EFEKTIVITAS PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT PROFESI MELALUI PAYROLL SYSTEM PADA BAZIS DKI JAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
NURSEHA SATYARINI NIM 1111046300013
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M
ABSTRAK Nurseha Satyarini. NIM 1111046300013. Efektivitas Penghimpunan Dana Zakat Profesi Melalui Payroll Sistem Pada BAZIS DKI Jakarta. Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Manajemen Zakat dan Wakaf (ZISWAF), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H / 2015 M. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan zakat di BAZIS DKI Jakarta, khususnya zakat penghasilan para pegawainya. Karena pada saat ini, masyarakat masih kurang memahami tentang zakat penghasilan. BAZIS DKI Jakarta mengikuti peraturan Gubernur No 34 tahun 2008 yang isinya melaksanakan zakat penghasilan untuk para pegawainya. Pada penelitian ini penulis memilih objek penelitian di Gedung Prasada Sasana Karya –Lt.3 Jl. Suryo Pranoto No 8 Jakarta Pusat. Penulis ingin mengetahui pelaksanaan zakat di BAZIS DKI Jakarta khususnya pada payroll system, apakah payroll system ini sudah efektif untuk dana zakat di BAZIS DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data melalui wawancara dan studi dokumentasi terhadap kegiatan penghimpunan dana zakat melalui payroll system. Adapun teknik pengelolaan data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, analisis data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa zakat via payroll system sudah efektif dalam penghimpunan dana zakat di BAZIS DKI Jakarta. Hal ini didukung dengan adanya aturan-aturan pemerintah. Mulai dari Undang-undang No.23 Tahun 2011, Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 2014 dan terakhir yang sangat mendukung zakat via payroll system adalah Instruksi Gubernur No.34 Tahun 2008. Dengan adanya peraturan ini semakin meningkatkan penghimpunan dana zakat melalui payroll system karena adanya instruksi langsung dari Gubernur DKI kepada instansi pemerintah untuk bersama-sama mengoptimalkan pengumpulan dan zakat di BAZIS DKI Jakarta.
Kata kunci: Efektifitas, Penghimpunan Dana Zakat BAZIS DKI Jakarta, Zakat Via Payroll System. Pembimbing: M. Fudhail Rahman, Lc, MA
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘Alamiin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas izin, rahmat dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penghimpunan Dana Zakat Profesi Melalui Payroll System Pada BAZIS DKI Jakarta”. Selanjutnya, penulis pun menyadari bahwa selesainya skripsi ini banyak dibantu dan didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Kedua Orang Tuaku Bapak Jawari S.Pd dan Ibu Wartini yang tiada hentihentinya selalu memberikan dukungan, baik berupa moril maupun materil dan selalu memberikan kasih sayangnya serta selalu mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi ini, 2. Bapak Dr. Asep Saepuddin Jahar, M.A, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak Abdurrauf, Lc, M.A, selaku Sekretaris Porgram Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak M. Fudhail Rahman, Lc, MA, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan pengarahan,
ilmu,
bimbingan, serta motivasi
kepada penulis,
dalam membantu
menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak M.Mujibur Rohman, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Kepada seluruh Dosen dan Karyawan Akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan pengetahuan dan bantuannya kepada penulis. Serta para pengurus Perpustakaan yang senantiasa memberikan pelayanan kepada para mahasiswa. 7. Ketua Pimpinan BAZIS DKI Jakarta yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti serta Pak Sukiyana selaku Subag Umum BAZIS DKI Jakarta, Pak Hj. Son, Pak Agam dan Pak Wawan, selaku karyawan BAZIS DKI Jakarta yang telah meluangkan waktunya dan memberikan arahan, informasi, dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini. 8. Adikku tersayang, Nugraha Isnan yang telah memberikan dukungan dan doanya. 9. Sahabat seperjuanganku Farda Chalida, Putri Rahmawati, dan Ayu Cyntia Dewi yang selalu menemani dan memberikan dukungan serta do’a kepada penulis dari mulai awal penulisan skripsi hingga penulisan skripsi ini selesai. 10. Sahabatku seperjuangan Manajemen ZISWAF’11, dan sahabatku Ashfy yang ada disini maupun di Negeri para Nabi (Egypt), serta teman-teman KKN Atmosphere
2014.
Terima
kasih
telah
memberikan
dukungan
dan
semangatnya kepada penulis. Semoga kita semua dapat menjadi orang-orang yang berguna bagi nusa, bangsa, maupun agama. Aamiin.
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, terimakasih atas segala rahmat dan ridho-Mu Ya Allah yang telah membuat satu per satu impian dan cita-cita terwujud. Penulis sangat sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, karena penulis bukanlah makhluk yang sempurna. Dengan ini penulis berharap semoga semua pihak yang telah membantu alam menyusun skripsi ini diberikan kebahagiaan oleh Allah SWT. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca. Amin Ya Rabbal’Alamin...
Ciputat,
Mei 2015
Nurseha Satyarini
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN.............................................................. iii LEMBAR PERNYATAAN................................................................................................. iv ABSTRAK............................................................................................................................. v KATA PENGANTAR.......................................................................................................... vi DAFTAR ISI......................................................................................................................... ix DAFTAR TABEL DAN GAMBAR.................................................................................. xii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1 B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................ 8 D. Review Studi Terdahulu.......................................................................... 10 E. Kerangka Teori........................................................................................ 13 F. Metodologi Penelitian............................................................................. 14 G. Sistematika Penulisan.............................................................................. 17
BAB II
LANDASAN TEORI A. Zakat Profesi 1. Pengertian Zakat Profesi.....................................................................19 2. Pengertian Payroll System.................................................................. 23 3. Manfaat dan Keuntungan Payroll System.......................................... 25
ix
B. Penghimpunan 1. Pengertian Penghimpunan ..................................................................... 25 2. Tujuan Penghimpunan........................................................................... 27 3. Metode Penghimpunan......................................................................... 30 4. Unsur-unsur Penghimpunan................................................................... 32
C. Teori Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas........................................................................... 36 2. Tolak Ukur Efektivitas........................................................................ 37 3. Kriteria Efektivitas Organisasi............................................................ 38 4. Pendekatan Terhadap Efektivitas....................................................... 40
BAB III
PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT, INFAK, SHADAQAH A. Profil BAZIS DKI Jakarta 1. Sejarah Beridirinya BAZIS DKI Jakarta.......................................... 42 2. Dasar Hukum..................................................................................... 44 3. Tujuan................................................................................................ 46 4. Tugas Pokok dan Fungsi................................................................... 47 5. Struktur Organisasi............................................................................ 48 B. Penghimpunan Dana Zakat, Infak, dan Shadaqah BAZIS DKI Jakarta 1. Kebijakan di Bidang Penghimpunan (Fundraising)........................... 52 2. Program Sosialisasi............................................................................. 53
x
3. Konsep Komunikasi........................................................................... 55 4. Manajemen Kemitraan dan Perusahaan............................................. 58 5. Pencarian Sumber ZIS Kontemporer................................................. 59 6. Manajemen Motivasi dan Kontrol...................................................... 60
BAB IV
SYSTEM PAYROLL PADA BAZIS DKI JAKARTA A. Mekanisme Penghimpunan Dana Zakat dengan Payroll System............. 63 B. Efektifitas Penghimpunan Dana Zakat Melalui Payroll System.............. 70
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................................. 79 B. Saran........................................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Ringkasan Review Terdahulu ............................................................... 10
Gambar 4.1
Grafik Zakat Via Payroll System.......................................................... 67
Gambar 4.2
Kurva Kenaikan Zakat Via Payroll System.......................................... 67
Tabel 4.3
Contoh Perhitungan Zakat Profesi....................................................... 69
Tabel 4.4
Grafik Pengumpulan ZIS..................................................................... 77
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fundraising dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia diartikan sebagai pengumpulan dana, sedangkan orang yang mengumpulkan dana di sebut fundraiser.
1
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, yang dimaksudkan
pengumpulan adalah: Proses, cara, pembuatan, mengumpulkan, penghimpun, pengerahan. Sedangkan yang dimaksud dana adalah uang yang disediakan untuk suatu keperluan seperti: biaya, pemberian, hadiah. Sedangkan menurut Eri Sudewo, fundraising adalah penghimpunan dari beberapa elemen masyarakat
dan
pemerintah
bersinergi
dalam
pengelolaan
zakat,
penghimpunan, pendistribusian dan pendayagunaan.2 Fundraising tidak hanya diartikan pengumpulan dana semata, tetapi juga segala bentuk partisipasi dan kepedulian yang diberikan masyarakat kepada suatu organisasi/lembaga zakat yang berbentuk dana dan segala macam benda dan fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan lembaga.3 Fundraising sangat penting dalam lembaga zakat yang merupakan lembaga sosial, karena banyaknya kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi hadir sebagai solusi atas belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat 1
Peter Salim, Salim’s Ninth Collegiate English-Indonesia Dictinory,(Jakarta; Modern English Press,2000),cet.ke-1,h.607. 2 Bazis Provinsi DKI Jakarta&Institut Manajemen Zakat, Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta. 3 April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Zakat, (Yogyakarta: Teras, 2009, cet. 1), h.4.
1
2
menjaga kontinuitas keberlangsungan program. Keberlangsungan program membutuhkan sumber daya yang berkelanjutan yang harus dicapai. Serta keberlangsungan hidup semua organisasi membutuhkan dana (uang) untuk dapat berlanjut dan beraktifitas. Perluasan dan pengembangan terutama dalam menghadapi tantangan dan jaringan kerja mengurangi ketergantungan membangun konsisten tidak hanya uang, tapi fundraising juga membutuhan pendukung dalam jangka panjang menciptakan organisasi yang giat dan berkesinambungan.4 Dengan adanya strategi fundraising yang digunakan oleh suatu lembaga atau organisasi merupakan titik tolak dalam menentukan kebutuhan organisasi tersebut, semua itu dapat dilakukan untuk meningkatkan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan yang terus berkembang. Dari aktifitas fundraising dalam masyarakat muslim sangat menentukan keberhasilan organisasi atau lembaga yang akan dikelolanya.5 Pengumpulan zakat diharapkan melalui lembaga zakat. Penyaluran langsung kepada mustahik tidak dicontohkan dan seringkali menimbulkan masalah. Perencanaan yang matang
dalam
pengumpulan
dan
penyaluran
dana
zakat
harus
memprioritaskan agar tercapainya kesejahteraan mustahik.6 Seiring dengan perkembangan zaman, zaman Rasul telah berlalu dan zaman jahiliyah telah berganti dengan zaman modern, banyak umat Islam
4
http://www.slideshare.net/IBSetiawan/teknik-perencanaan-program-fundraising. Diakses pada tanggal 21 November 2014 jam 21.17 5 Iqbal Setyarso, Manajemen Zakat Berbasis Korporat, Kiprah Lembaga Pengelola Zakat Pulau Sumatera, (Jakarta: Kahirul Bayan, 2008), hlm.72. 6 Majalah Bazis DKI Jakarta Peduli Umat Zakat is My Life, Zakat Bermakna Bagi Mustahik (Jakarta: PT. Desprindo Natamedia, 2010),No 42/Th.XI/Edisi Desember. h.5.
3
telah beralih dari bertani dan bercocok tanam ke industralisasi dan pembentukan berbagai perusahaan. Perusahaan yang telah menjadi pilihan ummat saat sekarang, andaikan dihitung dan di kalkulasikan, maka penghasilannya akan lebih besar dari penghasilan pertanian dan bercocok tanam. Hal ini tentu menimbulkan permasalahan apakah perusahaan juga dikenakan zakat, siapakah yang wajib mengeluarkannya, apakah hasil dari perusahaan tersebut ataukah orang-orang yang terkait dengan perusahaan (para pemilik saham).7 BAZIS Provinsi DKI Jakarta merupakan sebuah badan pengelola zakat resmi yang dibentuk Pemerintah Prov. DKI Jakarta. Badan ini berdiri secara resmi pada tahun 1968 sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta (ketika itu dijabat oleh Ali Sadikin) No. Cb. 14/8/18/68 tertanggal 5 Desember 1968 Tentang Pembentukan Badan Amil Zakat, berdasarkan syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta.8 Adapun perolehan ZIS yang berhasil dicapai tahun 2011 naik sebesar 12,76 % dari perolehan tahun 2010. Pada tahun 2011 terkumpul dana ZIS sebesar Rp 64,7 miliar, melampaui target yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp
57,5
miliar.9
Bila
tahun
2012
perolehan
ZIS
sebesar
Rp
81.453.310.876.97, maka tahun 2013 naik menjadi Rp 97.795.879.270.
7
Sofyan Syafri, Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam, (Jakarta; Pustaka Quantum, 2001),cet.ke-1,h.304. 8 http://bazisdki.go.id/page/index/profil-bazis diakses tanggal 19 Januari 2015 jam 23:56 9 http://www.republika.co.id/berita/ramadhan/kabar-ramadhan/12/08/01/m81oog-bazisdki-jakarta-salurkan-santunan-rp-18-miliar diakses tanggal 20 Januari jam 0:09
4
Artinya perolehan dana ZIS meningkat sebesar Rp 13.354.879.070 atau 20.06 %.10 Sesuai dengan undang-undang nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, institusi yang diberikan amanat untuk mengelola zakat adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Unit Pengumpul Zakat (UPZ). Badan Amil Zakat adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang bertugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, sedangkan unit pengumpulan zakat adalah satuan organisasi yang dibentuk BAZNAS untuk membantu pengumpulan zakat. Dan tujuan pengelolaan zakat menurut undang-undang nomor 23 pasal 3 adalah agar mampu meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat serta mampu meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.11 Sehingga dana ZIS sangat dimungkinkan digunakan untuk membiayai program-program kreatif antara lain : pengembangan sumber daya manusia, pengembangan ekonomi, perbaikan mutu kesehatan, serta santunan guna memenuhi kebutuhan pokok. Makin besar dana ZIS yang dikelola oleh lembaga pengelola zakat, maka makin besar pula konstribusinya terhadap pengentasan kemiskinan.12 Dengan keadaan seperti itu keberadaan BAZIS Provinsi DKI Jakarta menjadi jawaban permasalahan diatas dimana
10
http://bazisdki.go.id/post/detail/ramadhan diakses 19 Jnauari 2015 jam 23:40 Siti Masuko,” Strategi Penyaluran Dana LAZIS Yayasn Amaliah Astra Dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.5. 12 H. Cholid Fadhullah, Mengenal Hukum ZIS dan Pengalamannya di Jakarta, (Jakata: 1993), h.35. 11
5
pemerintah dan berbagai elemen masyarakat Jakarta bersinergi dalam pengelolaan
zakat,
baik
dalam
penghimpunan,
pendistribusian
dan
pendayagunaannya. Upaya sosialisasi program dan kegiatan BAZIS DKI dilakukan beberapa cara, yaitu: media cetak, media elektronik, dan media lisan. Media yang digunakan BAZIS DKI Jakarta dalam mensosialisasikan program sesuai dengan kondisi masyarakat yang ada saat ini dimana media telekomunikasi sudah menjadi sesuatu yang biasa digunakan oleh masyarakat. 13 BAZIS Provinsi DKI Jakarta memiliki salah satu sistem informasi yang di gunakan dalam mengumpulkan dana zakat, yaitu zakat via Payroll System, yang mencoba mengelola dan mengembangkan zakat sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat baik dengan cara penghimpunan dan pendayagunaan dana ZIS . Dengan adanya zakat via payroll system ini membantu BAZIS DKI Jakarta dalam pengumpulan dana, maka dana zakat yang di dapat BAZIS lebih banyak di dapat dari pemotongan setiap gaji karyawan BAZIS itu sendiri melalui formulir yang harus diisi setiap karyawan. Gaji adalah suatu bentuk balas jasa ataupun penghargaan yang diberikan secara teratur kepada seorang pegawai atas jasa dan hasil kerjanya. Gaji juga sering disebut sebagai upah, dimana keduanya merupakan suatu bentuk kompensasi, yakni imbalan jasa yang diberikan secara teratur atas
13
Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Management Zakat Prinsip dan Praktik Pemberdayaan Ekonomi, (Jakarta: Wahana Kardofa, 2012) Cet I, hlm.68.
6
prestasi kerja yang diberikan kepada seorang pegawai. Perbedaan gaji dan upah hanya terleta pada kuatnya ikatan kerja dan jangka waktu penerimaanya. Seseorang menerima gaji apabila ikatan kerjanya kuat, sedang seseorang menerima upah apabila ikatan kerjanya kurang kuat. Dilihat dari jangka waktu penerimaannya, gaji pada umumnya diberikan pada akhir bulan, sedang upah diberikan pada setiap hari ataupun setiap minggu.14 Sistem penggajian adalah proses yang menentukan tingkat penggajian staf, memonitori, mengembangkannya, dan mengendalikannya. Inflasi terus menerus dan berbagai usaha pemerintah untuk mengekangnya melalui serangkaian kebijakan pengendalian penggajian, telah menyebabkan adanya ketegangan dalam prosedur pelaksanaan penggajian. Akibatnya yang nyata antara lain adalah pengikisan perbedaan, penyimpangan dalam penggajian, dan struktur penggajian yang sudah tidak memenuhi syarat lagi. Hal ini menimbulkan
masalah
dalam
menarik,
memberikan
motivasi,
dan
mempertahankan staf, karena manajemen tidak mungkin lagi mengendalikan secara menyeluruh praktek pemberian gaji.15 Payroll System adalah sebuah bentuk pelayanan zakat melalui pemotongan langsung dari gaji seorang karyawan disebuah perusahaan. Maka penyusun tertarik untuk meneliti lebih jauh, terutama mengenai bagaimana penghimpunan dana zakat dengan payroll system.
14
http://eprints.stainsalatiga.ac.id/831/1/Analisis%20Terhadap%20Produk%20%20Payrol l%20PDF.pdf diakses pada tanggal 12 Januari 2015 jam 15:24. 15 Michel Armstrong dan Helen Murlis, Pedoman Praktis Sistem Penggajian, (Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1995), h.1.
7
Tetapi, menurut informasi yang penulis dapatkan bahwa masih banyak PNS ataupun pegawai yang merasa kurang atau bahkan tidak setuju dengan adanya sistem pemotongan gaji dengan alasan untuk pembayaran apapun termasuk untuk dana zakat. Karena menurut mereka pendapatan yang mereka peroleh belum sebanding dengan tuntutan hidupnya. merekapun menilai bahwa Perda dan Perwali terkait pemotongan gaji untuk dana zakat ini dirasakan cukup berlebihan, karena setiap bulan Ramadhan seluruh umat Muslim telah mengeluarkan zakatnya. Jadi, dengan adanya pemotongan gaji dari para PNS dan pegawai sebesar 2,5 persen untuk dana zakat dinilai cukup berlebihan. Zakat merupakan ajaran yang harus dikembangkan dan pelaksanaanya harus sesuai dengan ajaran agama Islam dan Undang-undang yang berlaku di Indonesia. Mengingat sangat pentingnya untuk membayar zakat dikarenakan zakat adalah sumber dana yang potensial bagi umat, maka penyusun memberi judul skripsi ini: “EFEKTIFITAS PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT MELALUI PAYROLL SYSTEM PADA BAZIS DKI JAKARTA”
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Terkait dengan latar belakang tersebut, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: a.
Bagaimana BAZIS DKI Jakarta mengaktifkan pembayaran zakat melalui Payroll System?
8
b.
Apakah dana zakat BAZIS DKI Jakarta meningkat dengan adanya payroll system tersebut?
2. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini terarah dan permasalahan yang dibahas tidak melebar, maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut: a. Karyawan yang diteliti adalah karyawan BAZIS DKI Jakarta. b. Tempat penelitian di BAZIS Provinsi DKI Jakarta. c. Penelitian dilakukan pada tahun 2015. d. Data yang diteliti adalah data dari penghimpunan dana zakat BAZIS DKI Jakarta periode tahun 2011-2013 (3 tahun terakhir). 3. Perumusan Masalah Sedangkan, berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka rumusan yang akan dikaji meliputi: a. Bagaimana mekanisme payroll system BAZIS DKI Jakarta dalam penghimpunan dana zakat profesi? b. Apakah penghimpunan dana zakat profesi melalui payroll system dalam membantu peningkatan dana zakat profesi di Jakarta sudah efektif?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitan Dari perumusan dan pembatasan masalah diatas, maka yang akan menjadi tujuan penelitian penulis adalah:
9
a. Untuk mengetahui peningkatan dana zakat profesi pada BAZIS DKI Jakarta dengan menggunakan payroll system. b. Untuk mengetahui proses yang digunakan BAZIS DKI Jakarta dalam mengefektifkan pembayaran zakat profesi melalui payroll system. 2. Manfaat Penelitian Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1) Manfaat akademisi: a. Setelah mengetahui strategi Penghimpunan dana zakat, infak dan shadaqah yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta melalui payroll system diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan tentang strategi penghimpunan dana zakat profesi bagi para mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum dan khususnya bagi penulis. b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada perusahaan dalam mengatur strategi penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah untuk mensejahterakan ekonomi masyarakat. 2) Manfaat praktisi: a. Agar masyarakat mengetahui dan memahami strategi penghimpunan dana zakat yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta dengan payroll system terhadap peningkatan dana zakat. Sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam menyalurkan dana zakat, infak dan shadaqah kepada BAZIS DKI Jakarta.
10
b. Sebagai bahan masukan terhadap BAZIS DKI Jakarta dalam menerapkan dan mengembangkan strategi penghimpunan dana dengan payroll system. 3) Manfaat Masyarakat: Agar dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk masyarakat agar lebih percaya untuk memberikan dana zakat, infak dan shadaqahnya ke BAZIS DKI Jakarta.
D. Review Study Terdahulu Dari hasil pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini, penulis menemukan beberapa literatur yang membahas tentang pengukuran tingkat efisiensi, di antaranya:
Nama Peneliti,
Keterangan dan
Judul Penelitian
Isi Penelitian
No
1.
Perbedaan
Arif Khamdan
Skripsi ini membahas
Skripsi ini membahas
“Strategi
tentang strategi
tentang strategi
Fundraising Yang
fundraising yang
fundraising yang
Dilakukan BAZIS
dilakukan BAZIS DKI
dilakukan oleh BAZIS
DKI Jakarta Untuk
Jakarta dan tentang siapa
DKI Jakarta terhadap
Mencapai Target
yang menetapkan target
peningkatan
Penerimaan Dana
penerimaan zakat BAZIS
penerimaan dana ZIS,
11
Zakat, Infak dan
DKI Jakarta.
cara yang dilakukan
Sedekah”.
BAZIS DKI Jakarta
Konsentrasi
untuk menarik para
Perbankan Syariah,
muzakki dalam
Fakultas Syariah dan
menghimpun dana
Hukum, UIN Jakarta
melalui payroll system.
tahun 2010
2.
Beti Kurniati
Skripsi ini membahas
Skripsi ini membahas
“Mekanisme
tentang penghimpunan
tentang strategi
Penghimpunan dan
dan pendistribusian dana
fundraising yang
Pendistribusian
zakat dalam pemberdayaan dilakukan oleh BAZIS
Dana Zakat Pada
ekonomi umat
DKI Jakarta terhadap
LAZNAS Bangun
peningkatan
Sejahtera Mitra
penerimaan dana ZIS,
Umat Dalam Upaya
cara yang dilakukan
Pemberdayaan
BAZIS DKI Jakarta
Ekonomi Umat”.
untuk menarik para
Konsentrasi
muzakki dalam
Manajemen Dakwah,
menghimpun dana
Fakultas Dakwah dan
melalui payroll system
Komunikasi, UIN Jakarta tahun 2010.
12
3.
Dewi Mayangsari
Skripsi ini membahas
Skripsi ini membahas
“Kajian Strategi
tentang strategi
tentang strategi
Fundraising BAZIS
fundraising yang
fundraising yang
Provinsi DKI
dilakukan oleh BAZIS
dilakukan oleh BAZIS
Jakarta Terhadap
DKI Jakarta dalam
DKI Jakarta terhadap
Peningkatan
meningkatkan pengelolaan
peningkatan
Pengelolaan Dana
dana ZIS, serta peranan
penerimaan dana ZIS,
ZIS”. Konsentrasi
BAZIS terhadap
cara yang dilakukan
Perbankan
masyarakat DKI Jakarta.
BAZIS DKI Jakarta
Syariah,Fakultas
untuk menarik para
Syariah dan Hukum,
muzakki dalam
UIN Jakarta tahun
menghimpun dana
2010
melalui payroll system
Berdasarkan dari review terdahulu diatas, penulis tertarik untuk menggali lebih dalam mengenai penghimpunan dana zakat yang BAZIS DKI Jakarta gunakan dengan payroll system. Penulis tertarik meneliti judul ini karena penulis belum menemukan penelitian yang membahas judul ini.
13
E. Kerangka Teori Efektifitas diartikan sebagai pedoman kata yang menunjukan taraf pencapaian suatu tujuan, dengan kata lain bahwa suatu usaha dapat dikatakan efektif jika usaha tersebut telah mencapai tujuannya. Efektifitas merupakan adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas yang dituju. Selanjutnya dijelaskan bahwa efektifitas adalah berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan.16 Fundraising dapat diartikan sebagai metode penghimpunan dana dari masyarakat dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan, ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional suatu lembaga/organisasi sehingga mencapai tujuan. Strategi fundraising merupakan titik tolak dalam menentukan kebutuhan organisasi, semua itu dapat dilakukan untuk meningkatkan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan yang terus berkembang. Dalam hal ini, strategi fundraising juga diperlukan oleh lembaga zakat. Memiliki potensi yang strategis untuk dikembangkan menjadi salah satu instrument dalam pengelolaan aktifitas ekonomi nasional, khususnya pengumpulan dan pengelolaan zakat secara optimal.17
16
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Impelemntasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), h. 82. 17 Abdurraliman Abdul Kodir, Tatanan Sosial Islam, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2000), h.1.
14
Gaji adalah suatu bentuk balas jasa ataupun penghargaan yang diberikan secara teratur kepada seorang karyawan atas jasa dan hasil kerjanya. Karena itu gaji merupakan unsur yang penting bagi perusahaan. Para karyawan sangat sensitif terhadap kesalahan dan ketidakwajaran dalam hal gaji. Oleh sebab itu adanya sebuah sistem yang mampu melakukan perhitungan gaji dengan tepat waktu dan dengan jumlah yang akurat menjadi sangat dibutuhkan dalam sebuah instansi atau perusahaan. Selain itu penggajian karyawan juga memberi efek yang signifikan terhadap besar laba bersih pada sebagian besar usaha. Sistem penggajian adalah untuk mengembangkan sekumpulan prosedur yang memungkinkan perusahaan untuk menarik, menahan dan memotivasi staf berkaliber yang diperlukan, serta untuk mengendalikan biaya pembayaran gaji. Karena tidak ada satu pola yang dapat digunakan secara universal maka prosedur ini harus disesuaikan dengan kebijakan gaji tiap-tiap organisasi, dan hendaknya didasarkan atas kebijakan yang dianggap adil. Masalahnya ialah bahwa pandangan para karyawan sering sangat berbeda, dan harapan mereka dapat berubah mendadak menurut perkembangan pasar.18
F. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Mardalis: “Penelitian deskriptif bertujuan 18
Michel Armstrong dan Helen Murlis, Sistem Penggajian , (Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1995), h.18.
15
untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku, didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat analisis dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang ada sekarang ini terjadi atau ada”. Dengan kata lain, penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang diteliti. Variabel ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteiti.19 Sedangkan menurut Bogdan dan Tailor penelitian kualitatif seperti yang dikutip Lexy J. Maleong yaitu sebagai “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.20
2.
Sumber Data a. Data primer Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara yang biasa dilakukan oleh peneliti.21 Dalam hal ini respondennya adalah karyawan BAZIS DKI Jakarta dan PEMDA DKI Jakarta.
19
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),
h. 25. 20
Lexy J Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000), Cet. Ke-11, h. 3. 21 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004) Hal. 42.
16
b. Data sekunder Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram.
3. Teknik Pengumpulan Data a.
Observasi (pengamatan), penulis berusaha mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan langsung di kantor BAZIS DKI Provinsi Jakarta terutama dalam penghimpunan dana melalui payroll system.
b.
Wawancara (interview), penulis berusaha mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dengan narasumber terdiri dari para pengurus BAZIS DKI Provinsi DKI Jakarta, yaitu dengan wawancara beberapa karyawan BAZIS DKI Jakarta sehubungan dengan zakat via payroll system.
c.
Dokumentasi, penulis berusaha mengumpulkan data yang diperoleh dari pengurus BAZIS DKI Jakarta dalam bentuk tertulis berupa sejarah awal berdirinya, susunan pengurus, program kegiatan, dan hasil pengumpulan dana ZIS di BAZIS DKI Jakarta terhitung dari tahun 2011-2013 dan ditambah dengan literatur-literatur yang didapatkan dari berbagai pustaka, sebagai langkah untuk menemukan hasil sesuai dengan judul skripsi.
17
4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, analisis data yang dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu mengumpulkan informasi-informasi mengumpulkan
khusus
data,
menjadi
menyusun
satu
dan
kesatuan
dengan
mengklasifikasikannya
jalan dan
menganalisa berhasilnya penghimpunan dana zakat melalui Payroll System pada BAZIS DKI Jakarta. 5. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tessis, Disertasi) yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pemahaman dan memperoleh gambaran yang jelas mengenai seluruh isi dari penulisan ini, berikut sistematika skripsi ini: BAB I
PENDAHULUAN Merupakan bagian pendahuluan yang dijadikan sebagai acuan pembahasan bab-bab berikutnya dan sekaligus mencerminkan isi global skripsi yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
18
tujuan dan manfaat penelitian, review study terdahulu, kerangka
teori,
metodologi
penelitian,
sistematika
penulisan. BAB II
LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas tentang zakat profesi yang terdiri dari pengertian zakat profesi, Strategi Penghimpunan dan Teori dari Efekttivitas.
BAB III
PENGHIMPUNAN
DANA
ZAKAT,
INFAK,
SHADAQAH Dalam bab ini menjelaskan gambaran umum BAZIS DKI Jakarta, serta Sejarah berdirinya BAZIS DKI Jakarta, Susunan Organisasi, Visi dan Misi, dan Penghimpunan Dana Zakat, Infak, dan Shadaqah yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta BAB IV
PENGHIMPUNAN
DANA
ZAKAT
MELALUI
PAYROLL SYSTEM Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai mekanisme payroll system yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta dalam menghimpun dana zakat profesi dan efektivitas dana zakat melalui payroll system. BAB V
PENUTUP Merupakan bab yang membahas tentang kesimpulan dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Zakat Profesi 1. Pengertian Zakat Profesi Zakat profesi adalah zakat yang dikenakan pada setiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu, baik yang dilakukan sendirian maupun yang dilakukan bersama dengan orang/lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang) yang memenuhi nisab (batas minimum untuk bisa berzakat.1 Zakat yang dikenakan pada tiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu, baik yang dilakukan sendiri maupun yang dilakukan bersama dengan orang/lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang) yang memenuhi nisab (batas minimum untuk bisa berzakat). Contohnya adalah profesi dokter, konsultan, advokat, dosen, seniman, dan lain-lain.2 Zakat profesi memang tidak dikenal dalam khasanah keilmuan Islam. Oleh karena itu, hasil profesi yang berupa harta dapat dikategorikan ke dalam zakat harta (kekayaan/simpanan). Dengan demikian, hasil profesi seseorang apabila telah memenuhi ketentuan wajib zakat, ia wajib menunaikan zakat.3
1
Didin Hafidhuddin, Anda Bertanya Tentang Zakat, Infak & Sedekah Kami Menjawab (Jakarta: BAZNAS, 2004), h. 149. 2 Sadudin “Zakat Profesi (Fiqh)”. Artikel diakseses pada 6 Juli 2015 dari https://sadudinm.wordpress.com/resensi-film/zakat-profesi-dalam-perspektif-hukum-islam-fiqh 3 Al-Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai, 2008), h. 217.
19
20
Yusuf al-Qardhawi4 menyatakan bahwa di antara hal yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian kaum muslimin saat ini adalah penghasilan atau pendapatan yang diusahakan melalui keahliannya, baik keahlian yang dilakukannya secara sendiri maupun secara bersama-sama. Yang dilakukan sendiri, misalnya profesi dokter, arsitek, ahli hukum, penjahit, pelukis, mungkin juga da’i atau muballigh, dan lain sebagainya. Yang dilakukan secara bersama-sama, misalnya pegawai (pemerintah maupun swasta) dengan menggunakan sistem upah dan gaji. Wahbah alZuhaili secara khusus mengemukakan kegiatan penghasilan atau pendapatan yang diterima seseorang melalui usaha sendiri (wirausaha) seperti dokter, insinyur, ahli hukum, penjahit dan lain sebagainya. Dan juga yang terkait dengan pemerintah (pegawai negeri) atau pegawai swasta yang mendapatkan gaji atau upah dalam waktu yang relatif tetap, seperti sebulan sekali. Penghasilan atau pendapatan yang semacam ini dalam istilah fiqh dikatakan sebagai al-maal al-mustafaad. Sementara itu, fatwa ulama yang dihasilkan pada waktu Mukhtamar Internasional Pertama tentang Zakat di Kuwait pada tanggal 29 Rajab 1404 H yang bertepatan dengan tanggal 30 April 1984 M, bahwa salah satu kegiatan yang menghasilkan kekuatan bagi manusia sekarang adalah kegiatan profesi yang menghasilkan amal yang bermanfaat, baik yang dilakukan sndiri, seperti kegiatan dokter, arsitek dan yang lainnya, maupun yang dilakukan
4
Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat, (Beirut: Muassasah Risalah, 1991) h.487.
21
secara bersama-sama, seperti para karyawan atau para pegawai. Semua itu menghasilkan pendapatan atau gaji.5 Semua penghasilan melalui kegiatan profesional, apabila telah mencapai nisab maka wajib dikeluarkan zakatnya. Hal ini berdasarkan nash-nash yang bersifat umum, misalnya firman Allah swt dalam surat AlDzariyat: 19
Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (Qs: AlDzariyah: 19)
Imam al-Qurtubi sebagaimana dikutip oleh Wahbah al-Zuhaili dalam kitabnya al-tafsir al-Munir menyatakan bahwa pendapat yang paling kuat tentang makna haqqun adalah ukuran yang telah diketahui secara syara’, yaitu zakat. hal ini juga diperkuat dengan oleh ibn al-Araby dan alJashash. Muhammad ibn Sirin dan Qatadah mengatakan bahwa kata haqqun dalam ayat tersebut bermakna zakat wajib. Oleh karena itu, dengan berbagai pertimbangan di atas, Didin Hafidhuddin menyimpulkan bahwa setiap keahlian dan pekerjaan apapun yang halal, baik yang dilakukan sendiri maupun yang tekait dengan orang lain, seperti seorang pegawai dan karyawan, apabila penghasilan dan pendapatannya mencapai nishab, maka wajib dikeluarkan zakatnya.6
5
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2004), Cet. Ke-3, h. 93-94. 6 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Jakarta: UIN-Malang Press, 2008), Cet. Ke-1, h. 138-139.
22
Tidak ada ketetapan yang pasti tentang nishab, waktu, ukuran, dan cara mengeluarkan zakat profesi. Namun demikian terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan dalam menentukan nishab, ukuran dan waktu mengeluarkan zakat profesi. Hal ini sangat bergantung pada qiyas/analog yang dilakukan. Pertama, jika dianalogikan pada zakat perdagangan, maka nishab, ukuran dan waktu mengeluarkannya sama dengannya dan sama pula dengan zakat emas dan perak. Nishabnya senilai 85 gram emas, ukuran zakatnya 2,5% dan waktu mengeluarkannya setahun sekali, setelah dikurangi kebutuhan pokok. Kedua, jika dianalogikan pada zakat pertanian, maka nishabnya senilai 653 kg pagi atau gandum, ukuran zakatnya sebesar 5% dan dikeluarkan pada setiap mendapatkan gaji atau penghasilan, misalnya sebulan sekali. Ketiga, jika dikategorikan dalam zakat emas atau perak dengan mengacu pada pendapat yang menyamakan mata uang masa kini dengan emas atau perak, maka dengan demikian nishabnya adalah setara dengan nishab emas atau perak, dan ukuran yang harus dikeluarkan adalah 2,5%. Sedangkan waktu penunaian zakatnya adalah segera setelah menerima.7 Penganalogian zakat profesi dengan zakat pertanian dilakukan karena ada kemiripan antara keduanya (al-syabah). Jika hasil panen pada setiap musim berdiri sendiri tidak terkait dengan hasil sebelumnya, demikian
7
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Jakarta: UIN-Malang Press, 2008), Cet. Ke-1, h. 142-143.
23
pula gaji dan upah yang diterima, tidak terkait antara penerimaan bulan kesatu dan bulan kedua dan seterusnya.8 Jadi, Bahwa zakat profesi itu hukumnya wajib, sama dengan zakat usaha dan penghasilan lainnya seperti pertanian, peternakan dan perdagangan. Batas nisab harta kekayaan yang diperoleh dari usaha profesi dapat disamakan nisabnya dengan zakat hasil tanaman yaitu 5 wasaq (sekitar 750 kg beras), dengan kewajiban zakat 5 % atau 10 %, dan dibayarkan ketika mendapatkan perolehan imbalan atau upah dari profesi tersebut. Dan bagi profesi-profesi yang tidak tergolong œwhite collar seperti dokter di rumah sakit, guru atau dosen yang hanya menerima gaji tetap dari instansi pemerintah tempat bekerjanya, disamakan nisabnya dengan nisab emas dan perak, yakni 93,6 gram, dengan kewajiban zakat 2,5 persen, yang dikeluarkan setiap satu tahun, dan setelah dikeluarkan biaya kebutuhan pokok.9 2.
Pengertian Payroll System Payroll System ialah satu projek yang dibangunan untuk kegunaan pejabat atau industri kecil dan sederhana. Sistem ini sangat berguna dalam proses membayar gaji. Sistem ini lebih menyenangkan kerja karyawan jika dibandingkan dengan sistem secara manual. Sistem ini akan mengira gaji secara automatik. Dengan adanya sistem ini, prestasi kerja karyawan
8
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2004), Cet. Ke-3, h. 97. 9 Sadudin “Zakat Profesi (Fiqh)”. Artikel diakseses pada 6 Juli 2015 dari https://sadudinm.wordpress.com/resensi-film/zakat-profesi-dalam-perspektif-hukum-islam-fiqh
24
meningkat. Tambahan pula, sistem ini dapat memaparkan maklumat dengan cara yang mudah dan cepat. Dalam analisis yang dibuat, terdapat beberapa masalah yang dikenal pasti dalam sistem yang digunakan sekarang. Sebagai contoh, pejabat dan industri memerlukan satu sistem yang dapat menjalankan semua proses membayar gaji. Sistem yang digunakan harus selamat digunakan dan dapat mencetak pernyataan gaji pekerja dan laporan. Selain itu, sistem ini juga perlu mengira gaji secara automatik dan mempunyai fungsi mengekalkan maklumat pekerja, buat salinan maklumat, mencari, menyimpan, maklumat sejarah dan dapat menjimatkan massa. Kaedah yang digunakan untuk membangun Payroll System ialah Model-driven development (MDD). MDD ialah teknik melukis model untuk menganalisiskan masalah, mendapatkan keperluan dalam perniagaan dan mereka bentuk sistem maklumat. Skop untuk Payroll System ini dibagikan kepada enam bagian, yaitu bayaran biasa, zakat, pinjamanan, insurans, tabungan haji dan A.S.N. Bayaran yang biasa digunakan untuk menyimpan semua proses membayar gaji dan mencetak pernyata gaji pekerja. Zakat digunakan untuk menyimpan maklumat zakat dan mencetak maklumat zakat. Selain itu, pinjaman digunakan untuk menyimpan maklumat pinjaman sekiranya seseorang pekerja dikehendaki membayar pinjaman kereta, pinjaman rumah atau pinjaman komputer. Bagi insurans pula, sistem ini juga digunakan untuk menyimpan maklumat
25
insurans yang dibeli oleh pekerja. Tambahan pula, tabung haji dan A.S.N juga digunakan untuk menyimpan maklumat masing-masing.10 3.
Manfaat dan Keuntungan Payroll System 1.
Aman, karena perusahaan terhindar dari penyediaan uang tunai dalam jumlah besar, kerahasiaan data terjamin.
2.
Mudah, karena perusahaan cukup menyediakan data pembayaran bagi karyawan secara rutin dan selanjutnya melakukan transfer ke rekening masing-masing karyawan.
3.
Akurat, karena perusahaan tidak perlu membulatkan nominal gaji karyawan ke pecahan terdekat dan kesalahan data dapat dikurangi karena selalu di update setiap periode pembayaran.11
B. Penghimpunan 1. Pengertian Penghimpunan Menurut bahasa, fundraising berarti penghimpunan dana atau penggalangan dana, sedangkan menurut istilah fundraising merupakan suatu upaya atau proses kegiatan dalam rangka menghimpun dana zakat, infaq dan shodaqoh serta sumber daya lainnya dari masyarakat baik individu, kelompok, organisasi dan perusahaan yang akan disalurkan dan didayagunakan
untuk
mustahik.
April
Purwanto
mendefinisikan
fundraising sebagai proses memengaruhi masyarakat baik perseorangan
10
http://library.utem.edu.my/index2.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=364 4&Itemid=342 diakses pada tanggal 11 Februari 15 jam 14:57 11 http://www.btn.co.id/Produk/Produk-Jasa/Payroll.aspx diakses pada tanggal 12 Februari 15 jam 11:30
26
sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun lembaga agar menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi. Peran dan fungsi tugas divisi penghimpunan, memang dikhususkan mengumpulkan dana zakat infak dan wakaf dari masyarakat. Dana ini tidak hanya berasal dari perorangan, melainkan juga dari berbagai perusahaan dan lembaga. Pada akhirnya bidang penghimpunan dapat meluaskan pencarian hingga ke luar negeri juga, baik ke masyarakat luar negeri, lembaga-lembaga donor maupun ke berbagai perusahaan di luar negeri. Dalam melaksanakan aktivitas
penggalangan
dana,
bagian
penghimpunan
dapat
menyelenggarakan berbagai macam kegiatan. Ragam program kegiatan ini akhirnya dapat ditawarkan sebagai kerja sama program dengan perusahaan dan lembaga yang lain. Pada praktiknya, kegiatan fundraising juga tidak hanya dalam bentuk dana.12 Penggalangan dana adalah sebuah proses menjual ide-ide kreatis bahwa donasi dapat diwujudkan perubahan masyarakat. bila orang sudah menerima ide itu, maka mereka mau menyumbang dengan memberikan sebuah gambaran menggalang dana, bukan meminta uang.13 Sebagimana firman Allah:
12
http://hidayatmuflih.blogspot.com/2014/03/pengertian-fundraising.html diakses pada tangaal 12 Februari 2015 jam 13:46. 13 Iqbal Setyarso, Manajemen Zakat Berbasis Korporat, Kiprah Lembaga Pengelola Zakat Pulau Sumatera, (Jakarta: Khairul Bayan, 2008), h.17.
27
Artinya:“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) etentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Q.S: AtTaubah 103). 2.
Tujuan Penghimpunan Ada beberapa hal yang menjadi tujuan dari fundraising bagi sebuah organisasi pengelola zakat: a.
Yang menjadi tujuan pokok dari gerakan fundraising adalah mengumpulkan dana. Sesuai dengan istilahnya (fundraising) berarti pengumpulan uang. Namun yang dimaksud disini bukanlah uang saja, tetapi dana dalam arti yang luas. Termasuk di dalamnya barang dan jasa yang memiliki nilai materi. Walaupun demikian dana dalam arti uang adalah penting. Mengingat sebuah organisasi nirlaba (OPZ) tanpa menghasilkan dana maka tidak ada sumber dana yang dihasilkan. Sehingga apabila sumber daya sudah tidak ada maka organisasi akan hilang kemampuan untuk terus bertahan menjaga kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa fundraising yang tidak menghasilkan dana adalah fundraising yang gagal, meskipun memiliki bentuk keberhasilan yang lain.
b.
Gerakan fundraising yang bertujuan menghimpun para muzaki dan donatur. OPZ yang baik OPZ yang setiap hari memiliki data pertambahan muzakki dan donatur. Sebenarnya yang dibutuhkan adalah pertambahan jumlah dana untuk program pemberdayaan masyarakat peserta operasionalnya. Ada dua hal yang bisa dilakukan
28
oleh OPZ untuk tujuan ini, pertama, menambah jumlah sumbangan dana setiap donatur dan muzaki, dan kedua, menambah jumlah donatur dan muzakki itu sendiri. c.
Jika kepercayaan masyarakat terhadap OPZ meningkat maka bisa dipastikan citra OPZ juga ikut terbawa meningkat. Meningkatnya rasa citra lembaga juga menjadi salah satu tujuan dari fundraising. Aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah organisasi pengelola zakat, baik langsung maupun tidak langsung akan membentuk citra organisasi itu sendiri. Dengan gambaran-gambaran yang diberikan melalui interaksi baik langsung maupun tidak langsung akan menumbuhkan citra yang baik bersifat poitif maupun negative. Dengan citra ini, setiap anggota mayarakat akan mempersepsi organisasi pengelola zakat, yang dilanjutan dengan mengambil sikap dan menunjukkan perilaku terhadap OPZ positif, maka masyarakat akan mendukung dan bersimpati dengan memberikan sumbangan ZISWAF-nya. Namun sebaliknya, apabila citra yang da di dalam benak anggota masyarakat terhadap OPZ negative, maka mereka akan menghindari, antisipasi dan mencegah orang untuk memberikan sumbangan dana zakat, infak, shadaqah dan wakafnya kepada lembaga.
d.
Ketika sebuah OPZ melakukan penggalangan dana ZISWAF, maka ada tujuan jangka panjang untuk menjaga loyalitas muzaki dan donatur agar tetap memberikan sumbangan ZISWAFnya kepada
29
OPZ. Walaupun harus dengan pengorbanan untuk memberikan sumbangan dana tersebut. Pengorbanan yang dilakukan muzakki dan donatur seolah tidak terasa setelah mendapat imbalan rasa puas dari pengorbanan yang diberikan oleh lembaga tersebut. Jadi tujuan memuaskan donatur adalah tujuan yang bernilai jangka panjang, meskipun kegiatannya dilakukan setiap hari. e.
Kadang-kadang membatasi
pada
OPZ
melakukan
orang-orang
fundraising,
tertentu.
sebuah
Sehingga
OPZ
dibutuhkan
kepanjangan tangan untuk sampai pada donatur dan muzakki. Apabila OPZ memiliki citra yang bak dimata masyarakat maka akan banyak simpati dan dukungannya yang diberikan kepadanya. Bentuk dukungan dan simpati dari masyarakat terhadap OPZ tidak selamanya berupa dana, akan tetapi ada sebagian yang tidak dimiliki kemampuan memberikan dana atau sesuatu sebagai sumbangan ZISnya karena ketidakmampuan mereka sebagai donatur dan muzaki dalam memberikan dana, memberikan bantuan tenaga dan pemikiran untuk majunya sebuah organisasi pengelola zakat. kelompokkelompok seperti ini sangat diperlukan oleh OPZ sebagai pemberi kabar
dan
pemberi
informasi
kepada
setiap
orang
yang
memerlukannya. Dukungan dan simpatisan yang berbentuk informan seperti ini, memudahkan lembaga dalam fundraising. Sehingga
30
semakin banyak relasi dan pendukung sebuah OPZ juga merupakan tujuan diadakannya fundraising.14 3.
Metode Penghimpunan Dalam melaksanakan kegiatan fundraising, banyak metode dan teknik yang dapat dilakukan. Adapun yang dimaksud metode disini adalah suatu bentuk kegiatan yang khas yang dilakukan oleh sebuah organisasi dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat. Metode ini pada dasarnya dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu langsung (direct fundraising) dan tidak langsung (indirect). a. Metode Fundraising Langsung ( Direct Fundraising ) Yang dimaksud dengan metode ini adalah metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi muzakki secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk fundraising dimana proses interaksi dan daya akomodasi terhadap respon muzakki bisa seketika (langsung) dilakukan. Dengan metode ini apabila dalam diri muzakki muncul keinginan untuk melakukan donasi setelah mendapatkan promosi dari fundraiser lembaga, maka segera dapat melakukan dengan mudah dan semua kelengkapan informasi yang diperlukan untuk melakukan donasi sudah tersedia. Sebagai contoh dari metode ini adalah: Direct Mail, Direct Advertising, Telefundraising dan presentasi langsung.
14
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat, (Yogyakarta: Teras, 2009), h.22.
31
b. Metode Fundraising Tidak Langsung ( Indirect fundraising ) Metode ini adalah suatu metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi muzakki secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk fundraising dimana tidak dilakukan dengan memberikan daya akomodasi langsung terhadap respon muzakki seketika. Metode ini misalnya dilakukan dengan metode promosi yang mengarah kepada pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa diarahkan untuk transaksi donasi pada saat itu. 15 Pada umumnya sebuah lembaga melakukan kedua metode fundraising ini (langsung atau tidak langsung). Karena keduanya memiliki kelebihan dan tujuannya sendiri-sendiri. Metode fundraising langsung diperlukan karena tanpa metode langsung, muzakki akan kesulitan untuk mendonasikan dananya. Sedangkan jika semua bentuk fundraising dilakukan secara langsung, maka tampak akan menjadi kaku, terbatas daya tembus lingkungan calon muzakki dan berpotensi menciptakan kejenuhan. Kedua metode tersebut dapat digunakan secara fleksibel dan semua lembaga harus pandai mengkombinasikan kedua metode tersebut. Dari kedua metode tesebut yang paling sering digunakan yakni metode langsung. Karena dengan menggunakan metode langsung calon donator akan timbul rasa kepercayaan untuk menyumbangkan danadananya untuk dikelola dalam lembaga tersebut khususnya dalam lembaga Fundraising dana zis. karena dengan menggunakan metode langsung 15
http://abasmakalah.blogspot.com/2011/12/vbehaviorurldefaultvmlo.html diakses pada tanggal 19 Februari jam 18:09
32
masyarakat atau calon donator akan lebih yakin dengan adanya suatu lembaga Fundraising tersebut.16 4.
Unsur-unsur Penghimpunan17 a. Kebutuhan Donatur Donatur adalah orang yang memberikan sebagian dananya untuk membiayai sejumlah program dan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi pengelola zakat. adapun kebutuhan donatur antara lain: 1) Sesuai dengan prinsip-prinsip syariah 2) Laporan dan pertanggungjawaban 3) Manfaat bagi kaum dhuafa 4) Pelayanan yang berkualitas 5) Silaturahmi dan komunikasi b. Segmentasi Segmentasi bagi OPZ adalah sebuah metode tentang bagaimana melihat donatur dan muzakki secara kreatif. Artinya, perlu dilihat segmentasi sebagai seni mengidentifikasi dan memanfaatkan beragam peluang yang muncul di masyarakat. dalam segmentasi, perlu diperhatikan kondisi donatur dari segi: 1) Geografis (batas wilayah: desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, dst)
16
http://abasmakalah.blogspot.com/2011/12/vbehaviorurldefaultvmlo.html diakses pada tanggal 19 Februari jam 18:09 17 April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat, (Yogyakarta: Teras, 2009), Cet. Ke-1, h. 53-115.
33
2) Demografis (siapa saja, laki/perempuan, usia, keluarga yang bagaimana) 3) Psikografis (status ekonomi, pekerjaan, pendidikan, gaya hidup, minat, sikap, dll) c. Identifiaksi Profil Donatur Donatur merupakan kekuatan yang besar bagi OPZ untuk meneruskan langkah menuju tujuan jangka panjang organisasi. Oleg karena itu, dibutuh donatur yang loyal terhadap organisasi untuk menopang kegiatan organisasi. Cara yang dapat dipakai untuk melihat profil donatur, antara lain: 1) Siapa sebenarnya calon donatur? 2) Bagaimana profil donatur yang diinginkan OPZ? 3) Bagaimana kebiasaan hidup donatur? 4) Apa saja kebutuhan donatur? 5) Dimana donatur berada atau bisa ditemui? d. Positioning Positioning biasanya mencakup perancangan penawaran dan citra OPZ agar target pasar masyarakat tertentu mengetahui dan menganggap penting posisi OPZ diantara pesaingnya. Tujuan dilakukan positioning ini adalah untuk membedakan persepsi OPZ berikut produk dan program layanannya dari para pesaing.
34
Menurut Hermawan, ada empat hal untuk membangun positioning yang tepat: 1) Positioning OPZ harus dipersepsikan secara positif oleh donatur dan menjadi reanson to buy para donatur. 2) Positioning seharusnya mencerminkan kekuatan dan keunggulan kompetitif OPZ. 3) Positioning haruslah bersifat unik sehingga dapat dengan mudah mendiferensiasikan diri dari OPZ lain. 4) Positioning harus berkelanjutan dan selalu relevan dengan berbagai perubahan dalam lingkungan perzakatan. Apakah itu perubahan persaingan dengan OPZ lain, perubahan perilaku donatur, perubahan sosial budaya, perubahan kemajuan ilmu dan teknologi dan lain sebagainya. e. Produk Produk didefinisikan sebagai segala sesuatu, baik yang disukai maupun yang tidak disukai, yang diterima seseorang dalam sebuah transaksi. Namun terkait dengan pengelolaan zakat, produk diartikan sebagai sebuah kompleksitas yang terdiri dari ciri-ciri yang berwujud dan ciriciri yang tidak berwujud. Produk OPZ harus didasarkan pada kebutuhan dan keinginan dari donatur. Unsur-unsur produk dalam pengelolaan ZIS antara lain: 1) Produk OPZ harus menjadi wahana penyalur ZIS. 2) Produk OPZ harus menjadi wahana kepedulian sosial.
35
3) Produk OPZ harus berbentuk dan dalam kemasan moern. 4) Produk
yang
digulirkan
menjadi
program
yang
dimiliki
keunggulan. 5) Produk harus memberikan pertanggung jawaban yang jelas. 6) Produk menjadi pencitraan bagi OPZ. f. Harga dan Biaya Transaksi Terkait dengan pengelolaan zakat, harga didefinisikan dengan nilai yang harus dikorbankan oleh seorang donatur untuk mendapatkan kepuasan layanan dari prouk yang ditawarkan OPZ. Bagi donatur, harga adalah besarnya pengorbanan yang hrus dikeluarkan untuk menikmati jaa penyaluran ZIS melalui sebuah OPZ. Donatur akan lebih senang apabila merasakan adanya kemudahan, kenyamanan dan keamanan dalam menyalurkan dananya. g. Promosi Promosi adalah komunikasi informasi antara OPZ dengan calon onatur atau pihak-pihak lain yang dalan saluran untuk mempengaruhi sikap dan perilaku. Tujuan utama seorang manajer fundraising dalam promosi adalah memberitahu donatur yang diharapkan memberikan sebagian dana ZISnya untuk membiayai suatu program kegiatan yang dilakukan oleh OPZ. h. Maintenance Maintenance adalah upaya bagi OPZ untuk senantiasa menjalin hubungan baik dengan donatur, tidak ada yang lain yang diharapkan
36
dalam menjalin hubungan baik ini kecualu adanya donatur-donatur yang loyal pada OPZ. Jika OPZ memiliki donatur yng loyal, maka seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan OPZ, penghimpunan dana ZIS pun akan meningkat.
C.
Teori Efektivitas 1.
Pengertian Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektiv yang mempunyai beberapa arti,
antara lain: 1) ada efeknya, 2) membawa hasil, berhasil guna (usaha tindakan) dan mulai berlaku. Dari kata itu muncul pula kefektifan yang diartikan dengan keadaan, berpengaruh, hal terkesan, kemanjuran, dan keberhasilan.18 Efektivitas merupakan kemampuan untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara atau peralatan yang tepat.19 Sedangkan efektivitas diartikan sebagai
pedoman kata
yang
menunjukan taraf pencapaian suatu tujuan, dengan kata lain bahwa suatu usaha dapat dikatakan efektif jika usaha tersebut telah mencapai tujuannya. Efektivitas merupakan adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas yang dituju. Selanjutnya dijelaskan bahwa efektivitas adalah berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan
18
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 284. 19 T. Hani Handoko, Manajemen Edisi Ke-2, (Yogyakarta: BPPE, 1998), h.7.
37
dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan.20 Menurut Ety Rochaety dan Ratih Tresnati mendefinisikan efektivitas adalah suatu besaran atau angka untuk menunjukkan sampai seberapa jauh sasaran (target) tercapai.21 Sementara yang lain mendefinisikan efektivitas sebagai ukuran suksesnya organisasi untuk mencapai segala keperluannya. Ini berarti bahwa organisasi mampu menyusun dan mengorganisasikan sumber daya untuk mencapai tujuan. Efektivitas menunjukkan tingkat tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jika suatu usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal efektif jika usaha itu mencapai tujuannya.22 2.
Tolak Ukur Efektivitas Dengan melihat beberapa definisi mengenai efektivitas diatas, maka
dalam rangka mencapai efektivitas kerja atau efisiensi haruslah dipenuhi syarat-syarat ataupun ukuran sebagai berikut: a. Kegunaan, yakni agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil, berkesinambungan dan sederhana. b. Ketepatan dan objektifitas, maksudnya semua rencana harus dievaluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas, nyata dan akurat.
20
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Impelemntasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), h. 82. 21 Eti Rochaety dan Ratih Tresnati, Kamus Istilah Ekonomi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 71. 22 Shadil, Ensiklopedia Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Ichtiar Baru-Van Hoeve), Jilid 2, h.833.
38
c. Ruang
lingkup,
yakni
perlu
memperhatikan
prinsip-prinsip
kelengkapan, kepaduan dan konsistensi. d. Efektifitas biaya, dalam hal ini efektifitas biaya menyangkut waktu, usaha dan aliran emosional e. Akuntabilitas, terdapat dua aspek akuntabilitas; pertama tanggung jawab atas pelaksanaan, kedua tanggung jawab atas implementasinya. f. Ketepatan waktu, yakni suatu perencanaan, perubahan-perubahan yang terjadi sangat cepat akan dapat menyebabkan rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagai perbedaan waktu.23 3.
Kriteria Efektivitas Organisasi Konsep mengenai efektivitas organisasi selain disandarkan pada teori
sistem, tetapi perlu ditambahkan dengan sesuatu yang baru yaitu pada dimensi waktu. Hubungan antara kriteria efektifitas dan dimensi waktu dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Produksi Produksi menggambarkan kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan mutu output yang sesuai dengan permintaan lingkungan.
2.
Efesiensi Konsep efesiensi didefenisikan sebagai angka perbandingan antara output
dan
input.
Ukuran
efesiensi
harus
dinyatakan
dalam
perbandingan, antara keuntungan dan biaya atau dengan waktu output yang merupakan bentuk umum dari ukuran ini.
23
Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPPE, 2003), h. 103-105.
39
3.
Kepuasan Konsep kepuasan mendefinisikan penekanan pada perhatian yang menguntungkan bagi anggota organisasi maupun pelanggannya. Artinya bahwa organisasi harus mampu memberikan kepuasan kepada kebutuhan para anggota.
4.
Adaptasi Kemampuan beradaptasi diartikan dengan sampai seberapa organisasi mampu menanggapi perubahan intern dan ekstren. Jika organisasi tidak dapat menyesuaikan diri, maka kelangsungan hidupnya akan terancam, namun adaptasi tidak memiliki ukuran yang pasti dan nyata. Dapat dijelaskan, apabila tiba waktunya untuk mengadakan penyesuaian dikarenakan adanya fenomena-fenomena tertentu, maka organisasi harus dapat menyesuaikan diri.
5.
Perkembangan Organisasi harus mengembangkan diri agar tetap hidup atau berjaya untuk jangka panjang. Efektifitas dengan pertimbangannya, maka efektifitas dapat dibagi menjadi efektifitas jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Keseimbangan optimal adalah keseimbangan dari pencapaian hubungan yang wajar antara kriteria-kriteria itu dalam periode waktu tertentu.
40
4.
Pendekatan Terhadap Efektifitas Pendekatan efektifitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang berbeda dari lembaga, dimana lembaga mendapatkan input atau masukan berupa berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output atau program yang kemudian dilemparkan kembali pada lingkungannya. 1.
Pendekatan sasaran (Goal Approach) Pendekatan ini mencoba mengukut sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektifitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektifitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realitis untuk memberikan hasil maksimal berdasarkan sasaran resmi “Official Goal” dengan memperhatikan
permasalahan
yang
ditimbulkannya,
dengan
memusatkan perhatian terhadap aspek output yaitu dengan mengukur keberhasilan
program
dalam
mencapai
tingkat
output
yang
direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana organisasi atau lembaga hasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.
41
2.
Pendekatan Sumber (System Resource Approach) Pendekatan sumber mengukur efektifitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan system agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dalam lingkungan dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkali bersifat langka dan bernilai tinggi.
3.
Pendekatan Proses (Internal Process Approach) Pendekatan proses menganggap sebagai efesiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar diaman kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efesiensi serta kesehatan lembaga.24
24
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29153/3/Chapter%20II.pdf pada tanggal 19 Februari 2015 jam 16:42
diakses
BAB III PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT, INFAK, SHADAQAH A. Profil BAZIS DKI Jakarta 1. Sejarah berdirinya BAZIS DKI Jakarta Secara langsung menjadi latar belakang berdirinya BAZIS Provinsi DKI Jakarta, yaitu: pertama saran sebelas tokoh ulama nasional yang berkumpul di Jakarta pada 24 Desember 1968, untuk membahas beberapa persoalan umat, khususnya pelaksanaan zakat di Indonesia. Di antara rekomendasi hasil musyawarah tersebut adalah:1 a. Perlunya pengelola zakat dengan sistem administrasi dan tata usaha yang baik sehingga bisa dipertanggungjawabkan pengumpulan dan pendayagunaannya kepada masyarakat. b. Bahwa zakat merupakan potensi yang sangat besar yang belum dilaksanakan secara maksimal. Karenanya, diperlukan efekivitas pengumpulan zakat, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan. Saran sebelas ulama itu ditanggapi secara serius oleh Presiden RI yang kemudian memberikan seruan dan edaran kepada para pejabat dan instansi terkait untuk menyebarluaskan dan membantu terlaksananya pengumpulan zakat secara nasional.
1
Tim Penyusun,”Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta,” (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 2006), h.11.
42
43
Kedua, Seruan Presiden Republik Indonesia pada peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW di Istana Negara, pada tanggal 26 Oktober 1968 tentang perlunya intensifikasi pengumpulan zakat sebagai potensi yang besar untuk menunjang pembangunan. Dua hal inilah yang melatarbelakangi pendiian BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya, secara resmi, Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Ali Sadikin mengeluiarkan Surat Keputusan No. Cb. 14/8/18/68 tertanggal 5 Desember 1968 tentang pembentukan Badan Amil Zakat, berdasarkan syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta. Berdasarkan keputusan tersebut, maka susunan organisasi BAZ dibentuk mulai tingkat Provinsi DKI Jakarta hingga tingkat kelurahan, tugas utamanya adalah pengumpulan zakat di wilayah DKI Jakarta dan penyalurannya terutama ditujukan kepada fakir miskin. Sejak berdiri dan tahun 1968 hingga tahun 1973, Badan Amil Zakat (BAZ) DKI Jakarta telah berjalan dengan cukup baik. Hanya saja pada aspek penghimpunan zakat yang terlihat belum optimal. Jumlah dana zakat yang terhimpun masih jauh dan potensi ZIS yang dapat digali dari masyarakat. Hal ini disebabkan lembaga ini membatasi diri pada penghimpunan dana zakat saja. Oleh sebab itu, untuk memperluas sasaran operasional dan karena semakin kompleknya permasalahan zakat di Provinsi DKI Jakarta maka Gubernur Provinsi DKI Jakarta pada 1973 melalui keputusan No. D.III/B/14/6/73 tertanggal 22 Desember 1973, menyempurnakan BAZ ini
44
menjadi Badan Amil Zakat dan infak/shadaqah yang selanjutnya disingkat menjadi BAZIS. Dengan demikian, pengelolaan dan pengumpulan harta masyarakat menjadi luas, karena tidak hanya mencakup zakat, akan tetapi lebih dan itu, mengelola dan mengumpulkan infaq/shadaqah serta amal sosial masyarakat lain.2 2. Dasar Hukum Dalam perjalananya, ZIS selalu mendapat perhatian dari berbagai pihak. Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan UU. Menteri dan Gubernur Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan keputusan berkaitan dengan ZIS memiliki nilai strategis dalam pandangan berbagai kalangan, baik pemerintah maupun masyarakat. BAZIS Provinsi DKI Jakarta sejak berdirinya telah didukung oleh berbagai kekuatan hukum, baik menyangkut manajemen kelembagaan, maupun yang bersifat operasional. Sejalan dengan perkembangan BAZIS produk-produk hukumnya senantiasa disesuaikan, terutama lahirnya UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat memberikan implikasi sangat luas pada lembaga pengelola zakat ini, diantaranya adanya tuntutan profesionalitas, transparansi, akuntabilitas, dan kemandirian. Dasar hukum
yang
membentengi posisi BAZIS Provinsi DKI Jakarta saat ini adalah: 1. Undang-undang Republik Indonesia No.38 Tahun 1999 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta. 2
15:20
http://bazisdki.go.id/page/index/sejarah-bazis diakses pada tanggal 25 Februari jam
45
2. Undang-undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 3. Undang-undang Repblik Indonesia No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. 4. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No.373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No.38 tentang Pengelolaan Zakat. 5. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.120 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 6. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.121 Tahun 2002 tentang Pola Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 7. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.26 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah pada Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 8. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.51 Tahun
2006
tentang
Petunjuk
pelaksanaan
pengumpulan
dan
46
Pendayagunaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah oleh Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.3 3. Tujuan Seiring perjalanan waktu BAZIS Provinsi DKI Jakarta selalu berdialog dengan realitas internal dan eksternal. Realitas internal berkaitan dengan manajemen dan sumber daya. Sedangkan realitas eksternal berhubungan dengan dinamika sosial, ekonomi, dan budaya yang ada di masyarakat. betapapun juga, BAZIS Provinsi DKI Jakarta tidak ingin ketinggalan kereta zaman yang terus melaju. Dengan terus melaksanakan tujuan-tujuan sebelumnya, BAZIS Provinsi DKI Jakarta melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.121 tahun 2002 tentang pola pengelolaan ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta memprioritaskan tujuan sebagai berikut: 1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat, infaq, dan shadaqah sesuai dengan tuntutan agama. 2. Meningkatkan fungsi dan peran pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. 3. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat, infaq dan shadaqah.4
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, sejalan dengan perkembangan zaman,
produk-produk
hukum
BAZIS
DKI
Jakarta
senantiasa
mensesuaikan dengan peraturan yang berlaku yang bertujuan untuk 3
BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Provnsi DKI Jakarta, (Jakarta: BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 2006), h.15. 4 BAZIS DKI, Pengelolaan Zakat dan Infaq/Shadaqah di DKI Jakarta, h.16
47
mensejahterakan Masyarakat DKI Jakarta melalui program-program BAZIS DKI. Juga meningkatkan pelayanan bagi para masyarakat dalam menunaikan ZIS ssuai dengan tuntutan agama Islam. 4. Tugas Pokok dan Fungsi Sesuai dengan BAB II pasal 3 Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.120 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, maka tugas pokok BAZIS Provinsi DKI Jakarta adalah: 1. Menyelenggarakan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah sesuai dengan fungsi dan tujuannya. 2. Dalam melaksanakan tugasnya BAZIS bersifat obyektif dan transparan. Sedangkan yang menyangkut fungsi, sebagaimana BAB II Pasal 4 Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.120 diatas, maka BAZIS Provinsi DKI Jakarta mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Penyusunan Program Kerja 2. Pengumpulan segala macam zakat, infaq, dan shadaqah dari masyarakat termasuk pegawai wilayah Provinsi DKI Jakarta. 3. Pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah sesuai dengan ketentuan hukumnya. 4. Penyuluhan kepada Masyarakat dalam upaya peningkatan kesadaran menunaikan ibadah zakat, infaq, dan shadaqah. 5. Pembinaan pemanfaatan zakat, infaq, dan shadaqah agar lebih produktif dan terarah.
48
6. Koordinasi, bimbingan dan pengawan kegiatan pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah yang dilaksanakan oleh pelaksanaan pengumpulan BAZIS. 7. Penyelenggaraan kerjasama dengan Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah dan Lembaga Amil Zakat. 8. Pengendalian atas pelaksanaan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah. 9. Pengurusan fungsi-fungsi ketatausahaan, perlengkapan, kerumahtanggaan dan sumber daya manusia.5
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas pokok BAZIS DKI Jakarta yaitu menyelenggarakan pengumpulan dan penghimpunan dana ZIS serta dalam melaksanakan tugasnya BAZIS DKI harus bersifat obyektif dan transparan.
Adapun fungsi dari BAZIS DKI yaitu,
mendayagunakan dana ZIS serta memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada
masyarakat
upaya
meningkatkan
kesadaran
masyarakat
menenuaikan zakat. 5. Struktur Organisasi Organisasi BAZIS terdiri dari tiga lembaga utama (berdasarkan SK Gubernur DKI No. 120 tahun 2002), yaitu:6 1) Dewan Pertimbangan 2) Komisi Pengawasan 5
BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Provinsi DKI jakarta, h.102. Tim Penyusun,”Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta,” (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 2006), h.91. 6
49
3) Badan Pelaksana Anggota dewan pertimbangan dan komisi pengawasan terdiri dari unsur ulama, umaro, DPRD, tokoh masyarakat, pengusaha, nasional, dan cendikiawan muslim. Susunan organisasi badan pelaksanaan adalah: 1) Kepala 2) Wakil Kepala 3) Sekretariat 4) Bidang Pengumpulan 5) Bidang Pendayagunaan 6) Bidang Dana 7) Pelaksanaan BAZIS Kotamadya/Kabupaten Administrasi
Sekretariat terdiri dari subbagian umum, subbagian hubungan masyarakat, subbagian informasi dan komunikasi, dan subbagian penelitian dan pengembangan: bidang pengumpulan terdiri dari seksi himpunan muzakki dan seksi bina muzakki. Bidang pendayagunaan terdiri dari seksi layanan mustahik seksi bina usaha dan seksi bina sumber daya mustahik; bidang dana terdiri dari seksi kas dan seksi akuntansi; pelaksana BAZIS Kotamadya/Kabupaten terdiri dari subbagian tata usaha, seksi pengumpulan dan seksi penyaluran.
50
Struktur Organisasi BAZIS DKI Jakarta7
B. Penghimpunan Dana Zakat, Infak, dan Shadaqah BAZIS DKI Jakarta Cara penghimpunan zakat memang masih mengundang kontrovesi (ikhtilaf). Ada yang beranggapan bahwa zakat adalah wewenang pemerintah, dan karena itu pemerintah berkewajiban mengelolanya. Kata “Khudz” di dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 103 menunjukkan makna perintah. Makna ini berarti juga kewenangan kekuasaan dalam hal ini kekuasaan selalu 7
Lili Bariadi, Muhammad Zen & M.Hudri, Zakat & Wirausaha, (Jakarta: CED, 2005), Cet. 1, h. 102.
51
identik dengan Negara.8 Sehingga dapat diartikan bahwa Negara dapat melakukan pemungutan zakat dari masyarakat. sebagian yang lain menganggap zakat adalah urusan agama. Karena urusan agama adalah urusan privat, maka Negara tidak dapat memasuki wilayah ini. Pada praktiknya, kedua pandangan ini masih sama-sama berpengaruh. Misalnya, penggunaan kekuasaan penuh dilakukan dalam Undang-Undang No.17 Tahun 2000 bahwa zakat dapat mereduksi pajak. Namun implementasi dari UU ini masih sulit diterapkan, karena perbedaan paradigma dan masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam berzakat. Oleh sebab itu, kesadaran memerlukan ruang pencipta. Ia tidak datang sendiri. Berbagi kalangan masyarakat seperti ulama, tokoh masyarakat, dan pemerintah harus dapat menciptakan berbagai strategi pendekatan yang dapat menumbuhkembangkan kepercayaan masyarakat dan mampu mewujudkan lembaga pengelola zakat yang amanah, kredibel-akuntabel, transparan dan profesional. Keberadaan
BAZIS
Provinsi
DKI
Jakarta
menjadi
jawaban
permasalahan diatas, dimana pemerintah dan berbagai elemen masyarakat bersinergi
dalam
pengelolaan
zakat,
baik
dalam
penghimpunan,
pendistribusian, dan pendayagunaannya. Penghimpunan (fundraising) ZIS yang dilakukan BAZIS Provinsi DKI Jakarta sebagai salah satu tugas BAZIS Provinsi DKI Jakarta sebagaimana tertulis dalam Surat Keputusan Gubernur No.120/2002 proses ini bukan 8
BAZIS DKI, Pengelolaan Zakat, Infaq/Shadaqah di DKI Jakarta, (Jakarta, BAZIS DKI, 1999), h.5.
52
sekali jadi. Upaya ini dilakukan dengan kerja kultural-struktural dan melihat realitas yang berkembang.9
1. Kebijakan di Bidang Penghimpunan (Fundraising) a. Sasaran Sasaran penghimpunan ZIS adalah seluruh warga muslim ibukota, yang dikelompokkan kedalam: 1) Masyarakat umum yang dikoordinasikan oleh kepala kelurahan dan dibantu oleh Ketua RT/RW serta tokoh agama atau pemuka masyarakat. 2) Karyawan/Pegawai, yang dikoordinasikan oleh kelurahan, kecamatan, kotamadya, dan BAZIS unit kesatuan kerja. 3) Para
pengusaha
nasional,
hartawan,
dan
dermawan
yang
dikoordinasikan langsung oleh BAZIS Provinsi DKI Jakarta atas nama Gubernur. 4) Nasabah Bank. 5) Jamaah calon Haji dan Umroh.10
9
BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, h. 43. Tim Penyusun,”Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta,” (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 2006), h.68. 10
53
b. Perhitungan Zakat Sebagaimana tercantum dalam pasal 14 UU RI No.38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian dalam hal penghitungan zakat, yaitu: 1) Muzaki melakukan penghitungan zakat sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya berdasarkan hukum agama. 2) Dalam hal ini tidak dapat menghitung sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu), muzaki dapat meminta bantuan kepada amil zakat memberikan bantuan kepada muzaki untuk menghitungnya. 3) Zakat yang telah dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Program Sosialisasi Memberikan pemahaman ZIS kepada masyarakat bukanlah proses yang instan. Keberhasilan ini tergantung pada bagaimana kesungguhan ajaran ZIS didakwahkan terus-menerus kedalam masyarakat. Karena penyadaran ini bukan hanya berhenti pada kemauan masyarakat untuk menunaikannya. menjadikannya
Tetapi sebagai
diharapkan gerakan
yang
juga
masyarakat
menyeluruh
dan
menggerakkan masyarakat yang lain untuk menunaikannya pula.
mampu mampu
54
Bagi sebagian masyarakat, menunaikan ZIS masih menghadapi kendala. Karena diantara mereka masih ada yang belum mengetahui hukum ZIS, peran ZIS, dan fungsi amil (BAZIS), siapa yang termasuk muzaki, munfiq, dan mutashaddiq, bagaimana membayar ZIS serta harus kemana membayarnya. Sebagai implementasi tugas dan fungsinya, BAZIS Provinsi DKI Jakarta melaksanakan langkah-langkah sosialisasi yang secara umum adalah: a. Mengadakan kerjasama secara teknis dengan lembaga/instansi lain dalam hal penyuluhan dan penghimpunan ZIS. b. Mengadakan koordinasi, Integrasi, dan Sirkonisasi yang bersifat teknis (bukan kebijaksanaan) dengan semua pihak, agar penghimpunan ZIS optimal. c. Mengadakan kerjasama dengan lembaga profesi sejenis sebagai mitra atau sinergi dalam penyuluhan zakat, infaq dan shadaqah. Adapun
kegiatan
sosialisasi
BAZIS
Provinsi
DKI
Jakarta
internet
dengan
situs
internet
dengan
diantaranya: 1) Menyediakan
sarana
homepage:http//www.bazisdki.go.id, email : webmaster@bazis dki.go.id yang memuat kebutuhan informasi tentang ZIS secara lengkap yang dibutuhkan oleh masyarakat.
55
2) Bagi yang ingin berhubungan langsung dengan Kantor BAZIS, disediakan saluran telepon khusus (hotline) dengan nomor: (021) 3144023, 3901367 dan faksimili (021) 3144579. 3) Selain
itu
penyebarluasan
informasi
secara
intensif
dan
berkesinambungan diupayakan pula melalui media dakwah, cetak, elektronik,
penerbitan
majalah,
buku,
leaflet,
banner,
baliho,
pemasangan spanduk, dan lain-lain 4) BAZIS Provinsi DKI Jakarta juga menitipkan pesan dakwah untuk menunaikan ZIS kepada para da’i dan khatib Jumat agar ummat khususnya kaum aghniya lebih faham tentang ZIS dan kemudian sadar untuk menunaikan-nya.11 3. Konsep Komunikasi Komunikasi terdiri dari dua jenis, yaitu komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal. Komunikasi vertikal terdiri dari komunikasi kebawah. Biasanya dari manajemen puncak secara hierarkis dalam bentuk instruksi, saran, peringatan, dan penilaian kepada bawahan. Misalnya, lahirnya Surat Keputusan Gubernur No.121 dan 120 tahun 2002. Sedangkan komunikasi keatas adalah komunikasi dari bawahan ke atas. Biasanya dalam bentuk laporan keuangan, laporan dari Supervisi Program (SP) tentang perkembangan kerjasama BMT dengan pedagang kecil di 5 wilayah DKI Jakarta.
11
Tim Penyusun,”Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta,” (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 2006), h.69-72.
56
Komunikasi horisontal adalah komunikasi yang sejajar. Dalam kaitannya dengan BAZIS Provinsi DKI Jakarta, maka komunikasi ini adalah komunikasi antara personal pegawai dengan pegawai yang lain. Komunikasi ini dilakukan untuk mensinkronkan berbagai program yang ada. Misalnya untuk program bantuan dana. Hal ini meniscahyakan komunikasi antara bidang pendayagunaan dengan bidang dana. Perjalanan komunikasi ini bisa secara formal dan priodik dalam setiap pertemuan dengan meibatkan semua jajaran BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Dan bisa juga dilakukan secara nonformal setiap hari prinsipnya adalah fleksibel, bergantung tingkat kebutuhan. Perkembangan BAZIS Provinsi DKI Jakarta menganggap perlunya membuka komunikasi dengan berbagai kalangan masyrakat. Karena dengan komunikasilah BAZIS DKI Provinsi DKI Jakarta dapat berkembang seperti sekarang. Dalam kaitannya dengan perkembangan manusia, para ahli ilmu sosial mengatakan bahwa kurangnya komunikasi akan memperlambat perkembangan. Begitupula dengan BAZIS Provinsi DKI Jakarta, meniscahyakan perlunya keterbukaan dalam berkomunikasi bila perkembangannya tak ingin terhambat. Sebagai ibadah yang diperintahkan dan dianjurkan Allah SWT, komunikasi dengan ZIS antara BAZIS Provinsi DKI Jakarta dengan masyarakat adalah komunikasi yang berbasis kepada Al-Qur’an, yaitu basyir wa ndhiran atau tarhib wa targhib (kabar gembira dan ancaman). Memberikan pemahaman tentang ZIS dilakukan secara komprehensif
57
(menyeluruh). Penyampaian ini bergantung pada tingkat pemahaman masyarakat dapat dilihat dari repon mereka terhadap penunaian ZIS dan peningkatan jumlah ZIS. Adapun pesan yang disampaikan antara lain adalah: a. Kewajiban menunaikan zakat dan pelaksanannya melalui lembaga yang terpecaya. b. Manfaat dan hikmah ZIS, baik didunia maupun diakhirat diakhir. c. Ancaman dan resiko bagi pengingkar ZIS, baik didunia mapun diakhirat.
Sebagai lembaga dengn sistem yang modern, upaya komunikasi tidakhanya pada ketersampaian pesan kepada khalayak. Tetapi juga berbarengan dengan komunikasi keembagaan. Komunikasi kelembagan ini terkait dengan citra lembaga. Betapapun lembaga sebagai pengelola harus dapat membangun komunikasi yang dialogis dengan masyarakat baik secara pemberi maupun sebagai penerima. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat menaruh kepercayaan terhadap lembaga pengelola. Adapun upaya itu meliputi: 1) Transparansi pengelolaan. Hal ini dibuktikan dengan publikasi pengelolaan kepada khalayak melalui media cetak, media online, dan keterlibatan komisi pengawas, akuntan publik, dan Badan Pengawas Daerah dalm kontrol kelembagaan.
58
2) Modernisasi pengelolaan, yang dirincikan dengan penerapan teknologi informasi berbasis komputer dan internet serta SOP yang baku. 3) Publikasi. Sebagai lembaga yang didirikan untuk publik, BAZIS Provinsi DKI Jakarta secara rutin mempublikasikan perkembangan pemikiran, program, dan informasi pengelolaan melalui Majalah Peduli Umat sebagai media milik BAZIS DKI Jakarta, dan media massa yang lain. Upaya ini dilakukan untuk memberikan informasi sekaligus penggalangan dana ZIS.12 4. Manajemen Kemitraan dengan Perusahaan Dalam rangka mengoptimalkan potensi ZIS, BAZIS Provinsi DKI Jakarta menjalin hubungan dengan berbagai perusahaan yang ada di Jakarta. Disini letak perbadaan BAZIS Provinsi DKI Jakarta dengan lembaga pengelola zakat yang lain. BAZIS Provinsi DKI Jakarta memiliki power yang lebi. Power dalam arti daya tekan maupun image citra dihadapan perusahaan. Tetapi dalam hal ini bukan berarti BAZIS Provinsi DKI Jakarta menggunakan secara sewenang-wenang. Dengan kelebihan ini BAZIS Provinsi DKI Jakarta dengan perusahan adalah: 1) Mengadakan kerjasama secara teknis dengan perusahaan dalam hal penyuluhan dan penghimpunan ZIS. Upaya ini dilakukan secara koordinatif. Hal ini dilakukan agar penyuluhan dan penghimpunan ZIS di perusahaan lebih optimal.
12
BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institut Manajemen Zakat, Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta, h. 76.
59
2) Mengadakan kerjasama teknis pembayaran ZIS dngan Bank Syariah perusahan jasa komunikasi. 3) Mempertemukan pengusaha (muzakki, munfiq dan mutashaddiq) dnegan mustahiq. Upaya ini dilakukan setiap Ramadhan. Dengan disaksikan langsung oleh muzakki, munfiq dan mutashaddiq. Dengan ini diharapkan para pemberi merasa puas dan tergugah untuk menunaikan ZIS dengan jumlah yang lebih besar. Dan secara tidak langsung menggugah kesadaan yang lain (muzakki, munfiq, dan mutashaddiq) untuk melakukan hal yang sama. 4) Setiap tahun Gubernur mengeluarkan seruan penghimpunan shadaqah gerakan amal sosial. Seruan ini dikeluarkan pada waktu menjelang bulan Ramadhan oleh BAZIS Provinsi DKI Jakarta, pelaksanaannya dengan mengedarkan map GAR (Gerakan Amal Sosial Ramadhan). 5. Pencarian Sumber ZIS Kontemporer Meski banyak yang menilai terus mengalami peningkatan dalam penggalangan dana ZIS, BAZIS Provinsi DKI Jakarta tidak pernah berhenti mencari sumber-sumber baru. Karena potensi ZIS, terutama di Jakarta, masih banyak yang belum terjamah. Dengan potensi SDM dan sistem informasi yang modern yang sudah ada dan berkembang itu, maka BAZIS Provinsi DKI Jakarta terus melakukan beragam inovasi dalam rangka menambah jumlah pundi-pundi. Tentunya dengan tetap menjaga sumber dana ZIS yang telah ada. BAZIS tidak ingin terjebak dalam adigum “bagai mengharap hujan dari langit air di tempayan ditumpahkan”.
60
Upaya yang dilakukan dalam mencari sumber ZIS kontemporer ini antara lain adalah: a. Menggarap jamaah Haji plus dan Umroh. b. Mendekati kalangan profesional. Selama ini upaya ini baru sebatas pribadi mereka dan belum menyentuh lembaga. Karena itu BAZIS Provinsi DKI Jakarta melakukan pendekatan, baik secara personal kepada kalangan profesional ini. c. Bekerjasama dengan instansi-instansi di lingkungan pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memiliki perusahaan-peusahaan mitra kerjanya sebagai implementasi dari isntruksi Gubernur No.89 tahun 2005. 6. Manajemen Motivasi dan Kontrol Prestasi yang diraih BAZIS Provinsi DKI Jakarta seperti saat ini tidak lepas dari motivasi dan kontrol. Motivasi adalah dorongan yang timbul pada iri sendiri seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Sedangkan kontrol dapat diartikan sebagai pengawasan dan pengendalian.
Motivasi Motivasi merupakan hal yang penting, terutama bagi mereka yang bekerja di lembaga pengelola zakat. Hal ini, baik munculnya dari dalam diri, maupun dari luar, semisal dari atasan. Jika mereka memahami dan menyadari apa yang dilakukan, dengan sendirinya mereka akan bekerja dan melakukan sesuatu tanpa merasa tertekan. Memunculkan motivasi dari
61
dalam, memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Upaya yang berulang dan terus-menerus (sustainable) adalah salah satu jalannya. Dalam kaitan dengan motivasi, ada dua hal penting yang dilakukan pihak manajemen BAZIS Provinsi DKI Jakarta kepada semua unsur yang ada di dalamnya. Pertama, motivasi intrinsik. Motivasi ini adalah dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang. Dengan motivasi ini, para petugas BAZIS Provinsi DKI Jakarta diharapkan dapat bekerja dengan ikhlas. Karena bekerja di BAZIS adalah bekerja dengan kemaslahatan umat. Dimana pahalanya tidak tampak secara langsug. Bekerja di BAZIS adalah tabung dunia akhirat yang tidak mudah didapatkan di tempat lain. Kalau salah satunya-untuk tabungan dunia saja, mungkin angat mudah didapatkan. Tapi menemukan keduanya-dunia dan akhirat, bukan sesuatun yang gampang. Motivasi ini secara kontinu dan berjenjang selalu disampaikan pihak pimpinan kepada pegawai BAZIS yang ada disemua tingkatan. Kedua, motivasi ekstrinik. Merupakan dorongan yang muncul dari luar diri seseorang. Secara individual bagi pegawai BAZIS yang berprestasi akan diberikan penghargaan dan hadiah. Secara geografis, bagi wilayah yang berprestasi jug diberikan penghargaan misalnya dengan menjadikan wilayah tersebut sebagai wilayah percontohan BAZIS.
62
Pengawasan Sebagai lembaga yang memiliki spirit agama, tentunya semua unsur di BAZIS Provinsi DKI Jakarta sedapat mungkin berbuat sesuai dengan kordinor agama. Kontrol atau pengawasan merupakan proses amar ma’ruf nahi munkar. Dengan pengawasan diharapkan dapat menjamin tercapainya tujuan organisasi. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari rencana organisasi, karena pengawasan merupakan usaha untuk mengembalikan, meluruskan, dan
mengantipasi
berbagai
penyimpangan
agar
sesuai
dengan
perencanaan. 13
13
BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institute Manajemen Zakat, Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta, h.79-81.
BAB IV SYSTEM PAYROLL PADA BAZIS DKI JAKARTA A. Mekanisme Penghimpunan Dana Zakat dengan Payroll System Zakat penghasilan atau zakat profesi adalah zakat yang dikenakan pada setiap pekerjaan atau keahlihan profesional tertentu, baik yang dilakukan sendiri maupun bersama dengan orang/lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang) halal yang memenuhi nisab (batas minimum untuk wajib zakat). para ulama klasik dan kontemporer dalam menentukan tarif zakat profesi juga berbeda, pendapat yang masyhur adalah pendapat Umar bin Abdul Azis, Muhammad Abu Zahrah, Abdurahman Hasan, Yusuf Qardawi, Syauqy Shahatah yang lainnya sepakat bahwa tarif zakat penghasilan profesi adalah 2,5%. Ulama menjelaskan zakat bisa ditunaikan perbulan dengan analogi zakat tanaman atau setahun sekali dengan analogi zakat perdagangan. Namun untuk kehati-hatian umumnya menyarankan setiap bulan sekali saat mendapatkan penghasilan/gaji.1 BAZIS DKI Jakarta memiliki peraturan dalam membayar zakat profesi. Adapun peraturan BAZIS DKI di bawah pimpinan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang memiliki Instruksi Gubernur Nomor 34 Tahun 2008 Tentang Optimalisas Pengumpulan Dana Zakat Profesi dan Amal Sosial dari Pegawai Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.2
1
Muhammad Zen, 24 Hours Of Contemporary Zakat, (Jakarta: IMZ, cet. Ke-1 Agustus 2010), h. 70. 2 Hasil wawancara bersama bapak Sukiyana Kasubag. Umum BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 5 Mey 2015 jam 13:30.
63
64
Telah datang riwayat yang banyak, bahwa Abu Bakar, Umar, Usman, Ibnu Mas’ud, Muawiah, Umar bin Abdul Azis dan yang lain, mereka telah mengambil zakat dari gaji, yaitu daftar gaji yang rutin untuk tentara dan orang yang seumpama dengannya, yang jelas didaftar kantor. Adalah Abu Bakar r.a. apabila memberi gaji kepada seseorang, maka ia bertanya kepadanya: “apakah engkau mempunyai harta?” Apabila orang itu menajwab: Ya, maka Abu Bakar mengambil zakat hartanya dari gaji itu. Kalau tidak, maka ia menyerahkan semua gajinya kepada orang tersebut. Adalah Ibnu Mas’ud mengeluarkan zakat dari gaji orang-orang, setiap seribu, dua puluh lima (karena mazhabnya, tidak mensyaratkan tahun terhadap harta yang dicari), sebagaiman hal itu telah dikemukakan sebelumnya. Adalah Umar, apabila mengeluarkan gaji ia mengumpulkan harta pedagang, maka ia menghitung harta sekarang dan harta nanti, kemudian ia mengambil zakat, dari orang yang hadir dan orang yang tidak hadir. Dari Qudamah, ia berkata: “Apabila aku datang kepada Usman bin Affan untuk menerima gajiku, ia bertanya kepadaku: “Apakah engkau mempunyai harta, yang wajib dikeluarkan zakatnya?” Apabila aku menjawab: Ya, maka ia mengambil dari gajiku, zakat harta tersebut. Sedangkan apabila aku mengatakan tidak, maka ia menyerahkan kepadaku gaji itu.3 Pada BAZIS DKI Jakarta tidak semua karyawan bersedia untuk dipotong gajinya secara langsung untuk dana zakat. Karena sebagian dari 3
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Litera Nusantara dan Mizan, cet. Ke-5 1999), h. 755-756.
65
mereka sudah memberikan zakatnya pada setiap bulan Ramadhan. Dalam hal ini BAZIS DKI Jakarta dapat mensosialisasikan payroll system ini kepada seluruh karyawan BAZIS DKI Jakarta dengan cara mengikuti semua peraturan yang telah dibuat oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 34 tahun 2008. Setelah proses pengenalan dan sosialisasi perusahaan kepada para karyawannya mengenai payroll system, ada mekanisme yang dilakukan oleh BAZIS DKI dalam penghimpunan dana zakat via payroll system diantaranya:
1. Sosialisasi BAZIS DKI Jakarta dalam pembayaran zakat melalui payroll system adalah sebagai berikut: 1) Manajemen perusahaan memfasilitasi pimpinan dan karyawan untuk menunaikan zakat dengan cara memperhitungkan langsung daftar gaji. Fasilitas yang disediakann oleh BAZIS DKI Jakarta untuk karyawannya dalam pemotongan gaji ini meliputi: surat pengantar untuk kesediaan pemotongan gaji dari BAZIS DKI yang ditujukan oleh para karyawan dan stafnya, surat keterangan yang ditujukan dari karyawan untuk BAZIS DKI Jakarta perihal kesediaan pemotongan gaji, dan formulir kesediaan membayar zakat profesi. 2) Karyawan mengisi form kesediaan membayar zakat melalui pemotongan gaji langsung yang ditujukan kepada bagian keuangan. Pada BAZIS DKI Jakarta sebelum karyawan dan stafnya mengisi form kesediaan membayar zakat, BAZIS DKI Jakarta memberikan
66
surat pengantar terlebih dahulu kepada masing-masing karyawan dan staf nya setelah itu karyawan dan staf nya memberikan surat pernyataan bahwa gaji mereka bersedia di potong untuk dana zakat dan kemudian mereka dapat mengisi form kesediaan membayar zakat melalui gaji mereka setiap bulannya. 3) Pembayaran zakat dipotong langsung dari gaji setiap bulan dan ditransfer ke rekening Banking System Bank DKI oleh bagian keuangan. Setelah karyawan yang ada di BAZIS DKI Jakarta maupun perusahaan yang dibawah instruksi Gubernur DKI Jakarta sudah mengisi form yang disediakan, mereka bisa memberikan form tersebut kepada bagian keuangan. 4) Bagian keuangan menyerahkan data karyawan yang membayar zakat kepada BAZIS DKI dalam file berformat excel. Agar lebih mudah dalam setiap laporan pertanggung jawabannya. 4
4
Hasil wawancara bersama bapak Sukiyana Kasubag. Umum BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 5 Mey 2015 jam 13:30.
67
Adapun peningkatan dana zakat via payroll system pada BAZIS DKI Jakarta dapat di lihat pada grafik dan kurva dibawah ini. Gambar 4.1
Zakat via Payroll System ZAKAT VIA PAYROLL SYSTEM 48,453,978,834 41,262,714,978 27,456,298,445 20,990,072,040 15,573,845,288
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: Laporan Keuangan BAZIS Provinsi DKI Jakarta tahun 2009-2013
Gambar 4.2
Zakat via Payroll System ZAKAT VIA PAYROLL SYSTEM
48,453,978,834 41,262,714,978 27,456,298,445 20,990,072,040 15,573,845,288
2009
2010
2011
2012
Sumber: Laporan Keuangan BAZIS Provinsi DKI Jakarta tahun 2009-2013
2013
68
Jadi, mekanisme yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta dalam pembayaran zakat via payroll system yaitu: surat pengantar untuk kesediaan pemotongan gaji dari BAZIS DKI yang ditujukan oleh para karyawan dan stafnya, surat keterangan yang ditujukan dari karyawan untuk BAZIS DKI Jakarta perihal kesediaan pemotongan gaji, dan formulir kesediaan membayar zakat profesi. 2. Contoh Perhitungan Zakat Profesi Ada dua pendapat ulama tentang zakat penghasilan: Pertama, ada yang menghitung dari pendapatan kasar/bruto (dimana zakat dikeluarkan dan dihitung dikali 2,5% dari total pendapatan tanpa dikurangi hutang/kebutuhan) dan kedua, ada yang menghitung dari pendapatan bersih/netto (dimana zakat dikeluarkan dan dihitung sikali 2,5% dari total pendapatan setelah dikurangi hutang/kebutuhan). Menurut Dr. Yusuf Qardhawi kita boleh menggunakan salah satu pendapatan tersebut, dan disarankan bagi mereka yang berpendapatan sangat tinggi/berkecukupan rizkinya dengan bruto. Sebaliknya, bagi mereka yang berpendapatn rendah jika hartanya cukup nishab, maka boleh berzakat dengan netto. Dalam hal ini, Imam Abu Hanifah menjelaskan di antara syarat adanya kewajiban zakat yaitu kepemilikan atas harta penuh dan bebas adanya hutang.5 Contoh: Jika si A berpenghasilan Rp 5.000.000,00 setiap bulan dan kebutuhan pokok perbulannya sebesar Rp 3.000.000,00 maka besar zakat 5
Muhammad Zen, 24 Hours Of Contemporary Zakat, (Jakarta: IMZ, cet. Ke-1 Agustus 2010), h. 77.
69
yang dikeluarkannya adalah: 2,5% x 12 x Rp 2.000.000,00 atau sebesar Rp 600.000,00 per tahun/Rp 50.000,00 perbulan. Perhitungan zakat untuk penghasilan dari gaji, upah, honorarium dan sejenisnya di tetapkan sebesar 2,5% (seperempat sepuluh) dari penghasilan bersih, yaitu penghasilan bruto dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh penghasilan tersebut, utang, dan kebutuhan pokok minimum. Jadi dasar pengenaaan zakatnya dan nisabnya dihitung dari sisa. Untuk jelasnya berikut ini diberikan contoh:6
Tabel 4.3 KETERANGAN Penghasilan: 1. Gaji dan tunjangan setahun 2. Bonus 3. Royalty Total penghasilan
SUB-JUMLAH (RP)
JUMLAH (RP)
36.000.000 10.000.000 4.000.000 50.000.000
Pengeluaran: 3.000.000 1. Biaya transportasi 6.000.000 2. Biaya makan dan kesehatan Total biaya yang dikeluarkan Penghasilan bersih sebelum utang dan kebutuhan minimum
41.000.000
Pengurangan lain: 1. Utang cicilan rumah dan lainnya 2. Kebutuhan keluarga Total
24.000.000
6.000.000 18.000.000
penghasilan bersih setelah utang dan kebutuhan minimum Zakat 2,5% X Rp 17.000.000
6
9.000.000
17.000.000 425.000
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Juni 2003), h. 154
70
Atas dasar keterangan tersebut diatas, jika seorang konsultan mendapatkan honorarium misalnya lima juta rupiah setiap bulan, dan ini sudah mencapai nishab, maka ia wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5 persen sebulan sekali. Demikian pula misalnya seorang pegawai perusahaan swasta yang setiap bulannya menerima gaji sepuluh juta rupiah, maka ia wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5 persen sebulan sekali. Sebaliknya, seorang pegawai yang bergaji satu juta rupiah setiap bulan, dan ini belum mencapai nishab, maka ia tidak wajib berzakat. Akan tetapi kepadanya dianjurkan untuk berinfak dan bersedekah, yang jumlahmya bergantung pada kemampuan dan keikhlasannya.7
B. Efektivitas Penghimpunan Dana Zakat Profesi Melalui Payroll System Sebagaimana yang telah penulis ungkapkan pada bab sebelumnya, bahwa suatu usaha dapat dikatakan ekeftiv jika usaha tersebut mencapai target atau tujuannya. Dalam setiap lembaga pasti ada target yang harus dicapai sesuai dengan perencanaan dalam waktu satu tahun kedepan, begitu pula BAZIS DKI Jakarta juga menentukan target penerimaan ZIS-nya setiap tahun. Yang menentukan target penerimaan zakat, infak, dan shadaqah pada BAZIS DKI Jakarta adalah wilayah yang ditetapkan dalam rapat kerja yang dihadiri oleh kepala-kepala BAZIS di tingkat wilayah, kemudian para camat, lurah dan BAZIS DKI Jakarta sebagai fasilitator, kemudian tiap wilayah menetapkan sendiri target atau kemampuan 7
mereka
mengumpulkan
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, cet. Ke-3 Februari 2004), h. 94-96.
71
zakatnya.8 Adapun tujuan yang dicapai dapat sesuai dengan sasaran yang setiap perusahaan/lembaga inginkan. Agar rencana penghimpunan dana zakat menjadi efektiv setidaknya harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1.
Kegunaan, yakni agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil, berkesinambungan dan sederhana. Pada BAZIS DKI Jakarta tidak mengalami penurunan dalam menghimpun dana zakat setiap tahunnya. Semua dapat dilihat dari laporan keuangan keseluruhan untuk 3 tahun terakhir (2011-2013) adapun perolehan ZIS tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011 yaitu sebesar Rp64.780.812.886 meningkat sebesar Rp12.011.993.951 dan untuk tahun 2012 perolehan dana ZIS sebesar Rp81.453.310.876, maka untuk tahun 2013 naik sebesar Rp16.342.568.394 menjadi Rp97.795.879.270.
Untuk
penghimpunan dana zakat pada BAZIS DKI Jakarta tidak stabil karena
setiap
tahunnya
penerimaan
dana
zakat
mengalami
peningkatan. Bahwasanya dana zakat yang dikumpulkan oleh BAZIS dari tahun 2011-2013 memiliki sifat yang berkesinambungan dalam hal penghimpunan dana zakat baik menggunakan payroll system maupun tidak, karena dana zakat keseluruhan tidak dapat mencapai target jika tidak adanya dana dari payroll system. Semuanya dapat
8
Hasil wawancara bersama bapak Sukiyana Kasubag. Umum BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 5 Mey 2015 jam 13:30.
72
dilihat dari laporan keuangan dana ZIS yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. 2. Ketepatan dan objektifitas, maksudnya semua rencana harus dievaluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas, nyata dan akurat. BAZIS DKI Jakarta dalam hal penyajian laporan keuangannya selalu sudah diaudit independen setiap tahunnya, sehingga laporan keuangan yang di keluarkan sudah jelas, ringkas, nyata dan akurat. Dapat di lihat dari surat pernyataan kepala BAZIS DKI Jakarta tentang Tanggung Jawab Laporan Keuangan yang menyatakan bahwa: a.
Bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan Badan Amill Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta;
b.
Pengelolaan ZIS Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 26 Tahun 2006 dan Nomor 51 Tahun 2006;
c.
Lapoan Keuangan BAZIS Provinsi DKI Jakarta telah disusun dan disajikan sesuai dengan SAK 109.
d. 1) Semua informasi dalam laporan keuangan BAZIS Provinsi DKI Jakarta telah dimuat secara lengkap dan benar. 2) Laporan keuangan BAZIS Povinsi DKI Jakarta tidak mengandung informasi atau fakta material yang tidak benar dan tidak menghilangkan informasi atau fakta material.
73
e. Bertanggung jawab atas sistem pengendalian intern dalam Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Provinsi DKI Jakarta. 3. Ruang
lingkup,
yakni
perlu
memperhatikan
prinsip-prinsip
kelengkapan, kepaduan dan konsistensi. Dalam hal ini BAZIS DKI Jakarta mengaktifkan zakat via payroll system untuk karyawannya sudah sesuai dengan intruksi Gubernur No 34 Tahun 2008 tentang Optimalisasi Pengumpulan Zakat Profesi dan Amal Sosial dari Pegawai Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dan surat edaran Nomor 9 / SE/ 2010 tentang Permohonan Zakat Profesi/Amal Sosial dan Penghasilan Tunjangan Kinerja Daerah. Dari kedua peraturan tersebut memiliki perpaduan yang sesuai untuk zakat profesi yang di lakukan oleh BAZIS DKI Jakarta untuk tetap konsistensi dalam mentaati peraturan Gubernur DKI Jakarta dalam berzakat via payroll system. 4. Efektivitas biaya, dalam hal ini efektifitas biaya menyangkut waktu, usaha dan aliran emosional. Dalam menyangkut waktu dan usaha bahwa penerimaan dana ZIS tahun 2013 mengalami peningkatan. Bila tahun 2012 perolehan ZIS sebesar Rp 81.453.310.876, tahun 2013 naik menjadi Rp 97.795.879.070. Artinya perolehan ZIS meningkatan sebesar Rp 13.354.879.070 atau 20.06%. sementara itu dalam Peduli Ramadhan tahun 2013 telah didistribusikan hasil ZIS sebesar Rp 3.873.750.000,-
yang
diberikan
kepada
7.140
mustahik.
Peruntukkannya adalah beasiswa SLTA/Aliyah 3 bulan x @Rp 200.000
74
sebanyak 2.375 orang, beasiswa S-1 selama 3 bulan x @Rp 250.000 untuk 2.265 orang, bantuan anak yatim @Rp 300.000 bagi 1.100 orang, serta bantuan untuk kaum dhuafa @Rp 300.000 yang diserahkan kepada 1.480 orang. 9 5. Akuntabilitas, terdapat dua aspek akuntabilitas; pertama tanggung jawab atas pelaksanaan, kedua tanggung jawab atas implementasinya. Bentuk tanggung jawab BAZIS DKI Jakarta dalam pelaksanaan zakat via payroll system dapat dilihat dari laporan keuangan yang tetap stabil setiap tahunnya. Implemetasi pada BAZIS DKI dapat dilihat dari penyaluran yang dilakukan oleh BAZIS DKI dalam bentuk program unggulan BAZIS di setiap tahunnya. Penerimaan dana ZIS tahun 2013 mengalami peningkatan. Bila tahun 2012 perolehan ZIS sebesar Rp 81.453.310.876, tahun 2013 naik menjadi Rp 97.795.879.070. Artinya perolehan ZIS meningkatan sebesar Rp 13.354.879.070 atau 20.06%. sementara itu dalam Peduli Ramadhan tahun 2013 telah didistribusikan hasil ZIS sebesar Rp 3.873.750.000,- yang diberikan kepada 7.140 mustahik. Peruntukkannya adalah beasiswa SLTA/Aliyah 3 bulan x @Rp 200.000 sebanyak 2.375 orang, beasiswa S-1 selama 3 bulan x @Rp 250.000 untuk 2.265 orang, bantuan anak yatim @Rp 300.000 bagi 1.100 orang, serta bantuan untuk kaum dhuafa @Rp 300.000 yang diserahkan kepada 1.480 orang.
9
BAZIS: “Kilas: Kemenangan dan Rahmat Semua http://bazisdki.go.id/post/detail/ramadhan diakses pada tanggal 9 Juni 2015 jam: 14:01
Umat”
75
6. Ketepatan waktu, yakni suatu perencanaan, perubahan-perubahan yang terjadi sangat cepat akan dapat menyebabkan rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagai perbedaan waktu.10 Di lihat dari ketepatan waktu yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta dalam penarikan dana zakat melalui payroll system sudah sesuai dengan perencanaan. Karena penarikannya sudah sesuai dengan waktu gaji yang para karyawan dapatkan.11
Setiap kegiatan penghimpunan yang dilakukan oleh lembaga pengelola zakat, harus didorong dengan program-program penyaluran yang baik pula sehingga sebaik apapun program penghimpunan, maka muaranya akan sampai pada penyaluran. Begitu juga halnya dengan BAZIS DKI Jakarta, keberhasilan kegiatan penghimpunan juga didorong kegiatan penyaluran. Kegiatan penyaluran yang sudah dipercaya oleh muzakki dan berdampak besar bagi kesejahteraan mustahik, sehingga muzakki akan selalu mendonasikan zakat, infak dan shadaqah nya ke BAZIS DKI Jakarta. BAZIS DKI Jakarta mendapat dana ZIS dari masyarakat lebih dari Rp 100milyar tentu bukan perkara mudah. Meski membawa label “Provinsi DKI Jakarta” perolehan yang setiap tahun selalu meingkat ini selalu di barengi
10
Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPPE, 2003), h. 103-105 Hasil wawancara bersama bapak Sukiyana Kasubag. Umum BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 5 Mey 2015 jam 13:30. 11
76
dengan upaya keras dan tak kenal lelah agar para muzaki menyalurkan zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) melalui BAZIS DKI Jakarta.12 Sebagai badan resmi pemerintah, BAZIS Provinsi DKI Jakarta secara khusus bertugas mengumpulkan dan menyalurkan dana Zakat, Infak dan Shadaqah (ZIS) di Provinsi DKI Jakarta. Keberadaannya menunjukkan sebuah kepedulian terhadap permasalahan sosial bagi warganya. Untuk itu pihak pengelola BAZIS DKI Jakarta berupaya melakukan pembenahan baik ditingkat organisasi, sumber daya manusia, dan program. Ketiganya memilikio korelasi positif dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip good organization yang diderivasikan dari 10 tuntutan organisasi masa depan. Nilai-nilai yang dimaksud adalah mandiri, profesional, transparan dan akuntabilitas, layanan prima, budaya organisasi mantap, jaringan kerja mantap dan kuat, serta citra kelembagaan mantap dan kuat. Harapan stakholders (yang terwakili dari responden survei kinerja) mengarahkan agar Kelembagaan BAZIS DKI Provinsi DKI Jakarta Masa Depan menjadi good organization. Efektivitas dari penghimpunan dana zakat BAZIS DKI Jakarta dapat dilihat dari keberhasilan penghimpunan dana zakat sesuai target yang di tetapkan. Untuk perolehan dana zakat melalui payroll system pada tahun 2011 Rp27.456.298.445 dan pada tahun 2012 sebesar Rp41.262.714.978 dan untuk tahun 2013 yaitu sebesar Rp48.453.978.834. Adapun perolehan ZIS keseluruhan yang berhasil dicapai tahun 2010 sebesar Rp52.768.818.935, dan 12
Hasil wawancara bersama bapak Sukiyana Kasubag. Umum BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 5 Mey 2015 jam 13:30.
77
untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011 yaitu sebesar Rp64.780.812.886 meningkat sebesar Rp12.011.993.951. Bila tahun 2012 perolehan dana ZIS sebesar Rp81.453.310.876, maka tahun 2013 naik menjadi Rp97.795.879.270 meningkat sebesar Rp16.342.568.394. Selain itu, efektifitas strategi penghimpunan dana zakat juga dapat dilihat dari penigkatan dana zakat, infak dan shadaqah yang terhimpun keseluruhan dari waktu ke waktu. Peningkatan dana zakat BAZIS DKI Jakarta dapat dilihat melalui grafik di bawah ini:13
Gambar 4.4
Grafik Pengumpulan ZIS Hasil ZIS 113,765,807,732 97,795,879,070 81,453,310,876 64,780,812,886 52,768,818,935 44,223,884,194
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: Laporan Keuangan BAZIS Provinsi DKI Jakarta tahun 2009-2013
13
Hasil wawancara bersama bapak Sukiyana Kasubag. Umum BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 5 Mey 2015 jam 13:30.
78
Jadi, keberhasilan BAZIS DKI Jakarta meningkatkan penghimpunan dana ZIS dari tahun ke tahun tersebut merupakan bukti efektivitas penghimpunan dana zakat yang diterapkan selama ini baik dari zakat perusahaan, zakat profesi maupun donatur dari masyarakat lainnya. Dengan demikian, strategi penghimpunan dana zakat tersebut dapat terus diterapkan dengan
dibarengi
langkah-langkah
inovatif
untuk
mengoptimalkan
penghimpunan dana dari sumber-sumber yang belum dikelola secara maksimal.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Layanan donatur yang diberikan BAZIS Provinsi DKI Jakarta untuk memudahkan para donatur dalam menyalurkan dana ZIS nya kepada BAZIS adalah: Pertama, Masyarakat umum yang dikoordinasikan oleh kepala kelurahan dan dibantu oleh Ketua RT/RW serta tokoh agama atau
pemuka
masyarakat.
Kedua,
Karyawan/Pegawai,
yang
dikoordinasikan oleh kelurahan, kecamatan, kotamadya, dan BAZIS unit kesatuan kerja. Ketiga, Para pengusaha nasional, hartawan, dan dermawan yang dikoordinasikan langsung oleh BAZIS Provinsi DKI Jakarta atas nama Gubernur. Keempat, Nasabah Bank. Kelima, Jamaah calon Haji dan Umroh.
2. Penghimpunan dana zakat profesi yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta dengan adanya payroll system efektif terbukti dengan meningkatnya perolehan dana yang dihimpun. Dari laporan perubahan dana zakat keseluruhan dari tahun ke tahun adanya payroll system ini mengalami peningkatan yang cukup besar diantaranya dana zakat, infak dan sedekahnya sebesar pada tahun 2011 Rp27.456.298.445 dan pada tahun 2012 sebesar Rp41.262.714.978 dan untuk tahun 2013 79
80
yaitu sebesar Rp48.453.978.834. Adapun perolehan ZIS keseluruhan yang berhasil dicapai tahun 2010 sebesar Rp52.768.818.935, dan untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011 yaitu sebesar Rp64.780.812.886 meningkat sebesar Rp12.011.993.951. Bila tahun 2012 perolehan dana ZIS sebesar Rp81.453.310.876, maka tahun 2013 naik menjadi Rp97.795.879.270 meningkat sebesar Rp16.342.568.394. Ini berarti payroll system memberikan kontribusi lebih dari seperempat dari perolehan keseluruhan dana zakat yang berhasil dihimpun oleh BAZIS DKI Jakarta. Namun keberhasilan payroll system ini juga karena adanya dukungan dari pemerintah dengan dikeluarkannya aturan-aturan. Dengan dikeluarkannya undang-undang zakat No. 23 Tahun 2011 dan Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2014 dan Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 34 Tahun 2008 Tentang Optimalisasi Pengumpulan Zakat Profesi dan Amal Sosial dari Pegawai Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dilihat oleh penulis oleh kajian dan pembahasan ini, maka ada beberapa saran yang diberikan oleh penulis, yaitu sebagai berikut. 1.
Dari hasil penelitian, program payroll system sudah efektif dalam penghimpunan, namun promosi dan sosialisasai yang dilakukan oleh
81
BAZIS DKI Jakarta untuk program payroll system ini harus lebih diperluas untuk meningkatkan perolehan dana zakat via payroll system
dan
meningkatkan
kesadaran
masyarakat
untuk
mengoptimalkan pengelolaan dana zakat. 2.
Untuk menjaga kepuasan para donatur, BAZIS DKI Jakarta harus memberikan kemudahan-kemudahan untuk donatur baik dari akses informasi, sosialisasi terhadap masyarakat maupun karyawan, kemudahan dalam pembayaran zakat, hingga laporan keuangan.
3.
Lebih mensosialisasikan lagi tentang keberadaan BAZIS DKI Jakarta dalam
menjalankan
program-programnya
termasuk
kepada
masyarakat agar lebih percaya untuk memberikan dana zakat, infak dan shadaqahnya kepada BAZIS DKI Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemah
Abdul, Kodir Abduraliman. Tatanan Sosial Islam. Yogyakarta: PustakaPelajar, 2000
Amstrong, Michel dkk. Pedoman Praktis Sistem Penggajian. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1995
BAZIS Provinsi DKI Jakarta&Institut Manajemen Zakat, Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta
BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Provnsi DKI Jakarta. Jakarta: BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 2006 BAZIS DKI, Pengelolaan Zakat dan Infaq/Shadaqah di DKI Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007 Fadhullah, Cholid. Mengenal Hukum ZIS dan Pengalamannya di Jakarta. Jakata: 1993 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, Jakarta: UIN-Malang: Press, 2008
Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, Februari 2004 Hafidhuddin, Didin. Anda Bertanya Tentang Zakat, Infak & Sedekah Kami Menjawab, Jakarta: BAZNAS, Februari 2004 Handoko, Hani. Manajemen Edisi Ke-2. Yogyakarta: BPPE, 1998
Hasbi, Furqon. 125 Masalah Zakat, Solo: Tiga Serangkai, 2008
J Maleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000 Kartika, Elsi. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. Jakarta: PT Garsindo, 2007
Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal . Jakarta: Bumi Aksara, 2002 Masuko, Siti ” Strategi Penyaluran Dana LAZIS Yayasn Amaliah Astra Dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014
Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Impelemntasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004
Mursyidi. Akuntansi Zakat Kontemporer. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Juni 2003
Nurul, Bariyah Oneng. Total Quality Management Zakat Prinsip dan Praktik Pemberdayaan Ekonomi. Jakarta: Wahana Kardofa, 2012
Purwanto, April. Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Zakat. Yogyakarta: Teras, 2009
Qardawi, Yusuf. Hukum Zakat. Jakarta: Litera Nusantara dan Mizan, cet. Ke-5 1999
Rochaety, Ety dkk. Kamus Istilah Ekonomi, Jakarta: Bumi Aksara, 2005
Salim, Peter. Salim’s Ninth Collegiate English-Indonesia Dictinory. Jakarta: Modern English Press, 2000
Setyarso, Iqbal. Manajemen Zakat Berbasis Korporat, Kiprah Lembaga Pengelola Zakat Pulau Sumatera. (Jakarta: Kahirul Bayan, 2008)
Shadil, Ensiklopedia Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Ichtiar Baru-Van Hoeve
Syafri, Sofyan. Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam. Jakarta: Pustaka Quantum, 2001
Tim Penyusun,”Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta.” Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 2006 Umar, Husein. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004 Wawancara pribadi dengan bapak Sukiyana Kasubag. Umum BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Jakarta. 5 Mey 2015 Zen, Muhammad, 24 Hours Of Contemporary Zakat. Jakarta: IMZ, 2010
Zen, Muhammad dkk. Zakat & Wirausaha. Jakarta: CED, 2005
Internet dan Majalah: Majalah Bazis DKI Jakarta Peduli Umat Zakat is My Life. Jakarta: PT. Desprindo Natamedia, 2015 Majalah Bazis DKI Jakarta Peduli Umat Zakat is My Life. Zakat Bermakna Bagi Mustahik. Jakarta: PT. Desprindo Natamedia, 2010
http://www.slideshare.net/IBSetiawan/teknik-perencanaan-program-fundraising. Diakses pada tanggal 21 November 2014 jam 21.17
http://bazisdki.go.id/page/index/profil-bazis diakses tanggal 19 Januari 2015 jam 23:56
http://www.republika.co.id/berita/ramadhan/kabar-ramadhan/12/08/01/m81oogbazis-dki-jakarta-salurkan-santunan-rp-18-miliar diakses tanggal 20 Januari
http://bazisdki.go.id/post/detail/ramadhan diakses 19 Jnauari 2015
http://eprints.stainsalatiga.ac.id/831/1/Analisis%20Terhadap%20Produk%20%20 Payroll%20PDF.pdf diakses pada tanggal 12 Januari 2015
http://library.utem.edu.my/index2.php?option=com_docman&task=doc_view&gi d=3644&Itemid=342 diakses pada tanggal 11 Februari 2015 http://www.btn.co.id/Produk/Produk-Jasa/Payroll.aspx diakses pada tanggal 12 Februari 15
http://hidayatmuflih.blogspot.com/2014/03/pengertian-fundraising.html pada tangaal 12 Februari 2015
diakses
http://abasmakalah.blogspot.com/2011/12/vbehaviorurldefaultvmlo.html pada tanggal 19 Februari 2015
diakses
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29153/3/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal 19 Februari 2015 http://bazisdki.go.id/page/index/sejarah-bazis diakses pada tanggal 25 Februari 2015
Sadudin “Zakat Profesi (Fiqh)”. Artikel diakseses pada 6 Juli 2015 dari https://sadudinm.wordpress.com/resensi-film/zakat-profesi-dalamperspektif-hukum-islam-fiqh
http://library.utem.edu.my/index2.php?option=com_docman&task=doc_view&gi d=3644&Itemid=342 diakses pada tanggal 11 Februari 15
http://www.btn.co.id/Produk/Produk-Jasa/Payroll.aspx diakses pada tanggal 12 Februari 15