FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI PENGAJUAN PEMBIAYAAN UMKM (PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor)
Oleh YUNIA INDRIYANI H24103011
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
1
ABSTRAK Yunia Indriyani. H24103011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Pengajuan Pembiayaan UMKM (PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor). Dibawah bimbingan Budi Purwanto. Hasil penelitian Kementrian KUKM yang bekerjasama dengan BPS pada tahun 2003 menunjukkan bahwa 51,09% Usaha Mikro Kecil dan Menengah(UMKM) mengalami kesulitan usaha yang disebabkan oleh masalah permodalan. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tumbuh dan dikenal sebagai agen utama bagi pengembangan UMKM Indonesia diharapkan dapat mengatasi masalah permodalan yang dihadapi oleh sebagian besar UMKM. BPRS Amanah Ummah adalah salah satu BPRS di wilayah Bogor Barat, yang hampir seluruh nasabah pembiayaannya adalah usaha kecil. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahui prosedur penyaluran pembiayaan dan skema pembiayaan BPRS, 2) Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemberian pembiayaan oleh BPRS, 3) Mengidentifikasi karakteristik pengusaha dan usaha UMKM, sehingga dapat diketahui prosedur pembiayaan seperti apa yang cocok atau sesuai dengan karakteristik UMKM, 4) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengajuan pembiayaan UMKM pada BPRS. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2007, di daerah Leuwiliang Bogor. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, data primer dikumpulkan melalui penyebaran kuisioner. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis faktor dan tabulasi. Analisis faktor digunakan untuk mengelompokkan variabel-variabel menjadi lebih ringkas dalam beberapa faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur yang diterapkan di BPRS Amanah Ummah telah sesuai dengan kondisi nasabah UMKM, dalam artian mudah dipahami oleh nasabah. Nasabah BPRS Amanah Ummah berusia relatif muda, hampir 57,4% berusia dibawah 40 tahun. Latar belakang pendidikan sebagian besar nasabah berada dalam kelompok pendidikan tinggi yaitu SMA dan sarjana dengan pengalaman usaha lebih dari tiga tahun. Jenis usaha sebagian besar nasabah adalah berdagang dengan mempekerjakan 1-4 orang. Ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengajuan pembiayaan nasabah yaitu: prosedur, karakteristik nasabah, atribut bank, pengaruh lingkungan, karakteristik usaha, kebutuhan modal dan pengalaman usaha. Semakin mudah prosedur pengajuan yang ditetapkan BPRS semakin banyak pengajuan oleh nasabah. Karakteristik nasabah yang berpengaruh pada pengajuan adalah keberanian dalam mengambil resiko dan pengetahuan prosedur. Sikap dan penampilan karyawan, lokasi, jam dan hari buka, kredibilitas bank merupakan atribut bank yang menurut nasabah berpengaruh pada keputusan pengajuannya. Pengaruh lingkungan sekitar nasabah seperti keluarga,teman dan promosi ikut andil dalam keputusan pengajuan pembiayaan oleh nasabah. Keuntungan usaha yang besar dan prospek usaha yang menjanjikan memberi pengaruh yang bagus terhadap pengajuan pembiayaan. Semakin banyak pengalaman usaha nasabah dan kebutuhan akan tambahan modal semakin besar keinginan dalam mengajukan pembiayaan.
2
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI PENGAJUAN PEMBIAYAAN UMKM (PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh YUNIA INDRIYANI H24103011
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
3
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI PENGAJUAN PEMBIAYAAN UMKM (PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh YUNIA INDRIYANI H24103011 Menyetujui, Juli 2007
Ir Budi Purwanto, ME Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc Ketua Departemen
Tanggal Ujian:
Tanggal Lulus:
4
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 3 Juni 1985. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Oyo Sunaryo dan Átikah. Penulis menghabiskan masa kecilnya di tempat yang sejuk nan indah, salah satu kota kecil di priangan timur yaitu Tasikmalaya. Pada saat mulai memasuki waktu bangku kuliah, penulis hijrah ke Bogor. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Mulyasari Kamulyan pada tahun 1990 dan melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri I Kamulyan. Pada tahun 2000, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 01 Manonjaya dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 01 Tasikmalaya. Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan baik yang di intra kampus maupun ekstra kampus. Di Fakultas penulis pernah menjabat sebagai anggota komisi Internal Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Periode 2004/2005, Sekretaris Departemen Soslingmas BEM FEM Periode 2005/2006 dan kepanitiaan kegiatan seperti BGTC 2006 (Banking Goes to Campus), MPD/MPF 2006, SEASON 2005 (Syariah Economy Seminar and Open House) dan lain-lain . Selain di Fakultas dan penulis pun pernah aktif dalam kegiatan lingkup IPB seperti dalam kepanitian BEM EXPO (2004) dan The Earth Day Celebration 2006 (hari bumi). Kegiatan ekstra kampus yang pernah diikuti adalah menjadi salah satu anggota Yayasan Bening yang bergerak dalam bidang sosial. Penulis juga memiliki pengalaman sebagai pengajar di Lembaga Pendidikan Success privat.
5
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada beliau yang menjadi suri tauladan manusia, rahmat semesta alam Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, para sahabatnya, serta pengikutnya yang istiqomah hingga akhir Zaman. Tiada kata yang layak kita haturkan selain mengucap syukur kepada Allah SWT atas segala kesempatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Pengajuan Pembiayaan UMKM (PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor )”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Perubahan orientasi perbankan dari yang selama ini fokus pada usaha besar menjadi UMKM menarik untuk diteliti. Pemerintah membuat berbagai paket kebijakan guna mendorong sektor ini, perbankan berlomba-lomba meningkatkan proporsi kredit UMKM, dan bagaimana dengan daya serap UMKM sendiri. Salah satu karakteristik pembiayaan UMKM adalah prosedur yang mudah dan berkembangnya perbankan syariah yang dinilai cocok untuk sektor. Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk meneliti prosedur pembiayaan BPRS untuk UMKM, karakteristik usaha dan pengusaha UMKM, dan faktor-faktor yang berpengaruh pada pengajuan oleh UMKM pada pembiayaan BPRS. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang tua dan saudaraku tercinta yang telah memberikan kasih sayang yang tak terbatas, doa dan dukungannya. 2. Bapak Ir Budi Purwanto, ME atas bimbingannya yang begitu berarti dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Farida Ratna Dewi, SE. MM dan Ibu Wita Juwita Ermawati, STP. MM
atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen
6
penguji dan memberikan masukan, kritik serta saran sebagai penyempurnaan skripsi ini. 4. Dr. Ir Jono M Munandar, M. Sc selaku Ketua Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB dan seluruh dosen Departemen Manajemen yang telah mengajarkan banyak ilmu bagi penulis dan membantu penulis dalam jalur akademiknya. 5. Bapak Abduh, Mba Dian, Mba Yayuk dan semua karyawan di BPRS Amanah Ummah yang telah banyak memberikan banyak bantuan, informasi, pengetahuan dan data yang dibutuhkan. 6. Responden dalam penelitian ini , atas kesediaan dan kerjasamanya. 7. Pak Acep, Mba Dina, Mas Adi, Mas Yadi dan seluruh staff TU Departemen juga Fakultas yang telah banyak membantu melengkapi persyaratan
admnistrasi,
surat-surat
dan
semua
perlengkapan
penelitian. 8. Sobatku Lely”le2”, Tika-chu, ni@, Ndras, Rin2, Else, Ami-ko, Etty, Ulfa dan semua teman-teman di Manajemen’40 semoga kebersamaan kita tetap terjalin. Teman-teman se-perjuangan (satu PS) : Prita, Sekar, Dhika,
Mb
Yani,
atas
kerjasama
dan
dukungannya
selama
menyelesaikan tugas akhir ini. Crew Azzahra (Tyaz, Fuji, N’ta, Rinceu, Suzie, bu Rt, Ifi, Sandra-bo, Wida, Dian, Elis, De-dev, dan semua alumni “Azzahra” lainnya) atas keceriaan, kehangatan, kasih sayang dan kebersamaannya selama ini. Tazikers (Nenk Tri, Siska, De Anis, Ibokh,Her2, dkk), Sosling (Dhania, Ntan, Miau, Shidiq n’ Putra) dan semua X-DPM (2004/2005); X-BEM(2005/2006) yang telah memberi banyak pengalaman yang begitu berarti. 9. Dan semua pihak, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu, atas semua kontribusinya terhadap skripsi ini. Akhir kata, semoga laporan hasil penelitian yang jauh dari sempurna ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk membuatnya lebih baik. Bogor, Juli 2007 Penulis
7
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ...............................................................................
iii
KATA PENGANTAR...........................................................................
iv
DAFTAR ISI..........................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
x
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 1.5. Ruang Lingkup............................................................................
1 1 3 4 4 5
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 2.1. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)................................. 2.1.1. Pengertian BPRS ........................................................... 2.1.2. Tujuan dan Kegiatan BPRS ........................................... 2.1.3. Kegiatan Operasional BPRS.......................................... 2.2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)........................... 2.2.1. Pengertian UMKM ........................................................ 2.2.2. Karakteristik UMKM..................................................... 2.2.3. Permasalahan UMKM ................................................... 2.3. Pembiayaan BPRS pada UMKM............................................... 2.3.1. Pengertian Pembiayaan.................................................. 2.3.2. Jenis Pembiayaan........................................................... 2.4. Penelitian Terdahulu ...................................................................
6 6 6 6 7 8 8 10 11 12 12 12 14
III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran.................................................................... 3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 3.3. Metode Pengambilan Sampel...................................................... 3.4. Pengolahan dan Analisis Data..................................................... 3.4.1. Uji Validitas ................................................................... 3.4.2. Uji Reliabilitas ............................................................... 3.4.3. Analisis Deskriptif ......................................................... 3.4.4. Analisis Faktor ...............................................................
17 17 20 20 21 21 22 22 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan.................................................... 4.1.1. Lokasi Perusahaan dan Waktu Penelitian ....................... 4.1.2. Sejarah Perusahaan .........................................................
24 24 24
8
4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan................................................ 4.1.4. Struktur Organisasi ......................................................... 4.1.5. Produk –Produk............................................................... 4.2. Prosedur Pembiayaan ................................................................. 4.3. Karakteristik Responden ............................................................ 4.3.1. Usia, Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan ................. 4.3.2. Umur Usaha dan Pengalaman Mengajukan Pembiayaan 4.3.3. Pengetahuan tentang Pembiayaan Syariah, Prosedur dan Sumber Informasi...................................... 4.3.4. Jenis Usaha, Jumlah Tenaga Kerja dan Skala Usaha...... 4.3.5. Tingkat Keuntungan dan Manajemen Usaha .................. 4.3.6. Hubungan Jarak dan Pengalaman Mengajukan .............. 4.3.7. Hubungan Jenis Kelamin, Pengalaman Usaha dan Skala Usaha .............................................................. 4.3.8. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengalaman Usaha dan Skala Usaha .............................................................. 4.3.9. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pegalaman Mengajukan dan Pengetahuan tentang Pembiayaan Syariah .............. 4.4. Aspek-Aspek Lain...................................................................... 4.4.1. Jenis Pembiayaan, Jangka Waktu Pembayaran dan Pengalaman Terlambat Membayar Cicilan..................... 4.4.2. Penilaian Nasabah Terhadap Persyaratan Awal, Biaya Administrasi, dan Jangka Waktu Pembayaran ..... 4.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengajuan Pembiayaan .....
25 26 28 38 43 43 44 45 45 46 47 47 48 49 49 49 50 52
V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 1. Kesimpulan ................................................................................... 2. Saran..............................................................................................
60 60 61
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
62
LAMPIRAN...........................................................................................
64
9
DAFTAR TABEL No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17
Halaman Peranan UMKM dalam perekonomian Nasional 2002-2005................. Kinerja BPR ........................................................................................... Jumlah penghimpunan berdasarkan akad dan nasabah BPRS Amanah Ummah periode tahun 2005-2006 ........................................... Data jumlah nasabah dan nominal pembiayaan per-akad PT BPRS Amanah Ummah tahun 2005-2006........................................ Data jumlah nasabah dan nominal pembiayaan per-sektor ekonomi PT BPRS Amanah Ummah tahun 2005-2006........................................ Data jumlah nasabah dan nominal pembiayaan per- lokasi PT BPRS Amanah Ummah tahun 2005-2006........................................ Data sebaran nasabah berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan................................................................................... Data sebaran nasabah berdasarkan umur usaha dan pengalaman mengajukan pembiayaan......................................................................... Data sebaran nasabah berdasarkan jenis usaha, jumlah tenaga kerja dan skala usaha........................................................................................ Data sebaran nasabah berdasarkan tingkat keuntungan dan manajemen keuangan usaha.................................................................... Data sebaran nasabah berdasarkan jarak lokasi bank dan pengalaman mengajukan......................................................................... Data sebaran nasabah berdasarkan hubungan antara jenis kelamin, skala usaha dan pengalaman usaha ......................................................... Data sebaran nasabah berdasarkan tingkat pendidikan, skala usaha dan pengalaman usaha............................................................................. Data sebaran nasabah berdasarkan tingkat pendidikan, pengalaman mengajukan dan pengetahuan pembiayaan............................................. Data sebaran nasabah berdasarkan jenis pembiayaan, jangka waktu pembayaran dan pengalaman menunggak.................................... Penilaian nasabah terhadap persyaratan-persyaratan, biaya administrasi dan jangka waktu pembayaran.................................. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengajuan pembiayaan....................
10
1 2 29 36 37 37 44 44 46 46 47 48 48 49 50 51 55
DAFTAR GAMBAR No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Halaman Kerangka penelitia ................................................................................... Skema pembiayaan Mudharabah............................................................. Skema pembiayaan Musyarakah.............................................................. Skema pembiayaan Murabahah dalam teori............................................ Skema pembiayaan Murabahah dalam praktek....................................... Skema pembiayaan Ijarah........................................................................ Skema pembiayaan Qardhul Hasan......................................................... Tahapan persetujuan pengajuan pembiayaan BPRS Amanah Ummah.... Sebaran sumber informasi pembiayaan syariah.......................................
11
19 30 31 32 33 35 35 41 45
DAFTAR LAMPIRAN No 1. 2. 3. 4.
Halaman Struktur organisasi PT BPRS Amanah Ummah ..................................... Prosedur pembiayaan PT BPRS Amanah Ummah ................................ Hasil-hasil analisis .................................................................................. Kuisioner .................................................................................................
12
65 66 67 70
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia tahun 1997, salah satu sektor perekonomian yang masih dapat bertahan adalah sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini menunjukkan bahwa UMKM memiliki keunggulan komparatif dan perlu terus dikembangkan. UMKM memiliki kemampuan untuk menyelamatkan roda perekonomian nasional, terlihat dari
kontribusinya pada Produk Domestik Bruto (PDB) dan
penciptaan lapangan pekerjaan . Tabel 1. Peranan UMKM dalam perekonomian Nasional 2003-2006 Indikator
2003
2004*
2005
2006
Jumlah UMKM (juta unit)
42,4
43,7
44,7
48,9
Total UMKM /Total usaha (%) Tenaga kerja UMKM (juta orang) Tenaga kerja UMKM/Total TK (%) PDB UMKM (Rp. Triliun)
99,8
99,9
99,9
99,98
70,00
75,5
83,2
85,4
67,00
69,00
93,58
96,18
1.013,5
930,035
988,125
1778,7
PDB UMKM/ Total PDB (%) 63,5 Keterangan : * data sementara dari BI Sumber: Meneg Kop-UKM dan BPS
56,13
56,5
53,3
Dalam rangka pembinaan dan pengembangan UMKM, pemerintah telah menghimbau perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit pada UMKM. Pada tahun 2007 komitmen perbankan dalam penyaluran kredit ke segmen UMKM mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2006, akan tetapi dari komitmen kredit tahun 2006 hanya diserap oleh UMKM sekitar 80 %. Komposisi terbesar kredit UMKM ditujukan bagi sektor usaha mikro yaitu sebesar Rp 31,18 triliun, diikuti usaha kecil Rp 27,75 triliun dan usaha menengah Rp 28,68 triliun. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tumbuh dan dikenal sebagai agen utama bagi pengembangan UMKM di Indonesia diharapkan dapat mengatasi masalah permodalan yang dihadapi oleh sebagian besar UMKM. BPR bersama dengan BRI Unit dan Badan Kredit Desa merupakan penyumbang
13
utama dalam menghimpun dana dan pemberian kredit masing-masing sebesar 95% dan 78% dibanding seluruh LKM yang ada (www.kompas.com. 2004). Data dari Bank Indonesia menunjukan adanya peningkatan drastis jumlah rekening nasabah di BPR dari 1,67 juta pada tahun 2000 menjadi sebesar 2,376 juta rekening nasabah pada tahun 2005. Jumlah kredit yang diberikan juga mengalami peningkatan rata-rata yang signifikan yaitu naik sebesar 18,03% per tahun. Tabel 2. Kinerja BPR Tahun
2003
2004
2005
2006
Jumlah BPR
2. 419
2.158
2.009
1.091
Total Aktiva
12.635
16.707
20.393
22.825
Total Dana Pihak Ketiga
8.868
11. 161
13.178
15.561
Kredit Yang Diberikan
8.985
12.149
14.654
17.041
1.672.000
2.167.000
2.376.000
2.445.000
Jumlah Rekening
Keterangan : Jumlah Aktiv dan Kredit dalam Miliar Rupiah Sumber : Direktorat Pengawasan BPR Bank Indonesia Menurut UU No 10 tahun 1998, ada dua jenis Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yaitu BPR yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan BPR yang berdasarkan prinsip syariah. BPRS merupakan lembaga
keuangan
syariah
yang
cocok
dalam
membangun
dan
mengembangkan UMKM. Fokus utama usaha BPRS pada pembentukan dan pengembangan UMKM dengan menyediakan modal untuk usaha bukan kredit konsumtif, tidak memberikan kredit melainkan pembiayaan (pemodalan), resiko usaha ditanggung bersama, bentuk usahanya berbentuk investasi bersama (partnership) dengan sistem bagi hasil dan bagi resiko, memiliki cara untuk meringankan calon nasabah dari keharusan memiliki jaminan kredit (collateral). BPRS Amanah Ummah merupakan BPR Syariah yang beroperasi di wilayah Bogor Barat. Sama halnya dengan BPR, kegiatan operasional BPRS Amanah Ummah adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat. Total dana pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan BPRS Amanah Ummah pada tahun 2006 mencapai Rp.
14
24.218. 057.000, sedangkan total pembiayaan yang telah disalurkannya adalah sebesar Rp 19.046.542.000. Dari data ini dapat dilihat bahwasanya masih banyak dana yang belum terserap oleh masyarakat terutama UMKM. 1.2. Rumusan Masalah Jumlah UMKM yang telah menikmati fasilitas kredit perbankan cukup bervariasi. BI memperkirakan 33,8% UMKM sudah menikmati kredit, sedangkan BPS mencatat hanya 18,4%. Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa masih banyak UMKM yang belum memperoleh kredit, sedangkan dana yang mengendap di perbankan masih cukup banyak. Mengapa penyaluran pembiayaan untuk UMKM masih kecil ?. Ada beberapa permasalahan dalam pembiayaan dari perbankan terhadap UMKM. Permasalahan ini bisa dilihat baik dari perspektif UMKM maupun perbankan. Permasalahan atau kendala yang berasal dari bank diantaranya persyaratan jaminan fisik, suku bunga yang ditetapkan untuk kredit UMKM terlalu tinggi, bank menilai UMKM beresiko tinggi tapi keuntungannya kecil, bank merasa kesulitan dalam mencari UMKM potensial. Hal ini mencerminkan bahwa pihak perbankan belum mengenal betul UMKM. Lemahnya sosialisasi dan pembinaan dari perbankan merupakan masalah lain yang berakibat pada rendahnya penyerapan pembiayaan UMKM pada perbankan. Selain dari pihak perbankan, permasalahan ini juga berasal dari UMKM sendiri. Banyak UMKM yang belum memenuhi persyaratan tekhnis perbankan atau belum bankable. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kementrian KUKM yang bekerjasama dengan BPS pada tahun 2003 menyebutkan bahwa alasan alasan yang menyebabkan UMKM tidak meminjam ke bank adalah karena prosedur yang sulit, tidak berminat, tidak punya agunan, tidak tahu prosedur, suku bunga tinggi dan proposal ditolak. Prosedur sulit yang menjadi penyebab utama keengganan UMKM untuk mengajukan ke bank antara lain disebabkan oleh prinsip kehatihatian yang harus dijalankan perbankan sebagai bagian bagian dalam manajemen resiko dalam penyaluran kredit. Untuk permasalahan suku bunga yang tinggi. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang kegiatan usahanya
15
berdasarkan perinsip syariah melarang penerapan bunga (riba) pada penyaluran dananya termasuk pada pembiayaannya. Sebagai gantinya BPR Syariah menetapkan sistem bagi hasil. Untuk itu diperlukan sebuah penelitian untuk melihat: 1. Bagaimana prosedur penyaluran pembiayaan yang diterapkan di BPRS Amanah Ummah ? 2. Faktor-faktor apa yang menjadi bahan pertimbangan BPRS Amanah Ummah dalam menyalurkan pembiayaan pada UMKM ? 3. Bagaimana karakteristik UMKM nasabah BPRS Amanah Ummah? 4. Faktor–faktor yang mempengaruhi
pengajuan pembiayaan oleh
UMKM ? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui prosedur penyaluran dan skema pembiayaan oleh BPRS terhadap UMKM 2. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemberian pembiayaan oleh BPRS 3. Mengidentifikasi karakteristik pengusaha dan usaha UMKM, sehingga dapat diketahui prosedur pembiayaan seperti apa yang cocok atau sesuai dengan karakteristik UMKM. 4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengajuan oleh UMKM terhadap pembiayaan BPRS. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Tersedianya informasi tentang karakteristik UMKM, faktor-faktor yang mempengaruhi UMKM dalam mengajukan pembiayaan diharapkan dapat menjadi masukan untuk BPRS dalam menyusun strategi penyaluran pembiayaan sehingga peran BPRS menjadi lebih optimal. 2. Dengan tersedianya informasi yang terkait dengan pembiayaan, maka diharapkan akan meningkatkan minat UMKM untuk
16
mengajukan
pembiayaan
ke
BPRS.
Sehingga
penyerapan
pembiayaan oleh UMKM dapat meningkat. 3. Bagi peneliti sendiri adalah untuk menambah wawasan, melatih daya analisis, dan pengalaman, serta bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan informasi terkait dengan penelitian ini. 1.5.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Fokus pada pembahasan ekonomi syariah dengan semua jenis pembiayaan yang dilaksanakan di BPRS Amanah Ummah. 2. Fokus pada proses pengajuan pembiayaan dan tahapan-tahapan analisa pembiayaan. Penelitian tidak membahas tentang tahapan pencairan, pengawasan dan pengembalian pinjaman nasabah.
17
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) 2.1.1. Pengertian BPRS Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, pengertian BPRS adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan perinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. BPRS yang kegiatannya bersentuhan langsung dengan rakyat mempunyai peranan sangat
penting
dalam
mewujudkan
perekonomian
dalam
pengembangan sektor rill di golongan masyarakat kecil khususnya melayani kebutuhan transaksi perbankan baik dalam penghimpunan dana maupun untuk penyaluran pembiayaan dengan menggunakan pola syariah. 2.1.2. Tujuan dan Kegiatan Usaha BPRS Tujuan operasional BPR Syariah, yaitu (i) meningkatkan ekonomi umat islam terutama ekonomi masyarakat lemah yang pada umumnya berada di pedesaan; (ii) menambah lapangan pekerjaan; (iii) membina ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka meningkatkan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai. Menurut Undang–Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, usaha yang boleh dilakukan BPR baik yang konvensional maupun syariah diantaranya: 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu 2. Memberikan kredit 3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan perinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
18
4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan tabungan pada bank lain. Sedangkan usaha yang tidak boleh dilakukan oleh BPR baik yang konvensional maupun syariah diantaranya: (i) Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran (ii) Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing (iii) Melakukan penyertaan modal (iv) Melakukan usaha perasuransian (v) Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha yang telah disebutkan di atas 2.1.3. Kegiatan Operasional BPRS Kegiatan-kegiatan operasional BPRS adalah sebagai berikut (Sumitro dalam Kusafarida, 2003): 1. Mobilisasi dana masyarakat BPRS akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk, seperti simpanan wadiah, fasilitas tabungan dan deposito berjangka. a.
Simpanan Amanah
BPR Syariah menerima titipan amanah berupa dana infak, zakat dan sedekah. Akad penerimaan titipan ini adalah wadiah yaitu titipan yang tidak mengandung resiko, BPRS akan memberi profit dari bagi hasil yang didapat melalui pembiayaan bagi masyarakat. b.
Tabungan wadiah
BPR Syariah menerima tabungan, baik pribadi maupun badan usaha dalam bentuk tabungan bebas dengan akad penerimaannya berdasarkan wadiah. Bank akan memberikan kadar profit kepada sejumlah tertentu dari bagi hasil yang diperoleh bank dalam pembiayaan kredit kepada nasabah, yang dihitung secara harian dan dibayar setiap bulan. Penabung akan mendapatkan buku tabungan untuk mencatat mutasi dan baki.
19
c.
Deposito wadiah atau Deposito Mudharabah
BPR Syariah menerima deposito berjangka baik pribadi atau lembaga. Akad berdasarkan wadiah atau mudharabah dimana bank menerima dana masyarakat berjangka satu, tiga enam, dua belas bulan dan seterusnya, sebagai penyertaan sementara pada bank. Deposan yang akad depositonya wadiah mendapat nisbah bagi hasil yang ditetapkan bank dalam pembiayaan/kredit nasabah, dibayar setiap bulan. 2. Penyaluran dana BPRS akan menyalurkan dana masyarakat dalam bentuk, seperti
pembiayaan
mudharabah,
pembiayaan
musyarakah,
pembiayaan bai’u bithaman ajil, pembiayaan murabahah, dan pembiayaan qardhul hasan. Kusafarida (2003) dalam penelitiannya yang berjudul ”Perbandingan
Analisis
Kinerja
Keuangan
antara
BPR
Konvensional dengan BPR Syariah” memaparkan bahwa BPRS relatif lebih efektif dalam penyaluran kredit, hal ini berdasar pada tanggapan nasabah, besarnya jumlah pinjaman dan jangkauan pelayanan. Dari hasil analisis ini juga disimpulkan bahwa BPR dengan sistem syariah memiliki kemampuan yang lebih besar dalam memfasilitasi permodalan UMKM. Selain itu sistem bagi hasil yang diberlakukan pada sistem syariah terbukti mampu mempertahankan kinerja bank dalam kondisi stabil. 2.2. UMKM 2.2.1. Pengertian UMKM Menurut Soejoedono (2004), pengertian tentang usaha kecil menengah tidak selalu sama di setiap negara, tergantung konsep yang digunakan oleh negara tersebut. Seperti halnya pengertian UKM jika dilihat dari kriteria jumlah pekerja yang dimiliki, akan berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain. Usaha yang termasuk kriteria UKM di Amerika adalah yang memiliki jumlah karyawan
20
kurang dari 500 orang. Sementara di Negara Prancis, yang termasuk kategori usaha menengah adalah yang memiliki jumlah karyawan 1040 orang, dan yang termasuk kriteria usaha kecil yaitu usaha yang jumlah karyawannya kurang dari 10 orang. Definisi atau kriteria yang digunakan untuk usaha kecil dan menengah di Indonesia sudah tidak sesuai dengan kondisi dunia usaha dan kurang dapat digunakan sebagai acuan oleh instansi atau institusi lain, sehingga setiap institusi menggunakan definisi yang berbeda. Institusi yang menggunakan kriteria berbeda antara lain, BPS, Deperindag, dan Bank Indonesia. Sebagai contoh BPS menggunakan kriteria jumlah pekerja untuk mendefinisikan UKM. Menurut BPS yang termasuk kategori usaha mikro adalah jika jumlah karyawannya kurang dari 5 orang, termasuk kategori usaha kecil jika jumlah karyawan 5-19 orang, dan yang termasuk kategori usaha menengah adalah jika jumlah karyawan yang dimiliki terdiri atas 20-99 karyawan. Menurut Undang–Undang kriteria UMKM adalah sebagai berikut: a)
Usaha Mikro Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK. 06/ 2003, usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil yang penjualan mencapai angka Rp. 100.000.000,00 per tahun, dengan pengajuan kredit ke bank maksimal sebesar Rp 50.000.000.
b) Usaha Kecil Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995, usaha kecil adalah usaha produktif yang bersekala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1.000.000.000 per tahun serta dapat menerima kredit bank maksimal di atas Rp 50.000.000 – 500.000.000.
21
c)
Usaha Menengah Menurut Inpres No. 10 tahun 1998, usaha menengah adalah usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 sampai dengan Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank sebesar Rp 500.000.000 sampai dengan Rp 5.000.000.000.
2.2.2. Karakteristik UMKM Gadeke dan Tootelian dalam Soejoedono (2004), suatu komite untuk pengembangan ekonomi (Committe of Economic Development) yang bertempat di Amerika Serikat mengajukan konsep tentang usaha skala kecil/menengah dengan lebih menekankan pada kualitas atau mutu daripada kriteria kuantitatif untuk membedakan perusahaan, usaha kecil menengah dan besar, ada empat aspek yang dapat digunakan dalam konsep UMK tersebut, yaitu: 1. Kepemilikan, usaha kecil dan menengah dimiliki oleh individu atau keluarga. Selain sebagai pemilik usaha, mereka juga bertindak sebagai pengelola usaha tersebut. 2. Operasinya terbatas pada lingkungan atau kumpulan modal. Hal ini dikarenakan karakter UKM bergantung pada pemasok dan pelanggan di lingkungan sekitarnya. 3. Wilayah operasinya terbatas pada lingkungan sekitarnya, meskipun pemasaran dapat melampaui wilayah lokalnya. 4. Ukuran dari perusahaan yang bersangkutan lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan lainnya dalam bidang yang sama. Yang dimaksud bisa jumlah pekerja/karyawan atau satuan lainnya yang signifikan. Menurut Soejoedono (2004), kriteria umum UKM dilihat dari ciricirinya pada dasarnya bisa dianggap sama, yaitu sebagai berikut: 1. Struktur organisasi yang sangat sederhana, hanya terdiri dari pemilik dan pekerja. 2. Tanpa staf yang berlebihan (jumlah tenaga kerja yang sedikit).
22
3. Pembagian kerja yang kendur, setiap pekerja dapat mengerjakan disemua bagian produksi. 4. Memiliki hirarki manajerial yang pendek, perintah dari pemilik secara langsung disampaikan secara lisan, tidak melalui hierarki yang panjang. 5. Aktivitas sedikit formal, dan sedikit menggunakan proses perencanaan. 6. Kurang membedakan asset pribadi dan asset perusahaan. 2.2. Permasalahan UMKM Dari hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Manajemen FE UI tahun 1987, menyimpulkan bahwa masalah utama yang dihadapi oleh UMKM berdasarkan tahapan perkembangan usaha, adalah sebagai berikut: a. Sebelum investasi : permodalan, kemudahan usaha (lokasi, izin). b. Pengenalan usaha : pemasaran, permodalan, hubungan usaha. c. Peningkatan usaha : pengadaan bahan atau barang. Permasalahan lain yang dialami usaha kecil adalah resiko menurunnya usaha yang disebabkan karena kurangnya modal, kurangnya kemampuan memasarkan produk, kurang keterampilan tekhnis dan administrasi. Anggraeni (2005), dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Efektivitas Kredit UMKM” menyimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi UMKM adalah masalah pemasaran, masalah teknologi, masalah manajemen keuangan dan masalah permodalan. Hal ini menunjukkan bahwa pangsa pasar yang dijangkau para pengusaha kecil belum meluas, teknologi yang digunakan UMKM masih sederhana dan seadanya, sedangkan dalam mengelola keuangan kebanyakan UMKM tidak menggunakan pencatatan keuangan, tetapi hanya menggunakan perhitungan sederhana. Modal merupakan masalah yang memiliki tingkat paling tinggi antara yang lain.
23
2.3.
Pembiayaan BPRS pada UMKM
2.3.1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Undang-Undang Perbankan No 10 Tahun 1998). Menurut Tangkilisan (2003) ada dua istilah yang berbeda tapi mengandung perinsip yang sama yaitu kredit dan pembiayaan. Perbedaan antara kredit dan pembiayaan terletak pada bentuk kontrapretasinya yang akan diberikan nasabah peminjam dana (debitur) pada bank atas pemberian kredit atau pembiayaannya. Pada bank konvensional kontraprestasinya berupa bunga, sedangkan bank syariah kontraprestasinya dapat berupa imbalan atau bagi hasil sesuai dengan persetujuan atau kesepakatan bersama. 2.3.2. Jenis Pembiayaan Menurut Arifin (2006), Kegiatan pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu memberikan fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit, yang menurut sifat penggunaannya pembiayaan dapat di bagi dalam dua yaitu: (i) memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis dipakai untuk pemenuhan kebutuhan tersebut; (ii) untuk kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi. Menurut penggunaannya, pembiayaan produktif dapat dibagi dalam dua: pertama pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang diperlukan untuk peningkatan produksi baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. Kedua pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods)
24
beserta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan kegiatan investasi tersebut. Menurut Peraturan Bank Indonesia No 6/19/PBI/2004, jenis pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang ada di BPRS adalah sebagai berikut: a. Pembiayaan berdasarkan perinsip bagi hasil 1) Mudharabah Mudharabah adalah perjanjian antara BPRS sebagai penyedia dana
dengan
nasabah
sebagai
pengelola
dana
untuk
melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung penyedia dana kecuali kerugian akibat kesalahan yang disengaja, kelalaian atau pelanggaran kesepakatan yang dilakukan oleh pengelola dana. 2) Musyarakah Musyarakah
adalah
perjanjian
antara
BPRS
sebagai
penyediaan dana dengan penyedia dana lainnya untuk membiayai usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara penyedia dana berdasarkan nisbah yang disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua penyedia dana berdasarkan porsi dana masing-masing pihak. b. Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli 1) Murabahah Murabahah adalah perjanjian jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan marjin keuntungan yang disepakati antara BPRS sebagai penjual dengan nasabah sebagai pembeli yang pembayarannya dilakukan secara tangguh. 2) Salam Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan pembayaran lunas dimuka oleh BPRS sebagai pembeli
25
kepada nasabah sebagai penjual yang berkewajiban menyerahkan barang pesanan berdasarkan jangka waktu, kriteria, dan persyaratan yang disepakati, dan barang tersebut akan dijual kembali oleh BPRS kepada pihak lain. 3) Istishna Istishna adalah perjanjian jual beli barang dengan pesanan berdasarkan jangka waktu, kriteria, dan persyaratan yang disepakati, yang pembayarannya dilakukan secara tangguh oleh nasabah sebagai pembeli kepada BPRS sebagai penjual setelah barang pesanan diterima oleh nasabah. c. Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa menyewa Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang (aktiva Ijarah atau uang Ijarah) antara BPRS sebagai pihak yang menyewakan dengan nasabah sebagai pihak penyewa dalam jangka waktu tertentu. Aktiva Ijarah adalah aktiva yang diperoleh
atau
dibeli
BPRS
untuk
tujuan
disewakan.
Sedangkan uang Ijarah adalah uang muka sewa yang dibayar oleh BPRS kepada pihak pemilik barang, selanjutnya barang tersebut disewakan kepada nasabah. d. Pembiayaan berdasarkan prinsip jasa Qardh adalah perjanjian pinjam meminjam dana antara BPRS sebagai pemberi pinjaman dengan nasabah sebagai pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan pengembalian
pokok
pinjaman
tanpa
imbalan
yang
diperjanjikan di muka secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. 2.4. Penelitian Terdahulu Firmansyah (2001) dalam penelitiannya yang berjudul “Karakteristik, Permasalahan dan Pertumbuhan Skala Usaha Industri Kecil dan Menengah” menyebutkan bahwa untuk memahami berbagai kendala dan faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika pengembangan usaha adalah melalui pendekatan karakteristik pengusaha dan usahanya. Analisis
26
mengenai karakteristik pengusaha meliputi berbagai aspek seperti : umur, pendidikan, lama usaha, pekerjaan orang tua dan lama usaha. Sementara analisis tentang karakteristik usaha akan dilihat dari segi permodalan, tenaga kerja, produksi dan pemasaran, dan dilanjutkan dengan kajian mengenai kemitraan atau kerjasama. Hartati (2005), dalam penelitiannya yang berjudul
”Pengaruh
Pembiayaan Terhadap Pertumbuhan Penjualan, Laba, dan Aset Nasabah (Studi Kasus Pembiayaan Murabahah di PT BPRS Amanah Ummah)” menyimpulkan karakteristik nasabah pembiayaan murabahah dari BPRS tersebut didominasi oleh pedagang. Motivasi mereka mengajukan pembiayaan adalah untuk menambah modal dan mengembangkan usaha. Hampir seluruh nasabahnya tidak memiliki laporan keuangan. Pembiayaan murabahah memberikan pengaruh terhadap rata-rata kapasitas penjualan per harinya, pada laba dan aset yang dimiliki. Semakin besar pembiayaan yang diperoleh maka semakin tinggi laba dan aset nasabah, sehingga usaha usaha nasabah mengalami pertumbuhan. Irvansyah (2005), dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan dengan Metode Mudharabah dan Musyarakah (Studi Kasus Nasabah PT. Permodalan Nasional Madani Jakarta)” menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembiayaan dan berpengaruh nyata adalah tingkat pengembalian yang diharapkan, tingkat besarnya jaminan, pengaruh jaminan dan pencataan keuangan. Ekowati dalam Anggraeni (2006), dengan judul penelitian “ FaktorFaktor yang Mempengaruhi Permintaan Debitur dalam Pengembalian Kredit
dan
Penilaian
menyimpulkan
bahwa
Atribut
Lembaga
faktor-faktor
yang
Keuangan
yang
mempengaruhi
Ideal” debitur
mengambil kredit secara umum yaitu skala usaha, frekuensi, periode angsuran dan lama interaksi dengan lembaga keuangan. Diantara atribut yang
diajukan
untuk
dinilai
debitur
berturut-turut
dari
tingkat
kepentingannya : lokasi strategis, sistem pelayanan, tingkat suku bunga,
27
performan karyawan, kredibilitas lembaga keuangan, materi komunikasi, kecanggihan teknologi dan jam atau hari buka. Pursito (2003) dalam penelitiannya yang berjudul ” Kajian Efektivitas dan Faktor- Faktor Penyaluran Kredit dalam Pembiayaan Industri Kecil dan Menengah Pangan oleh BRI di Semarang” menyebutkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi terhadap pengambilan kredit adalah umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan karyawan, pengalaman usaha, pengalaman pengambilan kredit, tingkat pengenalan pegawai, biaya transportasi dan jarak lokasi dari penerima ke bank.
28
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran UMKM memiliki karakteristik pembiayaan yang unik, yakni diperlukan ketersediaan dana tepat waktu, jumlah dan sasaran yang tepat, prosedur yang relatif sederhana. Akses yang mudah dan sederhana merupakan faktor penting bagi pengusaha kecil untuk melakukan pinjaman atau pembiayaan pada perbankan. Pada umumnya suatu lembaga keuangan
yang ideal
menurut pengusaha kecil adalah lembaga keuangan dengan prosedur mudah, persyaratan dan jaminan yang ringan, tingkat bunga yang rendah. BPRS adalah lembaga keuangan mikro syariah formal. BPRS merupakan pihak yang menjadi perantara untuk menyalurkan pembiayaan kepada UMKM. BPRS menetapkan prosedur tertentu dalam perolehan pembiayaan, sehingga untuk mendapatkan pembiayaan, calon debitur harus melalui prosedur yang telah ditetapkan. Untuk mendapatkan pembiayaan, secara garis besar calon nasabah harus melewati suatu proses yaitu: pengajuan pembiayaan oleh nasabah, analisa pembiayaan oleh BPRS, tahap pencairan dan pembayaran kembali (pengembalian). Keputusan pengajuan pembiayaan nasabah akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal internal maupun eksternal. Karakteristik usaha dan individu nasbah disebut sebagai faktor internal, sedangkan pengaruh lingkungan dan atribut bank merupakan faktor eksternalnya. Pada tahap pengajuan nasabah akan diminta oleh pihak BPRS untuk melengkapi beberapa persyaratan
yaitu: persyaratan administrasi dan
persyaratan jaminan. Dalam penilaian kelayakan calon nasabah untuk menerima
pembiayaan
yang
diajukannya,
dipertimbangkan oleh BPRS diantaranya:
ada
beberapa
faktor
penilaian kredibilitas calon
nasabah berdasar pada prinsip 5C (Character, Capability, Capital, Condition of Economic dan Collateral), tingkat profit, besarnya biaya dana (biaya operasional, biaya administrasi, dan besar bagi hasil untuk nasabah), catatan keuangan UMKM. Pada tahapan pencairan BPRS akan melakukan kesepakatan dengan nasabah mengenai biaya administrasi, besarnya
29
angsuran dan jangka waktu pembayaran. Baru kemudian nasabah akan menunggu waktu pencairan dana. Yang pertama kali akan diteliti karakteristik UMKM. Karakteristik ini terbagi jadi dua bagian, yakni karakteristik individu pengusaha dan karakteristik usaha. Untuk menganalisis karakteristik pengusaha dan usaha UMKM menggunakan analisis deskriptif. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengajuan, variabel–variabel yang di masukan dalam pertanyaan berasal dari bank, UMKM sendiri dan lingkungan. Untuk menganalisis faktor tersebut digunakan analisis faktor.
30
Karakteristik usaha Atribut Bank
Lingkungan
Karakteristik Pengusaha
Pengajuan Persyaratan: • Persyarataan administrasi • Persyaratan jaminan
Pembiayaan
UMKM
BPRS
Analisa Pembiayaan Kesepakatan • Biaya Administrasi • Besar Angsuran • Jangka waktu pembayaran • Jangka waktu Pencairan
Prinsip 5 C • Character • Capability • Capital • Condition of Economic • Collateral
Pencairan
keterangan: --------- tidak diteliti
Pengembalian
Instansi Proses Variabel
Gambar 1. kerangka pemikiran penelitian
31
3.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder a. Data primer Data primer diperoleh melalui pengisian kuisioner, pencatatan, dan pengumpulan data dengan dokumen dan wawancara langsung dengan staf ahli yang terkait dengan penelitian. Pengisian kuisioner dan wawancara dilakukan langsung dengan responden yang berasal dari UMKM sebagai pihak yang diberi pembiayaan. Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan
data
tentang
karakteristik
pengusaha
UMKM,
karakteristik usaha UMKM, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengajuan pembiayaan UMKM ke BPRS. Untuk mengumpulkan data tentang skema penyaluran pembiayaan, prosedur pembiayaan dan faktorfaktor yang dipertimbangkan dalam pemberian pembiayaan diperoleh dari pihak BPRS dengan mengumpulkan dokumen–dokumen dan wawancara. b. Data Sekunder Data sekunder yang digunakan diperoleh dari literatur –literatur yang mendukung penelitian, baik dari buku, majalah, data perusahaan dan internet. 3.3. Metode Pengambilan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah UMKM yang menjadi nasabah BPRS Amanah Ummah. Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dengan metode non-probability sampling. Teknik pengambilan sample adalah dengan purposive sampling (pengambilan contoh secara sengaja) dengan pertimbangan kemudahan dan keterwakilan. Responden pada penelitian ini adalah nasabah pembiayaan yang sedang pada tahap pencairan, nasabah yang sedang membayar cicilan dan nasabah yang sedang mengajukan pembiayaan. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 61 responden. Hal ini berdasar pada sebaran normal dan diasumsikan bahwa 61 responden
32
tersebut mampu mewakili jumlah debitur. Dari 61 responden tersebut 30 responden berasal dari wilayah Leuwiliang (dekat dengan BPRS) dan 31 responden berasal diluar daerah Leuwiliang. Selain itu menurut pendapat Gay dan Hiel tahun 1996 dalam Umar yang menyebutkan bahwa untuk studi korelasional, dibutuhkan minimal 30 sampel untuk menguji ada tidaknya hubungan. 3.4. Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan data akan dilakukan setelah pengumpulan data di lapangan. Data–data yang diolah berasal dari data primer dan data sekunder. Sebelum melakukan pengolahan data, untuk jenis data primer yang diperoleh dari hasil pengisian kuisioner dan wawancara, akan diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu dengan tekhnik korelasi product momment dan cronbach alpha menggunakan program SPSS versi 11.5 for window dan excel. 3.4.1. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana ketepatan, kesesuaian, atau kecocokan suatu alat untuk mengukur apa yang akan diukur, disamping mudah dan efisien penggunaannya. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment, yang rumusnya seperti berikut:
r=
n(∑ XY ) − (∑ X ∑ Y )
[n∑ X
2
][
− (∑ X ) 2 n∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
]
.........................................(1)
Keterangan : r = nilai korelasi X = skor setiap pertanyaan Y = skor total Kuisioner yang
diuji validitasnya dalam penelitian ini sebanyak 29
pertanyaan yang terdiri atas 5 kelompok pertanyaaan yang berkaitan dengan variabel yang mempengaruhi pengajuan pembiayaan oleh nasabah BPRS Amanah Ummah. Pertanyaan dinyatakan tidak valid jika
33
r hitung kurang dari r tabel. r tabel yang digunakan sebesar 0,361 dengan selang kepercayaan sebesar 95%. 3.4.2 Uji Reliabilitas
Jika alat ukur telah dinyatakan valid, maka berikutnya alat ukur tersebut diuji reliabilitasnya. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Setiap
alat pengukur
seharusnya
memiliki kemampuan
untuk
memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Tekhnik pengukuran reliabilitas yang akan di pakai adalah Teknik dari Cronbach. Tekhnik ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1-0, tetapi merupakan rentangan antara beberapa nilai misalnya dalam bentuk skala 1-5 seperti skala pengukuran yang akan dipakai dalam penelitian ini. Rumus Cronbach Alpha sebagai berikut: 2 ⎛ k ⎞⎛⎜ ∑ σ b r11 = ⎜ 1 − ⎟ σ t2 ⎝ k − 1 ⎠⎜⎝
⎞ ⎟ .......................................................................(2) ⎟ ⎠
Keterangan : r11
= reliabilitas instrumen
k
= banyak butir pertanyaan
σ t2
= varian total
∑σ
2 b
= jumlah varian butir
untuk menguji reliabilitas, penulis menggunakan SPSS 11,5 for windows. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai alphanya sebesar 0,9124 jauh lebih besar dari nilai r tabel yang digunakan yakni sebesar 0,361. Jadi kuisioner ini dapat diandalkan sebagai alat ukur dalam penelitian. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 3. 3.4.3. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui informasi tentang prosedur pembiayaan, hal-hal yang dipertimbangkan dalam pemberian pembiayaan, karakteristik diri dan usaha responden, alasan nasabah
34
mengajukan pembiayaan. Setelah data tersebut digolongkan, maka akan dianalisis untuk melihat faktor mana yang berpengaruh terhadap pengajuan pembiayaan oleh responden kepada BPRS Amanah Ummah. 3.4.4. Analisis Faktor
Analisis faktor digunakan untuk mengelompokkan beberapa atribut yang memiliki kemiripan karakter, menjadi beberapa kumpulan faktor sehingga atribut-atribut yang ada diringkas menjadi beberapa kumpulan faktor yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi yang digunakan adalah asumsi yang terkait dengan metode statistik korelasi sebagai berikut: a) Besarnya korelasi antar variabel harus cukup kuat, misalnya diatas 0,5. b) Besarnya korelasi parsial, korelasi antara dua variabel dengan menganggap tetap variabel lain harus kecil. Pada SPSS, deteksi terhadap korelasi parsial; dapat dilihat pada Anti-Image Correlation. c) Pengujian seluruh matrik korelasi (korelasi antar variabel), yang diukur dengan besaran Bartlett Test of Sphericity atau Measure Sampling Adquacy (MSA). Hal yang petama akan dilakukan dalam analisis ini adalah menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis. Variabel yang akan dianalisis pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Setelah ditentukan variabel yang akan diuji, langkah selanjutnya adalah menguji variabel tersebut dengan menggunakan metode Bartlett Test of Sphericity atau Measure Sampling Adquacy (MSA). Output dari tahapan pertama akan di dapat angka Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adquacy (KMO-MSA). Tahapan selanjutnya adalah factoring, Output yang dihasilkan dari proses ini adalah pengelompokan variabel menjadi faktor-faktor. Untuk memperjelas variabel yang masuk kedalam faktor tertentu, proses selanjutnya dari analisis faktor ini adalah melakukan proses factor rotation terhadap faktor yang telah terbentuk. Setelah faktor terbentuk berikutnya adalah interpretasi, khususnya memberi nama yang sedapat mungkin mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut.
35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Lokasi Perusahaan dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Amanah Ummah Leuwiliang Bogor. Lokasi dan kantor beralamat di Jl. Leuwiliang No. 1, Leuwiliang Bogor. Permilihan
tempat
ini
dilakukan
secara
sengaja
dengan
memperhitungkan BPRS Amanah Ummah merupakan BPRS pertama di Bogor. Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret 2007 sampai dengan Juni 2007. 4.1.2. Sejarah Perusahaan
BPRS Amanah Ummah adalah salah satu BPRS yang beroperasi di wilayah Bogor Barat. Tujuan didirikannya BPRS oleh pendahulunya dulu adalah untuk menumbuhkan ekonomi masyarakat atas dasar syariah Islam, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Sebagaimana bangsa yang mayoritas penduduknya beragama Islam, kehadiran bank syariah di Indonesia adalah suatu kebutuhan sekaligus keharusan. Hal ini didasarkan pada suatu keyakinan umat yang kuat bahwa ajaran Islam adalah ajaran yang tidak hanya mengatur masalah aqidah akhlak, tetapi juga mengatur masalah ibadah dan muamalah dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk bidang sosial dan ekonomi. Akan tetapi dalam kenyataannya kehidupan masyarakat tidak mencerminkan nilainilai syariah. Keadaan ini menimbulkan keprihatinan seorang ulama dan cendikiawan muslim Bogor, yaitu Bapak KH. Sholeh Iskandar (alm), yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Badan Kerjasama Seluruh Pondok Pesantren (BKSPP) Jawa Barat. Beliau mulai merintis pembentukan lembaga keuangan yang dapat membantu masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan.
36
Dalam berbagai kesempatan, beliau menyampaikan gagasannya di hadapan sejumlah ulama dan cendikiawan muslim, yang ternyata mendapat tanggapan dan dukungan yang positif. Selanjutnya pada awal Januari 1991, secara resmi beliau mengundang sejumlah ulama, cendikiawan, dan pengusaha muslim untuk membicarakan pendirian lembaga keuangan yang beroperasi atas dasar syariah islam. Melalui pertemuan tersebut tercapailah suatu kesepakatan untuk membentuk lembaga keuangan yang beroperasi dengan syariah Islam yang nantinya membantu masyarakat muslim, khususnya pengusaha muslim yang berekonomi lemah. Mengingat pada saat itu belum ada peraturan resmi tentang lembaga keuangan islam, maka dibentuk Lembaga Swadaya Masyarakat yang berupa koperasi simpan pinjam, yang diberi nama Koperasi Ikhwanul Muslimin. Pada pertengahan Januari 1991, pemrakarsa mendapatkan informasi bahwa di Indonesia khususnya Jawa Barat telah lahir BPR yang beroperasi berdasarkan syariah. Pada awal Februari 1991 dibentuk tim untuk menyusun proposal pendirian bank syariah. Kemudian pada bulan juli 1991 proposal diajukan ke Departemen Keuangan Republik Indonesia (DKRI). Pada tanggal 16 Desember 1991 terbit izin prinsip dari DKRI . Pada tanggal 18 Mei 1992 yang bertepatan dengan tanggal 2 Muharram 1413 H, terbitlah izin operasional usaha bank. Pada akhirnya pada tanggal 11 Juli 1992 diadakan soft opening sekaligus mulai melakukan kegiatan operasionalnya. Sedangkan peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 1992 oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Bogor. Dengan demikian BPRS Amanah Ummah lahir dengan semangat keagamaan dan keinginan yang kuat untuk memperbaiki kehidupan ekonomi umat Islam. 4.1.3. Visi, Misi, Moto, dan Budaya Perusahaan
Adapun visi, misi, moto, dan budaya perusahaan adalah sebagai berikut:
37
Visi :
Menjadi BPR Syariah Pilihan Umat Menjadi BPR Syariah yang Amanah dan Profesional Misi:
Membangun Kualitas Kehidupan Umat Melalui Perbankan Syariah. Moto:
Meraih Laba, Menepis Riba, Mengundang Berkah Budaya Perusahaan:
Pelayanan Cepat, Amanah, dan Ramah. 4.1.4. Struktur Organisasi
Struktur organisani di PT BPRS Amanah Ummah merupakan aspek yang paling menentukan untuk perkembangan perusahaan yang memperlihatkan kejelasan hubungan dan tugas-tugas bagian struktural. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) berada di puncak organisasi. Dewan
Pengawas
Syariah
(DPS)
memiliki
wewenang
untuk
memberikan nasihat dan saran syariah khususnya yang berhubungan dengan produk-produk bank syariah. Dalam kegiatan operasional bank dikepalai oleh seorang direksi yang didampingi oleh asisten direksi. Dewan direksi membawahi tiga kepala bidang yaitu kepala bidang operasional, kepala bidang marketing dan kepala bidang umum dan personalia. Bagian dari struktur organisasi tersebut yang langsung bertanggung jawab pada pelaksanaan pembiayaan adalah semua bagian dibawah kabid marketing. Kabid marketing sendiri membawahi remedial, funding officer, account officer, legal officcer, dan ADMP (administrasi pembiayaan). Adapun tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut: 1. Kabid Marketing Tugas utamanya adalah melakukan pembinaan, mengawasi serta mengarahkan aktivitas kerja staf–staf yang berada dibawahnya, agar dapat memastikan kualitas pembiayaan yang sehat serta meraih keuntungan yang maksimal dan sesuai dengan target yang diharapkan.
38
2. Remedial Tugas utamanya adalah melakukan penjemputan atas setoran tabungan maupun angsuran pembiayaan dan menyetorkannya kepada teller dan memastikan angsuran yang ditagih telah sesuai dengan waktunya. 3. Funding Officer Tugas utamanya adalah melakukan kegiatan pemasaran dalam rangka menghimpun dana masyarakat untuk memastikan tercapainya pelayanan kepada nasabah dan target penghimpunan dana yang telah ditetapkan. 4. Account Officer Kegiatannya adalah melakukan program pembiayaan yang meliputi analisa kelayakan usaha, pengajuan kepada komite pembiayaan,
serta
melakukan
pengawasan
agar
dapat
memastikan tercapainya target pembiayaan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. 5. Legal Officer Legal Officer tugasnya adalah menerima permohonan survey dan taksasi jaminan, memeriksa kelengkapan legalitas data jaminan nasabah, melakukan survey dan taksasi kelapangan kemudian menyampaikannya kepada Account Officer/ komite pembiayaan, melakukan perjanjian pembiayaan dan menyimpan dokumen pembiayaan dan jaminan asli nasabah dalam brangkas jaminan, serta mempertanggung jawabkan tugas-tugasnya kepada kabid marketing. 6. ADMP Tugas utamanya adalah melakukan administrasi data nasabah, melakukan proses pencairan pembiayaan dan membukukan angsuran pembiayaan nasabah guna menjamin data dan angsuran yang teradminstrasi secara lengkap dan akurat.Gambar struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 1.
39
4.1.5. Produk–Produk
Kegiatan usaha bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan memberikan kredit atau pembiayaan kepada masyarakat. BPRS Amanah Ummah memiliki dua kategori produk yaitu produk penghimpunan dana dan produk penyaluran dana. 1. Produk Penghimpunan Dana
Produk penghimpunan dana BPRS Amanah Ummah terdiri dari tabungan wadiah, tabungan mudharabah, dan deposito mudharabah. Tabungan wadiah yang ada di BPRS Amanah Ummah adalah tabungan wadiah dengan akad wadiah yadhomanah, berupa titipan nasabah kepada bank. Bank diberi kewenangan untuk mengelola uang dari nasabah tersebut, bila bank mendapatkan keuntungan maka nasabah akan mendapatkan bonus yang langsung dibukukan pada rekening tabungan penabung setiap bulan. Adapun besarnya bonus yang dibagi adalah berdasarkan keuntungan yang didapat dan kebijakan bank. Ada dua jenis tabungan wadiah yaitu: (1) tabungan ummah (tabungan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum, dengan jumlah setoran awal minimal Rp 10.000), (2) tabungan pendidikan (tabungan yang diperuntukkan bagi pelajar, dengan jumlah setoran awal minimal Rp 1.000). Tabungan Mudharabah yang ditawarkan oleh BPRS AU berupa Tabungan Haji dan Umroh (TAHAROH) yang berfungsi untuk menyimpan dana bagi masyarakat yang akan melaksanakan ibadah haji dan umroh. Setoran awal minimal Rp 100.000 dan setoran selanjutnya minimal Rp 50.000, tabungan ini bisa diambil nasabah ketika hendak membayar Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) atau sesuai kesepakatan antara Bank dengan nasabah. Produk penghimpun dana yang lain adalah deposito mudharabah. Bank menerima deposito berjangka baik pribadi maupun lembaga. Akad penerimaan deposito adalah mudharabah, dimana bank menerima dana dari masyarakat untuk diikutkan sebagai penyertaan sementara pada usaha bank, sehingga menghasilkan keuntungan yang
40
maksimal. Bank dan nasabah ada kesepakatan terlebih dahulu mengenai nisbah bagi hasil. Jumlah minimal setoran untuk deposito mudharabah adalah sebesar Rp 1.000.000 dengan jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan. Jumlah penghimpunan dana yang berhasil dikumpulkan BPRS mengalami peningkatan pertahunnya. Berdasarkan laporan keuangan tahun 2006, total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 13. 777. 739. 584, naik sebesar Rp 1. 601. 118. 658 dari total penghimpunan dan pada tahun 2005. Data jumlah penghimpunan dana dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Jumlah Penghimpunan Dana berdasar Akad dan Nasabah BPRS Amanah Ummah periode tahun 2005-2006 Tahun 2005 Rp (miliar) 9,871
Tahun 2006 Rp (miliar) 11,344
Wadiah –Haji
0,407
0,640
Wadiah-pendidikan
0,467
0,473
Wadiah –sunah
0,047
0,036
Wadiah –badan usaha Wadiah
0,256
0,099
Tabungan Yayasan Wadiah
1,156
1,158
-
0,025
12,176
13,77
Jenis tabungan
Wadiah perorangan
Tabungan Zis Total
Sumber : Laporan Keuangan BPRS Amanah Ummah 2006 2. Penyaluran Dana
Produk penyaluran dana yang ada di BPRS terdiri dari pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah dan qardhul hasan. a. Mudharabah (MDA) Pembiayaan mudharabah merupakan kerjasama antara bank sebagai sohibul maal / pemilik dana dengan nasabah sebagai pelaksana usaha (mudharib). Proyek atau usaha tersebut adalah suatu usaha produktif dan halal. Pembagian hasil keuntungan dari
41
proyek atau usaha dilakukan sesuai nisbah yang disepakati bersama. Selain menghitung keuntungan kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa saja yang ditanggung pengelola dan pemodal. Kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaian pengelola ditanggung pemodal. Setelah proyek berjalan dan mendapatkan
keuntungan,
modal
yang
berasal
dari
bank
dikembalikan oleh nasabah. Skema pembiayaan mudharabah berdasarkan teori dapat dilihat pada Gambar 2. PERJANJIAN BAGI HASIL
Keahlian/
Modal
Keterampilan
100%
MUDHARIB
BANK PROYEK/ USAHA
Nisbah X%
Nisbah PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
Y%
MODAL
Gambar 2. Skema Pembiayaan Mudharabah Sumber : Pedoman Pembiayaan BPRS Amanah Ummah (2003) b. Musyarakah (MSA) Pembiayaan musyarakah merupakan perjanjian antara bank dengan nasabah sebagai pengusaha, dimana pihak bank maupun pengusaha secara bersama-sama membiayai usaha yang dikelola secara bersama maupun salah satu pemilik dana atau pihak yang disepakati bersama. Pembagian keuntungan dibagikan sesuai dengan kesepakatan bersama, sedangkan apabila mengalami kerugian ditanggung sesuai dengan porsi modal penyertaan
42
masing-masing. Dalam pembiayaan ini, pemilik dana boleh melakukan investasi manajemen dalam usaha tersebut. Skema pembiayaan musyarakah dapat dilihat pada Gambar 3. Nasabah pembiayaan mudharabah dan musyarakah di BPRS Amanah Ummah masing-masing berjumlah satu orang. Hal ini menunjukkan bahwa perinsip musyarakah dan mudharabah yang mencerminkan sistem bagi hasil dan menjadi ciri khas dari bank yang berlandaskan syariah belum dijalankan secara optimal. Nasabah Parsial: Asset Value
Bank Syariah Parsial: Pembiayaan
PROYEK/USAHA
KEUNTUNGAN
Bagi Hasil Keuntungan Sesuai Porsi Kontribusi Modal (Nisbah) Gambar 3. Skema Pembiayaan Musyarakah Sumber : Pedoman Pembiayaan BPRS Amanah Ummah (2003) c. Murabahah (MBA) Murabahah secara teknis perbankannya adalah akad jual beli antara bank selaku penyedia barang dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. Adapun proses dari pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut: 1. Nasabah mengajukan permohonan, melakukan negoisasi dan memenuhi persyaratan pengajuan pembiayaan murabahah. Barang yang diperjual belikan bukan barang haram, akad bebas dari riba
dan barang tersebut telah disepakati kualifikasi
sebelumnya.
43
2. Jika bank menerima permohonan tersebut, maka selanjutnya bank dan nasabah melakukan kontrak jual beli. Dalam kontrak jual beli, bank boleh meminta nasabah untuk membayar uang muka untuk mengantisipasi jikalau nasabah tidak jadi membeli barang pesanannya. 3. Bank membeli barang yang dipesan nasbah pada supplier. 4. Bank mengirim barang yang dipesan kepada nasabah. 5. Nasabah menerima barang yang dipesan berikut dokumendokumennya. 6. Nasabah membayar cicilan sebesar yang telah disepakati bersama pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Untuk lebih jelas mengenai skema pembiayaan murabahah dapat dilihat pada Gambar 4.
BANK SYARIAH
3
1
Negoisasi dan Persyaratan
2
Akad Jual Beli NASABAH 6
Bayar 4
Beli SUPLIER PENJUAL
5
Kirim
Terima Barang & Dokumen
Gambar 4. Skema Pembiayaan Murabahah dalam Teori Sumber : Pedoman Pembiayaan BPRS Amanah Ummah ,2003 Secara teori skema pembiayaan murabahah seperti yang dilihat pada gambar 4, akan tetapi dalam prakteknya tidak demikian. Dalam melakukan pembelian barang, nasabahlah yang membeli barang kemudian nasabah memberikan nota-nota pembelian barang kepada pihak bank. Bank memberikan uang untuk membeli barang yang dibutuhkan nasabah tidak secara langsung, akan tetapi dilakukan secara bertahap. Hal ini dilakukan sebagai upaya agar semua nota-nota dari pembelian barang diserahkan kepada bank.
44
Skema pembiayaan dalam prakteknya akan menimbulkan kecurangan. Kecurangan dapat terjadi karena pada skema ini tidak terjadi kontak antara pihak bank dan supplier, sehingga memungkinkan nasabah tidak membeli barang yang sesuai dengan yang diajukan. Skema pembiayaan Murabahah dalam praktek dapat dilihat pada Gambar 5. Skema pembiayaan murabahah secara teori merupakan skema yang paling ideal, dimana bank melakukan pembelian dan berhubungan langsung dengan supplier sehingga kecurangan tidak akan terjadi. Akan tetapi skema ini pun memiliki kekurangan dimana nasbah terlihat seperti membayar dua kali beban pajak. Pajak pertama berasal dari pembelian bank kepada supplier dan yang kedua nasabah membayar sejumlah markup yang ditetapkan bank. 1
Pengajuan & Melengkapi persyaratan Akad wakalah (pembelian barang), Akad murabahah 2
BANK
NASABAH Penyerahan nota-nota &Bayar cicilan 5
4
Penyerahan 3
SUPLIER
Beli
Akad jual-beli
Gambar 5. Skema Pembiayaan Murabahah dalam Praktek Pembiayaan murabahah di BPRS Amanah Ummah dikenal sebagai piutang murabahah. Piutang murabahah menempati urutan pertama terbesar dibandingkan pembiayaan lainnya. Pada tahun 2006 piutang murabahah bank mencapai Rp 17.854. 610. 288 atau sebesar 93,74% dari total pembiayaan (Tabel 4). Dari segi kolektabilitas, 92,96% piutang murabahah tergolong lancar dan sisanya adalah termasuk kurang lancar, diragukan dan macet. Konsentrasi pemberian piutang murabahah di BPRS Amanah Ummah disalurkan kepada debitur–debitur dengan plafon sampai dengan Rp 15.000.000 sebanyak 800 debitur, plafon Rp 16.000.000 s.d 70.000.000 sebanyak 310 debitur, dan plafon diatas Rp
45
70.000.000 sebanyak 83 debitur. Marjin murabahah untuk tahun 2006 umumnya berkisar antara 20% sampai dengan 30% per tahun. d. Ijarah (IJR) Pembiayaan dengan akad ijarah merupakan perjanjian dimana bank menyewakan suatu barang atau asset yang dibutuhkan nasabah, harga sewa, jenis barang dan lama waktu sewa ditentukan semasa akad. Nasabah akan membayar sewa barang tersebut kepada bank dengan cara angsur/cicil dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Adapun alur proses pembiayaan ijarah adalah sebagai berikut: 1. Nasabah membutuhkan obyek sewa. Objek dari ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang atau jasa, manfaat tersebut harus dapat dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak. Pemanfaatannya harus sesuai dengan syariah dan spesifikasi nya dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya. 2. Bank menyediakan asset yang disewakan, menanggung biaya pemeliharaan asset dan mejamin tidak terdapat cacat pada asset yang disewakan. 3. Nasabah memiliki kewajiban untuk membayar sewa dan betanggung
jawab
untuk
menjaga
keutuhan
asset
yang
disewanya. Jika asset yang disewa rusak bukan karena kesalahan penggunaan atau pun kelalaian nasabah, maka nasabah tidak bertanggung jawab atas keruksakan tersebut. Asset yang disewakan oleh BPRS Amanah Ummah berupa kios–kios disekitar pasar Leuwiliang. Jumlah nasabah ijarah ada 26 nasabah, biasanya selain sebagai nasabah pembiayaan ijarah mereka juga merupakan nasabah pembiayaan murabahah. Skema pembiayaan ijarah dapat dilihat pada Gambar 6.
46
PENJUAL/ SUPPLIER
OBYEK SEWA
NASABAH
3 2
Sewa Beli
Beli Obyek Sewa 1
Butuh Obyek Sewa
BANK SYARIAH
Gambar 6. Skema Pembiayaan Ijarah Sumber : Pedoman Pembiayaan BPRS Amanah Ummah , 2003 e. Qardhul Hasan (QH) dan Qard (QR) Perjanjian pemberian pinjaman bank kepada pihak kedua atau nasabah dan pinjaman tersebut dikembalikan dengan dengan jumlah yang sama (sebesar yang di pinjam). Pengembalian ditentukan dalam jangka waktu tertentu (sesuai dengan kesepakatan bersama) dan pembayarannya bisa dilakukan secara angsuran maupun tunai. Qardhul Hasan dananya bersumber dari infaq dan shadaqah, sedangkan Qard bersumber dari modal dan laba bank. Skema pembiayaan qardhul hasan dapat dilihat pada Gambar 7. PERJANJIAN QARDH
NASABAH
TENAGA
MODAL
KERJA
100%
BANK
PROYEK/USAHA
100% MODAL KEMBALI KEUNTUNGAN
Gambar 7. Skema Pembiayaan Qardhul Hasan Sumber : Pedoman Pembiayaan BPRS Amanah Ummah , 2003
47
Jumlah nasabah pembiayaan qard ada 15 orang, dari lima belas nasabah tersebut sepuluh nasabah di golongkan lancar, tiga kurang lancar, satu diragukan, dan satu nasabah macet. Pada pembiayaan qard nasabah tidak dimintai jaminan, jadi collateral tidak menjadi syarat pengajuan untuk pembiayaan qard/qardhul hasan. Pembiayaan pada tahun 2006 didominasi oleh pembiayaan murabahah sebesar 93,74%, akan tetapi porsi pembiayaan murabahah menurun dibanding pada posisi akhir tahun 2005 yakni sebesar 97,44% dari total pembiayaan. Lain halnya dengan porsi pembiayaan murabahah yang mengalami penurunan, pembiayaan musyarakah, mudharabah, ijarah dan alqard yang justru mengalami kenaikan. Pembiayaan bai’ as-salam tidak ada karena BPRS menilai resiko pembiayaan bai’as-salam tinggi, sulit dipahami oleh masyarakat dan SDM perbankannya sendiri, selain itu pembiayaan jenis ini bersifat khusus hanya untuk produk-produk pertanian. Tabel 4. Data jumlah nasabah dan nominal pembiayaan per-akad PT BPRS Amanah Ummah tahun 2005-2006 (dalam ribuan) Pembiayaan Berdasarkan akad Murabahah Musyarakah Mudharabah Ijarah Baisalam
Tahun 2006 Jml Nominal Nasabah
Tahun 2005 Jml Nominal Nasabah
17.854.611 250.000 6.000 590.553 -
1.193 1 1 26 -
17.241.022 50.000 18.000 175.777 -
1.012 1 1 22 -
345.378
15
209.418
14
19.046.542
1.236
17.694.217
1.050
Al –Qard Total
Sumber: Laporan Keuangan BPRS Amanah Ummah, 2006 Pembiayaan pada sektor perdagangan masih mendominasi di BPRS Amanah Ummah yaitu sebesar 55,26% dari total pembiayaan. Sedangkan yang paling sedikit adalah pembiayaan untuk sektor pertanian yaitu sebesar 0,81% dari total pembiayaan. Secara kesuluruhan dapat disimpulkan bahwa penyaluran pembiayaan PT BPRS Amanah Ummah mengalami kenaikan baik dari nominal maupun jumlah nasabahnya, kecuali jumlah nasabah pembiayaan di sektor pertanian.
48
Tabel 5. Data jumlah nasabah dan nominal per-sektor ekonomi PT BPRS Amanah Ummah tahun 2005-2006 (dalam ribuan) Tahun 2006 Pembiayaan
Jml Nasabah
Nominal
Tahun 2005 Nominal
Pertanian 154.099 7 261.349 Industri 640.085 9 725.642 Jasa 3.275.323 141 3.291.176 Perdagangan 10.525.096 785 9.407.556 Lain –Lain 4.451.939 294 4.008.494 Total 19.046.542 1.236 17.694.217 Sumber: Laporan Keuangan BPRS Amanah Ummah, 2006 Berdasarkan
pada
penyebaran
lokasi
pembiayaan,
Jml Nasabah 7 7 143 636 257 1.050 Kecamatan
Leuwiliang masih mendominasi yaitu sekitar 37,84%. Hal ini membuktikan bahwa respon masyarakat sekitar BPRS baik. Sistem “jemput bola” yang dilakukan oleh BPRS Amanah Ummah menyebabkan nasabah BPRS ini tidak hanya terbatas di wilayah Kecamatan Leuwiliang, akan tetapi menyebar sampai luar kota. Data jumlah nasabah per-lokasi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Data jumlah nasabah dan nominal per-lokasi PT BPRS Amanah Ummah tahun 2005-2006 (dalam ribuan) Lokasi
Tahun 2006 Nominal Jml (Rp) Nasabah 7.207.780 520 427.957 34 180.872 26 310.497 27 194.923 10 1.951.874 127 196.092 17 174.895 24 343.694 25 237.755 33 1.673.011 132 5.575.464 242
Tahun 2005 Nominal Jml (Rp) Nasabah 7.008.627 503 502.665 26 147.735 13 124.247 12 51.768 8 1.076.525 109 192.647 10 56.356 7 568.404 26 295.123 44 1.350.339 74 5.316.940 202
Leuwiliang Jasinga Cigudeg Nanggung Rumpin Cibungbulang Ciomas Parung Dramaga Pamijahan Ciampea Kodya Bogor Lain-lain luar 571.728 19 1.002.841 kota Jumlah 19.046.542 1236 17.694.217 Sumber: Laporan Keuangan BPRS Amanah Ummah, 2006
49
16 1.050
4.2. Prosedur Pembiayaan
Prosedur pembiayaan yang diterapkan pada BPRS Amanah Ummah adalah sebagai berikut: (i) Pengajuan pembiayaan Pada tahapan ini nasabah mengajukan pembiayaan dengan mendatangi bagian Acount Officer (AO), atau AO yang mendatangi nasabah. Kemudian nasabah mengisi formulir pengajuan pembiayaan dan melengkapi persyaratan administrasi dengan melampirkan fotokopi KTP pemohon, fotokopi KTP suami dan istri, fotokopi kartu keluarga, photo berwarna 4x 6 suami istri pemohon, photo tempat usaha, fotokopi jaminan (misalnya akte tanah, STNK, BPKB, dll), photo jaminan, fotokopi rekening listrik, telepon, air selama tiga bulan terakhir, dan membuka rekening. (ii) Analisa pembiayaan Analisa pembiayaan dilakukan oleh AO, meliputi: 1. Penilaian Character Karakter calon nasabah dinilai dari keseriusan dalam membayar tagihan, agama, jiwa sosial dan sebagainya. Untuk mendapat informasi calon nasabah biasanya AO akan menemui ketua Rukun Tetangga (RT) tempat dimana nasabah tinggal. 2. Penilaian Capability Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam memenuhi kewajibannya. Capability nasabah dapat dilihat dari omset usaha, keuntungan bersih, biaya hidup, dan sebagainya. 3. Penilaian Capital Menilai berapa modal yang dimiliki oleh nasabah, dimaksudkan agar pemberian pembiayaan tidak melebihi modal yang dimiliki oleh nasabah. 4. Penilaian Condition of economic Yang
meliputi
penilaian
kondisi
pemerintah, kondisi alam dan sebagainya.
50
perekonomian,
kebijakan
5. Penilaian Collateral Ada dua jenis jaminan yaitu: a. Jaminan bergerak misalnya: kendaraan bermotor, surat-surat berharga. b. Jaminan tak bergerak misalnya: tanah dan gedung. Penilaian jaminan dilakukan oleh Legal Officer (LO) setelah AO menganalisa caracter, capability, capital dan condition of economic nasabah. Penilaian collateral (jaminan) dilakukan untuk mengecek kelayakan jaminan dengan mentaksir harga barang jaminan dengan jumlah pembiayaan yang diajukan. Makin besar selisih nilai antara jumlah pengajuan dengan taksasi jaminan maka makin bagus untuk bank, dalam artian bank akan merasa aman. Berdasarkan
sistem
syariahnya
penilaian
jaminan
bukan
merupakan prioritas utama dalam penentuan diterima atau tidaknya pengajuan. Jika bank melihat potensi usaha, kapabilitas dan karakter nasabah sudah memenuhi tetapi jaminan tidak memenuhi, bank seharusnya tetap memberikan pembiayaan pada nasabah tersebut. Akan tetapi pearturan Bank Indonesia mensyaratkan untuk setiap penyaluran dana harus disertai dengan akte jaminan, oleh karena itu BPRS Amanah Ummah tetap memperhitungkan jaminan sebagai syarat memperoleh pembiayaan. Untuk menganalisa pembiayaan tentunya AO memerlukan data – data yang relefan guna menilai kelayakan nasabah pembiayaan tersebut. Oleh karena itu AO dan Legal Officer (LO) melakukan On the spot (kunjungan ke lapangan) dan wawancara. BPRS Amanah Ummah menerapkan analisa pembiayaan pada dua aspek yaitu: 1. Analisa terhadap kemauan bayar yang disebut analisa kualitatif, aspek yang dianalisa mencakup karakter dan komitmen nasabah. 2. Analisa terhadap kemampuan membayar yang disebut analisa kuantitatif, pendekatan yang digunakan adalah untuk menentukan
51
kemampuan membayar dan perhitungan kebutuhan modal usaha nasabah adalah dengan pendekatan pendapatan bersih. Hal-hal yang dilakukan BPRS Amanah Umah dalam analisa kualitatif adalah: a. Analisa rugi laba masa lalu (wawancara dan data). b. Menghitung semua penerimaan diluar usaha nasabah. c. Hitung semua biaya diluar kegiatan usaha, seperti keluarga dan pendidikan. d. Menghitung pendapatan bersih. e. Menentukan perbandingan antara angsuran dan pendapatan bersih (rasio angsuran). f. Besarnya angsuran maksimal antara 50%-70% dari pendapatan bersihnya. g. Besarnya pembiayaan yang dapat diberikan oleh BPRS Amanah. Ummah dihitung dengan rumus: Rasio Angsuran X Pendapatan Bersih X Jangka Waktu (iii) Proses File Dalam tahapan ini AO mengumpulkan hasil analisa, kemudian dibuat sebuah proposal sederhana yang menggambarkan calon nasabah mulai dari karakter nasabah, usaha nasabah, neraca, laporan keuangan nasabah yang semuanya itu didapat dari hasil wawancara dan survei yang dilakukan AO. (iv) Pengajuan ke K3 (Ketua Komite Kebijakan pembiayaan) Pada tahapan ini AO akan mempresentasikan proposal pengajuan nasabah dan beragumentasi untuk meyakinkan K3 bahwa calon nasabah layak di plafon yang mana. Ada beberapa tahapan komite yang harus dilewati, hal ini tergantung pada besarnya pengajuan berada pada plafon berapa. 1. Jika pengajuan dibawah Rp 3.500.000 maka tahapan yang harus dilewati adalah bagian AO kemudian setelah disetujui dilanjutkan ke kabid marketing dan terakhir ke direktur.
52
2.
Jika pengajuan berada diantara Rp 3.500.000 sampai Rp 100.000.000, maka tahapan yang harus dilewati adalah bagian AO, kabid marketing, direktur, dan direktur utama.
3.
Jika pengajuan diatas sama dengan Rp 100.000.000, maka tahapan yang harus dilewati adalah AO, kabid marketing, direktur, direktur utama dan dewan komisaris.
Tahapan persetujuan pengajuan pembiayaan yang berlapis berdasarkan besarnya pengajuan secara jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8. AO
Pengajuan ke komite < Rp 3,5 juta
Rp 3,5 – 100 juta
> Rp 100 juta
Kabid Marketing
Kabid Marketing
Kabid Marketing
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur Utama
Direktur Utama
Dewan Komisaris Gambar 8. Tahapan persetujuan pengajuan pembiayaan BPRS Amanah Ummah (v)
Kesepakatan Setelah pengajuan disetujui, kemudian AO memanggil nasabah untuk membuat kesepakatan tentang jenis akad, besar angsuran, jangka
53
waktu pembayaran, dan biaya-biaya. Dalam perhitungan biaya, bank menetapkan sesuai dengan harga riilnya dan merupakan kesepakatan antara nasabah dan bank. Hal yang membedakan antara penetapan biaya di bank lain dengan BPRS ini adalah dimana dalam biaya tersebut selain dihitung berdasarkan harga riil bukan %tase dari pinjaman, biaya yang ditetapkan telah memperhitungankan zakat dan sedekah yang tentunya berdasarkan persetujuan nasabah. Jangka waktu pembayaran berdasarkan jenis pembiayaan ada 2, yaitu: a. Maksimal dua tahun untuk modal kerja. b. Maksimal lima tahun untuk investasi. Semakin lama jangka waktu pembayaran, semakin sedikit jumlah angsuran yang harus dibayar nasabah. sebaliknya makin pendek jangka waktu pembayaran, semakin besar jumlah angsuran yang harus dibayar nasabah. (vi) Pencairan Setelah tercapai kesepakatan, maka tahapan selanjutnya adalah pencairan pembiayaan. Waktu yang diperlukan untuk memproses permohonan pembiayaan dari mulai pengajuan sampai dengan pencairan maksimal dua minggu. Waktu tersebut berlaku untuk nasabah yang mengajukan pertama kali, untuk pengajuan selanjutnya waktu yang dibutuhkan maksimal satu minggu. Khusus untuk pembiayaan murabahah, pencairan dilakukan secara bertahap. Hal ini dilakukan bank untuk menghindari tidak diserahkannya nota pembelian oleh nasabah kepada bank. Hal utama yang menjadi bahan pertimbangan BPRS Amanah Ummah dalam menyalurkan pembiayaan adalah penilaian character dan capacity. Dalam dunia mikro banking, pengertian character adalah kemauan untuk membayar angsuran meski dalam keadaan sulit atau lebih jelasnya calon nasabah harus mempunyai willingness to pay. Capacity menggambarkan adanya aliran kas dari usaha yang dijalankan nasabah, sehingga pembayaran angsuran tidak mengalami
54
kesulitan (ability to pay). Alur prosedur pengajuan pembiayaan dapat dilihat di Lampiran 2. 4.3. Karakteristik Responden
Responden yang dijadikan sampel adalah nasabah pembiayaan BPRS Amanah Ummah dan diambil dengan cara menggunakan tekhnik pengambilan sampel purposive sampling, tekhnik ini mengambil sampel dengan menyesuaikan diri berdasar kriteria atau tujuan tertentu (disengaja). 4.3.1. Usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, sebagian besar nasabah BPRS Amanah Ummah adalah laki-laki dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah perempuan, hanya 3 orang responden laki-laki yang pendidikan terakhir SD. Responden berpendidikan tinggi terbanyak berjenis kelamin laki–laki yang berusia 21-40 tahun. Jika dilihat dari segi umur, nasabah dalam penelitian ini ternyata memiliki umur yang relatif muda. Hal ini terlihat dari 88.5% responden berumur dibawah 60 tahun, dan hampir separuhnya berusia dibawah 40 tahun. Dengan kondisi tersebut dapat diperkirakan
bahwa
masih
terbuka
peluang
untuk
terus
mengembangkan usaha yang berarti peluang untuk terus mengajukan pembiayaan akan semakin besar. Mengenai latar belakang pendidikan nasabah BPRS Amanah Ummah dalam penelitian ini sebagian besar (67,3%) berada di dalam kelompok pendidikan yang cukup tinggi yaitu SMA dan Sarjana. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula kualitas kewirausahaannya. Semakin tinggi kualitas kewirausahaan kemampuan untuk mengembangkan skala usaha akan semakin baik. Semakin besar skala usahanya, semakin besar kebutuhan modal dan pada akhirnya semakin besar kebutuhan akan pembiayaan. Penilaian latar belakang pendidikan merupakan salah satu pendekatan dalam mengukur capacity nasabah pembiayaan. Jika
55
latar belakang pendidikan pengusaha dan pekerja memadai maka kegiatan usaha akan berjalan lancar dan hasil usahanya akan mampu melunasi kewajibannya tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Data sebaran responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Data sebaran nasabah berdasarkan usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan Usia (Tahun)
SD
SMP
SMU
L P L P L ≤ 20 0 0 0 0 1 21-40 2 2 1 4 9 41-60 1 4 2 4 5 ≥60 0 0 0 0 5 Total 3 6 3 8 20 Keterangan : PT = Perguruan Tinggi
PT
P 2 7 0 0 9
L 0 5 2 2 9
P 0 2 1 0 3
Total 3 32 19 7 62
4.3.2. Umur usaha dan mengajukan pembiayaan
Berdasarkan data pada Tabel 7, nasabah paling banyak memiliki pengalaman usaha lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 29 orang, terbanyak kedua adalah nasabah yang memiliki pengalaman usaha antara 2-3 tahun. Nasabah yang memiliki pengalaman usaha lebih lama memiliki kecenderungan untuk mengajukan pembiayaan lebih dari tiga kali. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara lamanya usaha dengan banyaknya pengajuan pembiayaan (frekuensi pembiayaan).
Alasan
sebagian
besar
nasabah
mengajukan
pembiayaan adalah untuk menambah modal usaha dan memperluas usahanya. Data sebaran nasabah berdasarkan pengalaman usaha dan pengalaman mengajukan pembiayaan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Data sebaran nasabah berdasarkan umur usaha dan pengalaman mengajukan pembiayaan Umur usaha 1- 3 Tahun
Pengalaman meminjam 1 kali 2-3 kali > 3 kali 4 5 2
Total 11
3-5 Tahun
6
13
2
21
>5 Tahun
5
13
11
29
Total
15
31
15
61
56
4.3.3. Pengetahuan tentang pembiayaan syariah, prosedur dan sumber informasi
Nasabah BPRS Amanah Ummah rata-rata telah mengetahui prosedur pengajuan pembiayaan, akan tetapi nasabah yang tidak mengetahui tetap ada. Nasabah yang membutuhkan informasi tentang pembiayaan dan persyaratan pembiayaan akan langsung berhubungan dengan bagian customer service. Informasi tentang pembiayaan dengan sistem syariah belum banyak yang mengetahui. Banyak nasabah yang hanya tahu meminjam akan tetapi tidak mengetahui tentang pembiayaan syariah itu sendiri. Adapun nasabah yang mengetahui tentang pembiayaan adalah nasabah tertentu saja. Sumber informasi tentang pembiayaan syariah paling banyak diperoleh dari keluarga dan teman masing-masing sebesar 27%, dan jumlah nasabah yang memperoleh informasi dari BPRS hanya sebesar 24%. Bisa disimpulkan bahwa penjelasan mengenai prinsip syariah pada awal proses penyaluran pembiayaan yang dilakukan pihak BPRS belum efektif.(Gambar 9)
10
11
Keluarga Teman Media (TV/Koran) Promosi BPRS
9
11
Gambar 9. Sebaran Sumber Informasi Pembiayaan Syariah 4.3.4. Jenis usaha, jumlah tenaga kerja dan skala usaha
Jenis usaha yang dilakukan sebagian besar nasabah BPRS Amanah Ummah adalah berdagang. Sektor pertanian dan industri memiliki porsi pembiayaannya lebih sedikit dibandingkan dengan sektor perdagangan. BPRS didirikan untuk membantu UMKM, oleh karenanya sebagian besar nasabah memiliki skala usaha mikro
57
dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 1-4 orang. Pada Tabel 9, ada pengusaha
yang
tidak
mempekerjakan
orang
lain
selain
keluarganya. Hal ini yang membedakan usaha kecil dengan usaha besar dimana pengusaha kecil selain sebagai pemilik, mereka juga bertindak sebagai pengelola usaha tersebut. Tabel 9. Data sebaran nasabah berdasarkan jenis usaha, jumlah tenaga kerja dan skala usaha Jenis Usaha Dagang Jasa Industri Pertanian Total
Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Tidak ada 1-4 5-19 13 31 6 4 3 1 0 0 2 0 1 0 17 35 9
Total 50 8 2 1 61
4.3.5. Tingkat keuntungan dan manajemen keuangan usaha
Kelemahan manajemen keuangan UMKM yang sering dikeluhkan pihak perbankan adalah tidak adanya catatan keuangan, selain itu mereka tidak memisahkan atara keuangan pribadi dengan keuangan. Sebanyak 8 orang nasabah yang memiliki keuntungan lebih dari Rp 5 juta per bulan memiliki catatan keuangan, dan 6 dari 8 nasabah tersebut memisahkan antara keuangan pribadi dengan keuangan perusahaan. Usaha yang memiliki tingkat keuntungan sedang dan kecil cenderung telah memiliki catatan keuangan akan tetapi tidak memisahkan antara keuangan pribadi dengan perusahaan. Tabel 10. Data sebaran nasabah berdasarkan tingkat keuntungan dan manajemen keuangan usaha Pengelolaan Keuangan Ada TA Terpisah TTp Besar ( > 5 juta) 8 0 6 2 Sedang (1-5 juta) 18 7 10 15 Kecil (< 1juta) 16 12 7 21 42 19 23 38 Total 61 61 Ket : TA = Tidak Ada, TTp = Tidak Terpisah Keuntungan per – bulan
Catatan Keuangan
58
4.3.6. Hubungan jarak bank dengan pengalaman mengajukan
Jarak antara tempat tinggal nasabah dengan lokasi bank memiliki keterkaitan dengan banyaknya pengajuan. Nasabah yang berada pada jarak 0-0,55 km artinya nasabah berada di wilayah Leuwiliang yang merupakan tempat berdirinya BPRS Amanah Ummah memiliki kecenderungan mengajukan lebih dari dua kali. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lokasi berpengaruh pada banyaknya pengajuan, semakin dekat lokasi bank dengan tempat tinggal nasabah semakin sering nasabah tersebut mengajukan. Data sebaran responden berdasarkan tempat tinggal dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Data sebaran nasabah berdasarkan jarak lokasi BPRS dan pengalaman memajukan pembiayaan Tempat Tinggal (Km) 0-0,55 0,56-1,11 1,12–1,67 1,68-2,23 2,24-2,79 > 2,28 Total
Pengalaman Mengajukan Pembiayaan 1 Kali
2-3 Kali
>3Kali
3 5 4 1 1 1 15
16 6 4 3 2 0 31
11 2 0 2 0 0 15
Jumlah 29 13 9 6 3 1 61
4.3.7. Hubungan jenis kelamin, pengalaman usaha dan skala usaha
Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa nasabah laki-laki lebih berpengalaman
dibandingkan
nasabah
perempuan.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa kemampuan untuk mengembangkan usaha dan pengalaman usaha pengusaha perempuan relatif terbatas dibandingkan pengusaha laki-laki. Ada sebagian dari nasabah perempuan ini yang meneruskan usaha suaminya yang sudah meninggal. Oleh karena itu mereka tidak terlalu mengetahui prosedur awal, mereka hanya meneruskan kewajiban pembayaran dan mengajukan kembali jika membutuhkan tambahan modal usaha.
59
Tabel 12. Data sebaran nasabah berdasarkan hubungan antara jenis kelamin, skala usaha dan pengalaman usaha. Jenis Kelamin Laki-Laki
BP
Perempuan Total
Mikro TBP 24
BP 9
Kecil TBP 1
1
35
Total
8
18
0
0
26
32
27
1
1
61
Keterangan : BP = Berpengalaman, TBP = Tidak Berpengalaman 4.3.8. Hubungan tingkat pendidikan, pengalaman usaha dan skala usaha
Berdasarkan data di lapangan, penelitian ini menemukan bahwa sebanyak 54,1% nasabah BPRS Amanah Ummah memiliki pengalaman usaha lain sebelum usaha yang dijalankan pada saat penelitian dilakukan. Sedangkan sisanya 45,9% tidak memiliki pengalaman usaha lain. Nasabah yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi cenderung pernah menjalankan usaha lain. Dalam penelitian ini tidak dapat membedakan hubungan tingkat pendidikan dengan skala usaha dikarenakan mayoritas nasabah BPRS yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah skala mikro
dan untuk skala kecil hanya didapat dua sampel. Data
sebaran nasabah berdasarkan pengalaman usaha, skala usaha dan pengalaman usaha dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Data sebaran nasabah berdasarkan tingkat pendidikan, skala usaha dan pengalaman usaha. Tingkat Pendidikan BP SD SMP SMU Pergururan Tinggi Total
Mikro TBP 3 6 16 7
6 5 12 4
32
27
BP
Kecil TBP 0 0 0 1 1
Total 0 0 1 0
9 11 29 12
1
61
Keterangan : BP = Berpengalaman, TBP = Tidak Berpengalaman
60
4.3.9. Hubungan tingkat pendidikan, pengalaman mengajukan pembiayaan dan pengetahuan tentang pembiayaan syariah.
Berdasarkan hasil tabulasi nasabah yang berada pada golongan pendidikan tinggi cenderung lebih sering mengajukan dan tahu akan pembiayaan syariah. Nasabah ini memilih mengajukan bukan hanya atas dasar kebutuhan akan tetapi juga karena sistem syariahnya. Mereka inilah yang berpotensi nasabah yang loyal walaupun tingkat bunga kredit di bank konvensional terus menurun. Tabel 14.Data sebaran nasabah berdasarkan tingkat pendidikan, pengalaman mengajukan dan pengetahuan pembiayaan
SD
1 Kali T TT 1 2
2-3 Kali T TT 2 2
> 3 Kali T TT 1 1
SMP
1
4
2
2
2
0
11
SMU
5
1
13
3
4
2
28
Perguruan Tinggi
1
0
4
2
5
0
12
Total 8 7 21 9 Keterangan : T = Tahu, TT= Tidak Tahu
12
3
61
Total 9
4.4. Aspek-aspek lain 4.4.1. Jenis pembiayaan, jangka waktu pembayaran dan pengalaman terlambat membayar cicilan (menunggak)
Pada Tabel 14 dapat dilihat, responden terbanyak adalah nasabah pembiayaan murabahah dengan jangka waktu pembayaran 1-2 tahun. Jangka waktu pembayaran cicilan yang diambil oleh responden berkisar antara 1-2 tahun, penetapan jangka waktu pembayaran disepakati bersama sehingga 100 % responden berpendapat bahwa jangka waktu pembayaran yang ditetapkan BPRS Amanah Ummah tidak memberatkan. Responden yang mengajukan pembiayaan dengan jangka waktu pembayaran
antara
1-2
tahun
cenderung
tidak
mengalami
keterlambatan pembayaran cicilan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
61
jangka waktu pembayaran yang efektif diterapkan pada UMKM adalah 1-2 tahun. Tabel 15.Data sebaran nasabah berdasarkan jenis pembiayaan, jangka waktu pembayaran dan pengalaman menunggak < 1 tahun
1-2 tahun
> 2 tahun
P
P
P
TP
TP
TP
Total
Musyarakah
0
0
1
1
1
1
4
Mudharabah
0
0
2
3
1
0
6
Murabahah
0
4
14
23
3
5
49
Ijarah
0
0
0
0
1
0
1
Qardh
0
0
0
1
0
0
1
Total
0
4
17
28
3
6
61
Keterangan : P = Pernah, TP= Tidak Pernah 4.4.2. Penilaian nasabah terhadap persyaratan administrasi dan jangka waktu pembayaran
awal,
biaya
Salah satu yang menjadi penyebab utama keengganan UMKM untuk mengajukan pembiayaan atau peminjaman pada bank adalah karena persyaratan yang berbelit-belit. Persyaratan awal yang ditetapkan oleh BPRS Amanah Ummah tergolong mudah, hal ini dibuktikan dengan 65,5% responden yang merupakan nasabah BPRS tersebut menilai persyaratan pembiayan mudah, sedangkan sisanya 34,4 % menilai biasa saja. (Tabel 16) Persyaratan jaminan yang menjadi kendala bagi UMKM dalam mengajukan pembiayaan akan selalu terjadi dikarenakan persyaratan ini harus tetap ada. Hanya saja bentuk dari jaminan itu tidak hanya dalam bentuk barang akan tetapi bisa berupa tabungan deposito atau tabungan yang dimiliki dan nasabah terkait. Yang dimaksud nasabah terkait disini adalah seseorang yang dapat menjamin kepada bank atas pinjaman yang diajukan oleh orang lain. Sebesar 52.5% nasabah menilai untuk memenuhi persyaratan jaminan tergolong sedang, 42.6% responden nasabah menilai mudah, dan 4.9% nasabah lainnya menilai kesulitan untuk memenuhi persyaratan tersebut.
62
Nasabah yang merasa kesulitan untuk memenuhi persyaratan jaminan adalah nasabah yang tidak memiliki sertifikat tanah atau BPKB, oleh karena itu mereka biasanya dimasukkan dalam pembiayaan Qardh atau Qardhul Hasan yang tidak mensyaratkan adanya jaminan. Akan tetapi, pembiayaan jenis Qardh dan Qardhul Hasan jumlah yang terealisasi biasanya tidak mencukupi atau tidak sesuai dengan yang diinginkan. (Tabel 16) Tabel 16. Penilaian nasabah responden terhadap persyaratan-persyartan, biaya administrasi dan jangka waktu pembayaran. No 1
Kriteria Penilaian Mudah Sedang Sulit
Persyaratan Administrasi Total
2
Persyaratan Jaminan
Mudah Sedang Sulit
Total 3
Biaya Administrasi
Rendah Sedang Tinggi
Total 4
Ringan Sedang Berat
Jangka Waktu Pembayaran Total
Jumlah 40 21 0 61 26 32 3 61 33 23 5 61 50 4 7 61
Persentase 65.6 % 34.4 % 0 100% 42.6 % 52.5 % 4.9 % 100% 54.1% 37.7% 8.2% 100% 82% 11.5% 6.5% 100%
Kriteria lain yang dinilai adalah besarnya biaya administrasi. Biaya administrasi yang ditetapkan oleh BPRS merupakan hasil kesepakatan antara nasabah dan bank, selain itu biaya yang ditetapkan adalah biaya administrasi riil dan bukan merupakan persentase dari total pembiayaan. Adanya Infaq dan shadaqah yang disertakan pada saat perhitungan biaya dinilai positif oleh sebagian nasabah. Sebanyak 54,1% nasabah menilai biaya administrasi yang dikenakan oleh BPRS ringan, 37,7% nasabah menilai sedang dan 8,2% nasabah menilai biaya administrasi masih tinggi. (Tabel 16) Dalam hal penetapan jangka waktu pembayaran, sebanyak 82% nasabah menyatakan ringan, 11,5% menyatakan sedang dan 6,5%
63
menyatakan berat. Jangka waktu pembayaran merupakan keinginan dari nasbah sendiri, BPRS hanya menawarkan dan menghitung jumlah cicilan yang harus dibayar. Semakin lama jangka waktu pembayaran semakin kecil jumlah angsurannya, begitu pun sebaliknya. (Tabel 16) 4.3. Faktor–faktor yang mempengaruhi pengajuan pembiayaan
Dalam penelitian ini menggunakan 29 pertanyaan pada kuisioner yang mengarahkan responden pada variabel mana yang mempengaruhi mereka dalam mengajukan pembiayaan. Setiap variabel diberi nilai sesuai dengan yang mereka alami. Skala nilai adalah 1-5 (sangat tidak berpengaruh sampai dengan sangat berpengaruh). Langkah pertama dari pengolahan analisis faktor adalah menilai variabel yang dianggap layak dan telah diuji validitasnya untuk dimasukkan kedalam analisis selanjutnya. Dari hasil SPSS 11,5, diperoleh output hasil pengolahan awal yang sudah memperlihatkan angka MSA (Measure of Sampling Adequacy) 0.653 dengan signifikasi 0,000 oleh karena angka tersebut sudah diatas 0,5 dan signifikasi jauh dibawah 0,005 maka sampel yang ada dapat dianalisis lebih lanjut. Pada tahap pertama di bagian anti image matrics ada beberapa variabel dengan MSA yang tidak memenuhi batas 0,5 sehingga perlu dilakukan pengujian ulang sampai semua variabel memiliki MSA diatas 0,5. Setelah dilakukan reduction beberapa kali, dengan menyisakan 26 variabel maka di dapat angka Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO-MSA) mencapai 0,731 dengan taraf nyata 0,000. oleh karena angka KMO sudah diatas 0,5 dan signifikasi jauh dibawah 0,05 (0,000<0,05), maka semua variabel bisa dianalisis lebih lanjut. Nilai MSA setiap variabel dapat dilihat pada Lampiran 3. Langkah berikutnya adalah melakukan proses inti dari analisis faktor, yakni mengekstraksi sekumpulan variabel yang diteliti sehingga terbentuk hanya beberapa faktor yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Metode yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah Principle Component Analysis (PCA). Setelah proses ekstraksi dilakukan maka diperoleh nilai communality. Pada dasarnya menunjukkan jumlah keragaman suatu variabel mula-mula
64
yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Semakin tinggi nilai communality sebuah variabel, berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk. Untuk variabel persyaratan menunjukkan nilai communality sebesar 0,712, yang artinya sekitar 71,2% varian (keragaman) variabel persyaratan dapat oleh faktor yang terbentuk. Demikian seterusnya untuk variabel-variabel yang lainya, dengan ketentuan semakin besar nilai communality suatu variabel, berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk. Nilai communality setiap variabel dapat dilihat pada lampiran 3. Analisis faktor dengan metode ekstraksi PCA juga menghasilkan out put yang merupakan proses untuk meringkas 26 variabel yang diteliti menjadi 7 faktor. Pembentukan faktor-faktor ini terdapat pada tabel total variance explained di Lampiran 4. Pada tabel tersebut terlihat ketujuh faktor yang terbentuk ini memiliki angka eigenvalues diatas satu. Eigenvalues menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung keragaman 26 variabel yang dianalisis. Jika tabel total variance menjelaskan dasar jumlah faktor yang didapat dengan perhitungan angka, scree plot menampakkan hal tersebut dengan grafik. Grafik ini menunjukkan dampak factoring terhadap angka eigenvalues. Terlihat bahwa dari faktor satu ke faktor dua (garis dari sumbu component number = 1 ke 2 ), arah garis menurun dengan cukup tajam. Kemudian dari faktor dua ke tiga, garis masih menurun. Demikian pula dari 3 ke 4, dan seterusnya masih menurun, namun dengan slope yang lebih kecil. Namun setelah faktor ke 7 angka eigenvalues sudah dibawah angka satu dari sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa untuk meringkas keduapuluh enam variabel tersebut tepat jika dibentuk 7 faktor. Gambar scree plot dapat dilihat pada Lampiran 3. Setelah didapatkan 7 faktor adalah jumlah yang paling optimal, analisis selanjutnya dilakukan pada component matrix yang menunjukkan distribusi keduapuluh enam varibel pada tujuh faktor yang terbentuk. Angka-angka yang terdapat pada tabel component matrix merupakan angka loading factor yang menunjukkan besar korelasi antara suatu variabel dengan faktor
65
pertama sampai faktor tujuh. Proses penentuan variabel asal kedalam faktor dilakukan dengan membandingkan besar korelasi tiap baris yang didasarkan pada angka mutlak loading factor yang diberikan setiap variabel terhadap masing-masing faktor. Dalam tabel component matrix, masih ada beberapa variabel yang tidak terlihat perbedaan yang nyata pada loading factor, sehingga sulit untuk menentukkan variabel tersebut termasuk pada faktor yang mana. (Lampiran 3) Hal ini terlihat dari nilai loading factor yang masih dibawah 0,55, padahal syarat suatu variabel masuk kedalam suatu faktor, nilai loading factor harus diatas 0,55. Untuk melihat perbedaan yang nyata pada nilai loading factor dari setiap variabel maka harus dilakukan proses rotasi. Metode rotasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah varimax, yang bertujuan untuk memperbesar nilai loading factor yang memang sudah besar dan memperkecil nilai loading factor yang memang sudah kecil, sehingga akan diperoleh nilai loading factor yang lebih jelas dan nyata. (Lampiran 3) Hasil dari rotasi varimax ini tidak merubah jumlah faktor yang telah terbentuk, melainkan hanya merubah nilai loading factor saja. Berdasarkan hasil dari rotasi, setiap variabel yang terdapat pada faktor yang terbentuk tersebut harus memenuhi ketentuan cut off point, dimana nilai loading factor harus lebih dari 0,55 agar variabel tersebut nyata termasuk kedalam bagian dari suatu faktor. Akhirnya setelah dilakukan penyaringan dengan ketentuan tersebut tersisa 21 variabel yang dapat dikelompokkan dalam 7 faktor yang telah terbentuk. Hasil analisis faktor adalah 21 variabel yang diteliti melalui analisis faktor dengan metode ekstraksi principle component analysis yang direduksi menjadi tujuh faktor. Hasil rinci dari analisis faktor dapat dilihat pada Tabel 17.
66
Tabel 17. Faktor –Faktor yang mempengaruhi pengajuan pembiayaan Faktor
Eigen value
Varian (%)
Nilai Loading Factor
Variabel asal Persyaratan
Faktor 1 (Prosedur)
7,857
30,219
Faktor II (Karakter nasabah)
2,874
11,055
Faktor III (Atribut bank)
2,316
8,907
Faktor IV (Lingkungan)
1,770
6,806
1,634
6,284
1,206
4,639
1,036
3,985
Faktor V (Karakter usaha) Faktor VI (Kebutuhan modal) Faktor VII (Pengalaman usaha)
Biaya administrasi Jangka waktu pembayaran Besar angsuran Jangka waktu pencairan Nisbah bagi hasil Keberanian mengambil resiko Pengetahuan prosedur Kredibilitas Informasi yang lengkap Sikap dan penampilan karya Lokasi Jam dan hari buka Pengalaman mengajukan Teman Media Promosi Keuntungan usaha Prospek usaha
0,611 0,851 0,831 0,785 0,796 0,721 0,732 0,737 0,686 0,800 0,576 0,782 0,757 0,627 0,756 0,737 0,806 0,811 0,752
Kebutuhan modal 0,745 Pengalaman usaha
0,791
1. Faktor I Faktor pertama diberi nama ”prosedur pembiayaan”, faktor ini memiliki eigenvalue 7,857 dan ini merupakan nilai eigenvalue terbesar diantara ketujuh faktor lainnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor ini merupakan faktor yang paling mempengaruhi nasabah dalam memilih BPRS Amanah Ummah. Faktor prosedur ini dapat menerangkan keragaman data sebesar 30,2%. Variabel-variabel
yang
menyusun
faktor
pertama
diantaranya:
persyaratan pengajuan pembiayaan, biaya administrasi, jangka waktu
67
pembayaran, besar angsuran, jangka waktu pencairan dan besar nisbah bagi hasil. Hal ini dapat diartikan bahwa ada sebagian kelompok nasabah pengaruh prosedur sangat penting dalam keputusannya mengajukan pembiayaan, oleh karena itu prosedur yang telah berlaku di BPRS perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan. Berdasarkan nilai loading factor yang terdapat dalam Tabel 17, dapat dilihat bahwa besarnya angsuran memiliki nilai loading faktor yang cukup kuat (semua angka positif ) dan memiliki korelasi yang positif antar variabel, ini berarti jika persyaratan pengajuan mudah dipenuhi, biaya administrasi murah, jangka waktu pembayaran dan besarnya angsuran tidak memberatkan nasabah, jangka waktu pencairan relatif cepat dan nisbah bagi hasil yang menguntungkan, maka nasabah akan lebih tertarik untuk mengajukan pembiayaan di BPRS Amanah Ummah. Pada faktor ini persyaratan jaminan tidak muncul, hal ini dikarenakan pada tahapan pertama analisis faktor variabel persyaratan jaminan menunjukkan angka MSA (Measure of Sampling Adequacy) dibawah 0,005 sehingga tereduksi. Secara logika dapat dikatakan bahwa jaminan tidak mempengaruhi keputusan pengajuan nasabah, disebabkan nasabah sebenarnya tidak menginginkan adanya persyaratan jaminan tersebut. 2. Faktor II Faktor kedua diberi nama ” karakter nasabah” terdiri dari empat variabel, yaitu keberanian untuk mengambil resiko, pengetahuan tentang prosedur yang berasal dari pihak nasabah. Dua variabel yaitu informasi yang lengkap dan kredibilitas bank yang merupakan atribut dari bank. Faktor ini memiliki nilai eigenvalue 2,874 dan mampu menerangkan keragaman data sebesar 11,1%. Berdasarkan nilai loading factor yang terdapat pada Tabel 18, dapat dilihat bahwa empat variabel tersebut memiliki korelasi yang positif antara variabel. Hal ini berarti bahwa jika informasi yang dibutuhkan oleh nasabah tersedia dan kredibilitas bank yang baik, maka nasabah akan lebih tertarik untuk memilih BPRS Amanah Ummah. Selain atribut
68
perbankan keberanian mengambil resiko dan pengetahuan prosedur mempengaruhi nasabah untuk mengajukan pembiayaan. Pada dasarnya BPRS menilai nasabah dari karakter yang dimiliki untuk menjamin nasabah dapat membayar kewajibannya. Salah satunya adalah keberanian mengambil resiko, jika nasabah berani dalam mengambil resiko maka keberanian untuk mengajukan pembiayaan akan bertambah. BPRS menilai nasabah yang memiliki keberanian yang tinggi layak untuk diberikan pembiayaan karena dengan keberanian yang tinggi, rasa tanggung jawabnya pun akan tinggi sehingga bank tidak perlu takut nasabah ini tidak membayar kewajibannya. 3. Faktor III Faktor ketiga yang diberi nama ”Atribut Bank’ terdiri dari empat variabel, yaitu sikap dan penampilan karyawan, lokasi bank, hari dan jam buka bank, dan pengalaman mengajukan nasabah . Faktor ini memiliki nilai eigenvalue 2,316 dan mampu menerangkan keragaman data sebesar 8,9%. Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa keempat variabel tersebut memiliki nilai loading faktor yang cukup kuat (semua angka positif) dan memiliki korelasi yang positif antar variabel. Artinya dari keempat variabel menunjukkan bahwa sikap dan penampilan karyawan bank yang menarik, lokasi bank yang dekat juga hari dan jam buka bank akan menarik nasabah berpengaruh pada keputusan pengajuan pembiayaan oleh nasabah. Selain atribut bank, pengalaman mengajukan pembiayaan berpengaruh juga pada keputusannya dalam mengajukan pembiayaan pada sebuah bank. Sikap dan penampilan karyawan BPRS Amanah Ummah dinilai baik oleh nasabah dan variabel ini termasuk faktor yang mempengaruhi nasabah dalam mengajukan pembiayaan, oleh karena itu BPRS harus mempertahankan dan terus meningkatkan kinerja dan kualitas personilnya. 4. Faktor IV Faktor keempat yang diberi nama ”pengaruh lingkungan”terdiri dari tiga variabel yaitu pengaruh dari teman, media dan promosi dari banknya
69
sendiri. Variabel ini memiliki eigenvalue 1,770 dan mampu menerangkan keragaman data 6,8%. Berdasarkan nilai loading faktor yang terdapat dalam Tabel 18, dapat dilihat bahwa variabel pengaruh dari teman, media dan promosi memiliki nilai loading faktor dan korelasi yang positif. Artinya
terdapat
pengaruh
lingkungan
sekitar
nasabah
yang
mempengaruhi nasabah dalam mengajukan pembiayaan. 5. Faktor V Faktor kelima disebut karakteristik usaha terdiri dari dua variabel yaitu prosfek usaha dan keuntungan usaha. Variabel ini memiliki eigenvalue 1,634 dan mampu menerangkan keragaman data 6,3%. Dapat dilihat dari nilai loading factor dan korelasi yang positif mengartikan bahwa jika nasabah memiliki keuntungan usaha dan prosfek usaha yang bagus, maka akan semakin berani untuk mengajukan nasabah. Karakteristik usaha ini terkait dengan penilaian capacity dari nasabah. Pengukuran capacity dari nasabah dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan salah satunya adalah pendekatan finansial. Melalui perhitungan laba maka dapat diperhitungkan kemampuan nasabah untuk melunasi kewajibannya. Nasabah yang memiliki keuntungan usaha dan prosfek usaha yang menjanjikan akan lebih memudahkan untuk mendapatkan pembiayaan. 6. Faktor VI Faktor keenam terdiri dari satu variabel yaitu kebutuhan akan tambahan modal. Variabel ini memiliki eigenvalue 1,206 dan mampu menerangkan keragaman data 4,6%. Nilai loading factor yang positif dapat diartikan bahwa semakin meningkatnya kebutuhan akan modal, maka semakin besar keinginan nasabah untuk mengajukan pembiayaan. Penilaian capital merupakan penilaian sejumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Tujuan pembiayaan adalah menyediakan dana dan kebutuhan akan tambahan modal usaha menjadi faktor yang mempengaruhi nasabah dalam mengajukan pembiayaan. Akan tetapi dalam proses analisa pembiayaan, ada prinsip 5C yang salah satunya adalah penilaian capital. Hal ini terlihat seperti kontradiktif
70
dengan tujuan dari pembiayaan. Jika dipikirkan secara rasional ini tidaklah mengherankan, dikarenakan jika nasabah menanamkan modal sendiri yang lebih besar dibandingkan dengan porsi dari bank, maka nasabah akan lebih bersemangat menjalankan usahanya. 7. Faktor VII Faktor ketujuh diberi nama ”pengalaman usaha” , faktor ini hanya terdiri dari satu variabel yaitu pengalaman usaha. Variabel ini memiliki eigenvalue 1,036 dan mampu menerangkan keragaman data 3,9%. Nilai loading factor yang positif dapat diartikan bahwa semakin meningkatnya pengalaman usaha nasabah, semakin besar pengaruhnya terhadap keputusan pengajuan pembiayaan. Pendekatan secara historis dapat dilakukan pihak bank untuk mengukur capacity nasabah. Pengalaman usaha tentunya terkait dengan berapa lama usaha tersebut dijalankan, apakah usahanya selalu mengalami kegagalan atau menunjukkan perkembangan yang semakin maju dari waktu ke waktu. Nasabah dengan usahanya yang telah dijalankan dalam kurun waktu yang lama dan menunjukkan perkembangan yang semakin maju merupakan sinyal positif bagi bank.
71
V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di PT. BPRS Amanah Ummah pada tahun 2007, maka kesimpulan yang dihasilkan adalah sebagai berikut: 1) Prosedur yang diterapkan di BPRS Amanah Ummah telah sesuai dengan kondisi nasabah UMKM, hal ini dibuktikan oleh hampir 100 % responden mengatakan mudah. Tahapan prosedur pembiayaan BPRS Amanah Ummah relatif cepat. Skema pembiayaan murabahah dalam praktek berbeda dengan skema pembiayaan murabahah dalam teori. 2) Faktor utama yang dilihat BPRS dalam menilai calon nasabah adalah character dan capacity, dimana character menunjukan kemauan dan capacity menunjukkan kemampuan nasabah dalam membayar angsuran. Walaupun secara syariah seharusnya bukan yang utama tetapi penilaian jaminan yang dimiliki nasabah tetap diperhitungkan. 3) Nasabah BPRS Amanah Ummah berusia relatif muda, dengan latar belakang pendidikan sebagian besar nasabah berada dalam kelompok pendidikan tinggi yaitu SMA dan sarjana. Pengalaman usaha nasabah rata-rata lebih dari 3 tahun dan pengalaman mengajukan 2-3 kali. Hampir semua nasabah mengetahui posedur pembiayaan akan tetapi hanya sebagian yang tahu tentang pembiayaan syariah. Jenis usaha yang dilakukan sebagian besar responden adalah berdagang dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 1-4 orang. 4) Tujuh faktor yang mempengaruhi pengajuan pembiayaan yaitu: prosedur pembiayaan yang ditetapkan oleh BPRS, karakter nasabah yang terkait dengan keberanian mengambil resiko dan pengetahuan tentang prosedur, atribut bank (sistem pelayanan), pengaruh lingkungan disekitar nasbah, karakter usaha (keuntungan dan prospek), pengalaman usaha nasabah dan kebutuhan akan tambahan modal usaha nasabah.
72
2. Saran
1) Sistem jemput bola yang selama ini dilakukan oleh pihak BPRS Amanah Ummah harus tetap dipertahankan, dikarenakan banyak nasabah yang merasa dipermudah oleh sistem ini. 2) Mengingat masih banyak pengusaha UMKM yang tidak mengetahui tentang pembiayaan syariah, atau pun yang sudah menjadi nasabah tetapi tidak tahu tentang pembiayaan syariah maka diperlukan pembinaan dan penjelasan yang lebih efektif oleh pihak BPRS Amanah Ummah pada awal proses penyaluran pembiayaan. 3) Prosedur yang diterapkan sekarang tetap dipertahankan, sistem pelayanan, sikap dan penampilan karyawan tetap dipertahankan dan terus ditingkatkan mengingat hal ini merupakan faktor yang mempengaruhi pengajuan pembiayaan oleh nasabah.
73
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Yushinta Hesti. 2006. Analisis Efektivitas Kredit UKM (Studi Kasus KBMT Binaul Ummah Kelurahan Pamoyanan, Bogor Selatan). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Arifin, Zainul. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Edisi Revisi. Pustaka Alvabet, Jakarta. As, Deni. 2006. Apresiasi Pemerintah terhadap UMKM dan Industri BPR. Media BPR: 10. .2006. UMKM Menyelamatkan Perekonomian Nasional.Media BPR: 11. BPRS Amanah Ummah. Laporan Tahunan (Annual Report) 2006, Bogor. Firmansyah. 2001. Dinamika Usaha Kecil dan Menengah. P2E-LIPI, Jakarta. Hartati, Sri. Pengaruh Pembiayaan Terhadap Pertumbuhan Penjualan, Laba dan Aset Nasabah(Studi Kasus Pembiayaan Murabahah di PT. BPRS Amanah Ummah Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Indriaty, Etty. 2002. Menulis Karya Tulis Ilmiah Artikel, Skripsi, Tesis dan Disertasi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Jalaludin. 2002. Studi Komparasi Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang Berdasarkan Syariah dengan BPR Konvensional dalam Pemberian Kredit untuk Pengusaha Kecil Perdesaan di Nusa Tenggara Barat (NTB). Tesis pada Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kusafarida, Wida. 2003. BPR Konvensional dan BPR Syariah: Perbandingan Analisis Kinerja Keuangan dan Efektivitas Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada PT. BPR Bali Dayaupaya Mandiri, Kec Ciawi dan PT. BPRS Amanah Ummah, Kec Leuwiliang, Kab. Bogor). Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Muhammad. 2004. Manajemen Dana Bank Syariah. Ekonisia, Yogyakarta. Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Novery, Andrian. 2006. UMKM dan Koperasi dari Bank hingga Premanisme. Horizon. http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=160279.[ 29 November 2006 ] Partomo, T.S. dan A.R. Soejoedono. 2002. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Ghalia Indonesia, Jakarta. Pursito, Didik Jokko. 2003. Kajian Efektivitas dan Faktor-Faktor Penyaluran Kredit dalam Pembiayaan Industri Kecil dan Menengah Pangan Oleh Bank Rakyat Indonesia di Semarang. Tesis pada Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
74
Santoso, Singgih. 2005. Menggunakan SPSS untuk Statistik Multivariat. Elex Media Komputindo, Jakarta. Sumarni, Murti dan Salamah Wahyuni. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. Andi, Yogyakarta. Sulistiowati, Novita dan Riskayanto. 2006. BPR dan Permodalan UMKM. Media BPR: 12. Tangkilisan, Hessel Nogi.S. 2003. Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance: Manajemen Keuangan Bagi Analisis Kredit Perbankan. Balairung dan Co, Yogyakarta. Tambunan, Tulus. 2002. Beberapa Isu Penting Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Salemba Empat, Jakarta. Umar, Husein. 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan.Ghalia Indonesia, Jakarta.
75
76
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. BPRS Amanah Ummah STRUKTUR ORGANISASI PT BPR SYARIAH UMMAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS)
Dewan Pengawas Syariah
DEWAN KOMISARIS
DIREKSI
KABID OPERASIONAL
KA. KANTOR KAS
Teller
KABAG LAYANAN
Customer service
Asisten Direksi
KABID MARKETING
KABAG SIM
Remedial
Funding Officer
Account Officer
KABID UMUM DAN PERSONALIA
Legal officer
Deposito
ADMP
Inventaris dan Personalia SIM
Administrasi dan Keuangan
Pembukuan Cleaning Service
77
Satpam
Sopir
Sekretariat
Lampiran 2. Prosedur pembiayaan PT BPRS Amanah Ummah Informasi
Customer Service
Nasabah Pengisian formulir dan melengkapi persyaratatan tidak lengkap
Account Officer (AO) Lengkap
Analisa Tidak
Layak diteruskan ya
Legal Officer
(LO)
Taksasi
Tidak
Layak diteruskan ya
Proses File
K3
Ditolak
Tidak
Disetujui
Pencairan
ya
Pengarsipan Account Officer (AO)
Kesepakatan
78
ADMP
Lampiran 3. Hasil-hasil analisis Hasil Uji Reliabilitas R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
60.0
N of Items = 29
.9124
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square
.731 851.341
df
325
Sig.
.000
Nilai MSA dari 26 variabel yang diteliti No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Variabel Persyaratan Biaya adminstrasi Jangka waktu pembayaran Besarnya angsuran Jangka waktu pencairan Nisbah Pengaruh keluarga Pengaruh teman Pengaruh media Promosi dari BPRS Tambahan modal Pengalaman usaha Pengalaman mengajukan pembiayaan Kepercayaan diri Keberanian mengambil resiko Pengetahuan tentang prosedur Pelayanan Sikap dan penampilan karyawan Lokasi Jam dan hari buka Pembinaan Kredibilitas Tekhnologi Informasi yang lengkap Keuntungan usaha Prosfek usaha
79
Nilai MSA 0,849 0,698 0,755 0,700 0,729 0,779 0,716 0,613 0,718 0,631 0,628 0,658 0,805 0,826 0,683 0,825 0,727 0,768 0,708 0,647 0,850 0,850 0,819 0,759 0,685 0,631
Lanjutan Lampiran 3.
Communalities Initial SYARAT B. ADM JW pembyrn ANGSURAN JWpencairan NISBAH KELUARGA TEMAN MEDIA PROMOSI nmbh modal pg usaha PMP RESIKO PD TAHU pros pelayanan KARYAWAN LOKASI JAM dan hari buka KREDibilitas PELATihan TEKNOLogi iNFOrmasi KEUNTUNgan PROSFEK
Extraction 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
.712 .775 .792 .729 .771 .691 .821 .719 .681 .758 .777 .795 .572 .755 .553 .629 .816 .758 .777 .714 .644 .712 .467 .732 .785 .756
Extraction Method: Principal Component Analysis. Total Variance Explained Component
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Total 7.857 2.874 2.316 1.770 1.634 1.206 1.036 .871 .834 .710 .612 .587 .541 .473 .437 .380 .302 .299 .257 .236 .198 .160 .145 .116 .086 .064
Initial Eigenvalues % of Cumulative Variance % 30.219 30.219 11.055 41.275 8.907 50.182 6.806 56.988 6.284 63.272 4.639 67.911 3.985 71.896 3.350 75.246 3.210 78.455 2.732 81.187 2.352 83.539 2.257 85.796 2.079 87.875 1.819 89.695 1.682 91.376 1.461 92.837 1.162 94.000 1.150 95.150 .989 96.139 .906 97.045 .761 97.805 .615 98.420 .557 98.977 .445 99.422 .332 99.754 .246 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis
80
Extraction Sums of Squared Loadings % of Cumulative Total Variance % 7.857 30.219 30.219 2.874 11.055 41.275 2.316 8.907 50.182 1.770 6.806 56.988 1.634 6.284 63.272 1.206 4.639 67.911 1.036 3.985 71.896
Lanjutan Lampiran 3.
Scree Plot 10
8
6
Eigenvalue
4
2
0 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
Component Number
Rotated Component Matrix(a) Component 1
2
3
4
SYARAT
.611
-.061
.422
B. ADM
.851
.107
JW pembyrn
.831
.193
ANGSURAN
.785
JWpencairan
5
6
7
.171
.020
.052
.354
.080
.048
-.173
.011
-.021
.072
-.010
-.091
.160
-.157
-.085
.159
.107
.208
.146
-.060
.796
.166
-.061
.185
.136
-.065
.222
NISBAH
.721
.171
.032
-.145
.345
.007
.035
KELUARGA
.166
.266
.465
.473
.175
-.007
-.503
TEMAN
.114
.256
-.050
.756
-.047
.061
-.248
MEDIA
.010
-.074
.224
.737
.158
.237
-.031
PROMOSI
.043
.045
.037
.806
.159
.043
.276
nmbh modal
.086
.084
-.110
.247
.362
.745
-.062
pg usaha
.079
.202
.310
.013
.151
-.046
.791
PMP
.064
.306
.627
-.068
.046
-.193
.195
RESIKO
.123
.732
.240
.006
.035
.381
.021
PD
.116
.524
.428
.233
.157
-.052
-.016
TAHU pros
.110
.737
.141
.064
.139
.152
-.085
pelayanan
.120
.212
.542
.343
-.265
.506
.137
KARYAWAN
.219
.247
.576
.212
-.160
.485
-.111
LOKASI
.193
.224
.782
.004
.277
.022
-.007
-.016
.161
.757
.122
.230
.143
.163
KREDibilitas
.211
.686
.055
.163
.065
.014
.308
PELATihan
.341
.518
.260
-.029
.287
.418
.047
TEKNOLogi
.100
.445
.071
.199
.453
.078
.064
iNFOrmasi
-.061
.800
.235
-.034
.103
-.142
.009
KEUNTUNgan
.120
.053
.202
.242
.811
.100
-.024
PROSFEK
.035
.358
.169
-.028
.752
.071
.163
JAM dan hari buka
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
81
Lampiran 4. Kuisioner Kuisioner Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Pengajuan Pembiayaan (PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor)
Kepada Responden yang terhormat, Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/ skripsi, saya Yunia Indriyani, mahasiswa Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Institut Pertanian Bogor (IPB), sangat memerlukan dukungan Bapak/Ibu untuk mengisi kuisioner ini. Kuisioner ini diedarkan dengan tujuan untuk menganalisis pembiayaan UMKM pada BPRS terutama terkait dengan prosedur pembiayaan pada BPRS Amanah Ummah. Adapun kuisioner diedarkan hanya digunakan untuk kepentingan studi. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner ini. Masukan dan informasi yang Bapak/Ibu berikan sangat berguna bagi penelitian ini. Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi kuisioner ini.
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Petunjuk pengisian kuisioner: Berikan tanda (√ ) pada jawaban yang anda anggap paling tepat Untuk jawaban yang membutuhkan penjelasan, maka tulislah jawabannya pada tempet yang tersedia No..................... A Karakteristik individu 1. Nama: ................................................................................................................................ 2.Alamat:................................................................................................................................. ................ ...................................................................................Telp: .................................. 3. Jenis Kelamin : 1. Laki –laki 2. Perempuan 4. Umur : .................. 5. Pendidikan Formal Terakhir: a. tidak sekolah b. SD (Tamat/Tidak Tamat) c. SMP (Tamat/Tidak Tamat) d. SMU (Tamat/Tidak Tamat) e. Sekolah Kejuruan (Tamat/Tidak Tamat) f. Perguruan Tinggi (Tamat/Tidak Tamat)
82
6. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjalankan usaha a. < 1 tahun b. 1-2 tahun c. 2-3 tahun
d. > 3tahun
7. Apakah Bapak/Ibu memiliki pengalaman menjalankan usaha sebelum usaha sekarang 1. Ya 2. Tidak B. Karakteristik Usaha 1. Jenis usaha apa yang sedang Bapak/Ibu jalankan saat ini? a Dagang (membeli barang, lalu menjualnya kembali) b Jasa (salon, bengkel, yang menawarkan jasa layanan) c Peternakan (beternak ayam, sapi, dsb) d Bertani e Perkebunan f Idustri / produksi g Lainnya, sebutkan................................................ 2. Pada saat pertama kali Bapak/Ibu mendirikan usaha ini, berapa jumlah modal yang dibutuhkan Rp:..................................................................... 3. Untuk menambah modal atau mengembangkan usaha ini, apakah Bapak/ibu perlu meminjam ke Bank? a Ya b Tidak Jika jawaban ya, lanjut ke pertanyaan di bawah ini Berapa besar pinjaman yang Bapak/Ibu pinjam dari Bank a. < 1 juta b. 1- 5 juta c. 5-10 juta d. 10-50 juta e. > 50 juta Apakah jumlah pembiayaan/pinjaman tersebut mencukupi kebutuhan modal usaha 1. Ya 2. Tidak 4. Apakah semua (100%) uang pinjaman tersebut digunakan untuk meningkatkan usaha? a. Ya b. Tidak jika tidak, alasannya.................................................................... ..................................................................................................... 5. Dalam menjalankan usaha ini, apakah Bapak/Ibu memerlukan tenaga kerja a Ya b Tidak Jika ya, berapa jumlah tenaga kerja (TK) yang Bapak/Ibu gunakan untuk menjalankan usaha ini a. 1-4 TK b. 5-19 TK c. 20-99 TK d. >100 TK 6. Bagaimana pemasaran (penjualan) produk atau barang dari usaha Bapak/Ibu a. Lancar b. Tidak jika tidak, alasannya .................................................................................................................... .................................................................................................................... 7. Apakah Bapak/Ibu memiliki pembukuan usaha 1. Ya 2. Tidak 8. Apakah Bapak/Ibu memisahkan antara keuangan pribadi dengan keuangan usahanya? 1. Ya 2. Tidak 9. Perkiraan jumlah keuntungan yang di dapat dari usaha ini per bulannya Rp.............................. C. Alasan Pengajuan Pembiayaan 1. Apakah Bapak/Ibu mendengar informasi tentang pembiayaan syariah? 1. Ya 2. Tidak 2. Darimana Bapak/Ibu mendengar informasi tentang pembiayaan syariah a. Teman
83
b. keluarga c. koran/majalah d. acara TV e. pelatihan/seminar yang diadakan sebuah instansi f. lainnya, sebutkan................................ 3. Kenapa Bapak/Ibu mengajukan pembiayaan ke BPRS Amanah Ummah? (urutkan sesuai alasan yang paling penting ) Beri peringkat 1-5 dari a. Letak BPRS yang dapat dijangkau ..................... yang paling penting hingga b. fasilitas dan pelayanan yang memuaskan ..................... tidak penting c. kebutuhan akan tambahan modal .................... d. sesuai dengan syariat islam .................... e. lainnya, sebutkan................................................................................................................. 4.Jenis Pembiayaan yang Bapak/ibu pernah diajukan ke BPRS Amanah Ummah? a Mudharabah b Musyarakah c Murabahah d Ijarah e Qardhul hasan Alasan memilih jenis pembiayaan tersebut.......................................................... 5.Sudah berapa kali Bapak/Ibu mengajukan pembiayaan ke BPRS a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali d. > 3 kali 8. Apakah Bapak/Ibu pernah mengalami keterlambatan dalam pembayaran cicilanya? 1. Ya 2. Tidak Jika ya, sudah berapa kali................, Alasannya ................................................ ............................................................................................................................. 6. Status pembiayaan a Sudah selesai (lunas) b Sedang mencicil 7. Biasanya persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh Bapak/Ibu untuk mengajukan kredit?(BOLEH MEMILIH LEBIH DARI SATU) a Pengisian formulir permohonan b KTP/Kartu keluarga c Surat izin usaha d Slip gaji e Slip tagihan telpon/listrik f Jaminan g Lainnya, sebutkan.......................... 8. Menurut Bapak/Ibu persyaratan diatas: a. Mudah b. Sedang c. Sulit Jika menyulitkan, di bagian persyaratan mana Bapak/Ibu merasa sulit untuk memenuhi.................................................................... 9. Jenis agunan (jaminan) untuk memenuhi syarat pengajuan pembiayaan di BPRS:.............................................................................................. 10. Apakah untuk memenuhi syarat agunan tersebut, Bapak/Ibu merasa a. Kesulitan b. Biasa saja c. Mudah 11. Berapa biaya administrasi yang harus dibayar Bapak/Ibu setiap kali mengajukan pembiayaan di BPRS Rp:....................../ berapa..........% dari pinjaman sebesar Rp:.......................... 12. Apakah menurut Bapak/Ibu biaya administrasi tersebut?
84
a. Tinggi b. Sedang c. Rendah 13. Berapa jangka waktu pengembalian pembiayaan dari BPRS?.................. 14. Apakah penetapan jangka waktu tersebut memberatkan? 1. Ya 2. Tidak Jika ya, seharusnya................................bln/thn 15. Apakah Bapak/Ibu mengetahui prosedur pembiayaan sebelum mengajukan pembiayan. Ya 2. Tidak
85
16. Pada saat Bapak/Ibu mengajukan pembiayaan ke BPRS Amanah Ummah, alasan-alasan manakah yang memberi pengaruh pada keputusan Bapak/Ibu untuk mengambil pembiayaan/pinjaman ( BERI NILAI UNTUK SEMUA ALASAN PADA TABEL DIBAWAH INI) Nilai Keinginan untuk menambah modal Keinginan memajukan usaha Pengalaman usaha Pengalaman melakukan pembiayaan Beri Nilai: Status kepegawaian 1= sangat tidak Keberanian mengambil resiko berpengaruh Percaya diri 2= tidak berpengaruh Pengetahuan tentang prosedur 3= cukup berpengaruh Sistem pelayanan 4 = berpengaruh Sikap dan penampilan karyawan 5= sangat berpengaruh Lokasi yang mudah dijangkau Jam dan hari buka Tekhnologi yang digunakan Pelatihan –pelatihan yang diberikan Kredibilitas BPRS Informasi yang dibutuhkan lengkap Pengaruh dri keluarga Pengaruh dari teman Pengaruh media (TV, koran) Iklan (promosi) dari pihak BPRS Persyaratan pengajuan yang mudah Besarnya jaminan Biaya administrasi Jangka waktu pembayaran Besarnya angsuran Jangka waktu pencairan pembiayaan Persentase bagi hasil/nisbah Keuntungan yang besar Usaha yang memiliki prospek bagus
( Terimakasih Atas Kerjasamanya.................^_^
86
2