EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODEREN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI SEKOLAH TINGGI ILMU INFORMATIKA DAN KOMPUTER “AMIKOM” YOGYAKARTA
NAMA NIM KELOMPOK PROGRAM STUDI JURUSAN DOSEN
: IRSANDI WAHYU W.S : 11.12.6264 :J : S1 SISTIM INFORMASI : SISTIM INFORMASI : JUNAIDI IDRUS, S.Ag., M.Hum
KATA PENGANTAR
Pancasila sebagai Dasar Negara bangsa Indonesia hingga sekarang telah mengalami perjalanan waktu yang tidak sebentar,dalam rentang waktu tersebut banyak peristiwa yang terjadi pada pancasila itu.
Mulai peristiwa saat pancasila di cetuskan sudah mendapatkan banyak konflik.Hingga sekarang pun di era reformasi dan globalisasi pancasila masih hangat diperbincangkan oleh banyak kalangan terutama kalangan mahasiswa dan politik.
Memang dari sejarah awal perkembangan bangsa indonesia dapat kita lihat bahwa komponen masyarakat terbentuk dari 2 kelompok yaitu kelompok agama dan nasionalis.
Kedua kelompok tersebut berperan besar bagi pembuatan rancangan dasar negara.
Makalah ini di buat sebagai catatan perjalanan pancasila agar kita senantiasa tidak melupakan sejarah pembentukan pancasila sebagai dasar negara.
Yogyakarta,29 Oktober 2011
Irsaandi Wahyu W.S
EKSITENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODEREN DAN GLOBAL PASCA ERA REFORMASI
ABSTRAK
Pancasila selalu berkumandang pada masa Orde Baru di bawah kepemimpinan HM Soeharto. Apa saja selalu dikaitkan dengan Pancasila. Begitu pula dengan Undang-Undang Dasar 1945 selalu dibicarakan. Pancasila dan UUD 1945 menjadi dua istilah sangat popular, bahkan selalu menjadi slogan Orde Baru. Kita tentu masih ingat tentang P-4 (Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila) yang disosialisasikan dalam dunia pendidikan, baik formal, informal maupun non-formal. Istilah Penataran P-4 tidaklah asing bagi generasi muda kala itu. Selanjutnya buat mereka yang aktif dalam organisasi social kemasyarakatan dan politik, istilah asas tunggal Pancasila juga ramai dibincangkan. Sama halnya dengan Pancasila, istilah UUD 1945 juga selalu ditekankan oleh para elit Orde Baru. Mereka kala itu selalu menyebut-nyebut UUD 1945, terlebih ketika hendak menyusun atau membuat berbagai peraturan dan perundang-undangan. Pidato para pejabat selalu mengaitkannya kepada konstitusi tersebut. Tak
pelak lagi, Pak Harto sebagai Presiden, mandataris MPR (Majelis
Permusyawaratan Rakyat) merupakan tokoh utama dalam mensosialisasikan Pancasila dan UUD 1945. Boleh disebut, Pak Hartolah yang secara tegas menyatakan bahwa pedoman, pegangan, landasan, acuan utama kita dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah Pancasila dan UUD 1945. “Kita harus melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen,” ucap Pak Harto dalam tiap kesempatan. Penekanan kata murni dan konsekuen dipahami sebagai tidak perlunya lagi kita mengusik, mengotak-atik Pancasila dan UUD 1945 sebagaimana apa adanya seperti yang ditetapkan pada 18 Agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta. Guna mengamankan konstitusi,
perubahan UUD 1945 hanya dimungkinkan jika melalui persetujuan lewat referendum. Dalam perjalanannya, mengingat begitu kuatnya penekanan tentang pentingnya Pancasila dan UUD 1945 masa Orde Baru, banyak orang merasa bosan, jenuh atau bahkan menjadi antipati. Terlebih lagi memang upaya mensosialisasikan dasar Negara dan konstitusi tersebut oleh elit Orde Baru kala itu seolah tidak ada jemu-jemunya, bahkan cenderung seolah seperti tidak ada kata henti. Kesan pemaksaan sering dijadikan alasan untuk menolak Pancasila. Sementara, banyak pula yang melihat berbagai prilaku, tindakan atau perbuatan, baik oleh pejabat maupun anggota masyarakat, dinilai menyimpang jauh dari nilai-nilai Pancasila yang disosialisasikan dan dilestarikan itu.
LATAR BELAKANG MASALAH
Era globalisasi secara nyata telah membawa perubahan umat manusia dalam banyak hal. Bukti nyata adalah perkembangan teknologi yang sangat pesat. Kemajuan teknologi telah menuntun peradaban manusia ke arah yang lebih modern. Modernisasi tidak dapat dipisahkan lagi dari globalisasi yang semakin hari terus berkembang. Modernisasi sangat mempengaruhi kehidupan manusia baik didalam lingkungan sekolah, lingkungan kerja, bahkan di birokrasi pemerintahan. Kehadiran teknologi informasi yang lebih canggih dari hari ke hari membawa evolusi terhadap kehidupan masyarakat. Kehadiran teknologi pada birokrasi bisa di bilang bermanfaat. Teknologi menawarkan kecepatan dan keakuratan serta keamanan dalam penyimpanan data. Teknologi akan lebih bermanfaat apabila didukung oleh operator yang mampu dalam mengoperasionalkannya. Efisiensi waktu merupakan ciri khas dari teknologi. Kemajuan teknologi informasi juga dapat mewujudkan efisiensi biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah. Inovasi-inovasi teknologi yang demikian pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas membuka peluang bagi pengaksesan, pengolahan, dan pendayagunaan informasi secara cepat dan akurat. Informasi dapat diciptakan dan dihadirkan secara cepat dan dapat segera disebarkan kepada masyarakat..
RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dalam Makalah Eksitensi Pancasila Dalam Konteks Modernisasi,Globalisasi dan Pasca Era Reformasi ini yakni : 1.Pengertian Modernisasi 2.Pengertian Globalisasi 3.Pengetian Reformasi 4.Dampak Modernisasi
PENDEKATAN Pendekatan yang dipakai dalam penulisan makalah ini yakni pendekatan historis dimana pendekatan ini di ambil dari sejarah-sejarah bangsa indonesia.
I. PENGERTIAN MODERNISASI Pada dasarnya setiap masyarakat menginginkan perubahan dari keadaan tertentu kearah yang lebih baikdengan harapan akan tercapai kehidupan yang lebih maju dan makmur. Keinginan akan adanya perubahan itu adalah awal dari suatu proses modernisasi.Berikut ini adalah beberapa pengertian modernisasi dari beberapa pakar,Wilbert E Moore, modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi social kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri Negara barat yang stabil.J W School, modernisasi adalah suatu transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya.Berdasarkan pada dua pendapat diatas, secara sederhana modernisasi dapat diartikan sebagai perubahan masyarakat dari masyaraat tradisional ke masyarakat modern dalam seluruh aspeknya. Bentuk perubahan dalam pengertian modernisasi adalah perubahan yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasa diistahkan dengan social planning Dampak modernisasi dan Globalisasi terhadap jati diri bangsa Indonesia Modernisasi sebetulnya identik dengan pembangunan. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni mewujudkan masyarakat yang maju atau modern sesuai dengan situasi dan kondisi jamannya. Namun apabila kita melihat realita sosial yang terdapat di dalam masyarakat, banyak kita temui permasalahan sebagai akibat dan konsekuensi dari pembangunan itu sendiri. Sebetulnya pembangunan harus menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari kondisi sebelumnya. Namun kenyataannya, pembangunan dilakukan dengan berbagai kekurangan dalam hal perencanaan, sumber daya manusia, pengawasan
dan
moral
atau
karakter
pelaksanaannya.
Akibatnya
dampak
pembangunan kadang lebih dominan daripada prestasi pembangunan. Dampak pembangunan inilah yang disebut biaya sosial (social cost).
Pada dasarnya, dampak negatif dari pembangunan terjadi karena ketidaksiapan masyarakat menghadapi perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh pembangunan tsb. Proses pembangunan membutuhkan penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang seimbang dengan kondisi alam, social dan kebutuhan masyarakat. Namun seringkali terjadi bawa teknologi modern yang diterima
masyarakat tidak diimbangi dengan perubahan pada tata nilai dan norma pada masyarakat ( culture lag ) misalnya para tokoh masyarakat dapat dengan mudah memiliki fasilitas fasilitas mewah. Apabila fasilitas ini tidak diimbangi dengan sikap mental yang baik, tidak jarang timbul keresahan, kecumburuan social, bahkan konsumerisme pada masyarakat. Akibatnya terjadilah benturan nilai yang seringakli menimbulkan disintegrasi social bahkan anomie (keadaan tanpa aturan) social.
Selain culture lag, teknologi modern yang dihasilkan pembangunan juga menimbulkan efek samping yang justru bertentangan dengan kemajuan, seperti pergeseran nilai, norma, prilaku dan lembaga. Nilai lama dianggap sebagai nilai yang harus dibuang, sedangkan nilai baru dianggap sebagai nilai yang terbaik dan mutlak diterima. Kondisi seperti ini tentu meresahkan. Akibatnya, timbul ketidaktentraman (disorganisasi) dalam masyarakat. Menghadapi situasi ini, tida jarang masyarakat bingung karena umumnya efek tsb tidak mudah tertangkap oleh panca indra. Contohnya, pergeseran nilai kebersamaan dan gotong royong pada masyarakat kita menjadi nilai nilai individualistis.1
1
Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/1997478-pengertianmodernisasi/#ixzz1O8LRxhjA
II.PENGERTIAN GLOBALISASI
Sebelum kita mengkaji lebih jauh tentang globalisasi, seyogyanya kita harus memahami terlebih dahulu pengertian globalisasi. Kamus Bahasa Inggris Longman Dictionary of Contemporary English, mengartikan global dengan concerning the whole earth. Maksudnya sesuatu yang berkaitan dengan dunia internasional atau seluruh alam jagad raya. Sesuatu hal yang dimaksud disini dapat berupa masalah, kejadian, kegiatan, atau bahkan sikap yang sangat berpengaruh dalam kehidupan yang lebih luas.
Menurut John Huckle, globalisasi adalah suatu proses dengan mana kejadian, keputusan, dan kegiatan di salah satu bagian dunia menjadi suatu konsekuensi yang signifikan bagi individu dan masyarakat di daerah yang jauh.Sementara itu, Albrow mengemukakan bahwa globalisasi adalah keseluruhan proses di mana manusia di bumi ini diinkorporasikan (dimasukkan) ke dalam masyarakat dunia tunggal, masyarakat global. Karena proses ini bersifat majemuk,kita pun memandang globalisasi
didalam
kemajemukan.Secara ekonomi, globalisasi merupakan
proses pengintegrasian ekonomi nasional bangsa-bangsa ke dalam sebuah sistem ekonomiglobal.
Menurut Prijono Tjjiptoherijanto, konsep globalisasi pada dasarnya mengacu pada pengertian ketiadaan batas antar negara (stateless). Konsep ini merujuk pada pengertian bahwa suatu negara (state) tidak dapat membendung “sesuatu” yang terjadi di negara lain. Pengertian “sesuatu” tersebut dikaitkan dengan banyak hal seperti pola perilaku,
tatanan kehidupan, dan
system
perdagangan.
Dari beberapa definisi tersebut dapat dikatakan bahwa “globalisasi” merupakan suatu proses pengintegrasian manusia dengan segala macam aspek-aspeknya ke dalam satu kesatuan masyarakat yang utuh dan yang lebih besar.2
2
Muhlisin dan Sujiyanto. 2005. Praktik Belajar Kewarganegaraan. Jakarta :
Ganeca ExactPengertian Globalisasi
III.PANCASILA DI ERA REFORMASI
Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi, rujukan dan elan vitalnya. Sebab utamannya sudah umum kita ketahui, karena rejim Orde Lama dan Orde Baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter. Pancasila bukan milik sebuah era atau ornamen kekuasaan pemerintahan pada masa tertentu. Pancasila juga bukan representasi sekelompok orang, golongan atau orde tertentu. Pancasila adalah dasar negara yang akan menjadi pilar penyangga bangunan arsitektural yang bernama Indonesia. Sepanjang Indonesia masih ada, Pancasila akan menyertai perjalanannya. Rezim pemerintahan akan berganti setiap waktu dan akan pergi menjadi masa lalu, akan tetapi dasar negara akan tetap ada dan tak akan menyertai kepergian sebuah era pemerintahan!
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu : Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.
ERA REFORMASI Penolakan terhadap segala hal yang berhubungan dengan Orde Baru, menjadi penyebab mengapa Pancasila kini absen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Harus diakui, di masa lalu memang terjadi mistifikasi dan ideologisasi Pancasila secara sistematis, terstruktur dan massif yang tidak jarang kemudian menjadi senjata ideologis untuk mengelompokkan mereka yang tak sepaham dengan pemerintah sebagai “tidak Pancasilais” atau “anti Pancasila” . Pada era reformasi pola pikir masyarakat perlahan bergeser. Masyarakat menginginkan sinergi antara apa yang ada pada nilai dasar, nilai instrumen dan nilai praktis dan tidak mau terulang lagi perwujudan bentuk sebagai ideologi murni, ideologi politik semata. Pancasila Artinya antara antara falsafah, ideologi, politik dan strategi harus dijalankan secara sinergis dan kesemuanya ditujukan untuk mewujudkan tujuan yang dikehendaki seluruh bangsa yaitu mewujudkan civil society, social justice, welfare state.
Sepanjang reformasi Pancasila seakan akan merupakan objek menarik yang dijadikan acuan pencapaian keseluruhan proses reformasi. Pancasila harus selalu menjadi acuan pencapaian tujuan Negara Indonesia . Pertanyaannya, Pancasila dalam konteks yang mana. Harus dibedakan apakah sebagai pandangan (falsafah)bangsa, ideologi maupun sebagai dasar negara.
Kerancuan dan perbedaan persepsi yang berkembang di masyarakat tidak terlepas dari perbedaan pemahaman tentang tatanan nilai dalam kehidupan bernegara yang belum berjalan secara sinergis, yaitu antara nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praktis. Nilai dasar adalah asas yang kita terima sebagai dalil yang setidaknya bersifat mutlak. Kita menerima sebagai sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai instrumental adalah pelaksanaan umum dari nilai dasar yang biasanya berupa norma sosial maupun norma hukum yang akan dikonkretkan lagi oleh pemerintah dan para penentu kebijakan. Sifatnya dinamis dan kontekstual. Nilai ini sangatlah penting karena merupakan penjabaran dari nilai dasar dalam wujud konkret sesuai perkembangan masyarakat. Bisa dikatakan nilai ini merupakan tafsir positif dari nilai dasar. Berikutnya adalah nilai praktis yaitu nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kehidupan nyata sehari-hari di masyarakat.
Seharusnya semangat yang ada pada realitas masyarakat sama dengan yang ada pada nilai dasar dan instrumental, karena dari kajian inilah akan diketahui apakah nilai dasar dan instrumental telah betul betul ada di tengah tengah masyarakat. Berangkat dari pemikiran tersebut maka penataanya bisa diurutkan dengan falsafah, ideologi, politik dan strategi (mainstream). Falsafah dan ideologi pada nilai dasar, politik dan strategi di nilai instrumental. Sedang konkretisasi di masyarakat adalah nilai praktis yang harus diupayakan untuk mengimplementasikan nilai dasar dan instrumental.
Reformasi dan demokratisasi di segala bidang akan menemukan arah yang tepat mana kala kita menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam praksis kehidupan berbangsa dan bernegara yang penuh toleransi di tengah keberagaman bangsa yang majemuk ini. Reaktualisasi Pancasila semakin menemukan relevansinya di tengah menguatnya paham radikalisme, fanatisme kelompok dan kekerasan
yang
mengatasnamakan agama yang kembali marak beberapa waktu terakhir ini. Saat infrastruktur demokrasi terus dikonsolidasikan, sikap intoleransi dan kecenderungan mempergunakan
kekerasan
dalam
menyelesaikan
perbedaan,
apalagi
mengatasnamakan agama, menjadi kontraproduktif bagi perjalanan bangsa yang multikultural ini. Fenomena fanatisme kelompok, penolakan terhadap kemajemukan dan tindakan teror kekerasan tersebut menunjukkan bahwa obsesi membangun budaya demokrasi yang beradab, etis dan eksotis serta menjunjung tinggi keberagaman dan menghargai perbedaan masih jauh dari kenyataan.3
IV.DAMPAK MODERNISASI sumber : wikipedia dan berbagai sumber lainnya Ghazali, Adeng. 2004. Civic Education. Bandung : Benang Merah Press.
Dampak dari modernisasi ada 2 yakni dampak negatif dan positif.Dampak Negatif dari modernisasi adalah perubahan budaya yang terjadi di indonesia dan perubahan alam yang terjadi di indonesia.Banyak nya perubahan budaya yang terjadi di indonesia antara lain adalah perubahan budaya dalam berpakaian.Itu terjadi di indonesia dan terjadi nya pula di kalangan remaja dan orang tua,kita sering membudayakan berpakaian seperti orang barat dari pada membudayakan pakaian indonesia itu sendiri.Dan dampak negatif pada alam yakni terjadi nya pembangunanpembangunan limbah-limbah perusahaan yang merusak hutan dan merusak lingkungan,membuat kita terkena musibah longsor banjir dan perubahaan cuaca alam yang sangat ekstrim.Dampak Positif dari modernisasi yakni kita dapat membuat alatalat yang mempermudah hidup kita dan menambah ilmu pengetahuan tentang teknologi dan perubahan jaman ini semakin lama semakin maju.
KESIMPULAN SARAN
1. KESIMPULAN Pancasila di era reformasi,modernisasi,dan globalisasi banyak membuat dampak negatif dan positif bagi masyarakat indonesia dan membuat bangsa ini terombang ambing oleh masalah ini dan membuat masyarakat kita bingung dari jaman kejaman selalu ada perubahan hukum di indonesia tetapi dengan masalah masyarakat bisa tahu tentang sejarah indonesia ini yang selalu merubah hukum untuk menjadi negara yang berkembang lagi dari pada negara-negara lain.
2.SARAN Pancasila janganlah hanya sebagai pajangan atau hiasan hukum untuk indonesia buatlah pancasila itu sebagai pedoman untuk negara ini agar negara ini bisa menjadi negara yang berkembang dan kesejahteraan untuk kita semua masyarakat indonesia.
REFERENSI
Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/1997478-pengertianmodernisasi/#ixzz1O8LRxhjA Muhlisin dan Sujiyanto. 2005. Praktik Belajar Kewarganegaraan. Jakarta : Ganeca ExactPengertian Globalisasi sumber : wikipedia dan berbagai sumber lainnya Ghazali, Adeng. 2004. Civic Education. Bandung : Benang Merah Press.