perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA DINAMIKA KELOMPOK PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DENGAN KINERJA P3A DI KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN
Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP)
Disusun Oleh : WAHID ROSYIDI H0407014
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hubungan Antara Dinamika Kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Dengan Kinerja P3A Di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten yang dipersiapkan dan disusun oleh Wahid Rosyidi H 0407014
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 20 Desember 2011 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji Ketua
Anggota I
Anggota II
Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD
Widiyanto, SP, M.Si
Ir. Sugihardjo, MS
NIP. 19810221 200501 1003
NIP. 19590305 198503 1 004
NIP. 19490320 197611 1 001
Surakarta,
Desember 2011
Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis panjatkan segala puji syukur hanya kepada Allah SWT atas segala petunjuk dan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, yaitu kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dwiningtyas Padmaningrum, SP, MSi, selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD., selaku pembimbing utama sekaligus pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skipsi ini. 4. Widiyanto,
SP,
MSi.,
selaku
pembimbing
pendamping
yang
telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ir. Sugihardjo, MS selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan masukan, saran, dan kritikan yang membangun sehingga penyusunan skripsi menjadi lebih baik. 6.
Seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.
7. Penyuluh Pertanian Kecamatan Delanggu (Bapak Ridwan, Mbak Atik dan Mbak Ari) yang telah memberikan banyak informasi guna penyusunan skripsi ini. 8. Bapak Camat beserta para pegawai kecamatan Delanggu yang telah banyak membantu dan memberikan informasi serta data-data guna terselesaikannya skripsi ini. commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Kepala Desa (Desa Bowan, Desa Krecek, Desa Jetis dan Desa Delanggu) beserta para pegawai kelurahan yang telah banyak membantu dan memberikan informasi serta data-data guna terselesaikannya skripsi ini. 10. Segenap responden yang telah berpartisipasi dalam pengumpulan data 11. Kedua orang tua penulis, Bapak Parlan S.Ag dan Ibu Dra. Siti Martini, atas kasih sayang, kepercayaan, dukungan, doa, perhatian, nasehatnya, serta perjuangan yang besar untuk memberikan pendidikan yang terbaik. 12. Adikku, Nur Rahmah Isnaini dan Lukman Hakim Yumnun, atas doa dan dukungannya. 13. Desi Dwi Lestari, atas kasih sayang, doa, dukungan, semangat dan bantuan yang telah diberikan. 14. Sahabat-sahabat tercinta (Lukman, Pakdhe, Thoriq, Irsa, Maman, Budi, Krisna, Bun-bun, Okta, Apep, Handri, Padang, Dicky, Bondan, Wawan, Putra, Sixtus, Astria, Shofa, Susi, Naning, Tuning, Nisa, Dewi, Ida dll yang tidak dapat disebutkan satu persatu) terimakasih atas jalinan persaudaraan dan persahabatan yang menjadi dukungan bagi penulis, 15. Keluarga besar PKP angkatan 2007 serta rekan-rekan satu perjuangan di PKP 2007 terimakasih atas dukungan dan semangatnya. 16. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini yang tidak bisa disebut satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, Amin. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang disebabkan keterbatasan penulis dan mengharapkan kritik dan saran membangun. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta, Desember 2011
commit to user iv
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL ......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. RINGKASAN ................................................................................................ SUMMARY ................................................................................................... I.
i ii iii v vii viii ix x xi
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. B. Perumusan Masalah .......................................................................... C. Tujuan Penelitian .............................................................................. D. Kegunaan Penelitian ..........................................................................
1 3 4 5
II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... B. Kerangka Berpikir ............................................................................. C. Hipotesis ............................................................................................ D. Pembatasan Masalah .......................................................................... E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.................................
6 21 21 21 22
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ................................................................... B. Teknik Penentuan Lokasi................................................................... C. Metode Penentuan Populasi dan Sampel .......................................... D. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... E. Metode Pengumpulan Data ................................................................ F. Metode Analisis Data.........................................................................
31 31 32 34 35 36
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis ............................................................................. B. Keadaan Penduduk ............................................................................ C. Keadaan Pertanian dan Peternakan .................................................... D. Keadaan Sarana Perekonomian .........................................................
38 38 43 45
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) ............. B. Identitas Responden ........................................................................... C. Dinamika Kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air di Kecamatan Delanggu ......................................................................... commit to user D. Kinerja Perkumpulan Petani Pemakai air di Kecamatan Delanggu .. v
47 49 51 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Hubungan Antara Dinamika Kelompok P3A dengan Kinerja P3A di Kecamatan Delanggu ......................................................................... 63 VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ....................................................................................... B. Saran ................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user vi
69 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Pengukuran Variabel Dinamika Kelompok ......................
25
Tabel 2.2 Kriteria Pengukuran Variabel Kinerja ...........................................
29
Tabel 3.1 Daftar Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu ........................................................................................
32
Tabel 3.2 Anggota P3A Sampel .....................................................................
33
Tabel 3.3 Jenis dan Sumber Data yang digunakan dalam Penelitian .............
34
Tabel 3.4 Jenis Data yang dikumpulkan dari Metode Pengumpulan Data ....
36
Tabel 4.1 Penduduk Kecamatan Delanggu Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 ....................................................................................
40
Tabel 4.2 Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Delanggu Tahun 2011 ....................................................................
42
Tabel 4.3 Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Delanggu Tahun 2011 ....................................................................
43
Tabel 4.4 Luas Penggunaan Lahan Pertanian di Kecamatan Delanggu Tahun 2011 ....................................................................................
44
Tabel 4.5 Ternak dan Unggas di Kecamatan Delanggu .................................
44
Tabel 4.6 Sarana Perekonomian di Kecamatan Delanggu .............................
46
Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Identitas Responden .....................
49
Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Dinamika Kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air di Kecamatan Delanggu...........
52
Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Kinerja pada Perkumpulan Petani Pemakai Air di Kecamatan Delanggu .................................
60
Tabel 5.4 Uji hubungan antara Dinamika Kelompok P3A dengan Kinerja P3A.................................................................................................
64
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir Hubungan antara Dinamika Kelompok P3A dengan Kinerja P3A di Kecamatan Delanggu ..................
commit to user viii
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian ................................................................... 75 Lampiran 2. Identitas Responden .................................................................... 84 Lampiran 3. Tabulasi Data .............................................................................. 86 Lampiran 4. Frekuensi Variabel X dan Y ........................................................ 89 Lampiran 5. Output Perhitungan Rank Spearman .......................................... 93 Lampiran 6. Peta Kecamatan Delanggu .......................................................... 95 Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian .................................................................... 96 Lampiran 8. Foto Penelitian ............................................................................. 97 Lampiran 9. Dinamika kelompok dan kinerja Masing-masing P3A ............... 99
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RINGKASAN Wahid Rosyidi, H0407014, “HUBUNGAN ANTARA DINAMIKA KELOMPOK PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DENGAN KINERJA P3A DI KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di bawah bimbingan Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD dan Widiyanto, SP, MSi. Perkumpulan Petani Pemakai Air yang selanjutnya disebut P3A adalah kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah layanan atau petak tersier atau desa yang dibentuk secara demokratis oleh petani pemakai air termasuk lembaga lokal pengelola irigasi. Melalui P3A tersebut petani dapat mendapatkan air irigasi lebih mudah dan tidak terjadi perselisihan dalam pengaturan air irigasi dengan petani yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), mengkaji kinerja P3A serta mengkaji hubungan antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A. Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan teknik survai. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. Penarikan sampel dilakukan secara simple cluster random sampling, diperoleh empat Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yaitu P3A Tani Makmur, P3A Tani Mulyo, P3A Rukun Tani dan P3A Ngudi Makmur, sampel penelitian sejumlah 40 responden. Untuk menganalisis dinamika kelompok P3A, digunakan rumus lebar interval, analisis kinerja P3A digunakan analisis dengan rumus lebar interval. Selanjutnya, untuk mengetahui hubungan antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A di Kecamatan Delanggu digunakan uji korelasi Rank Spearman (rs). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengkaji hubungan antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A di Kecamatan Delanggu maka dapat disimpulkan bahwa: Dinamika Kelompok P3A di Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori sedang, dengan nilai means sebesar 62,27. Sedangkan kinerja P3A di Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori sedang dengan nilai means sebesar 23,25. Dari uji korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A. Unsur-unsur dinamika kelompok P3A yang berhubungan signifikan dengan kinerja P3A adalah tujuan kelompok, struktur kelompok, kekompakan kelompok, tekanan kelompok dan efektifitas kelompok
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SUMMARY Wahid Rosyidi, H0407014, “RELATIONSHIP BETWEEN GROUP DYNAMICS OF PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) WITH P3A PERFORMANCE IN DELANGGU SUB DISTRICT KLATEN REGENCY”. Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University. Under the guidance of Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD and Widiyanto, SP, MSi. Perkumpulan Petani Pemakai Air, in further referred as P3A is the institutional of irrigation management who became a institution for farmer water user in a service area or tertiary or village that be formed democratically by farmer water users including local institutions of irrigation management. Through P3A, the farmer can get irrigation water more easily and does not occur disputes in the irrigation water setting with other farmers. This study aims to determine the group dynamics of the Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), reviewing the P3A performance and examine the relationship between group dynamics of P3A with P3A performance. The basic research method that be used is descriptive research method with survey techniques. Location selection is done deliberately (purposive) that is in Delanggu Sub District, Klaten Regency. Sampling conducted in simple cluster random sampling, obtained four Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) i.e. P3A Tani Makmur, P3A Tani Mulyo, P3A Rukun Tani and P3A Ngudi Makmur, the study sample amount of 40 respondents. To analyze the group dynamics of P3A used the interval width formula, to analysis P3A performance used analysis of interval width formula. Furthermore, to determine the relationship between group dynamics of P3A with P3A performance in Delanggu Sub District used correlation test of Rank Spearman (rs). Based on the research results and discussion that examines the relationship between group dynamics of P3A with the performance of P3A in Delanggu Sub District it can be concluded that: Group Dynamics of P3A in the Delanggu Sub District are classified as medium categories, with means value of 62,27. While the performance of P3A in Delanggu Sub District being classified in medium category with a value means of 23,25. From the correlation test of Rank Spearman at the confidence level of 95% showed a highly significant relationship between group dynamics of P3A with performance of P3A. The elements of group dynamics of P3A have significant relationship with the performance of P3A is the group purpose, group structure, group cohesiveness, group pressure and group effectiveness.
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia tidak terlepas dari pembangunan di bidang pertanian. Pembangunan pertanian, menurut Mardikanto (1993) adalah upaya sadar dan terencana untuk melaksanakan perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk jangka panjang yang dilaksanakan oleh pemerintah dan didukung oleh partisipasi masyarakat dengan menggunakan teknologi terpilih. Pembangunan pertanian bertujuan untuk selalu memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat, terutama petani dan keluargannya. Salah satu hasil yang diharapkan dari pembangunan pertanian adalah ketercukupan pangan bagi masyarakat sehingga dapat mencukupi ketahanan pangan di Indonesia. Hadisapoetro (1973) menyatakan bahwa tujuan pembangunan pertanian adalah peningkatan produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktifitas usaha tiap-tiap petani. Salah satu upaya untuk meningkatakan produksi pertanian adalah melalui sapta usaha tani. Sapta usaha tani meliputi beberapa hal, salah satunnya adalah melalui pengaturan air irigasi. Air sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Air yang tersedia bagi kebutuhan tanaman, baik air tanah maupun air hujan tidak dapat selamannya mencukupi kebutuhan pertumbuhan tanaman. Air mutlak diperlukan bagi makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang, maka air sepantasnya harus dijaga dan dikelola dengan baik. Masalah irigasi, menurut Novrida (2008) di Indonesia, pada khususnya pulau Jawa ketersediaan air sangat memprihatinkan. Dalam kurun waktu 20 tahun mendatang diperkirakan pulau Jawa akan mengalami kekeringan akibat ketersediaan air tanah yang menipis, saat ini saja misalnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Jawa Barat dengan luas wilayah 6.680 km2 dan panjang
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
sungai 269 km ternyata tidak dapat memberikan kontribusi yang cukup dalam pengairan areal persawahan sekitarnya. Dilihat dari masalah tersebut maka diperlukan suatu lembaga yang mengelola saluran irigasi. Lembaga yang dimaksud adalah Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Diharapkan P3A mampu untuk mengelola dan mengatur irigasi untuk mengairi lahan persawahan yang ditanami tanaman padi. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Mosher dalam Mardikanto (1996) bahwa pembentukan kelompok tani merupakan salah satu pelancar pembangunan pertanian. Suatu lembaga tentunnya terdiri dari berbagai macam karakteristik individu yang berbeda-beda namun memiliki tujuan yang sama, hal itu dijelaskan Jetkins dalam Mardikanto (1993) bahwa kekuatan-kekuatan yang terdapat didalam maupun di lingkungan kelompok akan menentukan perilaku anggota-anggota kelompok dan perilaku kelompok yang bersangkutan, untuk bertindak atau melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainnya tujuan bersama yang menentukan tujuan kelompok tersebut. Kelompok yang dimaksud disini adalah Perkumpulan Petani pemakai Air (P3A). Menurut Istiyati (2010) Petani Pemakai Air adalah semua petani yang mendapat nikmat dan manfaat baik langsung maupun tidak langsung dari pengelolaan air dan jaringan irigasi yang meliputi pemilik sawah, penggarap sawah, pemilik kolam ikan yang mendapat air dari jaringan irigasi dan pemakai air irigasi lainnya. Pasandaran dan Taylor (1988) menyatakan pemerintah Indonesia mengambil peranan yang semakin aktif dalam memajukan pengembangan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), melalui berbagai cara pendekatan. Program pengembangan P3A merupakan bagian dari upaya yang lebih besar untuk meningkatkan kemampuan petani memikul tanggung jawab pelaksanaan tugastugas irigasi. Kalau tujuan hendak dicapai, para petani harus mengembangkan rasa pemilikan, tanggung jawab dan partisipasi dalam setiap kegiatan P3A.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Kinerja atau performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Prawirosentono, 1999). B. Perumusan Masalah Perkumpulan Petani Pemakai Air yang selanjutnya disebut P3A adalah kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah layanan atau petak tersier atau desa yang dibentuk secara demokratis oleh petani pemakai air termasuk lembaga lokal pengelola irigasi (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2007). Melalui P3A tersebut petani dapat mendapatkan air irigasi lebih mudah dan tidak terjadi perselisihan dalam pengaturan air irigasi dengan petani yang lain. Pasandaran (1991) menyatakan dari pandangan pemerintah, P3A dapat membantu dalam meningkatkan efisiensi penggunaan air pada tingkat usaha tani, membagi air secara lebih merata dalam blok tersier, memelihara bangunan-bangunan tersier air secara lebih baik, menyelia pelaksanaan jadwal tanam dan pola tanam yang telah ditentukan oleh pemerintah, membayar iuran pelayanan irigasi dan meredakan konflik terhadap pembagian air. Melalui kelompok P3A para petani diajak, dibimbing serta diarahkan, yang diwujudkan dalam usaha peningkatan peranan anggota untuk melaksanakan sesuatu kegiatan yang tentunya lebih produktif atas dasar kerjasama. Hal ini sejalan dengan Rivai (2003) setiap individu dalam kehidupannya mempunyai kepentingan dan tujuan tertentu yang berbeda antar individu yang satu dengan individu yang lain. Sehingga dengan sifat dan karakteristik setiap individu yang berbeda-beda, tentunya akan mempunyai potensi yang besar pula apabila diwujudkan kedalam suatu kepentingan dan tujuan bersama atau kelompok. Dinamika kelompok adalah dinamisme yang dimunculkan oleh kehadiran beberapa orang secara bersama-sama yang saling mempengaruhi dan bergantung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
satu sama lain secara psikis (Kartini, 2002). Dinamika kelompok sebagai kekuatan yang ada di dalam maupun di lingkungan kelompok yang dapat menentukan perilaku anggota kelompok dan perilaku kelompok itu sendiri untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan bersama atau tujuan kelompok. Menurut Prawirosentono (1999) suatu lembaga, baik lembaga pemerintah maupun lembaga yang dinamakan perusahaan ataupun yayasan (foundation) dalam mencapai tujuan yang ditetapkan harus melalui sarana dalam bentuk organisasi yang digerakan oleh sekelompok orang (group of humanbeing) yang berperan aktif sebagai pelaku (actors) dalam upaya mencapai tujuan lembaga atau organisasi bersangkutan. Untuk mencapai tujuan suatu kelompok diperlukan peran aktif dan kerjasama diantara para pengurus dan anggota dari kelompok tersebut. Berdasarkan uraian diatas, terdapat beberapa permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, antara lain: 1. Bagaimana dinamika kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten ? 2. Bagaimanakah kinerja P3A di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten? 3. Bagaimanakah hubungan antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui dinamika kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten 2. Untuk mengkaji kinerja P3A di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. 3. Untuk mengkaji hubungan antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan proses belajar yang harus ditempuh sehingga dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah khususnya Departemen Pertanian dalam rangka peningkatan pembangunan pertanian. 3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan referensi informasi dalam melakukan penelitian yang sejenis ataupun untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Pembangunan Pertanian a. Pengertian Pembangunan Pertanian Pembangunan pertanian merupakan perubahan dalam teknik produksi pertanian dan sistem usahatani menuju ke situasi yang diinginkan, biasanya situasi yang memungkinkan petani dapat memanfaatkan hasil-hasil penelitian pertanian dan berkurangnya pertanian pokok dan lebih berorientasi pasar (Van den Ban dan Hawkins, 1999). Pembangunan pertanian merupakan produk masyarakat. Ia bukan semata-mata hasil kerja para petani saja, melainkan hasil kegiatan para petani beserta keluargannya, para pembuat undang-undang, insinyur yang membuat jalan raya, pedagang, pengusaha pabrik, guru, dokter hewan, redaktur dan tiap-tiap warga negara yang ikut memilih pejabat negara dan ikut mempengaruhi pembuatan undang-undang negarannya (Krisnandhi dan Bahrin, 1978). Sedangkan menurut Soetriono, dkk (2006) dalam pembangunan pertanian, masalah penting dalam usaha tani adalah merombak usahatani dalam arti luas dan pengaturannya agar dapat menggunakan metode berusaha tani secara baik, benar, dan efisien. Bentuk usahatani yang sesuai bagi pertanian primitif bukanlah bentuk produktif jika metode modern dipergunakan. b. Tujuan Pembangunan Pertanian Pembangunan pertanian merupakan perubahan dalam teknik produksi pertanian dan sistem usahatani menuju ke situasi yang diinginkan, biasanya situasi yang memungkinkan petani dapat memanfaatkan hasil-hasil penelitian pertanian dan berkurangnya pertanian pokok dan lebih
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
berorientasi pasar. Tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian di kebanyakan negara adalah meningkatkan produksi pangan dalam jumlah yang sama dengan permintaan akan bahan pangan yang semakin meningkat, dengan harga yang bersaing di pasar dunia melalui produksi yang efisien (Van Den Ban dan Hawkins, 1999). Hadisapoetro (1973) menjelaskan bahwa pembangunan pertanian bertujuan untuk peningkatan produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar turut campur tangan manusia di dalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan. 2. Irigasi a. Pengertian Irigasi Suatu sistem produksi pertanian khususnya produksi tanaman pangan yang tangguh perlu didukung oleh suatu sistem irigasi yang tangguh. Suatu sistem irigasi tangguh mempunyai ciri-ciri keterandalan, ketahanan, kemantapan dan keluwesan dalam menangani berbagai gejolak yang terjadi, baik dari dalam maupun dari luar sistem irigasi bersangkutan (Pasandaran, 1991). Menurut Tachyan (1992) irigasi secara umum didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanam-tanaman. Direktorat Pengelolaan Air (2008)
menjelaskan
bahwa
irigasi
merupakan
usaha
penyediaan,
pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
Sedangkan Small dan Svendesen (1992) dalam Novrida (2008) menyatakan bahwa irigasi adalah tindakan intervensi manusia untuk mengubah tagihan air dari sumberdaya menurut ruang dan waktu serta mengelola sebagian atau seluruh jumlah tersebut untuk menaikkan produksi tanaman. Harsoyo (1982) menyatakan jaringan irigasi adalah prasarana yang pokoknya
terdiri
dari
bangunan
dan
saluran
irigasi
termasuk
kelengkapannya. Berdasarkan pengelolaannya jaringan irigasi dapat dibagi menjadi: 1)
Jaringan irigasi Utama yaitu bagian dari jaringan irigasi mulai dari bagunan pengambilan air sampai pintu tersier. Yang termasuk jaringan irigasi utama adalah bendung, saluran primer, saluran sekunder, termasuk bangunan dan semua kelengkapannya.
2)
Jaringan irigasi Tersier yaitu jaringan irigasi di petak tersier, mulai dari air keluar dari alat ukur tersier dak kuarter, termasuk semua bangunan dan kelengkapannya yang terdapat di petak tersier.
b. Tujuan Irigasi Irigasi merupakan suatu usaha untuk mengupayakan air guna memenuhi keperluan penyediaan cairan untuk pertumbuhan tanaman. Mardjono dalam Pasandaran (1991) menyatakan irigasi pada hakekatnya adalah upaya pemberian air kepada tanaman dalam bentuk lengas tanah sebanyak keperluan untuk tumbuh dan berkembang. Irigasi memiliki banyak fungsi dan tujuan, salah satunnya yaitu untuk mengairi areal persawahan. Tachyan (1992) menjelaskan bahwa ada delapan kegunaan irigasi, yaitu : (1) Menambah air ke dalam tanah untuk menyediakan cairan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanam-tanaman; (2) Untuk menyediakan jaminan panen pada saat musim kemarau yang pendek; (3) Untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
mendinginkan tanah dan atmosfir, sehingga menimbulkan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanam-tanaman; (4) Untuk mengurangi biaya pembekuan; (5) Untuk mencuci atau mengurangi garam dalam tanah; (6) Untuk mengurangi bahaya erosi; (7) Untuk melunakan pembajakan dan gumpalan tanah; (8) Untuk memperlambat pembentukan tunas dengan pendinginan karena penguapan. 3. Perkumpulan Petani pemakai Air (P3A) a. Pengertian P3A Salah satu upaya untuk meningkatkan pemanfaatan air irigasi secara efisien pemerintah selalu mendorong terbentuknya P3A yang formal. Adapun lembaga yang formal adalah lembaga yang memiliki ciri-ciri yang biasa kita temukan dalam birokrasi manapun, susunan pimpinan yang rapi, anggaran dana/anggaran rumah tangga (AD/ART) yang tertulis, iuran teratur dari anggota-anggotannya, rapat-rapat secara berkala dan seterusnya. Lembaga tradisional formal semacam ini yang menangani masalah irigasi yang jarang ditemukan di Indonesia. Contoh lembaga yang menonjol adalah sistem pengairan subak di Bali (Pasandaran,1991). Perkumpulan petani pemakai air yang selanjutnya disebut P3A adalah kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah layanan/petak tersier atau desa yang dibentuk secara demokratis oleh petani pemakai air termasuk lembaga lokal pengelola irigasi (Permen PU No 30 Tahun 2007) Kartasapoetra dkk (1991) menjelaskan bahwa pengelolaan dan operasi jaringan pedesaan dilakukan oleh petani atau disebut P3A Dharma Tirta. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) merupakan organisasi sosial dari para petani, yang tidak berinduk atau bernaung pada golongan atau partai politik, merupakan organisasi yang bergerak dibidang pertanian, khususnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
dalam kegiatan pengelolaan air pengairan sehubungan dengan kepentingan melangsungkan usahatani bersama. b. Ruang lingkup P3A Ambler dalam Pasandaran (1991) menyatakan bahwa ruang lingkup tugas dan peran P3A meliputi : 1) Pembangunan, operasi, pemeliharaan, serta rehabilitasi jaringan 2) Pengaturan air irigasi 3) Penentuan, pemungutan dan pengaturan iuran anggotannya Sedangkan menurut Departemen Pekerjaan Umum (2006) kedudukan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di desa adalah sebagai berikut : 1) P3A didirikan oleh petani, dari petani dan untuk petani. Orang luar, intern pemerintah desa tidak boleh campur tangan dalam urusan P3A. Orang luar hanya boleh memfasilitasi artinnya memberi saran jika diminta oleh petani dan diusahakan sedemikian rupa agar tidak menggurui 2) P3A didirikan petani di desa yang ada irigasinnya, baik irigasi teknis maupun irigasi non teknis 3) P3A merupakan organisasi mandiri yang tidak berada di bawah pemerintahan desa 4) Hubungan P3A dengan organisasi lain di desa seperti PKK, Koperasi, Kelompok Tani adalah hubungan sederajat di mana organisasi itu bisa bekerjasama yang saling menguntungkan 4. Dinamika kelompok a. Kelompok Menurut Kreitner dan Angelo (1998) kelompok adalah kesatuan individu yang tergabung ke dalam satu wadah kesatuan dengan ditunjukkan adanya hubungan antara anggota satu dengan anggota yang lain serta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
dengan adanya interaksi oleh anggota. Adapun kriteria dari kelompok tersebut adalah sebagai berikut : 1) Adanya interaksi untuk mencapai tujuan 2) Interaksi anggota menentukan individu sebagai anggota kelompok 3) Interaksi individu ditentukan oleh anggota lain (termasuk anggota kelompok lain) Sedangkan menurut Iver dan Page (1961) dalam Mardikanto (1993) kelompok adalah himpunan atau kesatuan manusia yang duduk bersama sehingga terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi serta memiliki kesadaran untuk saling menolong. Robbins (1999) menjelaskan bahwa kelompok sebagai dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling tergantung antara satu dengan yang lain, yang bersama-sama ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu. Definisi kelompok dalam hubungannya dengan ciri-ciri keorganisasian menurut ahli sosiologi adalah suatu sistem anggota diorganisasikan dari dua orang atau lebih yang saling berhubungan sehingga sistem tersebut melakukan beberapa fungsi, mempunyai seperangkat standart hubungan, peranan antar anggotanya, dan mempunyai seperangkat norma yang mengatur fungsi kelompok dan masing-masing anggotanya (Gibson et al, 1989). Kelompok adalah agregat sosial dimana anggota-anggota yang saling tergantung dan setidak-tidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain (Adryanto, 1985). Sedangkan Walgito (2007) menyatakan di dalam kelompok seseorang anggota dapat terpenuhi kebutuhan fisiologis maupun psikologis. Melalui berkelompok, walaupun secara tidak langsung anggota akan memperoleh keuntungan finansial yang kaitannya dengan kebutuhan fisiologis. Selain itu, anggota juga akan merasa nyaman jika berada di tengah-tengah kelompoknya (kebutuhan psikologis) yaitu dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
merasa saling bergantung, merasa senasib sepenanggungan, saling menghargai, saling perhatian, saling membantu dan saling bekerja sama di antara anggota kelompok. Gerungan (2004) mengungkapkan ciri-ciri kelompok sosial dan membedakannya dari bentuk-bentuk interaksi sosial lainnya, yaitu: 1) Motif yang sama antara anggota kelompok 2) Reaksi-reaksi dan kecakapan yang berlainan antaranggota kelompok 3) Penegasan struktur kelompok 4) Penegasan norma-norma kelompok Salah satu ciri terpenting dari kelompok adalah merupakan suatu kesatuan sosial yang memiliki kepentingan bersama dan tujuan bersama. Karena itu kelompok dapat diartikan sebagai himpunan yang terdiri dari dua atau lebih individu (manusia) yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) Memiliki ikatan yang nyata 2) Memiliki interaksi dan interelasi sesama anggotanya 3) Memiliki struktur dan pembagian tugas yang jelas 4) Memiliki kaidah-kaidah atau norma tertentu yang disepakati bersama 5) Memiliki keinginan dan tujuan bersama (Mardikanto, 1993). b. Dinamika kelompok Dinamika kelompok ialah dinamisme yang dimunculkan oleh kehadiran beberapa orang secara bersama-sama yang saling mempengaruhi dan bergantung satu sama lain secara psikis (Kartini, 2002). Menurut Suhardiyono (1992), dinamika kelompok tani adalah gerakan bersama yang dilakukan oleh anggota kelompok tani secara serentak dan bersama-sama dalam melaksanakan seluruh kegiatan kelompok tani dalam mencapai tujuannya yaitu peningkatan hasil produksi dan mutunya yang pada gilirannya nanti akan meningkatkan pendapatan mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami. Fungsi dari dinamika kelompok antara lain : 1) Membentuk
kerjasama
saling menguntungkan
dalam
mengatasi
persoalan hidup 2) Memudahkan pekerjaan 3) Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga selesai lebih cepat, efektif dan efisien. 4) Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat dengan memungkinkan setiap individu memberikan masukan, berinteraksi, dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.(Wikipedia, 2011). Sedangkan Santoso (1999) menjelaskan bahwa dinamika kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain. Dengan kata lain antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersamasama. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok Ada dua cara pendekatan untuk melakukan analisis terhadap dinamika kelompok, yaitu melalui pendekatan sosiologis dan psikologis. Pendekatan sosiologis yaitu analisis dinamika kelompok melalui analisis terhadap bagian-bagian atau komponen kelompok dan analisis terhadap proses sistem sosial tersebut, sedamgkan analisis dinamika kelompok berdasarkan pendekatan psikososial dimaksudkan untuk melakukan kajian terhadap segala sesuatu yang berpengaruh terhadap perilaku anggota kelompok dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan bersama (tujuan kelompok). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan psikososial dalam penelitiannya, hal ini dikarenakan pendekatan psikososial biasannya diterapkan pada kelompok-kelompok tugas, seperti kelompok tani maupun P3A. Faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok berdasarkan pendekatan psikososial menurut Mardikanto (1993), adalah sebagai berikut : 1) Tujuan kelompok (group goal) merupakan hasil akhir atau keadaan yang diinginkan oleh anggota kelompok. Kejelasan tujuan kelompok akan sangat berpengaruh terhadap perilaku atau tindakan anggota kelompok. (Shaw (1977) dalam Mardikanto (1993). 2) Struktur kelompok (group structure) yaitu suatu pola yang teratur tentang bentuk tata hubungan antar individu dalam kelompok yang juga melukiskan kedudukan dan peran masing-masing (Carthwright dan Zender (1956) dalam Mardikanto (1993). 3) Fungsi tugas (task function) yaitu tugas yang harus dilaksanakan setiap anggota kelompok sesuai dengan fungsi masing-masing serta sesuai dengan kedudukannya dalam struktur kelompok (Hackman (1969) dalam Mardikanto (1993). 4) Pembinaan
dan
pemeliharaan
kelompok
(group
building
and
maintenance) merupakan upaya kelompok untuk memelihara dan mengembangkan kehidupan kelompok atau memelihara tata kerja dalam kelompok, mengatur, memperkuat dan mengekalkan kelompok (Miles (1961) dalam Mardikanto (1993). 5) Kekompakan kelompok (group cohesiveness) yaitu sebagai rasa keterikatan
anggota
kelompok terhadap kelompoknya.
Rasa ini
ditunjukkan dengan adanya kesamaan tindakan, persamaan nasib, homogenitas perilaku, kesepakatan terhadap tujuan kelompok dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
pengakuan terhadap pemimpinnya (Krech (1962) dalam Mardikanto (1993) 6) Suasana
kelompok
(group
atmosphere)
yaitu
lingkungan
yang
mempengaruhi perasaan anggota terhadap kelompoknya. Suasana dapat berupa keramahan, kesetiakawanan, kebebasan bertindak, suasana kerapihan, keteraturan dan lain-lain (Dahama dan Bhatnagar (1980) dalam Mardikanto (1993) 7) Tekanan kelompok (group pressure) yaitu tekanan atau ketegangan dalam kelompok, yang menyebabkan dalam kelompok berusaha keras untuk mencapai tujuan kelompok (Shaw (1977) dalam Mardikanto (1993) 8) Keefektifan kelompok (group effectiveness) yaitu keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuan (Sills (1968) dalam Mardikanto (1993) 9) Agenda terselubung (hidden agenda) yaitu tujuan-tujuan kelompok yang diketahui semua anggota, tetapi tidak dinyatakan secara tertulis. Benedict dalam Santoso (1999) menjelaskan bahwa persoalanpersoalan yang ada dalam dinamika kelompok adalah sebagai berikut : 1) Kohesi (persatuan). Dalam persoalan kohesi ini akan dilihat tingkah laku anggota dalam kelompok, seperti: proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok dan sebagainya. 2) Motive/dorongan. Persoalan motive ini berkisar pada interes anggota terhadap kehidupan kelompok, seperti: kesatuan berkelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok dan sebagainya. 3) Struktur. Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas dan sebagainya. 4) Pimpinan. Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan kelompok dimana hal ini terlihat pada: bentuk-bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem kepemimpinan dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
5) Perkembangan Kelompok. Persoalan perkembangan kelompok dapat pula menentukan kehidupan kelompok selanjutnya, dan ini terlihat pada perubahan dalam kelompok, senangnya anggota tetap berada dalam kelompok, perpecahan kelompok dan sebagainya. Mempelajari dinamika kelompok dianggap penting karena: 1) Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam msyarakat dimana ia berada. 2) Individu tidak dapat pula bekerja sendiri di dalam kehidupan. 3) Dalam suatu masyarakat yang besar perlu adanya pembagian kerja sebagai pekerjaan dapat terlaksana apabila dikerjakan dalam kelompok kecil. 4) Di dalam masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja secara efektif. 5) Semakin banyak diakui manfaat dari adanya penyelidikan yang ditujukan kepada kelompok-kelompok (Santoso, 1999). 5. Kinerja dan Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kinerja a. Pengertian Kinerja Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2002). Cook et all (1997), menyatakan bahwa, “Performance is behavior that has been evaluated or measured in terms of its contribution to the goals of the organization”. Jadi kinerja adalah perilaku yang telah dievaluasi atau diukur dalam kaitannya dengan kontribusinya kepada tujuan dari suatu organisasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Menurut Dharma (2004) dalam bukunya yang berjudul ”Manajemen Kinerja” membagi evaluasi kinerja dalam tiga tingkat yaitu : 1) Evaluasi kinerja pada tingkat organisasi Manajemen
kinerja
pada
tingkat
organisasi
adalah
tentang
mewujudkan visi mengenai seperti apa organisasi tersebut jadinya dan apa yang seharusnya dicapai 2) Evaluasi kinerja pada tingkat individu Evaluasi ini dilakukan untuk memastikan bahwa para anggotanya memahami strategi dan sarana organisasi dan bagaimana mereka akan bekerjasama untuk mencapainnya. 3) Evaluasi kinerja pada tingkat kelompok Evaluasi kinerja pada tingkat kelompok ini berkaitan dengan fungsionalisasi dari tim/kelompok dalam sebuah organisasi Evaluasi kinerja merupakan penilaian kinerja yang diperbandingkan dengan rencana atau standar-standar yang telah disepakati. Pada setiap pengukuran kinerja harus ditetapkan standar pencapaian sabagai sarana kaji banding yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Kaji banding internal dapat dilakukan terhadap kinerja terbaik yang pernah dicapai, rata-rata kinerja masa lalu pada periode tertentu, kinerja bagian lain dalam perusahaan, standar teknis yang dipersyaratkan, dan kinerja tahun terakhir. Sedangkan kaji banding secara eksternal dapat dilakukan terhadap pesaing langsung, perusahaan lain yang memiliki operasi yang dapat diperbandingkan (Wibisono, 2006). Sedangkan Ivancevich (2001) menerangkan bahwa : Performance management is the process by which executives, managers, and supervisors work to align employee performance with the firm’s goals. An effective performance management process has a precise definition of excellent performance, uses measurements of performance, and provides feedback to employees about their performance. Thus, it
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
defines, measures, monitors, and gives feedback. Performance evaluation is a crucial part of a firm’s performance management process. Jadi manajemen kinerja merupakan proses dengan para eksekutif, para manajer, dan para penyelia yang bekerja untuk mengatur kinerja karyawan sesuai dengan tujuan perusahaan. Suatu proses manajemen kinerja efektif merupakan suatu definisi yang tepat mengenai capaian kinerja sempurna, pengukuran prestasi penggunaan, dan menyediakan umpan balik ke karyawan tentang capaian kinerja mereka. Hal tersebut menggambarkan, mengukur, memonitor, dan memberi umpan balik. Evaluasi kinerja adalah suatu bagian rumit dari suatu proses manajemen kinerja perusahaan. b. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja Suatu
kelompok
akan
produktif
bila
anggotannya
memiliki
keterampilan yang disyaratkan dan karakteristik, pribadi yang baik serta mendapat dukungan dari manajemen ditambah dengan tersediannya sumberdaya yang melimpah. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan kinerja, yaitu persepsi peran, norma, status, ukuran kelompok, susunan demografi, tugas kelompok, dan kekohesifan. Kepuasan anggota dipengaruhi oleh hubungan persepsi peran kinerja antara atasan dan bawahan (Rivai, 2003). Sedangkan menurut Suryani (2007) Tingkat kinerja adalah hasil yang dicapai oleh P3A dalam mewujudkan tujuan sistem irigasi dan menjalankan
tugas-tugas
P3A
yang
meliputi
pengelolaan
dan
pemeliharaan sistem irigasi, operasi jaringan irigasi seperti pembagian air, pengaturan dan pengumpulan iuran dan pelaksanaan peraturan P3A 6. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian Nurul (2009) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara unsur-unsur dinamika kelompok tani dengan efektivitas kelompok. Dinamika Kelompok pada kelompok tani di Kecamatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Sukodono tergolong dalam kategori tinggi sebesar 85%. Unsur-unsur yang termasuk dalam dinamika kelompok adalah; tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan dan pemeliharaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan kelompok, kefektifan kelompok dan agenda terselubung. Efektivitas Kelompok pada kelompok tani di Kecamatan Sukodono tergolong kategori tinggi sebesar 100%. Sedangkan berdasarkan penelitian Murniati (2005) terdapat hubungan yang signifikan antara unsur-unsur dinamika kelompok tani dengan tingkat penerapan teknologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa dinamika kelompok tani di daerah penelitian 85% dalam kategori tinggi. Sedangkan tingkat penerapan teknologi pada usahatani bawang merah 92,5% telah melaksanakan peneraran teknologi sesuai anjuran. Dari hasil analisis Rank Spearman dan uji signifikansi pada tingkat kepercayaan 95% didapat hasil bahwa unsur-unsur dinamika kelompok tani yang berhubungan signifikan dengan tingkat penerapan teknologi adalah tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas kelompok, pemeliharaan dan pembinaan kelompok, suasana kelompok, tekanan kelompok dan efektifitas kelompok B. Kerangka Berpikir Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) diharapkan dapat berfungsi sebagai wadah dalam upaya memajukan pertanian dari tataran desa atau layanan petak tersier. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah sebuah organisasi atau wadah yang beranggotakan petani-petani yang berfungsi menampung aspirasi, kerjasama, dan partisipasi anggota guna mencapai tujuan atau hasil akhir dari kelompok. Untuk dapat memenuhi kebutuhan petani akan air irigasi maka petani bergabung dalam satu wadah kelompok P3A. Seperti yang diungkapkan Kartasapoetra (1991), bahwa salah satu cara yang digunakan untuk mengubah dan memperbaiki tingkat kerja petani adalah dengan pendekatan kelompok. Sehingga terbentuknya kelompok P3A tersebut karena adanya pandangan, kepentingan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
kebutuhan yang sama yaitu pentingnya akan kebutuhan air irigasi guna mengairi lahan para petani. Untuk dapat mencapai tujuan dari lembaga P3A maka diperlukan suatu struktur kepengurusan kelompok. Dengan adanya kepengurusan kelompok maka dapat menjamin tumbuhnya dinamika kelompok. Dinamika kelompok dapat dilihat dari analisis dinamika kelompok berdasarkan pendekatan sosiologis dan pendekatan psikososial. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan psikososial, hal ini dikarenakan pendekatan psikososial melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku anggota kelompok dalam melaksanakan kegiatan demi mencapai tujuan kelompok. Faktor-faktor itu antara lain tujuan kelompok (group goal), struktur kelompok (group structure), fungsi tugas (task function), pembinaan dan pemeliharaan kelompok (group building and maintenance), kekompakan kelompok (group cohesiveness), suasana kelompok (group atmosphere), tekanan kelompok (group pressure), dan keefektifan kelompok (group effectiveness). Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) memiliki tugas-tugas dan tujuan tertentu, diantarannya adalah pemeliharaan saluran tersier, mengatur pembagian air, menjaga keberlangsungan fungsi irigasi dan mengelola iuran pengelolaan irigasi
serta
penegakan
peraturan
dan
sanksi.
Tujuan
P3A
adalah
mendayagunakan air irigasi yang tersedia didalam petak tersier untuk kesejahteraan masyarakat tani. Untuk melaksanakan tugas-tugas P3A tersebut dan demi tercapainnya tujuan perlu didukung kerjasama serta partisipasi antara anggota Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang baik agar tujuan atau hasil akhir dapat tercapai secara efisien dan efektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir yang dapat dibangun adalah sebagai berikut : Unsur-unsur dinamika kelompok P3A : 1. Tujuan kelompok 2. Struktur kelompok 3. Fungsi tugas 4. Pembinaan dan pemeliharaan kelompok 5. Kekompakan kelompok 6. Suasana kelompok 7. Tekanan kelompok 8. Keefektifan kelompok
Tinggi Kinerja P3A: 1. Pemeliharaan jaringan irigasi 2. Penarikan iuran 3. Pembagian air 4. Penegakan peraturan dan sanksi
Sedang
Rendah
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Hubungan Antar Variabel C. Hipotesis Diduga ada hubungan yang signifikan antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. D. Pembatasan Masalah 1. Responden penelitian adalah petani yang menjadi anggota dan tergabung ke dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. 2. Dinamika kelompok diuraikan dari analisis dinamika kelompok yang berdasarkan pada pendekatan psikososial yang terdiri dari tujuan kelompok (group goal), struktur kelompok (group structure), fungsi tugas (task function), pembinaan dan pemeliharaan kelompok (group building and maintenance),
kekompakan
kelompok
(group
cohesiveness),
suasana
kelompok (group atmosphere), tekanan kelompok (group pressure), dan keefektifan kelompok (group effectiveness)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
3. Kinerja P3A diukur berdasarkan pemeliharaan jaringan irigasi, operasi jaringan irigasi seperti pembagian air, pengaturan dan pengumpulan iuran dan pelaksanaan peraturan dan sanksi P3A. 4. Dimensi penelitian adalah satu tahun terakhir E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variebel 1. Dinamika kelompok dalam penelitian ini adalah kekuatan-kekuatan yang ada di dalam maupun di luar kelompok yang akan menentukan perilaku anggotaanggota kelompok dan perilaku kelompok yang bersangkutan, untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan kelompok demi tercapainya tujuan bersama. Dinamika kelompok diuraikan dalam analisis dinamika kelompok yang berdasarkan pada pendekatan psikososial yaitu: a. Tujuan kelompok (group goal), yaitu hasil akhir atau keadaan yang diinginkan oleh semua anggota kelompok, diukur dengan mengukur pengetahuan anggota tentang tujuan kelompok, kesesuaian tujuan kelompok dengan kebutuhan anggota dan keterlibatan anggota dalam merumuskan tujuan kelompok. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. b. Struktur kelompok (group structure), yaitu suatu pola yang teratur tentang bentuk tata hubungan antara individu-individu dalam kelompok serta menggambarkan kedudukan dan peran anggota dalam mencapai tujuan kelompok meliputi ada atau tidaknya susunan pengurus, pengetahuan anggota tentang susunan pengurus dan kesesuaian susunan pengurus dengan struktur yang sudah ada. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. c. Fungsi tugas (task function), yaitu seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok sesuai dengan fungsi dan kedudukannya dalam struktur kelompok,meliputi kesesuaian tugas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
pengurus dengan wewenang serta pengetahuan anggota terhadap tugas pengurus. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. d. Pembinaan
dan
pemeliharaan
kelompok
(group
building
and
maintenance), yaitu upaya kelompok untuk tetap memelihara dan mengembangkan kehidupan kelompok, meliputi ada tidaknya pembinaan serta ketersediaan fasilitas kelompok. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. e. Kekompakan kelompok (group cohesiveness), yaitu rasa keterikatan anggota kelompok terhadap kelompoknya, meliputi kerjasama anggota, solidaritas anggota serta kemampuan ketua dalam memimpin kelompok. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. f. Suasana kelompok (group atmosphere), yaitu lingkungan fisik dan nonfisik yang akan mempengaruhi perasaan setiap anggota kelompok terhadap kelompoknya, meliputi komunikasi anggota dengan ketua, hubungan antar anggota, keikutsertaan dalam rapat serta kebebasan dalam berpartisipasi. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. g. Tekanan kelompok (group pressure), yaitu tekanan atau ketegangan dalam kelompok yang menyebabkan kelompok tersebut berusaha keras mencapai tujuan kelompok, meliputi pelaksanaan peraturan, sanksi terhadap pelanggaran serta motivasi anggota dalam mematuhi peraturan.. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. h. Keefektifan kelompok (group effectiveness), yaitu keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuannya, yang dapat dilihat pada tercapainya keadaan atau perubahan-perubahan yang memuaskan anggotanya, meliputi keberhasilan tujuan kelompok serta kepuasan anggota. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. 2. Kinerja atau performance menurut Prawirosentono (1999) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Tingkat kinerja adalah hasil yang dicapai oleh P3A dalam mewujudkan tujuan sistem irigasi dan menjalankan tugas-tugas P3A yang meliputi pengelolaan dan pemeliharaan sistem irigasi, operasi jaringan irigasi seperti pembagian air, pengaturan dan pengumpulan iuran dan pelaksanaan peraturan P3A (Suryani, 2007) a. Pemeliharaan jaringan irigasi yaitu adalah upaya menjaga dan memelihara jaringan
irigasi
agar
selalu
dapat berfungsi dengan baik guna
memperlancar air irigasi, meliputi frekuensi pemeliharaan jaringan serta tindakan perbaikan jika terjadi kerusakan. Diukur menggunakan skala ordinal b. Penarikan iuran yaitu pengumpulan iuran dari setiap petani anggota P3A yang digunakan untuk kegiatan P3A, meliputi jumlah iuran, intensitas penarikan iuran, serta transparansi keuangan. Diukur menggunakan skala ordinal c. Pembagian air merupakan kegiatan membagi air di bangunan-bagi, kegiatan pembagian air dimaksudkan agar air irigasi dapat merata di setiap areal persawahan anggota P3A, meliputi kecukupan air, penilaian pergiliran air serta pernah tidaknya mendapat air. Diukur menggunakan skala ordinal d. Penegakan peraturan dan sanksi yaitu upaya yang dilakukan agar peraturan dan sanksi dapat dilaksanakan dengan baik, meliputi tindakan yang dilakukan kepada anggota jika tidak membayar iuran serta tidak ikut pemeliharaan jaringan irigasi. Diukur menggunakan skala ordinal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
3. Pengukuran Variabel Tabel 2.1 Pengukuran Variabel Dinamika Kelompok Variabel Tujuan Kelompok
Struktur Kelompok
Indikator Pengetahuan anggota kelompok mengenai tujuan kelompok
Kriteria - Anggota mengetahui dan hapal tujuan kelompok - Anggota mengetahui tujuan kelompok namun tidak hapal tujuan kelompok (ragu-ragu) - Anggota tidak mengetahui dan tidak hapal tujuan kelompok
Skor 3 2
1
Kesesuaian tujuan kelompok dengan kebutuhan anggota dalam penyediaan air
- Tujuan kelompok sesuai dengan kebutuhan anggota - Tujuan kelompok kurang sesuai dengan kebutuhan anggota - Tujuan kelompok tidak sesuai dengan kebutuhan anggota
3
Keterlibatan anggota dalam merumuskan tujuan kelompok
- Anggota dilibatkan dalam merumuskan tujuan - Anggota dilibatkan namun hanya sebatas mengetahui tujuan - Anggota tidak dilibatkan dalam merumuskan tujuan
3
- Terdapat susunan pengurus dalam kelompok dan ada kejelasan siapa yang menjabat - Terdapat struktur organisasi namun tidak ada kejelasan siapa yang menjabat - Tidak terdapat struktur organisasi dan tidak ada kejelasan yang menjabat
3
Ada atau tidaknya susunan pengurus
2 1
2 1
2 1
Pengetahuan - Anggota mengetahui susunan pengurus anggota terhadap - Anggota kurang mengetahui susunan susunan pengurus pengurus dalam kelompok - Anggota tidak mengetahui susunan pengurus
3 2
Kesesuaian - Susunan pengurus sudah sesuai dengan susunan pengurus struktur P3A dengan struktur - Susunan pengurus kurang sesuai dengan kelompok dengan struktur P3A P3A - Susunan pengurus tidak sesuai dengan Struktur P3A
3
commit to user
1
2 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Fungsi Tugas
Pengetahuan anggota terhadap tugas pengurus P3A Kesesuaian tugas pengurus dengan kewenanganny - Ketua
- Sekretaris
- Bendahara
- Pelaksana teknis
Pembinaan dan pemeliharaan kelompok
Terdapat upaya pembinaan kelompok (kurun waktu 1 tahun)
Ketersediaan fasilitas ruang pertemuan yang mendukung
- Mengetahui tugas pengurus - Mengetahui sebagian tugas pengurus - Tidak mengetahui tugas pengurus
3 2 1
- Ketua menjalankan tugas sesuai dengan kewenangannya - Ketua menjalankan sebagian tugas sesuai dengan kewenangannya - Ketua tidak menjalankan tugas sesuai dengan kewenangannya
3 2 1
- Sekretaris menjalankan tugas sesuai dengan kewenangannya - Sekretaris menjalankan sebagian tugas sesuai dengan kewenangannya - Sekretaris tidak menjalankan tugas sesuai dengan kewenangannya
3
- Bendahara menjalankan tugas sesuai dengan kewenangannya - Bendahara menjalankan sebagian tugas sesuai dengan kewenangannya - Bendahara tidak menjalankan tugas sesuai dengan kewenangannya
3
- Pelaksana teknis menjalankan tugas sesuai dengan kewenangannya - Pelaksana teknis menjalankan sebagian tugas sesuai dengan kewenangannya - Pelasana teknis tidak menjalankan tugas sesuai dengan kewenangannya
3
- Pembinaan secara rutin dilakukan (> 3 kali) - Pembinaan kadang-kadang dilakukan (2-3 kali) - 0-1 kali pembinaan
3
- Ruang pertemuan tersedia dan memadai - ruang pertemuan tersedia tapi kurang memadai - Ruang pertemuan tidak tersedia dan
3 2
commit to user
2 1
2 1
2 1
2 1
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
dalam kegiatan kelompok (kurun waktu 1 tahun) Kekompakan Kelompok
Kerjasama anggota dalam kegiatan P3A (kurun waktu 1 tahun) Sikap anggota jika ada anggota mengalami masalah - Masalah air
tidak memadai
- Selalu bekerja sama - Kadang-kadang bekerja sama - Tidak ada kerjasama
3 2 1
- Mengetahui jika ada yang mengalami
3
masalah air dan ikut membantu - Mengetahui jika ada yang
mengalami masalah air tetapi tidak ikut membantu - Tidak peduli - Masalah benih
- Masalah pupuk
- Mengetahui jika ada yang mengalami
masalah benih dan ikut membantu - Mengetahui jika ada yang mengalami masalah benih tetapi tidak ikut membantu
1
3 2
- Tidak peduli
1
- Mengetahui jika ada yang mengalami masalah pupuk dan ikut membantu - Mengetahui jika ada yang mengalami masalah pupuk tetapi tidak ikut membantu
3
- Tidak peduli - Masalah keuangan
2
- Mengetahui jika ada yang mengalami
masalah keuangan dan ikut membantu - Mengetahui jika ada yang mengalami masalah keuangan tetapi tidak ikut membantu - Tidak peduli
commit to user
2
1
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Kemampuan pemimpin menjaga kekompakan (kurun waktu 1 tahun)
Suasana Kelompok
Tekanan Kelompok
- Pemimpin bisa menjaga kekompakan kelompok (>5 kali hadir dalam rapat dan pemeliharaan saluran) - Pemimpin kurang bisa menjaga kekompakan kelompok (kadang hadir 35 kali) - Pemimpin tidak bisa menjaga kekompakan kelompok (0-2 kali hadir dalam rapat dan pemeliharaan saluran)
3
2
1
Komunikasi - Pemimpin dengan anggota terjalin antara anggota komunikasi dengan pemimpin - Pemimpin dengan anggota kurang kelompok(kurun terjalin komunikasi waktu 1 tahun) - Pemimpin dengan anggota tidak terjalin komunikasi
3
Hubungan atau komunikasi antar anggota dalam kelompok(kurun waktu 1 tahun)
- Antar anggota terjalin komunikasi - Antar anggota kurang terjalin komunikasi - Antar anggota tidak terjalin komunikasi
3 2
Keikutsertaaan dalam rapat rutin (kurun waktu 1 tahun)
- > 7 kali - 4-7kali - 0-3 kali
3 2 1
Kebebasan anggota mengeluarkan pendapat dalam rapat rutin(kurun waktu 1 tahun)
- Anggota mendapat kebebasan yang sama untuk berpendapat - Anggota kurang mendapat kebebasan untuk berpendapat - Anggota tidak mendapat kebebasan untuk berpendapat
3
- Diberi sanksi - Ditegur - Dibiarkan saja
3 2 1
- Diberi sanksi - Ditegur
3 2
Adanya peraturan dan sanksi - Sanksi tidak membayar iuran rutin (kurun waktu 1 tahun) - Sanksi tidak ikut
commit to user
2 1
1
2 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
pemeliharaan saluran irigasi(kurun waktu 1 tahun)
Keefektifan Kelompok
- Dibiarkan saja
1
Motivasi menaati peraturan
- Kesadaran diri sendiri -Takut pada sanksi - Tidak ada motivasi untuk menaati peraturan
3 2 1
Keberhasilan tujuan kelompok P3A (kurun waktu 1 tahun)
- Tujuan kelompok tercapai - Tujuan kelompok tercapai tapi belum maksimal - Tujuan kelompok tidak tercapai
3 2
Kepuasan anggota terhadap kelompok dalam hal pemenuhan air irigasi
- Anggota sudah puas (air irigasi tercukupi) - Anggota kurang puas (air irigasi kurang tercukupi) - Anggota tidak puas (Air irigasi tidak tercukupi)
3
1
2 1
Tabel 2. 2 Pengukuran Variabel Kinerja Kinerja Pemeliharaan Jaringan
Penarikan iuran
Indikator Frekuensi pelaksanaan Pemeliharaan jaringan irigasi (kurun waktu 1 tahun)
Kriteria - > 4 kali - 3-4 kali - 1-2 kali
Tindakan yang dilakukan jika terjadi kerusakan saluran irigasi
- Dilaporkan pengurus dan dibenahi - Dilaporkan tapi tidak dibenahi - Dibiarkan saja
3
Jumlah iuran
- > Rp 100.000 - Rp 51.000 - Rp 100.000 - Rp 0-Rp 50.000
3 2 1
Intensitas Penarikan iuran
- > 13 kali - 7-12 kali - 1-6 kali
3 2 1
Transparansi keuangan
- Jumlah uang iuran selalu disampaikan kepada anggota - Kadang disampaikan - Tidak disampaikan
3
commit to user
Skor 3 2 1
2 1
2 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Pembagian air
Penegakan peraturan atau sanksi
Kecukupan akan air
- Cukup (selalu terairi) - Kurang cukup (kadang terairi) - Tidak cukup (tidak terairi)
3 2 1
Penilaian Terhadap pergiliran air
- Teratur (seminggu sekali) - Kurang teratur (setengah bulan sekali) - Tidak teratur (sebulan sekali)
3 2
Pernah tidak mendapatkan air
- Selalu mendapat air - 1-2 Kali tidak mendapat air - > 2 Kali tidak mendapat air
3 2 1
Tidak membayar iuran
- Diberi sanksi - Diperingatkan - Dibiarkan saja
3 2 1
Tidak ikut pemeliharaan saluran irigasi
- Diberi sanksi - Diperingatkan - Dibiarkan saja
3 2 1
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
III.
METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif, yang dimaksudkan untuk memberikan uraian mengenai suatu gejala sosial yang diteliti, dengan mendeskripsikan suatu gejala berdasarkan pada indikator-indikator yang dijadikan dasar suatu gejala yang diteliti. Pengukuran deskriptif juga dimaksudkan untuk mengukur fenomena sosial tertentu dengan pengembangan konsep dan menghimpun fakta (Singarimbun dan Effendi, 2006). Teknik pelaksanaan penelitian dilakukan dengan teknik survei, yaitu teknik penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 2006). B. Teknik Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 2006). Penelitian dilakukan di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa di setiap Desa di Kecamatan Delanggu telah memiliki kelompok P3A. P3A di masingmasing desa di Kecamatan Delanggu ada yang sudah memiliki SK Bupati dan ada yang belum memiliki SK Bupati. Tabel 3.1 di bawah ini menunjukkan daftar Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten.
31 to user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Tabel 3.1 Daftar Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu No Desa
Nama P3A
SK Bupati
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Rukun Tani Tirto Agung Tani makmur Ngudi Makmur Usaha Tani Sumber Makmur Mardi Rahayu Tani Mulyo Sediyo Makmur Ngudi Makmur Tani Makmur Lestari Makmur Margo Mulyo Ngudi Makmur Angudi Makmur Karya Mulya
No 411.6/703/98 No 411.6/1584/1996 No 411.6/1585/1996 No 411.6/1586/1996 No 411.6/1583/1996 No 411.6/1582/1996 -
Bowan Dukuh Jetis Butuhan Banaran Karang
Sribit Krecek Mendak Delanggu Sabrang Tlobong Gatak Kepanjen Segaran Sido Mulyo
Sumber : Inventarisasi P3A Dharma Tirta Sub Din Pengairan DPU Kabupaten Klaten C. Penentuan Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang tergabung dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. 2. Sampel Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan simple cluster random sampling yaitu metode sampling dimana unit analisa atau satuan penelitian sudah tersusun dalam suatu daftar, maka unit-unit analisa dalam populasi digolongkan ke dalam gugus yang disebut cluster dan ini akan merupakan satuan-satuan darimana sampel akan diambil (Singarimbun dan Effendi, 2006). Sehingga dalam setiap kelompok terkecil, dilakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
penarikan
responden
secara
acak
sederhana,
sebanyak
menurut
proposionalnya. Tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Tahap pertama, populasi kecamatan dibagi menjadi kluster wilayah desa berdasarkan P3A yang sudah memiliki SK Bupati dan yang belum memiliki SK Bupati, yaitu diperoleh P3A yang sudah memiliki SK Bupati yaitu P3A Tani Makmur dan P3A Tani Mulyo, sedangkan P3A yang belum memiliki SK Bupati yaitu P3A Rukun Tani dan P3A Ngudi Makmur, b. Tahap kedua, menentukan unit responden sebanyak 40 responden, yang akan diambil secara random, sehingga diperoleh responden menurut proporsionalnya di tiap P3A terpilih, ditentukan dengan rumus sebagai berikut : ni =
nk xn N
Keterangan:
ni = jumlah responden di masing-masing wilayah nk = jumlah anggota P3A di masing-masing wilayah N = jumlah populasi n = jumlah responden yang diinginkan
Tabel 3.2. Anggota P3A Sampel P3A Ada SK Bupati : 1. Tani Makmur 2. Tani Mulyo Belum Ada SK Bupati 1. Rukun Tani 2. Ngudi Makmur Jumlah
Jumlah
Jumlah sampel
140 150
10 11
140 130 560
10 9 40
Sumber : Data Primer c. Tahap ketiga, mengambil sampel dari P3A yang terpilih yaitu P3A Tani makmur, P3A Tani Mulyo, P3A Rukun Tani dan Ngudi Makmur, dengan penarikan sampel secara acak unit-unitnya berdasarkan pada proposionalnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
D. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau pihak yang terkait dalam penelitian. 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian. Mengenai data primer dan sekunder dapat dilihat rinciannya pada tabel 3.3 Tabel 3.3. Jenis dan Sumber Data yang digunakan dalam Penelitian Data yang diperlukan
Sifat Data Sk Kn
Pr Data Pokok 1. Identitas Responden a. Nama b. Umur c. Pendidikan Formal d. Jenis Kelamin e. Luas Lahan f. Status Kepemilikan Lahan 2. Dinamika Kelompok a. Tujuan kelompok b. Struktur kelompok c. Fungsi tugas d. Pembinaan dan pemeliharaan kelompok e. Kekompakan kelompok f. Suasana kelompok g. Tekanan kelompok h. Keefektifan kelompok 3. Kinerja a. Pemeliharaan jaringan b. Penarikan iuran c. Pembagian air d. Penegakan peraturan dan sanksi Data pendukung 1. Monografi Kec. Delanggu 2. AD ART P3A
Keterangan :
Pr : Pimer Kn : Kuantitatif
ü ü ü ü ü ü
Sumber Data Kl
Responden Responden Responden Responden Responden Responden
ü ü
ü ü ü ü
ü ü ü ü
Responden Responden Responden Responden
ü ü ü ü
ü ü ü ü
Responden Responden Responden Responden
ü ü ü ü
ü ü ü ü
Responden Responden Responden Responden
ü ü
Sk Kl
commit to user
: Sekunder : Kualitatif
Dinas Pertanian P3A
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
E. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi, Pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung kepada obyek penelitian sehingga akan memberikan gambaran yang jelas mengenai objek yang akan diteliti. Observasi menurut Usman (2000) adalah proses yang kompleks, yang tersusun dari proses biologis dan psikologis. Dalam menggunakan teknik observasi yang terpenting ialah mengandalkan pengamatan dan ingatan peneliti. 2. Wawancara, Pengumpulan data primer maupun data sekunder dengan mengajukan pertanyaan yang sistematis dan langsung kepada responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Slamet (2006) menyatakan teknik wawancara adalah cara yang dipakai untuk memperoleh informasi melalui kegiatan interaksi sosial antara peneliti dengan yang diteliti. Di dalam interaksi itu peneliti berusaha mengungkap gejala yang sedang diteliti melalui kegiatan tanya jawab. 3. Dokumentasi, teknik ini dilakukan melalui teknik pencatatan data yang diperlukan baik dari responden maupun dari instansi terkait yang ada hubungannya dengan penelitian ini, dokumentasi berupa foto-foto pada waktu diadakan penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Berikut adalah jenis-jenis data yang dikumpulkan dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas, yaitu: Tabel 3.4. Jenis Data yang dikumpulkan dari Metode Pengumpulan Data No Metode Pengumpulan Data 1 Observasi
Jenis Data Kondisi wilayah penelitian, Kegiatan responden
2
Wawancara
3
Dokumentasi
Identitasresponden,Unsur-unsurdinamika kelompok (Tujuan kelompok, Struktur kelompok, Fungsi tugas, pembinaan dan pemeliharaan, kekompakan kelompok, Suasana kelompok, tekanan kelompok, keefektivan kelompok), Kinerja P3A (pemeliharaan Saluran irigasi, penarikan iuran, Pembagian air, penegakan peraturan dan Sanksi) Foto-foto penelitian
F. Metode Analisis Data Dinamika kelompok P3A dibagi menjadi 3 kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah, begitu pula untuk kinerja P3A dibagi menjadi 3 kategori, yaitu tinggi, sedang, rendah. Kategori pengukurannya dengan menggunakan rumus lebar interval kelas, yaitu:
Kelas kategori :
nilai tertinggi - nilai terendah jumlah kelas
Untuk mengetahui hubungan dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten digunakan analisis korelasi digunakan untuk mencari keeratan hubungan antara dua variabel. Uji korelasi menggunakan Rank Spearman (rs) yang didukung dengan program SPSS versi 17 for windows.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Untuk mengetahui hubungan antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten digunakan analisis korelasi Rank Spearman (rs), dengan rumus : (Siegel, 1997) N
rs = 1 -
6å di 2 i =1
N2 - N
Keterangan : rs = koefisien korelasi rank spearman N = jumlah sampel petani di = selisih ranking antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A Untuk menguji tingkat signifikansi hubungan digunakan uji t karena sampel yang diambil lebih dari 10 (N>10) dengan tingkat kepercayaan 95% dengan rumus (Siegel, 1997) : t= rs
N -2 1 - (rs ) 2
Kesimpulan : 1. Jika t hitung ³ t tabel (a = 0,05) maka Ho ditolak, berarti ada hubungan signifikan antara unsur-unsur dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. 2. Jika t hitung < t tabel (a = 0,05) maka Ho diterima berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara unsur-unsur dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kecamatan Delanggu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Klaten yang terletak di daerah dengan ketinggian rata-rata 133 meter dpl. Luas wilayah
merupakan
potensi
yang
dimiliki
masyarakat
yang
dapat
dimanfaatkan secara optimal. Tata guna lahan dapat menggambarkan sejauhmana penduduk disuatu wilayah dapat mendayagunakan luas lahan yang ada agar lebih bermanfaat bagi masyarakat setempat. Luas kecamatan Delanggu kurang lebih 1.877,72 ha yang terdiri dari tanah sawah 1.334,41 ha, tanah kering 458,9 ha dan lain-lain sebesar 84,81 ha. Bentuk wilayah dari Kecamatan Delanggu adalah 99 persen datar sampai berombak dan 1 persen lainnya adalah daerah berombak sampai berbukit. Jarak Kecamatan Delanggu dengan pusat administratif adalah sebagai berikut : 1. Jarak dari Desa atau Kelurahan yang terjauh kurang lebih 0,7 Km. 2. Jarak dari Ibukota Kabupaten atau Kota kurang lebih 18 Km. 3. Jarak dari Ibukota Provinsi kurang lebih 99 Km. Adapun batas-batas wilayah dari Kecamatan Delanggu adalah sebagai berikut: 1. Sebelah utara
: Kecamatan Wonosari
2. Sebelah selatan : Kecamatan Ceper 3. Sebelah barat
: Kecamatan Polanharjo
4. Sebelah timur
: Kecamatan Wonosari
B. Keadaan Penduduk Keadaan penduduk di suatu daerah menggambarkan kondisi sosial ekonomi penduduk di daerah tersebut. Data keadaan penduduk di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten berdasarkan pada data Delanggu dalam angka pada tahun 2010 adalah sebagai berikut: commit to user 38
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk merupakan jumlah penduduk per satuan unit wilayah (Mantra, 2008). Kepadatan penduduk terdiri dari kepadatan geografis dan kepadatan agraris. Kepadatan geografis merupakan jumlah penduduk per satu km2 luas wilayah, sedangkan kepadatan penduduk agraris adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas lahan pertanian. Luas kecamatan Delanggu kurang lebih 1.877,72 ha sedangkan luas lahan pertaniannya 1.334,41 ha. Penduduk Kecamatan Delanggu berjumlah 44.760 jiwa, Kepadatan penduduk geografis dan agraris adalah sebagai berikut ini. 44.760 jiwa = 2384,65 = 2.385 jiwa / km 2 2 18,77km 44.760 jiwa Kepada tan PendudukAg raris = = 23,83 = 24 jiwa/ ha 1877,72 ha
Kepadatatan PendudukGeografis =
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat diketahui kepadatan penduduk geografis di Kecamatan Delanggu sebesar 2.385 jiwa/km2. yang artinya setiap 1 km2 ada 2.385 jiwa yang tinggal di dalamnya Sedangkan kepadatan penduduk agraris sebesar 24 jiwa/ha yang artinya setiap 1 Ha lahan pertanian rata-rata digarap oleh 24 orang. 2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Keadaan penduduk berdasarkan produktivitasnya dapat dilihat dari umur. Keadaan penduduk menurut umur dapat digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk usia produktif dan penduduk usia non produktif dalam kurun waktu tertentu di suatu wilayah. Menurut Mantra (2008), usia nonproduktif adalah usia 0–14 tahun dan ≥ 65 tahun sedangkan usia produktif adalah usia 15–64 tahun. Jumlah penduduk di Kecamatan Delanggu adalah sebesar 44.760 jiwa. Keadaan penduduk menurut umur dapat dilihat pada tabel 4.1.
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.1 Penduduk Kecamatan Delanggu menurut kelompok umur Tahun 2010 Laki-laki Perempuan Jumlah Kelompok umur (Jiwa) (Jiwa) Penduduk (tahun) (jiwa) 0-4 1.698 1.512 3.210 5-9 1.803 1.576 3.379 10-14 1.883 1.698 3.581 15-19 2.259 2.079 4.338 20-24 1.973 2.002 3.975 25-29 1.796 1.908 3.704 30-34 1.831 1.971 3.802 35-39 1.612 1.719 3.331 40-44 1.493 1.515 3.008 45-49 1.254 1.213 2.467 50-54 941 1.077 2.018 55-59 960 1.075 2.035 60-64 897 1.003 1.900 65 + 1.821 2.191 4.012 Jumlah 22.221 22.539 44.760 Sumber : BPS Kabupaten Klaten Terlihat dari tabel 4.1 bahwa penduduk di Kecamatan Delanggu terbanyak berada di kelompok umur 65+ tahun, yaitu sebanyak 4.012 jiwa, sedangkan yang paling sedikit berada pada kelompok umur 60-64 tahun, yaitu sebanyak 1.900 jiwa. Data penduduk menurut umur pada Tabel 4.1 dapat digunakan untuk menghitung Angka Beban Tanggungan (ABT) di Kecamatan Delanggu. ABT adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia non produktif (penduduk umur <14 tahun dan penduduk umur >65 tahun) dengan jumlah penduduk usia produktif (penduduk umur 15-64 tahun). Jumlah penduduk usia non produktif adalah 14.182 jiwa, dan penduduk usia produktif adalah 30.578 jiwa. Perhitungan ABT adalah sebagai berikut:
ABT =
=
Penduduk usia non produktif Penduduk usia produktif 14.182 x100 = 46,3798 = 46 30.578 commit to user
x 100
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan perhitungan diatas, diketahui besarnya Angka Beban Tanggungan yaitu sebesar 46. Artinya dalam setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 46 penduduk usia non produktif. Angka Beban Tanggungan di Kecamatan Delanggu tergolong besar karena dalam 100 penduduk usia produktif harus menanggung 46 penduduk usia non produktif. Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa penduduk Kecamatan Delanggu berjumlah 44.760 jiwa, yang terdiri dari 22.221 jiwa penduduk laki-laki dan 22.539 jiwa penduduk perempuan. Berdasarkan angka tersbut maka dapat dihitung sex ratio. Sex ratio adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan, Jika sex ratio kurang dari 100 maka jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dari jumlah penduduk perempuan. Jika sex ratio sama dengan 100 maka jumlah penduduk laki-laki sama dengan jumlah penduduk perempuan. Dan jika sex ratio lebih dari 100 maka jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan SexRatio =
JumlahPendudukLaki - laki 22.221 x100 = x100% = 98,58 JumlahPendudukPerempuan 22.539
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui besarnya sex ratio sebesar 98. Artinya dalam setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 98 orang penduduk laki-laki. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki dengan perbandingan yang tidak begitu besar. 3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Mata pencaharian
dapat
menggambarkan
besarnya
tingkat
pendapatan seseorang sehingga akan berpengaruh pada kehidupan sosial dalam masyarakat. Penduduk akan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki. Penduduk di Kecamatan Delanggu bekerja di berbagai sektor guna mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarga. Sektor yang paling dominan sebagai commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mata pencaharian penduduk Kecamatan Delanggu adalah sektor pertanian. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Delanggu Tahun 2011 No. Mata Pencaharian 1. Petani Pemilik 2. Petani Penggarap 3. Buruh Tani 4. Pengusaha Sedang/Besar 5. Pengrajin/Industri kecil 6. Buruh Industri 7. Buruh bangunan 8. Pedagang 9. Pengangkutan 10. PNS 11. ABRI 12. Pensiunan (ABRI/PNS) 13. Peternak Jumlah
Jumlah 3.189 1.025 2.311 1.115 2.794 3.133 1.475 1.732 823 1.108 304 1.729 346 21.084
Persentase 15,12 4,86 10,96 5,28 13,25 14,85 6,99 8,21 3,90 5,25 1,44 8,20 1,64 100,00
Sumber : Data Monografi Kecamatan Delanggu Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar (30,94 persen) penduduk Kecamatan Delanggu bekerja pada sektor pertanian, baik sebagai petani maupun buruh tani. Jenis pekerjaan lain memiliki persentase yang lebih kecil berturut-turut yaitu; buruh industri 14,85 persen, pengrajin/industri kecil 13,25 persen, pensiunan PNS/ABRI 8,20 persen, buruh bangunan 6,99 persen, pengusaha sedang/besar 5,28 persen, PNS 5,25 persen, pengangkutan 3,90, peternak 1,64 dan ABRI sebesar 1,44 persen. Data ini disimpulkan bahwa mata pencaharian dalam sektor pertanian masih memegang peranan utama bagi masyarakat di Kecamatan Delanggu dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. 4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk menunjukkan kualitas sumber daya manusia dalam suatu wilayah. Apabila diketahui tingkat pendidikan penduduk maka dapat diketahui pula kemampuan penduduk dalam menyerap berbagai pengetahuan yang ada. Hal ini dapat juga digunakan untuk mengetahui potensi penduduk secara umum. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten commit to user dapat dilihat pada Tabel 4.3.
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.3 Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Delanggu Tahun 2011 No. Jenjang Pendidikan 1. Belum sekolah 2. Tidak tamat SD 3. Tamat SD/sederajat 4. Tamat SLTP/sederajat 5. Tamat SLTA/sederajat 6. Tamat Akademi/sederajat 7. Tamat PT/sederajat Jumlah
Jumlah 1.373 568 13.856 13.392 12.599 2.941 1.280 46.009
Persentase 2,98 1,23 30,11 29,10 27,38 6,39 2,78 100,00
Sumber : Data Monografi Kecamatan Delanggu Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa tingkat kesadaran dari masyarakat Kecamatan Delanggu terhadapnya pentingnya pendidikan cukup tinggi. Hal tersebut dilihat dari sudah adanya penduduk Kecamatan Delanggu yang mengenyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi yaitu akademi dan sarjana. Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa penduduk Kecamatan Delanggu sebagian besar tamat SD/ sederajat yaitu sebesar 30,11 persen, sedangkan yang lain berturut-turut adalah tamat SLTP/sederajat 29,10 persen, tamat SMA/sederajat 27,38, tamat akademi/sederajat 6,39 persen, tamat Perguruan tinggi/sederajat 2,78 persen dan tidak tamat SD 1,23 persen. C. Keadaan Pertanian dan Peternakan Salah satu sektor utama dalam pembangunan di pedesaan adalah sektor pertanian. Keadaan pertanian di suatu wilayah dapat menjadi indikator kemampuan suatu wilayah dalam mencukupi kebutuhan pangan penduduk di wilayah tersebut. 1. Penggunaan Lahan Pertanian Kegiatan pertanian mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan. Kondisi pertanian yang baik harus didukung oleh tersedianya lahan usaha tani yang potensial, teknologi yang medukung, serta sumber daya manusia yang memadai untuk mengolah lahan usaha tani secara optimal. Luas penggunaan lahan pertanian di Kecamatan commit to user Delanggu dapat dilihat pada Tabel 4.4
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.4 Luas Penggunaan Lahan Pertanian di Kecamatan Delanggu Tahun 2011 Jenis Penggunaan Lahan a. Tanah Sawah Irigasi Teknis Irigasi setengah teknis Irigasi Sederhana b. Tanah Kering Jumlah
Luas (ha)
Persentase 842 58 101 635 1.636
51,46 3,54 6,17 38,8 100,0
Sumber: Data Monografi Kecamatan Delanggu Tahun 2011 Penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Delanggu yang terbesar adalah tanah sawah dengan pengairan irigasi teknis. Penggunaan lahan lainnya berturut-turut yaitu tanah kering 38,8 persen, irigasi sederhana 6,17 persen dan irigasi setengah teknis 3,54 persen. Tanah kering sebagian besar
dimanfaatkan
penduduk
untuk
bangunan
dan
pekarangan.
Pemanfaatan lahan-lahan tersebut dengan efisien dapat membantu penduduk setempat untuk mencukupi kehidupannya. 2. Kondisi Peternakan Peternakan di Kecamatan Delanggu diusahakan petani sebagai tabungan atau usaha sampingan. Hewan ternak dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan gizi seperti daging dan telur yang merupakan sumber protein hewani. Hewan ternak dapat dimanfaatkan tenaganya dalam kegiatan usahatani seperti kerbau yang digunakan untuk membajak sawah. Selain itu, kotoran ternak juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk kandang atau pupuk organik. Kecamatan Delanggu memiliki beragam hewan ternak. Berikut merupakan data hewan beserta jumlahnya yang ada di Kecamatan Delanggu yang tersaji dalam tabel 4.5. Tabel 4.5. Ternak dan Unggas di Kecamatan Delanggu No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis ternak/ unggas (ekor) Jumlah (ekor) Sapi biasa 310 Kerbau 86 Kambing 1.095 Kuda 9 Ayam 22.250 Itik 9.665 commit to user Sumber: Data Monografi Kecamatan Delanggu Tahun 2011
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa terdapat berbagai macam hewan yang diternakkan di Kecamatan Delanggu. Ayam merupakan jenis ternak yang paling banyak dipelihara masyarakat Kecamatan Delanggu. Hal ini dikarenakan ayam merupakan jenis ternak yang memang dikembangkan dengan tujuan sebagai usaha sampingan. Produk ayam baik berupa telur dan daging sangat disukai oleh masyarakat. Telur ayam merupakan bahan protein hewani yang mudah diperoleh dan digemari masyarakat umumnya. Itik, kambing dan sapi juga banyak dikembangkan oleh penduduk Kecamatan Delanggu. Jenis ternak-ternak tersebut selain hasilnya dapat dijadikan tabungan bagi pemiliknya, kotorannya dapat digunakan dalam budidaya usahatani yaitu dapat dibuat pupuk. D. Keadaan Sarana Perekonomian Sarana perekonomian merupakan penunjang dalam perekonomian sekaligus mempermudah pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Kegiatan perdagangan atau jual beli dapat menjadi mudah dengan adanya sarana perekonomian seperti pasar. Sarana perekonomian dapat pula menunjang pendapatan penduduk dan dapat menyerap tenaga kerja di suatu wilayah. Keberadaan sarana perekonomian di suatu wilayah merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan untuk mendukung laju kegiatan perekonomian penduduk di wilayah tersebut. Semakin banyak terjadi kegiatan jual beli maka akan semakin tinggi pula laju kegiatan perekonomian penduduk, dan akan semakin besar pula tingkat pendapatan daerah. Dengan adanya sarana perekonomian maka dapat mempermudah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan juga dapat menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Adapun sarana perekonomian di Kecamatan Delanggu dapat dilihat pada tabel 4.6.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6. Sarana Perekonomian di Kecamatan Delanggu No Sarana Perekonomian 1. Koperasi a. KUD b. BKK c. BPKD d. Badan-badan Kredit 2. Pasar Umum 3. Toko/ kios/ warung 4. Bank 5. Lumbung Desa 6. Stasiun Bus 7. Perusahaan/ usaha a. Industri - Besar dan sedang - Kecil - Rumah tangga b. Perhotelan c. Rumah/ warung makan d. Perdagangan e. Angkutan f. Lain-lain
Jumlah 2 1 1 5 1 249 7 16 1
2 117 73 1 12 67 3 3
Sumber: Data Monografi Kecamatan delanggu Tahun 2011 Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang terbanyak yaitu berupa Toko/kios/warung yaitu sebanyak 249 unit. Pada urutan kedua yaitu industri kecil sebanyak 117 unit, dan pada ururan ketiga yaitu industri rumah tangga sebanyak 89 unit. Toko/ kios/ warung yang ada di kecamatan Delanggu meliputi toko kelontong, alat tulis, listrik, alat pertanian, bangunan, dan lain-lain yang berfungsi untuk menyediakan bahan-bahan kebutuhan masyarakat sehari-hari, kebutuhan sarana produksi,
serta
pemasaran hasil produksi. Dengan adanya berbagai sarana perekonomian tersebut diharapkan dapat meningkatkan laju perekonomian masyarakat. Kecamatan Delanggu juga memiliki koperasi, baik KUD, BKK, BPKD maupun badan-badan kredit lainnya. Adanya koperasi diharapkan dapat membantu masyarakat yang ada di Kecamatan Delanggu untuk bisa mendapatkan kredit pinjaman modal. Dengan adanya berbagai sarana perekonomian di Kecamatan Delanggu diharapkan dapat meningkatkan laju commit to user perekonomian masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) merupakan suatu organisasi yang bergerak dalam bidang pertanian khususnya dalam bidang pengelolaan irigasi atau pengairan. Anggota P3A sendiri terdiri dari semua petani yang ada di Kecamatan Delanggu. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) bertujuan untuk mendayagunakan irigasi yang ada di dalam petak tersier guna untuk kesejahteraan para petani. Di Kecamatan Delanggu terdiri dari 16 Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang berada di masing-masing desa. Dengan adannya P3A diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air irigasi lahan pertanian para petani, sehingga dapat meningkatkan produksi serta kesejahteraan para petani di Kecamatan Delanggu. 1. Perkumpulan Petani Desa Bowan (Rukun Tani) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Rukun Tani terletak di Desa Bowan Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. P3A Rukun Tani diketuai oleh Bapak Surahman. Anggota P3A Tani Mulyo berjumlah sekitar 140 petani. Kegiatan dari P3A Rukun Tani sudah berjalan baik. Pengairan lahan pertanian juga berjalan dengan rutin. Setiap lahan pertanian petani yang di aliri air, para petani ditarik iuran berkisar antara Rp 5.000 – Rp 10.000, hal ini tergantung luas maupun umur tanaman padi yang ditanam, semakai tua umur tanaman padi maka jumlah iuran juga bertambah. 2. Perkumpulan Petani Desa Jetis (Tani Makmur) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Tani Makmur terletak di Desa Jetis Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. P3A Tani Makmur diketuai oleh Bapak Suliyo. P3A Tani Makmur memiliki SK Bupati dengan nomor 411.6/703/98 pada tanggal 15 Mei 1998. Anggota P3A Tani Makmur berjumlah sekitar 140 petani. Kontur wilayah Desa Jetis yang tidak datar membuat lahan di Desa Jetis sering kesulitan air, hal ini membuat para
commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
pengurus dan para anggota bekerja lebih giat dan bekerjasama dalam pengaturan air irigasi. Dalam setiap satu aliran para anggota harus membayar sekitar 10.000-15.000, iuran tersebut dikumpulkan dan digunakan untuk membayar penjaga pintu air serta juga digunakan sebagai kas P3A Tani Makmur. Apabila ada petani yang tidak bisa membayar, biasanya diberi kelonggaran sampai 3 kali, dan apabila dalam 3 kali tidak membayar terpaksa tidak diberi air sampai petani tersebut bisa membayar. 3. Perkumpulan Petani Desa Krecek (Tani Mulyo) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Tani Mulyo terletak di Desa Krecek Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. P3A Tani Mulyo diketuai oleh Bapak Kadiyo. P3A Tani Mulyo memiliki SK Bupati dengan nomor 411.6/1585/1996 pada tanggal 4 Maret 1996. Anggota P3A Tani Mulyo berjumlah sekitar 150 petani. Desa Krecek tergolong desa yang mudah dalam mendapatkan aliran air irigasi, sehingga para anggotannya hanya dikenai biaya yang tidak terlalu mahal, yaitu sebesar Rp 5.000 setiap aliran. Kegiatan pemeliharaan saluran irigasi biasanya dilakukan setiap tiga bulan sekali dan bergotong royong antar anggota P3A Tani Mulyo. 4. Perkumpulan Petani Desa Delanggu (Ngudi Makmur) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Ngudi Makmur terletak di Desa Delanggu Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. P3A Ngudi Makmur diketuai oleh Bapak Teguh. Anggota P3A Ngudi Makmur berjumlah sekitar 130 petani. Kegiatan P3A Ngudi Makmur sudah berjalan cukup baik, hal ini terlihat dari iuran rutin yang dilaksanakan di P3A Ngudi Makmur. Dalam setiap satu aliran para anggota biasannya membayar sekitar Rp 10.000, iuran tersebut dikumpulkan digunakan sebagai kas P3A Ngudi Makmur. P3A Ngudi makmur dalam melaksanakan kegiatan rapat rutin sudah memiliki gubuk pertemuan sendiri, walaupun gubuk pertemuan tersebut masih sangat sederhana tapi selalu digunakan dalam kegiatan P3A Ngudi Makmur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
B. Identitas Responden Identitas responden dari sampel penelitian adalah identitas petani yang menjadi anggota Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang meliputi, umur, pendidikan formal, luas lahan dan status penguasaan lahan. Identitas responden dapat dilihat pada tabel 5.1 Tabel 5.1 Distribusi responden menurut identitas responden No. 1.
2.
3.
Identitas Responden Umur responden a. Usia produktif (15-64 tahun) b. Usia nonproduktif (≥ 65 tahun) Jumlah Tingkat pendidikan formal a. Tidak bersekolah b. Tidak tamat SD c. Tamat SD d. Tamat SMP e. Tamat SMA f. D1/D2/D3/S1 Jumlah Status Penguasaan dan Luas Lahan (Ha) a. Pemilik Penggarap 1) 0 - 0,5 2) 0,56 - 1 3) 1,1 - 1,5 b. Penyakap 1) 0 - 0,5 2) 0,56 - 1 3) 1,1 - 1,5 Jumlah
Jumlah
Persentase
36 4 40
90 10 100
3 0 9 14 14 0 40
7,5 0 22,5 35 35 0 100
29 3 0
72,5 7,5 0
8 0 0
20 0 0
40
100
Sumber : Analisis Data Primer 1. Umur Responden Umur responden dibedakan menjadi dua yaitu umur yang tergolong produktif (penduduk umur 15-64 tahun) dan umur yang tergolong non produktif (penduduk umur >65 tahun) (Mantra, 2008). Dari tabel 5.1 menunjukan bahwa mayoritas responden berada pada usia produktif yaitu 1564 tahun sebanyak 36 orang (90 %) sedangkan responden yang tergolong dalam usia non produktif sebanyak 4 responden (10 %). Pada umumnya responden yang memiliki usia produktif memiliki semangat yang lebih tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Selain itu, umur akan mempengaruhi kondisi seorang responden dalam melakukan aktivitas, terlebih lagi kegiatan pertanian membutuhkan tenaga yang cukup besar. 2. Tingkat Pendidikan Formal Pendidikan formal petani merupakan jenjang sekolah yang diperoleh responden dari bangku sekolah. Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini cukup beragam mulai dari tidak bersekolah hingga mencapai tingkat SMA. Sebanyak 14 responden (35 %) menempuh pendidikan hingga SMA, hal ini juga sama pada tingkat SMP yaitu sebanyak 14 responden (35 %); selain itu sebanyak 9 responden (22,5 %) lulusan SD dan sisanya atau sebanyak 3 orang (7,5 %) tidak bersekolah. Jadi berdasarkan tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden sudah sadar akan pentingnya pendidikan. Tingkat pendidikan responden tergolong sedang, dimana jumlah responden dengan tingkat pendidikan SMP dan SMA berjumlah 70 %. Meskipun tingkat pendidikan responden tergolong sedang, namun responden aktif dalam mengikuti kegiatan yang diadakan oleh P3A. Sebagian besar responden sudah memiliki kemampuan untuk membaca dan menulis yang baik. Hal ini dapat menunjang kelancaran aktivitas Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), misalnya dalam hal administrasi. Semua anggota dapat dengan mudah memantau tranparansi keuangan maupun kesekretariatan. 3. Status Penguasaan dan Luas Lahan Status penguasaan lahan sebesar 80 % merupakan pemilik penggarap. Responden di wilayah penelitian sebagian besar memang memiliki lahan dan mengerjakannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih menggantungkan usahatani sebagai sumber pemenuhan kebutuhan. Sedangkan sebanyak 8 orang (20 %) adalah penyakap. Sistem sakap yang berlaku di wilayah penelitian adalah masing-masing pihak mendapatkan setengah bagian atau biasa disebut paron.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Luas lahan yang dimiliki oleh responden pemilik penggarap adalah nol sampai 0,5 hektar sebesar 72,5 % dan 7,5 % memiliki luas lahan 0,56 sampai satu hektar. Rata-rata lahan yang dimiliki oleh petani di wilayah Kecamatan Delanggu memang tidak terlalu luas hanya 0,5 hektar, sedangkan petani penyakap mengusahakan lahan seluas nol sampai 0,5 hektar sebesar 20 %. C. Dinamika Kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu Dinamika kelompok adalah gerakan bersama yang dilakukan oleh anggota kelompok secara serentak dan bersama-sama dalam melaksanakan seluruh kegiatan kelompok dalam mencapai tujuannya. Analisis dinamika kelompok berdasarkan pendekatan psikososial dimaksudkan untuk melakukan kajian terhadap segala sesuatu yang berpengaruh terhadap perilaku anggota kelompok dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan bersama (tujuan kelompok) Dinamika kelompok terdiri dari unsur-unsur yaitu; tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan dan pemeliharaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan kelompok dan keefektifan kelompok. Rumus yang digunakan untuk mengetahui dinamika kelompok di Kecamatan Delanggu menggunakan rumus lebar interval : Kelas Kategori :
nilai tertinggi - nilai terendah jumlah kelas
Dinamika kelompok menguraikan kekuatan-kekuatan yang terdapat di dalam maupun di lingkungan kelompok yang akan menentukan perilaku anggota kelompok dan perilaku kelompok untuk bertindak atau melaksanakan kegiatan demi tercapainya tujuan bersama. Hasil analisis dari unsur-unsur dinamika kelompok P3A di Kecamatan Delanggu disajikan dalam tabel 5.2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Dinamika Kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air di Kecamatan Delanggu Dinamika Kelompok Tujuan Kelompok (X1)
Kategori Rendah Sedang Tinggi
Skor 3–5 5,1 – 7 7,1 – 9
Frekuensi 9 21 10
Rendah Sedang Tinggi
3–5 5,1 – 7 7,1 – 9
11 14 15
27,5 35,0 37,5
6,45
Rendah Sedang Tinggi
5 – 8,33 8,34 – 11,67 11,68 – 15
2 19 19
5,00 47,5 47,5
11,55
Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok (X4)
Rendah Sedang Tinggi
2 – 3,33 3,34 – 4,67 4,68 – 6
16 19 5
40,0 47,5 12,5
3,70
Kekompakan Kelompok (X5)
Rendah Sedang Tinggi
6 – 10 10,1 – 14,1 14,2 – 18
8 20 12
20,0 50,0 30,0
12,75
Suasana Kelompok (X6)
Rendah Sedang Tinggi
4 – 6,67 6,68 – 9,35 9,36 – 12
3 12 25
7,50 30,0 62,5
9,55
Rendah Sedang Tinggi
3–5 5,1 – 7 7,1 – 9
6 15 19
15,0 37,5 47,5
7,20
Rendah Sedang Tinggi
2 – 3,33 3,34 – 4,67 4,68 – 6
3 12 25
7,50 30,0 62,5
4,85
Rendah Sedang Tinggi
28 – 46,67 46,68 – 65,35 65,36 – 84
2 17 21
5,00 42,5 52,5
Struktur Kelompok (X2)
Fungsi Tugas (X3)
Tekanan Kelompok (X7)
Keefektivan Kelompok (X8)
Dinamika Kelompok (XTOTAL)
Prosentase 22,5 52,5 25,0
Mean 6,22
62,27
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian dan tersaji dalam tabel 5.2, maka dapat diketahui bahwa dinamika kelompok tergolong sedang yaitu dengan nilai means sebesar 62,27. Sebanyak 21 responden (52,5 %) dalam kategori tinggi, 17 responden (42,5 %) kategori sedang serta 2 responden (5 %) termasuk dalam kategori rendah. Tingkat kedinamisan kelompok akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
memberikan pengaruh positif bagi aktivitas kelompok, terutama berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dalam mencapai tujuan P3A. P3A di Kecamatan Delanggu harus terus ditingkatkan dan dijaga keberadaannya, sehingga nantinya kelompok tersebut benar-benar bisa menjadi wadah bagi petani untuk mengurusi irigasi guna mengairi lahan pertanian serta meningkatkan produksi pertanian guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota P3A. Berikut diuraikan masing-masing unsur dari dinamika kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu : 1. Tujuan Kelompok (group goal) Tujuan kelompok merupakan hasil akhir atau keadaan yang diinginkan oleh semua anggota kelompok. Setiap anggota kelompok harus dilibatkan dalam perumusan tujuan, sehingga setiap anggota kelompok dapat memahami dan mengetahui tujuan kelompoknya. Tujuan kelompok juga harus disesuaikan dengan kebutuhan anggotanya sehingga nantinya anggota mempunyai semangat untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa tujuan kelompok P3A menunjukkan sebanyak 10 responden (22,5 %) berada dalam kategori tinggi. Sebanyak 21 responden (52,5 %) berada dalam kategori sedang dan sebanyak 9 responden (25 %) berada dalam kategori rendah. Besar nilai means dalam tujuan P3A adalah sebesar 6,22, sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan P3A barada dalam kategori sedang. Tujuan dibentuknya Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah mendayagunakan air irigasi yang tersedia didalam petak tersier untuk kesejahteraan masyarakat tani. Hampir semua responden mengetahui dan mampu menyebutkan tujuan P3A karena dilibatkan dalam merumuskan tujuan P3A. Dengan keterlibatan anggota dalam perumusan tujuan, maka tujuan disesuaikan dengan kebutuhan para petani anggota P3A di kecamatan Delanggu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
2. Struktur Kelompok (group structure) Struktur kelompok (group structure) yaitu suatu pola yang teratur tentang bentuk tata hubungan antar individu dalam kelompok yang juga melukiskan kedudukan dan peran masing-masing. Struktur kelompok diukur dari ada atau tidaknya susunan pengurus, pengetahuan anggota tentang susunan pengurus dan kesesuaian susunan pengurus dengan struktur yang sudah ada. Berdasarkan tabel 5.2 maka dapat diketahui bahwa struktur kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori sedang, nilai means sebesar 6,45 dan termasuk dalam kategori sedang. sebanyak 15 responden (37,5 %) dalam kategori tinggi, sebanyak 14 responden (35 %) dalam kategori sedang dan sebanyak 11 responden (27,5 %) termasuk dalam kategori rendah. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu sudah memiliki struktur kelompok. Sebagian besar responden mampu menyebutkan struktur kelompok P3A, namun kadang ada juga anggota P3A yang tidak mampu menyebutkan siapa yang menduduki jabatan dalam struktur kepengurusan tersebut. Hal ini berarti pelaksanaan kepengurusan dalam struktur belum sepenuhnya dapat dimonitoring oleh anggota. Selain itu masih banyak dari anggota yang menyatakan bahwa kepengurusan yang ada belum sesuai dengan struktur kelompok, sehingga perlu adannya perombakan-perombakan kepengurusan. 3. Fungsi tugas (task function) Fungsi tugas (task function), yaitu seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok sesuai dengan fungsi dan kedudukannya dalam struktur kelompok, meliputi kesesuaian tugas pengurus dengan wewenang serta pengetahuan anggota terhadap tugas pengurus. Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebanyak 19 responden (47,5 %) berada dalam kategori tinggi. Sebanyak 19 responden (47,5 %) berada dalam kategori sedang dan sebanyak 2 responden (5 %) berada dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
kategori rendah. Besarnya nilai means pada fungsi tugas P3A adalah sebesar 11,55, sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi tugas P3A barada dalam kategori sedang. Beberapa responden mengetahui tugas setiap pengurus, namun juga ada yang hanya mengetahui sebagian tugas pengurus. Dengan mengetahui tugas pengurus diharapkan para anggota dapat memonitoring tanggung jawab dari setiap pengurus P3A. Beberapa pengurus belum memahami tugasnya dengan baik, sehingga dalam melaksanakan tanggungjawabnya masih belum optimal sebagai pengurus P3A. 4. Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok (group building and maintenance) Pembinaan
dan
pemeliharaan
kelompok
(group
building
and
maintenance), merupakan upaya kelompok untuk tetap memelihara dan mengembangkan kehidupan kelompok, meliputi ada tidaknya pembinaan serta ketersediaan fasilitas kelompok. Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan pembinaan dan pemeliharaan kelompok di Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Kecamatan Delanggu tergolong sedang. Sebanyak 5 responden (12,5 %) dalam kategori tinggi, 19 responden (47,5 %) dalam kategori sedang dan 16 responden (40 %) dalam kategori rendah. Nilai means pada pembinaan dan pemeliharaan P3A sebesar 3,70 dan termasuk dalam kategori sedang. Upaya yang terkait pembinaan dan pemeliharaan P3A sudah dilakukan namun yang terkait dengan irigasi pertanian intensitasnya masih jarang sekali. Pembinaan terkait pengairan dilakukan bersamaan dengan penyuluhan pertanian saat akan musim tanam tiba, itupun dilakukan kurang rutin. Kegiatan pembinaan di Kecamatan Delanggu kebanyakan terkait dengan usaha tani seperti budidaya padi, pemupukan tanaman, hama dan penyakit serta pengolahan lahan. Pembinaan kelompok dilakukan oleh PPL dari UPTD Kecamatan Delanggu serta dilakukan oleh para pengurus kepada para anggota P3A.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Fasilitas yang dimiliki oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu hanya berupa ruang pertemuan yang digunakan untuk rapat, ruang pertemuan tersebut masih sangat sederhana dan tidak semua P3A memiliki ruang pertemuan sendiri. Ruang pertemuan masih sangat sederhana sekali berupa gubug permanen yang berada di areal persawahan yang digunakan untuk kegiatan pertemuan P3A. 5. Kekompakan kelompok (group cohesiveness) Kekompakan kelompok (group cohesiveness), yaitu rasa keterikatan anggota kelompok terhadap kelompoknya, Untuk mengukur kekompakan kelompok dengan mengetahui kerjasama anggota, solidaritas anggota serta kemampuan ketua dalam memimpin kelompok. Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebanyak 12 responden atau sebesar 30 % dalam kategori tinggi, 20 responden (50 %) dalam kategori sedang dan 8 responden (20 %) berada dalam kategori rendah. Nilai means pada kekompakan kelompok P3A sebesar 12,75, hal ini berarti kekompakan kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) termasuk dalam kategori sedang. Kerjasama anggota dan kekompakan anggota P3A tercermin dalam kegiatan membersihkan saluran irigasi yang dilakukan secara bekerjasama serta gotong royong antar anggota P3A. Hal lain yang menyebabkan kelompok P3A kompak adalah kemampuan pemimpin yang mampu menumbuhkan rasa kebersamaan di dalam kelompok, sehingga ketika ada perbedaan pendapat dapat diselesaikan dengan mudah tanpa menimbulkan masalah yang lebih besar. Rasa solidaritas tercermin dengan ikut merasakannya anggota terhadap permasalahan yang sedang dihadapi anggota lain baik dalam masalah kekurangan air, benih, pupuk dan keuangan. Namun terkadang karena para petani juga kekurangan air, benih, pupuk maupun keuangan jadi tidak bisa membantu petani lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
6. Suasana kelompok (group atmosphere) Suasana kelompok (group atmosphere), yaitu lingkungan fisik dan nonfisik yang akan mempengaruhi perasaan setiap anggota kelompok terhadap kelompoknya, suasana kelompok diukur melalui komunikasi anggota dengan ketua, hubungan antar anggota, keikutsertaan dalam rapat serta kebebasan dalam berpartisipasi. Berdasarkan Tabel 5.2, dapat diketahui bahwa sebanyak 25 responden atau sebesar 62,5 % responden tergolong ke dalam kategori tinggi, 12 responden (30 %) termasuk kategori sedang dan 3 responden (7,5 %) dalam kategori rendah. Nilai means yaitu sebesar 9,55, hal ini menunjukkan bahwa suasana kelompok P3A termasuk dalam kategori tinggi. Suasana kelompok tercermin dalam interaksi antar anggota P3A maupun antar anggota dengan ketua P3A. Suasana kelompok P3A berada dalam kategori tinggi, hal ini berarti bahwa semua anggota dapat menjalin hubungan kerjasama maupun komunikasi, baik antar anggota P3A maupun antar anggota P3A dengan ketua P3A. Dengan terjalin komunikasi yang baik, sehingga dapat tercipta suasana kelompok yang saling mendukung antar anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain. Selain itu, semua anggota kelompok juga aktif hadir dalam rapat rutin serta diberikan kesempatan yang sama dalam berpartisipasi maupun mengeluarkan pendapat di dalam kegiatan kelompok. Walaupun diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan pendapat, namun terkadang hanya yang aktif berbicara saja yang mengeluarkan pendapat, sedangkan anggota lain tidak berpendapat. Suasana kelompok yang mendukung diharapkan mampu membuat anggota termotivasi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kelompok guna mencapai tujuan P3A. 7. Tekanan kelompok (group pressure) Tekanan kelompok (group pressure), yaitu tekanan atau ketegangan dalam kelompok yang menyebabkan kelompok tersebut berusaha keras mencapai tujuan kelompok. Adapun untuk mengukur tekanan kelompok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
dengan mengetahui pemberlakuan peraturan, sanksi terhadap pelanggaran serta motivasi anggota dalam mematuhi peraturan Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa tekanan kelompok dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) tergolong tinggi, yaitu dengan nilai means sebesar 7,20. Hal ini berarti bahwa pemberlakuan peraturan dan sanksi membuat anggota semakin tertib. Anggota terdorong untuk mentaati peraturan dan sanksi karena menganggap hal ini baik bagi kelompok dan memang sudah seharusnya hal tersebut dilakukan. Anggota P3A tidak terpaksa untuk menaati peraturan, hal ini terdorong atas kesadaran dari masing-masing anggota P3A. 8. Keefektifan kelompok (group effectiveness) Keefektifan
kelompok
(group
effectiveness),
yaitu
keberhasilan
kelompok untuk mencapai tujuannya, yang dapat dilihat pada tercapainya keadaan atau perubahan-perubahan yang memuaskan anggotanya, Mengukur keefektifan kelompok ditunjukkan dari keberhasilan tujuan kelompok serta kepuasan anggota. Keefektifan kelompok berdasarkan tabel 5.2 tergolong tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan nilai means yang menunjukkan angka 4,85. Hal ini berarti tujuan kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) telah tercapai, sehingga anggota P3A sudah puas dengan adannya Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Anggota P3A merasa bahwa air irigasi sudah mampu mencukupi kebutuhan air yang ada di lahan pertanian mereka. Dinamika kelompok masing-masing Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian dan tersaji pada lampiran 9, maka dapat diketahui dan dilihat tingkat dinamika kelompok masingmasing Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Dinamika kelompok P3A Rukun Tani Desa Bowan tergolong dalam kategori sedang dengan nilai mean sebesar 61,50, dinamika kelompok P3A Tani Makmur Desa Jetis tergolong dalam kategori sedang dengan nilai mean 63,60, dinamika kelompok P3A Tani Mulyo Desa Krecek tergolong dalam kategori sedang dengan nilai mean sebesar 64,72 sedangkan P3A
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Ngudi Makmur Desa Delanggu tergolong dalam kategori sedang dengan nilai mean 58,67. Dari keempat sampel P3A di Kecamatan Delanggu, tingkat dinamika kelompok semuannya berada dalam kategori sedang. Berdasarkan urutan dari yang terbesar ke yang terkecil adalah P3A Tani Mulyo (64,72), P3A Tani Makmur (63,60), P3A Rukun Tani (61,50) dan P3A Ngudi Makmur (58,67). Tingkat kedinamisan kelompok perlu lebih ditingkatkan lagi agar P3A benar-benar menjadi wadah dan selalu memberikan manfaat kepada para petani khususnya dalam hal pemenuhan dan pengelolaan air irigasi di tingkat desa atau petak tersier. D. Kinerja Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu Kinerja atau performance menurut Prawirosentono (1999) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan tugas dan wewenangnya dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Adapun yang menjadi ukuran kinerja P3A terdiri dari: pengelolaan dan pemeliharaan sistem irigasi, operasi jaringan irigasi seperti pembagian air, pengaturan dan pengumpulan iuran dan pelaksanaan peraturan P3A. Rumus yang digunakan untuk mengukur Kinerja P3A adalah: Kelas kategori :
nilai tertinggi - nilai terendah jumlah kelas
Kriteria tingkat kinerja Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) meliputi tugas-tugas atau kegiatan yang dilakukan oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten yang meliputi pemeliharaan jaringan irigasi, penarikan iuran, pembagian air dan penegakan peraturan dan sanksi. Hasil analisis tentang Kinerja Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten disajikan dalam tabel 5.3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Kinerja pada Perkumpulan Petani Pemakai Air di Kecamatan Delanggu Kinerja P3A Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Y1)
Penarikan Iuran (Y2)
Pembagian Air (Y3)
Penegakan Peraturan dan Sanksi (Y4)
Kinerja P3A (YTOTAL)
Kategori Rendah Sedang Tinggi
Skor 2 – 3,33 3,34 – 4,67 4,68 – 6
Frekuensi 5 7 28
Prosentase 12,5 17,5 70,0
Mean
Rendah Sedang Tinggi
3–5 5,1 – 7 7,1 – 9
11 23 6
27,5 57,5 15,0
Rendah Sedang Tinggi
3–5 5,1 – 7 7,1 – 9
1 20 19
2,50 50,0 47,5
7,52
Rendah Sedang Tinggi
2 – 3,33 3,34 – 4,67 4,68 – 6
3 11 26
7,50 27,5 65,0
4,77
Rendah Sedang Tinggi
10 – 16,67 16,68 – 23,35 23,36 – 30
0 18 22
0,00 45,0 55,0
4,77 6,17
23,25
Sumber : Analisis Data primer Berdasarkan tabel hasil analisis 5.3 menunjukkan bahwa tingkat kinerja pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu tergolong sedang, dengan nilai means sebesar 23,25. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) memberikan manfaat bagi anggota P3A khusunya dalam hal pengairan lahan petanian. Kinerja P3A di Kecamatan Delanggu berdasarkan analisis adalah sebagai berikut: 1. Pemeliharaan Jaringan Irigasi Pemeliharaan jaringan irigasi yaitu adalah upaya menjaga dan memelihara jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar air irigasi. Pemeliharaan jaringan irigasi diukur dari frekuensi pemeliharaan jaringan serta tindakan perbaikan jika terjadi kerusakan Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa tingkat kinerja P3A dalam pemeliharaan jaringan irigasi tergolong tinggi, yaitu dengan nilai means sebesar 4,77. Pemeliharaan yang dilakukan P3A dapat berupa pemeliharaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
rutin, seperti pembersihan saluran irigasi dari sampah maupun perbaikan bangunan saluran irigasi yang rusak. Semua anggota P3A ikut serta bekerja bakti gotong royong dalam pemeliharaan jaringan irigasi, hal ini didorong oleh rasa saling memiliki dan mengerti pentingnya saluran irigasi bagi anggota P3A, kegiatan ini biasannya dilakukan melihat kondisi yang ada di lapang, jika saluran irigasi sudah kotor atau rusak maka anggota akan gotong royong membersihkan saluran irigasi. Khusus jika bangunan saluran irigasi rusak, maka anggota P3A yang mengetahui akan melaporkan kepada pengurus, dan pengurus akan berupaya memperbaiki saluran irigasi yang rusak, baik dari uang kas P3A, mengajukan proposal bantuan maupun iuran dari para anggota P3A. 2. Penarikan Iuran Pengumpulan iuran dari setiap petani anggota P3A yang digunakan untuk kegiatan P3A. Pengukuran terhadap penarikan iuran meliputi jumlah iuran, intensitas penarikan iuran, serta transparansi keuangan. Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa tingkat penarikan iuran tergolong sedang, dengan nilai means sebesar 6,17. Jumlah iuran di setiap P3A di Kecamatan Delanggu jumlahnya berbeda-beda. Iuran dibayarkan ketika lahan dari setiap anggota P3A terairi oleh air irigasi, biasannya lahan para petani dialiri air irigasi setiap seminggu sekali. Penarikan iuran dilakukan oleh pelaksana teknis. Para anggota P3A membayarkan uang iuran irigasi kepada pelaksana teknis, setelah uang iuran terkumpul baru disetorkan dan dicatat oleh bendahara. Bendahara mencatat iuran dan melaporkan jumlah iuran yang terkumpul kepada para anggota saat rapat rutin P3A. 3. Pembagian Air Pembagian air merupakan kegiatan membagi air di bangunan-bagi, kegiatan pembagian air dimaksudkan agar air irigasi dapat merata di setiap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
areal persawahan anggota P3A. Pembagian air diukur dari kecukupan air, penilaian pergiliran air serta pernah tidaknya mendapat air. Pembagian air di Kecamatan Delanggu tergolong tinggi, dengan nilai means sebesar 7,52. Hal ini berarti sistem pengairan yang ada di Kecamatan Delanggu sudah cukup baik dan mencukupi para anggota P3A. Para petani di Kecamatan Delanggu kebanyakan masih menggunakan cara tradisional dalam tekhnik budidaya padinya, varietas yang ditanam seperti IR 64, memberamo dan ciherang, sehingga dalam sistem tanamnya menggunakan air yang harus rutin dan teratur. Dalam pengaturan air irigasi ada petugas yang mengawasi dalam setiap pelaksanaan pembagian air irigasi, sehingga dengan pengawasan tersebut diharapkan air dapat merata dan mencukupi para petani. 4. Penegakan Peraturan dan Sanksi Penegakan peraturan dan sanksi yaitu upaya yang dilakukan agar peraturan dan sanksi dapat dilaksanakan dengan baik. Penegakan peraturan dan sanksi diukur dari tindakan yang dilakukan kepada anggota jika tidak membayar iuran serta tidak ikut pemeliharaan jaringan irigasi Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa penegakan peraturan dan sanksi di Kecamatan Delanggu tergolong tinggi, yaitu sebesar 4,77. Pemberlakuan sanksi dilakukan apabila ada anggota P3A yang tidak membayar iuran maupun tidak ikut pemeliharaan irigasi. Sanksi beragam dan berbeda-beda, dari diberi peringatan, sampai berupa hukuman misalnya tidak diberi air maupun harus membayar denda. Seperti halnya yang terjadi di P3A Tani Makmur Desa Jetis, apabila ada petani yang tidak membayar iuran irigasi sampai 3 kali maka akan diberi sanksi berupa tidak mendapatkan air sampai petani tersebut membayar iuran irigasi, begitu juga apabila ada anggota yang tidak ikut gotong royong pemeliharaan saluran irigasi akan mendapatkan teguran secara lisan, maupun membayar sejumlah uang denda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Kinerja masing-masing Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian dan tersaji pada lampiran 9, maka dapat diketahui tingkat kinerja masing-masing P3A. Kinerja P3A Rukun Tani Desa Bowan tergolong dalam kategori tinggi dengan nilai mean sebesar 23,40, kinerja P3A Tani Makmur Desa Jetis tergolong dalam kategori tinggi dengan nilai mean 24,30, kinerja P3A Tani Mulyo Desa Krecek tergolong dalam kategori sedang dengan nilai mean sebesar 23,27 sedangkan P3A Ngudi Makmur Desa Delanggu tergolong dalam kategori sedang dengan nilai mean 21,80. Dari keempat sampel P3A di Kecamatan Delanggu, tingkat kinerja berbeda-beda, ada yang berada dalam kategori sedang dan ada yang berada dalam kategori tinggi, diurutkan tingkat kinerja P3A dari yang terbesar ke yang terkecil adalah P3A Tani Makmur (24,30), P3A Rukun Tani (23,40), P3A Tani Mulyo (23,27) dan P3A Ngudi Makmur (21,80). Tingkat kinerja yang tinggi berarti kegiatan pelaksanaan kegiatan P3A, baik pemeliharaan saluran irigasi, pembagian air, penarikan iuran maupun penegakan peraturan dan sanksi sudah berjalan baik, sedangkan P3A yang berada dalam kategori sedang perlu untuk lebih meningkatkan setiap pelaksanaan kegiatan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) agar lebih optimal dalam setiap pelaksanaan kegiatan P3A. E. Hubungan Antara Dinamika Kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dengan Kinerja P3A di Kecamatan Delanggu Penelitian ini mengkaji hubungan antara dinamika kelompok dengan kinerja Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. Hasil analisis hubungan antara dinamika kelompok P3A dengan Kinerja P3A tersaji dalam tabel 5.4. Untuk mengetahui hubungan antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A digunakan uji korelasi Rank Spearman (rs) dengan program SPSS 17,0 for windows. Dan untuk mengetahui tingkat signifikansi menggunakan uji t dengan tingkat kepercayaan 95 % ( a = 0,05 ). Berikut adalah hasil analisis hubungan antara dinamika kelompok dengan Kinerja P3A di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
1. Hubungan antara Tujuan Kelompok (X1) dengan Kinerja P3A (Y) Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa nilai rs yaitu sebesar 0,760, pada a = 0,05, thitung sebesar (7,208) > ttabel (2,021), yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara tujuan kelompok dengan kinerja P3A. Hal ini berarti bahwa tujuan P3A berhubungan dengan kinerja P3A. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) memiliki tujuan yang jelas dan tujuan tersebut diketahui oleh para anggota P3A. Tujuan P3A adalah untuk mendayagunakan air irigasi yang ada dalam petak tersier untuk kesejahteraan para petani. Banyak anggota P3A yang mengetahui tujuan P3A tersebut, namun terkadang tidak hapal, hanya menyebutkan banwa tujuan P3A untuk mengatur air irigasi yang ada didalam lahan sawah mereka. Dengan anggota yang mengetahui tujuan P3A serta anggota P3A juga dilibatkan dalam merumuskan tujuan, maka para anggota akan tergerak untuk melaksanakan setiap kegiatan P3A demi untuk mencapai tujuan P3A. Tabel 5.4. Uji hubungan antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A Dinamika kelompok P3A (X) Tujuan kelompok (X1) Struktur kelompok (X2) Fungsi tugas (X3) Pembinaan dan pemeliharaan kelompok(X4) Kekompakan kelompok (X5) Suasana kelompok (X6) Tekanan kelompok (X7) Keefektifan kelompok (X8) Dinamika kelompok (XTot)
Rs 0,760** 0,812** 0,114 -0,059 0,776** 0,083 0,504** 0,658** 0,799**
Sumber : Analisis Data Primer Keterangan : SS S NS * **
= Sangat Signifikan = Signifikan = Non Signifikan = Signifikan (α = 0,05) = Sangat Signifikan (α = 0,01)
commit to user
Kinerja P3A (YTot) t hitung t table Keterangan 7,208 2,021 SS 8,576 2,021 SS 0,707 2,021 NS -0,364 2,021 NS 7,584 0,513 3,597 4,125 8,190
2,021 2,021 2,021 2,021 2,021
SS NS SS SS SS
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
2.
Hubungan antara Struktur Kelompok (X2) dengan Kinerja P3A (Y) Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa hubungan antara struktur kelompok dengan kinerja P3A terdapat hubungan yang signifikan. Pada tingkat kepercayaan 95 % nilai rs adalah 0,812 dan nilai thitung (8,576) > ttabel (2,021). Hal ini berarti bahwa struktur kelompok berhubungan dengan kinerja P3A. Perkumpulan Petani pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu sudah memiliki struktur kelompok. Dengan adannya struktur kelompok yang baik serta kepengurusan yang jelas akan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam P3A dan diharapkan mampu mencapai tujuan yang diharapkan.
3.
Hubungan antara Fungsi Tugas (X3) dengan Kinerja P3A (Y) Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi tugas dengan kinerja P3A. Pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs adalah 0,114 sedangkan nilai thitung (0,707) < ttabel (2,021). Hal ini dikarenakan fungsi-fungsi tugas belum sepenuhnya diketahui oleh anggota maupun pengurus P3A. Pengurus maupun anggota belum sepenuhnya mengetahui tugasnya dengan baik, sehingga para pengurus belum bisa menjalankan tanggungjawabnya secara maksimal, demikian juga anggota P3A tidak dapat memberikan koreksi jika pengurus melakukan kesalahan. Fungsi tugas sangat penting bagi kinerja P3A, hal ini dikarenakan jika seluruh anggota maupun pengurus mengetahui dengan baik akan tugas-tugasnya maka Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) akan berjalan lebih baik guna mencapai tujuan P3A yang diinginkan.
4.
Hubungan antara Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok (X4) dengan Kinerja P3A (Y) Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pembinaan dan pemeliharaan kelompok dengan kinerja P3A. Pada tingkat kepercayaann 95% nilai rs adalah -0,059 sedangkan thitung (0,364) < ttabel (2,021). Pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Kecamatan Delanggu pembinaan dan pemeliharaan kelompok belum berjalan dengan begitu baik. Pelaksanaan pembinaan tentang irigasi pertanian masih sangat kurang dan tidak rutin, pembinaan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyuluhan pertanian. Pembinaan terhadap P3A biasannya dilakukan oleh PPL yang ada di Kecamatan Delanggu dan dilaksanakan di tempat pertemuan yang berupa gubuk pertemuan yang masih sederhana yang terletak di areal persawahan maupun dilakukan di balai desa. Gubuk pertemuan masih sangat sederhana dan beralaskan tikar, belum semua P3A di Kecamatan Delanggu memiliki tempat pertemuan tersebut. 5.
Hubungan antara Kekompakan Kelompok (X5) dengan Kinerja P3A (Y) Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kekompakan kelompok dengan kinerja P3A. Pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,776 dengan thitung (7,584) > ttabel (2,021). Semakin kompak sebuah kelompok maka semakin memiliki kinerja yang baik pula. Terjalin keakraban antar anggota P3A yang menimbulkan kepedulian dan rasa saling memiliki. Anggota menyadari bahwa kesamaan profesi sebagai petani hendaknya menumbuhkan semangat kebersamaan. Hal ini berdampak positif bagi kelompok karena dapat memperlancar kegiatan-kegiatan kelompok. Kekompakan kelompok terbukti dengan sikap yang saling membantu antar anggota jika ada salah satu anggota mengalami masalah, baik kekurangan air, benih, pupuk maupun kesulitan keuangan. Ketua P3A juga berupaya menjaga kekompakan P3A dengan selalu hadir dalam kegiatan P3A baik saat rapat rutin maupun kegiatan gotong royong menyangkut pembersihan saluran irigasi. Semakin kompak kelompok P3A akan semakin baik dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan P3A dalam mencapai tujuan P3A.
6.
Hubungan antara Suasana Kelompok (X6) dengan Kinerja P3A (Y) Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara suasana kelompok dengan kinerja P3A. Pada tingkat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
kepercayaan 95% nilai rs adalah 0,083 dengan thitung (0,513) < ttabel (2,021). Dengan adanya suasana kelompok yang kondusif dan menarik maka akan menumbuhkan semangat bagi setiap anggota untuk bersama-sama berusaha mencapai tujuan kelompok P3A. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) memiliki suasana kelompok yang baik. Hal ini juga didukung dengan adanya kekompakan kelompok yang baik. Suasana kelompok yang mendukung pun sudah menjadi kebiasaan dalam kelompok P3A. Suasana P3A yang baik dapat mendorong anggota untuk berpartisipasi aktif dalam mengeluarkan pendapat. Sementara itu, pada P3A di Kecamatan Delanggu, anggota yang sering mengajukan usulan atau pendapat tidak sebanding jumlah anggota. Terkadang yang sering mengajukan pendapat atau usulan hanya mereka yang aktif berbicara, sementara yang lain tidak. Semakin banyak usulan yang diajukan, maka akan semakin banyak pilihan untuk menuju kemajuan kelompok. Begitu pula ketika hanya beberapa orang saja yang mengajukan pendapat atau usul, maka pilihan untuk kemajuan semakin terbatas. 7.
Hubungan antara Tekanan Kelompok (X7) dengan Kinerja P3A (Y) Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa antara tekanan kelompok dengan kinerja P3A terdapat hubungan yang signifikan dengan rs sebesar 0,504 dan thitung 3,597 > ttabel 2,021 pada taraf kepercayaan 95%. Adanya pelaksanaan peraturan dan sanksi terkait irigasi, membuat para anggota akan semakin aktif dalam pelaksanaan kegiatan P3A, baik hadir dalam kegiatan rapat P3A maupun dalam kegiatan pemeliharaan saluran irigasi. Anggota P3A dengan kesadaran sendiri akan berupaya melaksanakan peraturan serta kegiatan yang ada dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).
8.
Hubungan antara Efektifitas kelompok (X8) dengan Kinerja P3A (Y) Efektifitas kelompok merupakan keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuannya. Berdasar tabel 5.4 menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara efektifitas kelompok dengan kinerja P3A dengan rs sebesar 0,658 dan thitung 4,125 > dari ttabel 2,021 pada taraf kepercayaan 95%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu mempunyai tujuan untuk mendayagunakan air irigasi yang ada dalam petak tersier guna mensejahterakan para petani. Sebagian anggota P3A sudah merasa puas dengan pemenuhan air irigasi di lahan pertanian mereka, anggota sudah merasa cukup dengan pemenuhan air irigasi yang ada. Hal ini menandakan bahwa kinerja P3A telah berjalan dengan baik. 9.
Hubungan antara Dinamika Kelompok P3A (X) dengan Kinerja P3A (Y) Tabel 5.4 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dinamika kelompok dengan kinerja P3A. Pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs adalah 0,799 dengan thitung (8,190) > ttabel (2,021). Hal ini menunjukkan semakin dinamis sebuah kelompok maka juga semakin tinggi kinerja kelompok tersebut. P3A dikatakan dinamis apabila dapat selalu berkembang dan terus memberikan manfaat kepada anggota P3A. Dinamika kelompok meliputi unsur-unsur yang terdiri dari tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan dan pemeliharaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan kelompok dan keefektifan kelompok. Kinerja P3A terdiri dari kriteria-kriteria yaitu pemeliharaan jaringan, penarikan iuran, pembagian air dan penegakan peraturan dan sanksi. Jika keseluruhan unsur dinamika kelompok tersebut semakin baik maka akan berhubungan positif dengan keseluruhan kriteria kinerja P3A.
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dinamika kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten, untuk mengkaji kinerja P3A di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten serta untuk mengkaji hubungan antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengkaji hubungan antara dinamika kelompok dengan kinerja P3A di Kecamatan Delanggu, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan bahwa : 1. Dinamika Kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori sedang. Adapun kategori variabel dinamika kelompok adalah: a. Tujuan kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori sedang, artinya sebagian anggota memiliki pengetahuan, pemahaman dan kesesuaian terhadap tujuan. b. Struktur kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori sedang, artinya sebagian anggota telah memahami dan melaksanakan tugas sesuai dengan struktur organisasi. c. Fungsi tugas pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori sedang, artinya sebagian anggota maupun pengurus memahami fungsi tugasnya dengan baik. d. Pembinaan dan pemeliharaan kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori sedang, artinya sebagian kegiatan pembinaan yang terkait jaringan irigasi intensitasnya masih jarang, walaupun sudah ada kegiatan pembinaan. e. Kekompakan kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu tergolong commit todalam user kategori sedang, artinya semua
69
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
anggota merasa nyaman dalam kelompok dan merasakan manfaat bergabung dengan P3A. f. Suasana kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori tinggi, artinya semua anggota dapat bekerjasama, saling mendukung dan memiliki kesempatan yang sama dalam berpartisipasi mengeluarkan pendapat. g. Tekanan kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori tinggi, artinya anggota P3A menganggap peraturan dan sanksi sudah seharusnya diberlakukan demi kebaikan bersama dalam mencapai tujuan P3A. h. Keefektivan kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori tinggi, artinya tujuan P3A sudah tercapai serta anggota sudah merasa puas dengan P3A dalam mengatur air irigasi. 2. Kinerja P3A di Kecamatan Delanggu tergolong kategori sedang. Adapun kategori variabel kinerja P3A adalah: a. Pemeliharaan jaringan irigasi di Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori tinggi, artinya sebagian besar anggota P3A ikut serta dalam kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi. b. Penarikan iuran tergolong dalam kategori sedang, artinya sebagian anggota sudah sadar untuk membayar iuran P3A. c. Pembagian air tergolong dalam kategori tinggi, artinnya anggota merasa air yang ada untuk mengairi lahan sudah cukup dan teratur. d. Penegakan peraturan dan sanksi dalam kategori tinggi, artinnya aturanaturan dan sanksi sudah berjalan dengan baik 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara dinamika kelompok dengan kinerja P3A, adapun unsur-unsur dinamika kelompok yang mempunyai hubungan signifikan dengan kinerja P3A adalah tujuan kelompok, struktur kelompok, kekompakan kelompok, tekanan kelompok dan keefektifan kelompok sedangkan fungsi tugas, suasana kelompok, dan pembinaan dan commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemeliharaan kelompok tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja P3A B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah disusun maka saran yang disampaikan adalah : 1.
Perlunnya anggota mengetahui tujuan P3A sehingga anggota P3A mengerti maksud dari setiap kegiatan P3A
2.
Struktur kepengurusan P3A perlu diperbaiki dengan cara menempatkan orang-orang yang lebih berkompeten di bidangnya, agar tugas-tugas dalam setiap kepengurusan lebih optimal
3.
Tingkat solidaritas para petani perlu ditingkatkan, agar para anggota P3A menjadi lebih kompak dalam menjalankan setiap pelaksanaan kegiatan P3A
4.
Kinerja P3A dalam penarikan iuran sebaiknya ditingkatkan dengan cara pengurus lebih transparansi dalam mengurusi keuangan P3A kepada para anggota
commit to user