penyuluh pertanian setiap kecamatan
Pinjaman modal dari Koperasi Induk kepada Koperasi Produsen
Sumber: Analisis Data Primer, 2012 2. Faktor Eksternal a) Aspek Faktor Eksternal 1) Konsumen Kepuasan konsumen merupakan salah satu hal yang dapat menjaga stabilitas perusahaan. Kepuasaan konsumen dapat dinilai dari segi produk dan pelayanan. Jaminan dan kepastian bahwa commit sesuai to user dengan label yang dicantumkan produk yang dipasarkan
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan hak konsumen yang harus dipenuhi oleh produsen. Pada umumnya, konsumen poduk beras organik di Kabupaten Karanganyar
adalah
konsumen
yang
sadar
akan
kesehatan/mempunyai gaya hidup sehat yaitu konsumen kalangan ekonomi menengah ke atas. Konsumen menerima harga produk yang ditawarkan karena menurut mereka harga tersebut sesuai dengan kualitas produk dan lebih murah dibandingkan produk lain di pasaran. Saat ini konsumen beras organik masih pada kalangan tertentu sehingga diperlukan promosi/pengenalan produk kembali agar beras organik dapat dinikamati berbagai kalangan. Oleh karena hal itu, kepuasan konsumen akan produk beras organik harus ditingkatkan. 2) Lingkungan Alam Lingkungan alam merupakan salah satu faktor yang mampu menjadi pendukung bahkan ancaman. Faktor lingkungan alam ini tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Pada proses produksi padi organik, waktu lingkungan akan mampu mendatangkan peluang atau bahkan ancaman. Budidaya padi organik sangat tergantung dengan kondisi lingkungan seperti air, cuaca/agroklimat, curah hujan, dan sebagainya. 3) Teknologi Penemuan teknologi/inovasi mempunyai dampak yang besar terhadap
organisasi/kelompok.
Tingkat
penyerapan
suatu
teknologi/inovasi pada suatu kelompok akan mempengaruhi produktivitas kelompok tersebut. Teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan alternatif strategi pengembangan. Petani sebagai pelaku utama dalam produksi beras organik merupakan salah satu pelaku yang menjadi sasaran penggunaan teknologi. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi tingkat penerapan teknologi adalah commit to user tingkat perekonomian petani. Petani yang mempunyai ekonomi
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menengah ke bawah akan lebih sulit menerapkan teknologi karena ketidakmampuan ekonomi untuk mendapatkan teknologi tersebut. Hal di atas dapat didukung oleh Sutarto (2008) yang menyatakan bahwa keadaan sosial ekonomi petani, dan penilaian petani terhadap
kinerja penyuluh pertanian akan mempengaruhi sikap
petani terhadap inovasi teknologi adalah saling kait mengkait dan saling berhubungan. 4) Sosial dan budaya Aspek sosial dan budaya dapat menyangkup pola dan gaya hidup yang dianut oleh masyarakat karena pengaruh lingkungan sosial/budaya dalam masyarakat. Saat ini mulai tren mengenai gaya hidup kembali ke alam. Prinsip ini mulai menggerakkan masyarakat untuk masuk ke dalam trend gaya hidup sehat. Oleh karena itu, perilaku masyarakat akan mempengaruhi keputusan masyarakat yang lain. Selain itu, gaya hidup tersebut akan tumbuh dan berkembang menjadi budaya. Masyarakat akan terbiasa melakukan hal-hal yang telah lumrah atau banyak dilakukan banyak orang di lingkuangan hidupnya. Konsumsi beras organik akan mampu menjadi suatu trend gaya hidup masyarakat yang peduli terhadap kesehatan. 5) Pemerintah Pusat Pemerintah pusat sebagai suatu lembaga formal memegang peranan penting dalam membuat kebijakan yang tepat sasaran guna menjaga
keberlangsungan
hidup
masyarakatnya.
Kebijakan
pemerintah diperlukan untuk mengatur dan mengkondisikan suatu hal agar tertata secara sistematis dan tepat guna. Kebijakan pemerintah dapat membatasi atau melarang tindakan masyarakat yang menyimpang. Peran pemerintah cukup strategis dan berpengaruh pada kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan budidaya padi organik. Kebijakan pemerintah yang tegas dalam commit toakan user memberikan pengaruh pada budidaya padi organik
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peningkatan budidaya padi secara organik. Oleh karena hal tersebut, kebijakan pemerintah hendaknya dapat diterapkan dengan benar untuk mengatur semua hal agar lebih tepat guna dan menimbulkan tindakan nyata. 6) Persaingan Hadirnya pesaing dapat menimbulkan perang persaingan dalam memperebutkan pangsa pasar. Persaingan dapat terjadi dengan industri dengan produk yang sejenis dan produk lain sebagai substitusi. Di dalam pengembangan produk unggulan beras organik di Kabupaten Karanganyar terdapat pesaing yaitu produk beras organik dari daerah lain. Menurut Umar (2001) menyatakan bahwa aspek persaingan dan lingkungan eksternal merupakan kondisi di luar perusahaan yang bersifat dinamis dan tidak dapat dikendalikan. b) Identifikasi Faktor Eksternal 1)
Identifikasi faktor eksternal yang menjadi peluang: a) Terbukanya pasar beras organik di luar daerah/kabupaten Tidak
semua
daerah
mempunyai
potensi
dalam
pengembangan produk beras organik. Hal ini disebabkan karena berbedanya potensi sumber daya alam yang dimiliki serta faktor iklim. Menurut responden dari Disperindagkop dan UMKM serta Koperasi OVOP menyatakan bahwa Kabupaten Karanganyar mempunyai potensi pengembangan beras organik, apabila terjadi peningkatan produksi beras organik. Salah satu daerah yang menjadi peluang pasar bagi produk organik adalah Daerah Khas Ibu Kota Jakarta. Jakarta tidak mempunyai luas lahan sawah yang besar justru tergolong kecil. Saat ini KSU AGRIKA telah memperoleh pesanan produk organik di Jakarta, akan tetapi pemenuhan pesanan tersebut masih terbatas jumlahnya. Hal ini disebabkan karena petani dari koperasi produsen belum mampu untuk mensuplai produk commit to user beras organik dalam jumlah besar mengingat permintaan lokal
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang tinggi serta kondisi lahan yang tersertifikasi. Apabila pada waktu ke depan terjadi peningkatan jumlah lahan organik yang tersertifikasi maka dapat memenuhi permintaan produk beras organik ke Jakarta dan kota besar lainnya. b) Tingginya permintaan beras organik Tingginya permintaaan beras organik dapat digambarkan dengan ketersediaan beras organik yang terbatas di pasar. Produk organik yang dijual di KSU AGRIKA selalu habis dalam waktu yang relatif singkat. Setiap bulannya KSU AGRIKA menjual produk beras organik sebanyak 2,5 ton, jumlah ini untuk memenuhi permintaan konsumen lokal (pelanggan rumah tangga, catering) dan konsumen dari luar daerah (Jakarta). Permintaan akan produk beras organik yang cenderung meningkat
ini disebabkan
karena kesadaran
konsumen akan gaya hidup yang sehat. c) Harga produk beras organik lebih mahal dibanding beras anorganik Salah satu keunggulan dari beras organik adalah harga jual di pasar yang lebih mahal dibandingkan dengan beras biasa/konvensional. Harga beras organik yang berbeda sangat signifikan dengan beras bukan organik merupakan daya tarik tersendiri bagi banyak produsen. Faktor ini menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan pendapatan petani. pada umumnya konsumen beras organik merupakan kalangan terbatas yaitu kalangan ekonomi menengah ke atas yang mempunyai gaya hidup sehat sehingga faktor harga yang mahal tersebut tidak begitu berpengaruh.
commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 21. Harga Produk Beras di Kabupaten Karanganyar No.
Varietas
1. 2. 3.
Mentik Wangi IR 64 Beras Merah
Harga (Rp/Kg) Beras Organik Beras NonOrganik 10.000,00 8.000,00 9.000,00 7.000,00 12.000,00 -
Sumber : Analisis Data Primer, 2012 Berdasarkan data di atas menyatakan bahwa terdapat perbedaan harga yang di antara beras organik dan beras non organik yang berada di Kabupaten Karanganyar. Harga beras organik mengacu pada harga KSU AGRIKA sedangkan harga beras non organik berdasarkan harga di pasar tradisonal. Pada umumnya beras organik mempunyai harga yang lebih tinggi dibanding beras non organik. Beras organik varietas mentik dan beras merah merupakan beras yang mempunyai harga tinggi dibanding dengan varietas lain. Harga beras organik varietas mentik dan beras merah yang dijual di KSU AGRIKA hanya mempunyai selisih Rp 1000,00 dengan varietas IR-64. Hal ini dapat disebabkan karena varietas mentik mempunyai tahap pasca panen yang lebih sulit dibandingkan varietas lain. d) Adanya gaya hidup baru Back To Nature Trend peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan turut berimbas pada sektor pertanian. Sebagian besar masyarakat telah menyadari pentingnya kesehatan, dan kesehatan tersebut salah satunya dapat dirasakan ketikan mengkonsumsi bahan pangan yang sehat pula. Dengan adanya perubahan pandangan megenai pangan yang sehat maka produk beras organik mempunyai peluang untuk masuk ke dalam gaya hidup sehat yang telah banyak dianut oleh masyarakat. Disamping itu, saat ini mulai banyak berdiri restoranrestoran/catering yang mengangkat tema makanan sehat. Hal user beras organik sudah mempunyai ini dapat dilihatcommit bahwato produk
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pelanggan tetap
yaitu catering yang berada di Kota
Karanganyar. e) Peningkatan pengunjung wisata setiap tahun Salah satu potensi untuk peningkatan pendapatan daerah adalah kunjungan wisata. Di Kabupaten Karanganyar terdapat banyak objek wisata yang selalu ramai
dikunjungi oleh
wisatawa baik domestik maupun luar daerah. Obyek wisata yang ada di Kabupaten Karanganyar meliputi taman hiburan, pemandangan alam, pemandian air panas dan peninggalan sejarah. Selama Tahun 2009 (BPS, 2010) jumlah pengunjung yang datang keseluruh obyek wisata mencapai 563.218 orang dengan obyek yang paling banyak dikunjungi adalah Grojogan Sewu di Tawangmangu sebanyak 285.974 orang (50,78%), Kolam renang Intanpari 125.809 orang (22,34%), Air Terjun Jumog Ngargoyoso sebanyak 46.439 orang (8,25%), dan Taman Balekambang Tawangmangu sebanyak 20.206 orang (3,59%).
Potensi
jumlah
pengunjung
wisata
mampu
memberikan dukungan terhadap pengembangan beras organik. Khususnya
dalam
sasaran
konsumen
potensial
yaitu
pengunjung wisata di Kabupaten Karanganyar. Apabila terdapat stand/kios beras organik di lokasi wisata maka dapat meningkatkan citra produk beras organik yang melekat pada Kabupaten Karanganyar. f) Adanya program pemerintah pusat (Dinas Koperasi dan UMKM) melalui OVOP (One Village One Product) Program pemerintah pusat merupakan salah satu bentuk kinerja pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya wilayahnya. OVOP merupakan satu konsep yang dianut dari Jepang. Dengan adanya konsep OVOP maka suatu daerah didorong
untuk mengetahui potensi daerah dan commit to user mengembangkan potensi tersebut untuk menjadi suatu produk
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
unggulan yang menjadi ciri khas daerah. Berdasarkan Instruksi Gubernur Jawa Tengah 2011(pada Lampiran 6) menyatakan bahwa
setiap
daerah/kabupaten/kota
dianjurkan
untuk
mempunyai produk unggulan. Adanya OVOP berbasis koperasi sangat membantu dalam pengembangan produk unggulan pada setiap kabupaten seperti halnya Kabupaten Karanganyar yang mempunyai salah satu produk unggulan yaitu beras organik. Beberapa peran konsep OVOP berbasis koperasi yaitu berbagai pembinaan, pelatihan, sosialisasi, bantuan dan modal. g) Bantuan fasilitas/teknologi dari OVOP (One Village One Product) Fasilitas/alat pertanian dari OVOP berbasis koperasi sangat dirasakan manfaatnya oleh petani padi organik yang tergabung
dalam
koperasi
produsen
OVOP.
Beberapa
fasilitas/bantuan peralatan pertanian yang diberikan untuk menunjang pengembangan produk unggulan beras organik di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 22. Fasilitas/Bantuan Peralatan Pertanian dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Dinas Koperasi dan UMKM) melalui OVOP Tahun 2011-2012 di Kabupaten Karanganyar No.
Koperasi
Jenis Bantuan
Jumlah (Unit)
1.
KSU AGRIKA
a. Kendaraan Roda Tiga/TOSSA b. Hand Sprayer
1 3
2.
KSU Anugerah Jaya
3.
KUD Jaten
4.
KUD Pandan Wangi
a. b. c. a. b. c. a. b. c.
1 1 2 1 1 2 1 1 2
5.
KKT Makaryo Tani
6. 7.
Rice Mile Unit (RMU) tipe Pemecah Kulit Kendaraan Roda Tiga/TOSSA Hand Sprayer APO (Alat Pengolah Organik) Kendaraan Roda Tiga/TOSSA Hand Sprayer Kendaraan Roda Tiga/TOSSA Hand Tractor Hand Sprayer
KSU Ngremboko Mulyo
a. Rice Mile Unit (RMU) tipe Pemutih b. Sprayer Hand Sprayer
1 2 2
KKT Sari Rejeki
Hand Sprayer
2
Sumber : KSU AGRIKA, 2012 Fasilitas bantuan OVOP yang diterima oleh koperasi commit to user produsen ini diberikan secara bertahap oleh Dinas Koperasi dan
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
UMKM Provinsi Jawa Tengah. Bantuan berupa alat-alat pertanian tersebut akan diserahkan oleh Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar yang kemudian disalurkan melalui KSU AGRIKA. Bantuan alat-alat pertanian tersebut oleh KSU AGRIKA disalurkan kembali oleh Koperasi Produsen yang benarbenar mempunyai komitmen untuk bergerak atau mengembangan pertanian organik pada anggota koperasi produsen. Bantuan tersebut tidak diberikan secara gratis, akan tetapi diterapkan dengan sistem peminjaman tanpa biaya. Apabila suatu hari alat tersebut tidak dipergunakan seperti mestinya/pertanian organik maka alat tersebut akan diambil oleh pihak KSU AGRIKA dan akan dipinjamkan kepada koperasi produsen lain yang mampu melakukan komitmen. Di sisi lain, pada Bulan Mei Tahun 2012 ini, Disperindagkop dan UMKM melakukan tindakan yang lebih tegas mengenai alat-alat pertanian bantuan OVOP. Tindakan tersebut meliputi mengutus utusan Disperindagkop dan UMKM mengunjungi
semua
koperasi
produsen,
untuk
meminta
komitmen/surat pernyataan mengenai kesanggupan penggunaan waktu alat-alat bantuan. Hal ini disebabkan, karena belum semua koperasi produsen menggunakan alat-alat tersebut secara optimal sehingga terdapat alat bantuan yang dianggurkan. h) Adanya program gerakan pertanian organik (Go Organic) Gerakan pertanian organik atau sering disebut Go Organic 2010 telah dicanangkan oleh pemerintah pusat pada Tahun 2010. Kebijakan pemerintah pusat ini dapat menjadi suatu peluang yang dapat mendukung pengembangan beras organik di Kabupaten Karanganyar. “Go mewujudkan
Organic
Indonesia
2010”
sebagai
salah
berkeinginan satu
untuk
produsen dan
pengekspor pangan organik utama di dunia Tahun 2010. Pada Tahun 2012 ini, gerakan organik ini masih terus digalakkan. to user Adanya kebijakancommit tersebut dapat mendukung pemerintah daerah
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terkhusus Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar untuk mempunyai program kerja yang tegas untuk melangkah pada pertanian organik di Kabupaten Karanganyar, apabila dapat dirancang Peraturan Daerah tentang “Go Organic” di Kabupaten Karanganyar. Oleh karena itu, petani dapat memperoleh sosialisasi perkenalan atau pemahaman kembali mengenai pertanian organik sehingga tumbuh motivasi untuk memperbaiki lahan pertaniannya yang telah terbiasa menggunakan pupuk anorganik buatan pabrik didukung dengan masyarakat yang memahami dengan produk organik. 2)
Identifikasi faktor eksternal yang menjadi ancaman a) Ketersediaan pupuk anorganik yang banyak di pasar, berbanding terbalik dengan pupuk organik. Pupuk organik tidak hanya dapat diperoleh dengan mengolah sendiri pupuk kandang, tetapi dapat dengan membeli pupuk organik di pasar/toko. Akan tetapi, pupuk anorganik lebih banyak dijumpai di pasar. Sedangkan pupuk organik tersedia akan tetapi jumlah sedikit dan sebagian besar merupakan pupuk organik
buatan
pabrik
yang
kualitasnya
belum
terdapat
standarisasi yang baik. Sebagian besar petani responden lebih memilih menggunakan pupuk organik yang berasal dari ternak dan diolah secara manual/alami daripada pupuk organik buatan pabrik. Hal ini disebabkan karena, menurut petani pupuk organik dari kotoran ternak yang diolah secara alami akan mempunyai unsur hara yang lebih tinggi. Oleh karena itu, ketersediaan pupuk organik yang berkualitas, sulit untuk ditemukan sehingga mampu menghambat keberlanjutan pengembangan produk beras organik di Kabupaten Karanganyar. b)
Persepsi konsumen akan produk beras organik masih rendah Persepsi konsumen terhadap kualitas beras organik user tergolong masih commit rendah.toKonsumen masih belum memahami
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perbedaan (dari segi kualitas) produk beras organik dengan beras biasa. Hal ini disebabkan, karena konsumen di Kabupaten Karanganyar keunggulan
belum
memahami
secara
benar
perbedaan
beras organik dibandingkan non organik. Hal ini
menjadi suatu kelemahan, karena sebagian besar konsumen belum mempercayai dan menghargai adanya produk organik. c)
Posisi tengkulak yang lebih kuat dari petani pada penetapan harga Salah satu kelemahan petani adalah mempunyai posisi yang lemah dalam penetapan harga jual produk. Berdasarkan hasil obeservasi dan wawancara sebagian besar petani menjual hasil panennya ke tengkulak. Kebanyakan petani padi organik yang belum tergabung dalam koperasi produsen menjual hasil panennya kepada tengkulak. Sedangkan Hasil panen yang dijual dalam bentuk gabah, pada umumnya langsung dijual semuanya dan hanya disisihkan sedikit untuk kosumsi keluarga. Tengkulak membeli dengan harga rendah, kemudian menyimpan gabah tersebut dan kembali menjual gabah tersebut dengan harga yang lebih tinggi. Petani yang bertindak sebagai produsen tidak mempunyai kesempatan untuk mendapat pendapatan yang lebih tinggi daripada tengkulak. Sedangkan untuk petani yang bergabung dengan koperasi produsen OVOP, terdapat pula yang menjual hasil panennya kepada tengkulak dengan alasan kemudahan dan cepatnya waktu pembayaran.
d)
Standarisasi pupuk organik belum jelas (yang dijual di toko/pasar) Pupuk organik dapat diperoleh dengan mengusahakan kotoran ternak dan rerumputan yang ada di sekitar petani. Akan tetapi, tidak semua petani berkesempatan untuk mengolah sendiri sehingga petani tergantung dengan pupuk organik yang dijual di toko pertanian. Salah satu hal yang dapat mengancam kerberlanjutan pertanian organik adalah kualitas pupuk organik yang dijual di pasar. Belum commitkomposisi to user unsur hara pada setiap pupuk ada standarisasi mengenai
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
organik kemasan pabrik yang dijual umum. Oleh karena itu, belum adanya standarisasi pupuk organik dapat menyebabkan beredarnya pupuk organik palsu atau rendah unsur hara karena salah pengolahan. e)
Subsidi pupuk organik sama besarnya dengan pupuk anorganik Harga sarana produksi seperti pupuk akan menentukan besarnya biaya dan pendapatan bagi petani. Subsidi merupakan salah satu insentif yang diperoleh petani dari pemerintah. Akan tetapi, dalam pengembangan padi organik kebutuhan pupuk organik merupakan hal yang pokok dalam usahatani. Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Pertanian, menyatakan bahwa subsisdi pupuk anorganik dan organik mempunyai kesamaan nilai besarnya. Pupuk kimia sintesis yang disubsidi adalah Urea. Sedangkan untuk pupuk organik adalah Pusriganik, Petroganik. Oleh karena nilai subsidi yang sama diantara kedua pupuk tersebut maka penggunaan pupuk kimia ini masih mudah atau murah untuk dibeli petani. Dengan demikian dapat menjadi penghambat berlangsungnya pertanian organik yang berkelanjutan.
f)
Lokasi budidaya padi organik belum menjadi kesatuan daerah budidaya Lokasi suatu daerah budidaya komoditas pertanian seperti padi organik ini sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti lingkungan. Di Kabupaten Karanganyar sendiri lokasi budidaya padi organik masih belum menjadi kesatuan. Lokasi budidaya yang masih belum benar-benar tersterilisasi dari budidaya padi konvensional. Hal tersebut dapat menjadi salah satu ancaman yang dapat mengganggu kualitas beras organik yang diproduksi.
g)
Tahap
konversi
lahan
anorganik
menjadi
lahan
organik
membutuhkan waktu lama Salah satu faktor yang berpengaruh pada produksi beras commit to pertanian. user organik adalah kondisi lahan Apabila melihat di lapang,
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lahan pertanian di Kabupaten Karanganyar sebelumnya telah lama diberikan masukan pupuk anorganik yang tinggi sehingga banyak residu dari pupuk anorganik yang masih tertinggal di lahan. Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian bahwa waktu yang dibutuhkan untuk konversi lahan organik pada tanaman semusim adalah minimal 12 bulan. Hal tersebut dapat menjadi suatu ancaman karena untuk memulihkan lahan pertanian yang teresidu pupuk anorganik membutuhkan jangka waktu yang lama yaitu dengan memberikan masukan bahan organik yang cukup sesuai dengan kondisi kerusakan lahan. h)
Munculnya produk beras organik dari daerah lain Produk beras organik tidak hanya diproduksi oleh Kabupaten Karanganyar saja. Hal ini disebabkan karena beberapa kabupaten di luar Kabupaten Karangayar juga mempunyai peluang yang sama dalam produksi beras organik. Selain itu didukung dengan adanya program pemerintah pusat untuk gerakan Go Organic 2010. Salah satu daerah terdekat di Kabupaten Karanganyar yang juga mempunyai potensi pada beras organik adalah Kabupaten Sragen. Produk beras organik dari Kabupaten Sragen tersebut lebih dikenal masyarakat luas karena waktu pengenalan yang lebih awal dibandingkan dengan Kabupaten Karanganyar.
commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 23. Identifikasi Faktor Eksternal Pengembangan Beras Organik Melalui Konsep OVOP berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar Aspek Eksternal Konsumen
Sosial Budaya
Teknologi
Pemerintah pusat
Ekonomi
Peluang(Opportunity)
Ancaman(Threats)
1. Terbukanya pasar beras organik di luar daerah/kabupaten 2. Tingginya permintaan beras organik di luar daerah/kabupaten 1. Adanya gaya hidup baru Back To Nature 2. Peningkatan pengunjung wisata setiap tahun Bantuan fasilitas/teknologi dari OVOP Provinsi Jawa Tengah
Persepsi konsumen akan produk beras organik masih rendah
1. Adanya rogram pemerintah provinsi (Koperasi dan UMKM) melalui OVOP berbasis koperasi 2. Adanya program gerakan pertanian organik (Go Organic) Harga produk beras organik lebih mahal dibanding beras anorganik
Persaingan
Posisi tengkulak yang lebih kuat dari petani pada penetapan harga
1. Standarisasi pupuk organik belum jelas (yang dijual di toko/pasar) 2. Ketersediaan pupuk anorganik yang banyak di pasar, berbanding terbalik dengan pupuk organik Subsidi pupuk organik sama besarnya dengan pupuk anorganik
Munculnya produk beras organik dari daerah lain 1. Lokasi budidaya padi organik belum menjadi kesatuan daerah budidaya 2. Tahap konversi lahan anorganik menjadi lahan organik membutuhkan waktu lama
Lingkungan Alam
Sumber: Analisis Data Primer, 2012 C. Perumusan Alternatif Strategi 1) Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) Matrik IFE dipergunakan untuk mengetahui nilai pembobotan dari faktor-faktor internal yang terdapat dalam pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi, yang berhubungan dengan kekuatan dan kelemahan yang penting.
commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 24. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) No.
Faktor-faktor Internal Utama
Bobot
Peringkat
Skor Bobot
Kekuatan 1.
Lahan sawah potensial yang luas sebesar 48.783 Ha
2.
Motivasi petani yang tinggi dalam budidaya padi organik
3.
Terdapat fasilitas pemasaran (koperasi pemasar/induk/AGRIKA) beras organik di Kabupaten Karanganyar Adanya promosi untuk pengenalan produk beras organik Kabupaten Karanganyar Koperasi produsen menyediakan berbagai sarana produksi
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
1. 2. 3.
Terdapat penelitian dan pengecekan pada lahan organik yang telah tersertifikasi Ada pembinaan dari Balai Penyuluh Pertanian setiap kecamatan Adanya Asosiasi Petani Padi Organik (APPO) Terdapat SOP (Standart Operating Procedure) pada onfarm Pinjaman modal dari Koperasi Induk kepada Koperasi Produsen Kelemahan Terbatasnya lahan padi organik yang tersertifikasi organik SNI Jumlah produk beras organik masih terbatas
5.
Kemasan dan pelabelan produk beras organik masih sederhana Belum ada kebijakan yang tegas dari pemerintah pada budidaya padi organik Koordinasi antar dinas terkait yang masih lemah
6.
Kurangnya optimalnya kerja Petugas Penyuluh Pertanian
7.
Peran koperasi produsen OVOP belum maksimal
8.
Tidak semua petani padi organik tergabung dalam koperasi produsen OVOP Dibutuhkan waktu yang lama untuk mendorong petani menuju organik Pengetahuan petani mengenai pasar dan beras organik masih rendah Total
4.
9. 10.
0.10772
4
0.430880
0.0252
3
0.075600
0.040392
3.6
0.147296
0.036392
3
0.109176
0.0708
3
0.212400
0.031492
3.2
0.097876
0.0264
3
0.079200
0.036092
3.4
0.120276
0.040392
3.6
0.145896
0.0396
3
0.118800
0.07772
1
0.077720
0.060692
1.2
0.067964
0.036092
1.4
0.051764
0.03172
1.8
0.059404
0.059994
1.2
0.067268
0.03472
1.6
0.052720
0.032074
1.6
0.052148
0.09112
1.8
0.173840
0.083394
1.6
0.138388
0.037994 1,000
1.6
0.063988 2.342640
Sumber: Rekapitulasi Hasil Pembobotan dengan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE), 2012 Faktor kelemahan dan kekuatan merupakan faktor yang menggambarkan
kondisi
internal
pada
pengembangan
produk
unggulan beras organik. Faktor kunci kekuatan terbesar dalam pengembangan produk beras organik adalah lahan sawah potensial yang cukup luas sebesar 48.783 Ha dengan total skor pembobotan sebesar 0,04388. Sedangkan nilai kelemahan terbesar terdapat pada commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
faktor ke 8(delapan) yaitu tidak semua petani padi organik tergabung dalam koperasi produsen OVOP dengan total skor 0.17384. Berdasarkan tabel 24, dapat dijelaskan bahwa dari nilai kumulatif matrik IFE pada pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP adalah 2,24264. Nilai matrik IFE tersebut mengidentifikasikan bahwa faktor internal berada dalam posisi lemah karena berada di bawah 2,5 (David, 2009). Hal ini mengidentifikasikan memanfaatkan
bahwa
kekuatan
pemerintah untuk
daerah
mengatasi
belum
kelemahan
mampu untuk
mengembangkan produk unggulan beras organik. 2) Matrik Eksternal Factor Evaluation (EFE) Analisis matrik EFE terhadap faktor-faktor eksternal pada pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis kopersi terbagi menjadi dua bagian yaitu peluang dan ancaman. Tabel matrik EFE dapat ditampilkan pada tabel di bawah ini:
commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 25. Matrik Ekternal Factor Evaluation (EFE) Faktor –faktor Eksternal Utama No.
Peluang
1.
Terbukanya pasar beras organik di luar daerah/kabupaten Tingginya permintaan beras organik di luar daerah/kabupaten Harga produk beras organik lebih mahal dibanding beras anorganik Adanya gaya hidup baru Back To Nature Peningkatan pengunjung wisata setiap tahun Adanya Program pemerintah provinsi (Koperasi dan UMKM) melalui OVOP berbasis koperasi Bantuan fasilitas/teknologi dari OVOP Provinsi Jawa Tengah Adanya program gerakan pertanian organik (Go Organic) Ancaman
2. 3. 4. 5. 6.
7. 8.
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ketersediaan pupuk anorganik yang banyak di pasar, berbanding terbalik dengan pupuk organik Persepsi konsumen akan produk beras organik masih rendah Posisi tengkulak yang lebih kuat dari petani pada penetapan harga Standarisasi pupuk organik belum jelas (yang dijual di toko/pasar) Subsidi pupuk organik sama besarnya dengan pupuk anorganik Lokasi budidaya padi organik belum menjadi kesatuan daerah budidaya Tahap konversi lahan anorganik menjadi lahan organik membutuhkan waktu lama Munculnya produk beras organik dari daerah lain Total
Bobot
Peringkat
Skor
0.084
4
0.3360
0.07
3.2
0.2260
0.079 0.073
3.2 3.6
0.2530 0.2610
0.046
2.2
0.1080
0.0732
3
0.2248
0.0672
3.2
0.2188
0.044
2.2
0.0940
0.0592
3
0.1928
0.066
2.6
0.1780
0.052
2.8
0.1500
0.0872
3.4
0.2988
0.032
2
0.0620
0.062
3
0.1900
0.0752
3.4
0.2568
0.03 1,000
1.6
0.0460 3.0960
Sumber: Rekapitulasi Hasil Pembobotan dengan Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil analisis matrik EFE pada pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi diperoleh nilai indeks kumulatif sebesar 3,096. Hasil dari analisis tersebut diperoleh dari beberapa peluang dan ancaman yang dapat dicermati pada tabel 25. Nilai matrik EFE yang sebesar 3,096 mempunyai arti bahwa commit to user pemerintah daerah sudah mampu memanfaatkan peluang yang ada
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk mengatasi ancaman yang dihadapi dalam pengembangan beras organik. Berdasarkan nilai skor matrik EFE maka dapat dijelaskan bahwa kondisi eksternal organisasi berada pada posisi yang kuat karena total skor lebih dari 2,5 (David, 2009). Faktor peluang terbesar adalah terbukanya pasar beras organik di luar daerah/kabupaten sebesar 0,366. Sedangkan faktor ancaman terbesar adalah standarisasi pupuk organik belum jelas (yang dijual di toko/pasar) dengan nilai skor sebesar 0,2988. 3) Matrik Intenal Eksternal (IE) Matrik IE diperoleh dari hasil matrik IFE dan EFE. Nilai rata-rata Matrik EFE yang telah diperoleh sebelumnya sebesar 3,096 dan matrik IFE sebesar 2.34264. berdasarkan nilai matrik IFE dan matrik EFE tersebut, dapat memposisikan pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi pada sel II. Posisi ini menggambarkan bahwa pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi berada dalam kondisi tumbuh dan membangun . Total Skor IFE Kuat
4,0
Rata- rata
3,0
Lemah
2,0
1,0
Tinggi 3,0 Total Skor EFE
Sedang 2,0
I
II
III
Tumbuh dan Membangun
Tumbuh dan Membangun
Menjaga dan Pertahankan
IV Tumbuh dan Membangun
V Menjaga dan Pertahankan
VI Panen dan Divestasi
VII Menjaga dan Pertahankan
VIII Panen dan Divestasi
IX Panen dan Divestasi
Rendah 1,0
Gambar 6. Matrik Internal Eksternal (IE) pada Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melaui Konsep commit to user OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut David (2009), strategi yang seharusnya diambil oleh pemerintah daerah untuk pengembangan produk unggulan beras organik adalah sel II. Sel tersebut merupakan stretegi tumbuh dan membangun. Strategi ini pada umumnya dilakukan melalui strategi intesif yaitu melalui penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Strategi pengembangan produk adalah suatu kegiatan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang selalu berubah. Strategi pengembangan pasar merupakan suatu strategi untuk penjangkauan pasar yang lebih luas. Strategi penetrasi pasar merupakan pencarian pangsa pasar yang lebih besar atau peningkatan pangsa pasar produk yang sudah ada melalui usaha pemasaran. Penetrasi pasar ini harus diawali dengan strategi perbaikan produk yang meliputi peningkatan jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas) produk beras organik di Kabupaten Karanganyar. 4) Matrik SWOT Berbagai alternatif strategi dapat dirumuskan berdasarkan model analisis matrik SWOT. Keunggulan dari penggunaan matriks SWOT ini adalah kemudahan dalam memformulasikan strategi berdasarkan gebungan faktor internal dan faktor eksternal. Strategi utama yang dapat disarankan terdiri dari 4(empat) macam yaitu strategi SO, WO, ST dan WT. Menurut Fouladgar (2011) perpaduan antara faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dapat menjadi suatu penyusun alternatif strategi yang baik. Matrik SWOT yang diperoleh dalam pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi yaitu: a. Strategi S-O Strategi S-O adalah strategi yang menggunakan kekuatan internalnya untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada. Alternatif strategi S-O yang dapat dirumuskan yaitu: 1) Perluasan lahan padi organik dengan pengoptimalan peran commit user penyuluh pertanian dantokelembagaan lokal petani
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Membangun Brand Image merk produk beras organik melalui pameran-pameran (dalam dan luar daerah) dan membuka stand di lokasi wisata b. Strategi W-O Strategi W-O adalah strategi yang mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang. Alternatif strategi W-O yang dapat dirumuskan antara lain: 1) Membangun kerjasama antar dinas dengan membentuk tim
yang terdiri dari beberapa dinas terkait untuk bekerja secara intensif 2) Pengoptimalan kapasitas produksi dan mutu beras organik
yang tersertifikasi dengan pemanfaatan bantuan peralatan dari OVOP untuk memenuhi permintaan pasar luar daerah c. Strategi S-T Strategi
S-T adalah strategi yang mengoptimalkan kekuatan
internal yang dimilikinya dalam mengatasi ancaman. Alternatif strategi S-T yang dapat dirumuskan antara lain: 1) Melakukan pemetaan daerah yang paling berpotensi dalam produksi beras organik 2) Melakukan rehabilitasi lahan sawah yang kurang produktif menjadi produktif dalam produksi beras organik d. Strategi W-T Strategi W-T adalah strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Alternatif strategi W-T yang dapat dirumuskan antara lain: 1) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (petani) melalui pelatihan
dan
peningkatan
ketrampilan,
penguatan
kelembagaan koperasi OVOP 2) Menjaga kualitas produk beras organik agar menjadi produk andalan di mata konsumen commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 26. Alternatif Strategi Matrik SWOT Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar. IFE
EFE
Opportunities (O): 1) Terbukanya pasar beras organik di luar daerah/kabupaten 2) Tingginya permintaan beras organik di luar daerah/kabupaten 3) Harga produk beras organik lebih mahal dibanding beras anorganik 4) Adanya gaya hidup baru Back To Nature 5) Peningkatan pengunjung wisata setiap tahun 6) Adanya Program pemerintah provinsi (Koperasi dan UMKM) melalui OVOP 7) Bantuan fasilitas/teknologi dari OVOP Provinsi Jawa Tengah 8) Adanya program gerakan pertanian organik (Go Organic) Threats (T): 1) Ketersediaan pupuk anorganik yang banyak di pasar, berbanding terbalik dengan pupuk organik 2) Persepsi konsumen akan produk beras organik masih rendah 3) Posisi tengkulak yang lebih kuat dari petani pada penetapan harga 4) Standarisasi pupuk organik belum jelas (yang dijual di toko/pasar) 5) Subsidi pupuk organik sama besarnya dengan pupuk anorganik 6) Lokasi budidaya padi organik belum menjadi kesatuan daerah budidaya 7) Tahap konversi lahan anorganik menjadi lahan organik membutuhkan waktu lama 8) Munculnya produk beras organik dari daerah lain
Strenght (S) Weakness (W) 1) Lahan sawah potensial yang luas 1) Terbatasnya lahan padi organik yang tersertifikasi organik SNI (48.783 Ha) 2) Motivasi petani yang tinggi dalam 2) Jumlah produk beras organik masih terbatas budidaya padi organik 3) Terdapat fasilitas pemasaran 3) Kemasan dan pelabelan produk beras organik masih sederhana (koperasi pemasar/induk/AGRIKA) beras 4) Belum ada kebijakan yang tegas dari pemerintah pada budidaya organik di Kab. Karanganyar padi organik 4) Adanya promosi untuk pengenalan produk beras organik 5) Koordinasi antar dinas terkait yang masih lemah Kabupaten Karanganyar 5) Koperasi produsen menyediakan 6) Kurang optimalnya kerja Petugas Penyuluh Pertanian berbagai sarana produksi 6) Terdapat penelitian dan 7) Peran koperasi produsen OVOP belum maksimal pengecekan pada lahan organik 8) Tidak semua petani padi organik yang telah tersertifikasi tergabung dalam koperasi produsen 7) Ada pembinaan dari Balai OVOP Penyuluh Pertanian setiap 9) Dibutuhkan waktu yang lama kecamatan untuk mendorong petani menuju 8) Adanya Asosiasi Petani Padi organik Organik (APPO) 9) Terdapat SOP (Standart 10) Pengetahuan petani mengenai pasar dan beras organik masih rendah Operating Procedure) pada onfarm 10) Pinjaman modal dari Koperasi Induk kepada Koperasi Produsen Strategi W-O: Strategi S-O: 1) Perluasan lahan padi organik dengan 1) Membangun kerjasama antar dinas dengan membentuk tim yang terdiri pengoptimalan peran penyuluh dari beberapa dinas terkait untuk pertanian dan kelembagaan lokal bekerja secara intensif (W4, W5, W6, petani (S1, S7, S8, S9, O1, O2, O6, W9, O6, O8) O8) 2) Membangun Brand Image produk 2) Pengoptimalan kapasitas produksi dan mutu beras organik yang beras organik melalui pamerantersertifikasi dengan pemanfaatan pameran (dalam dan luar daerah) bantuan peralatan dari OVOP untuk dan membuka stand di lokasi wisata memenuhi permintaan pasar luar ( S3, S4, O3, O4, O5) daerah (W1, W2, W3,O1, O2, O3, O4, O5, O6,O7,O8)
Strategi S-T: 1) Melakukan pemetaan daerah yang paling berpotensi dalam produksi beras organik (S1, S2, S7, T6, T7) 2) Melakukan rehabilitasi lahan sawah yang kurang produktif menjadi produktif dalam produksi beras organik (S7, S8, S9, T6, T7)
Sumber: Analisis Hasil Penelitian
commit to user
Strategi W-T: 1) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (petani) melalui pelatihan dan peningkatan ketrampilan, penguatan kelembagaan koperasi OVOP (W7, W8, W9, W10, T1, T3, T4, T5, T7) 2) Menjaga kualitas produk beras organik agar menjadi produk andalan di mata konsumen (W1, T2, T8)
perpustakaan.uns.ac.id
108 digilib.uns.ac.id
D. Penentuan Prioritas Strategi dengan Matrik QSP Berdasarkan hasil analisis Matrik IE dan Matrik SWOT telah diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh pemerintah daerah dalam pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP(One Village One Product) berbasis koperasi. Dari analisis matrik IE (internal-eksternal) menunjukkan bahwa posisi pemerintah daerah dalam mengembangkan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi berada pada posisi tumbuh dan membangun, dengan beberapa alternatif strategi yaitu strategi intensif berupa penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Sedangkan pada analisis matrik SWOT dapat dirumuskan 8 (delapan) alternatif strategi yang selanjutnya dipilih untuk menjadi prioritas strategi. Penentuan prioritas strategi yang tepat dan utama, maka dilakukan dengan analisis QSPM untuk tahapan pengambilan keputusan. Analisis QSPM memadukan antara alternatif strategi pada tahapan matching stage yaitu perpaduan antara matrik IE (Internal Eksternal) dan Matrik SWOT yang telah diperoleh. Alternatif strategi dari Matrik SWOT dan Matrik IE menghasilkan 3 strategi dimana strategi tersebut merupakan perpaduan antara alternatif strategi pada ke dua matrik yang digunakan. Alternatif tersebut antara lain: 1) Alternatif strategi 1 : Membangun Brand Image produk beras organik melalui pameran-pameran (dalam dan luar daerah) dan membuka stand di lokasi wisata. Strategi ini mempunyai hubungan dengan strategi penetrasi pasar yang diperoleh pada matrik IE. Strategi penetrasi pasar adalah suatu strategi yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan penjualannya atas produk dan pasar yang telah tersedia melalui usahausaha pemasaran yang lebih agresif. Menurut David (2009) strategi penetrasi pasar merupakan strategi yang mengusahakan peningkatan pasar untuk produk atau jasa yang ada di pasar saat ini melalui upaya to user ini merupakan salah satu upaya pemasaran yang lebihcommit besar. Strategi
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk melangkah pada pasar yang lebih luas dengan cara memperluas kegiatan pemasaran melalui promosi dengan menambah lokasi pemasaran di lokasi yang strategis/tempat wisata karena dapat memperkenalkan/menanamkan citra produk beras organik pada semua kalangan ekonomi masyarakat di dalam daerah maupun luar daerah. Strategi ini didukung dengan adanya faktor peluang terbukanya pasar beras organik di luar daerah/kabupaten. Langkah kedepannya Pemerintah/instansi terkait
di Kabupaten Karanganyar dapat
mendorong masyarakat untuk membeli lebih sering, sekaligus untuk membeli lebih banyak setiap pembelian produk beras organik melalui promosi harga saat kegiatan pameran dan stand basar. 2) Alternatif strategi 2: Pengoptimalan kapasitas produksi dan mutu beras organik yang tersertifikasi dengan pemanfaatan bantuan peralatan dari bantuan OVOP untuk memenuhi permintaan pasar luar daerah. Alternatif strategi ini berhubungan dengan strategi pengembangan pasar dan peluang yang ada pada matrik SWOT. Strategi pengembangan pasar ini merupakan strategi untuk memperluas wilayah pemasaran produk beras organik ke luar daerah. David (2009) menyatakan bahwa pengembangan pasar merupakan pengenalan produk atau jasa yang ada saat ini ke wilayah-wilayah geografis yang baru. Strategi ini erat kaitannya dengan pengembangan pasar. Hal ini disebabkan bahwa pada keadaan di lapang beras organik sudah dapat dipasarkan pada pasar luar daerah (Jakarta) akan tetapi jumlahnya masih terbatas. Strategi ini didukung dengan peluang yaitu terbukanya pasar beras organik di luar daerah/kabupaten dan tingginya permintaan beras organik di luar daerah. Oleh karena hal tersebut, alternatif strategi ini dapat meningkatkan pemasaran produk ke luar daerah untuk dapat menangkap peluang yang ada. commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Alternatif strategi 3: Melakukan pemetaan daerah yang paling berpotensi dalam produksi beras organik. Strategi tersebut sebagai upaya untuk mengembangkan produk beras organik dapat dilakukan dengan pewilayahan atau pemetaan potensi daerah yang mampu mengoptimalkan sumber daya alam di Kabupaten Karanganyar untuk mengembangkan beras organik. Faktor kekuatan yang dapat mendukung terlaksananya strategi ini adalah lahan sawah potensial di Kabupaten Karanganyar yang luas sebesar 48.783 Hektar dan adanya Asosiasi Petani Padi Organik (APPO). Alternatif strategi ini merupakan bagian dari strategi pengembangan produk. Strategi ini dapat mendukung terjadi pengembangan produk yang berpandangan pada jangka panjang khususnya persediaan produk beras organik yang kemudian dapat mendukung modifikasi produk pada modifikasi kemasan produk. Menurut David (2009) Strategi
pengembangan
produk
adalah
suatu
strategi
yang
mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodivikasi produk atau jasa yang ada saat ini. Produk beras organik di Kabupaten Karanganyar memerlukan sebuah strategi pengembangan produk sehingga untuk mencapai hal tersebut diperlukan beberapa upaya awal salah satunya meningkatkan produksi dengan pemetaan wilayah yang paling berpotensi dalam produksi beras organik. Alternatif strategi 1, 2 dan 3 dapat menjadi prioritas strategi dengan melalui perhitungan yang dapat ditampilkan pada hasil Nilai Daya Tarik matrik QSP(Quantitative Strategi Planning) yang ditampilkan pada tabel di bawah ini:
commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 27. Matriks QSPM pada Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar Faktor-Faktor Strategis Faktor Kunci Internal Kekuatan 1. Lahan sawah potensial yang luas sebesar 48.783 Ha 2. Motivasi petani yang tinggi dalam budidaya padi organik 3. Terdapat fasilitas pemasaran (koperasi pemasar/induk/AGRIKA) beras organik di Kab. Kra 4. Adanya promosi untuk pengenalan produk beras organik Kabupaten Karanganyar 5. Koperasi produsen menyediakan berbagai sarana produksi 6. Terdapat penelitian dan pengecekan pada lahan organik yang telah tersertifikasi 7. Ada pembinaan dari Balai Penyuluh Pertanian setiap kecamatan 8. Adanya Asosiasi Petani Padi Organik (APPO) 9. Terdapat SOP (Standart Operating Procedure) pada on-farm 10. Pinjaman modal dari Koperasi Induk kepada Koperasi Produsen Kelemahan 1. Terbatasnya lahan padi organik yang tersertifikasi organik SNI 5,59 Ha 2. Jumlah produk beras organik masih terbatas 3. Kemasan dan pelabelan produk beras organik masih sederhana 4. Belum ada kebijakan yang tegas dari pemerintah pada budidaya padi organik 5. Koordinasi antar dinas terkait yang masih lemah 6. Kurang optimalnya kerja Petugas Penyuluh Pertanian 7. Peran koperasi produsen OVOP belum maksimal 8. Tidak semua petani padi organik tergabung dalam koperasi produsen OVOP 9. Dibutuhkan waktu yang lama
Bobot
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
AS
AS
AS
TAS
TAS
TAS
0,10772
3
0,32316
2
0,21544
4
0,43088
0,0252
1
0,0252
2
0,0504
2
0,0504
0,040392
3
0,121176
1
0,040392
2
0,080784
0,036392
3
0,109176
2
0,072784
1
0,036392
0,0708
1
0,07080
2
0,1416
3
0,2124
0,031492
1
0,031492
2
0,062984
3
0,094476
0,0264
3
0,0792
2
0,0528
4
0,1056
0,036092
1
0,036092
3
0,108276
2
0,72184
0,040392
4
0,161568
2
0,080784
3
0,121176
0,0396
1
0,0396
3
0,1188
2
0,0792
0,07772
2
0,15544
4
0,31088
3
0,23316
0,060692
2
0,121384
3
0,182076
4
0,242768
0,036092
2
0,072184
3
0,108276
2
0,072184
0,03172
1
0,03172
2
0,06344
3
0,09516
0,059994
1
0,059994
3
0,179982
2
0,119988
0,03472
1
0,03472
3
0,10416
2
0,06944
0,032074
2
0,064148
3
0,096222
2
0,064148
0,09112
1
0,09112 commit to user3
0,27336
2
0,18224
0,083394
1
0,166788
3
0,250182
0,083394
2
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk mendorong petani menuju organik 10. Pengetahuan petani mengenai pasar dan beras organik masih rendah
0,037994
Faktor Kunci Eksternal Peluang 2. Terbukanya pasar beras organik di luar daerah/kabupaten 3. Tingginya permintaan beras organik 4. Harga produk beras organik lebih mahal dibanding beras anorganik 5. Adanya gaya hidup baru Back To Nature 6. Peningkatan pengunjung wisata setiap tahun 7. Adanya Program pemerintah provinsi (Koperasi dan UMKM) melalui OVOP 8. Bantuan fasilitas/teknologi dari OVOP Provinsi Jawa Tengah 9. Adanya program gerakan pertanian organik (Go Organic) Ancaman 1. Ketersediaan pupuk anorganik yang banyak di pasar, berbanding terbalik dengan pupuk organik 2. Persepsi konsumen akan produk beras organik masih rendah 3. Posisi tengkulak yang lebih kuat dari petani pada penetapan harga 4. Standarisasi pupuk organik belum jelas (yang dijual di toko/pasar) 5. Subsidi pupuk organik sama besarnya dengan pupuk anorganik 6. Lokasi budidaya padi organik belum menjadi kesatuan daerah budidaya 7. Tahap konversi lahan anorganik menjadi lahan organik membutuhkan waktu lama 8. Munculnya produk beras organik dari daerah lain
Bobot
3
0,113982
2
0,075988
1
0,037994
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
AS
AS
AS
TAS
TAS
TAS
0,084
4
0,336
3
0,252
2
0,168
0,07
4
0,28
3
0,21
2
0,14
0,079
2
0,158
3
0,237
1
0,0,079
0,073
3
0,219
4
0,292
2
0,146
0,046
3
0,138
4
0,184
2
0,092
0,0732
3
0,2196
4
0,2928
2
0,1464
0,0672
2
0,1344
4
0,2688
3
0,2016
0,044
1
0,044
2
0,088
3
0,132
0,0592
2
0,1184
3
0,1184
2
0,1184
0,066
4
0,264
3
0,198
2
0,132
0,052
2
0,104
3
0,156
1
0,052
0,0872
2
0,1744
4
0,3488
3
0,2616
0,032
2
0,064
3
0,096
1
0,032
0,062
2
0,124
3
0,186
4
0,248
0,0752
1
0,1504
2
0,1504
3
0,2256
0,03
3
0,09
2
0,06
1
0,03
TOTAL TAS
4,44375
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
commit to user
5,643632
5,505012
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hasil penilaian dengan matrik QSP(Quantitative Strategi Planning), maka diperoleh prioritas strategi pengembangan yang terpilih. Prioritas strategi yang diperoleh dapat diperoleh dengan nilai daya tarik (TAS/Total Attractiveness Score) yang terbesar. Dengan demikian strategi pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP(One Village One Product) berbasis koperasi dapat diimplementasikan oleh instansi/pemerintah daerah sesuai kewenangannya. Prioritas strategi yang diperoleh dalam pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar adalah Pengoptimalan kapasitas produksi dan mutu beras organik yang tersertifikasi dengan pemanfaatan bantuan peralatan dari OVOP untuk memenuhi permintaan pasar luar daerah. Strategi prioritas ini terpilih dengan perolehan total Nilai Daya Tarik (TAS) terbesar yaitu 5,643632 yaitu pada alternatif strategi 2. Strategi prioritas yang terpilih tersebut merupakan strategi yang meniktikberatkan untuk mencapai pengembangan pasar. Strategi ini untuk mengimbangi aspek permintaan pasar dan merupakan suatu langkah untuk menambah kapasitas produk agar dapat melayani pasar yang lebih luas. Strategi ini kedepannya akan dapat menjadi suatu pembuka bagi strategi pegembangan pasar produk beras organik. Strategi ini didukung dengan adanya faktor peluang yang bernilai AS/Attrativeness Score: 4 yaitu adanya gaya hidup baru Back To Nature Peningkatan pengunjung wisata setiap tahun, adanya Program pemerintah provinsi (Koperasi dan UMKM) melalui OVOP Bantuan fasilitas/teknologi dari OVOP Provinsi Jawa Tengah. Beberapa aspek peluang eksternal yang ada maka strategi ini dapat diterapkan sebagai mestinya untuk menghindari ancaman yang dapat mengahambat pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi.
commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Strategi Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Faktor-faktor internal dan eksternal pada pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar. a) Faktor internal yang menjadi kekuatan meliputi: lahan sawah potensial yang luas sebesar 48.783 hektar, motivasi petani yang tinggi dalam budidaya padi organik, terdapat fasilitas pemasaran (koperasi pemasar/induk/AGRIKA) beras organik di Kabupaten Karanganyar, adanya promosi untuk pengenalan produk beras organik Kabupaten Karanganyar, koperasi produsen menyediakan berbagai sarana produksi, terdapat penelitian dan pengecekan pada lahan organik yang telah tersertifikasi, ada pembinaan dari Balai Penyuluh Pertanian setiap kecamatan, adanya Asosiasi Petani Padi Organik (APPO), terdapat
SOP (Standart Operating Procedure)
pada on-farm dan pinjaman modal dari koperasi induk kepada koperasi produsen. b) Faktor internal yang menjadi kelemahan meliputi : terbatasnya lahan padi organik yang tersertifikasi organik SNI, jumlah produk beras organik masih terbatas, kemasan dan pelabelan produk beras organik masih sederhana, belum ada kebijakan yang tegas dari pemerintah pada budidaya padi organik, koordinasi antar dinas terkait yang masih lemah, kurang optimalnya kerja Petugas Penyuluh Pertanian, peran koperasi produsen OVOP belum maksimal, tidak semua petani commit to koperasi user padi organik tergabung dalam produsen OVOP, dibutuhkan
114
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
waktu yang lama untuk mendorong petani menuju organik, pengetahuan petani mengenai pasar dan beras organik masih rendah. c) Faktor eksternal yang menjadi peluang meliputi : terbukanya pasar beras organik di luar daerah/kabupaten ,tingginya permintaan beras organik, harga produk beras organik lebih mahal dibanding beras anorganik, adanya gaya hidup baru Back To Nature, peningkatan pengunjung wisata setiap tahun, adanya Program pemerintah provinsi
(Koperasi
dan
UMKM)
melalui
OVOP,
bantuan
fasilitas/teknologi dari OVOP Provinsi Jawa Tengah dan adanya program gerakan pertanian organik (Go Organic). d) Faktor eksternal yang menjadi ancaman meliputi : ketersediaan pupuk anorganik yang banyak di pasar, berbanding terbalik dengan pupuk organik, persepsi konsumen akan produk beras organik masih rendah, posisi tengkulak yang lebih kuat dari petani pada penetapan harga, standarisasi pupuk organik belum jelas (yang dijual di toko/pasar), subsidi pupuk organik sama besarnya dengan pupuk anorganik, lokasi budidaya padi organik belum menjadi kesatuan daerah budidaya, tahap konversi lahan anorganik menjadi lahan organik membutuhkan waktu lama dan munculnya produk beras organik dari daerah lain 2.
Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi antara lain: a) Pengoptimalan kapasitas produksi dan mutu beras organik yang tersertifikasi dengan pemanfaatan bantuan peralatan dari bantuan OVOP untuk memenuhi permintaan pasar. b) Membangun Brand Image produk beras organik melalui pameranpameran (dalam dan luar daerah) dan membuka stand di lokasi wisata. c) Melakukan pemetaan daerah yang paling berpotensi dalam produksi commit to user beras organik.
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam upaya pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi adalah pengoptimalan kapasitas produksi dan mutu beras organik yang tersertifikasi dengan pemanfaatan bantuan peralatan
dari
OVOP
untuk
memenuhi
permintaan
pasar
(nilai TAS/Total Attractiveness Score 5,643632). B. Saran 1.
Hendaknya penggunaan peralatan pertanian bantuan dari OVOP (One Village One Product) Provinsi Jawa Tengah dapat dimanfaatkan secara merata dengan pengaturan peminjaman peralatan oleh koperasi produsen bagi kepentingan semua petani anggota pada lahan sawah potensial yang ada di Kabupaten Karanganyar.
2.
Hendaknya strategi yang dihasilkan dari penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk mengatasi permasalahan dalam pengembangan produk beras organik dengan kerjasama yang baik Disperindagkop dan UMKM, Dispertan, BP4K, Dinas Peternakan salah satunya penguatan kegiatan-kegiatan seperti pelatihan dan pembinaan secara intensif kepada petani padi organik untuk menunjang keberlanjutan produksi dan mutu beras organik, penguatan sistem pemasaran dan packaging produk beras organik di Kabupaten Karanganyar.
commit to user