perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SIKAP PETANI BUAH NAGA MERAH (Hylocereus Polyrhizus) TERHADAP TEKNIK PENYULUHAN DI DESA TORIYO KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO
Jurusan/ Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian
Oleh : ELIEK PRASETIAWAN H 0407038
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2013 NASKAH PUBLIKASI
Untuk Penelitian Sarjana dan Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing :
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Suwarto, M.Si NIP. 19561119 198303 1 002
(
)
Pembimbing Pendamping : Bekti Wahyu Utami, SP, M.Si NIP. 19780715 200112 2 001
(
commit to user
)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Dengan ini kami selaku Tim Pembimbing skripsi mahasiswa program S1 : Nama
:
Eliek Prasetiawan
Nim
:
H0407038
Jurusan/ Program Studi
:
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Menyetujui naskah publikasi ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan dipublikasikan dengan/ tanpa *) mencamtumkan Tim Pembimbing sebagai Co-Author.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Suwarto, M.Si NIP. 19561119 198303 1 002
(
)
Pembimbing Pendamping : Bekti Wahyu Utami, SP, M.Si NIP. 19780715 200112 2 001 *
(
) Coret yang tidak perlu
commit to user
)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Eliek Prasetiawan. H0407038. “SIKAP PETANI BUAH NAGA MERAH (Hylocereus Polyrhizus) TERHADAP TEKNIK PENYULUHAN DI DESA TORIYO KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Suwarto, M.Si. dan Bekti Wahyu Utami SP, M.Si. Buah naga terbilang buah yang baru dikenal di Indonesia. Buah naga dikembangkan di tanah air karena peluang yang besar untuk disebarluaskan di Indonesia. Bertitik tolak pada realita pentingnya buah naga yang banyak bermanfaat dan perlu untuk usahakan, perlu adanya penyuluhan pertanian di dalam membantu berkembangnya usahatani tanaman buah naga. Permasalahan yang dihadapi dalam usahatani buah naga di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo adalah tanggapan petani buah naga di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo dalam menyikapi teknik penyuluhan yang diberikan dinas pertanian Sukoharjo. Karena dalam memulai usahatani buah naga para petani dipelopori bukan dari dinas pertanian Sukoharjo, melainkan hasil dari kerjasama dengan KUB PTS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap petani terhadap teknik penyuluhan, menganalisis faktor-faktor pembentuk sikap, dan menganalisis hubungan antara sikap petani terhadap teknik penyuluhan dengan cara ceramah, kunjungan, diskusi dan demonstrasi cara dengan faktor-faktor pembentuk sikap. Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive) di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. metode pengambilan sampel secara sensus. Data dikelompokan dengan menggunakan lebar interval. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dengan teknik penyuluhan digunakan uji korelasi Rank Spearman (rs) dengan menggunakan program komputer SPSS 17,0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman responden berusahatani termasuk pada kategori rendah yaitu 2 tahun – 3 tahun, pengaruh orang lain yang dianggap penting termasuk dalam kategori tinggi, terpaan media massa termasuk kategori rendah, pendidikan formal termasuk kategori tinggi yaitu tamat SLTA, pendidikan non formal termasuk dalam kategori tinggi yaitu mengikuti pertemuan sebanyak 7 – 9 kali. Teknik penyuluhan dengan cara ceramah, teknik penyuluhan dengan cara kunjungan, teknik penyuluhan dengan cara diskusi, dan teknik penyuluhan dengan cara demonstrasi cara termasuk dalam kategori baik. Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pendidikan non formal responden dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan. Hubungan yang signifikan ditunjukkan antara pendidikan formal responden dengan sikap petani terhadap Teknik penyuluhan. Sedangkan pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, dan terpaan media massa tidak signifikan dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Eliek Prasetiawan. H0407038. “ATTITUDE OF FARMER RED DRAGON FRUIT (Hylocereus Polyrhizus) TO TECHNIQUE EXTENTION IN TORIYO VILLAGE OF BENDOSARI DISTRICT IN SUKOHARJO REGENCY”. Agricultural Faculty of Sebelas Maret University of Surajarta. Under guidance Dr. Ir. Suwarto, M.Si. and Bekti Wahyu Utami SP, M.Si. Dragon fruit is relatively new fruit known in Indonesia. Dragon fruit is developed in this country as a great opportunity to spread in Indonesia. Based on the reality of the importance of dragon fruit on a lot of useful and necessary to generate, and the need for agricultural extension in fostering a dragon fruit farm. Problems encountered in the dragon fruit farm in Toriyo Village of Bendosari District in Sukoharjo Regency is the response of dragon fruit growers in Toriyo Village of Bendosari District in Sukoharjo Regency in addressing extention technique have been given by department of agriculture Sukoharjo. Since the start of dragon fruit farm farmers was pioneered instead of department of agriculture Sukoharjo, but rather the result of collaboration with KUB PTS. This study aimed to analyze the attitudes of farmers towards counseling techniques, analyzing the factors forming attitudes, and analyze the relationship between farmers' attitudes toward counseling techniques by means of lectures, visits, discussions and demonstrations of how the factors forming attitudes. This study determined the location (purposive) in Toriyo Village of Bendosari District in Sukoharjo Regency. Take of sample method by census. The data is classified using a wide interval. To determine the relationship between levels of factors that influence attitudes and counseling techniques used correlation test Rank Spearman (rs) by using the computer program SPSS 17.0 for windows. The results showed that the respondents' experiences farming including the low category i.e. 2 years - 3 years, the influence of other people that are considered important included in the high category, exposure to mass media, including the low category, formal education including higher category i.e. graduated high school, non-formal education, including the categories as high as the meeting 7-9 times. Counseling techniques by lecture, counseling techniques by way of visits, counseling techniques by way of discussion, and counseling techniques by way of demonstration are included in good categories. Based on the correlation test of Rank Spearman on the level of 95% indicates that there is a significant relationship between non-formal educations of respondents with an attitude of farmers towards counseling techniques. Demonstrated a significant relationship between respondents with formal education of farmers attitudes toward counseling techniques. While personal experience, the influence of other people that are considered important and mass media exposure is not significant with the attitude of farmers to extension techniques.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, khususnya petani, pemerintah menentukan kebijaksanaan dalam sub sektor hortikultura yaitu mengembangkan jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, memberikan kesempatan kerja yang luas, prospek pemasaran yang baik dalam multiguna atau banyak mendatangkan manfaat. Untuk mendukung kebijaksanaan pemerintah tersebut, maka peranan penyuluh sebagai pembawa informasi pada petani sangat diperlukan. Pengembangan usahatani tanaman hortikultura khususnya buahbuahan saat ini terus digalakkan oleh pemerintah. Tidak dapat dipungkiri kebutuhan akan buah-buahan pada masyarakat luas semakin meningkat. Buahbuahan merupakan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh, tidak heran banyak orang mencari buah-buahan untuk dikonsumsi. Salah satu buah yang semakin banyak dicari dan dikonsumsi masyarakat yaitu buah naga (Hylocereus Sp) Buah naga merupakan jenis kaktus hutan yang sering juga disebut kaktus manis, daerah asal katus hutan yang buahnya berwarna merah dan bersisik ini adalah Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Utara. Di daerah asalnya buah naga atau dragon fruit ini di namai pi tahaya atau pi toya raja (Kristanto, 2003). Buah naga terbilang buah yang baru dikenal di Indonesia. Buah naga dikembangkan di tanah air karena peluang yang besar untuk disebarluaskan di Indonesia, mengingat tanaman buah naga yang mudah untuk dibudidayakan di daerah tropis serta harga jual buah naga yang relatif tinggi di banding jenis buah lain. Buah naga tidak hanya manis untuk dikonsumsi saja, tetapi juga memiliki banyak manfaat untuk tubuh. Menurut Cahyo (2009), buah naga memiliki banyak manfaat antara lain dapat menurunkan kolesterol, penyeimbang gula darah, tinggi serat sebagai zat kartinogen penyebab kanker dan memperlancar proses pencernaan.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Bertitik tolak pada realita pentingnya buah naga yang banyak bermanfaat dan perlu untuk dibudidayakan, sebenarnya penyuluhan pertanian diperlukan serta memegang peranan yang cukup urgent dalam membantu berkembangnya usahatani tanaman buah naga. Penyuluhan pertanian sering diartikan sebagai suatu pendidikan nonformal yang diberikan kepada keluarga petani di pedesaan. Tujuan jangka pendek dalam penyuluhan pertanian yaitu untuk mengubah perilaku (sikap, tindakan dan pengetahuan) petani ke arah yang lebih baik. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah guna terwujudnya peningkatan kualitas hidup petani ke arah yang diidealkan. Kegiatan penyuluhan dalam pembangunan pertanian berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antara praktek yang dijalankan oleh petani dengan pengetahuan dan teknologi pertanian yang selalu berkembang. Mardikanto (2009) dalam hal ini menjelaskan bahwa kegiatan penyuluhan sebagai proses penerangan kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas pada memberikan penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok sasaran yang akan menerima manfaat penyuluhan (benefici-aries), sehingga mereka benar-benar memahami seperti yang dimaksudkan oleh penyuluh. Penyuluhan pertanian mempunyai kegiatan-kegiatan tertentu agar tujuan yang diinginkan (perbaikan-perbaikan teknologi, cara kerja dan tingkat kehidupan para petani di pedesaan) dapat tercapai. Setiap kegiatan harus dilaksanakan secara teratur dan terarah, tidak mungkin dilaksanakan dengan begitu saja, oleh karena itu memerlukan teknik-teknik tertentu dalam penyampaiannya agar sesuai dengan kegiatan tersebut. Teknik tersebut harus bersifat mendidik, membimbing dan menerapkan, sehingga para petani dapat menolong dirinya, mengubah perbaikan tingkat pemikiran, tingkat kerja dan tingkat kesejahteraan kehidupannya. Salah
satu
kawasan
yang saat
ini
telah
berusahatani
serta
mengembangkan tanaman buah naga di wilayah Sukoharjo yaitu di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Usahatani buah naga di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo di pelopori oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
KUB (Kelompok Usaha Bersama) Pemuda Tani sukoharjo (PTS) dengan cara memberdayakan para petani untuk mulai berusahatani buah naga yang memiliki harga tinggi jika dilihat dari segi ekonomi. Peluang pasar yang baik dan prospek yang menjanjikan dari buah naga mendorong petani di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo untuk berusahatani buah naga di daerahnya. B. Perumusan Masalah Penyuluhan pertanian mempunyai tujuan yang dapat dirinci dalam 3 tujuan utama, yaitu membantu para petani meningkatkan usahanya dan memperoleh mata pencaharian yang lebih tegas, terarah dan lebih baik; membantu para petani agar dapat memperbaiki kehidupan fisiknya; dan membantu para petani agar dapat mengembangkan kehidupan masyarakatnya (Mosher, 1991). Kegiatan penyuluhan sebagai suatu sistem pendidikan non formal dimaksudkan agar sasaran penyuluhan yaitu petani dan keluarganya bersedia merubah perilaku mereka yang meliputi perubahan pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan sehingga mereka mampu memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat menolong dirinya sendiri untuk memperbaiki taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraannya. Untuk mencapai tujuan tersebut di dalam kegiatan penyuluhan pertanian perlu dipilih dan ditetapkan suatu teknik penyuluhan yang tepat sehingga materi yang disampaikan dapat diterima dengan mudah oleh sasaran. Petani yang berada di Desa Toriyo mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Adanya perbedaan antara usaha tani hortikultura dan pangan tersebut menimbulkan respon dari masing-masing petani melalui rangsangan sosial dan reaksi yang bersifat emosional sehingga menimbulkan sikap saling berinteraksi satu sama lain. Respon dan reaksi pada akhirnya dinyatakan dalam bentuk perilaku yang konsisten dan memberikan kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai mendukung atau tidak mendukung, setuju atau tidak setuju, menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap obyek sikap.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Perubahan sikap yang terjadi pada akhirnya mempunyai tujuan untuk menjadikan para petani lebih mandiri dalam berbagai aspek. Perubahan sikap dalam
menerima
inovasi
baru
berupa
pertanian
hortikultura
akan
memandirikan petani agar bisa lebih berkembang dalam menjalankan kegiatan pertanian. Kemandirian para petani akan terlihat dari sikap petani memanfaatkan inovasi baru dalam segala aspek yaitu sistem usahatani tanaman, sistem perharaan tanaman dan pengendalian hama penyakit, sosial dan budaya, dan keuangan. Permasalahan yang dihadapi dalam usahatani buah naga di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo adalah tanggapan petani buah naga di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo dalam menyikapi teknik penyuluhan yang diberikan dinas pertanian Sukoharjo. Karena dalam memulai usahatani buah naga para petani dipelopori bukan dari dinas pertanian Sukoharjo, melainkan hasil dari kerjasama dengan KUB PTS. Justru pada saat memulai usahatani buah naga pada tahun 2009, tidak ada perhatian dari pihak dinas pertanian Sukoharjo. Baru pada awal tahun 2012 dinas pertanian Sukoharjo memberikan pendampingan berupa penyuluhan dan pelatihannya Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apa saja faktor-faktor pembentuk sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo? 2. Bagaimana sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo? 3. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap petani buah naga dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan faktor-faktor pembentuk sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. 2. Menganalisis sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. 3. Menganalisis hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap petani buah naga dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi petani, dapat sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan mengenai usahatani buah naga dalam meningkatkan hasil dengan teknik penyuluhan yang tepat. 2. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang usahatani buah naga. Selain itu penelitian ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya, khususnya dalam pemusahatanian buah naga di daerah setempat. 4. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan bahan informasi serta pembanding untuk penelitian dengan masalah yang sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
II.
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Penyuluhan Pertanian dan Ragam Teknik Penyuluhan Pertanian a. Pengertian Penyuluhan Pertanian Penyuluhan dapat diartikan sebagai proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatip, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholders (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri, dan partisipatip yang semakin sejahtera secara berkelanjutan. Proses belajar bersama dalam penyuluhan, sebenarnya tidak hanya diartikan sebagai kegiatan belajar secara incidental untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi, tetapi yang lebih penting dari itu adalah penumbuhan dan pengembangan semangat belajar seumur hidup (long life learning) secara mandiri dan berkelanjutan (Mardikanto, 2009). Mardikanto (1993) menjelaskan bahwa penyuluhan pertanian merupakan proses perubahan perilaku manusia (petani) yang dilakukan melalui suatu sistem pendidikan. Dengan demikian, efektivitas atau keberhasilan suatu kegiatan penyuluhan dapat diukur dari seberapa jauh telah terjadi perubahan perilaku (petani) sasarannya, baik yang menyangkut:
pengetahuan,
sikap,
dan
ketrampilannya.
Yang
kesemuanya itu menyangkut: a. Perubahan-perubahan
pelaksanaan
kegiatan
bertani
yang
mencakup macam dan jumlah sarana produksi serta peralatan/ mesin yang digunakan, maupun cara-cara atau teknik bertaninya. b. Perubahan-perubahan tingkat produktivitas dan pendapatannya.
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
c. Perubahan dalam pengelolaan usaha (perorangan, kelompok, koperasi), serta pengelolaan pendapatan yang diperoleh dari usahataninya. Di dalam praktik, kegiatan penyuluhan pertanian tidak berdiri sendiri sebagai suatu sistem pendidikan. Kegiatan penyuluhan seringkali (bahkan selalu) harus dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan lain, sebagai salah satu sub sistem dari sistem pembangunan pertanian yang direncanakan. Karena itu, pelaksanaan penyuluhan pertanian juga memerlukan
pengorganisasian
lengkap
dengan
aturan
tentang
hubungannya dengan sub sistem lain. Di samping itu, penyuluhan pertanian juga semakin berkembang sebagai salah satu upaya untuk mengatur, menggerakkan, dan mengarahkan serta menciptakan suatu sistem sosial tertentu yang beranggotakan orang-orang dengan ketentuan memiliki perilaku tertentu sesuai dengan fungsi dan peran yang harus dimainkannya di dalam sistem sosial tersebut (Mardikanto, 1993). Neuchatel Group (1999) menyatakan: “The essence of agricultural extension is to facilitate interplay and nurture synergies within a total information system involving agricultural research, agricultural education and a vast complex of information-providing businesses.” Esensi penyuluhan pertanian adalah untuk memfasilitasi interaksi dan sinergi dalam memelihara sistem informasi penelitian yang melibatkan penelitian pertanian, pendidikan pertanian dan kompleks yang luas untuk menyediakan informasi bisnis. b. Ragam Metode Penyuluhan Pertanian Pemilihan teknik penyuluhan pertanian secara umum adalah sebagai berikut: 1. Metode-metode dengan pendekatan massal dipergunakan untuk menarik perhatian, menumbuhkan minat dan keinginan serta memberikan informasi selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
2. Metode-metode
dengan
pendekatan
kelompok
biasanya
dipergunakan untuk dapat memberikan informasi yang lebih rinci tentang suatu teknologi. Teknik tersebut ditujukan untuk dapat membantu seseorang dari tahap menginginkan ke tahap mencoba atau bahkan sampai tahap menerapkan. 3. Metode-metode dengan pendekatan perorangan, biasanya sangat berguna dalam tahap mencoba hingga menerapkan, karena adanya hubungan tatap muka antara penyuluh dan sasaran yang lebih akrab. Di sini perlu diperhatikan oleh penyuluh, bahwa teknik pendekatan perorangan itu dilakukan apabila sasaran sudah hampir sampai ke tahap mencoba dan bersedia mencoba yang tentunya memerlukan bimbingan untuk memantapkan keputusannya. 4. Faktor lain yang memegang peranan dalam pemilihan metode adalah masa kerja penyuluh di suatu tempat. Penyuluh yang belum lama bekerja di suatu daerah perlu mengenal situasi dan kondisi daerah kerjanya. Dalam taraf permulaan ini teknik penyuluhan yang
terbaik
adalah
pendekatan
perorangan.
Apabila
kemampuannya dalam pengenalan sasaran dan keadaan sudah ia miliki, maka teknik penyuluhan yang efektif dalam menjangkau sasaran yang lebih besar adalah pendekatan kelompok atau massal (Khayatul, 2007). Salah satu tugas yang menjadi tanggungjawab setiap penyuluh adalah mengkomunikasikan inovasi, dalam rangka mengubah perilaku masyarakat penerima manfaat agar tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi demi tercapainya perubahan hidupnya. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian dengan berbagai teknik penyuluhan pertanian ditujukan untuk memberdayakan petani dan kelompok tani agar mampu memecahkan sendiri masalah usahatani yang dihadapi (Mardikanto, 2009). Metode penyuluhan seringkali digolongkan menurut target orang yang menghadiri kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
penyuluh lapangan. Penggolongan teknik penyuluhan ini dapat dinyatakan sebagai berikut: 1) Metode perorangan Metode penyuluhan ini ditujukan bagi petani secara perorangan yang memperoleh perhatian khusus dari penyuluh lapangan. 2) Metode kelompok Kegiatan
penyuluhan
menggunakan
metode
kelompok
ini
mengarahkan sasaran kegiatannya pada petani secara berkelompok atau kelompok tani. 3) Metode massa Kegiatan penyuluhan menggunakan metode ini mengarahkan sasaran kegiatannya kepada masyarakat tani pada umumnya (Suhardiono, 1990). Ragam teknik penyuluhan dapat dibedakan menurut media yang digunakan sehubungan penyuluh dan sasaran, serta pendekatan psiko sosial yang dilakukan penyuluhnya. Berdasarkan media yang digunakan, teknik penyuluhan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu media lisan, media cetak dan media terproyeksi. Berdasarkan hubungan penyuluh ke sasarannya, teknik penyuluhan dibedakan atas dua macam yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Teknik penyuluhan menurut keadaan psiko sosial sasarannya dibedakan dalam tiga hal yaitu pendekatan perorangan, pendekatan kelompok dan pendekatan massal. Sehubungan dengan itu, Mardikanto (1996) merangkum beragam teknik yang dapat diterapkan dalam kegiatan penyuluhan yaitu teknik individu kunci/kontak tani, suratmenyurat, kunjungan, karyawisata, demonstrasi (cara, hasil, cara dan hasil), teknik pertemuan kelompok (kuliah, ceramah, diskusi, kursus), pertemuan umum, pameran, pertunjukan, sandiwara, radio/kaset, tv, film, media cetak, kampanye. Metode Penyuluhan yaitu bagaimana cara seorang penyuluh dalam melakukan penyuluhan dan bertemu dengan sasaran/petani
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
(perseorangan,
kelompok
maupun
massal),
sedangkan
teknik
penyuluhan yaitu bagaimana materi penyuluhan disampaikan penyuluh kepada sasaran/petani. Dalam melakukan kegiatan penyuluhan, seorang penyuluh dapat melakukan banyak teknik penyuluhan yang efektif digunakan dalam penyampaian informasi kepada sasaran. Berikut
beberapa
teknik
penyuluhan
yang
digunakan
dalam
menyampaikan informasi kepada sasaran : 1. Ceramah Ceramah merupakan sarana penting untuk mengalihkan informasi di dalam penyuluhan. Ceramah mempunyai keuntungan : penceramah dapat mengubah isi pidatonya disesuaikan baik dengan keperluan dan minat hadirin maupun tingkat pendidikan mereka, penceramah dapat memperhatikan tanggapan hadirin ketika berbicara dan dapat segera mengubah pendekatannya, hadirin dapat mengetahui penceramah dengan lebih baik dan memperoleh kesan yang jelas mengenai topik pembicaraan melalui isyarat maupun ekspresi wajah. Ceramah umumnya memberi kesempatan kepada hadirin untuk mengajukan pertanyaan untuk mendiskusikan isu-isu yang lebih mendalam. Kekurangan ceramah adalah bahwa yang diucapkan biasanya mudah dilupakan dibandingkan
dengan
yang
ditulis,
juga
sulit
untuk
mempertahankan perhatian hadirin terhadap poko ceramah lebih dari 15 menit, kecuali jika penceramah sangat dinamis dan menarik (Van den Ban dan Hawkins, 1999). 2. Kunjungan Cara yang benar bagi penyuluh lapang untuk menjumpai petani adalah lapangan, tetapi kujungan kepada petani secara individual dilapangan merupakan kegiatan yang sangat mahal jika ditinjau dari segi waktu dan biaya. Disamping itu kunjungan individual ini juga hanya mampu untuk menjangakau petani dalam jumlah yang sedikit. Maka dari cara ini tidak dianjurkan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
ditempuh oleh penyuluh lapangan, kecuali jika kunjungan ini dimaksudkan untuk mengatasi hal-hal khusus yang dihadapi petani atau dalam rangka memperoleh informasi tentang suatu teknik budidaya yang berhasil yang sangat diperlukan untuk menyusun program
penyuluhan,
karena
penyuluh
lapang
serin
kali
memandang perlu untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari pihak pertama tentang masalah usahatani yang nyata dilapangan (Suhardiono, 1990). 3. Diskusi Van den Ban dan Hawkins (1999) menyatakan bahwa diskusi kelompok membantu proses alih teknologi dari ahlinya kepada kelompok. Diskusi kelompok membantu anggotanya memadukan
pengetahuan
dan
memberikan
kesempatan
mengajukan pertanyaan, menghubungkan informasi baru dengan yang telah mereka ketahui dan jika perlu memperbaharui pandangan mereka. Jika masih ada keraguan, mereka dapat mendiskusikannya dengan penyuluh. Kelebihan diskusi kelompok antara lain diskusi kelompok dapat memberi pengaruh pada penentuan masalah yang akan didiskusikan, diskusi kelompok lebih banyak mendorong kegiatan peserta, bahasa yang digunakan dalam diskusi lebih lebih akrab bagi peserta. Beberapa kekurangan diskusi kelompok antara lain alih informasi memerlukan waktu yang lebih lama, kemungkinan ada peserta yang berbicara berlebihan dan mendominasi diskusi, membutuhkan kelompok yang seragam, membutuhkan agen penyuluhan yang mampu menghadapi masalah tak terduga, suasana sosio emosional berpengaruh besar terhadap efek diskusi kelompok 4. Demonstrasi Suhardiono (1990) membagi demonstrasi menjadi dua yaitu demonstrasi hasil dan demonstrasi teknik (cara). Maksud dari penyelenggara demonstrasi hasil adalah untuk menunjukkan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
meyakinkan petani, bahwa suatu teknik khsus dapat diterapkan pada kondisi
setempat untuk meningkatkan
produksi dan
produktifitas usahatani. Demonstrasi cara dilakukan dengan tujuan untuk
melatih
ketrampilan
petani
bagaimana
cara
untuk
menerangkan praktek-praktek baru dalam melakukan suatu usahatani tersebut. Van den Ban dan Hawkins (1999) menambahkan bahwa keuntungan demonstrasi adalah kesanggupan melihat suatu teknik baru yang dituangkan dalam praktek yang. Tidak diperlukannya adanya saling mempercayai yang tinggi antara petani dengan penyuluh, karena petanidapat melihat sendiri segala sesuatu dengan jelas. Agen penyuluhan pun tidak perlu terlalu melibatkan diri pada penguraian pesan yang kemungkinan bisa keliru diartikan. Demonstrasi sangat berguna bagi orang yang tidak bisa berpikir secara abstrak. 2. Sikap a. Pengertian Sikap Soedjito dalam Mardikanto (1993) mengatakan bahwa sikap sebenarnya merupakan fungsi dari kepentingan, artinya sikap seseorang sangat ditentukan oleh kepentingan-kepentingan yang dirasakan. Semakin ia memiliki kepentingan, atau semakin banyak kepentingan yang dirasakan, maka sikapnya semakin baik dan sebaliknya
semakin
merasa
tak
memiliki
kepentingan
atau
kepentingannya tidak dipenuhi maka sikapnya semakin buruk. Sikap mengarah pada obyek tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri terhadap obyek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kesediaan untuk bereaksi dari orang tersebut terhadap obyek atau perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat
permanen
mengenai
aspek-aspek
tertentu
dalam
lingkungannya. Komponen-komponen sikap adalah pengetahuan, perasaan,
dan
kecenderungan
untuk
commit to user
bertindak.
Sikap
adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
kecondongan evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang mempunyai konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadaphadapan dengan objek sikap (Van den Ban dan Hawkins, 1999). Atkinson, (1999) mengemukakan bahwa sikap yang meliputi rasa suka dan tidak suka, penilaian reaksi yang menyenangkan terhadap obyek, orang, situasi aspek-aspek lain dunia, termasuk ide abstrak dari kebijaksanaan sosial memiliki fungsi psikologi yang berbeda-beda bagi setiap orang, diantaranya : 1) Fungsi Instrumental Sikap yang dipegang karena alasan praktis atau manfaat dikatakan memiliki
sikap
instrumental.
Sikap
ini
semata-mata
mengekspresikan keadaan spesifik keinginan untuk mendapatkan manfaat atau hadiah untuk menghindari hukum. 2) Fungsi Pengetahuan Sikap yang membantu seseorang memahami dunia membawa keteraturan bagi berbagai informasi yang harus diasimilasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap tersebut merupakan skema yang penting yang memungkinkan seseorang mengorganisasikan dan mengolah informasi secara efisien tanpa harus memperhatikan detailnya. 3) Fungsi Nilai Ekspresif Sikap yang mengekspresikan nilai-nilai dari seseorang atau mencerminkan konsep diri. 4) Fungsi Pertahanan Ego Sikap yang melindungi seseorang dari kecemasan atau dari ancaman bagi harga diri seseorang 5) Fungsi Penyesuaian Sosial Sikap yang membantu seseorang merasa menjadi bagian dari komunitas. Menurut Ahmadi (2002), sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya : ekonomi, politik, agama, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
sebagainya. Di dalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan menyebabkan perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap obyek tertentu atau suatu obyek. Anonim, (2011) Attitude Psychology yang diperoleh dari hhtp://en.wikipedia.org/wiki/attitude menyatakan : An attitude is a hypothetical construct that represents an individual's degree of like or dislike for something. Attitudes are generally positive or negative views of a person, place, thing, or event this is often referred to as the attitude object. People can also be conflicted or ambivalent toward an object, meaning that they simultaneously possess both positive and negative attitudes toward the item in question. Attitudes are judgments. They develop on the ABC model (affect, behavior, and cognition). The affective response is an emotional response that expresses an individual's degree of preference for an entity. The behavioral intention is a verbal indication or typical behavioral tendency of an individual. The cognitive response is a cognitive evaluation of the entity that constitutes an individual's beliefs about the object. Most attitudes are the result of either direct experience or observational learning from the environment. Attitudes can be changed through persuasion and we should understand attitude change as a response to communication. Experimental research into the factors that can affect the persuasiveness of a message include: 1) Target Characteristics: These are characteristics that refer to the person who receives and processes a message. One such trait is intelligence - it seems that more intelligent people are less easily persuaded by one-sided messages. Another variable that has been studied in this category is self-esteem. Although it is sometimes thought that those higher in selfesteem are less easily persuaded, there is some evidence that the relationship between self-esteem and persuasibility is actually curvilinear, with people of moderate self-esteem being more easily persuaded than both those of high and low self-esteem levels. The mind frame and mood of the target also plays a role in this process. 2) Source Characteristics: The major source characteristics are expertise, trustworthiness and interpersonal attraction or attractiveness. The credibility of a perceived message has been found to be a key variable here; if one reads a report about health and believes it came from a professional
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
medical journal, one may be more easily persuaded than if one believes it is from a popular newspaper. Some psychologists have debated whether this is a long-lasting effect and found the effect of telling people that a message came from a credible source disappeared after several weeks (the socalled "sleeper effect"). Whether there is a sleeper effect is controversial. Perceived wisdom is that if people are informed of the source of a message before hearing it, there is less likelihood of a sleeper effect than if they are told a message and then told its source. 3) Message Characteristics: The nature of the message plays a role in persuasion. Sometimes presenting both sides of a story is useful to help change attitudes. 4) Cognitive Routes: A message can appeal to an individual's cognitive evaluation to help change an attitude. In the central route to persuasion the individual is presented with the data and motivated to evaluate the data and arrive at an attitude changing conclusion. In the peripheral route to attitude change, the individual is encouraged to not look at the content but at the source. This is commonly seen in modern advertisements that feature celebrities. In some cases, physician, doctors or experts are used. In other cases film stars are used for their attractiveness (Anonim, 2011).
Sikap adalah membangun hipotetis yang mewakili gelar individu dari suka atau tidak suka untuk sesuatu. Sikap umumnya pandangan positif atau negatif dari seseorang, tempat, benda, atau peristiwa ini sering disebut sebagai objek sikap. Orang juga dapat berkonflik atau ambivalen terhadap suatu objek, yang berarti bahwa mereka secara bersamaan memiliki kedua sikap positif dan negatif terhadap item dalam pertanyaan.
Penilaian sikap. Mereka mengembangkan pada
model ABC (afektif, psikomotorik, dan kognitif). Respon afektif adalah respon emosional yang mengungkapkan gelar individu preferensi untuk suatu entitas. Tujuan perilaku adalah indikasi verbal atau kecenderungan perilaku khas individu. Respon kognitif adalah evaluasi kognitif entitas yang merupakan keyakinan individu tentang objek. Kebanyakan sikap adalah hasil dari baik pengalaman langsung atau belajar observasional dari lingkungan. Sikap dapat diubah melalui persuasi dan kita harus memahami perubahan sikap sebagai respon
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
terhadap komunikasi. Penelitian eksperimental ke faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persuasif dari pesan termasuk: 1) Karakteristik Sasaran: Ini adalah karakteristik yang mengacu pada orang yang menerima dan memproses pesan. Salah satu sifat tersebut adalah kecerdasan - tampaknya bahwa lebih banyak orang cerdas yang kurang mudah dibujuk oleh satu-sisi pesan. Variabel lain yang telah dipelajari dalam kategori ini adalah harga diri. Meskipun kadang-kadang berpikir bahwa mereka lebih tinggi harga diri kurang mudah dibujuk, ada beberapa bukti bahwa hubungan antara harga diri dan persuasibility sebenarnya lengkung, dengan orang-orang moderat harga diri yang lebih mudah dibujuk dibandingkan baik yang tinggi dan rendah diri tingkat. Kerangka pikiran dan suasana hati dari target juga memainkan peran dalam proses ini. 2) Karakteristik Sumber: Karakteristik sumber utama adalah keahlian, kepercayaan dan daya tarik interpersonal atau daya tarik. Kredibilitas pesan dianggap telah ditemukan untuk menjadi variabel kunci di sini, jika kita membaca laporan tentang kesehatan dan percaya itu berasal dari sebuah jurnal medis profesional, salah satu mungkin lebih mudah dibujuk dibandingkan jika seseorang percaya itu dari sebuah surat kabar populer. Beberapa psikolog telah memperdebatkan apakah ini adalah efek jangka panjang dan menemukan efek memberitahu orang-orang bahwa pesan datang dari sumber yang dapat dipercaya menghilang setelah beberapa minggu (yang socalled "tidur efek"). Apakah ada efek tidur adalah kontroversial. Kebijaksanaan yang dirasakan adalah bahwa jika orang diberi informasi sumber pesan sebelum sidang itu, ada kemungkinan kurang dari efek tidur daripada jika mereka diberitahu pesan dan kemudian memberitahu sumbernya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
3) Karakteristik Pesan: Sifat dari pesan memainkan peran dalam persuasi. Kadang-kadang menyajikan kedua sisi dari sebuah cerita berguna untuk membantu mengubah sikap. 4) Pola Kognitif: Sebuah pesan dapat mengajukan banding untuk evaluasi kognitif individu untuk membantu mengubah sikap. Dalam rute pusat persuasi individu disajikan dengan data dan termotivasi untuk mengevaluasi data dan tiba pada kesimpulan berubah sikap. Dalam rute perifer untuk mengubah sikap, individu didorong untuk tidak melihat isi tapi pada sumbernya. Hal ini sering terlihat dalam iklan modern yang fitur selebriti. Dalam beberapa kasus, dokter, dokter atau ahli yang digunakan. Dalam kasus lain bintang film yang digunakan untuk daya tarik mereka. b. Komponen sikap Menurut Azwar (1998), struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu terdiri dari : 1. Komponen kognitif Komponen kognitif merupakan respresentasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen ini berisi tentang kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek. Kepercayaan itu datang dari apa yang telah dilihat atau apa yang telah diketahui. Berdasarkan apa yang telah dilihat kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik suatu obyek. Sekali kepercayaan itu telah berbentuk, maka menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan mengenai obyek tersebut. 2. Komponen afektif Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Menyangkut masalah emosional subyekif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. 3. Komponen konatif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
Komponen
konatif
merupakan
aspek
kecenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dalam struktur sikap komponen ini menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Demikian halnya Wortman (2004) yang mengemukakan bahwa sikap mempunyai tiga komponen, antara lain komponen kognisi yaitu apa yang kita percaya atau kita pikirkan, komponen emosional tentang bagaimana kita merasakan, dan komponen tingkah laku tentang bagaimana kita bertindak. Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan (action), belajar sikap berarti memperoleh kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu obyek, berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai hal yang berguna/berharga (sikap positif) atau tidak berharga/berguna (sikap negatif). Sikap merupakan sesuatu yang bersifat agak kompleks, yang mengandung komponen-komponen atau aspek-aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspekkonatif (Winkel, 1991). Sikap merupakan faktor yang menentukan perilaku, karena sikap itu berhubungan dengan persepsi, kepribadian, belajar, dan motivasi. Sikap (attitude) adalah kesiap-siagaan mental, yang diorganisasi melalui pengalaman, yang mempunyai pengaruh tertentu kepada tanggapan seseorang terhadap orang, obyek, dan situasi yang berhubungan dengannya (Gibson et all, 1994). Walgito (2003) memaparkan bahwa sikap tidak dibawa sejak dilahirkan, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan. Sikap yang ada dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berujud situasi yang dihadapi oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
individu (pengalaman), norma-norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-hambatan dan pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat. Semua ini akan berpengaruh pada sikap yang ada dalam diri seseorang. c. Faktor pembentuk sikap Soedjito dalam Mardikanto (1993) menjelaskan bahwa adapun faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap meliputi: 1. Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terdapat pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di dalam diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya. 2. Faktor ekstern, yaitu faktor yang terdapat di luar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok. Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam berinteraksi sosial, individu beraksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang
dihadapinya.
Di
antara
faktor
yang
mempengaruhi
pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, pendidikan formal dan pendidikan informal (Azwar, 1998). Dalam mempengaruhi pembentukan sikap pada individu ada beberapa faktor, antara lain : 1. Pengalaman pribadi Menurut Azwar (1998) sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Apa yang
kita
alami
akan
membentuk
dan
mempengaruhi
penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologi. Pengalaman kita sendiri menunjukkan bahwa mereka yang merasa bisa memahami orang lain dengan baik itu sebenarnya tidak mengerti apa-apa, baik orang lain maupun dirinya sendiri. Seringkali ada hubungan ironis antara pendapat dan tabiatnya sendiri. Seringkali terjadi bahwa apa yang diyakininya benar tentang diri orang lain biasanya juga benar tentang dirinya sendiri. Cara kita mempersepsi situasi sekarang tidak bisa terlepas dari adanya pengalaman sensoris terdahulu. Kalau pengalaman terdahulu itu sering muncul, maka reaksi kita lalu menjadi salah satu kebiasaan. Karena kebanyakan aktivitas kita sehari-hari bergantung pada pengalaman yang terdahulu, kita mereaksi
kepada
isyarat
dan
lambang
daripada
kepada
keseluruhan stimulus aslinya. Jadi dalam kebanyakan situasi, persepsi itu pada umumnya merupakan proses informasi yang didasarkan
atas
pengalaman-pengalaman
masa
lampau
(Mahmud, 1990). 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat berperan. Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu di antara komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting bagi kita, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tindak dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang
yang
berarti khusus
bagi kita,
akan
banyak
mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Di antara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau suami, dan lain-lain. Pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut (Azwar, 1998). Sebagaimana kita ketahui bahwa lingkungan masyarakat yang tradisional masih tertanam
penghormatan yang besar
terhadap pemimpin masyarakat. Sesungguhnya demi untuk suksesnya pembangunan dan tercapainya kemakmuran dalam masyarakat sendiri, maka sikap hidup tradisional itu perlu diubah dan disesuaikan dengan cara yang tepat. Disinilah pentingnya peranan daripada faktor kepemimpinan
sebagai
perluasan komunikasi massa, penyuluhan, dan pendidikan masyarakat (Kamaluddin, 1998). Kebanyakan keputusan tentang pertanian masih dibuat petani secara perorangan. Akan tetapi, ia membuat keputusankeputusan tersebut dalam rangka memenuhi hasrat untuk memberikan sesuatu yang lebih baik bagi keluarganya. Oleh karena itu, mereka tergantung kepada hasil yang didapat dari usahatani. Anggota-anggota keluarganya mungkin memberikan tekanan kepada petani dalam mengambil keputusan. Di pihak lain hasrat petani untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya meruapkan dorongan yang efektif dalam banyak
hal
untuk
meningkatkan
produktivitas
usahatani.
Keputusan-keputusan yang diambil oleh petani juga dapat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku serta hubungan-hubungan dalam masyarakat setempat di mana mereka hidup. Bagi petani, masyarakat
di sekitarnya mempunyai arti
(Soetriono et all, 2006).
commit to user
yang penting
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
3. Terpaan Media massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang (Azwar, 1998). Media massa mempunyai pengaruh dalam membentuk suatu wacana publik. Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil artinya. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Hal ini seringkali berpengaruh terhadap sikap pembaca atau pendengarnya, sehingga dengan hanya menerima berita-berita yang sudah dimasuki unsur-unsur subyektif itu, terbentuklah sikap (Sastraatmadja, 1993). 4. Pendidikan formal Sistem pendidikan, yakni sekolah adalah lembaga sosial yang turut menyumbang dalam proses sosialisasi individu agar menjadi anggota masyarakat seperti yang diharapkan. Sekolah selalu
saling
berhubungan
dengan
masyarakat.
Melalui
pendidikan terbentuklah kepribadian seseorang. Boleh dikatakan hampir seluruh kelakukan individu bertalian dengan atau dipengaruhi oleh orang lain. Maka karena itu kepribadian pada hakikatnya gejala sosial (Nasution, 2004). 5. Pendidikan non formal Pendidikan non formal diartikan sebagai penyelenggaraan pendidikan yang terorganisir yang berada di luar sistem pendidikan
sekolah,
isi
pendidikan
commit to user
terprogram,
proses
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
pendidikan yang berlangsung berada dalam situasi interaksi belajar mengajar yang terkontrol (Mardikanto dan Sutarni, 1982). Van Den Ban dan Hawkins (1999) mendefinisikan sikap sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersikap permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam
lingkungannya.Lebih
mudahnya,
sikap
adalah
kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadaphadapan dengan obyek sikap Menurut Azwar (1998) mengemukakan bahwa pendidikan non formal merupakan pendidikan yang didapat di luar bangku sekolah. Penyuluh pertanian dan pelatihan merupakan pendidikan non formal. Penyuluhan pertanian merupakan sistem pendidikan non formal yang tidak sekedar memberikan penerangan atau menjelaskan
tetapi
berupaya
untuk
mengubah
perilaku
sasarannya agar memiliki pengetahuan pertanian dan berusaha tani yang luas, memiliki sikap progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap inovasi sesuatu (informasi) baru, serta terampil melaksanakan kegiatan. Van Den Ban dan Hawkins (1999) mendefinisikan sikap sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersikap permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.
Lebih mudahnya,
sikap
adalah
kecondongan
evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan obyek sikap. Sikap dalam penelitian ini diartikan penilaian positif atau negatif
terhadap
sesuatu
yang
dihadapi.
Sikap
merupakan
perwujudan rasa dari seseorang tentang suatu hal yang dapat menjadikan sesorang dapat menilai tentang suatu hal. Pembentukan sikap seseorang dapat menjadikan seseorang lebih mengerti apa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
dihadapinya. Faktor-faktor pembentuk sikap dalam penelitian ini adalah pengalaman pribadi, pengaruh kebudayaan, pendidikan formal, pendidikan non formal, pendidikan non formal, dan pengaruh orang lain yang dianggap penting. 3. Petani Petani adalah lebih daripada seorang juru tani dan manajer. Ia adalah seorang manusia dan menjadi anggota dari dua kelompok manusia yang penting baginya. Ia anggota sebuah keluarga dan ia pun anggota masyarakat setempat (desa/RT). Bagaimanapun petani itu sebagai manusia, banyak ditentukan oleh keanggotaannya di dalam kelompok masyarakat itu. Sebagai perorangan, para petani memiliki empat kapasitas penting untuk pembangunan pertanian yaitu bekerja, belajar, berpikir kreatif dan bercita-cita (Mosher, 1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) menyebutkan bahwa petani berarti orang yang pekerjaannya bercocok tanam. Sedangkan Samsudin (1982) menyatakan petani adalah mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sesuatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri, baik tenaga sendiri maupun tenaga bayaran. Menguasai sebidang tanah dapat diartikan pula menyewa, bagi hasil atau beberapa memiliki tanah sendiri. Di samping menggunakan tenaga tangan sendiri ia dapat mengunakan tenaga kerja yang sifatnya tidak tetap. Yang dimaksud petani adalah orang, baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri, yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya, 1989). Khusus petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk farmer dengan berhektar-hektar tanah pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang, bahkan kadang-kadang hanya sekedar bauruh tani saja (Moertopo, 1975). Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
tradisi dan perasaan. Tanah dan dirinya adalah bagian dari satu hal, suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama. Suatu masyarakat petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian, mereka masuk secara intim, akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan (Robert, 1985). Petani kecil di Indonesia, menurut pengertian BPLPP adalah dicirikan oleh karakteristik sebagai berikut: a. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari 240 Kg beras perkapita per tahun. b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 Ha lahan sawah di Jawa atau 0,5 Ha di luar Jawa. Bila petani tersebut juga mempunyai lahan tegal maka luasnya 0,5 Ha di Jawa atau 1,00 Ha di luar Jawa. c. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas d. Petani yang memiliki pengetahuan yang terbatas dan kurang dinamik (Soekartawi, 1988). Pada dasarnya ada empat golongan petani berdasar tanahnya, yaitu: a
Golongan petani luas ( lebih dari 2 Ha)
b
Golongan petani sedang (0,5 – 2 Ha)
c
Golongan petani sempit (0,5 Ha)
d
Golongan buruh tani tidak bertanah
Perbedaan golongan petani berdasar luas tanah tersebut akan berpengaruh terhadap sumber dan distribusi pendapatannya (Hernanto, 1993) Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk penangkapan ikan) dan pemungutan hasil laut. Peranan petani sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
pengelola
usahatani
berfungsi
mengambil
keputusan
dalam
mengorganisasi faktor-faktor produksi yang diketahui (Hernanto, 1993). Kay dan William (1999), mengemukakan bahwa peranan bidang pertanian meliputi yaitu antara lain sebagai berikut The amount of land in farms and ranches has been relatively constant, this means the average farms size has increased considerably. Several factors have contributed to this change. First, labor-saving technology in the form of larger agricultural machinery, automated equipment and specialized livestock buildings has made it possible for fewer farm workers to produce more. Second, employment oppurtunities outside agriculture have become more attractive and plentiful, encouraging labor to move out of agriculture. Third, farms and ranch operators have aspired to earn higher levels of income and to enjoy a standard of living comparable to that of nonfarms families. Fourth, some new technology is available only in a minimum size or scale.
Kay dan William (1999), mengemukakan bahwa peranaan bidang pertanian selalu menjadi faktor yang utama dalam kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu terdapat berberapa alasan seorang petani bekerja di bidang pertanian yaitu antara lain sebagai berikut: 1) Tenaga kerja tidak hanya ada pada kegiatan di lapang , tetapi dalam sektor pertanian yang luas sangatdiperlukan tenaga terampil dalam pembuatan mesin-mesin pertanian, peralatan pertanian, serta staf ahli di bidang pertanian. 2) Bekerja di bidang pertanian menjadi menarik dan diminati banyak orang karena memberikan harapan bagi petani akan hasil panen yang nantinya akan diperoleh. 3) Hasil yang diperoleh dari bekerja di bidang pertanian tidak kalah pentingnya (keuntungan ) dibanding dengan non pertanian. Mosher (1991), memberikan gambaran yang agak luas tentang petani, yakni: a.
Petani sebagai manusia, petani sebagai manusia merupakan seorang yang rasional yang memiliki harapan-harapan, keinginan-keinginan, dan kemaunan untuk menjadi lebih baik. Disamping itu, petani seperti halnya manusia yang lain juga memiliki harga diri dan tidak bodoh, sehingga mempunyai potensi yang dapat dikembangkan guna
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
memperbaiki kehidupannya.Petani sebagai manusia, umumnya adalah kepala keluarga di dalam rumah tangganya. Karena itu, sebenarnya tidak ada satupun petani yang tidak selalu ingin memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan keluarganya. b.
Petani sebagai juru tani, adalah petani yang melakukan kegiatan bertani,yang
memiliki
pengalaman
dan
telah
belajar
dari
pengalamannya. Hasil belajarnya tersebut tercermin dari kebiasaankebiasaan yang mereka terapkan dalam kegiatan bertani. c.
Petani sebagai pengelola usahatani, selain sebagai manusia dan juru tani, seorang petani umunya juga pengelola atau manajer dari usahataninya. Hal ini berarti bahwa, petani adalah orang yang memiliki wewenang untuk mengambil keputusan sendiri tentang usahataniyang dikelolanya serta terbiasamempertanggungjawabkan hasil
pengelolaannya
itu
kepada
keluarga
serta
masyarakat
lingkungannya. Manusia berusaha mengatur atau mengusahakan tumbuh-tumbuhan dan hewan serta memanfaatkan hasilnya.Mereka mengubah tempat tumbuhan dan hewan serta lingkungannya agar dapat memenuhi kebutuhan manusia.Manusia seperti itu disebut petani. Dalam kegiatan usahatani, petani merangkap dua peranan yaitu : a.
Petani sebagai penggarap Peranan pertama petani adalah memelihara tanaman dan hewannya agar mendapatkan hasil yang diperlukan.
b.
Petani sebagai manajer Peranan lain seorang petani dalam usahatani adalah sebagai manajer. Ketrampilan
sebagai
manajer
dalam
menjalankan
usahanya
menyangkut kegiatan otak yang didorong oleh keinginan dalam pengambilan keputusan atau pemilihan alternatif tanaman atau ternak. c.
Petani sebagai manusia Seorang petani bukan hanya sebagai penggarap dan manajer ia juga manusia sebagai anggota kelompok manusia lainnya, yaitu keluarga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
dan masyarakat atau tetangga. Keadaan petani sebagai perorangan banyak ditentukan oleh keanggotaannya di dalam kedua kelompok tadi. (Soetriono, 2006). Sehingga dapat disimpulkan bahwa petani adalah seseorang yang mempunyai lahan sendiri maupun tidak dan sementara waktu atau tetap menguasai satu atau beberapa cabang usaha di bidang pertanian dalam arti luas baik itu dengan tenaga sendiri atau tenaga bayaran dalam pengelolaannya. 4. Buah Naga Tumbuhan buah naga memiliki akar tunggang. Akar buah naga seperti akar kaktus yang sifatnya sangat cepat menyerap air. Akar ini tidak hanyat umbuh dipangkal batang dalam tanah tetapi juga pada batang. Akar tersebut juga berfungsi sebagai alat pelekat atau memanjat tumbuhan lain serta tiang penyangga. Akar ini juga dapat disebut akar udara atau akar gantung yang memungkinkan tumbuhan tetap dapat hidup tanpa tanah atau hidup sebagai epifit (Winarsih, 2007). Buah naga merupakan tanaman dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan bagian utara ini sudah lama dimanfaatkan buahnya untuk dikonsumsi segar. Secara morfologis, tanaman buah naga termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun untuk beradaptasi dengan lingkungan gurun, tanaman buah naga memiliki duri di sepanjang batang dan cabangnya guna mengurangi penguapan. Di habitat aslinya, tanaman ini memanjat tanaman lain untuk tumbuh (Hardjadinata, 2010). Buah naga menpunyai sulur batang yang tumbuh menjalar. Batangnya berwarna hijau dengan bentuk segitiga. Tanaman akan tumbuh subur jika media tanam porous, kaya akan unsur hara, berpasir, cukup sinar matahari dan bersuhu antara 38-40 C (Sutomo, 2006). Klasifikasi buah naga sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Division
: Magaoliophyta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Class
: Magaoliopsida
Ordo
: Caryophyllales
Family
: Cactaceae
Subfamily
: Cactoideae
Tribe
: Hylocereae
Genus
: Hylocereus, Selenicereus
Spesies
: Hylocereus Undana Britt & Rose Hylocereus polyrhizus Britt & Rose Hylocereus costaricensis Britt & Rose Selnicereus megalanthus Britt & Rose
(Mizrahi and Nerd, 1999). Selnicereus megalanthus memiliki penampilan yang berbeda dibandingkan spesies dari genus Hylocereus. Kulit buahnya yang berwarna kuning tanpa sisik cenderung lebih halus. Walaupun tanpa sisik, kulit buahnya masih menampilkan tonjolan-tonjolan. Rasa buahnya jauh lebih manis disbanding buah naga spesies lainnya karena memiliki kadar mencapai 15-18% briks (Kristanto, 2003). B. Kerangka Berpikir Soemono dalam Mardikanto (1993) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan, setiap penyuluh harus memahami dan mampu memilih teknik yang paling baik dengan pertimbangan-pertimbangan terbaik sebagai suatu cara yang terpilih untuk tercapainya tujuan penyuluhan yang dilaksanakan. Banyaknya teknik yang ada dengan ciri khas tertentu maka perlu dipilih sesuai keadaan petani setempat dan kebutuhan petani yang bersangkutan. Teknik Penyuluhan yang diterapkan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yaitu ceramah, kunjungan, diskusi dan demonstrasi cara. Sikap petani terhadap teknik penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai respon petani terhadap teknik penyuluhan yang telah diterapkan. Respon petani tersebut dapat dilihat dari partisipasi petani dalam mengikuti kegiatan dengan berbagai teknik penyuluhan yang diterapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
Diterima atau tidaknya suatu penyuluhan dengan teknik penyuluhan tertentu dapat dilihat dari sikap petani terhadap kegiatan penyuluhan tersebut, karena dari sikapnya dapat diketahui apakah petani mendukung atau bahkan menolak terhadap ragam penyuluhan dengan beberapa teknik penyuluhan itu. Variabel-variabel pembentuk sikap yang relevan dengan faktor pembentuk sikap petani terhadap teknik penyuluhan di desa Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang yang dianggap penting, terpaan media massa, pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pangalaman pribadi akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap dan akan menjadi dasar pembentuk sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Selain itu, orang yang dianggap penting merupakan salah satu variabel yang akan menentukan suatu teknik penyuluhan itu diterima atau ditolak. Jika suatu teknik penyuluhan berjalan dengan pemahaman yang searah dengan pemikiran orang-orang yang dianggap penting pada daerah setempat maka besar kemungkinan teknik penyuluhan tersebut akan juga diterima dan diterapkan, begitupun sebaliknya. Peran media juga penting dalam mempengaruhi sikap petani terhadap teknik penyuluhan, karena dalam pencarian informasi lewat media akan membentuk opini petani dalam menyikapi suatuinovasi baru dalam hal ini teknik penyuluhan yang dikhudukan untuk buah naga. Tingkat pendidikan formal petani juga mempengaruhi pola pikirnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani, maka semakin luas dan maju pula pola pemikirannya. Dan ini, akan akan berpengaruh pada sikap petani terhadap suatu obyek. Dalam pendidikan non formal petani dapat memperoleh tambahan pengetahuan dan mendapatkan pengalaman serta solusi dari masalah yang sedang mereka hadapi, hal tersebut akan mempengaruhi petani terhadap suatu obyek. Secara sistematis kerangka pemikiran tentang Sikap Petani Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Terhadap Teknik Penyuluhan di
Desa
Toriyo
Kecamatan
Bendosari
digambarkan sebagai berikut :
commit to user
Kabupaten
Sukoharjo
dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo 1. Ceramah 2. Kunjungan 3. Diskusi 4. Demonstrasi cara Sangat Baik
Faktor-faktor pembentuk sikap: A. 1. pengalaman pribadi 2. orang lain yang dianggap penting 3. terpaan media massa 4. lembaga pendidikan formal 5. lembaga pendidikan non formal)
Sikap petani terhadap teknik penyuluhan 1. Karakteristik sasaran 2. Karakteristik sumber 3. Karakteristik pesan 4. Karakteristik media
Baik
Sedang
Buruk
Sangat Buruk
Gambar 1. Kerangka berfikir mengenai faktor pembentuk sikap dan sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. C. Hipotesis Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pembentuk sikap (pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, terpaan media massa, pendidikan formal serta pendidikan non formal) dengan sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Definisi Operasional a.
Variabel Pembentuk Sikap (Variabel Bebas) Variabel-variabel pembentuk sikap yaitu variabel personal yang ada dalam diri individu (yang dalam hal ini petani) yang turut mempengaruhi pola perilakunya sehingga dapat membentuk sikap petani terhadap pelaksanaan pertanian hortikultura adalah :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
1) Pengalaman reponden berusahatani adalah pengalaman responden berusahatani tanaman hortikultura khususnya buah naga hingga saat penelitian ini dilakukan yang dinyatakan dalam tahun (0 - 1 tahun, 2 - 3 tahun, 4 - 5 tahun, 6 - 7 tahun dan > 7 tahun). 2) Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan yang pernah ditempuh oleh responden di bangku sekolah (tidak tamat sekolah, tamat SD, SMP, SLTA, dan tamat D3/Sarjana). 3) Terpaan media massa merupakan seberapa banyak dan seberapa sering menggunakan media massa dalam rangka mencari informasi tentang usahatani buah naga yang dapat mempunyai pengaruh dalam opini dan kepercayaan. Media massa adalah saluran komunikasi
(media
cetak
dan
media
elektronik)
yang
menyampaikan pesan-pesan atau informasi kepada petani. Terpaan media massa dapat dilihat dari jumlah media massa yang dimanfaatkan dan frekuensi media massa. 4) Pendidikan non formal adalah pendidikan
yang diperoleh
responden di luar pendidikan formal (pelatihan, kursus ataupun penyuluhan). 5) Pengaruh orang lain adalah saran atau perintah dari orang lain yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam kegiatan pertanian, yaitu PPL, petani lain, suami/ istri, anak, pemerintah, orang tua, dan sesepuh desa. b. Sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo (Variabel Terikat). Sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan diukur dengan memberikan respon atau tanggapan berupa pernyataan positif maupun negatif yang disusun dan dikembangkan dari aspek sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan meliputi: (1) Teknik penyuluhan dengan cara ceramah, (2) Teknik penyuluhan dengan cara kunjungan, (3) Teknik penyuluhan dengan cara diskusi, dan (4) Teknik penyuluhan dengan cara demonstrasi cara yang dilihat dari tiga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
komponen yaitu komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Selanjutnya responden diminta memberikan respons berupa sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju atau sangat tidak setuju terhadap pernyataanpernyataan yang diajukan kepada responden yang kemudian diukur dengan menggunakan Skala Likert. Sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan diukur dengan memberikan respon atau tanggapan berupa pernyataan positif maupun negatif yang disusun dan dikembangkan dari aspek sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan berupa sikap sangat baik, baik, cukup baik buruk atau sangat buruk yang dilihat dari tiga komponen yaitu komponen kognisi, afeksi dan konasi. 1) Komponen kognisi dilihat dari sikap responden dalam : (1) Teknik penyuluhan dengan cara ceramah, (2) Teknik penyuluhan dengan cara kunjungan, (3) Teknik penyuluhan dengan cara diskusi, dan (4) Teknik penyuluhan dengan cara demonstrasi cara yang diukur dengan skala ordinal. 2) Komponen afeksi adalah sikap petani responden yang diungkapkan dengan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan teknik yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan baik berupa pernyataan positif atau negatif, diukur dengan skala ordinal. 3) Komponen konasi merupakan kecenderungan perubahan sikap petani setelah mengikuti teknik penyuluhan yang diukur dengan skala ordinal. Skor untuk 3 komponen sikap (kognisi, afeksi, dan konasi) untuk pernyataan positif adalah : Sangat Setuju (SS)
: skor 5
Setuju (S)
: skor 4
Ragu-ragu (R)
: skor 3
Tidak Setuju (TS)
: skor 2
Sangat Tidak Setuju (STS)
: skor 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
Sedangkan untuk pernyataan negatif skornya adalah : Sangat Setuju (SS)
: skor 5
Setuju (S)
: skor 4
Ragu-ragu (R)
: skor 3
Tidak Setuju (TS)
: skor 2
Sangat Tidak Setuju (STS)
: skor 1
Untuk menyesuaikan skor dengan pernyataan penelitian maka pada pernyataan sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju disubstitusikan menjadi sangat baik, baik, sedang, buruk dan sangat buruk 2. Pengukuran Variabel Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal. Suryabrata (1998) dalam bukunya yang berjudul Pengembangan Alat Ukur Psikologis mengatakan bahwa, ciri-ciri penerapan skala ordinal adalah seperangkat obyek atau sekelompok orang diurutkan dari yang “paling atas” ke yang “paling bawah” dalam atribut tertentu (selanjutnya tabel pengukuran variabel disajikan pada halaman lampiran VII).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu suatu penelitian yang memusatkan perhatian pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan bertitik tolak dari data yang dikumpulkan, dianalisa dan disimpulkan dalam konteks
teori-teori hasil.
Penelitian dengan cara mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data (Singarimbun, 1995). Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif diawali dengan merumuskan masalah penelitian. Masalah penelitian dirumuskan secara operasional, dimana konsep-konsep yang dipilih dapat diukur secara kuantitatif. Masalah penelitian dijawab secara teoritik dengan cara mengacu pada teori-teori yang telah ada (Slamet, 2006) Pada penelitian ini menggunakan teknik sensus. Teknik sensus ini yaitu pengambilan responden dengan menetapkan seluruh jumlah responden yang akan diteliti. Karena pada penelitian ini hanya ada satu kelompok tani yang diteliti B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian (Arikunto, 1998). Lokasi penelitian dipilih di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo, dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang banyak membudidayakan buah naga. C. Metode Penentuan Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciricirinya akan diduga (Singarimbun dan Effendi, 1995). Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani buah naga di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo.
commit to user 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
2. Teknik Sampling (Pengambilan Sampel) Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan sensus yaitu pengambilan responden dengan menetapkan seluruh jumlah responden yang akan diteliti. Besar sampel yang diambil sebanyak 33 responden dari populasi petani sejumlah 33 petani dalam 1 kelompok tani. D. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. 1. Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian dan pengamatan langsung di lapang. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuisioner yang kemudian diisi oleh responden yaitu petani. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
pengalaman
responden
berusahatani,
pendidikan
formal,
pendidikan non formal, orang lain yang dianggap penting serta sikap responden terhadap ragam teknik penyuluhan. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data-data yang dikumpulkan dari instansi atau lembaga yang berkaitan dengan penelitian, dengan cara mencatat langsung data yang bersumber dari dokumentasi yang ada. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data monografi desa dan data statistik dari BPS E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara, merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi antara pewawancara dengan responden untuk mendapatkan informasi dengan bertanya secara langsung (Singarimbun dan Effendi, 1995). Wawancara dilakukan dengan petani-petani sebagai responden dalam penelitian ini dan pihak lain yang terlibat baik dari pemerintah dan instansi terkait. Data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
yang diperoleh melalui wawancara meliputi identitas responden, faktor pembentuk sikap terhadap teknik penyuluhan. 2. Observasi, yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap sasaran penelitian untuk mendapatkan data-data yang berhubungan penelitian. 3. Pencatatan, yaitu cara pengumpulan data sekunder atas data umum, sosial ekonomi seperti monografi desa asli dari BPS yang ada di Desa Toriyo Kecamatan Bedosari Kabupaten Sukoharjo. F. Metode Analisis Data Data yang dikumpulkan akan dianalisis, menurut Djarwanto (1996) sesuai data yang tersedia data primer dianalisis melalui tabulasi. Untuk mengetahui sikap petani terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bedosari Kabupaten Sukoharjo dengan menggunakan Skala Likert. Kategori pengukurannya dengan menggunakan rumus lebar interval kelas, yaitu : Kelas kategori :
nilai tertinggi - nilai terendah jumlah kelas
Karena ukuran asosiasi yang ada pada variabel X dan Y adalah diukur dengan skala ordinal dan obyek-obyeknya dapat diranking dalam rangkaian berurut maka, untuk mengetahui hubungan antara pengalaman petani, orang lain yang dianggap penting, pendidikan formal, pendidikan non formal, dengan sikapnya terhadap ragam metode penyuluhan dapat diketahui dengan rumus koefisien korelasi Rank Spearman (Siegel, 1997) :
rs = 1 -
6å di 2 i =1
N3 - N
Keterangan : rs = koefisien korelasi rank spearman N = jumlah sampel petani di = Selisih ranking antar variabel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Untuk menguji tingkat signifikansi hubungan digunakan uji t karena sampel yang diambil lebih dari 10 (N>10) dengan tingkat kepercayaan 95% dengan rumus (Siegel, 1997) : t = rs
N -2 1 - (rs ) 2
Kesimpulan : 1. Jika t hitung > t tabel (a = 0,05) maka Ho ditolak, berarti ada hubungan signifikan antara tingkat pengalaman petani, orang lain yang dianggap penting, terpaan media massa, tingkat pendidikan formal dan tingkat pendidikan non formal dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan yang disampaikan oleh penyuluh pertanian. 2. Jika t hitung
t tabel (a = 0,05) maka Ho diterima berarti tidak ada
hubungan yang signifikan antara tingkat pengalaman petani, orang lain yang dianggap penting, terpaan media massa, tingkat pendidikan formal dan tingkat pendidikan non formal dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan yang disampaikan oleh penyuluh pertanian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Alam Menurut data monografi tahun 2012 Desa Toriyo merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Luas wilayah Desa Toriyo adalah 334,775 Ha dengan ketinggian 98 meter di atas permukaan laut. Desa Toriyo termasuk dataran rendah dan suhu udara rataratanya adalah 240-320 C. Keadaan alam Desa Toriyo sangat berpotensi untuk pengembangan tanaman pangan seperti padi dan hortikultura seperti sayur-sayuran dan buahbuahan. Selain itu, Desa Toriyo juga berpotensi untuk pengembangan peternakan seperti ayam kampung, angsa, kambing, sapi, bebek, dan kerbau. Batas wilayah Desa Toriyo adalah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Desa Sugihan
Sebelah Selatan : Desa Gayam Sebelah Barat
: Desa Mulur
Sebelah Timur
: Desa Jombor
Desa Toriyo terletak cukup jauh dari pusat pemerintahan, yaitu 2 km dari ibukota kecamatan, 2 km dari ibukota kabupaten, dan 100 km dari ibukota propinsi. B. Keadaan Penduduk 1. Keadaan Penduduk menurut Jenis Kelamin Penduduk adalah orang-orang yang berada di suatu wilayah pada waktu tertentu. Menurut jenis kelaminnya, penduduk terdiri dari dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Berdasarkan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dapat diketahui angka sex ratio. Sex ratio merupakan perbandingan antara jumlah laki-laki dan perempuan yang ada di suatu wilayah pada waktu tertentu. Jika sex ratio kurang dari 100 artinya jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit daripada jumlah penduduk perempuan.
commit to user 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Jika sex ratio sama dengan 100 maka jumlah penduduk laki-laki sama dengan jumlah penduduk perempuan sedangkan jika lebih dari 100 maka jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Penduduk Desa Toriyo berjumlah 7.240 orang yang terdiri dari 3.870 penduduk laki-laki dan 3.370 penduduk perempuan. Berdasarkan jumlah tersebut maka perhitungan sex ratio adalah sebagai berikut: Sex Ratio =
Jumlah Penduduk Laki - laki x100 Jumlah Penduduk Perempuan
3.870 x100 3.370 = 114,83 =
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa sex ratio Desa Toriyo adalah 115, artinya setiap ada 100 penduduk perempuan terdapat 115 penduduk laki-laki. Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan ini akan mempengaruhi pembagian kerja di bidang pertanian. Dengan demikian pekerjaan usahatani dapat dikerjakan dengan baik oleh penduduk laki-laki yang dianggap memiliki tenaga yang lebih kuat dibandingkan perempuan. Penduduk perempuan juga membantu dalam melakukan usahatani, misalnya pada saat melakukan penyiangan. Selain itu, Penduduk perempuan lebih berperan aktif dalam mengurusi rumah tangga. 2. Keadaan Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Keadaan penduduk berdasarkan produktivitasnya dapat dilihat dari umur sesorang pada waktu itu. Penduduk dikelompokkan sebagai umur belum produktif (0-14 tahun), umur produktif (15-64 tahun), dan umur tidak produktif (lebih dari 64 tahun). Penduduk di Desa Toriyo berjumlah 7.240 jiwa. Berikut adalah penduduk di Desa Toriyo berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Tabel 4.1. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Toriyo Tahun 2012 Umur (Tahun)
Jumlah (Jiwa)
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 >64 Jumlah
458 442 451 454 439 441 437 551 452 443 423 479 429 1.341 7.240
Distribusi Presentase(%) 6,33 6,10 6,22 6,27 6,06 6,09 6,04 7,61 6,24 6,12 5,84 6,62 5,93 18,53 100,00
Sumber: Data Monografi Desa Toriyo Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar adalah pada usia >64 tahun, yaitu 1.341 orang sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah pada usia 50-54 tahun ke atas, yaitu 423 orang. Hal ini dapat mempengaruhi perhitungan Angka Beban Tanggungan (ABT) di Desa Toriyo. ABT merupakan perbandingan antara usia non produktif (penduduk umur <14 tahun dan penduduk umur >64 tahun) dan usia produktif (penduduk umur 15-64 tahun) pada waktu tertentu. Jumlah penduduk usia non produktif adalah 2.692 orang dan penduduk usia produktif adalah 4.548 orang. Berikut adalah perhitungan ABT di Desa Toriyo: Jumlah Penduduk Usia Non Produktif x100 Jumlah Penduduk Usia Produktif 2.692 = x100 4.548 = 59,19 ABT =
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa Angka Beban Tanggungan (ABT) di Desa Toriyo sebesar 59,19 Artinya, dalam setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 59 penduduk non produktif. Semakin besar rasio antara jumlah kelompok non produktif dari jumlah kelompok produktif maka akan semakin besar juga beban tanggungan bagi kelompok yang produktif terhadap kelompok non produktif. 3. Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan dan perkembangan di suatu wilayah. Tingkat pendidikan penduduk menunjukkan kualitas sumber daya manusia di wilayah tersebut. Jika tingkat pendidikan penduduk diketahui maka dapat diketahui pula kemampuan penduduk dalam menyerap informasiinformasi baru. Berikut adalah keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Toriyo pada tahun 2012 Tabel 4.2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Toriyo Tahun 2012 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Jenjang Pendidikan
Jumlah (orang)
Belum sekolah Tidak pernah SD Tidak tamat SD SD / sederajat SMP / sederajat SMA / SMK / sederajat Akademi / D1-D3 Sarjana / D4 Pasca Sarjana / S2-S3 Jumlah
69 365 360 315 247 249 49 25 10 1689
Persentase (%) 4,09 21,61 21,31 18,65 14,62 14,74 2,90 1,48 0,60 100,00
Sumber: Data Monografi Desa Toriyo Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 4.2. dapat diketahui bahwa pendidikan di Desa Toriyo tidak bersekolah menduduki prosentase terbanyak yaitu sebesar 21,61 % atau 365 jiwa. Penduduk yang lain berturut-turut adalah sebagai berikut: belum sekolah (4,09%), tidak pernah SD (21,61%), SD / sederajat (18,65%), SMP / sederajat (14,62%), SMA / sederajat (14,74%), akademi/
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
D1-D3 (2,9%), sarjana / D4 (1,48%), dan pasca sarjana/ S2-S3 (0,6%). Berdasarkan perhitungan ini dapat diketahui bahwa penduduk yang tamat SD ke atas sebesar 52,99%. Jika dilihat dari prosentase Tabel 4.2. meskipun penduduk yang tidak bersekolah maupun tidak tamat SD merupakan prosentase terbanyak, tetapi secara keseluruhan penduduk yang tamat SD ke atas lebih banyak daripada yang tidak bersekolah maupun tidak tamat SD. Dengan ini dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan di Desa Toriyo tergolong tinggi Tingkat pendidikan Desa Toriyo dapat tergolong tinggi karena ada beberapa faktor. Faktor tersebut adalah tingkat kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan cukup tinggi serta secara geografis letak Desa Toriyo
tidak
terlalu
jauh
dengan
pusat
pemerintahan
maupun
sekolah/perguruan tinggi. Selain itu, masyarakat Desa Toriyo dapat dikatakan cukup sejahtera sehingga mereka mampu membiayai pendidikan anak-anaknya. 4. Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian Keadaan penduduk menurut mata pencaharian adalah jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan pada mata pencaharian tertentu di suatu wilayah. Mata pencaharian sangat penting artinya di suatu daerah. Hal ini dikarenakan selain mata pencaharian digunakan penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari baik untuk diri sendiri dan keluarganya, mata pencaharian juga digunakan untuk mengukur tingkat pengaruh seseorang
di daerah tersebut. Berikut adalah tabel keadaan
penduduk menurut mata pencaharian di Desa Toriyo pada tahun 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
Tabel 4.3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Toriyo Tahun 2012 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Mata Pencaharian
Jumlah (orang)
Petani Buruh tani Buruh / swasta Pegawai negeri Pengrajin Pedagang Peternak Montir Dokter Jumlah
232 149 112 111 23 73 109 25 12 846
Persentase (%) 27,42 17,61 13,24 13,12 2,72 8,63 12,88 2,96 1,42 100,00
Sumber: Data Monografi Desa Toriyo Tahun 2012 Penduduk Desa Toriyo bekerja di berbagai sektor untuk mencari nafkah dalam kehidupan sehari-hari. Sektor yang paling banyak digeluti adalah sektor pertanian, yaitu sebesar 45,03%, baik menjadi petani maupun buruh tani. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan petani adalah pemilik penggarap, penyewa dan penyakap sedangkan buruh tani adalah orang yang mengerjakan di sawah orang lain. Jenis pekerjaan lain memiliki persentase lebih sedikit daripada sektor pertanian, yaitu: buruh / swasta 13,24%, pegawai negeri 13,12%, pengrajin 2,72%, Pedagang 8,63%, Peternak 12,88%, Montir 2,96% dan Dokter 1,42%. Keadaan ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih memegang peranan yang sangat penting dalam menopang perekonomian masyarakat Desa Toriyo. Hal ini dikarenakan wilayah Desa Toriyo memang sangat berpotensi untuk menumbuhkembangkan pertanian. C. Keadaan Pertanian Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam pembangunan di pedesaan. Hal ini dikarenakan oleh sebagian besar penduduk pedesaan yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, yaitu sebagai petani (pemilik penggarap, penyewa, dan penyakap) dan buruh tani. Berikut ini adalah gambaran tentang keadaan pertanian di Desa Toriyo yang meliputi penggunaan lahan dan komoditas utama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
1. Penggunaan Lahan Keadaan pertanian dapat menunjukkan kemampuan suatu wilayah dalam mencukupi kebutuhan pangan bagi penduduknya. Kemampuan menyediakan pangan ini harus didukung oleh tersedianya lahan pertanian yang sangat potensial, teknologi yang mendukung, dan sumber daya manusia yang berkualitas. Berikut adalah luas penggunaan lahan di Desa Toriyo pada tahun 2012. Tabel 4.4. Luas Penggunaan Lahan di Desa Toriyo pada Tahun 2012 Jenis Penggunaan Lahan Tanah Sawah Tanah Kering Lain-lain Jumlah
Luas (Ha) Persentase (%) 125 56,05 75 33,63 23 10,32 223 100,00
Sumber: Data Monografi Desa Toriyo Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 4.4.dapat diketahui bahwa jenis penggunaan lahan di Desa Toriyo adalah untuk tanah sawah, tanah kering dan keperluan lain-lain dengan luas berturut-turut 125 Ha, 75 Ha, dan 23 Ha. Tanah sawah sebagian besar menggunakan irigasi setengah teknis dan sebagian kecil irigasi non teknis. Tanah sawah digunakan untuk budidaya tanaman padi sedangkan tanah kering digunakan untuk bangunan dan pekarangan, kebun atau tegalan, dan tambak. Penggunaan tanah lain-lain misalnya untuk fasilitas umum, seperti lapangan olah raga, kantor pemerintah, dan makam umum. Pada tahun 2008 petani di Desa Toriyo yang mempunyai tegalan mulai mengalihkan lahan keringnya untuk usahatani buah naga. Setelah kurang lebih 4 tahun mengusahakan tegalannya untuk usahatani buah naga, beberapa diantara mereka beralih untuk beusahatani buah naga menjadi usaha utama. Mereka merasakan perbandingan penghasilannya lebih besar dibandingkan menjadi petani padi maupun buruh tani. 2. Komoditas Utama Masing-masing wilayah mempunyai komoditas utama yang berbedabeda sesuai dengan potensi wilayah tersebut. Macam-macam komoditas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
utama pada masing-masing wilayah dipengaruhi oleh kondisi tanah, topografi, dan kemampuan sumber daya manusianya. Berikut adalah komoditas pertanian yang ada di Desa Toriyo: Tabel 4.5. Komoditas Pertanian di Desa Toriyo Tahun 2012 No. 1. 2. 3. 4.
Tanaman Padi Mangga Pepaya Pisang
Luas (Ha) 125 2 3 1
Produktivitas (Ton/Ha) 7 4 4 2
Sumber: Data Monografi Desa Toriyo Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 4.5. dapat diketahui bahwa komoditas utama di Desa Toriyo adalah padi. Hal ini terbukti dengan luas lahan yang digunakan untuk budidaya padi paling luas jika dibandingkan dengan komoditas lain, yaitu seluas 125 Ha dengan produktivitas 7 Ton/Ha. Komoditas lain yang diusahakan adalah buah-buahan, seperti mangga, papaya dan pisang. Selain budidaya padi, luas lahan yang digunakan untuk komoditas buah-buhan tidak terlalu luas, yaitu mangga 2 Ha, pepaya 3 Ha dan pisang 1 Ha. Untuk komoditas buah naga sendiri di Desa Toriyo masih menjadi minoritas karena selain belum benyaknya petani yang mengusahakan buah naga, untuk penanaman buah naga pun tidak membutuhkan lahan yang banyak karena untuk budidayanya dilakukan di pekarangan rumah. Selain itu, komoditas buah naga sendiri juga belum dimasukkan data monografi desa tahun 2012. 3. Jenis Ternak Penduduk Desa Toriyo juga mengusahakan ternak sebagai pekerjaan sampingan. Selain itu, kotoran ternak juga dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik. Berikut adalah jenis ternak yang diusahakan di Desa Toriyo tahun 2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
Tabel 4.6. Jenis Ternak yang Diusahakan di Desa Toriyo pada Tahun 2012 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Hewan Ternak
Jumlah (ekor)
Sapi Kerbau Ayam Bebek Kambing
410 20 2.551 1.752 607
Sumber: Data Monografi Desa Toriyo Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 4.6. dapat diketahui bahwa ternak yang diusahakan di Desa Toriyo ada bermacam-macam, diantaranya sapi, kerbau, ayam, bebek dan kambing. Ternak yang banyak diusahakan oleh penduduk adalah unggas seperti ayam dan bebek. Hal ini dikarenakan pemeliharaan ternak unggas yang mudah. Selain itu, sapi, kerbau dan kambing juga diusahakan karena kotorannya dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik yang dapat mendukung usaha pertanian di Desa Toriyo. D. Keadaan Sarana Perekonomian Sarana perekonomian merupakan tempat berlangsungnya kegiatan jual beli atau pemindahan barang/ jasa, dari penjual kepada pembeli atau produsen kepada konsumen. Kegiatan ini tentunya saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, yaitu produsen dapat memperoleh laba dari penjualan barang/ jasa sedangkan konsumen mendapatkan barang/ jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keberadaan sarana perekonomian akan membantu tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian di suatu wilayah. Tabel 4.7. Sarana Perekonomian di Desa Toriyo Tahun 2012 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Sarana Perekonomian Koperasi Industri kerajinan Industri pakaian Restoran Toko / swalayan Warung kelontong Usaha peternakan
Jumlah (buah) 1 2 3 2 1 25 2
Sumber: Data Monografi Desa Toriyo Tahun 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
Keberadaan sarana perekonomian di Desa Toriyo sangat dibutuhkan. Dengan adanya sarana perekonomian, kegiatan penduduk menjadi lebih lancar, misalnya dalam hal pemasaran hasil-hasil usahatani. Sarana perekonomian yang terdapat di Desa Toriyo yaitu sebuah Koperasi, Industri kerajinan 2 buah, Industri pakaian 3 buah, Restoran 2 buah, Toko / swalayan 1 buah, Warung kelontong 25 buah dan Usaha peternakan 2 buah . Meskipun belum memiliki pasar desa, penduduk tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil-hasil usahatani atau berbelanja untuk kebutuhan seharihari. Hal ini dikarenakan desa ini terletak tidak jauh dari pusat pemerintahan daerah Kabupaten Sukoharjo dimana segala aktifitas perekonomian daerah Sukoharjo banyak dilakukan disana. E. Kelembagaan Pertanian Keberadaan kelembagaan pertanian di suatu wilayah diharapkan dapat membantu keberhasilan sektor pertanian di wilayah tersebut. Dengan adanya kelembagan pertanian, kegiatan penyuluhan dapat dikoordinasikan dengan baik sehingga berjalan aktif. Kegiatan penyuluhan yang berhasil dapat merubah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan petani ke arah yang lebih baik. Tabel 4.8. Lembaga-Lembaga Yang Terkait Dengan Kegiatan Pertanian Buah Naga No. 1. 2. 3.
Nama Lembaga KUB Pemuda Tani Sukoharjo (PTS) Kelompok tani buah buah naga “Tani Mulya” BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Kecamatan Bendosari
Jumlah 1 1 1
Sumber: Data Primer Tabel 4.8. dapat menjelaskan bahwa ada beberapa lembaga yang membantu dan mempunyai andil yang besar dalam pelaksanaan usahatani buah naga di Desa Toriyo. Lembaga-lembaga tersebut adalah KUB Pemuda Tani Sukoharjo (PTS), Kelompok tani buah buah naga “Tani Mulya” Desa Toriyo, dan BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Kecamatan Bendosari. Lembaga-lembaga tersebut saling melengkapi satu dengan yang lain untuk memfasilitasi petani buah naga dalam berusaha tani buah naga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
KUB (Kelompok Usaha Bersama) Pemuda Tani Sukoharjo (PTS) merupakan Kelompok Usaha yang awalnya didirikan oleh beberapa orang yang ingin mengembangkan tanaman buah naga di Kecamatan Bendosari. KUB PTS bekerjasama dengan kelompok tani yang ada di wilayah Kecamatan Bendosari sebagai mitranya, akhirnya berhasil membudidayakan buah naga pada tahun 2008. Dari kesemua desa di Kecamatan Bendosari, Desa Toriyo yang mempunyai kelompok tani khusus untuk petani buah naga Kelompok tani yang menjadi mitra diberikan bibit serta pendampingan oleh KUB PTS dari awal budidaya hingga panen. Dan pada musim panen, hasil panen dari petani dapat dijual di KUB PTS dengan harga pasar. Dengan kerjasama antara KUB PTS dengan petani dapat menjadikan kegiatan usahatani buah naga dapat berjalan baik dan dapat mensejahterakan dalam peningkatan penghasilan petani di Desa Toriyo. Kelompok tani buah buah naga “Tani Mulya” merupakan sebuah kelompok tani dimana semua yang anggota yang bergabung didalamnya adalah petani buah naga. Kelompok tani buah buah naga “Tani Mulya” ini berada di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Pada awalnya anggota dari kelompok tani buah buah naga “Tani Mulya” adalah petani padi yang akhirnya memilih untuk berganti dan mengusahakan buah naga sebagai pekerjaan pokok mereka karena mereka mengikuti petani lain yang telah lebih dulu berusahatani buah naga. Dengan didukung oleh KUB PTS, petani buah naga yang sebelumnya masih bergabung dengan kelompok tani yang berusahatani padi akhirnya membentuk kelompok tani sendiri yang di khususkan hanya untuk petani buah naga. Desa Toriyo yang merupakan mitra dari KUB PTS telah membentuk kelompok tani khusus petani buah naga yang telah beranggotakan 33 orang dengan nama “Tani Mulya” adalah sebagai pelaksana untuk pengembangan dan budidaya buah naga di Desa Toriyo. Dengan bantuan KUB PTS, kelompok tani “Tani Mulya” telah melakukan panen buah naga sebanyak 3 kali, dan telah merasakan peningkatan penghasilan yang baik. Pada tahun 2012, akhrinya Dinas Pertanian Sukoharjo lewat BPP Bendosari ikut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
mendampingi petani serta intensif melakukan penyuluhan dan pelatihan untuk petani buah naga di Desa Toriyo. Dan hasilnya, kerjasama antar petani buah naga dan BPP Bendosari dapat berjalan dengan baik, ini dibuktikan dengan semakin intensifnya BPP Bendosari mengadakan penyuluhan dan pelatihan serta teknik penyuluhan yang diberikan seperti ceramah, kunjungan, diskusi dan demonstrasi cara. Lembaga-lembaga
tersebut
sangat
membantu
dalam
kegiatan
pertanian budidaya buah naga di Desa Toriyo. Namun terkadang informasi yang disampaikan dari lembaga-lembaga tersebut ke petani memerlukan waktu yang lama bagi petani untuk memahaminya. Karena budidaya buah naga yang masih dirasa baru untuk masyarakat Desa Toriyo waktu itu, terkadang menyulitkan bagi mereka untuk memahami informasi yang benarbenar baru tentang budidaya buah naga. Penyampaian informasi dari lembaga-lembaga tersebut terkadang juga berbeda materi satu sama lain sehingga para petani merasa sulit juga untuk menggabungkan informasi yang mereka dapatkan selama ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Responden Identitas responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi nama responden, umur dan nama kelompok tani. Adapun identitas responden dapat dilihat pada Tabel 5.1 di bawah ini: Tabel 5.1 Identitas Responden Petani No.
Nama Kelompok Tani
1.
Tani Mulya
Kategori umur
Skor
Non Produktif Produktif Non Produktif Jumlah
0-14 15-64 >64
Jumlah (orang) 30 3 33
Presentase (%) 0,00 90,90 9,10 100,00
Sumber : Analisis Data Primer 2012 Responden dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu, kelompok umur produktif (umur antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun) dan kelompok umur non produktif (umur 0 sampai dengan 14 tahun dan umur lebih dari 64 tahun). Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa sebanyak 30 responden (90,90 %) dalam usia produktif dimana pada usia tersebut responden mampu bekerja untuk memenuhi kebutuhan perekonomian keluarga. Sedangkan sisanya sebanyak 3 responden (9,10 %) tergolong usia non produktif. Dapat dijelaskan bahwa tingkat umur produktivitas responden yang diteliti banyak yang termasuk kategori umur produktif dan itu dapat menjelaskan bahwa dengan umur yang produktif maka petani tersebut dapat menjawab dengan baik kuisioner yang diberikan. Umur produktif juga memberikan gambaran bahwa petani dapat menjalankan kegiatan pertanian dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. B. Faktor-Faktor Pembentuk Sikap Variabel-variabel pembentukan sikap petani buah naga terhadap metode penyuluhan adalah pengalaman responden berusahatani, pengaruh orang lain yang dianggap penting, terpaan media massa, pendidikan formal dan pendidikan non formal. Variabel-variabel ini dikategorikan menjadi
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Untuk mengukur kategori digunakan rumus lebar interval sebagai berikut:
Lebar Interval = Adapun
å Skor Tertinggi - å Skor Terendah å Kelas distribusi
dari
variabel-variabel
yang
mempengaruhi
pembentukan sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan adalah sebagai berikut: 1. Pengalaman Responden (X1) Pengalaman responden dalam penelitian ini adalah lamanya responden berusahatani buah naga hingga saat penelitian dilakukan. Untuk mengetahui pengalaman petani dapat dilihat tabel di bawah ini. Tabel 5.2 Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Pengalaman Responden dan Penghasilan Berusahatani Buah Naga No
Kategori
1 2 3 4 5
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Jumlah
Indikator
Skor 2,0 – 3,6 3,7 – 5,2 5,3 – 6,8 6,9 – 8,4 8,5 – 10
Jumlah (orang) 13 5 5 10 0 33
Prosentase (%) 39,30 15,20 15,20 30,30 00,00 100,00
Sumber : Analisis Data Primer 2012 Berdasarkan tabel 5.2. dapat dilihat bahwa dari pengalaman responden dalam menjalankan usahatani termasuk dalam kategori sangat rendah. Terlihat dari data yang menyebutkan bahwa responden termasuk dalam kategori sangat rendah yaitu sebanyak 13 orang responden (39,30%), hal ini disebabkan karena masih minimnya pengalaman berusahatani para petani buah naga yang rata-rata baru 3 tahun, karena untuk berusahatani buah naga di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo sendiri baru dimulai pada tahun 2008, tetapi selama berusahatani buah naga para petani merasakan hasil yang signifikan dibanding mereka berusahatani pangan. Dalam berusahatani buah naga petani yang masih relatif baru, petani di Desa Toriyo telah mengenal dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
dapat mengidentifikasi hama pada tanaman buah naga, sehingga setiap tanaman buah naga yang terserang hama maupun penyakit dapat di kendalikan. Meski tingkat pengalaman petani Desa Toriyo bisa dikatakan masih minim dalam berusahatani buah naga, tetapi tidak berpengaruh pada tingkat penghasilan yang didapatnya karena dalam satu musim panen buah naga lebih besar dibanding pada waktu mereka berusahatani tanaman pangan dalam satu musim tanamnya. Dan selama berusahatani buah naga rata-rata mereka dapat menyisihkan penghasilannya untuk ditabung selain untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah. 2. Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting (X2) Orang lain yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah orangorang yang oleh petani dianggap penting sebagai panutan ataupun yang berperanan dalam menunjang usahatani yang dilakukan petani melalui saran, ajakan atau bahkan perintah. Orang lain yang dianggap penting oleh petani dapat diantaranya Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), pemerintah desa, sesepuh desa petani lain, suami/istri, anak dan orang tua. Dibawah ini dapat dilihat distribusi orang yang dianggap penting. Tabel 5.3 Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Frekuensi Responden Memperoleh Informasi Dari Orang Lain Yang Dianggap Penting No
Kategori
1 2 3 4 5
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Jumlah
Indikator 0 - 1 tokoh panutan 2 - 3 tokoh panutan 4 - 5 tokoh panutan 6 - 7 tokoh panutan > 7 tokoh panutan
Skor 2,0 – 3,6 3,7 – 5,2 5,3 – 6,8 6,9 – 8,4 8,5 – 10
Jumlah (orang) 0 5 11 17 0 33
Prosentase (%) 0,00 15,20 33,30 51,50 00,00 100,00
Sumber : Analisis Data Primer 2012 Azwar (1998) menyatakan bahwa pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
oleh keinginan berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Berdasarkan tabel 5.3. pengaruh orang lain yang dianggap penting (Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), pemerintah desa, sesepuh desa petani lain, suami/istri, anak dan orang tua) dalam berusahatani buah naga di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo termasuk dalam kategori tinggi yaitu ada 17 orang responden (51,50%). Pengaruh orang lain yang dianggap penting dibutuhkan oleh petani karena mereka masih banyak membutuhkan informasi khususnya yang berkaitan dengan berusahatani buah naga. Orang lain yang dianggap penting baik penyuluh pertanian selaku perwakilan dari dinas, orang yang berpengaruh (PTS) maupun ketua kelompok tani juga selalu berperan aktif dalam menyelenggarakan dan memberikan penyuluhan rutin kepada petani buah naga setiap dua minggu sekali dengan materi buah naga dari berusahatani hingga panen. Bentuk kerjasama yang baik ini, antara petani dan orang lain yang dianggap penting di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo ini menjadikan usahatani buah naga dapat berkembang dengan baik. Selain sebagai penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan usahatani buah naga di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo, orang-orang yang dianggap penting ini dijadikan tempat bertukar pendapat untuk pengambilan solusi yang tepat untuk setiap masalah yang ditemui selama berusahatani buah naga. 3. Terpaan Media Massa (X3) Media massa merupakan sumber informasi yang dipergunakan untuk
memberikan
informasi-informasi
yang
dapat
menambah
pengetahuan. Media massa juga berpengaruh untuk pengambilan keputusan karena informasi yang didapat dapat memberikan wawasan yang baru yang terkait dengan pertanian khususnya informasi tentang berusahatani tanaman buah naga, media massa yang digunakan berupa media cetak maupun media elektronik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
Distribusi terpaan media massa tersebut dilihat dari jumlah media massa yang dimanfaatkan responden dan frekuensi menyimak media massa tersebut. Dibawah ini dapat dilihat distribusi terpaan media massa. Tabel 5.4 Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Frekuensi Responden Mengakses dan Memperoleh Informasi Dari Media Massa No
Kategori
1 2 3 4 5
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Jumlah
Indikator
Skor
Tidak pernah 1 2 media massa 3 - 4 media massa 5 - 6 media massa > 6 media massa
2,0 – 3,6 3,7 – 5,2 5,3 – 6,8 6,9 – 8,4 8,5 – 10
Jumlah (orang) 5 16 10 2 0 33
Prosentase (%) 15,20 48,40 30,30 6,10 00,00 100,00
Sumber : Analisis Data Primer 2012 Dari tabel 5.4. tersebut dapat diambil penjelasan bahwa responden mempunyai distribusi terpaan media massa dalam kategori rendah yaitu dengan presentase 16 orang responden (48,40%). Media massa yang dimanfaatkan dalam pencarian informasi tentang berusahatani buah naga oleh petani buah naga adalah media massa elektronik (televisi dan radio) dan media cetak (majalah pertanian, brosur). Media massa seperti majalah pertanian serta brosur dari penyuluh pertanian juga terdapat informasi yang berkaitan dengan pertanian. Meski ada beberapa media massa yang ada, tetapi hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian petani buah naga kurang mempunyai minat dalam mengakses media massa yang ada. Petani buah naga masih menggantungkan orang lain dalam menambah pengetahuan dan informasi mereka tentang berusahatani buah naga karena mereka beranggapan dengan bertanya langsung orang yang telah memberusahatanikan buah naga lebih dulu dari mereka lebih efektif dibanding mereka membaca dari majalah pertanian atau media massa lainnya. 4. Pendidikan Formal (X4) Pendidikan formal dalam penelitian ini adalah pendidikan yang ditempuh oleh responden di bangku sekolah. Pendidikan yang ditempuh seseorang akan memberikan pengetahuan yang lebih baik tentang cara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
berpikir, penerimaan suatu informasi, maupun penilaian terhadap suatu masalah yang terjadi. Sehingga semakin tinggi pendidikannya maka kemampuan berfikirnya juga semakin baik, pengetahuannya semakin luas dan analisanya terhadap permasalahan semakin tajam. Adapun distribusi pendidikan formal dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5.5 Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Formal Yang Pernah Ditempuh Atau Ditamatkan No
Kategori
1 2 3 4 5
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Jumlah
Indikator Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SLTA Tamat D3/Sarjana
Skor 1 2 3 4 5
Jumlah (orang) 0 0 5 26 2 33
Prosentase (%) 00,00 0,00 15,20 78,80 6,10 100,00
Sumber : Analisis Data Primer 2012 Berdasarkan tabel 5.5. menunjukkan bahwa sebanyak 26 orang responden (78,80%) termasuk dalam kategori tinggi hal tersebut dapat menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini sudah sadar akan pendidikan. Pendidikan formal di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo masuk dalam kategori tinggi (tamat SLTA) karena beberapa faktor. Faktor tersebut diantaranya adalah kesadaran penduduk akan pentingnya arti pendidikan sudah tinggi. Ini dibuktikan dengan semakin sadarnya masyarakat dalam hal ini petani menggunakan biaya dari hasil panen buah naga maupun pemasukan lain dari keluarga untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ini membuktikan meski sebagian besar masyarakat di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo \bermata pencaharian sebagai petani, tetapi masih mementingkan pendidikan agar menambah pengetahuan dan ilmu yang baru. Menurut Azwar (1998) menjelaskan bahwa lembaga pendidikan sebagai
sistem
mempunyai
pengaruh
dalam
pembentukan
sikap
dikarenakan dapat meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Terkait dengan penelitian, responden yang memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
pendidikan yang tinggi dapat memudahkan dalam pengisian kuisioner dan memudahkan dalam pencarian informasi yang terkait dengan kegiatan pertanian organik. 5. Pendidikan Non Formal (X5) Pendidikan non formal merupakan jenjang pendidikan yang pernah ditempuh petani diluar pendidikan formal. Pendidikan non formal yang dimaksudkan adalah pendidikan yang sasaran utamanya adalah orang dewasa yang memiliki program yang terencana. Selain itu kegiatan dapat dilakukan dimana saja, dimana tidak terikat waktu serta disesuaikan dengan kebutuhan sasaran peserta didik. Sehubungan dengan hal ini, maka pendidikan non formal diasumsikan sebagai penyuluhan, pelatihan dan kursus-kursus yang pernah diikuti oleh petani. Menurut Kartasapoetra (1991) penyuluhan dan pelatihan merupakan suatu sistem pendidikan yang bersifat non formal/sistem pendidikan di luar sistem persekolahan yang biasa dimana orang ditunjukkan cara-cara mencapai sesuatu dengan memuaskan sambil orang itu kerap mengerjakan sendiri, jadi belajar dengan mengerjakan sendiri. Dibawah ini dapat dilihat distribusi pendidikan non formal. Tabel 5.6. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Non Formal Yang Pernah Ditempuh No
Kategori
1 2 3 4 5
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Jumlah
Indikator Tidak pernah 1 - 3 kali 4 - 6 kali 7 9 kali > 9 kali
Skor 1 2 3 4 5
Jumlah (orang) 0 0 2 28 3 33
Prosentase (%) 0,00 00,00 6,10 84,80 9,10 100,00
Sumber : Analisis Data Primer 2012 Berdasarkan Tabel 5.6. menunjukkan bahwa sebanyak 28 orang responden (84,80%) mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian dan pelatihan sebanyak 12 kali dalam satu musim tanam dengan aktif dan termasuk dalam kategori tinggi karena kegiatan diselenggarakan mendapat perhatian yang positif dari petani dengan materi yang berbeda sesuai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
dengan kebutuhan petani seperti penanaman buah naga, perawatan, pemupukan, pengendalian hama, panen hingga pengolahan hasil pasca panen.
Penyuluhan
dan
pelatihan
pelatihan
pada
umumnya
diselenggarakan sebanyak 12 kali dalam satu musim tanam dengan materi yang disesuaikan dengan keadaan dilapang, sehingga petani tidak jenuh karena setelah dilakukan penyuluhan langsung dilanjutkan dengan pengamatan di tempat berusahatani buah naga dengan petani dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Kegiatan penyuluhan maupun pelatihan sangat penting, karena melalui pertemuan tersebut petani dapat bertukar pikiran dalam memecahkan masalah yang dihadapi secara bersama-sama, memperoleh informasi yang berguna bagi usahatani, memperoleh bimbingan dan saran bahkan petunjuk yang berkaitan dengan berusahatani buah naga; sehingga dapat meningkatkan ketrampilan dalam mengelola usahatani. Dapat dijelaskan bahwa minat dan kesadaran petani terhadap kegiatan penyuluhan maupun pelatihan yang tergolong baik. C. Sikap Petani Terhadap Teknik Penyuluhan Sikap petani terhadap teknik penyuluhan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert dilakukan dengan mencatat penguatan respon serta untuk pernyataan kepercayaan positif dan negatif tentang metode penyuluhan yang diperlihatkan petani terhadap teknik penyuluhan dengan cara ceramah, kunjungan, diskusi, dan demonstrsai cara. Distribusi dari sikap petani terhadap teknik penyuluhan dapat dilihat sebagai berikut: 1. Teknik Penyuluhan Dengan Cara Ceramah (Y1) Teknik penyuluhan dengan cara ceramah adalah pemberian informasi dari penyuluh pertanian kepada sasaran (petani) yang bertujuan untuk memberi pemahaman pada suatu kondisi untuk menjadikan sebuah solusi dari masalah yang ada. Untuk mengetahui bagaimana sikap petani
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
terhadap teknik penyuluhan dengan cara ceramah dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.7. No 1 2 3 4 5
Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Sikap Petani Terhadap Teknik Penyuluhan Dengan Cara Ceramah
Kategori Sangat buruk Buruk Sedang Baik Sangat baik Jumlah
Skor 10 – 18 19 – 26 27 – 34 35 – 42 43 – 50
Jumlah (orang) 0 0 6 24 3 33
Prosentase (%) 00,00 00,00 18,20 72,70 9,10 100,00
Sumber : Analisis Data Primer 2012 Dari tabel 5.7. tersebut dapat dijelaskan bahwa distribusi sikap petani terhadap teknik penyuluhan dengan cara ceramah termasuk dalam kategori baik dengan jumlah responden 24 orang (72,70%). Dapat dilihat bahwa sikap petani terhadap teknik penyuluhan dengan cara ceramah tergolong baik yaitu didapat data bahwa responden yang dapat menerima dengan baik teknik penyuluhan dengan cara ceramah. Petani mempunyai sikap menerima terhadap teknik penyuluhan dengan cara ceramah karena petani merasa ingin mengetahui dan memahami tentang berusahatani tanaman buah naga yaitu dengan mengetahui penanaman buah naga, perawatan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen. Selain petani ingin mengetahui cara-cara berusahatani buah naga dengan baik, suasana kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan ceramah berlangsung secara kondusif dan menyenangkan. Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan dengan cara ceramah dapat memberikan solusi yang tepat untuk petani buah naga. Oleh karena itu petani mau untuk menerima teknik penyuluhan dengan cara ceramah karena memberikan manfaat bagi petani untuk mengetahui secara menyeluruh dari berusahatani buah naga dari penanaman hingga panen dan pasca panen. Selain untuk dari pengetahuan tentang buah naga, petani dapat mempraktekkan untuk menanam
sendiri dan guna meningkatkan
penghasilan dari berusahatani buah naga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
2. Teknik Penyuluhan Dengan Cara Kunjungan (Y2) Teknik penyuluhan dengan cara kunjungan adalah melakukan perjalanan (berkunjung) ke suatu daerah pertanian yang memiliki komoditas pertanian yang sama dengan komoditas pertanian setempat untuk membandingkan dan mengambil manfaat serta cara berusahatani yang baik dan benar. Untuk mengetahui bagaimana sikap petani terhadap teknik penyuluhan dengan cara kunjungan dapat dilihat pada tabel. Tabel 5.8. No 1 2 3 4 5
Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Sikap Petani Terhadap Teknik Penyuluhan Dengan Cara Kunjungan
Kategori Sangat buruk Buruk Sedang Baik Sangat baik Jumlah
Skor 10 – 18 19 – 26 27 – 34 35 – 42 43 – 50
Jumlah (orang) 0 0 5 26 2 33
Prosentase (%) 00,00 00,00 15,20 78,70 6,10 100,00
Sumber : Analisis Data Primer 2012 Dari tabel 5.8.tersebut dapat dijelaskan bahwa distribusi sikap petani terhadap teknik penyuluhan dengan cara kunjungan termasuk dalam kategori baik dengan jumlah responden 26 orang (78,70%). Dapat dilihat bahwa sikap petani terhadap teknik penyuluhan dengan cara kunjungan tergolong baik. Petani mau menerima dan mengikuti teknik penyuluhan dengan cara kunjungan karena banyak manfaat yang dapat diambil dari teknik penyuluhan yang dilakukan dengan cara kunjungan serta petani sadar dengan mengikuti penyuluhan dengan cara kunjungan akan menambah
informasi
serta
pengalaman
berusahatani
buah
naga.
Penyuluhan dengan cara kunjungan dilakukan dengan mengunjungi daerah-daerah yang juga membudidayakankan buah naga. Dengan mengunjungi daerah-daerah yang membudidayakan buah naga maka petani buah naga di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo
antusias
mengikuti
guna
ingin
memiliki
kemampuan
membudidayakankan buah naga dengan baik dan benar. Selain itu, tujuan mengunjungi daerah yang juga membudidayakan buah naga adalah petani
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
ingin bertukar pengalaman dalam membudidayakan buah naga juga untuk menjalin kerjasama dengan kelompok buah naga di daerah lain serta saliang menginformasikan tentang perkembangan berusahatani buah naga di satu daerah dengan daerah lainnya. 3. Teknik Penyuluhan Dengan Cara Diskusi (Y3) Teknik penyuluhan dengan cara diskusi adalah proses alih teknologi dari ahlinya kepada kelompok, diskusi kelompok dapat membantu
anggotanya memadukan pengetahuan
dan
memberikan
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, menghubungkan informasi baru dengan yang telah mereka ketahui dan jika perlu memperbaharui pandangan mereka. Untuk mengetahui bagaimana sikap petani terhadap teknik penyuluhan dengan cara diskusi dapat dilihat pada tabel. Tabel 5.9. No 1 2 3 4 5
Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Sikap Petani Terhadap Teknik Penyuluhan Dengan Cara Diskusi
Kategori Sangat buruk Buruk Sedang Baik Sangat baik Jumlah
Skor 10 – 18 19 – 26 27 – 34 35 – 42 43 – 50
Jumlah (orang) 0 0 6 26 1 33
Prosentase (%) 00,00 00,00 18,20 78,80 3,00 100,00
Sumber : Analisis Data Primer 2012 Dari tabel 5.9. tersebut dapat dijelaskan bahwa distribusi sikap petani terhadap teknik penyuluhan dengan cara diskusi termasuk dalam kategori baik dengan jumlah responden 26 orang (78,80%). Dapat dilihat bahwa sikap petani terhadap teknik penyuluhan dengan cara diskusi tergolong baik. Petani mempunyai sikap menerima dengan baik terhadap teknik penyuluhan dengan cara diskusi yang telah dibuat oleh penyuluh selaku perwakilan dari dinas pemerintah karena materi yang diangkat untuk bahan diskusi tentang masalah-masalah terbaru yang sedang dialami petani dalam berusahatani buah naga. Teknik penyuluhan dengan cara diskusi selalu berjalan efektif karena terjadi umpan balik pertanyaan antara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
penyuluh selaku fasilitator dengan petani, dan disetiap akhir kegiatan ditawarkan solusi untuk setiap permasalahannya. Dengan demikian, petani merasa butuh untuk mendiskusikan masalah-masalah yang mereka jumpai pada saat berusahatani buah naga baik dengan penyuluh maupun petani lain. Dengan mendiskusikan setiap permasalahan yang ada, petani buah naga akan sedikit banyak mengalami perubahan sikap dan pengetahuan tentang usahatani buah naga. Dengan melakukan teknik penyuluhan dengan cara diskusi ini, tidak hanya mencari solusi untuk pemecahan masalah saja, tetapi juga untuk mempererat hubungan antara penyuluh dan petani, sehingga dalam berinteraksi dapat lebih mudah dan nyaman. 4. Teknik Penyuluhan Dengan Cara Demonstrasi Cara (Y4) Teknik penyuluhan dengan cara demonstrasi cara adalah dilakukan dengan tujuan untuk melatih ketrampilan petani bagaimana cara untuk menerapkan praktek-praktek baru dalam melakukan suatu usahatani tersebut. Adapun distribusi teknik penyuluhan dengan cara demonstrasi cara dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5.10
No 1 2 3 4 5
Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Sikap Petani Terhadap Teknik Penyuluhan Dengan Cara Demonstrasi Cara
Kategori Sangat buruk Buruk Sedang Baik Sangat baik Jumlah
Skor 10 – 18 19 – 26 27 – 34 35 – 42 43 – 50
Jumlah (orang) 0 0 4 26 3 33
Prosentase (%) 00,00 00,00 12,10 78,80 9,10 100,00
Sumber : Analisis Data Primer 2012 Dari tabel 5.10. tersebut dapat dijelaskan bahwa distribusi sikap petani terhadap teknik penyuluhan dengan cara demonstrasi cara termasuk dalam kategori baik dengan jumlah responden 26 orang (78,80%). Dapat dilihat bahwa sikap petani terhadap teknik penyuluhan dengan cara demonstrasi cara tergolong baik. Petani mempunyai sikap menerima terhadap teknik penyuluhan dengan cara demonstrasi cara karena bahan-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
bahan yang digunakan untuk kegiatan demonstrasi cara sangat mudah didapatkan, bahkan sisa-sisa dari hasil pertanian pun dengan sedikit keterampilan dapat dijadikan produk baru sebagai sumber pendapatan petani. Pelaksanaan penyuluhan dengan demonstrasi cara juga sangat diperlukan untuk mengetahui masalah-masalah teknis dalam berusahatani buah naga yang tidak ditemui di pemberian materi maupun teori yang sudah ada. Kegiatan penyuluhan dengan demonstrasi cara dimaksudkan agar dapat memaksimalkan sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang ada di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Karena dengan memberikan pengetahuan serta keterampilan tentang cara berusahatani khususnya berusahatani buah naga dengan baik dengan memanfaatkan semua termasuk sisa-sisa hasil pertanian maka sumber daya alam yang disana pun dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk dijadikan produk yang dapat menambah penghasilan petani buah naga di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo Dengan melakukan penyuluhan dengan metode demonstrasi cara petani juga akan mendapatkan pengalaman baru dengan melakukan simulasi dan praktek sederhana yang nantinya akan berguna dalam melakukan berusahatani buah naga, misalnya kulit buah naga bisa dimanfaatkan untuk pewarna alami. Dengan adanya penyuluhan dengan demonstrasi cara yang baik dan kontinyu diharapkan agar petani mampu untuk meningkatkan kesejahteraannya. D. Hubungan Antara Variabel Pembentuk Sikap Dengan Sikap Petani Buah Naga Terhadap Teknik Penyuluhan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara variabel pembentuk sikap dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan. Variabel-variabel pembentuk sikap yang diteliti adalah pengalaman responden, pengaruh orang lain yang dianggap penting, terpaan media massa, pendididkan formal dan pendidikan non formal. Sedangkan sikap petani terhadap metode penyuluhan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
diukur dengan enam parameter, yaitu : teknik penyuluhan dengan cara ceramah, kunjungan, diskusi dan demonstrasi cara. Untuk mengetahui hubungan antara variabel pembentuk sikap dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan digunakan uji korelasi Rank Spearman (rs) dengan program SPSS 17,0 for windows. Dan untuk mengetahui tingkat signifikansi dengan membandingkan besarnya nilai t dengan nilai t
tabel
menggunakan tingkat kepercayaan 95 % (
Apabila nilai t
hitung
nilai t
tabel
hitung
= 0,05 ).
berarti tidak ada hubungan yang signifikan
antara variabel-variabel pembentuk sikap dengan tingkat sikap petani terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Hasil analisis hubungan variabel pembentuk sikap dengan tingkat sikap petani terhadap teknik penyuluhan dapat dilihat di tabel berikut ini. Tabel 5.11. Analisis Hubungan Antara Variabel Pembentuk Sikap Dengan Sikap Petani Terhadap Teknik Penyuluhan Sikap Petani Buah Naga Terhadap Teknik Penyuluhan Di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo Y1 X1 X2 X3 X4 X5
(rs) -0,222 0,177 -0,183 -0,057 ** 0,448
Y2 t hit -1,268 1,001 -1,036 -0,318 2,790
(rs) -0,260 -0,027 -0,099 0,254 0,182
Y3 t hit -1,499 -0,150 -0,554 1,642 1,031
(rs) 0,115 0,073 -0,206 0,207 * 0,370
Y4 t hit 0,645 0,408 -1,172 1,178 2,218
(rs) -0,091 0,044 -0,323 * 0,423 * 0,344
YTotal t hit -0,509 0,245 -1,900 2,599 2,040
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012 Keterangan : X1 X2 X3 X4 X5 Ytotal rs T ** *
: Pengalaman pribadi : Pengaruh orang lain yang dianggap penting : Terpaan media massa : Pendidikan formal : Pendidikan non formal : Sikap Petani Terhadap Teknik Penyuluhan : Koofisien Korelasi Rank Spearman 031) 1 : 2,642) : Sangat signifikan :
commit to user
Y1 Y2 Y3 Y4
: ceramah : Kunjungan : Diskusi : Demonstrasi Cara
(rs) -0,195 0,164 -0,281 * 0,404 ** 0,447
t hit -1,107 0,926 -1,630 2,459 2,782
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Dari Tabel 5.11. dapat dilihat bahwa hasil analisis menunjukkan hubungan yang signifikan dan tidak signifikan antar variabel. Untuk mengetahui makna angka-angka hasil analisis di atas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Hubungan Antara Pengalaman Responden Dengan Sikap Petani Buah Naga Terhadap Teknik Penyuluhan Pengalaman responden dapat dilihat dari lamanya pengalaman responden berusahatani buah naga yang membedakan pengetahuan, sikap dan keterampilan dari tiap responden, yang dinyatakan dalam satuan tahun. Responden dengan pengalaman yang lebih lama memiliki tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan responden yang pengalamannya sedikit. Petani akan cenderung belajar dari pengalamannya dalam berusahatani, untuk memulai atau melanjutkan pekerjaan yang pernah dilakukannya karena mereka telah memiliki gambaran tentang apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan produksi dan tingkat penerimaan usahataninya berdasarkan pengalaman mereka. Berdasarkan Tabel 5.11. menunjukkan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pengalaman responden berusahatani buah naga dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan. Dapat diketahui nilai rs sebesar -0,195 dan nilai thitung -1,107 lebih kecil dari nilai ttabel 2,031 pada taraf kepercayaan 95%. Dengan demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman responden berusahatani tidak berhubungan dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan. Ketidaksignifikanan Ini dibuktikan bahwa meski pengalaman petani dalam berusahatani buah naga masih tergolong minim, tetapi untuk sikap petani dalam menerima informasi baru yang dalam hal ini metode penyuluhan tentang usahatani buah naga dapat diterima dengan baik. Karena disadari oleh petani dengan beralih menjadi petani buah naga akan meningkatkan penghasilannya. Dapat
disimpulkan
bahwa
pengalaman
pribadi
tidak
mempengaruhi sikap petani terhadap teknik penyuluhan. Karena dengan tingkat pengalaman pribadi petani yang masih tergolong rendah dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
berusahatani buah naga tidak mengurangi minat untuk menerima teknik penyuluhan yang diberikan dari dinas pertanian maupun pengelola kelompok serta mau untuk melakukannya usahatani buah naga. Dari pengalaman yang masih minim tersebut justru menambah motivasi petani buah naga di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo untuk mengikuti teknik penyuluhan yang telah ditetapkan dinas pertanian maupun pengelola kelompok dengan tujuan agar mereka lebih mengerti, tahu dan mampu dalam berusahatani buah naga dengan baik. Meskipun bermodalkan pengalaman yang minim dalam berusahatani buah naga, petani di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo tidak menutup diri untuk belajar kembali cara-cara berusahatani buah naga serta mau keluar dari pengalaman lama mereka yaitu dari petani pangan menjadi petani hortikultura khususnya petani buah naga. 2. Hubungan Antara Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting Dengan Sikap Petani Buah Naga Terhadap Teknik Penyuluhan Pengaruh orang lain merupakan komponen sosial yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap. Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat berperan. Seseorang yang kita anggap penting bagi kita, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tindak dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu (Azwar, 1998) Berdasarkan Tabel 5.11. menunjukan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pengaruh orang lain yang dianggap penting dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan. Dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) antara pengaruh orang lain yang dianggap penting dengan tingkat sikap petani terhadap metode penyuluhan adalah 0,164 dan nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel yaitu 0,926
2,031. Sehingga dari hasil
analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pengaruh orang lain yang dianggap penting tidak berhubungan dengan tingkat sikap petani terhadap teknik penyuluhan. Karena bagi petani buah naga memutuskan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
untuk beralih menjadi petani buah naga seperti sekarang ini adalah karena pengaruh dari petani lain yang lebih dulu berusahatani buah naga. Mereka membandingkan hasil yang didapat dari berusahatani tanaman pangan dengan petani lain yang lebih dulu berusahatani buah naga. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh orang lain yang dianggap penting (Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), pemerintah desa, sesepuh desa petani lain, suami/istri, anak dan orang tua) tidak begitu menentukan diterima atau tidaknya teknik penyuluhan terhadap berusahatani buah naga di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Karena meski dengan orang lain yang dianggap penting ikut berperan aktif atau tidak dalam pembudidayaanan buah naga, metode penyuluhan akan dirasa perlu walaupun bukan PPL langsung yang menyampaikan itu, karena petani buah naga hanya ingin mengetahui informasi cara-cara yang benar dalam berusahatani buah naga yang digunakan untuk menunjang kemajuan berusahatani buah naga di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Peran orang lain yang dianggap penting hanya sebatas untuk mewadahi ide-ide dari petani agar bisa diambil jalan tengah
karena
mereka disegani dan dirasa dapat dengan adil memeberikan solusi yang dapat diikuti oleh petani buah naga. 3. Hubungan Antara Terpaan Media Massa Dengan Sikap Petani Buah Naga Terhadap Teknik Penyuluhan Terpaan media massa merupakan sarana komunikasi yang mempunyai pengaruh dalam opini dan kepercayaan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang (Azwar, 1998). Berdasarkan Tabel 5.11. menunjukan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara terpaan media massa dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan. Dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) antara terpaan media massa dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
adalah -0,281 dan nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel yaitu -1,630 < 2,031. Sehingga dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa terpaan media massa tidak berhubungan dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan. Hubungan yang tidak signifikan ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya karena belum banyaknya minat dari petani buah naga untuk mengakses media massa secara mandiri, sehingga mereka hanya menunggu bahan bacaan yaitu brosur dari penyuluh pertanian. Selain itu, penggunaan internet juga belum banyak digunakan untuk mengakses yang berkaitan dengan berusahatani buah naga karena tidak ada akses internet disetiap rumah petani buah naga serta jauhnya jarak warnet dengan rumah petani. Untuk penggunaan media TV dan radio masih kurang efektif karena pada media TV dan radio topik yang dibahas jarang sesuai dengan kebutuhan petani buah naga. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa terpaan media massa tidak mempengaruhi sikap petani untuk menerima teknik penyuluhan. 4. Hubungan Antara Pendidikan Formal Dengan Sikap Petani Buah Naga Terhadap Teknik Penyuluhan Pendidikan formal merupakan tingkat pendidikan yang pernah ditempuh oleh responden di bangku sekolah. Pendidikan yang ditempuh seseorang akan memberikan pengetahuan yang lebih baik tentang cara berpikir, lembaga pendidikan formal memiliki tugas untuk membina dan mengembangkan sikap anak didiknya menuju sikap yang diharapkan. Lembaga pendidikan sebagai suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan lembaga pendidikan meletakan dasar pengertian dan konsep moral dari individu (Azwar, 1998). Berdasarkan Tabel 5.11. dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) antara pendidikan formal dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan yaitu 0,404 dengan thitung 2,459 Jumlah thitung lebih besar dari ttabel 2,031. Sehingga dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan. Pendidikan petani buah naga yang rata-rata dalam kategori tinggi menjadi faktor penentu untuk dapat membuat petani untuk mampu berusahatani buah naga yang baik. Dengan tingkat pendidikan yang tergolong tinggi petani buah naga di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo telah memiliki modal dasar yaitu dapat cepat memahami dasar-dasar yang harus dimiliki untuk berusahatani buah naga serta harus mempelajari lagi tentang semua yang berhubungan dengan usahatani buah naga di luar yang pernah di pelajari pada pendidikan formal. Meski pendidikan formal dalam berusahatani buah naga ini hanya sebagai landasan petani untuk dapat merefleksikan pengetahuan yang dimilikinya untuk diterapkan pada berusahatani buah naga, tetapi melalui pendidikan formal tersebut petani dapat lebih berkembang dalam mencari informasi tentang usahatani terutama usahatani buah naga yang baik dan benar. 5. Hubungan Antara Pendidikan Non Formal Dengan Sikap Petani Buah Naga Terhadap Teknik Penyuluhan Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang didapat diluar bangku sekolah. Penyuluhan dan pelatihan pertanian merupakan sistem pendidikan non formal yang tidak sekedar memberikan penerangan atau menjelaskan tetapi berupaya untuk mengubah perilaku sasarannya agar memiliki pengetahuan pertanian dan berusaha tani yang luas, memiliki sikap progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap inovasi sesuatu
(informasi)
baru,
serta
terampil
melaksanakan
kegiatan
(Azwar, 1998). Berdasarkan pada Tabel 5.11. menunjukan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pendidikan non formal dengan sikap petani terhadap teknik penyuluhan dengan nilai rs sebesar 0,447 dan nilai thitung 2,782 lebih besar dari nilai ttabel yaitu 2,031. Nilai ini menunjukkan bahwa pendidikan non formal berhubungan secara signifikan dengan sikap petani
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
terhadap teknik penyuluhan. Hal ini menunjukkan semakin tinggi pendidikan non formal yang dimiliki petani maka akan semakin baik sikapnya terhadap teknik penyuluhan. Pendidikan non formal diukur dengan frekuensi petani mengikuti kegiatan penyuluhan dan pelatihan selama satu musim tanam. Petani buah naga mengikuti pendidikan non formal dengan beberapa teknik penyuluhan yang diberikan penyuluh pertanian serta pengelola kelompok. Materi pendidikan non formal yang diikuti oleh petani banyak memberikan pengetahuan mengenai cara berusahatani buah naga yang baik dari penanaman buah naga, perawatan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, panen hingga pasca panen. Dengan semakin banyak pendidikan non formal yang diikuti petani maka sikap mereka terhadap metode penyuluhan yang diberikan oleh penyuluh akan semakin baik. Dengan kegiatan penyuluhan dan pelatihan tersebut dapat membimbing petani untuk dapat berberusahatani buah naga dengan baik sebagai kegiatan usahatani mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Faktor- faktor yang berhubungan dengan sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo meliputi : a. Pengalaman pribadi menurut petani tergolong masih sangat rendah. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting menurut petani tergolong tinggi. c. Pengaruh media massa menurut petani tergolong rendah. d. Pengaruh pendidikan formal menurut petani tergolong tinggi. e. Pengaruh pendidikan non formal menurut petani tergolong tinggi. 2. Sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo meliputi : a. Sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan dengan cara ceramah tergolong baik. b. Sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan dengan cara kunjungan tergolong baik. c. Sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan dengan cara diskusi tergolong baik. d. Sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan dengan cara demonstrasi cara tergolong baik. 3. Hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap petani dengan sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan, pada taraf kepercayaan 95% sebagai berikut : a. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pengalaman pribadi petani buah naga dengan sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo.
commit to user 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
b. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pengaruh orang lain yang dianggap penting oleh petani buah naga dengan sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. c. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pengaruh media massa yang diterima petani buah naga dengan sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. d. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal petani buah naga dengan sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. e. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pendidikan non formal petani buah naga dengan sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. B. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian sikap petani buah naga terhadap teknik penyuluhan di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo, dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi pemerintah, hendaknya memberikan porsi lebih tentang program pendidikan non formal kepada petani buah naga. Pendidikan non formal dapat berupa pelatihan usahatani buah naga yang dapat mengasah kemampuan dan menambah wawasan petani dalam berusahatani buah naga. Sehingga kedepan petani buah naga di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo dapat mengajak petani lain untuk berusahatani buah naga serta mengembangkan usahatani buah naga di desa maupun kecamatan lain di wilayah Kabupaten Sukoharjo 2. Bagi kelompok tani “Tani Mulya” agar dapat memberikan informasi pertanian terutama terkait tentang usahatani buah naga yang tepat sasaran dan tepat guna serta dapat menjadi wadah untuk pengembangan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
pemberdayagunaan bagi anggota kelompok tani buah naga sesuai dengan kebutuhan petani buah naga sendiri. 3. Bagi petani buah naga, perlu penyegaran dalam pencarian informasi yang menyangkut usahatani buah naga secara mandiri. Sehingga petani dapat mengetahui perkembangan yang terjadi mengenai usahatani buah naga.
commit to user