EVALUASI KANDUNGAN NUTRISI DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus Lour) TERHADAP DAYA HIDUP MIKROBA RUMEN DAN KECERNAAN IN VITRO
DESSY AFNI AVIANTI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Kandungan Nutrisi Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) terhadap Daya Hidup Mikroba Rumen dan Kecernaan In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Dessy Afni Avianti NIM D24090018
ABSTRAK DESSY AFNI AVIANTI. Evaluasi kandungan Nutrisi Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) terhadap Daya Hidup Mikroba Rumen dan Kecernaan In vitro. Dibimbing oleh PANCA DEWI MHK dan DWIERRA EVVYERNIE. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efek pemberian daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) sebagai suplemen pakan terhadap ekologi mikroba (bakteri dan protozoa) rumen, serta fermentabilitas dan kecernaan melalui kajian in vitro. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan waktu pengambilan cairan rumen sebagai kelompok, yang terdiri dari kombinasi 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari: R0 (kontrol): 60% H + 40% K, R1: RO + 2.5% T, R2: RO + 5% T, R3: RO + 7.5% T, R4: RO + 10% T. Data dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam, perbedaan yang signifikan diuji menggunakan kontras Ortogonal dan Polinomial. Parameter in vitro dalam rumen yang diukur: uji mikrobiologis (populasi bakteri dan protozoa), fermentabilitas yang meliputi konsentrasi Total Volatile Fatty Acid (TVFA) dan konsentrasi amonia (N-NH3) dan kecernaan (bahan kering dan bahan organik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan nyata (P <0.05) terhadap kecernaan bahan kering dan konsentrasi TVFA pada perlakuan penambahan daun torbangun sebanyak 2.5% didalam ransum (R1). Kata kunci: bakteri, Coleus amboinicus Lour, fermentabilitas, kecernaan, protozoa
ABSTRACT DESSY AFNI AVIANTI. The Nutrient Content Evaluation of Torbangun Leaves (Coleus amboinicus L) to Viability of Microbes in Rumen and Digestibility by In vitro. Supervised by PANCA DEWI MHK and DWIERRA EVVYERNIE. This research was conducted to examine the effect of torbangun (Coleus amboinicus Lour) in the diet on the viability of rumen microbes (bacteria and protozoa populations) and in vitro digestibility, using randomized block design with rumen liquid collecting time as a group with 5 treatments and 3 replicates. The treatments were: R0 (kontrol): 60% H + 40% K, R1: RO + 2.5% T, R2: RO + 5% T, R3: RO + 7.5% T, R4: RO + 10% T. Data were analyzed by Analysis of Variance. Further tested Contrast Ortogonal and Polynomial, if there was significant differences. Parameters that measured include: viability rumen of microorganisms (bacteria and protozoa populations), fermentability (the concentration of TVFA and N-NH3), and digestibility (dry and organic matter) in the rumen. The experiment showed that treatments significantly (P<0.05) affected dry matter digestibility and VFA concentration on additional treatment torbangun leaves as much as 2.5% in the ration (R1). Key words: Coleus amboinicus Lour, digestibility, fermentability, microbe, protozoa
EVALUASI KANDUNGAN NUTRISI DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus Lour) TERHADAP DAYA HIDUP MIKROBA RUMEN DAN KECERNAAN IN VITRO
DESSY AFNI AVIANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi: Evaluasi Kandungan Nutrisi Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) terhadap Daya Hidup Mikroba Rumen dan Kecemaan In vitro Dessy Afni A vianti Nama D24090018 NIM
Disetujui oleh
Dr Ir Dwierra Evvyemie, MS, MSc Pembimbing II
Dr Ir anca Dewi MHK. MSi Pembimbing I
"
Perrnana MScA
, ".
Tanggal Lulus: (
o1
)
Judul Skripsi : Evaluasi Kandungan Nutrisi Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) terhadap Daya Hidup Mikroba Rumen dan Kecernaan In vitro Nama : Dessy Afni Avianti NIM : D24090018
Disetujui oleh
Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Pembimbing I
Dr Ir Dwierra Evvyernie, MS, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus: (
)
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Evaluasi Kandungan Nutrisi Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) terhadap Daya Hidup Mikroba Rumen dan Kecernaan In vitro. Daun torbangun memperlihatkan hasil yang baik sebagai pemacu produksi air susu. Pemberian daun torbangun pada induk tikus putih laktasi dapat meningkatkan produksi susu sampai 30%, namun disisi lain adanya senyawa antibakteri yang terkandung dalam daun tersebut diduga akan mempengaruhi keberadaan mikroba didalam rumen, oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengkaji efek pemberian daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) terhadap ekosistem mikroba (bakteri dan protozoa) rumen, serta fermentabilitas dan kecernaan melalui kajian in vitro. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan di masa mendatang. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013 Dessy Afni Avianti
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN METODE Bahan Alat Lokasi dan Waktu Prosedur Percobaan Rancangan Percobaan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi Mikroba Rumen Kecernaan Bahan Kering Kecernaan Bahan Organik Konsentrasi Total Volatil Fatty Acid (TVFA) dalam Rumen Konsentrasi N – Amonia (NH3) dalam Rumen SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP UCAPAN TERIMA KASIH
xi xi xi 1 1 1 2 3 3 5 6 6 8 9 9 10 10 10 10 10 12 15 15
DAFTAR TABEL 1 Kandungan zat makanan daun torbangun 2 Komposisi ransum kontrol dan kandungan nutrisi yang digunakan pada uji fermentabilitas dan kecernaan in vitro berdasarkan komposisi zat makanan 3 Pengaruh penggunaan daun torbangun terhadap fermentabilitas dan kecernaan in vitro
2
2 8
DAFTAR GAMBAR 1 Regresi linier penggunaan daun torbangun terhadap populasi bakteri total (log CFU ml-1) 2 Regresi linier penggunaan daun torbangun terhadap populasi protozoa (log sel ml-1)
6 7
DAFTAR LAMPIRAN 1 Uji kontras ortogonal perlakuan terhadap kecernaan bahan kering 2 Uji kontras ortogonal perlakuan terhadap kecernaan bahan organik 3 Uji kontras ortogonal perlakuan terhadap konsentrasi Total Volatile Fatty Acid 4 Uji kontras ortogonal perlakuan terhadap konsentrasi N-NH3 5 Uji kontras polinomial perlakuan terhadap kecernaan bahan kering 6 Uji kontras polinomial perlakuan terhadap kecernaan bahan organik 7 Uji kontras polinomial perlakuan terhadap konsentrasi Total Volatile Fatty Acid 8 Uji kontras polinomial perlakuan terhadap konsentrasi N-NH3 9 Dokumentasi penelitian
12 12 12 13 13 13 14 14 14
PENDAHULUAN Susu merupakan sumber energi utama setiap individu yang baru lahir, baik manusia maupun hewan. Adapun salah satu kegunaannya yaitu dalam meningkatkan pertumbuhan tubuh anak saat periode menyusui serta meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan penyakit. Permintaan akan susu terus meningkat dari tahun ketahun, menyebabkan semua ternak penghasil susu harus terus dikembangkan untuk mengimbanginya, selain itu produksi susu yang tinggi sangat diharapkan karena akan meningkatkan pendapatan peternak. Mempertahankan produksi susu agar tetap tinggi dengan jangka waktu yang lama merupakan hal yang tidak mudah, oleh karena itu diperlukan adanya upaya-upaya dan inovasi baru dalam memacu peningkatan produksi dan kualitas air susu sehingga manfaatnya untuk pemenuhan gizi masyarakat dapat tercapai. Daun torbangun memperlihatkan hasil yang baik sebagai pemacu produksi air susu serta mengandung senyawa-senyawa kimia yang berpotensi terhadap berbagai aktivitas biologis. Mahmud et al. (1990) menyebutkan bahwa dalam 100 gram daun torbangun mengandung lebih banyak kalsium, besi, dan karoten total dibandingkan dengan daun Katuk (Sauropus androgynus). Pemberian daun torbangun pada induk tikus putih laktasi dapat meningkatkan produksi susu sampai 30% (Silitonga 1993). Rumetor (2008) menyebutkan bahwa penggunaan daun torbangun 3, 6 dan 9 g kg-1 BB dan disuplementasi Zn-vitamin E, nyata meningkatkan produksi susu kambing PE berturut-turut sebesar 67.22%, 88.46%, dan 98.65%, namun pada penelitian Wening (2007) menyebutkan bahwa Coleus amboinicus ini memiliki sifat oksitosi, yang dapat meningkatkan tonus uterus, sehingga dapat menyebabkan abortus pada marmut. Disisi lain, daun torbangun mengandung senyawa antimikroba. Mikroba memiliki peranan penting dalam proses pencernaan, yaitu sebagai perombak pakan/ransum yang masuk ke dalam lambung ternak ruminansia. Rumen merupakan habitat istimewa sebagai alat pencernaan fermentatif mikroorganisme. Bakteri dan protozoa yang hidup dalam rumen menjadikan ruminansia mampu mencerna serat kasar tinggi (McDonald et al. 2002). Antimikroba yang terkandung di dalamnya dapat berpengaruh terhadap keberadaan mikroba di dalam rumen, oleh karena itu pemakaian torbangun di dalam ransum perlu dibatasi agar produktivitas ternak menjadi optimal. Sehubungan dengan adanya informasi tersebut, maka penelitian ini bertujuan mengkaji efek pemberian daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) terhadap ekosistem mikroba (bakteri dan protozoa) rumen, serta fermentabilitas dan kecernaan melalui kajian in vitro.
METODE Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cairan rumen kambing potong, daun torbangun (Tabel 1), ransum kambing perah (Tabel 2), Trifan Blue Formalin Saline (TBFS), larutan Mc. Dougall, media stok bakteri, media pengencer, media Brain Heart Infusion (BHI), larutan buffer, HgCl2, NaOH 0.5
2 N, HCl 0.5 N, H2SO4 15%, indikator phenolphthalien (PP), asam borat (H3BO3), Na2CO3 jenuh, H2SO4 0.005 N dan indikator merah metil.
Analisis Proksimat Van Soest
Tabel 1 Kandungan zat makanan daun torbangun Kandungan zat makanan*) --------------------------------- (%) BK -----------------------------------BK Abu PK SK LK Beta-N 86.95 7.67 17.87 18.23 0.06 56.17 NDF 64.98
ADF 51.63
Hemisellulosa 13.35
Sellulosa 22.41
Lignin 28.97
Sillika 0.23
*)
Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan,Fakultas Peternakan, IPB. BK : bahan kering, PK : protein kasar, SK : serat kasar, LK : lemak kasar, Beta-N : bahan ekstrak tanpa nitrogen, NDF : neutral detergent fibre, ADF : acid detergent fibre
Tabel 2 Komposisi ransum kontrol dan kandungan nutrisi yang digunakan pada uji fermentabilitas dan kecernaan in vitro berdasarkan komposisi zat makanan Bahan Pakan Penggunaan (% BK)*) Rumput gajah 25 Indigofera sp. 35 Onggok 20 Bungkil kelapa 14 Pollard 2.5 Kapur 1.9 DCP 1.2 Premix 0.4 Total Digestible Nutrient 66.08 Protein kasar 15.09 Ca 1.22 P 0.63 Lignin 4.77 *)
Berdasarkan perhitungan
Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain counting chamber, cover glass, mikroskop, eksikator, tabung CO2, autoclave, shaker waterbath, roller tube, sentrifuge, inkubator, kertas saring whatman No.41, pompa vakum, cawan porselen, oven 1050C, tanur, cawan Conway, alat destilasi, alat titrasi, tabung Hungate, magnetic stirrer, dan tabung fermentor.
3 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2012 sampai Maret 2013, bertempat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Laboratorium Mikrobiologi Nutrisi, dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Prosedur Percobaan Tahap I (Uji Mikrobiologis) 1. Populasi Protozoa Populasi protozoa total yang dihitung dengan metode Ogimoto dan Imai (1981). Sampel (cairan rumen yang telah mengalami perlakuan dan inkubasi 4 jam) dipipet, kemudian filtratnya diambil sebanyak 1 ml dan dicampurkan dengan 1 ml TBFS. Hasil filtrat tersebut diteteskan pada counting chamber sebanyak 2 tetes dan ditutup dengan cover glass hingga merata. Counting chamber yang digunakan mempunyai ketebalan 0.1 mm, dengan luas kotak terkecil 0.0625 mm yang terdapat 16 kotak dan kotak yang dibaca sebanyak 5 kotak. Populasi protozoa diamati dengan mikroskop lensa obyektif dengan pembesaran 40x dan okuler 10x. Populasi protozoa dihitung dengan rumus : 1 x 1000 x C x Fp 0.1 x 0.0625 x 16 x 5 Keterangan : C = jumlah koloni yang dihitung Fp = faktor pengencer Populasi protozoa =
2. Populasi Bakteri Total Populasi bakteri total yang dihitung dengan metode Ogimoto dan Imai (1981). Sampel (cairan rumen yang telah mengalami perlakuan dan inkubasi 4 jam) dipipet 0.05 ml dan dimasukkan ke dalam media stok bakteri. Pengenceran dilakukan sebagai berikut: 0.05 ml kultur bakteri dimasukkan ke dalam 4.95 ml media pengencer. Selanjutnya dari media pengencer diambil kembali sebanyak 0.05 ml, lalu dimasukkan ke dalam 4.95 ml media pengencer berikutnya, sehingga terdapat pengenceran 10-2, 10-4, dan 10-6. Dari masing-masing seri tabung pengenceran diambil sebanyak 0.1 ml, kemudian dimasukkan ke media agar dan diputar sambil dialiri air, agar media dapat menjadi padat secara merata. Selanjutnya bakteri diinkubasi selama tiga hari. Perhitungan populasi bakteri dilakukan dengan rumus: ∑ Koloni 0.05 x 10−x x 0.1 Keterangan : x = tabung seri pengenceran ke-x Populasi bakteri total =
4 Tahap II (Uji Fermentabilitas dan Kecernaan in vitro) 1. Konsentrasi Volatile Fatty Acid (VFA) Total Pengukuran konsentrasi VFA dengan menggunakan metode steam destilasi (General Laboratory Procedure 1966). Prosedur pengukuran VFA, pertama dipersiapkan alat destilasi yaitu dengan mendidihkan air dan mengalirkan air ke kondensor atau pendingin. Kemudian masukkan 5 ml sampel yang diinkubasi pada jam ke-4 dan 1 ml H2SO4 15% ke dalam tabung destilasi. Kemudian dilanjutkan dengan proses destilasi, proses destilasi dilakukan dengan cara menghubungkan tabung dengan labu yang berisi air mendidih. Uap air panas akan mendesak VFA dan akan terkondensasi di dalam pendingin. Destilasi ditampung dengan labu Erlenmeyer 250 ml yang telah terisi 5 ml NaOH 0.5 N. Proses destilasi selesai pada jumlah destilasi yang tertampung ditambahkan indikator phenolphthalein (PP) sebanyak 2-3 tetes, lalu dititrasi dengan HCl 0.5 N sampai terjadi perubahan warna dari merah jambu menjadi bening. Konsentrasi VFA dapat diukur dengan rumus : Konsentrasi VFA total (mM) =
(a − b) x N HCl x 1000 5
Keterangan : a = volume titrasi blanko b = volume titrasi sampel 2. Konsentrasi N-Amonia (N-NH3) Pengukuran konsentrasi N-NH3 menggunakan metode Mikrodifusi Conway (1958). Sebelum digunakan bibir cawan Conway diolesi dengan vaselin. Supernatan yang dihasilkan dari proses fermentasi dengan inkubasi 4 jam diambil 1 ml, kemudian ditempatkan pada salah satu ujung alur cawan Conway, pada ujung satunya dimasukkan 1 ml Na2CO3 jenuh. Antara supernatan dan Na2CO3 tidak boleh bercampur. Larutan asam borat berindikator sebanyak 1 ml ditempatkan dalam cawan kecil yang terletak di tengah cawan Conway, kemudian cawan Conway langsung ditutup rapat hingga kedap udara. Setelah itu cawan Conway digoyang-goyangkan hingga supernatan dan Na2CO3 tercampur rata, dan dibiarkan dalam suhu ruang selama 24 jam. Setelah 24 jam asam borat berindikator dititrasi dengan H2SO4 0.005 N sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah. Konsentrasi N-NH3 dihitung dengan rumus: N-NH3 (Mm) =
Volume H2SO4 x N H2SO4 x 1000
3. Kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik Kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik yang dianalisis dengan menggunakan metode Tilley dan Terry (1963). Sampel dalam tabung fermentor yang sudah diinkubasi 48 jam dan ditetesi HgCl2 disentrifusi dengan kecepatan 2500 rpm selama 15 menit. Supernatan dan endapan dipisahkan, kemudian endapan yang terbentuk ditambahkan 50 ml larutan pepsin-HCl 0.2%. Campuran tersebut diinkubasi selama 48 jam tanpa tutup karet. Setelah 48 jam campuran endapan-pepsin disaring menggunakan kertas saring whatman No.41 dengan bantuan pompa vacum. Hasil saringan (residu) dimasukkan ke cawan porselen yang sebelumnya sudah diketahui bobot kosongnya. Bahan kering diperoleh dengan cara mengeringkan sampel dalam oven 105oC selama 24 jam.
5 Selanjutnya bahan dalam cawan dipijarkan atau diabukan dalam tanur selama 6 jam pada suhu 450-600oC. Sebagai blanko digunakan residu asal fermentasi tanpa sampel ransum perlakuan. Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO) dihitung dengan rumus: % KCBK =
BK sampel x (BK residu – BK blanko) x 100% BK sampel
% KCBO =
BO sampel x (BO residu – BO blanko) x 100% BO sampel
Parameter yang diamati Tahap I : 1. Populasi Protozoa 2. Populasi Bakteri Total Tahap II : 1. Kecernaan Bahan Kering (KCBK) 2. Kecernaan Bahan Organik (KCBO) 3. Konsentrasi Total Volatile Fatty Acid (TVFA) 4. Konsentrasi N-Amonia (N-NH3) Rancangan Percobaan dan Analisis Data Tahap I Torbangun dikombinasikan dengan rumput gajah dengan konsentrasi mencapai 100%. Konsentrasi yang diuji adalah 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%. Hasil uji mikrobiologis dianalisis secara deskriptif, kemudian hasil terbaik dari uji tersebut digunakan sebagai acuan dalam menentukan taraf untuk pengujian fermentabilitas dan kecernaan in vitro. Tahap II Perlakuan :
R0 = Hijauan 60% + Konsentrat 40% (Ransum Kontrol) R1 = R0 + Torbangun 2.5% R2 = R0 + Torbangun 5% R3 = R0 + Torbangun 7.5% R4 = R0 + Torbangun 10%
Rancangan : Kajian in vitro ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan waktu pengambilan cairan rumen sebagai kelompok. Model matematika dalam rancangan tersebut adalah sebagai berikut: Yij = μ + i + βj + εij Dimana : Yij nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke j, µ merupakan komponen aditif dari rataan umum, i adalah efek perlakuan ke-i, βj adalah efek kelompok ke-j, sedangkan εij merupakan pengaruh acak yang menyebar normal (0, σ2).
6 Data yang diperoleh, dianalisis dengan sidik ragam ANOVA (Analysis of variance) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05. Uji lanjut yang digunakan adalah uji kontras ortogonal dan polinomial (Steel dan Torie 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi Mikroba Rumen
Populasi Bakteri (log CFU / ml-1)
Proses fermentasi di dalam rumen dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme didalamnya. Populasi mikroorganisme tersebut berbeda antar satu ternak dengan ternak lainnya. Gambar 1 memperlihatkan bahwa adanya penambahan daun torbangun dalam pakan menyebabkan populasi bakteri turun secara signifikan. Populasi bakteri pada perlakuan yang diberikan daun torbangun sebanyak 25% (T1) yaitu sebesar 2.30 x 106 CFU ml-1. Hasil tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan perlakuan pemberian rumput gajah tanpa penambahan daun torbangun (T0) yaitu sebesar 3.02 x 106 CFU ml-1, sehingga pemberian daun torbangun sebagai pengganti hijauan diduga tidak tepat karena dapat menurunkan populasi bakteri rumen. Persamaan regresi linier dibuat untuk melihat kisaran penggunaan daun torbangun yang paling efektif dalam pakan tanpa mengganggu aktifitas mikroba didalamnya. Persamaan regresi linier untuk populasi bakteri total menggunakan rumus y = -0.013x + 6.522. Nilai x adalah level penggunaan daun torbangun dan y adalah populasi bakteri.
6.80
Populasi Bakteri (log cfu ml-1)
6.50
Linear (Populasi Bakteri (log cfu ml-1))
6.20
y = -0.013x + 6.522 R² = 0.95 Sig. = 0.005
5.90 5.60 5.30 5.00 0
25
50
75
100
Level Penggunaan Torbangun (%)
Gambar 1 Regresi linier penggunaan daun torbangun terhadap populasi bakteri total (log CFU ml-1) Adapun penurunan populasi bakteri tersebut, diduga karena adanya sifat antibakteri yang terkandung dalam daun torbangun. Lawrence et al. (2005) menyebutkan bahwa daun torbangun memiliki tiga komponen utama, yaitu komponen yang bersifat laktagogue, komponen nutrisi, dan farmakoseutika. Farmakoseutika adalah senyawa-senyawa yang bersifat buffer, antibacterial, antioksidan, pelumas, pelentur, pewarna dan penstabil, sehingga penggunaan daun
7 torbangun dalam pakan perlu dibatasi. Adapun kandungan kimiawi dalam daun torbangun antara lain kalium, minyak atsiri (2%), karvakrol, isoprofil-o-kresol, karvon, limonen, dihidrokarvon, dihidrokarveol, asetaldehida, furol, dan fenol (Adi 2006). Tipe bakteri mempengaruhi hasil akhir fermentasi di dalam rumen. Adapun tipe bakteri yang terdapat didalam rumen, diantaranya adalah bakteri selulolitik, amilolitik dan proteolitik. Russel (1989) menyebutkan bahwa mikroorganisme terutama jenis-jenis bakteri selulolitik, bakteri yang mampu memecah selulosa dengan baik, mempengaruhi proses fermentasi dalam rumen dan seluruh aspek dari penyerapan makanan oleh ternak. Penggunaan rumen yang berasal dari ternak pedaging dalam penelitian ini, diduga mempengaruhi sebagian besar proporsi bakteri selulolitik, karena didalam rumen ternak pedaging populasi bakteri selulolitik cenderung lebih rendah dibandingkan pada ternak perah, sehingga proses degradasi menjadi kurang optimum.
Populasi protozoa (log sel ml-1)
5.30 Populasi Protozoa (log sel ml-1)
5.20 5.10
Linear (Populasi Protozoa (log sel ml1))
y = -0.004x + 5137 R² = 0.788 Sig. = 0.020
5.00 4.90
4.80 4.70 4.60 0
25
50
75
100
Level Penggunaan Torbangun (%)
Gambar 2 Regresi linier penggunaan daun torbangun terhadap populasi protozoa (log sel ml-1) Populasi protozoa pada perlakuan yang diberikan daun torbangun sebanyak 25% (T1) adalah 8.8 x 104 sel ml-1. Hasil tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan perlakuan pemberian rumput gajah tanpa penambahan daun torbangun (T0) yaitu sebesar 1.6 x 105 sel ml-1. Adanya penurunan populasi protozoa diduga karena ada senyawa tannin dan saponin yang terkandung dalam daun torbangun. Pada hewan ruminansia, saponin dapat digunakan sebagai antiprotozoa, karena mampu berikatan dengan kolesterol pada sel membran protozoa. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa daun torbangun mengandung alkaloid, flavonoid, dan tanin (Rumetor 2008). Damanik 2001 menambahkan bahwa didalam torbangun, mengandung senyawa aktif berupa saponin dan polifenol. Selain karena pengaruh langsung dari tannin, penurunan populasi protozoa (Gambar 2) diduga karena penurunan populasi bakteri total di dalam rumen. Hal ini disebabkan karena bakteri merupakan sumber makanan bagi protozoa, sehingga penurunan bakteri dapat mengurangi jumlah sumber makanan bagi protozoa. Persamaan regresi linier untuk populasi protozoa menggunakan
8 rumus y = -0.004x + 5.137. Nilai x adalah level penggunaan daun torbangun dan y adalah populasi protozoa. Populasi mikroba rumen ini penting untuk diketahui, yaitu sebagai tolak ukur dalam menentukan efektivitas dari penggunaan daun torbangun sebagai pakan ternak terkait senyawa aktif yang terkandung dalam daun torbangun tersebut. Hasil pengamatan tahap pertama ini menyimpulkan bahwa pemakaian daun torbangun sebagai pengganti rumput gajah diduga akan menurunkan mikroba rumen, sehingga dalam tahap selanjutnya diuji efektivitas daun torbangun sebagai suplemen pakan pada taraf 0-10% dalam ransum terhadap parameter fermentabilitas dan kecernaan in vitro. Kecernaan Bahan Kering Kecernaan bahan kering merupakan suatu tolak ukur untuk menentukan kualitas pakan. Semakin tinggi kecernaan bahan kering, maka semakin tinggi pula zat-zat makanan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Kecernaan in vitro dipengaruhi oleh pencampuran ransum, cairan rumen, pH, pengaturan suhu fermentasi, lamanya waktu inkubasi, ukuran partikel sampel dan larutan penyangga (Selly 1994).
Tabel 3 Pengaruh penggunaan daun torbangun terhadap fermentabilitas dan kecernaan in vitro Parameter Perlakuan KCBK (%) KCBO (%) TVFA (mM) N-NH3 (mM) R0 79.62 ± 2.76a 77.71 ± 3.14a 152.00 ± 6.89a 15.88 ± 3.64 R1 76.56 ± 0.63b 74.96 ± 0.93a 126.86 ± 5.70b 15.48 ± 0.86 R2 75.35 ± 3.03c 73.47 ± 3.05b 125.33 ± 6.54c 13.62 ± 1.73 R3 74.15 ± 2.16c 72.97 ± 2.16b 113.52 ± 2.59d 12.70 ± 0.52 R4 73.58 ± 1.34c 71.53 ± 0.58b 107.57 ± 5.84d 12.70 ± 0.52 1 Linier ** ** ** TN Kuadratik2 TN TN TN TN 3 Kubik TN TN TN TN Kuartik4 TN TN TN TN Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (Uji kontras orthogonal). KCBK : Kecernaan bahan kering, KCBO : kecernaan bahan organik, TVFA : total volatile fatty acid, R0: ransum kontrol, R1: R0 + Torbangun 2.5%, R2: R0 + Torbangun 5%, R3: R0 + Torbangun 7.5%, R4: R0 + Torbangun 10%, ** : berbeda sangat nyata pada taraf 1%, TN : tidak nyata 1 pengaruh penambahan daun torbangun secara linier 2 pengaruh penambahan daun torbangun secara kuadratik 3 pengaruh penambahan daun torbangun secara kubik 4 pengaruh penambahan daun torbangun secara kuartik
Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, Tabel 3 menunjukkan bahwa penambahan daun torbangun 0% nyata memberikan perbedaan terhadap kecernaan bahan kering dibandingkan perlakuan 2.5%, 5%, 7.5%, dan 10%
9 (P<0.05), sedangkan pada perlakuan 5%, 7.5%, dan 10% tidak ada perbedaan kecernaan bahan kering (P>0.05). Artinya, penggunaan daun torbangun dalam ransum lebih besar atau sama dengan 2.5% dapat menurunkan kecernaan bahan kering secara signifikan. Penurunan kecernaan bahan kering tersebut dapat digambarkan menggunakan kurva linier. Hal ini diduga karena tingginya kandungan serat kasar dalam bentuk lignin pada daun torbangun (Tabel 1), sehingga dengan meningkatnya level penggunaan daun torbangun, akan meningkatkan konsumsi serat kasarnya. Kandungan serat kasar yang tinggi, umumnya diikuti dengan meningkatnya jumlah lignin yang mengikat selulosa dan hemiselulosa sehingga menyebabkan semakin turunnya nilai kecernaan (Tillman et al. 1998). Kecernaan Bahan Organik Kecernaan bahan organik merupakan faktor penting yang menentukan kualitas ransum. Setiap jenis ternak ruminansia memiliki mikroba rumen dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam mendegradasi ransum, sehingga mengakibatkan perbedaan kecernaan dalam rumen (Sutardi 1979). Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, Tabel 3 menunjukkan bahwa penambahan daun torbangun 0% dan 2.5% nyata memberikan perbedaan terhadap kecernaan bahan organik dibandingkan perlakuan 5%, 7.5%, dan 10% (P<0.05). Artinya, penggunaan daun torbangun hingga 2.5% tidak berbeda nyata terhadap hasil kecernaan bahan organik dibandingkan dengan kontrol. Adapun penurunan kecernaan bahan organik tersebut dapat digambarkan menggunakan kurva linier . Nilai KCBO berbanding lurus dengan KCBK, karena sebagian bahan kering dalam ransum terdiri atas bahan organik (Sutardi 1980), sehingga penurunan KCBK akan menurunkan nilai KCBO. Kandungan serat kasar dan mineral dari bahan pakan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan organik. Semakin tinggi bahan organik yang dikonsumsi akan menghasilkan nilai kecernaan bahan organik yang semakin tinggi pula. Konsentrasi Total Volatil Fatty Acid (TVFA) dalam Rumen VFA dapat menggambarkan fermentabilitas suatu pakan, sebab VFA mencerminkan peningkatan karbohidrat dan protein yang mudah larut. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, Tabel 3 menunjukkan bahwa penambahan daun torbangun 0% nyata memberikan perbedaan terhadap konsentrasi VFA dibandingkan perlakuan 2.5%, 5%, 7.5%, dan 10% (P<0.05). Penurunan konsentrasi VFA tersebut dapat digambarkan menggunakan kurva linier . Konsentrasi VFA tergantung pada jenis ransum yang dikonsumsi (McDonald et al. 2002), sedangkan konsentrasi VFA yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal mikroba rumen, yaitu 80-160 mM (Sutardi 1979). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan daun torbangun hingga 10% dalam ransum akan menurunkan produksi VFA, namun penurunan tersebut masih dalam kisaran normal bagi pertumbuhan mikroba rumen. Penurunan kecernaan bahan kering dan bahan organik diduga menjadi penyebab penurunan konsentrasi VFA, karena ketersediaan substrat sedikit untuk
10 bakteri dalam memproduksi VFA. Menurut Hobson dan Stewart (1997), ketersediaan substrat sangat penting bagi kehidupan mikroba rumen, maupun dalam proses fermentatif dan metabolisme untuk menyediakan energi bagi induk semang. Konsentrasi N – Amonia (NH3) dalam Rumen Amonia merupakan sumber nitrogen utama bagi mikroba rumen karena amonia yang dibebaskan dalam rumen sebagian dimanfaatkan oleh mikroba untuk sintesis protein mikroba (Arora 1995). Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, Tabel 3 menunjukkan bahwa penambahan daun torbangun 0%, 2.5%, 5%, 7.5% dan 10% nyata tidak memberikan perbedaan terhadap konsentrasi NNH3 (P>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan daun torbangun hingga 10% dalam ransum masih dapat memberikan efek positif terhadap sintesis protein mikroba rumen. Konsentrasi amonia berbeda-beda di antara jenis ternak ruminansia tergantung kemampuan mikroba rumennya. Konsentrasi amonia yang optimum untuk menunjang sintesis protein mikroba dalam cairan rumen sangat bervariasi, berkisar antara 6 – 21 mM (McDonald et al. 2002).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pemberian daun torbangun dengan level yang tinggi sebagai bahan pakan tunggal dapat menurunkan aktivitas mikroba rumen, karena adanya senyawa antibakteri dan antiprotozoa yang terkandung dalam daun tersebut. Penggunaan daun torbangun hingga 2.5% sebagai suplemen tidak memberikan pengaruh terhadap kecernaan bahan organik, namun dapat menurunkan kecernaan bahan kering dan produksi TVFA secara signifikan. Peningkatan penggunaan daun torbangun hingga 10% masih dapat menunjang produksi N-NH3, sehingga dapat direkomendasikan untuk pengujian secara in vivo karena penurunan dalam percobaan in vitro ini masih dalam kisaran yang normal. Saran Kajian lebih lanjut mengenai efek penggunaan daun torbangun sebagai suplemen pakan terhadap fermentabilitas dan kecernaan serta produktivitas ternak secara in vivo terkait bahan aktif yang terkandung didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA Adi LT. 2006. Tanaman Obat Dan Jus Untuk Asam Urat Dan Reumatik. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka.
11 Arora SP. 1995. Pencernaan Mikroba pada Hewan Ruminansia. Edisi ke-2. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Pr. Conway EJ. 1958. Microdiffusion Analsis and Volumetric Error. 4th Edition. New York (US): McMillian Publishing. Damanik RZ, Saragih S, Premier R, Wattanapenpaiboon N, Walhlqvist ML. 2001. Consumption of bangun-bangun leaves (Coleus amboinicus Lour) to increase breast milk production in Simalungun, North Sumatera, Indonesia. Asia Pacific J Clinical Nutrition. 10(4):1-10. [GLP] General Laboratory Procedure. 1966. Report of Dairy Science. Madison (US): University of Wisconsin. Hobson PN, Stewart CS. 1997. The Rumen Microbial Ecosystem. London (GB): Blackie Academic & Professional. Lawrence M, Naiyana, Damanik MRM. 2005. Modified nutraceutical composition [Internet]. Melbroune (AU): Freehills patent and trademark Attorneys. [diunduh 2013 April 19]. Tersedia pada: http://www.wipo.int/pctdb. Mahmud M, Slamet K, Apriyantono DS, Hermana RR. 1990. Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan Republik Indonesia. McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrition. 6th Edition. London(GB): Prentice Hall. Ogimoto K, Imai S. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Tokyo (JP): Japan Scientific Societies Pr. Rumetor SD, Jahja J, Widjajakusuma R, Permana IG, Sutama IK. 2008. Suplementasi daun bangun-bangun (Coleus amboinicus lour) dan zincvitamin E dalam ransum untuk memperbaiki metabolisme dan produksi susu kambing peranakan Ettawah. JITV. 13(3):189-196. Russel JB. 1989. Growth Independent Energy Dissipation by Ruminan Bacteria. In: the rumen ecosystem. Tokyo (JP): Japan Scientific Society Pr. Selly. 1994. Peningkatan kualitas pakan serat bermutu rendah dengan amoniasi dan inokulan digesta rumen [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Silitonga M. 1993. Efek laktakogum daun jinten (Coleus amboinicuc L.) pada tikus laktasi [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik. Edisi Ke-3. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Sutardi T. 1979. Ketahanan Protein Bahan Makanan Terhadap Degradasi oleh Mikroba Rumen dan Manfaatnya bagi Peningkatan Produktivitas Ternak. Bogor (ID): LPP. Sutardi T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Tilley JMA, Terry RA. 1963. A two stage technique for the in vitro digestion of forage crop. J British Grassland Soc. 18 : 104 – 111. Tillman AD, Hartadi H, Prawirokusumo S, Reksohadiprodjo S, Lebdosoekojo S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Edisi ke-6. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr. Wening W. 2007. Penambahan daun torbangun (Coleus amboinicus lour) dalam ransum pengaruhnya terhadap sifat reproduksi dan produksi air susu mencit putih (MusMusculus Albinus) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
12
LAMPIRAN Lampiran 1 Uji kontras ortogonal perlakuan terhadap kecernaan bahan kering SK TOTAL PERLAKUAN R0,R1 VS R2,R3,R4 R0 VS R1 R2 VS R3,R4 R3 VS R4 KELOMPOK ERROR
dB 14 4 1 1 1 1 2 8
JK 116.46 69.131 50.204 14.062 4.390 0.476 34.107 13.2197
KT F hitung 8.3184 17.2829 10.4588** 50.2043 30.3814** 14.0619 8.5096* 4.3895 2.6564 0.4758 0.2879 17.0533 10.3199** 1.6525
F 0,05
F 0,01
3.84 5.32 5.32 5.32 5.32 4.46
7.00608 11.2586 11.2586 11.2586 11.2586 8.64911
SK: Sumber Keragaman, dB: derajat Bebas, JK: Jumlah Kuadrat, KT: Kuadrat Tengah, R0: Ransum kontrol, R1: R0 + Torbangun 2.5%, R2: R0 + Torbangun 5%, R3: R0 + Torbangun 7.5%, R4: R0 + Torbangun 10% * = berbeda nyata (P<0.05) ** = berbeda sangat nyata (P<0.01)
Lampiran 2 Uji kontras ortogonal perlakuan terhadap kecernaan bahan organik SK TOTAL PERLAKUAN R0,R1 VS R2,R3,R4 R0 VS R1 R2,R3 VS R4 R2 VS R3 KELOMPOK ERROR
dB 14 4 1 1 1 1 2 8
JK 116.00 66.05 48.737 11.283 5.656 0.372 32.0 17.99
KT F hitung 8.29 16.51 7.3418** 48.7365 21.6700** 11.2833 5.0169 5.6565 2.5151 0.3717 0.1653 16.0 7.1061* 2.2
F 0,05
F 0,01
3.84 5.32 5.32 5.32 5.32 4.46
7.00608 11.2586 11.2586 11.2586 11.2586 8.64911
Lampiran 3 Uji kontras ortogonal perlakuan terhadap konsentrasi Total Volatile Fatty Acid SK TOTAL PERLAKUAN R0,R1 VS R2,R3,R4 R0 VS R1 R2 VS R3,R4 R3 VS R4 KELOMPOK ERROR
dB JK 14 76812.32 4 8480.84 1 3699.28 1 2969.84 1 1785.38 1 26.342 2 20255.8 8 48075.67
KT 5486.59 2120.21 3699.28 2969.84 1785.38 26.3422 10127.9 6009.5
F hitung
F 0,05
F 0,01
0.3528 0.6156** 0.4942** 0.2971** 0.0044 1.6853
3.84 5.32 5.32 5.32 5.32 4.46
7.0061 11.259 11.259 11.259 11.259 8.6491
13 Lampiran 4 Uji kontras ortogonal perlakuan terhadap konsentrasi N-NH3 SK TOTAL PERLAKUAN R0,R1 VS R2,R3,R4 R0 VS R1 R2 VS R3,R4 R3 VS R4 KELOMPOK ERROR
dB 14 4 1 1 1 1 2 8
JK 69.10 34.21 30.15 0.243 3.144 0.666 1.5 33.39
KT 4.94 8.55 30.1530 0.2435 3.1442 0.6664 0.8 4.2
F hitung
F 0,05
F 0,01
2.0490 7.2245* 0.0583 0.7533 0.1597 0.1799
3.84 5.32 5.32 5.32 5.32 4.46
7.00608 11.2586 11.2586 11.2586 11.2586 8.64911
Lampiran 5 Uji kontras polinomial perlakuan terhadap kecernaan bahan kering SK TOTAL PERLAKUAN Linier Kuadratik Kubik Kuartik KELOMPOK ERROR
dB 14 4 1 1 1 1 2 8
JK 116.46 69.13 63.05 5.39 0.44 0.26 34.1 13.2197
KT 8.32 17.28 63.05 5.39 0.44 0.26 17.1 1.7
F hitung
F 0,05
F 0,01
10.46** 38.16** 3.26 0.27 0.16 10.32
3.84 5.32 5.32 5.32 5.32 4.46
7.00608 11.2586 11.2586 11.2586 11.2586 8.64911
Lampiran 6 Uji kontras polinomial perlakuan terhadap kecernaan bahan organik SK TOTAL PERLAKUAN Linier Kuadratik Kubik Kuartik KELOMPOK ERROR
dB 14 4 1 1 1 1 2 8
JK 116.00 66.05 61.69 2.81 1.42 0.12 32.0 17.9923
KT 8.29 16.51 61.69 2.81 1.42 0.12 16.0 2.2
F hitung
F 0,05
F 0,01
7.34** 27.43** 1.25 0.63 0.05 7.11*
3.84 5.32 5.32 5.32 5.32 4.46
7.00608 11.2586 11.2586 11.2586 11.2586 8.64911
14 Lampiran 7 Uji kontras polinomial perlakuan terhadap konsentrasi Total Volatile Fatty Acid SK TOTAL PERLAKUAN Linier Kuadratik Kubik Kuartik KELOMPOK ERROR
dB 14 4 1 1 1 1 2 8
JK 3830.61 3503.57 3132.58 169.25 94.39 107.35 46.1 280.953
KT 273.62 875.89 3132.58 169.25 94.39 107.35 23.0 35.1
F hitung
F 0,05
F 0,01
24.94** 89.20** 4.82 2.69 3.06 0.66
3.84 5.32 5.32 5.32 5.32 4.46
7.00608 11.2586 11.2586 11.2586 11.2586 8.64911
Lampiran 8 Uji kontras polinomial perlakuan terhadap konsentrasi N-NH3 SK TOTAL PERLAKUAN Linier Kuadratik Kubik Kuartik KELOMPOK ERROR
dB 14 4 1 1 1 1 2 8
JK 69.10 34.21 32.89 0.04 0.88 0.40 1.5 33.3895
KT 4.94 8.55 32.89 0.04 0.88 0.40 0.8 4.2
F hitung
F 0,05
F 0,01
2.05 7.88* 0.01 0.21 0.10 0.18
3.84 5.32 5.32 5.32 5.32 4.46
7.00608 11.2586 11.2586 11.2586 11.2586 8.64911
Lampiran 9 Dokumentasi penelitian
Daun Torbangun Kering
Analisis Bakteri Total
Analisis Protozoa
Analisis Kecernaan
Analisis VFA Total
Analisis N-NH3
15
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 5 Desember 1990 dari ayah Hodjin dan ibu Sri Hartinah. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA PGII 1 Bandung dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif dalam organisasi LISES Gentra Kaheman pada tahun 20092010, Paguyuban Mahasiswa Bandung (PAMAUNG) pada tahun 2009-2011, dan Himpunan Mahasiswa Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) pada tahun 2010-2011. Penulis menjadi salah satu penerima beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) IPB pada tahun 2010-2013. Penulis juga berkesempatan mendapatkan dana Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) selama periode 2011 - 2013 sebanyak 3 judul PKM (1 PKMK dan 2 PKMP) yang didanai oleh DIKTI. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi dan Dr Ir Dwierra Evvyernie, MS, MSc selaku dosen pembimbing skripsi. Dr Iwan Prihantoro, SPt, MSi selaku dosen pembahas dalam seminar hasil penelitian pada tanggal 30 Mei 2013. Dr Anuraga Jayanegara, SPt, MSc dan Dr Ir Bagus P Purwanto, MAgrSc selaku dosen penguji sidang, serta Ir Lilis Khotijah, MSi selaku panitia sidang pada tanggal 19 Juli 2013. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada DIKTI yang telah memberikan dana penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, Reza Aditya Nugraha atas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa kepada teman-teman Nutritiousz 46, tim PKM dan sahabat-sahabat Wisma Pioner 1 yang selalu memberikan dukungan dan bantuan dalam pembuatan skripsi ini.