MAKALAH EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila
Oleh:
DEDI CAHYONO NIM : 11126243
UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA JURUSAN SISTEM INFORMATIKA 2011
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa maju selama belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia bangsa kita. Oleh karena itu sebagai warga negara Indonesia seharusnya manusia itu memiliki pedoman dan pegangan dalam bersikap, tingkah
laku,
dan
perbuatan
dalam
kehidupan
sehari-hari
dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia. Menurut Modjanto (1989:13) bahwa Pancasila merupakan dasar negara yang mengandung filsafat sebagai upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Pancasila terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat yakni suatu kesatuan bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang berisi sistem nilai keIndonesiaan yang telah berkembang secara akulturatif selama ribuan tahun. Ini berarti bahwa Pancasila adalah suatu sistem budaya yang merupakan sari dari sistem-sistem budaya yang diwarisi secara turun-temurun oleh setiap masyarakat Indonesia. Sebagai sebuah ideologi, Pancasila bukanlah ideologi tertutup melainkan
dikembangkan
sebagai
ideologi
terbuka
sejalan
dengan
keterbukaan budaya. Dengan demikian, Pancasila berciri dinamis, mau
menerima berbagai unsur lokal dan modern sejauh tidak bertentangan dengan sila-silanya. Pancasila menjadi sebuah gerbang penyaring dalam menghadapi arus globalisasi. globalisasi berdiri atas dasar kemajuan teknologi sebagai bagian modernisasi. Hal tersebut berimplikasi pada bagaimana kehidupan manusia terbentuk. Dalam hal ini, teknologi komunikasi membentuk fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini karena komunikasi adalah sebuah proses primer di mana terjadi transaksi informasi yang memiliki efek tertentu di dalam segala aspek kehidupan manusia. Ada hal-hal yang perlu disaring secara ketat dari arus globalisasi yang berlangsung saat ini. Budaya globalisasi adalah budaya beresiko besar yang menghilangkan pribadi manusia dengan segala jati diri dan keunikannya selaku insan yang berarti terseret ke dalam materialisme. Untuk itu pancasila merupakan dasar negara yang harus tertanam dalam diri manusia dalam menghadapi tantangan zaman di era globalisasi.
B. Rumusan Masalah Berkaitan dengan judul tersebut, maka masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengertian Pancasila sebagai dasar negara? 2. Bagaimana peran Pancasila di era Modernisasi? 3. Bagaimana peran Pancasila di era globalisasi dan solusinya? 4. Bagaimana peran Pancasila pasca era reformasi?
C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian pancasila sebagai dasar negara. 2. Untuk mengetahui peran Pancasila di era modernisasi. 3. Untuk mengetahui peran Pancasila di era globalisasi dan solusinya. 4. Untuk mengetahui peran Pancasila pasca era reformasi.
D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Pemerintah Bisa dijadikan sebagai sumbangasih dalam meningkatkan eksistensi Pancasila sebagai dasar Negara. 2. Bagi Guru Bisa dijadikan acuan dalam mengjar agar para peserta didiknya dapat mengetahui makna Pancasila yang sesungguhnya. 3. Bagi Mahasiswa Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka mengetahui makna Pancasila dan tetap mempertahankan eksistensi Pancasila.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila Kata Pancasila berasal dari kata Sansekerta (Agama Buddha) yaitu untuk mencapai nirwana diperlukan lima dasar atau ajaran, yaitu: 1. Jangan mencabut nyawa makhluk hidup/dilarang membunuh 2. Jangan mengambil barang orang lain/dilarang mencuri 3. Jangan berhubungan kelamin/dilarang berzina 4. Jangan berkata palsu/dilarang berbohong 5. Jangan minum yang menghilangkan pikiran/dilarang minuman keras Secara historis pancasila dapat diartikan, pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato dalam teks mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, kemudian keesokan harinya 18 Agustus 1945disahkan UUD 1945 termasuk Pembukaannya d mana di dalamnya terdapat rumusan lima prinsip sebagai Dasar Negara yang diberi nama Pancasila. Sejak saat itulah Pancasila menjadi bahasa Indonesia yang umum. Jadi walaupun pada alinea 4 Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah Pancasila namun yang dimaksud dasar Negara RI adalah Pancasila. Pancasila terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat yang merupakan suatu kesatuan organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran
tentang manusia yang saling berhubungan dengan Tuhan, siri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Menurut Kaelan (2007: 13) “Pancasila memiliki susunan yang hierarkis piramida berarti juga Pancasila susunan bersatu membentuk satu kesatuan dan urutannya sudah diatur sedemikian rupa sehingga Pancasila saling menjiwai dan dijiwai diantara sila-silanya”. Sila ketuhanan merupakan tingakatan yang tertinggi diantara sila dibawahnya. Karena sila pertama ini merupakan nilai yang bersifat mutlak, kemudian diikuti dengan sila kedua. Sedangkan untuk sila Persatuan, sila Kerakyatan, dan sila Keadilan berkaitan dengan kehidupan kenegaraan. Nilai persatuan dipandang memiliki nilai yang lebih tinggi daripada nilai kerakyatan merupakan syarat terwujudnya keadilan, sedangkan keadilan merupakan tujuan dari keempat sila lainnya. Kahlberg (1995: 62) memaknai Moral Pancasila dalam arti kata normatif yakni faktor yang mengharuskan manusia dalam tingkah laku kita sehari-hari, baik sebagai pemegang kekuasaan, maupun sebagai rakyat biasa. Dengan moral Pancasila manusia selalu bersedia mempertanggungjawabkan tingkah laku dan sikap tindakan tersebut kepada Tuhan Yang MahaEsa; selalu menempuh cara-cara perikemausiaan dan mengutamakan jalan musyawarah dan mufakat; dan selalu memusatkan daya-upaya kepada terlaksananya kebahagiaan dan keadilan di bidang rohani dan jasmani, untuk kebesaran dan kejayaan jiwa Bangsa Indonesia. B. Peran Pancasila di Era Modernisasi Modernisasi dalam perspektif dapat dianggap sebuah semangat untuk maju. Dalam sejarah filsafat, sejak zaman renaissance, modernisme menyertai perkembangan humanisme. Humanisme berpandangan bahwa rasion manusia
merupakan kekuatan yang dimiliki oleh manusia untuk memahami realitas, membangun pengetahuan, menentukan arah hidup atau sejarah, memecahkan persoalan, dan mengendalikan sistem sosial, politik, dan budaya. Rasio dipandang sebagai kekuatan tunggal yang menentukan segala-galanya. Pengakuan atas rasio ini berimplikasi terhadap pengakuan harkat dan martabat manusia. Manusia dengan rasionya adalah subjek yang memberi bentuk pada realitas dan menjadi pusat kehidupan dari dunia ini. Rasio, dalam perspektif kaum modernis, adalah sesuatu yang sangat vital, sentral, dominan, paling utama dalam membentuk wajah peradaban umat manusia. Konsekuensi logis yang muncul dari anggapan tersebut adalah bahwa manusia yang „tidak rasional‟ berada di luar hitungan dan terpinggirkan dari kekuasaan. Akhirnya, tersusunlah sebuah hierarki mengenai tata urutan narasi-narasi besar kaum modernisme. Salah satu puncak narasi-narasi besar itu adalah kapitalisme. Seperti mengagungkan
diketahui, kebebasan
kapitalisme individu
yang
bermula
dalam
dari
memanfaatkan
liberalisme segenap
kemampuannya untuk mencari laba sebesar-besarnya. Logika yang dipakai adalah dengan menggunakan biaya serendah mungkin menghasilkan keuntungan sebanyak mungkin. Dalam dunia industri, terutama yang memanfaatkan sumber daya alam yang tak terbarukan, logika tersebut menimbulkan kecenderungan untuk melupakan dampak lingkungan dari pemakaian sumber daya alam yang tak terbarukan tersebut. Tak salah apabila ada anggapan yang menyatakan bahwa kapitalisme ikut andil dalam menciptakan masalah-masalah global seperti efek rumah kaca. C. Peran Pancasila di Era Globalisasi dan Solusinya Globalisasi muncul sejak manusia hidup di bumi ini. Globalisasi lahir sejalan modernisasi yang dimulai dikenal peradaban Barat yang sejalan dengan
perkembangan kapitalisme, ketika, globalisasi merupakan fenomena baru yang berkaitan dengan pasca industri, pasca modern atau disorganisasi kapitalisme. (Tilaar, 1997: 16). Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya merupakan suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. Menurut Tabb (2001:10) yang mengatakan bahwa definisi globalisasi merupakan sebuah kategori luas yang mencakup banyak aspek dan makna, yaitu: “Istilah tersebut berarti sebuah proses saling keterhubungan antar negara dan masyarakat. Ini adalah gambaran bagaimana kejadian dan kegiatan di satu bagian dunia memiliki akibat signifikan bagi masyarakat dan komunitas di bagian dunia lainnya…. Ini bukan saja soal ekonomi tapi bahkan meningkatnya saling ketergantungan sosial dan budaya dari desa global yang minum Coke dan menonton Disney“. Proses globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan
seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa. Globalisasi
mempunyai
pengaruh-pengaruh
terhadap
nilai-nilai
nasionalisme, antara lain: Pengaruh positif 1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat. 2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa. 3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa. Pengaruh negatif 1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke
ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang 2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia. 3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat. 4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. 5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa. Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme. Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme antara lain yaitu : 1. Menumbuhkan
semangat
nasionalisme
semangat mencintai produk dalam negeri.
yang
tangguh,
misal
2. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaikbaiknya. 3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaikbaiknya. 4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya. 5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa. Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa. Nilai-nilai
filosofis
untuk
membangun karakter bangsa dan
kepribadian nasional tentu sangatlah diperlukan dalam era globalisasi. Untuk itu maka nilai-nilai tersebut harus dikenal, diterima, diinternalisasi, diaplikasi dan diproyeksikan dalam hubungan antar manusia. Proses tersebut adalah proses pembiasaan atau habituasi. Salah satu sarana untuk melakukan pembiasaan adalah dalam interaksi antar kader. Pemahaman mengenai posisi Pancasila dari berbagai prespektif tersebut diperlukan agar penanaman rasa kebangsaan benar-benar sesuai dengan yang diharapkan dalam kerangka menghadapi globalisasi. Kebangsaan setidaknya memiliki dimensi pemahaman, cita-cita dan tindakan. Pada tataran pemahaman ia berisi faham untuk mengutamakan kepentingan bangsa dan memberikan energi untuk mempertahankan kelangsungan hidup, pada tataran cita-cita ia mendorong berbuat secara efektif untuk kepentingan bangsa dan dunia serta pada tataran tindakan ia
mengarahkan perilaku yang sesuai dengan kepentingan dan kepribadian bangsa. D. Peran Pancasila Pasca Era Reformasi Peran Pancasila pasca era reformasi adalah sebagai berikut: 1. Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan artinya pancasila menjadi kerangka berpikir atau pola berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar negara ia sebagai landasa kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini berarti, bahwa setiap gerak langkah bangsa dan negara Indonesia harus selalu dilandasi oleh sila-sila yang terdapat dalam Pancasila. Sebagai negara hukum setiap perbuatan, baik dari warga masyarakat maupun dari pejabat-pejabat dan jabatan-jabatan harus berdasarkan hukum, baik yang tertulis
maupun
yang
tidak
tertulis.
Dalam
kaitannya
dalam
pengembangan hukum, Pancasila harus menjadi landasannya. Artinya hukum yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila Pancasila. Sekurang-kurangnya, substansi produk hukumnya tidak bertentangan dengan sila-sila Pancasila. 2. Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang sosial politik Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang sosial politik mengandung arti bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai wujud cita-cita Indonesia merdeka di implementasikan sbb : a. Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya, agama, dan ekonomi dalam kehidupan seharihari.
b. Mementingkan
kepentingan
rakyat
/
demokrasi
dalam
pemgambilan keputusan ; c. Melaksanakan
keadilan
sosial
dan
penentuan
prioritas
kerakyatan berdasarkan konsep mempertahankan kesatuan ; 3. Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang ekonomi Pancasila sebagai paradigma nasional bidang ekonomi mengandung pengertian bagaimana suatu falsafah itu diimplementasikan secara riil dan sistematis dalam kehidupan nyata. 4.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang kebudayaan Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang kebudayaan mengandung pengertian bahwa Pancasila adalah etos budaya persatuan, dimana pembangunan kebudayaan sebagai sarana pengikat persatuan dalam masyarakat majemuk. Oleh karena itu semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan pelaksanaan UUD 1945 yang menyangkut pembangunan kebudayaan bangsa hendaknya menjadi prioritas, karena kebudayaan nasional sangat diperlukan sebagai landasan media sosial yang memperkuat persatuan. Dalam hal ini bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa persatuan.
5. Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang hankam Dengan berakhirnya peran sosial politik, maka paradigma baru TNI terus diaktualisasikan untuk menegaskan, bahwa TNI telah meninggalkan peran sosial politiknya atau mengakhiri dwifungsinya dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari sistem nasional. 6.
Pancasila sebagai paradigma ilmu pengetahuan
Dengan memasuki kawasan filsafat ilmu pengetahuan yang diletakkan diatas pancasila sebagai paradigmanya perlu dipahami dasar dan arah penerapannya, yaitu pada aspek ontologis, epistomologis, dan aksiologis. Ontologis, yaitu bahwa hakikat ilmu pengetahuan aktivitas manusia yang tidak mengenal titik henti dalam upaya untuk mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan. Epistimologi, yaitu bahwa Pancasila dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya dijadikan metode berpikir, dalam arti dijadikan dasar dan arah didalam pengembangan ilmu pengetahuan ; yang parameter kebenaran serta kemanfaatan hasil-hasil yang dicapainya adalah nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu sendiri. Aksiologi yaitu bahwa dengan menggunakan epistemologi tersebut diatas, pemanfaatan dan efek pengemabangan ilmu pengetahuan secara negatif tidak bertentangan dengan Pancasila dan secara positif mendukung atau mewujudkan nilai-nilai ideal Pancasila. Lebih dari itu, dengan penggunaan Pancasila sebagai paradigma, merupakan keharusan bahwa Pancasila harus dipahami secara benar.
BAB III KESIMPULAN
Berdasarkan uraian mengenai Eksistensi Pancasila dalam konteks modern dan global pasca reformasi, dapat disimpulkan bahwa: Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang mengatur pemerintahan Negara atau digunakan sebagai dasar Negara untuk mengatur penyelenggara negara. Sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental, Pancasila menjadi sumber dari UUD 1945 dan harus dijadikan landasan dalam menetapkan garis-garis haluan Negara dan kebijaksanaan pemerintah. Disamping itu, Pancasila juga mempunyai peran dalam beberapa permasalahan yang terjadi pada bangsa ini, antara lain: Sebagai modernisasi, menghadapi tantangan globalisasi dan pasca reformasi. Pemahaman mengenai posisi Pancasila dari berbagai prespektif tersebut diperlukan agar penanaman rasa kebangsaan benar-benar sesuai dengan yang diharapkan dalam kerangka menghadapi globalisasi. Kebangsaan setidaknya memiliki dimensi pemahaman, cita-cita dan tindakan. Pada tataran pemahaman ia berisi faham untuk mengutamakan kepentingan bangsa dan memberikan energi untuk mempertahankan kelangsungan hidup, pada tataran cita-cita ia mendorong berbuat secara efektif untuk kepentingan bangsa dan dunia serta pada tataran tindakan ia mengarahkan perilaku yang sesuai dengan kepentingan dan kepribadian bangsa.
DAFTAR PUSTAKA G. Moedjanto. 1989. Pancasila. Jakarta: Gramedia. Kaelan. 2007. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma Yogyakarta Indonesia. Kohlberg, Laurence. 1995. Yogyakarta:Kanisius.
Tahap-tahap
Perkembangan
Moral.
Tabb, William K. 2003. Tabir Politik Globalisasi. Yogyakarta: Lafadl. Tilaar, H. A. R. 1997. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi. Jakarta: Grasindo.