HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN MASA KERJA DENGAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT. PUTRA KARANGETANG POPONTOLEN. Bill Pangemanan*, Joy A.M Ratu*, Johan Josephus** *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado Abstrak Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dalam pasal 86 dinyatakan bahwa tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Salah satu upaya keselamatan kesehatan kerja (K3) adalah memelihara faktor-faktor lingkungan kerja agar senantiasa dalam batas-batas yang aman dan sehat sehingga tidak terjadi penyakit atau kecelakaan akibat kerja dan tenaga kerja dapat menikmati derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Gangguan-gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja fisik dapat berakibat buruk bagi kesehatan juga dapat mengakibatkan kelelahan kerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan antara stres dan masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di bagian produksi PT. Putra Karangetang Popontolen dengan jumlah sampel 48 orang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Untuk kelelahan kerja menggunakan alat Reaction Timer tipe 6027 dan untuk stres dan masa kerja menggunakan kuesioner. Analisis data kelelahan kerja menggunakan rumus uji fisher’s exac test dan chi-square (p>0,05). Kesimpulan didapat hasil uji statistic menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara stres dan masa kerja dengan tingkat kelelahan kerja pada pekerja bagian produksi PT. Putra Karangetang Popontolen Kata kunci : stres kerja, masa kerja, kelelahan kerja, pekerja lapangan THE RELATIONSHIP BETWEEN OCCUPATIONAL STRESS AND WORK TIME WITH THE LEVEL OF WORK ON FATIGUE OF WORKERS IN THE PRODUCTION OF PT PUTRA KARANGETANG POPONTOLEN. Bill Pangemanan *, Joy A. M Rattu *, Johan Josephus * * Abstract Law No.13 of 2003 on labor in article 86 manifested that labor is entitled to protection of the safety and occupational health, morals and decency as well as appropriate treatment with dignity and human dignity and the values of religion. One of the efforts the health safety of work (K3) was to maintain a work environment factors in order to keep within the confines of a safe and healthy so there happen to occupational accidents or diseases and labor can enjoy extended health degrees. Health disturbances as a result of the physical work environment can be bad for health can also lead to work fatigue. The purpose of this research was to determine whether there is a relationship between stress and time of work with the fatigue of work on workers in the production of PT. Putra Karangetang Popontolen with the number of sample 48 respondents. This research is using observational analytic approach with a cross sectional of latitude. To use the tool work fatigue Reaction Timer type 6027 and to stress and the work using a questionnaire. Work fatigue data analysis using Fisher's exact test and chi-square (> p 0.05). The conclusions obtained test result statistics showed that there was no significant relationship between stress and the fatigue level of employment with work on the production workers of PT. Popontolen Putra Karangetang Keywords: occupational stress, work time, fatigue, field workers
PENDAHULUAN
masyarakat lingkungan perusahaan tersebut,
Pekerjaan merupakan sebuah kebutuhan bagi
melalui usaha-usaha preventif, promotif, dan
setiap
teknologi
kuratif dalam batas-batas pelayanan dasar
semakin pesat dan penggunaan mesin-mesin
(primary care) terhadap penyakit-penyakit atau
dalam pekerjaan semakin banyak. Namun,
gangguan-gangguan kesehatan akibat kerja
manusia sebagai komponen paling penting
atau lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini
tetap menjadi hal yang paling utama dalam
merupakan terjemahan dari “Occupational
pekerjaan. Maka dari itu, kesehatan dan
health” yang cenderung diartikan sebagai
keselamatan manusia dalam sebuah pekerjaan
lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-
harus
Gangguan-gangguan
masalah kesehatan kerja secara menyeluruh
kesehatan akibat lingkungan kerja fisik dapat
bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam
berakibat buruk bagi kesehatan juga dapat
arti usaha-usaha preventif, promotif, kuratif
mengakibatkan
kelelahan
Undang-
dan rehabilitative, higienis, penyesuaian faktor
undang
13
tentang
manusia terhadap pekerjaanya dan sebagianya
manusia.
Perkembangan
diperhatikan.
No.
kerja.
tahun
2003
ketenagakerjaan dalam pasal 86 dinyatakan bahwa
tenaga
kerja
berhak
(Notoatmodjo, 2007)
mendapat Aktivitas fisik yang berlebihan serta
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai – nilai agama. Dan salah satu upaya keselamatan kesehatan kerja (K3) adalah memelihara faktor – faktor lingkungan kerja agar senantiasa dalam batas-batas yang aman dan sehat sehingga tidak terjadi penyakit atau kecelakaan akibat kerja dan tenaga kerja dapat
menikmati
derajat
kesehatan
yang
setinggi-tingginya.
tugas dan beban kerja yang menumpuk juga merupakan sebuah masalah dalam pekerjaan bagi manusia. Aktivitas fisik dan tugas serta beban kerja yang menumpuk yang dibarengi ketidakmampuan menyesuaikan
manusia diri
dapat
dalam
mengakibatkan
masalah psikologis bagi tenaga kerja. Masalah psikologis tersebut adalah stres, dikarenakan tenaga kerja yang tidak mampu menyesuaikan diri
dengan
pekerjaannya.
tugas
dan
beban
dalam
Menurut setyawati (2010)
Kesehatan kerja merupakan bagian dari
bahwa beban kerja yang diberikan pada pekerja
kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan
perlu disesuaikan dengan kemampuan psikis
masyarakat dalam suatu masyarakat pekerja
dan
dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan
perjalanan, waktu perjalanan dari dan ke
kerja bertujuan untuk memperoleh derajat
tempat kerja yang seminimal mungkin dan
kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik,
seaman mungkin berpengaruh terhadap kondisi
mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan
kesehatan kerja pada umumnya dan kelelahan
fisik pekerja
bersangkutan,
keadaan
kerja khususnya. ILO (international labour
status kesehatan, sikap tubuh, penglihatan dan
organization)
(2010)
pergerakan. Penelitian ini memiliki populasi
menyebutkan bahwa faktor psikologis berupa
berjumlah 48 orang dengan presentase 26
stres merupakan salah satu penyebab kelelahan
orang laki-laki dan 22 orang perempuan.
kerja pada umumnya.
Mayoritas
dalam
setyawati
responden memiliki umur pada
interval 21 – 30 tahun, yaitu sebanyak 16 METODE PENELITIAN Penelitian
ini
merupakan
responden (33.33%), dan paling sedikit adalah penelitian
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Adapun tempat dan waktu penelitian adalah di bagian produksi PT. Putra Karangetang Popontolen Kecamatan Tumpaan
Kabupaten
Minahasa
Selatan
Provinsi Sulawesi Utara pada bulan oktober 2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua tenaga kerja di bagian produksi PT. Putra Karangetang Popontolen yang berjumlah 48 orang. Sementara sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yang berjumlah 48 orang. Pengumpulan data kelelahan kerja menggunakan alat Reaction Timer dan untuk stres kerja dan masa kerja menggunakan Kuesioner Penelitian.. Data yang telah diolah selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji chi-square dengan α = 0.05, untuk mengetahui hubungan antara Stres dan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja.
yang berada pada kelompok umur pada interval 51 – 55 tahun, yaitu 1 responden (2.08%). Faktor usia merupakan hal yang tidak dapat diabaikan meningat usia tertentu seorang pekeja akan mengalami perubahan prestasi kerja. Untuk masa kerja paling banyak pada interval 5 – 10 tahun, yaitu sebanyak 34 responden (70.83%), dan yang paling sedikit adalah yang berada pada kelompok umur pada interval 11 – 15 tahun yaitu 14 responden (29.16%). Menurut Grandjean yang dikutip Setyawati
(2010)
mengutarakan
bahwa
kekuatan maksimal otot dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, jenis kelamin, konstitusi, latihan-latihan, motivasi sesaat. Untuk tingkat pendidikan, sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 32 responden (66.66%), tingkat SMP sebanyak 13 responden (27.08%), tingkat pendidikan SD sebanyak 3 responden (6.25%) dan tingkat perguruan tinggi berjumlah tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Harrington & Gill (2005) menyatakan bahwa faktor dalam menilai kondisi kerja adalah salah satunya adalah pekerja itu sendiri yaitu faktor internal: usia, jenis kelamin, ras, dimensi tubuh dan bentuk, penggunaan energi
ada. Secara umum pendidikan bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan,
dan pengalaman
memperluas individu.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan nini
terjadi
setelah
orang
melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan manusia,
terjadi yakni
pendengaran,
melalui indra
penciuman,
rasa
pancaindra
kerja. Beban kerja yang diberikan pada pekerja
penglihatan,
perlu disesuaikan dengan kemampuan psikis
dan
raba.
dan fisik pekerja bersangkutan, (Setyawati,
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
2010). Kinerja juga menjadi salah satu faktor
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
kelelahan
sebenarnya
kinerja
mempunyai
makna yang luas, bukan hanya hasil kerja, B. Tingkat Kelelahan Kerja
tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan
Menurut Setyawati (2010), waktu reaksi adalah
berlangsung (Wibowo, 2010).
waktu yang terjadi antara pemberian rangsang tunggal sampai timbulnya respons terhadap rangsang tersebut.
Kelelahan keja pada
penelitian ini dikategorikan menjadi normal, kelelahan
ringan,
kelelahan
sedang
dan
kelelahan berat. Hasil penelitian dari 48 responden
yang
diukur,
sebagian
besar
responden pekerja lapangan bagian produksi PT Putra karangetang popontolen mengalami kelelahan tingkat ringan dengan presentase 50% dan 50% mengalami kelelahan tingkat sedang. Untuk tindakan perbaikan klasifikasi tingkat kelelahan ringan dan sedang, masih dapat ditoleransi yaitu dengan memberikan waktu istirahat yang cukup, apabila mengalami kelelahan.
Faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi terhadap terjadinya kelelahan kerja bermacam-macam, mulai dari faktor lingkungan yang tidak memadai untuk pekerja sampai pada masalah psikososial yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan
C. Stres Kerja Variabel
stres
kerja
responden
diukur
menggunakan kuesioner stres kerja dengan 20 item pertanyaan. Dari hasil scoring item pertayaan itulah kategori stres dan tidak stres dapat diketahui. Hasil penelitian 48 responden yang diukur sebagian besar responden pekerja lapangan
bagian
produksi
PT.
Putra
karangetang popontolen mengalami stres kerja dengan
presentase
yaitu
sebanyak
43
responden (89.58%) dan pekerja lapangan yang tidak mengalami stres sebanyak 5 responden (10.41%). Stres merupakan dampak penting dari iteraksi antara pekerjaan individu. Stres dalam konteks ini adalah keadaan tidak seimbang dalam diri seseorang individu yang sering kali termanifestasi lewat gejala seperti insomnia, keringat berlebihan, gugup dan tidak tenang. Samosir (2008) menyebutkan bahwa faktor paling dominan menjadi timbulnya stres adalah beban kerja.
D. Hubungan antara Stres Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja Tabel 1. Hubungan antara Stres Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kelelahan Stres
Ringan
Sedang
Total
%
n
%
n
%
Stress
21
48,8
22
51,2
43
89,58
Tidak Stress
3
60,0
2
40,0
5
10,41
Jumlah
24
50
24
50
48
100
p
1,0
Berdasarkan penelitian, hasil uji statistik
kerja, hasil penelitian ini sejalan dengan yang
menggunakan uji Fisher’s exact test dengan
dikemukakan yang menyebutkan terjadinya
batuan program SPSS versi 19 menghasilkan
kelelahan kerja di akibatkan oleh stres kerja.
nilai probabilitas sebesar 1.0 (p>0,05). Hal ini
Hasil penelitian tidak sesuai dengan teori yang
menunjukan tidak terdapat hubungan yang
dikemukakan namun hal ini kemungkinan
bermakna antara stres kerja dengan tingkat
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
kelelahan pada pekerja di bagian produksi PT.
adalah faktor organisasional dan lingkungan
Putra Karangetang popontolen. Hasil penelitian
kerja, didapat bahwa manajemen organisasi
ini tidak sejalan dengan Hariyono (2009) yang
PT. Putra Karangetang popontolen sudah baik
menyatakan bahwa stres kerja mempunyai
dengan didapat sedikit pekerja lapangan bagian
hubungan yang signifikan dengan kelelahan
produksi
kerja karena nilan n value < a yakni 0,026 <
pekerjaan. Ini berkaitan erat dengan strategi
0,05. Hal ini berarti stres kerja mempunyai
manajemen yang diterapkan oleh perusahaan.
yang
mengalami
stres
hubungan yang signifikan dengan kelelahan
E. Hubungan antara Masa Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja Tabel 2. Hubungan antara Masa Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja Kelelahan Masa Kerja
Ringan
Sedang
Total
%
n
%
n
%
5 – 10
19
57,6
14
42,4
43
89,58
11 – 15
5
33,3
10
66,7
5
10,41
Jumlah
24
50
24
50
48
100
p
0,19
akibat
Berdasarkan penelitian, hasil uji statistik
3.
Tingkat kelelahan kerja pada pekerja
menggunakan uji chi kuadrat (chi square)
lapangan bagian produksi PT. Putra
dengan batuan program SPSS versi 19
Karangetang Popontolen 50% responden
menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0.19
mengalami kelelahan sedang dan 50%
(p>0,05). Hal ini menunjukan tidak terdapat
responden mengalami kelelahan ringan.
hubungan yang bermakna antara stres kerja
4.
Tidak terdapat hubungan antara stres
dengan tingkat kelelahan pada pekerja di
kerja dengan tingkat kelelahan kerja
bagian
pada pekerja lapangan bagian produksi
produksi
PT.
Putra
Karangetang
PT. Putra Karangetang Popontolen.
popontolen .penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian dari Damopoli (2013) Dari hasil
5.
Tidak terdapat hubungan antara masa
analisis menggunakan uji korelasi pearson
kerja dengan tingkat kelelahan kerja
didapat hasil p=0,002 (p<0,05) artinya terdapat
pada pekerja lapangan bagian pproduksi
hubungan antara masa kerja dan kelelahan
PT. Putra Karangetang Popontolen.
kerja dengan r hitung 0,443 artinya tingkat hubungan yang sedang, dan berdasarkan hipotesis
berarti
diterima.Dilihat
Ho secara
ditolak
dan
statistik
SARAN Berdasarkan
Ha
terdapat
hasil
pembahasan
dan
kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan
hubungan antara masa kerja dengan kelelahan
beberapa
kerja.
perusahaan, yaitu: 1.
KESIMPULAN
saran
serta
implikasi
kepada
Untuk mengatasi kelelahan kerja maka diharapkan bagi manajemen agar tetap
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
mempertahankan aturan-aturan dalam
disimpulkan bahwa:
jam
kerja,
waktu
istirahat
dan
pengaturan cuti sesuai dengan ketentuan 1.
Stres kerja pada pekerja lapangan bagian produksi
PT.
Putra
Karangetang
yang berlaku dalam perusahaan. 2.
Popontolen dikategorikan stres sebanyak
diharapkan
89.58 % dan responden yang tidak stres
melakukan
bagian produksi PT. Putra Karangetang
praktik
relaksasi
yang
melibatkan melepaskan pikiran semua
Popontolen 5 – 10 tahun sebanyak
tahun 89.58% responden.
perusahaan
karyawan, tempat atau sarana karyawan
Masa kerja pada pekerja lapangan
10.41% responden dan yang 11 – 15
manajemen
menerapkan adanyan konseling bagi
sebanyak 10.41% responden. 2.
Untuk mengatasi stres kerja maka
hal yang membebani. 3.
Untuk masa kerja perlu di perhatikan supaya pekerja yang sudah di atas 10
tahun bekerja tidak merasa bosan dengan
(http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.
pekerjaanya
php/pus/article/view/17236.)Diakses
perlu
diatur
pergantian
tugas kerja.
tanggal 4 juni 20014 Setyawati,
DAFTAR PUSTAKA Damopoli,
F.2013.
Supir
Amurang
Faktor-Faktor
Bus
Di
2010.
Selintas
Tentang
Kelelahan Kerja. Yogjakarta: Amara yang
Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pada
K.,
Trayek
Terminal
Manado-
Malalayang
Books. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun
2013
Pasal
86
tentang
Ketenagakerjaan. Wibowo. S.E., M. Phil.,2010, Manajemen
Manado. (Online) http://fkm.unsrat.ac.id/wp-
Kinerja, Edisi ke 3, Rajawali Press,
content/uploads/2013/08/FARRAH-CH-
Jakarta.
DAMOPOLI091511059.pdf. Diakses 24 Desember 2015. Harrington,J.,and
Gill,F.2005.
Kesehatan
Kerja. Jakarta:EGC Hariyono, W., Suryani, D., dan Wulandari, Y,2009.Hubungan Antara Beban Kerja, Stres Kerja dan Tingkat Konflik dengan Kelelahan Kerja Perawat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI Kota Yogyakarta. KESMAS, Volume 3 No. 3, September 2009. (Online) http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMa s/article/download/546/pdf. Diakses 4 juni 2014 Notoadmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka cipta Samosir, Z.Z., dan Syahfitri, I., 2008. Faktor Penyebab Stres Kerja Pustakawan pada Perpustakaan
Universitas
Sumatera
Utara.Jurnal studi Perpustakaan dan informasi, Vol.4 No.2 Desember 2008 (Online)