perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
SUPLEMENTASI PLEMENTASI MINYAK IKAN TERPROTEKSI DAN L L-CARNITINE CARNITINE DALAM RANSUM ONGGOK TERFERMENTASI TERHADAP PERFORMAN DOMBA LOKAL JANTAN
Jurusan/Program Studi Peternakan
Oleh : SUCI HARWANTI H 0506082
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 SUPLEMENTASI MINYAK IKAN TERPROTEKSI DAN L L-CARNITINE CARNITINE DALAM RANSUM ONGGOK TERFERMENTASI TERHADAP PERFORMAN DOMBA LOKAL JANTAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SUPLEMENTASI MINYAK IKAN TERPROTEKSI DAN L – CARNITINE DALAM RANSUM ONGGOK TERFERMENTASI TERHADAP PERFORMAN DOMBA LOKAL JANTAN
SUCI HARWANTI H 0506082 RINGKASAN Pemanfaatan jagung sebagai pakan ternak mengalami beberapa kelemahan, yaitu harganya yang mahal dan bersaing dengan kebutuhan manusia sehingga diperlukan bahan pakan alternatif yang dapat dijadikan sebagai pengganti jagung. Salah satunya adalah onggok. Onggok merupakan hasil ikutan tanaman ubi kayu yang mengandung nutrien yang rendah sehingga untuk dapat meningkatkan kandungan nutriennya di lakukan suatu usaha dengan cara fermentasi. Penambahan L-carnitine pada pakan yang mengandung asam lemak tinggi sangat diperlukan, karena L-carnitine berfungsi sebagai prekusor untuk melintasi membran dalam mitokondria menuju matriks mitokondria sehingga metabolisme asam lemak lebih optimal. Suplementasi minyak ikan kedalam ransum akan mengalami hidrogenasi apabila diberikan secara langsung, sehingga diperlukan usaha untuk mengurangi kendala tersebut. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan cara penyabunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi minyak ikan terproteksi dan L-carnitine dalam ransum onggok terfermentasi terhadap performan domba lokal jantan. Penelitian ini dilaksanakan di desa Gledeg, Karanganom, RT 5 RW 1, Klaten selama 3 bulan mulai dari 29 Mei sampai 22 Agustus 2010. Analisis meliputi analisis bahan kering dan analisis bahan pakan yang di laksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini menggunakan 15 ekor domba lokal jantan lepas sapih. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan lima perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari 3 blok sebagai ulangan dan masing-masing blok terdiri dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
satu ekor domba lokal jantan lepas sapih. Perlakuannya adalah P0 = Ransum kontrol, P1 = P0 + 20% onggok terfermentasi untuk mengganti jagung kuning dalam ransum, P2 = P1 + L-carnitine 100 ppm, P3 = P2 + minyak ikan tuna terproteksi sebesar 4% dalam ransum, P4 = P2 + minyak ikan lemuru terproteksi sebesar 4% dalam ransum. Peubah yang diamati meliputi konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian, konversi pakan dan feed cost per gain. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa suplementasi minyak ikan terproteksi dan L-carnitine dalam ransum onggok terfermentasi berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi bahan kering, berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot badan harian, konversi pakan dan feed cost per gain. Uji lanjut menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering pada P0 berbeda sangat nyata dengan P1, P2, P3 dan P4; pada PO, P1 berbeda nyata dengan P2, P3, P4 dan P2 berbeda nyata dengan P3, P4. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa suplementasi minyak ikan terproteksi dan L-carnitine dalam ransum onggok terfermentasi mampu memperbaiki nilai konsumsi bahan kering, tetapi belum mampu memperbaiki pertambahan bobot badan, nilai konversi pakan dan feed cost per gain.
Kata kunci : Domba lokal jantan, jagung, onggok fermentasi, l-carnitine, minyak ikan terproteksi, performan domba lokal jantan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SUPLEMENTASI MINYAK IKAN TERPROTEKSI DAN LCARNITINE DALAM RANSUM ONGGOK TERFERMENTASI TERHADAP PERFORMAN DOMBA LOKAL JANTAN Suci Harwanti1) Dr.Ir. Sudibya, MS2); Wara Pratitis, S.S, S.Pt., MP3)
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi minyak ikan terproteksi dan Lcarnitine dalam ransum onggok terfermentasi terhadap performan domba lokal jantan. Penelitian ini dilaksanakan di desa Gledeg, Karanganom, RT 5 RW 1, Klaten selama 3 bulan mulai dari 29 Mei sampai 22 Agustus 2010. Analisis meliputi analisis bahan kering dan analisis bahan pakan yang di laksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini menggunakan 15 ekor domba lokal jantan lepas sapih. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan lima perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari 3 blok sebagai ulangan dan masing-masing blok terdiri dari satu ekor domba lokal jantan lepas sapih. Perlakuannya adalah P0 = Ransum kontrol, P1 = P0 + 20% onggok terfermentasi untuk mengganti jagung kuning dalam ransum, P2 = P1 + L-carnitine 100 ppm, P3 = P2 + minyak ikan tuna terproteksi sebesar 4% dalam ransum, P4 = P2 + minyak ikan lemuru terproteksi sebesar 4% dalam ransum. Peubah yang diamati meliputi konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian, konversi pakan dan feed cost per gain. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa suplementasi minyak ikan terproteksi dan L-carnitine dalam ransum onggok terfermentasi berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi bahan kering, berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot badan harian, konversi pakan dan feed cost per gain. Uji lanjut menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering pada P0 berbeda sangat nyata dengan P1, P2, P3 dan P4; pada PO, P1 berbeda nyata dengan P2, P3, P4 dan P2 berbeda nyata dengan P3, P4. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa suplementasi minyak ikan terproteksi dan L-carnitine dalam ransum onggok terfermentasi mampu memperbaiki nilai konsumsi bahan kering, tetapi belum mampu memperbaiki pertambahan bobot badan, nilai konversi pakan dan feed cost per gain. Kata kunci : Domba lokal jantan, jagung, onggok fermentasi, l-carnitine, minyak ikan terproteksi, performan domba lokal jantan. 1) Mahasiswa Jurusan/Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM : H0506082. 2) Pembimbing Utama Skripsi Jurusan/Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3) Pembimbing Pendamping Skripsi Jurusan/Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Jagung dikenal sebagai salah satu bahan pokok pakan untuk ternak. Kandungan lemak jagung lebih dari 3%, protein yang terkandung pada biji jagung hanya sekitar 8,5% (Sinar Tani, 2008). Beberapa kekurangan jagung adalah harganya yang cukup mahal dan jagung merupakan bahan pangan bagi manusia sehingga ada persaingan untuk mendapatkannya sebagai bahan pakan ternak, untuk itu diperlukan bahan pakan alternatif sebagai pengganti jagung. Salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan adalah onggok. Onggok merupakan hasil ikutan tanaman ubi kayu, 54,2% digunakan untuk pangan dan sisanya untuk bahan baku industri tepung tapioka. Nilai gizi yang terkandung dalam onggok adalah protein 3,6%; lemak 2,3%; air 20,31% dan abu 4,4% (Deptan, 2009), karena kandungan nutrien onggok yang rendah, maka diperlukan usaha untuk meningkatkan kandungan nutriennya. Usaha untuk meningkatkan kandungan nutrien onggok yaitu dengan mengubahnya menjadi produk bermutu melalui proses fermentasi. Fermentasi adalah suatu metode untuk meningkatkan kandungan gizi dan nilai manfaat dari bahan asal. Tujuan fermentasi disamping untuk pengawetan juga untuk meningkatkan protein kasar dan palatabilitas karena mengubah aroma menjadi lebih baik dari bahan asal (Winarno dan Fardiaz, 1980). Penambahan L-carnitine dalam pakan yang mengandung lemak sangat dibutuhkan, L-carnitine berperan dalam transfer asam lemak rantai panjang untuk melintasi membran dalam mitokondria menuju ke matriks mitokondria
(Owen,
2001). Penelitian pada cacing (Tenebrio molitor) menunjukkan bahwa L-carnitine memiliki fungsi mirip dengan vitamin B1. L-carnitine merupakan senyawa yang dapat disintesis oleh cacing tersebut dan juga organisme lain yang lebih tinggi tingkatannya, termasuk manusia (Cyberhealth, 2006). Minyak ikan lemuru dan minyak ikan tuna merupakan sumber asam lemak tak jenuh dan kandungan vitamin E nya yang tinggi. Asam lemak tak jenuh
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
merupakan asam lemak esensial dan sangat dibutuhkan ternak untuk proses fisiologi dan biokimia serta pembentukan daging. Sumber asam lemak omega-3 banyak dijumpai pada ikan laut, utamanya ikan lemuru, ikan tuna dan ikan hiu. Ikan lemuru bila di pres akan menghasilkan minyak ikan yang banyak mengandung asam lemak omega-3 utamanya EPA (Eikosapentaenoat) 34,17% dan DHA (Dokosaheksaenoat) sebanyak 17,40% dan kandungan lemaknya 6% serta TDN 182 kkal/kg sedangkan minyak ikan Tuna bila di pres akan menghasilkan minyak ikan yang banyak mengandung asam lemak omega-3 utamanya
EPA
(Eikosapentaenoat)
33,6hingga
44,85%
dan
DHA
(Dokosaheksaenoat) 14,64% serta mengandung lemak 5,8% dan TDN 178 kkal/kg ( Sudibya et al., 2007). Pemberian asam lemak tak jenuh akan mengalami kendala apabila diberikan secara langsung dalam pakan karena asam lemak tak jenuh dalam rumen akan mengalami hidrogenasi menjadi asam lemak jenuh. Teknologi agar asam lemak tidak jenuh tidak mengalami hidrogenasi sangat dibutuhkan. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan cara proteksi yaitu dengan metode penyabunan dalam bentuk sabun asam lemak yang berbentuk kristal dan stabil pada pH netral seperti dalam rumen, namun meleleh pada pH asam seperti dalam usus halus (Setyaningrum dan Prayitno, 2010). Dengan adanya penjelasan diatas, maka diharapkan ada perbaikan kualitas pakan dan optimalisasi pakan sehingga diharapkan akan berpengaruh terhadap performan domba lokal jantan.
B. Rumusan Masalah Jagung merupakan bahan pakan yang berkualitas dengan harga yang cukup mahal sehingga perlu adanya alternatif pakan dari bahan pakan lain yang lebih murah namun diharapkan nilai nutrisinya tetap tercukupi. Salah satu bahan alternatif tersebut adalah onggok. Onggok berasal dari ubi kayu yang merupakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
hasil ikutan padat dari pengolahan tepung tapioka. Onggok memiliki kandungan nutrien yang rendah, sehingga perlu adanya usaha untuk meningkatkan kandungan nutriennya. Salah satu usaha dalam upaya peningkatan pemanfaatan onggok sebagai bahan baku pakan ternak yaitu dengan mengubahnya menjadi produk bermutu melalui proses fermentasi. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan ragi tape sehingga diharapkan dapat meningkatkan kandungan nutrien onggok. Penambahan L-carnitine dalam bahan pakan yang mengandung lemak sangat diperlukan, karena L-carnitine akan membantu transfer asam lemak rantai panjang untuk melintasi membran dalam mitokondria menuju ke matriks mitokondria. Minyak ikan yang mengandung asam lemak tak jenuh tidak disukai oleh ternak karena baunya yang amis, sehingga apabila diberikan secara langsung akan berpengaruh terhadap konsumsi pakan, selain itu akan mengalami hidrogenasi dalam rumen menjadi lemak jenuh, agar tidak mengganggu aktivitas rumen minyak ikan perlu diberi perlakuan. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan cara proteksi asam lemak tak jenuh dengan metode penyabunan (Setyaningrum dan Prayitno, 2010). Suplementasi minyak ikan dalam pakan harus dengan dosis tertentu agar tidak mengganggu aktivitas mikroba rumen yaitu tidak boleh lebih dari 6-7% dari bahan kering ransum, karena akan mempengaruhi fermentasi mikroorganisme rumen (Jenskin, 1993). Atas dasar pemikiran diatas, maka dapat diambil rumusan permasalahan bahwa harga jagung yang cukup mahal akan disubtitusi dengan onggok fermentasi untuk mengurangi biaya pakan, selanjutnya ditambahkan L-carnitine pada ransum yang mengandung minyak ikan, namun suplementasi minyak ikan secara langsung dalam ransum onggok terfermentasi akan mengalami pengaruh terhadap konsumsi pakan serta gangguan pencernaan ketika melewati rumen, sehingga diperlukan upaya untuk meminimalisasi gangguan tersebut, salah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
satunya dengan proteksi minyak ikan tersebut dengan cara penyabunan sehingga diharapkan dapat meningkatkan performan domba lokal jantan.
C. Tujuan penelitian 1. Mengetahui pengaruh nilai nutrisi pada onggok terfermentasi terhadap performan domba lokal jantan. 2. Memproduksi sabun asam lemak berbahan baku minyak ikan lemuru dan minyak ikan tuna untuk memproteksi asam lemak tak jenuh dari proses hidrogenasi dalam rumen. 3. Mengetahui pengaruh suplementasi L-carnitine dalam ransum onggok terfermentasi terhadap performan domba lokal jantan. 4. Mengetahui pengaruh suplementasi minyak ikan terproteksi dan L-carnitine terhadap performan domba lokal jantan. 5. Mengetahui dan membandingan hasil terbaik antara minyak ikan tuna dan minyak ikan lemuru dalam pengaruhnya terhadap performan domba lokal jantan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Domba Lokal Jantan Di daerah yang basah di Asia Tenggara terdapat beberapa jenis domba dan umumnya badannya kecil, berambut dengan wol yang jelek yang berasal dari Australia (Williamson and Payne, 1993). Menurut Kartadisastra (1997) bahwa domba mempunyai sistematika sebagai berikut : Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata (bertulang belakang)
Marga
: Gnatostomata (mempunyai rahang)
Kelas
: Mammalia (menyusui)
Bangsa
: Placentalia (mempunyai placenta)
Suku
: Ungulata (berkuku)
Ordo
: Artiodactyla (berkuku genap)
Subordo
: Selenodanta (ruminansia)
Seksi
: Pecora (memamahbiak)
Famili
: Bovidae
Subfamili : Caprinus Genus
: Ovis aries
Ternak domba merupakan ternak yang sudah populer di Indonesia. Jenis domba yang sudah banyak dipelihara di Indonesia ada dua jenis yaitu domba ekor gemuk dan domba ekor tipis atau domba lokal. Domba ekor gemuk memiliki keistimewaan tersendiri yaitu ekornya tebal berisi lemak yang berfungsi sebagai cadangan energi sedangkan domba ekor tipis atau domba lokal mempunyai badan yang relatif kecil dan pertumbuhannya cepat sehingga reproduksi dan produksinya lebih tinggi (Mulyono, 2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Domba lokal merupakan domba asli Indonesia dan berkembang di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ciri-ciri domba ini adalah berwarna putih dan berwarna hitam diseputar mata, hidung dan beberapa bagian tubuh lain, berekor tipis serta tidak berlemak. Domba jantan memiliki tanduk kecil dan melingkar, sedangkan domba betina tidak bertanduk. Bulunya berupa wool kasar, berat domba jantan berkisar 30 – 40 kilogram dan domba betina 15 – 25 kilogram. Salah satu keunggulan domba lokal adalah sifatnya yang prolifik, yaitu menghasilkan anak dua sampai lima ekor setiap kelahiran (Sodiq dan Abidin, 2002). Domba Ekor Tipis (DET) diduga berasal dari Bangladesh atau India. Domba ini telah beradaptasi di Jawa sehingga dianggap sebagai ternak asli Indonesia. Di setiap daerah, DET memiliki nama berbeda-beda sesuai dengan banyaknya sub populasi yang berkembang. DET Jawa juga disebut domba kampung, domba negeri, domba lokal atau domba kacang. Bobot DET Jawa jantan dewasa antara 20-30 kilogram dan betina dewasa 15-20 kilogram. Bobot lahir anak (cempe) 2,7 kilogram; bobot sapih 7,2-12 kilogram dan bobot domba umur 7 bulan berkisar 15 kilogram (Mulyono dan Sarwono, 2004).
Sistem pencernaan ruminansia Pencernaan adalah serangkaian proses yang terjadi dalam saluran pencernaan dengan memecah bahan pakan menjadi bagian-bagian atau partikelpartikel yang lebih kecil. Pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana sehingga larut dan dapat diabsorbsi melalui dinding saluran pencernaan, selanjutnya masuk kedalam peredaran darah atau getah bening, dan diedarkan keseluruh tubuh yang membutuhkannya (Kamal, 1994). Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik, maupun aktivitas mikrobia. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau pengunyahan pakan dalam mulut dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
kontraksi otot. Pencernaan secara enzimatik dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan yang berupa getah-getah pencernaan. Pencernaan oleh mikroorganisme juga dilakukan secara enzimatik yang enzimnya dihasilkan oleh sel-sel mikroorganisme dalam rumen (Tillman et al., 1991). Ternak ruminansia mempunyai empat komponen lambung yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum (Siregar, 1994). Pada waktu menyusu rumen dan retikulum belum berkembang sempurna sehingga susu terus masuk kedalam omasum dan abomasum. Rumen dan retikulum mulai berkembang setelah mendapatkan pakan, sehingga pada waktu dewasa kapasitas rumen mencapai ± 85%, omasum sebesar 10-14% dan abomasum sebesar 3-5% dari seluruh kapasitas lambung (Kamal, 1994). Isi rumen tersusun dari air sebanyak 85-93% dan sering terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian bawah yang keadaannya cair dengan partikel-partikel pakan yang mudah larut dan bagian atas yang mengandung pakan yang masih kasar (Kamal, 1994). Pakan yang masih kasar dikembalikan kedalam mulut untuk dikunyah kembali. Proses ini berlangsung beberapa kali terutama bagi pakan yang mempunyai konsentrasi serat kasar tinggi. Pengunyahan kembali pakan yang berasal dari rumen dilakukan ketika ternak beristirahat dan sering kali dilakukan dengan berbaring (Wodzicka et al., 1993). Retikulum merupakan bagian perut yang mempunyai bentuk permukaan menyerupai sarang tawon, dengan struktur yang halus dan licin. Retikulum berhubungan langsung dengan rumen. Pakan yang dikonsumsi ternak juga mengalami fermentasi ketika berada di retikulum (Wodzicka et al., 1993). Retikulum membantu ruminasi dimana bolus diregurgitasikan kembali kedalam mulut (Arora, 1989). Omasum adalah bagian perut setelah retikulum yang mempunyai bentuk permukaan berlipat-lipat dengan struktur yang kasar. Bagian omasum berfungsi sebagai penggiling pakan yang melewatinya dan menyerap sebagian air (Wodzicka et al., 1993).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
B. Pakan Domba Pakan domba dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pakan dasar yang terdiri dari hijauan dan makanan tambahan (suplemen) yang dapat disusun dari pecahan serealia, kacang-kacangan, tepung ikan, dan sebagainya, mineral serta vitamin (Rangkuti et al., 1989). Pakan hijauan ialah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman berupa daun-daunan, yang termasuk pakan hijauan ialah bangsa rumput, legume dan tumbuh-tumbuhan lain. Semuanya bisa diberikan dalam dua macam bentuk yaitu keadaan segar atau kering (Sugeng, 2002). Ransum ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan dan konsentrat. Pemberian ransum berupa kombinasi dari kedua bahan itu akan memberi peluang terpenuhinya zat-zat gizi dan biayanya relatif rendah. Namun bisa juga ransum terdiri dari hijauan ataupun konsentrat saja. Apabila ransum terdiri dari hijuan saja maka biayanya relatif murah, tetapi produksi yang tinggi sulit tercapai, sedangkan pemberian ransum hanya terdiri dari konsentrat saja akan memungkinkan tercapainya produksi yang tinggi, tetapi biaya ransumnya relatif mahal dan kemungkinan bisa terjadi gangguan pencernaan (Siregar, 1994). Pemberian hijauan dalam keadaan segar, umumnya lebih disukai domba dibandingkan dengan pemberian dalam keadaan layu atau kering. Kebutuhan domba akan bahan pakan sangat tergantung pada kondisi fisiologis domba tersebut. Domba-domba yang digemukkan secara umum, membutuhkan hijauan segar sebanyak 10 persen dari berat badan. Misalnya, domba seberat 25 kilogram, maka
domba
tersebut
membutuhkan
2,5
kilogram
hijauan
per
hari
(Sodiq dan Abidin, 2002). Konsentrat merupakan pakan penguat yang terdiri dari bahan baku yang kaya karbohidrat dan protein seperti jagung kuning, bekatul, dedak gandum dan bungkil-bungkilan (Murtidjo,1993). Menurut Tillman et al (1991) bahwa konsentrat adalah bahan pakan ternak yang mengandung SK<18 persen, banyak
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
mengandung BETN (karbohidrat yang mudah dicerna), termasuk golongan bijibijian dan sisa hasil penggilingan, umbi-umbian dan bahan berasal dari hewan. Umumnya bahan pakan konsentrat mempunyai nilai palatabilitas (rasa enak) dan akseptabilitas (kemauan ternak mengkonsumsi) yang lebih tinggi. Dengan demikian, konsentrat diberikan kepada domba dengan tujuan untuk meningkatkan
nilai
gizi/zat
makanan,
meningkatkan
konsumsi
pakan,
meningkatkan daya cerna. Pemberian pakan konsentrat setiap hari sangat besar manfaatnya bagi ternak yang masih mengalami pertumbuhan, bunting, dan menyusui (Mulyono, 2004). Onggok merupakan limbah padat industri pengolahan tepung tapioka yang belum digunakan secara optimal sebagai makanan ternak. Pemanfaatan onggok dapat membantu mengatasi kekurangan makanan ternak. Haroen (1994) menyebutkan bahwa berdasarkan hasil analisa onggok mengandung protein kasar 2,95%, lemak 0,35%, serat kasar 7,28%, dan BETN 71,64%. Berdasarkan tingginya kandungan BETN pada onggok ini maka onggok dapat digunakan sebagai bahan pakan sumber energi. Onggok sebagai hasil sampingan pembuatan tepung tapioka selain harganya murah, ketersediaan cukup, mudah didapat dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Hasil ikutan tanaman ubi kayu sebesar 54,2% digunakan untuk pangan dan sisanya sebesar 19,7% untuk bahan baku industri seperti tepung tapioka, untuk industri pakan ternak 1,8% dan industri non pangan lainnya 8,5% serta dieksport 15,8%. Hasil ikutan ubi kayu yang banyak digunakan sebagai pakan ternak adalah onggok dan gaplek afkir. Onggok merupakan hasil ikutan pengolahan agro industri tepung tapioka yang jumlahnya mencapai 19,7% dari total produksi ubi kayu nasional (Deptan, 2009). Fermentasi adalah segala macam proses metabolik dengan bantuan enzim dari mikroba (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
kimia lainnya sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu dan menyebabkan terjadinya perubahan sifat bahan tersebut. Menurut jenis mediumnya, proses fermentasi dibagi menjadi dua yaitu fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat merupakan proses fermentasi dimana medium yang digunakan tidak larut tetapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroorganisme, sedangkan fermentasi medium cair adalah proses yang substratnya larut di dalam fase cair ( Mirwandhono dan Siregar, 2004). Fermentasi menggunakan ragi tape, adapun isolat-isolat yang diperoleh dari ragi tersebut terdiri atas 4 macam isolat mikroba, yaitu dua isolat kapang dari genus Rhizopus dan dua isolat khamir yaitu satu dari genus Saccharomyces dan satu dari genus Schizosaccharomyces. Sesuai dengan kandungan mikroba yang terdapat pada ragi tersebut, maka peranan mikroorganisme dalam proses fermentasi dibagi menjadi dua berdasarkan tahap fermentasi. Selama proses fermentasi kapang akan mengubah pati menjadi gula sederhana dan khamir akan mengubah gula menjadi alkohol dan senyawa lain. Kapang menghasilkan enzimenzim α-amilase, β-amilase dan glukoamilase, khamir menghasilkan enzim invertase, zimase, karboksilase, maltase, melibiose, heksokinase, L-laktase, dehidrogenase, glukose-6-fosfat dehidrogenase dan alkohol dehidrogenase (Oktora et al., 2008).
L-carnitine Carnitine mempunyai nama kimia 3-hidroksi-4-trimetil-aminobutirat. LCarnitine merupakan senyawa yang mirip asam amino yang mempunyai struktur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
kimia seperti terlihat pada gambar dibawah ini
Gambar 1. Struktur kimia L-Carnitine terionisasi (Suwarsito, 2004).
L-Carnitine pada jaringan hewan ditemukan dalam tiga bentuk, yaitu carnitin bebas, asilkarnitin rantai pendek yang larut dalam asam dan asilkarnitin rantai panjang yang tidak larut dalam asam. L-Carnitine merupakan nutrien non esensial karena sebagian besar hewan dapat mensintesis sendiri dari asam amino dalam tubuhnya. Pada mamalia, L-Carnitine disintesis terutama dalam hati dan ginjal yang berasal dari asam amino lisin dan metionin (Suwarsito, 2004) Carnitine adalah senyawa yang mengandung nitrogen dengan berat molekul rendah yang melayani bolak-balik gugus asil lemak melintasi membran mitokondria.
Carnitine
disintesis
dari
lisin
yang
diikat
protein
(Montgomery et al., 1993). L-carnitine merupakan produk turunan dari salah satu asam amino, yaitu lisin. Nama karnitin berasal dari bahasa latin ”carnus” yang berarti daging. Istilah tersebut muncul karena penemuan karnitin pertama kali (tahun 1905) merupakan hasil isolasi lisin dari daging sapi. Penelitian pada cacing (Tenebrio molitor) menunjukkan bahwa L-carnitine memiliki fungsi mirip dengan vitamin B1. Lcarnitine merupakan senyawa yang dapat disintesis oleh cacing tersebut dan juga organisme
lain
yang
lebih
tinggi
tingkatannya,
termasuk
manusia
(Cyberhealth, 2006). Asil carnitine tidak dapat menembus masuk melewati membran dalam mitokondria ke tempat sintesis enzim β-oksidasi asam lemak, sehingga untuk menembus rintangan ini, gugus asil ditrans-esterkan dari COA-SH ke carnitine,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
suatu enzim yang berhubungan dengan membran dalam mitokondria (Lehninger, 1993). Asam lemak bebas pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang. Asam lemak rantai panjang ini akan dapat masuk ke dalam mitokondria dengan bantuan senyawa karnitin, dengan rumus (CH3)3N+-CH2-CH(OH)-CH2COO-. Mekanisme transportasi asam lemak trans membran mitokondria melalui mekanisme pengangkutan karnitin dapat dilihat pada gambar di bawah ini. ATP + KoA
AMP + PPi Asil-KoA
FFA Asil-KoA sintetase (Tiokinase)
Karnitin palmitoil transferase I Asil-KoA
KoA
Karnitin
KoA
Asil karnitin
Karnitin Asil karnitin translokase
Karnitin palmitoil transferase II Karnitin
Asil karnitin
Asil-KoA
Membran mitokondria eksterna
Membran mitokondria interna
Asil karnitin Beta oksidasi
Gambar 2. Mekanisme transportasi asam lemak trans membran mitokondria melalui mekanisme pengangkutan karnitin (Nugroho, 2000)
Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai berikut: 1. Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh enzim tiokinase.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
2. Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin palmitoil transferase I yang terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi asil karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut bisa menembus membran interna mitokondria. 3. Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin translokase yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan karnitin keluar. 4. Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan KoA dengan dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoil transferase II yang ada di membran interna mitokondria menjadi Asil Koa dan karnitin dibebaskan. 5. Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam proses beta oksidasi (Nugroho, 2000).
Teknologi Penyabunan Asam Lemak Proses pembuatan minyak ikan tuna dibagi menjadi 4 tahap yaitu tahap persiapan, pemasakan, ekstraksi dan pemisahan Miscella. Proses yang terjadi pada tahap persiapan yaitu membersihkan hasil tangkapan ikan dengan menyemprotkan air selanjutnya ditampung dalam storage. Proses yang terjadi pada tahap pemasakan yaitu memasak ikan dalam cooker dimana selama proses pemasakan terjadi proses denaturasi protein. Proses yang terjadi pada tahap ekstraksi yaitu memisahkan minyak yang masih terkandung dalam ikan yang sebelumnya telah dimasak dan mengalami reducing size, dan dikurangi kadar airnya pada Rotary Drier. Proses Ekstraksi ini menggunakan pelarut N-Hexane. Proses yang terjadi pada tahap pemisahan miscella yaitu pemisahan antara minyak ikan dengan sedikit kandungan N-Hexane (Virdaus dan Anysa, 2010). Asam lemak tidak jenuh mempunyai 2 atau lebih molekul-molekul hidrogen yang hilang. Molekul-molekul hidrogen yang hilang tersebut dapat diisi melalui suatu proses yang disebut “hidrogenasi”. Hal ini terjadi bila minyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
tumbuh-tumbuhan dipadatkan dalam proses pembuatan mentega (Anggorodi, 1990). Asam lemak tak jenuh dapat mengalami hidrogenasi dalam rumen menjadi asam lemak jenuh padat yang sulit dicerna. Oleh karena itu agar tidak mengganggu aktivitas rumen, sebelum dicampur pakan, perlu diberi perlakuan. Usaha yang dilakukan adalah dengan cara proteksi asam lemak tak jenuh dengan metode penyabunan (Setyaningrum dan Prayitno, 2010). Proses hidrogenasi terjadi didalam rumen, namun hasilnya tidak dapat langsung diserap lewat dinding rumen. Baru sesudah berada di usus kecil hasil hidrogenasi tersebut akan mengalami proses pada pencernaan selanjutnya (Prawirokusumo, 1994). Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengurangi hidrogenasi dalam rumen adalah dengan cara proteksi asam lemak tak jenuh dengan cara penyabunan dalam bentuk sabun asam lemak yaitu berbentuk kristal yang stabil pada pH netral seperti dalam rumen, namun meleleh pada pH asam seperti dalam usus halus. Performan sabun asam lemak dari bahan baku minyak ikan lemuru setengah jadi (sebelum dikristalkan) mempunyai sifat fisik sangat bagus. Bentuk adonan padat dan kalis. Mudah dibuat lempengan tipis dan mudah mengeras saat direndam dalam CaCl2 jenuh. Perendaman adonan dalam CaCl2 jenuh dimaksudkan untuk upaya kristalisasi sabun. Warna kristal sabun dari minyak ikan lemuru setelah dilakukan pengeringan adalah coklat muda (Setyaningrum dan Prayitno, 2010). Sabun kalsium dibuat melalui proses kimiawi yaitu dengan mereaksikan bahan lemak dengan larutan NaOH yang dikenal dengan proses saponifikasi (penyabunan), kemudian direaksikan lagi dengan larutan CaCl2 supaya diperoleh sabun kalsium yang bersifat tidak larut dalam air. Reaksi pembuatan sabun kalsium (Ketaren, 1986) adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
O R— C
O +
NaOH
OH
R— C
Basa
ONa
asam lemak bebas
Air
Sabun
O R— C
+ H2O
O +
3CaCl3
R— C
ONa
+
3 NaCl
OCa
Garam asam lemak
Sabun Kalsium
Garam kalsium dari asam lemak dikenal sebagai sabun kalsium, dibentuk dari penggabungan asam lemak jenuh maupun tidak jenuh dengan ion kalsium. Mekanisme dari sabun kalsium ini tidak didasarkan titik cair asam lemak, tetapi berdasarkan level keasaman atau pH rumen dan usus halus. Sabun kalsium tetap utuh pada lingkungan netral pH 7 tetapi akan terurai dalam lingkungan asam pH 3 (Fernandes, 1999).
C. Konsumsi Pakan Jumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu yang paling penting yang menentukan jumlah nutrien yang didapat oleh ternak dan selanjutnya mempengaruhi tingkat produksi. Akan tetapi pengatur konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat kompleks dan banyak faktor yang terlibat serta biasanya digolongkan kedalam bidang yang luas seperti: sifat-sifat pakan, faktor ternak dan faktor lingkungan (Wodzicka et al., 1993). Konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, faktor ternak itu sendiri (berat badan, status fisiologik, potensi genetik, tingkat produksi dan kesehatan ternak). Kedua, faktor pakan yang diberikan (bentuk dan sifat, komposisi nutrien, frekuensi pemberian, keseimbangan nutrien dan antinutrisi).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Ketiga, faktor lain (suhu dan kelembaban, curah hujan, lama siang dan malam) (Siregar, 1994). Semakin meningkat nilai nutrisi suatu ransum akan meningkatkan konsumsi energi (Parakkasi, 1999). Produksi ternak hanya dapat terjadi apabila konsumsi energi pakan berada diatas kebutuhan hidup pokok. Keragaman konsumsi pakan disebabkan oleh aspek individu, spesies dan bangsa ternak, status fisiologis, kebutuhan energi, kualitas pakan dan kondisi lingkungan (Soebarinoto et al., 1991). Penambahan sabun kalsium dalam ransum menunjukkan kecenderungan meningkatkan konsumsi bahan kering, hal ini menunjukkan bahwa suplementasi sabun kalsium dapat meningkatkan kualitas ransum sehingga konsumsi meningkat (Joseph, 2007). Parakkasi (1995) menyatakan bahwa ransum yang berkualitas baik, tingkat konsumsi relatif tinggi dibandingkan dengan ransum berkualitas inferior.
D. Pertambahan Bobot Badan Pertumbuhan sering didefinisikan sebagai perubahan ukuran yang dapat ditetapkan terhadap perubahan hidup, bentuk ukuran, bentuk tubuh, serta komposisi tubuhnya. Hal ini dapat digambarkan terhadap perubahan karkas serta otot daging, lemak serta tulang ataupun perubahan komposisi kimia seperti kandungan air, lemak, protein dan abu pada karkas. Pada umumnya lingkungan dan genetik mempengaruhi kecepatan pertumbuhan serta komposisi tubuh yang meliputi berat dan komposisi kimia karkas (Soeparno, 1992). Menurut Williamson dan Payne (1993), pertambahan bobot badan terjadi apabila ternak mampu mengubah zat-zat pakan yang diperolehnya manjadi lemak dan daging setelah kebutuhan hidup pokoknya terpenuhi. Pada jenis ternak termasuk ternak domba, pertumbuhannya pada mulanya lambat, kemudian berubah menjadi lebih cepat. Tetapi pertumbuhan itu akan kembali lambat sewaktu hewan itu mendekati kedewasaannya. Secara umum domba berada pada puncak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
pertumbuhan pada masa-masa lepas sapih (sekitar 4 bulan) sampai saat dewasa tubuh (Sumoprastowo 1993). Penambahan L-carnitine yang berlebih ternyata tidak memberikan pertumbuhan yang lebih baik. Penambahan L-carnitine pada dosis yang lebih tinggi tidak selalu memberikan respon biologis yang lebih baik. Pakan dengan dosis L-carnitine 0,29% pada penelitian dengan judul pengaruh kadar L-carnitine berbeda dalam pakan terhadap kadar lemak daging dan pertumbuhan ikan patin ( Pangasius hypopthalmus) menghasilkan pertumbuhan yang lebih rendah dibanding dosis L-carnitine 0,18%. Semakin tinggi dosis L-carnitine yang diberikan, oksidasi asam lemak rantai panjang semakin tinggi. Namun dipihak lain, asam lemak rantai panjang ini dibutuhkan oleh tubuh ikan sebagai asam lemak esensial, sehingga apabila tidak terpenuhi, maka dapat mengganggu proses metabolisme (Suwarsito, 2004). Suplementasi minyak ikan pada level 100 ml maupun 200 ml pada ransum babi landrace fase starter secara nyata belum mampu meningkatkan pertambahan berat badan dibandingkan dengan kontrol. Kondisi ini kemungkinan pada fase starter, pemanfaatan nutrien dalam tubuh lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan tulang, yang umumnya relatif seragam. Disamping itu kemungkinan adanya keterbatasan kemampuan dalam proses pencernaan nutrien oleh babi landrace fase starter, sehingga nutrien yang tersedia dengan adanya penambahan minyak ikan belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pertambahan bobot badan (Astawa et al., 2006). Penambahan sabun kalsium dalam ransum domba pada pertambahan bobot badan harian menunjukkan tidak terjadi perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa sabun kalsium tidak mempunyai pengaruh terhadap pertambahan bobot badan harian. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) merupakan manifestasi dari kualitas pakan yang diberikan. Tidak adanya perbedaan pertambahan bobot badan harian disebabkan pemberian pakan dalam presentase yang sama, meski
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
demikian, pertambahan bobot badan harian yang mendapat tambahan sabun kalsium 5% dan 10% memberikan pengaruh yang lebih baik (Joseph, 2007).
E. Konversi Pakan Konversi pakan merupakan suatu gambaran terhadap efisiensi penggunaan pakan oleh ternak dalam meningkatkan pertambahan bobot badan ternak. Semakin kecil konversi pakan yang dihasilkan maka semakin efisien penggunaan pakan (Suhardiani, 1997). Konversi pakan dipengaruhi oleh kualitas pakan, pertambahan bobot badan dan kecernaan. Disamping itu tingkat konsumsi dan temperatur lingkungan mempengaruhi efisiensi penggunaan pakan yang secara tidak langsung juga mempengaruhi nilai konsumsi pakan (Parakkasi, 1999). Konversi ransum tidak saja merefleksikan efek fisiologis dalam memanfaatkan unsur-unsur nutrien, melainkan mempunyai nilai ekonomi yang menentukan bagi kepentingan peternak. Dalam hal ini perbandingan input dari unit pakan yang dikonversikan menjadi output unit berat badan, angka fisiknya menjadi dasar perhitungan ekonomi. Makin kecil konversi pakan makin menguntungkan (Soeharsono, 1977). Konversi pakan dipengaruhi oleh kemampuan ternak untuk mencerna bahan pakan, kecukupaan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan dan fungsi-fungsi tubuh yang lain serta jenis pakan yang dikonsumsi (Purbowati et al., 2009).
F. Feed Cost per Gain Faktor yang mempengaruhi pendapatan atas biaya pakan adalah bobot badan akhir, konsumsi ransum dan konversi ransum. Semakin efisien penggunaan ransum, maka pendapatan atas biaya ransum akan semakin tinggi. Pertumbuhan atau bobot badan yang mempengaruhi pendapatan atas biaya pakan adalah bibit, kualitas, ransum yang diberikan dan ransum yang tercecer (Rasyaf, 1994).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Feed cost per gain yang rendah didapatkan dengan pemilihan bahan pakan untuk menyusun ransum harus semurah mungkin dan tersedia secara kontinyu atau dapat juga menggunakan limbah pertanian yang tidak kompetitif. Feed cost per gain dinilai baik apabila angka yang diperoleh serendah mungkin, yang berarti dari segi ekonomi penggunaan pakan efisien (Basuki, 2002). Menurut Wodzicka et al (1993) feed cost per gain didapat dengan menghitung biaya pakan yang dikeluarkan untuk menghasilkan 1 kilogram bobot badan. Feed cost per gain = konversi pakan x harga ransum. Nilai feed cost per gain dipengaruhi oleh banyaknya konsumsi pakan, harga pakan dan besarnya pertambahan bobot badan harian yang dihasilkan. Semakin kecil nilai feed cost per gain berarti semakin baik, karena untuk menghasilkan pertambahan bobot badan harian yang sama dibutuhkan biaya pakan yang lebih murah. Nilai feed cost per gain pada penambahan sabun kalsium menunjukkan lebih tinggi daripada tanpa penambahan sabun kalsium, karena harga minyak dan bahan kimia yang mahal untuk pembuatan sabun kalsium (Joseph, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di desa Gledeg, Karanganom, RT 5 RW 1, Klaten, selama 3 bulan mulai tanggal 29 Mei sampai 22 Agustus 2010. Analisis bahan pakan dikerjakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Domba lokal jantan Domba yang digunakan adalah 15 ekor domba lokal jantan lepas sapih dengan pengelompokan 3 blok. Blok 1 rata-rata bobot badan 13,4 kg ± 3,79 kg; blok 2 rata-rata bobot badan 15,3 ± 3,61 kg; blok 3 rata-rata bobot badan 16,1 ± 3,78 kg. 2. Pakan Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari rumput lapang, bungkil kedelai, bekatul, jagung kuning, onggok terfermentasi, bungkil kelapa, L-carnitine, minyak ikan lemuru terproteksi dan minyak ikan tuna terproteksi, air minum diberikan ad libitum. Kebutuhan nutrien domba, kandungan nutrien bahan penyusun ransum dan susunan pakan beserta kandungan nutriennya dapat dilihat pada Tabel 1, 2 dan 3.
commit21to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Tabel 1. Kebutuhan nutrien domba Nutrisi
Kebutuhan (%)
Protein Kasar (PK)
8,7
Total Digestible Nurien (TDN)
67,85
Kalsium (Ca)
0,51
Phospor (P)
0,33
Sumber: Kearl (1982).
Tabel 2. Kandungan Nutrien Bahan Pakan Ransum Bahan pakan Rmpt. Lapang(1) Bkl. Kedelai(3) Bekatul(3) Jagung kuning(2) Onggok fermentsi(1) Bkl. kelapa(1) Susu L- karnitin(1) Minyak ikan tuna(1) Minyak ikan lemuru(1) Premix
BK (%) 78,358 5,79 (1) 87,28 87,03 89,16 88,03 86,34 83,19 -
LK (%) 3,68 4,9 10,7 4,58 2,18(4) 15,30 5,8 6,0 -
PK (%) 8,72 41,3 12 8,52 5,83(1) 23,03 30 -
SK (%) 33,60 5,3 5,2 4,10 7,28(4) 13,50 -
Ca (%) 0,16 0,24 0,04 0,05 0,25(1) 0,02 50
P (%) 0,19 0,57 1,27 0,63 0,14(1) 0,36 25
Sumber: (1)
Analisis laboratorium Nutrisi Makanan Ternak UNS 2010 Agustin (2007). (3) Hartadi et al (1990) *Dihitung berdasarkan rumus regresi sesuai petunjuk Hartadi et al. (1990) a) %TDN = -26,685 + 1,334 (CF) + 6,598 (EE)+ 1,423 (NFE)+0,967 (PK) -0,002 (CF)2 – 0,670 (EE)2 – 0,024 (CF) (NFE) – 0,055 (EE) (NFE) – 0,146 (EE) (PK) + 0,039 (EE)2 (PK) b) %TDN = 22,822 – 1,440 (CF) – 2,875 (EE) + 0,655 (NFE) + 0,863 (PK) + 0,020 (CF)2 – 0,078 (EE)2 + 0,018 (CF) (NFE) + 0,045 (EE) (NFE) – 0,085 (EE) (PK) + 0,020 (EE)2 (PK) c) %TDN = -54,820 + 1,951 (CF) +0,601 (EE) + 1,602 (NFE) + 1,324 (PK) – 0,027 (CF)2 + 0,032 (EE)2 – 0,021 (CF) (NFE) + 0,018 (EE) (NFE) + 0,035 (EE) (PK) – 0,0008 (EE)2 (PK) (3) Haroen (1994). (4) Wahyu (2006) (2)
commit to user
TDN (%) 56,79a 81,78c 77,65b 71,63b 79,302b 84,62c -
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Tabel 3. Susunan Bahan Penyusun Konsentrat dan Kandungan Nutrien Ransum Perlakuan (BK) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Bahan Pakan (feedstuff) Rumput lapang Bungkil kedelai Bekatul Jagung kuning Onggok fermentasi Bungkil kelapa Premix Susu L-karnitin Minyak ikan tuna terproteksi Minyak ikan lemuru terproteksi
P0 40 5 26 20 7 2 -
Perlakuan P1 40 5 26 20 7 2 -
P2 40 5 26 20 7 2 0,002 -
20 7 2 0,002 4 -
P4 40 5 26 20 7 2 0,002 4
Jumlah
100
100
100,002
104,002
104,002
Kandungan nutrien ransum TDN PK (%) Ca (%) P (%) LK (%) SK(%)
67,55 11,98 1,09 1,08 6,48 16,82
70,07 11,44 1,13 0,98 6,0 17,45
70,06 11,44 1,13 0,97 5,99 17,45
70,07 11,45 1,13 0,98 6,23 17,45
70,07 11,45 1,13 1,21 6,24 17,45
Kandungan nutrien (100%) BK TDN PK (%) Ca (%) P (%) LK (%) SK(%)
67,55 11,98 1,09 1,08 6,48 16,82
70,07 11,44 1,13 0,98 6,0 17,45
70,06 11,43 1,13 0,97 5,99 17,45
67,37 11,00 1,09 0,94 5,99 16,78
67,37 11,00 1,09 0,94 6,00 16,78
Sumber : Hasil perhitungan tabel 2 dan 3
commit to user
P3 40 5 26
-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
3. Kandang dan Peralatan Penelitian menggunakan kandang individual sebanyak 15 unit, dengan ukuran panjang 100 cm dan lebar 80 cm, tiap kandang berisi 1 ekor. Peralatan yang digunakan adalah tempat pakan yang terdiri dari tempat pakan hijauan dan tempat pakan untuk konsentrat. Timbangan yang digunakan terdiri dari timbangan pakan konsentrat, timbangan rumput dan timbangan untuk menimbang berat domba. Sapu lidi digunakan untuk membersihkan kandang setiap harinya. Thermometer diletakkan didalam kandang dan diluar kandang yang berfungsi untuk mengetahui suhu dalam dan luar kandang. Alat tulis digunakan untuk mencatat data yang diperlukan. Lampu pijar digunakan untuk penerangan kandang.
C. Persiapan Penelitian 1. Persiapan kandang Kandang dan peralatan dibersihkan dan dicuci, kemudian disucihamakan dengan menggunakan desinfektan. 2. Penentuan petak kandang Domba sebanyak 15 ekor dimasukkan dalam petak kandang individu secara acak. 3. Pembuatan onggok fermentasi Onggok yang akan difermentasi dikukus terlebih dahulu, setelah dikukus, onggok ditiriskan. Selanjutnya menaburi onggok dengan menggunakan ragi tape dengan perbandingan 5 gram ragi tape untuk setiap 1 kg bahan onggok yang akan difermentasi. Langkah berikutnya adalah dilakukan pemeraman selama 2 hari. Setelah selama 2 hari pemeraman, onggok dikeringkan. 4. Pembuatan sabun terproteksi Kita memanaskan minyak ikan lemuru dan minyak ikan tuna pada suhu 60-800C selama 10 menit. Minyak ikan dicampur dengan NaOH 20%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
sambil diaduk, kemudian ditambahkan larutan pati 10% sampai membentuk pasta yang liat. Didiamkan selama satu malam agar mengeras. Gumpalan dikristalkan dengan direndam larutan CaCl2 jenuh selama 2 jam. Kristal sabun asam lemak disaring dipres kemudian dikeringkan dengan oven maupun dijemur (Setyaningrum dan Prayitno, 2010). 5. Persiapan Ransum Pakan yang diberikan adalah rumput lapang serta konsentrat buatan sendiri yang merupakan campuran bahan jagung kuning, bekatul, bungkil kedelai, bungkil kelapa, premix, yang ditambah onggok fermentasi, Lcarnitine, minyak ikan lemuru terproteksi dan minyak ikan tuna terproteksi. 6. Masa adaptasi Sebelum dilaksanakan penelitian, domba diberi obat cacing dengan merk albendazol, kemudian selama 2 minggu dilakukan adaptasi pakan perlakuan.
D. Cara Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian yang berjudul suplementasi omega-3 terproteksi dan Lcarnitine dalam ransum onggok terfermentasi terhadap performan domba lokal jantan ini merupakan penelitian secara eksperimental. 2. Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 5 perlakuan (P) setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan sebagai blok dan setiap blok terdiri dari 1 ekor domba lokal jantan lepas sapih. Perlakuannya masing-masing: P0 = Ransum kontrol, P1= P0 + 20% onggok terfermentasi untuk mengganti jagung kuning pada konsentrat dalam ransum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
P2= P1 + L-carnitine 100 ppm P3= P2 + minyak ikan tuna terproteksi sebesar 4% dalam ransum P4= P2 + minyak ikan lemuru terproteksi sebesar 4% dalam ransum. 3. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 12 minggu yang terdiri dari tiga tahap penelitian, tahap pertama tahap persiapan selama 2 minggu untuk masa adaptasi lingkungan dan adaptasi pakan perlakuan. Tahap kedua adalah tahap penelitian yang dilakukan selama 10 minggu. Penelitian dilakukan dengan memberikan ransum rumput lapangan, konsentrat buatan sendiri yang terdiri dari bungkil kedelai, bekatul, jagung kuning, onggok fermentasi, bungkil kelapa dan premix untuk perlakuan kontrol (P0) dan untuk masing-masing perlakuan adalah P1= P0 + 20% onggok terfermentasi untuk mengganti jagung kuning
pada konsentrat
dalam ransumP2= P1 + L-carnitine 100 ppm, P3= P2 + minyak ikan tuna terproteksi sebesar 4% dalam
ransum, P4= P2 + minyak ikan lemuru
terproteksi sebesar 4% dalam ransum. Pemberian pakan dilakukan 2 kali dalam sehari. Konsentrat diberikan pada pukul 08.00 WIB dan pukul 14.00 WIB dan rumput diberikan pada pukul 10.00 WIB dan pukul 16.00 WIB. Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum. Tahap ketiga adalah tahap pengumpulan data yang didapatkan dari awal penelitian hingga selesai penelitian yang meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan serta biaya pakan. 4. Peubah Penelitian a) Konsumsi pakan Konsumsi pakan dihitung dengan cara menimbang jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan jumlah pakan yang tersisa selama penelitian yang dinyatakan dalam g/ekor/hari. Konsumsi pakan = pakan yang diberikan – pakan yang tersisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
b) Pertambahan bobot badan harian Pertambahan bobot badan harian dihitung dengan cara menimbang bobot badan domba. Pertambahan bobot badan = bobot badan akhir - bobot badan awal yang dinyatakan dalam gram/ekor/hari.
c) Konversi Pakan Konversi pakan adalah perbandingan antara konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan harian. Konversi pakan dihitung dengan cara membagi jumlah pakan yang dikonsumsi (g) dengan pertambahan bobot badan. Konversi pakan =
d)
jumlah pakan yang dikonsumsi ( gr ) pertambaha n bobot badan harian ( gr )
Feed cost per gain Besarnya biaya pakan yang dikonsumsi untuk menghasilkan 1 kg gain (pertambahan bobot badan). Feed cost per gain dihitung dengan cara mengalikan nilai konversi pakan dengan harga pakan (Rp/kg). Feed cost per gain = Konversi pakan x harga pakan (Rp/kg).
E. Cara Analisis Data Data dianalisis dengan sidik ragam dan bila terdapat perbedaan dilanjutkan uji kontras orthogonal ( Steel dan Torrie, 1980 ). Model matematik yang digunakan yaitu Yij = m +r + αi + eij (i=1,2, 3 ,4, dan 5; j=1,2, dan 3). Dimana: Yij =
Pengamatan pada unit eksperimen ke-j dalam penggunaan onggok terfermentasi dan L-carnitine, serta minyak ikan terproteksi ke-i
µ = Rataan umum r = Pengaruh blok terhadap perlakuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
ai =
Pengaruh penggunaan onggok terfermentasi dan L-karnitin serta minyak ikan terproteksi ke-i
eij = Pengaruh kesalahan percobaan ke-j dalam
penggunaan onggok
terfermentasi dan L-carnitine dan minyak ikan terproteksi ke-i
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Konsumsi Bahan Kering Pakan Rata-rata konsumsi bahan kering domba lokal jantan selama penelitian dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4. Rata-Rata Konsumsi Bahan Kering Pakan (gram/ekor/hari) Perlakuan
Blok
Rata-rata
Blok 1
Blok 2
Blok 3
317,63 540,48 657,16 840,77 887,88
444,73 549,21 839,57 880,73 966,17
479,67 686,92 993,03 967,20 1070,87
Rata-rata 648,78a
736,08b
P0 P1 P2 P3 P4
414,01a 592,20b 829,92c 896,23d 974,97d
839,54c
Keterangan: Superscribt yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01)
Analisis variansi menunjukkan bahwa suplementasi minyak ikan terproteksi dan L-carnitine dalam ransum onggok terfermentasi terhadap performan domba lokal jantan memberikan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap rata-rata konsumsi bahan kering, dengan dilanjutkan uji kontras orthogonal menunjukkan bahwa perlakuan PO berbeda sangat nyata dengan P1, P2, P3 dan P4. Pada P0 menunjukkan berbeda sangat nyata dengan P1, P2, P3 dan P4. Hal ini diduga disebabkan adanya subtitusi jagung kuning dengan onggok fermentasi. Onggok yang telah difermentasi mampu meningkatkan kosumsi pakan karena dengan adanya fermentasi, maka akan terjadi perubahan pada onggok yaitu baunya yang harum serta tekstur lebih lembut sehingga akan mempengaruhi palatabilitas (tingkat kesukaan) pada pakan yang akan berpengaruh terhadap konsumsi pakan. Faktor lain yang mempengaruhi peningkatan kosumsi pakan adalah tingkat kecernaan. Pada penelitian ini, didapatkan data hasil kecernaan bahan kering pada P0
commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
47,452; P1 60,109; P2 67,424; P3 72,258; P4 73,138. Hal ini dapat dilihat bahwa kecernaan bahan kering semakin meningkat. Kondisi ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara tingkat kecernaan yang tinggi dengan konsumsi pakan. Menurut Tillman et al (1991), ada keterkaitan antara daya cerna dan kecepatan pencernaan. Makin banyak bahan yang dapat dicerna melalui saluran pencernaan berarti makin cepat alirannya, sehingga menyebabkan lebih banyak ruangan kosong yang tersedia untuk penambahan makanan sehingga bertambahnya daya cerna lebih lanjut menyebabkan bertambahnya konsumsi makanan. Hal ini juga didukung oleh Arora (1989) yang menyatakan bahwa konsumsi pakan dipengaruhi oleh laju aliran pakan. Jika laju aliran pakan cepat, maka konsumsi pakan akan meningkat, namun jika laju aliran pakan lambat akan menurunkan konsumsi pakan. Pada PO, P1 berbeda nyata dengan P2, P3 dan P4. Hal ini disebabkan selain adanya subtitusi jagung kuning dengan onggok fermentasi, pada P1 ditambahkan Lcarnitine yang dimungkinkan sebagai faktor yang mempengaruhi konsumsi bahan kering, sehingga meningkatkan konsumsi bahan kering. Pada P2 menunjukkan berbeda sangat nyata dengan P3 dan P4. Hal ini disebabkan pada perlakuan P3 dan P4 ditambahkan minyak ikan yang telah diproteksi. Salah satu karakteristik minyak ikan adalah berbau amis, sehingga apabila diberikan secara langsung pada ternak akan mempengaruhi tingkat konsumsi pakan. Namun dengan adanya proteksi minyak ikan ini, maka bau amis yang terdapat dalam minyak ikan telah hilang sehingga tidak mengganggu tingkat palatabilitas. Banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan, menurut Soebarinoto (1991) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah keragaman ternak, faktor gastrointestinal dan sifat-sifat fisik pakan, faktor orosensoris, faktor lingkungan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Faktor orosensoris merupakan faktor palatabilitas terhadap pakan yaitu segi kepuasan atau kesenangan dari suatu pakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian minyak ikan yang telah diproteksi tidak mengganggu palatabilitas pakan sehingga ternak tetap nyaman mengkonsumsi pakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Pada perlakuan P3 menunjukkan tidak berbeda nyata dengan perlakuan P4. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang nyata antara minyak ikan tuna maupun minyak ikan lemuru apabila dikonsumsi oleh ternak. Hal ini disebabkan kandungan energi dari kedua minyak ikan tersebut hampir sama sehingga tidak mempengaruhi konsumsi pakan. Hasil analisis variansi pada blok menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata dan dilanjutkan uji lanjut menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar perlakuan.
2. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Pertambahan bobot badan harian domba lokal jantan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata pertambahan bobot badan harian (gram/ekor/hari) Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4 Rata-rata
Blok
Rata-rata
Blok 1
Blok 2
Blok 3
23,26 34,88 81,39 58,14 81,39 55,18a
81,39 46,51 104,65 93,02 93,02 83,72b
69,77 104,65 81,39 104,65 116,28 95,35b
58,14 62,02 89,15 85,27 96,89
Keterangan: Superscribt yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01)
Pertambahan bobot badan harian secara berturut-turut adalah P0 58,14 gram/hari; P1 62,02 gram/hari, P2 89,15 gram/hari; P3 85,27 gram/hari; P4 96,89 gram/hari. Hal ini terlihat adanya kenaikan bobot badan harian dibandingkan kontrol. Hasil analisis variansi menunjukkan adanya pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot badan harian. Kondisi ini dimungkinan bahwa domba masih dalam tahap pertumbuhan, sehingga pemanfaatan nutrien dalam tubuh lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan tulang, yang umumnya relatif seragam (Astawa, 2006), hal ini didukung oleh Williamson
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
dan Payne (1993) yang menyatakan bahwa pertambahan bobot badan terjadi apabila ternak mampu mengubah zat-zat pakan yang diperolehnya manjadi lemak dan daging setelah kebutuhan hidup pokoknya terpenuhi. Sudarmono dan Sugeng (2009) menyatakan bahwa kebutuhan pokok hidup yaitu kebutuhan sejumlah nutrisi untuk menjamin keseimbangan dan kondisi tubuh yang normal sehingga tubuh mampu beraktivitas. Jika nutrisi untuk kebutuhaan pokok hidup telah terpenuhi maka kelebihan nutrisi ini akan digunakan untuk pertumbuhan dan bereproduksi atau disimpan tubuh dalam bentuk lemak badan. Selain faktor diatas, faktor lain yang memungkinkan pertambahan bobot badan berbeda tidak nyata adalah adanya keterbatasan kemampuan dalam proses pencernaan nutrien oleh domba, sehingga nutrien yang tersedia dengan adanya penambahan L-Carnitine dan minyak ikan terproteksi, belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pertambahan bobot badan.
3. Konversi Pakan Konversi pakan merupakan suatu gambaran terhadap efisiensi penggunaan pakan oleh ternak dalam meningkatkan pertambahan bobot badan ternak. Semakin kecil konversi pakan yang dihasilkan maka semakin efisien penggunaan pakan (Suhardiani, 1997) sehingga dapat diartikan bahwa konversi pakan adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan Tabel 6. Konversi pakan domba lokal jantan Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4 Rata-rata
Blok
Rata-rata
Blok 1
Blok 2
Blok 3
13,66 15,49 8,07 14,46 10,99 12,51
5,46 11,81 8,02 9,47 10,39 9,03
6,88 6,56 12,20 9,24 9,21 8,82
commit to user
8,67 11,29 9,43 11,06 10,17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Nilai konversi pakan pada hasil penelitian berturut-turut adalah P0 8,67; P1 11,29; P2 9,43; P3 11,06 dan P4 10,17. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan. Hal ini disebabkan oleh tingkat konsumsi yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan pertambahan bobot badan yang tinggi sehingga akan menyebabkan nilai konversi yang tinggi, karena nilai konversi pakan ditentukan oleh besar kecilnya konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan. Semakin rendah nilai konversi pakan maka semakin baik terhadap efiesiensi penggunaan pakan. Dari tabel diatas dituliskan bahwa pada perlakuan P0 rata-rata konversi pakan sebesar 8,67 hal ini dapat diartikan bahwa untuk dapat menghasilkan 1 gram bobot badan ternak, membutuhkan pakan sebesar 8,67 gram, pada P1 membutuhkan 11,29 gram dan seterusnya. Konversi pakan dipengaruhi oleh kualitas pakan, pertambahan bobot badan dan kecernaan. Disamping itu juga tergantung pada konsumsi pakan dan temperatur lingkungan mempengaruhi efisiensi penggunaan pakan yang secara tidak langsung juga mempengaruhi nilai konversi pakan (Parakkasi, 1999). Pada tabel konsumsi pakan menunjukkan adanya kenaikan kosumsi pakan, namun kenaikan konsumsi pakan tersebut tidak diimbangi dengan pertambahan bobot badan yang optimal sehingga berpengaruh terhadap nilai konversi pakan yang tinggi. Besar kecilnya konversi pakan juga dipengaruhi oleh kemampuan daya cerna pakan, kualitas pakan yang dikonsumsi, keserasian nilai nutrien yang terkandung dalam pakan. Dinyatakan bahwa buruknya kualitas pakan akan menyebabkan defisiensi nutrien yang dibutuhkan dan berakibat menurunkan angka produksi serta menaikkan konversi pakan (Anggorodi, 1985).
4. Feed Cost per Gain (FCG) Feed cost per gain merupakan perbandingan biaya pakan yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu kg pertambahan bobot badan. Perhitungan feed cost per
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
gain diperoleh dengan cara mengalikan biaya pakan dengan konversi pakan. Tabel feed cost per gain dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata feed cost per gain domba lokal jantan Perlakuan
Blok
Rata-rata
Blok 1
Blok 2
Blok 3
P0 P1 P2 P3 P4
36.170 43.443 22.648 54.398 41.428
14.459 33.108 22.505 35.616 39.445
18.193 18.404 34.221 34.766 34.975
Rata-rata
39.617
29.027
28.112
22.941 31.651 26.458 41.593 38.616
Besarnya nilai feed cost per gain berturut-turut pada perlakuan adalah P0 Rp. 22.941; P1 Rp. 31.651; P2 26.458; P3 Rp. 41.593; dan P4 Rp.38.616. Komposisi bahan pakan yang menunjukkan semakin meningkatnya kualitas pakan akan berpengaruh terhadap biaya pakan. Selama penelitian, harga pakan antar perlakuan hampir sama. Pada PO, harga pakan per kilogram sebesar Rp. 2.646,369, pada P1 sebesar Rp. 2.803,87 pada P2 sebesar Rp. 2.805,07 pada P3 sebesar Rp. 3.761,75 sedangkan pada P4 sebesar Rp. 3.797,98. Dari tabel 7, dapat kita lihat bahwa pada P0 (kontrol) menunjukkan nilai feed cost per gain yang paling rendah jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal ini disebabkan harga pakan PO lebih rendah jika dibandingkan pada perlakuan yang lain. Nilai feed cost per gain paling tinggi terlihat pada P3, yaitu sebesar Rp. 41.671,45. Hal ini disebabkan oleh komposisi pakan pada P3 merupakan pakan yang berkualitas, yaitu adanya penambahan L-Carnitine dan juga minyak ikan tuna terproteksi, sehingga biaya pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kilogram bobot badan, membutuhkan biaya pakan yang lebih besar. Menurut Joseph (2007), ada tiga komponen untuk menghitung feed cost per gain yaitu : banyaknya konsumsi pakan, harga pakan dan besarnya pertambahan bobot badan harian yang dihasilkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah suplementasi minyak ikan terproteksi dan L-Carnitine dalam ransum onggok terfermentasi mampu memperbaiki nilai konsumsi bahan kering tetapi belum mampu memperbaiki pertambahan bobot badan harian, nilai konversi pakan dan feed cost per gain. B. Saran Suplementasi minyak ikan terproteksi dapat dilakukan hingga level 4% yang mengandung L-carnitine 100 ppm dalam ransum onggok terfermentasi untuk mengganti jagung kuning tetapi perlu mempertimbangkan dari segi biaya.
commit to user 36