PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT MELALUI PENYALURAN ZAKAT PRODUKTIF ( Studi Kasus BAZIS DKI Jakarta Dalam Pemberdayaan Zakat Produktif )
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
NUR ADDINI RAHMA NIM 1111046300011
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M / 1437 H
ii
iii
iv
ABSTRAK
Nur Addini Rahmah. NIM 1111046300011. Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Penyaluran Zakat Produktif (Studi Kasus BAZIS DKI Jakarta Dalam Pemberdayaan Zakat Produktif). Konsentrasi Manajemen Zakat & Wakaf, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015 M / 1436 H. Skripsi ini bertujuan untuk Mengetahui Mekanisme Penyaluran Dana Zakat Produktif di BAZIS DKI Jakarta. Dengan menganalisis penyaluran dan penghimpunan dana ZIS di BAZIS DKI Jakarta dari tahun 2011- 2013. Sehingga mengetahui dampak penyaluran zakat produktif bagi peningkatan ekonomi umat oleh BAZIS DKI Jakarta, benar-benar telah dirasakan para Mustahik dan masyarakat DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yang bersifat kualitatif, yakni sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis berupa kata-kata tertulis atau lisan dari para tokoh dan perilaku yang diamati. Penelitian ini diperoleh penulis dari kantor BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat di DKI Jakarta dirasakan cukup besar manfaatnya oleh masyarakat. Lembaga ini telah bekerjasama oleh Pemda DKI Jakarta dalam menanggulangi masalah sosial dan kemiskinan yang semakin rumit, terutama mereka yang berada di kelas menengah ke bawah, sehingga menumbuh
v
kembangkan masyarakat dengan berjiwa usaha yang gigih dan professional. Dengan adanya penyaluran dana infaq dan shadaqah yang dipinjamkan kepada mustahik agar yang bersangkutan bisa mandiri dan mengembangkan usahanya adalah alternatif yang perlu terus dikembangkan untuk pemberdayaan masyarakat. Namun demikian dibutuhkan kecermatan dalam memilih calon Mustahik dengan harapan dana itu akan dimanfaatkan untuk kepentingan yang sebenarnya agar pengembalian modal usaha tidak macet, yang pada gilirannya bisa digulirkan kepada Mustahik lain. Dan sebagai alternatif penyaluran/pendayagunaan dana ZIS untuk usaha-usaha produktif mempunyai prospek yang cukup menjanjikan dan signifikan di masa mendatang. Masalah yang sering muncul adalah rasio permintaan dan ketersediaan dana yang tak berimbang. Jumlah permohonan bantuan dana bisa lebih banyak ketimbang dana yang tersedia di Badan Amil Zakat/Lembaga Amil Zakat tersebut. Kata kunci: pemberdayaan, ekonomi umat, penyaluran, dan zakat produktif.
Pembimbing
: Dr. H. Sumuran Harahap, M.Ag,MM,M.Si.
Daftar Pustaka
: Tahun 1986 s/d Tahun 2015
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat meyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Penyaluran Zakat Produktif (Studi Kasus BAZIS DKI Jakarta Dalam Pemberdayaan Zakat Produktif )” Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata Satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak tangan yang terulur memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat dan terima kasih yang tulus atas segala kepedulian mereka yang telah memberikan bantuan baik berupa kritik, masukan, dorongan semangat, dukungan finansial maupun sumbangan pemikiran dalam penulisan Skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menghanturkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta. 2. Dr. Euis Amalia,MAg., dan Dr.Asmawi,MAg., Pembantu Dekan Bidang Akademik dan Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum. 3. Bapak Dr. H. Sumuran Harahap, M.Ag,MM,M.Si., Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu luang, curahan pemikiran, pengarahan dan bimbingan kepada penulis.
vii
4. Teristimewa kedua orang tua penulis, Bpk. Ridwan dan Ibu. Sumiah tersayang yang telah membesarkan dan mendidik penulis hingga seperti sekarang dengan penuh do’a, kasih sayang, kesabaran, keikhlasan, dan perjuangan hidup demi kelangsungan pendidikan dan masa depan putraputrinya. 5. Adik kandung penulis, Faruki, Annisa dan Farhan yang selalu memberi dukungan moril dan materil kepada penulis. 6. Para Dosen fakultas Syariah dan Hukum yang tidak bisa disebutkan satu persatu
namanya
yang
telah
banyak
memberikan
nasihat
dan
pengalamannya kepada penulis. 7. Para pengurus BAZIS DKI Jakarta khususnya Bpk.Wawan, Dedi Santosa,SE dan Bpk.Agam yang telah menerima dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini. 8. Teman-teman seperjuangan di UIN khususnya mahasiswa ZISWAF angkatan 2011, Banyak sekali kenangan-kenangan yang telah kita lalui bersama-sama. Semoga silaturahmi kita dapat terus terjalin dan kita semua mencapai kesuksesan bersama-sama. 9. Teman-teman dari Ikatan Lingkar Zakat Madani (LZM UIN Jakarta), dan sahabat-sahabat KKN SMART yang telah menjadi inspirasi dan keluarga kedua bagi penulis serta selalu memberikan do’a dan dukungan yang sangat berarti bagi penulis.
viii
10. Syaifudin Elman, Ramadhana, Achmad Rendy, M.A.S.S. Moyo, Hendriansyah, Eva Nurlutfiah, Nurseha Satyariani , Siti Kholifah, Putri Novianti dan kawan yang lainnya yang telah menjadi kawan setia selama masa-masa studi dan selalu memberikan masukan, inspirasi serta saran bagi penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. 11. Kekasihku tercinta JM Muhammad Wanda yang selalu menjadi penyemngat lebih dan motivasi tersendiri dalam perjalanan hidup ini. 12. Seluruh staf karyawan Perpustakan Utama UIN dan Perpustakaan FDK untuk referensi buku-bukunya. 13. Serta kepada seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu atas semua bantuan dan masukannya kepada penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak atas seluruh bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Aamiin....
Jakarta, 15 Oktober 2015
Nur Addini Rahmah
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..............................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................................
iv
ABSTRAK .......................................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ......................................................................................................
vii
DAFTAR ISI .....................................................................................................................
x
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................................
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................................
7
D. Review Studi Terdahulu ........................................................................
8
E. Kerangka Teori dan Konsep ...................................................................
10
F. Metode Penelitian ..................................................................................
13
G. Pedoman Penulisan Skripsi ....................................................................
15
H. Sistematika Penulisan .............................................................................
16
LANDASAN TEORI A. Pemberdayaan Ekonomi Umat ...............................................................
18
1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Umat .......................................
18
2. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Umat .............................................
22
3. Strategi dan Pola-pola Pemberdayaan Ekonomi Umat ....................
24
B. Zakat Produktif .......................................................................................
27
1. Pengertian Zakat Produktif ...............................................................
27
2. Landasan Hukum Zakat Produktif....................................................
33
3. Tujuan dan Hikmah Zakat Produktif ................................................
34
C. Pendayagunaan Dana Zakat....................................................................
36
1. Pengertian Pola Pendayanggunaan Zakat .........................................
36
2. Bentuk dan Sifat Pendayagunaan/Penyaluran Zakat ........................
x
BAB III
BAB IV
PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT A. Profil BAZIS DKI Jakarta ......................................................................
41
B. Sejarah dan Perkembangan BAZIS DKI Jakarta ....................................
42
C. Visi, dan Misi .........................................................................................
46
D. Tugas Pokok dan Fungsi .......................................................................
47
E. Struktur Organisasi ................................................................................
51
F. Pemberdayaan Ekonomi Umat di BAZIS DKI Jakarta ........................
56
PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT MELALUI ZAKAT PRODUKTIF DI BAZIS DKI JAKARTA A. Mekanisme Penyaluran Dana Zakat Produktif BAZIS DKI Jakarta dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Umat ..........................................
63
B. Peran BAZIS DKI Jakarta dalam Upaya Pemberdayaaan Ekonomi Umat .........................................................................................
BAB V
69
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..............................................................................................
81
B. Saran ........................................................................................................
82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
84
LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Permasalahan kehidupan yang dihadapi umat (Islam) di Indonesia sangat banyak, terutama permasalahan pada bidang ekonomi. Permasalahan tersebut mencakup tingkat penghasilan (rill) yang minim, daya saing yang rendah dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi nasional, tingkat pengangguran tinggi, keterbatasan kemampuan dalam mengelola kegiatan bisnis, keterbatasan kemampuan dalam menyandingkan sumber-sumber informasi dan teknologi industri, ketidakmerataan kemakmuran dan kesejahteraan hidup yang tinggi, dan lain sebagainya.1 Oleh karena itu, kita perlu menciptakan usaha-usaha atau lapangan pekerjaan sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran, dan ini menjadi kewajiban bersamaa baik pemerintah maupun masyarakat. Tampaknya tidak berlebihan bila dikatakan bahwa usaha memberantas kemiskinan umat kedudukan “hukum-nya” termasuk kategori wajib.2 Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, institusi yang diberikan amanat untuk mengelola zakat yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Lembaga Amil Zakat (LAZ), 1
Rian Sanjaya, “Model Pendayagunaan Zakat Produktif Di Badan Amil Zakat Dan Lembaga Amil Zakat ”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h.1. 2 Deliarnov, “Perkembangan Pemikiran Ekonomi”, (Jakarta: PT Raja Grfindo persada, 2003), h.30.
1
2
Unit Pengumpul Zakat (UPZ). Badan Amil Zakat adalah lembaga yang dibentuk
masyarakat
yang
bertugas
membantu
pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Sedangkan Unit Pengumpul Zakat adalah satuan organisasi yang dibentuk BAZNAS untuk membantu pengumpulan zakat. Dan tujuan pengelolaan zakat menurut Undang-Undang Nomor 23 Pasal 3 adalah agar mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat serta mampu meningkatkan manfaat
zakat
untuk
mewujudkan
kesejahteraan
masyarakat
dan
penanggulangan kemiskinan.3 Dari sudut bahasa, kata zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. 4 Menurut istilah fiqih zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada yang berhak. Zakat menurut lughat (bahasa) berarti berkah, tumbuh, berkembang, suci bersih, baik dan terpuji. Selanjutnya Yusuf Qardhawi memberi penjelasan, bahwa zakat menurut Al-Qur’an dan Sunnah disebut juga shodaqah.5 Zakat sebagai salah satu rukun Islam yang asasi merupakan media untuk menghubungkan antara yang kaya dan miskin, sekaligus berfungsi untuk membina ukhuwah islamiyah. Karena pada dasar prinsip zakat adalah
3
Siti Masuko, “Strategi Penyaluran Dana LAZIS Yayasan Amaliah Astra Dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.5 4 Mahmud Yunus, “Kamus Arab-Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjema Pentafsiran Al-Qur’an, 1973), h.156. 5 Yusuf Al- Qardawi, “Hukum Zakat”, (Jakarta : Lentera & Mizan, 1991), h.34.
3
harta orang mampu dibagikan kepada Mustahik dan untuk memenuhui kebutuhan masyarakat dan agama.6 Zakat merupakan sumber dana
potensial dalam pemberdayaan
ekonomi umat. Dengan potensi yang demikian besar, diharapkan lembagalembaga Amil zakat, dapat melakukan suatu perubahan yang signifikant terhadap program ataupun bentuk pendayagunaan dana zakat yang dapat meningkatkan kesejahteraan para Mustahik. Sudah barang tentu program tersebut harus yang berkaitan dengan ekonomi.7 Sedangkan istilah pemberdayaan atau empowerment berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan).
8
Pemberdayaan sering diartikan
sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya. Pemberdayaan menurut Steven Shardlow memfokuskan pembahasan pada masalah bagaimana individu atau kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. 9 Pemberdayaan dana zakat ini terus mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Setiap lembaga Amil zakat maupun Badan Amil Zakat pasti akan melakukan pengembangan terus-menerus teradap
6
Abdullah Zaky Al-Kaaf, “Ekonomi Dalam Prespektif Islam”, (Bandung : Pustaka Setia, 2002,cet. 1, h.132. 7 Salehuddin effendi, “Peran BAZIS DKI Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat” Majalah BAZIS DKI Jakarta, Edisi 2002, h.8. 8 Onny S. Prijono dan A.M.W Pranarka, “Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementas”, (Jakarta: CSIS,1996), h.62. 9 Isbandi Rukminto Adi, “Pemberdayaan, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, Dan Intervensi Komunitas”, (Jakarta : 2003), h.239.
4
pemberdayaan dana zakat. 10 guna menemukan formula yang tepat untuk memberdayakan Mustahik. Adapun pengembangan zakat bersifat produktif dengan cara dijadikannya dana zakat sebagai modal usaha, untuk pemberdayaan ekonomi penerimannya, dan supaya kaum dhuafa dapat menjalankan atau membiayai kehidupannya secara konsisten. Dengan dana zakat tersebut Mustahik akan mendapatkan penghasilan tetap, meningkatkan usaha, mengembangkan usaha serta mereka dapat menyisihkan penghasilannya untuk menabung. Dana zakat untuk kegiatan produktif akan lebih optimal bila dilaksanakan Lembaga atau Badan Amil Zakat karena LAZ/BAZ sebagai organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian, pemberdayaan, dan pendistribusian dana zakat, tidak hanya memberikan zakat begitu saja melainkan mereka mendampingi, memberikan pengarahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut benar-benar dijadikan modal kerja sehingga penerimaan zakat tersebut memperoleh pendapatan yang layak dan mandiri.11 BAZIS DKI Jakarta merupakan Badan Amil Zakat bentukan pemerintah yang memiliki tugas, meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat, infaq, dan shadaqah.12 Sudah secara otomatis harus berusaha dengan
10
http://repository.unib.ac.id/4389/Pendayagunaan Zakat Produktif dalam Mensejahterakan Usaha ekonomi Mikro. diakses Tanggal 15 November 2014 Jam 19.00. 11 Peduli Umat, (Jakarta: Majalah BAZIS DKI Jakarta, Edisi Desember 2010), h.6. 12 Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 2006), h.10.
5
sepenuh hati untuk mengembangkan model pemberdayaan zakat produktif yang tepat. BAZIS
DKI
Jakarta
memiliki
aturan
tersendiri
dalam
hal
pemberdayaan zakat. Pada saat ini ada beberapa peraturan terkait ZIS di DKI Jakarta yang menjadi rujukan BAZIS DKI Jakarta. Dalam hal penyaluran dan pemberdayaan ZIS yang hanya disalurkan kepada enam Ashnaf, yaitu Fakir, Miskin, Muallaf, Gharim, Sabilillah, dan Ibnusabil. Alasannya karena dua kelompok lainnya seperti Riqab dan Amil tidak ada alokasi dengan alasan karena di Indonesia tidak ada perbudakan. Sedangkan hak Amil tidak diambil dari ZIS, karena sudah ada subsidi dari APBD DKI Jakarta.13 Adapun perolehan ZIS yang berhasil dicapai tahun 2011 naik sebesar 12,76% dari perolehan tahun 2010. Pada tahun 2011 terkumpul dana ZIS sebesar Rp. 64,7 miliar, melampaui target yang telah ditetapkan sebesar Rp. 57,5 miliar.14 Bila tahun 2012 perolehan ZIS sebesar Rp 81.453.310.876.97, tahun 2013 naik menjadi Rp 97.795.879.070. artinya perolehan ZIS meningkat sebesar Rp 13.354.879.070 atau 20,06%.15 Dari hasil perolehan tersebut BAZIS
sudah menyentuh ribuan
Mustahik yang dibantu-baik secara finansial maupun yang menerima manfaat seperti dalam pelatihan serta bisa mendapatkan lapangan pekerjaan. Hal ini berarti kaum dhuafa tidak hanya sekedar meminta tetapi mampu 13
Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 2006), h.89. 14 http://www.republik.co.id/berita/ramadhan/kabar-ramadhan/12/08/01/m81oog-bazis-dkiJakarta-salurkan-santunan-rp-18-miliar diakses Tanggal 10 Januari 2015 Jam 17:09 15 http://bazisdki.go.id/post/detail/ramadhan diakses Tanggal 10 Januari 2015 Jam 17: 30
6
untuk berkarya. 16 Dan angka pengangguran otomatis menjadi berkurang, mengakibatkan pertumbuhan ekonomi meningkat. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai zakat produktif dengan judul : “PEMBERDAYAAN
EKONOMI
UMAT
MELALUI
PENYALURAN ZAKAT PRODUKTIF DI BAZIS DKI JAKARTA DALAM PEMBERDAYAAN ZAKAT PRODUKTIF ”
B.
Batasan dan Rumusan Masalah 1.
Pembatasan Masalah Mengingat luasnya pembahasan mengenai zakat produktif dan pendayagunaan ekonomi umat maka perlu pembatasan masalah, agar pembahasan tidak terlalu meluas dan terarah. Adapun pembatasan permasalahan dalam Skripsi ini adalah Penyaluran Dana Zakat Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Zakat Produktif BAZIS DKI Jakarta. Penelitian akan dilakukan pada tahun 2015 dan bertempat di BAZIS DKI Jakarta.
2.
Perumusan Masalah Untuk mempermudah penulisan Skripsi ini, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana mekanisme penyaluran dana zakat produktif
BAZIS
DKI Jakarta dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat? 16
http://bazisdki.go.id/post/index/jakarta-sadar-zakat, di akses Tanggal 10 November 2014 Jam 22:01.
7
b. Bagaimana peran BAZIS DKI Jakarta dalam upaya pemberdayaaan ekonomi umat?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini tidak lain untuk turut serta memberikan kontribusi peneliti terhadap wacana, pemikiran, kajian, dan praktik pemberdayaan ekonomi umat melalui zakat produktif oleh BAZIS DKI Jakarta. Setelah memperhatikan judul serta latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : a.
Untuk mengetahui mekanisme penyaluran dana zakat produktif BAZIS DKI Jakarta dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat.
b.
Untuk mengetahui peran BAZIS DKI Jakarta dalam upaya pemberdayaaan ekonomi umat.
2. Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang bisa ditimbulkan dari penelitian ini, penulis ingin agar penelitian ini bisa memberikan manfaat : 1) Manfaat Akademisi : a.
Setelah mengetahui pemberdayaaan ekonomi umat yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta melalui penyaluran zakat produktif
diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan
tentang pemberdayaan ekonomi umat melalui zakat produktif
8
bagi para Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum dan khususnya bagi penulis. b.
Memberikan sumbangan pemikiran kepada perusahaan dalam memberdayakan ekonomi umat melalui zakat produktif guna mensejahterakan masyarakat.
2) Manfaat Praktisi: a.
Agar masyarakat mengetahui dan memahami pemberdayaan ekonomi umat yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta melalui zakat produktif. Sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam memberdayakan para kaum dhuafa di BAZIS DKI Jakarta.
b.
Sebagai bahan masukan terhadap BAZIS DKI Jakarta dalam menerapkan dan mengembangkan pemberdayaaan ekonomi umat melalui zakat produktif
3) Manfaat Masyarakat: Agar dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk masyarakat agar lebih percaya untuk memberikan dana zakat, infaq, dan sedaqahnya ke BAZIS DKI Jakarta.
D.
Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, penelitian melihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini tampaknya masih kurang dapat perhatian dari para peneliti, untuk itu tidak
9
mengatakan belum pernah diteliti sama sekali, adapun penelitian yang sudah dibahas antara lain: No. 1.
Nama Peneliti, Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Perbedaan Penelitian
Aditya Ramadhan
Skripsi ini membahas
Skripsi
ini
membahas
“Analisa
tentang pengembangan
tentang bagaimana peran
Pemberdayaan
zakat bersifat produktif
BAZIS
Zakat Dalam
dengan cara
dalam
Mensejahterakan
dijadikannya dana
kaum
dhuafa
Perekonomian
zakat sebagai modal
zakat
produktif
Mustahik”.
usaha, untuk
mekanisme
Konsentrasi
pemberdayaan ekonomi dana
Perbankan Syariah,
DKI
Jakarta
memberdayakan melalui dan
penyaluran
zakat
dalam
penerimanya, dan
pemberdayaan
ekonomi
Fakultas Syariah dan
supaya fakir miskin
umat
Hukum, UIN Jakarta
dapat membiayai
produktif. Penelitian ini
tahun 2013.
kehidupannya secara
dilakukan di BAZIS DKI
melalui
zakat
konsisten. Penelitian ini Jakarta pada tahun 2015. dilakukan di Lembaga Amil Zakat Sejahtera Ummat, Pondok ArenTangerang pada tahun 2013.
2.
Mawan Dwiono
Skripsi ini membahas
Skripsi
ini
membahas
“Kinerja BAZDA
tentang pengelolaan
tentang bagaimana peran
Banten Dalam
zakat BAZ Banten dan
BAZIS
Pemberdayaan
analisa kinerja BAZ
dalam
Ekonomi
Banten dengan metode
kaum
dhuafa
Masyarakat
Balance Scorecards.
zakat
produktif
Perspektif Balance
Penelitian ini dilakukan
mekanisme
DKI
Jakarta
memberdayakan melalui dan
penyaluran
10
3.
Scorecards”.
di BAZDA Provinsi
dana
zakat
dalam
Konsentrasi
Banten pada tahun
pemberdayaan
ekonomi
Perbankan Syariah,
2012.
umat
melalui
zakat
Fakultas Syariah dan
produktif. Penelitian ini
Hukum, UIN Jakarta
dilakukan di BAZIS DKI
tahun 2013.
Jakarta pada tahun 2015.
Siti Muflihah Alwan
Skripsi ini membahas
Skripsi
ini
membahas
“Kontribusi BMT
tentang kontribusi
tentang bagaimana peran
Terhadap
BMT terhadap
BAZIS
Pemberdayaan
pemberdayaan ekonomi dalam
Ekonomi
perempuan di wilayah
kaum
dhuafa
Perempuan”.
Tangerang Selatan dan
zakat
produktif
Konsentrasi
upaya-upaya yang
mekanisme
Perbankan Syariah,
dilakukan BMT
dana
zakat
dalam
Fakultas Syariah dan
tersebut dalam rangka
pemberdayaan
ekonomi
Hukum, UIN Jakarta
pemberdayaan ekonomi umat
tahun 2011.
perempuan di
produktif. Penelitian ini
sekitarnya. Penelitian
dilakukan di BAZIS DKI
ini dilakukan di BMT
Jakarta pada tahun 2015.
DKI
Jakarta
memberdayakan melalui dan
penyaluran
melalui
zakat
Wilayah Tangerang Selatan pada tahun 2011.
E.
Kerangka Teori Untuk memudahkan penulis dalam penyusunan Skripsi, maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang terkait dengan judul Skripsi ini, diantaranya tentang zakat, pemberdayaan, ekonomi umat, penyaluran dan zakat produktif.
11
Islam memandang penting persoalan ekonomi, hal ini dikarenakan ekonomi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan. Sedangkan zakat merupakan sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat. 17 Zakat merupakan bagian dari rukun Islam yang merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu untuk mengeluarkan sebagian hartanya dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya.18 Dari sudut bahasa, kata zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik 19 . Menurut istilah fiqih zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada yang berhak. Sedangkan kata produktif adalah berasal dari bahasa Inggris yaitu “productive” yang berarti menghasilkan atau memberikan banyak hasil. 20 Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian zakat produktif adalah pengelolaan dan penyaluran dana zakat yang bersifat produktif,yang mempunyai efek jangka panjang bagi para penerima zakat.21 Definisi dari ekonomi umat adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan produksi dan distribusi serta konsumsi, baik berupa jasa atau barang yang dilakukan oleh masayarakat beragama muslim umumnya.22
17
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia No.38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Zakat. 18
Muhammad Syafi’i Antonio, “Bank Syraiah Dan Teori Ke Prkatek”. (Jakarta: Gema Insani Press,2003),h.4. 19 Mahmud Yunus, “Kamus Arab-Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjema Pentafsiran Al-Qur’an, 1973), h.156. 20 M.Ali Hasan, “Masail Fiqiyah”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2003), h.41. 21 M.Anwar Musaddad, “ Zakat Produktif ”, http://www.zakatcenter.org. diakses Tanggal 26 Januari 2015 Jam 20:22. 22 M. Darmawan Rahardjo, “Islam Dan Transformasi Social-Ekonomi”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1999), h.5.
12
Kata penyaluran berasal dari bahasa Inggris yaitu distribute yang berati pembagian, secara terminologi peyaluran adalah pembagian dan pengiriman kepada orang banyak atau beberapa tempat.23 Istilah pemberdayaan atau empowerment berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). 24 Pemberdayaan sering diartikan sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya. Pemberdayaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab kemiskinan, ketidakadaan modal kerja dan kekurangan lapangan kerja, oleh karena itu perlu adanya perencanaan yang dapat mengembangkan zakat bersifat produktif. 25 Guna mewujudkan masyarakat mandiri, maka peran pengelolaan lembaga zakat ikut berpartisipasi dengan cara menyediakan sarana dan prasarana yang berpihak pada masyarakat. 26 Sarana dan prasarana bisa dibentuk berupa lembaga bisnis-sosial yang bisa mencari keuntungan secara wajar, dimana keuntungan tersebut akan dimanfaatkan kembali untuk masyarakat. Agar bantuan zakat produktif dapat berjalan maksimal, maka BAZIS Provinsi DKI Jakarta selalu melakukan pendampingan, pemantauan, dan pembinaan. Upaya ini dilakukan dengan merekrut tenaga honorer sebagai Supervisi Program (SP). Dengan ini, perkembangan usaha dapat dianalisis
23
W.H.S. Poerwadaminta, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”,(Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet. 7, h. 269. 24 Onny S. Prijono dan A.M.W Pranarka, “Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan, dan Implementasi”, (Jakarta: CSIS, 1996), h.62. 25 Sjechul Hadi Permono, “Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional”, (Jakarta: Pustaka Firaus,1995), h.41-42. 26 www.pelita.or.id/baca.php?id=64130/Pendayagunaan ZIS Didistribusikan Berdasarkan Keputusan Gubernur DKI. Diakses pada Tanggal 16 November 2014 Jam 21:22.
13
untuk dipastikan kelayakannya. Sedangkan dalam proses pemberdayaan BAZIS DKI Jakarta tetap secara aktif memberikan informasi yang dimiliki. Karena disadari atau tidak, bahwa BAZIS hanyalah mediator antara the haves dengan Mustahik. ZIS yang ada hanyalah titipan dari mereka yang mampu, untuk diberikan kepada mereka yang kurang mampu. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa pemberdayaan yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta bisa mengoptimalkan perekonomian umat dan sangat membantu dalam penyaluran zakat produktif agar manyarakat kurang mampu bisa lebih berproduktif.
F.
Metode Penelitian Metode yang digunakan oleh penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini dengan menggunakan metode-metode yang umumnya berlaku dalam penelitian : 1. Pengumpulan Data a. Pendekatan Pendekatan ini menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif, yakni sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis berupa kata-kata tertulis atau lisan dari para tokoh dan perilaku yang diamati. b. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan, (Field Research) untuk mengetahui secara langsung responden atau
14
tanggapan dari responden. Karena melakukan penelitian langsung guna mendapatkan data yang jelas atau kesesuaian antara teori dan praktek pendayagunaan ZIS pada BAZIS DKI Jakarta dalam masalah pemberdayaan untuk kaum dhuafa. Sumber data dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis sumber data : a. Data primer Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. 27 Data primer yang digunakan dalam penulisan ini merupakan data yang diperoleh dari terjun langsung ke lapangan dengan objek penelitian yaitu pemberdayaan ekonomi umat melaui zakat produktif pada BAZIS DKI Jakarta. b. Data sekunder Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram.28
27
Husein Umar, “Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis”, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004) h.42. 28 Husein Umar, “Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis”, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004) h.44
15
2. Teknik pengumpulan data a. Observasi Observasi merupakan metode mengumpulkan data dengan mengamati langsung dilapangan. Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan secara cermat dan sistematik. 29 Dalam penelitian ini penulis mengamati secara langsung untuk mengetahui pemberdayaan ekonomi umat melalui zakat produktif yang dilakukuan oleh BAZIS DKI Jakarta. b. Wawancara Wawancara adalah salah satu bagian yang terpenting dari setiap survei. Wawancara juga merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. c. Dokumentasi Pengumpulan
data-data
yang
diperlukan
dengan
cara
memperoleh data dokumentasi tentang pemberdayaan ekonomi umat melaui zakat produktif serta mencari bahan pustaka/buku rujukan yang berkaitan dengan judul Skripsi yang sedang dibuat ini.
G.
Pedoman Penulisan Skripsi Penulisan dan penyusunan Skripsi ini, berpedoman kepada kaidahkaidah penulisan karya ilmiah pada buku pedoman penulisan skripsi, yang
29
Sugiono, “Metode Penelitian Bisnis”, (Bandung: Alfabeta, 2007),h.105.
16
diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah cetakan tahun 2012.
H.
Sistematika Penulisan Didalam pembuatan penelitian ini, penulis akan memberikan gambaran mengenai hal apa saja yang dilakukan, maka secara garis besar gambaran tersebut dapat dilihat dalam sistematika Skripsi dibawah ini : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (review) kajian terdahulu, kerangka teori dan konseptual, metode penelitian, yaitu terdiri dari pengumpulan data, yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, sumber data, yang meliputi data primer dan sekunder, kemudian teknik pengumpulan data, yang terdiri dari observasi, wawancara, dokumentasi, pedoman penulisan Skripsi, dan sistematika penulisan. BAB II: TINJAUAN TEORI Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan penulisan Skripsi ini antara lain : pengertian zakat produktif, tujuan dan hikmah zakat, pengertian pemberdayaan ekonomi umat, strategi dan pola-pola pemberdayaan ekonomi umat, pengertian pola pendayagunaan zakat, bentuk dan sifat pendayagunaan/penyaluran zakat.
17
BAB III: PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT di BAZIS DKI JAKARTA Dalam bab ini menjelaskan tentang obyek penelitian, gambaran umum BAZIS DKI Jakarta, sejarah berdirinya BAZIS DKI Jakarta, struktur organisasi, visi dan misi, dan pemberdayaan ekonomi umat. BAB IV: PEMBERDAYAAN
EKONOMI
UMAT
MELALUI
PENYALURAN ZAKAT PRODUKTIF di BAZIS DKI JAKARTA Dalam bab ini penulis akan menganalisis data primer dan data sekunder mengenai
pemberdayaan
zakat produktif dalam
peningkatan ekonomi umat dalam bab ini dibahas mengenai bagaimana mekanisme penyaluran dana zakat produktif BAZIS DKI Jakarta bagaimana
dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat dan peran
BAZIS
DKI
Jakarta
dalam
upaya
pemberdayaaan ekonomi umat, sehingga dapat menimbulkan ekonomi negara berkembang. BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN Penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan, saran-saran yang dilengkapi dengan daftar pustaka.
18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan Ekonomi Umat 1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Umat Untuk mengetahui maksud dari pemberdayaan ekonomi umat, perlu dikemukakan tentang pemberdayaan itu sendiri. Pada dasarnya, agama Islam adalah agama pemberdayaan. Dalam pandangan Islam, pemberdayaan merupakan gerakan tanpa henti. 30 Secara konseptual, pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata “power” (kekeuasaan atau keberdayaan). 31 Pemberdayaan secara etimologi berasal dari kata daya yang berarti upaya, usaha, akal, kemampuan. Pemberdayaan sering diartikan sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya.32 Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dengan upaya pendayagunaan
potensi,
pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya
30
Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Syafe’i, “Pengembangan Masyarakat Islam: Strategi Sampai Tradisi”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2001),Cet.1, h.41. 31 Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayaakan Rakyat”, (Bandung : Reflika Aditama,2005),cet 1, h.57. 32 Badadu–Zain, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Sinar Harapan,1997), h.317.
18
19
adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilihan-pilihan.33 Selain itu Pemberdayaan di bidang ekonomi merupakan upaya untuk membangun daya (masyarakat) dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi ekonomi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Keberdayaan masyarakat adalah unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan. Dalam pengertian yang dinamis, yaitu mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat menjadi sumber dari apa yang dikenal sebagai Ketahanan Nasional.34 Amrullah Ahmad menyatakan bahwa pemberdayaan adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masallah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan.35 Menurut
Soeharto
(2005)
pemberdayaan
menunjuk
pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom) dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, dan
bebas dari kesakitan (b)
menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa33
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri,2005), h.53. 34 Mubyarto, “Membangun Sistem Ekonomi”, (Yogyakarta: BPFE, 2000), h.263-264. 35 Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri,2005), h.54.
20
jasa yang mereka perlukan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.36 Sedang menurut Parsons yang dikutip oleh Suharto (2005) pemberdayaan adalah sebuah peroses di mana seseorang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan serta berpengaruh terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh pengetahuan,
keterampilan,
dan
kekuasaan
yang
cukup
untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.37 Sedangkan untuk membahas ekonomi umat, maka perlu di perjelas dahulu tentang pengertian ekonomi dan umat. Definisi yang paling populer tentang ekonomi, yaitu bahwa ekonomi adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan produksi dan distribusi diantara orang-orang. Di sini, titik tekan definisi ekonomi adalah
pada kegiatan produksi dan
distribusi baik dalam bentuk barang ataupun jasa.38 Definisi ekonomi lain mencakup aspek yang lebih luas, misalnya yang terdapat pada Oxford Dictionary of Current Engish sebagaimana dikutip Muhammad dan Alimin dalam Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam, di katakan bahwa ilmu ekonomi merupakan kajian
36
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, (Bandung: PT Refika Aditama,2005), h.57. 37 Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, (Bandung: PT Refika Aditama,2005), h.58-59. 38 M. Dawam Rahardjo, “Islam Dan Transformasi Sosial-Ekonomi”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h.5.
21
tentang produksi, distribusi dan konsumsi kekayaan di dalam masyarakat manusia. Pada definisi ini, selain ada aspek konsumsi, juga tercakup obyek kegiatan ekonomi, yaitu kekayaan, yang tidak lain adalah kekayaan material.39 Selanjutnya, ketika membahas perekonomian umat, maka ada kemungkinan yang perlu diperhatikan yaitu: ekonomi umat itu hampir identik dengan ekonomi pribumi Indonesia. Sementara itu umat Islam sendiri berjumlah 87 persen dari total penduduk. Konsekuensi dari pengertian ini, bahwa jika dilakukan pembangunan nasional secara merata, maka hal ini berarti juga pembangunan ke perekonomian umat Islam.40 Jadi dapat dikerucutkan bahwa memberdayakan ekonomi umat di sini, berarti upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat Islam dari kondisi tidak mampu, serta melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi. Dengan kata lain, sebagai upaya membangun kemandirian umat di bidang ekonomi. Dari berbagai pengertian yang ada, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa pemberdayaan ekonomi umat adalah upaya untuk membangun daya (masyarakat) dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya seperti; melakukan upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah paling tidak harus ada
39
Muhammad dan Alimin, “Etika Dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam”,
(Yogyakarta: BPFE, 2004), h.12. 40
M. Dawam Rahardjo, “Islam Dan Transformasi Sosial-Ekonomi”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h. 270.
22
perbaikan akses terhadap empat hal, yaitu akses terhadap sumber daya, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar, akses terhadap permintaan. 2. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Tujuan pemberdayaan ekonomi adalah membantu seseorang memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dia lakukan yang terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungan.41 Dari tujuan di atas, pemberdayaan dapat di artikan sebagai sebuah usaha dan proses dalam membantu supaya seseorang itu dapat mandiri dalam menciptakan keputusan-keputusan akan dirinya, yang terkait antara hubungan seseorang tersebut dengan lingkungan sekitarnya. Dengan
demikian,
usaha
pemberdayaan
bertujuan
untuk
menggerakkan potensi atau daya yang dimiliki oleh individu sebagai anggota masyarakat, tetapi tentunya usaha ini juga harus diikuti oleh usaha
perbaikan
pranata-pranata
pendukungnya.
pembaharuan lembaga sosial dan integrasiannya
Demikian
pula
kedalam kegiatan
perekenomian masyarakat sebagai salah satu pintu masuk menuju kesejahteraan.
41
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005), h.64.
23
Kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah berdasar pada pemikiran ekonomi klasik yang memiliki pandangan bahwa masyarakat bakal berubah secara linier, yaitu perubahan yang selaras, serasi, dan seimbang dari unsur masyarakat paling kecil sampai ke perubahan masyarakat keseluruhan; dari tradisional menuju modern. Model pembangunan yang diterapkan dengan trickle down effect dimana akumulasi kapital dikalangan kelas atas akan menetes ke bawah. Orangorang bawah akan mendapatkan “cipratan” seperti dalam bentuk lapangan kerja yang diciptakan. Konsumsi orang kaya akan memberikan penghasilan bagi orang-orang di lapisan bawah.42 Di antara upaya untuk menanggulangi masalah kemiskinan adalah dengan konsep pemberdayaan masyarakat (social empowerment) dimana pondasi utamanya keadilan sosial. Paradigma pembangunan terkait dengan keadilan sosial memfokuskan pada unsur kesetaraan(equality), kerjasama, dan upaya saling berbagi (sharing) dalam masyarakat. Prinsip dari pemberdayaan masyarakat itu memberikan landasan tersedianya akses ekonomi bagi masyarakat sehingga terjadi perubahan kearah yang lebih baik.43 Masyarakat yang memiliki kemampuan untuk memberdayakan dirinya akan mampu melakukan perubahan kearah yang lebih baik sehingga akan meningkatkan tingkat kemakmurannya. Untuk melihat
42
Arief Budiman “Teori Pembangunan Dunia Ketiga”, (Jakarta: Gramedia, 1995), h.124. Isbandi Rukminto Adi, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran Dan Pendekatan Praktisi”, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003), h.32. 43
24
kemajuan suatu ekonomi menurut MA Mannan ada tiga hal yang menjadi tolak ukur, yaitu; pertama, pendapatan perkapita tinggi. Kedua, pendapatan perkapita terus naik. Ketiga, kecendrungan kenaikan terus menerus dan mandiri. Kemandirian dalam bidang ekonomi merupakan suatu indikator tertinggi untuk menilai kemajuan ekonomi. Karena kemandirian menunjukkan keberdayaan masyarakat dalam mengatasi masalah ekonomi, dan ini berarti tujuan pemberdayaan tercapai.44 3. Strategi dan Pola-Pola Pemberdayaan Ekonomi Umat Dalam memberdayakan ekonomi umat berarti mengembangkan sistem ekonomi dari umat oleh umat sendiri dan untuk kepentingan umat. Berarti pula meningkatkan kemampuan rakyat secara menyeluruh dengan cara mengembangkan dan mendinamiskan potensinya. Upaya pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi umat akan meningkatkan produktivitas umat. Dengan demikian, umat atau rakyat dengan lingkungannya mampu secara partisipatif menghasilkan dan menumbuhkan nilai tambah yang meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan mereka. Rakyat miskin atau yang belum termanfaatkan secara penuh potensinya akan meningkat bukan hanya ekonominya, tetapi juga harkat, martabat, rasa percaya diri, dan harga dirinya.
44
N.Oneng Nurul Bariyah, “Total Quality Managemet Zakat”, (Ciputat: Wahana Kardofa FAI UMJ, 2012), h.56.
25
Pemberdayaan ekonomi umat dapat dilihat dari tiga sisi: 1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Titik tolak pemikirannya berupa pengenalan bahwa setiap manusia, dan setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya. 2. Memperkuat potensi ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat itu. Untuk memperkuat potensi ekonomi umat ini, upaya yang sangat pokok dalam peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan, serta terbukanya
kesempatan
untuk
memanfaatkan
peluang-peluang
ekonomi. 3. Mengembangkan ekonomi umat juga mengandung arti melindungi rakyat dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta mencegah eksploitasi golongan ekonomi yang kuat atas yang lemah. Upaya melindungi rakyat tersebut tetap dalam rangka proses pemberdayaan dan pengembangan prakarsanya. 45 Melalui langkah-langkah yang nyata harus diupayakan agar pertumbuhan ekonomi umat berlangsung secara cepat. Strategei berpusat pada upaya mendorong percepatan perubahan struktural yang selanjutnya dapat memperkuat kedudukan dan peran ekonomi umat dalam perekonomian nasional.
45
Mubyarto, “Ekonomi Rakyat, Program IDT Dan Demokrasi Ekonomi Indonesia”, (Yogyakarta: Adtya Media, 1997), h.37.
26
Memberdayakan ekonomi umat secara proporsional sama dengan memberdayakan ekonomi rakyat. Karenanya, tidak heran jika aspek pemberdayaan ekonomi rakyat menjadi tema sentral bagi pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi harus pula menujukkan pada perbaikan keadilan. Aspek keadilan ini harus diterjemahkan dalam konsep ekonomi dan secara politis dapat diterima. 46 Pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat mempunyai ciri-ciri atau unsur-unsur pokok sebagai berikut: a.
Mempunyai tujuan yang hendak dicapai.
b.
Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir.
c.
Aktivitas yang dilakukan terencana, berlanjut, serta harus sesuai dengan kebutuhan dan sumberdaya setempat.
d.
Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang terkait.
e.
Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap pemberdayaan.
f.
Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi terutama dalam wirausaha.
g.
Ada keharusan membantu seluruh lapisan masyarakat khususnya masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerjasama sulit tercapai.
46
Mubyarto, “Ekonomi Rakyat, Program IDT Dan Demokrasi Ekonomi Indonesia”, (Yogyakarta: Adtya Media, 1997), h.39.
27
h.
Akan lebih efektif bila program pengembangan masyarakat pada awalnya memperoleh bantuan dan dukungan pemerintah. Selain itu sumber-sumber dari organisasi sukarela non-pemerintah harus dimanfaatkan. Dengan demikian pola-pola pemberdayaaan ekonomi masyarakat
bukan sekedar diartikan sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti suatu kegiatan, melainkan dipahami sebagai kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang mesti dilalui oleh suatu program kerja pemberdayaan ekonomi masyarakat.47
B. Zakat Produktif a. Pengertian Zakat Produktif Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu
Al-Barakatu
perkembangan),
(keberkahan),
Ath-Thaharatu
Al-Namaa (kesucian),
(pertumbuhan dan
dan
Ash-Shalahu
(keberesan). 48 Secara istilah zakat adalah bahwa zakat itu merupakan bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkannya kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.49
47
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri,2005), h.55. 48 Mahmud Yunus, “Kamus Arab-Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjema Pentafsiran Al-Qur’an, 1973), h.156. 49 Didin Hafidhuddin, “Zakat dalam Perekonomian Modern”,(Jakarta: Gema Insani,2002), h.7.
28
Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan baik. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam surat at-Taubah:103
ِِ ِ ِ ك َس َك ٌن َِلُ ْم َ َصلَوت َ ص ِّل َعلَْي ِه ْم إِ َّن َ ص َدقَةً تُطَ ِّه ُرُه ْم َوتَُزِّكي ِه ْم ِبَا َو َ ُخ ْذ م ْن أ َْم َوِل ْم ِ واللَّه ََِس يم ٌ ُ َ ٌ يع َعل Artinya: “Ambillah (sebahagian) dari harta mereka menjadi sedekah, supaya dengannya engkau membersihkan mereka dan mensucikan mereka dan doakanlah untuk mereka, sesungguhnya doamu itu menjadi ketenteraman bagi mereka. Dan (ingatlah) Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.” (QS. AT-Taubah: 103) Zakat adalah ibadah maaliyah yang mempunyai dimensi pemerataan karunia Allah SWT sebagai fungsi sosial ekonomi sebagai perwujudan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, pembuktian persaudaraan Islam, sebagai pengikat batin antara golongan kaya dengan golongan miskin, mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera, rukun, damai dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan situasi yang tentram, aman lahir batin. Jadi dengan adanya fungsi ganda zakat, Kesenjangan sosial yang dihadapi seperti kapitalisme maupun sosialisme dengan sendirinya akan terkikis.
29
Umat Islam merupakan umat yang mulia, umat yang dipilih Allah untuk mengemban risalah, agar mereka menjadi khalifah dimuka bumi. Tugas umat Islam mewujudkan kehidupan yang adil, makmur, tentram, dan sejahtera. Oleh karena itu, Islam seharusnya menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tetapi kenyataannya umat Islam masih jauh dari kondisi ideal, karean belum optimal dalam mengelola potensi yang ada. Bila seluruh potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah, dikembangkan secara baik, dipadukan potensi aqidah Islamiyah tentu akan lebih optimal. Maka kesadaran beragama dan ukhuah Islamiyah kaum muslimin akan semakin meningkat maka kesulitan ekonomi akan semakin sedikit. Salah satu sisi ajaran Islam yang harus ditangani secara serius menyangkut penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan
dan
pendayagunaan
zakat,
infak,
dan
shadaqah.
Sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta penerusnya dizaman keemasan Islam.50 Sedangkan produktif berasal dari bahasa inggris productive yang berarti banyak menghasilkan. Secara umum produktif (productive) berarti banyak menghasilkan karya atau barang. Produktif juga berarti banyak menghasilkan, memberikan banyak hasil.51
50
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri,2005), h.6-7. 51 Anwar - Desi, “Kamus Lengkap I Milliard”, (Surabaya: Amelia,2003), h.291.
30
Pengertian produktif dalam hal ini, kata yang disifati yaitu kata zakat. Sehingga zakat produktif yang artinya zakat dimana dalam pendistribusiannya bersifat produktif yang merupakan lawan dari konsumtif. Lebih jelasnya zakat produktif adalah pendayagunaan secara produktif, yang pendistribusiannya lebih kepada bagaimana cara atau metode menyampaikan dana zakat kepada sasaran dalam pengertian lebih luas, sesuai dengan ruh dan tujuan syara. Cara pemberian yang tepat guna, efektif manfaatnya dengan sistem yang serba guna dan produktif, sesuai dengan pesan syari’at dan peran serta fungsi sosial ekonomi dari zakat. Zakat produktif dengan demikian adalah zakat dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para Mustahik tidak dihabiskan, akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus. Penyaluran zakat secara produktif ini pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW. Dikemukakan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Salim bin Abdillah bin Umar dari ayahnya, bahwa Rasulullah SAW telah memberikan zakat kepadanya lalu menyuruhnya untuk dikembangkan atau dishadaqahkan lagi.52 Landasan awal pengelolaan zakat produktif adalah bagaimana dana zakat tidak habis dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari, teteapi 52
http://www.pias-ktb.com/2012/02/263-zakat-produktif.html EJ.Chudrie, diakses Tanggal 06 Maret 2015 Jam 12:10 WIB.
oleh
Hakam
Ahmed
31
lebih dipergunakan untuk melancarkan usahanya. Bukankah Nabi Muhammad SAW telah mengingatkan kita sebagaimana terdapat dalam hadist beliau yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: “Tidak ada sesuatu makanan yang lebih baik bagi seseorang melainkan apa yang dihasilkan dari karya tangannya sendiri.” Disamping itu ada pepatah mengatakan “Berikanlah kail, bukan ikannya.” Oleh sebab itu, modal usaha yang digulirkan dari dana zakat diharapkan menjadi kail yang mampu menangkap ikan-ikan yang tersedia di alam.53 Dengan modal penyaluran dana zakat diharapkan Mustahik dapan lebih berproduktif dan mampu meningkatkan perekonomian sehariharinya secara mandiri. Zakat Terbagi Menjadi Dua: Zakat Harta dan Zakat Fitrah Zakat terdiri dari zakat harta dan zakat fitrah. Yang dimaksud dengan zakat harta adalah bagian dari harta kekayaan seseorang yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah dipunyai selama jangka waktu tertentu dan dalam jumlah minimal tertentu. Sedangkan zakat fitrah adalah pengeluaran wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan harta dan dikeluarkan pada saat hari raya idul fitri.54 Penulis akan membatasi pembahasan ini tentang zakat harta saja. ketika sampai pada nisabnya disyaratkan adanya kelebihan dari kebutuhan dasar dan kehidupan umat Islam, seperti makanan, pakaian, 53
http://www.pias-ktb.com/2012/02/263-zakat-produktif.html oleh Hakam Ahmed EJ.Chudrie, diakses Tanggal 06 Maret 2015 Jam 12:32 WIB. 54 M. Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Waqaf ”, (Jakarta: UI-Press,1988), h.42.
32
tempat tinggal, alat transportasi dan alat-alat yang membantu profesi serta produksi, dan disyaratkan lewatnya masa satu tahun dimulai dari awal kepemilikan penuh pada barang-barang tersebut. Zakat harta memiliki tiga segi : 55 1. Segi Ibadah: pada sisi ini niat untuk memberi menurut para ulama, dan amal bertujuan untuk melaksanakan perintah Allah. 2. Segi Sosial: saling memberi antar sesama umat muslim, yang kaya dapat memberikan sebagian hartanya kepada yang membutuhkan, sehingga mereka dapat terbantu. Kemudian fakir miskin mempunyai hak atas zakat tersebut. Begitu juga Amil, mereka yang mempunyai banyak hutang, Muallaf, para budak, Fisabilillah dan Ibnu Sabil. 3. Segi Ekonomi: inilah yang akan penulis bahas lebih detail pada pembahasan ini. Segi ekonomi merupakan sisi pelengkap dari zakat. Walaupun masalah ekonomi merupakan pembahasan yang sudah sering dilakukan dalam usaha mengembangkan keuangan, tetapi kajian ekonomi zakat sangat jarang dilakukan. Oleh karena itu, peran zakat yang sebenarnya belum pernah terwujud pada kehidupan masyarakat, baik dari kegiatan pendayagunaan harta yang diambil dari harta zakat dan macam-macamnya maupun pengumpulan harta zakat dari tingkatan-tingkatan masyarakat dan membagikannya kepada kelompok yang berhak. Sebenarnya dari sini masyarakat dapat bergerak dengan srikulasi keuangan tersebut, baik segi 55
Abdul Al-Hamid Mahmud, “Ekonomi Zakat”, (Jakarta: PT Persada,2006), h.3-4.
Raja Grafindo
33
keuangan maupun kemanusiaan untuk menuju ke kemajuan yang sebenarnya. Hal itu dapat dicapai hanya dengan menunaikan satu kewajiban, yaitu membayar zakat. Allah Maha Benar ketika mengatakan “ Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka ….” (QS.ATTaubah: 103) Berdasarkan ayat tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa zakat merupakan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan. b. Dasar Hukum Zakat Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat ialah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syaratsyarat tertentu.56 Zakat dalam AL-Qur’an disebut sebanyak 82 kali, ini menunjukkan hukum dasar zakat yang sangat kuat, antara lain:
ِ َّ ْالصالََة َوآتُوا ند اللّ ِه إِ َّن َّ ْيموا َ ِّمواْ ألَن ُف ِس ُكم ِّم ْن َخ ٍْْي ََِت ُدوهُ ِع ُ الزَكا َة َوَما تُ َقد ُ َوأَق ِ ِ ٌاللّهَ ِبَا تَ ْع َملُو َن بَصْي
Artinya: “Dan dirikanlah oleh kamu akan sembahyang dan tunaikanlah zakat; dan apa jua yang kamu dahulukan dari kebaikan untuk diri kamu, tentulah kamu akan mendapat balasan pahalanya di sisi Allah. Sesungguhnya Allah sentiasa Melihat segala yang kamu kerjakan.” (QS. AL-Baqarah: 110)
ِ ِ ِ الص َدقَت لِْل ُف َقر ِاء والْمس ِك ِ َالرق َِّ اب ِّ ني َعلَْي َها َوالْ ُم َؤلََّف ِة قُلُوبُ ُه ْم َوِِف َ ني َوالْ َعمل َ َ َ َ ُ َّ إَّنَا 56
M. Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Waqaf ”, (Jakarta: UI-Press,1988), h.31.
34
ِ ِ ِ ِ ِ السبِ ِيل فَ ِر ِ يم َّ ني َوِِف َسبِ ِيل اللَّ ِه َوابْ ِن َ َ َوالْغَ ِرم ٌ يم َحك ٌ يضةً م ْن اللَّه َواللَّهُ َعل
Artinya: “Sesungguhnya sedekah-sedekah (zakat) itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil-amil yang menguruskannya , dan orang-orang muallaf yang dijinakkan hatinya, dan untuk hambahamba yang hendak memerdekakan dirinya, dan orang-orang yang berhutang, dan untuk (dibelanjakan pada) jalan Allah, dan orang-orang musafir (yang keputusan) dalam perjalanan. (Ketetapan hukum yang sedemikian itu ialah) sebagai satu ketetapan (yang datangnya) dari Allah. Dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.” (QS. AT-Taubah: 60)
ِ صل ْاْلءي ِ َّ الصلَوةَ وءاتَوا ِ ت َ ُ ِّ الزَكوةَ فَإ ْخ َونُ ُك ْم ِِف الدِّي ِن َونُ َف ْ َ َّ فَإ ْن تَابُوا َوأَقَ ُاموا لَِق ْوٍم يَ ْعلَ ُمو َن
Artinya: “Dan jika mereka bertobat, melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, maka (berarti mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.” (QS. AT-Taubah: 11) Dari uraian nash di atas dapat dipahami mengenai kewajiban mengeluarkan zakat. Zakat termasuk dalam kategori ibadah seperti shalat, puasa, dan haji, ini telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur’an
dan
As
Sunnah,
sekaligus
merupakan
amal
sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang. c. Tujuan dan Hikmah zakat produktif Yang dimaksud dengan tujuan zakat dalam hubungan ini sasaran praktisinya, tujuan tersebut sebagai berikut: 57 a) Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup serta penderitaan.
57
h.40.
M. Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Waqaf ” , (Jakarta: UI-Press,1988),
35
b) Membentangkan dan membina tali persudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya. c) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin. d) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang. Zakat sebagai lembaga Islam mengandung hikmah yang bersifat rohaniah dan filosofis. Hikmah itu digambarkan dalam ayat Al-Qur’an salah satunya, dalam QS. Al-Baqarah: 261 yang artinya “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” Di antara hikamh-hikmah dari menafkahkan hartanya yaitu: 58 a) Mensyukuri karunia dari illahi, menumbuh suburkan harta dan pahala serta membersihkan diri dari sifat-sifat kikir, dengki, iri, serta dosa. b) Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat kemelaratan. c) Mewujudkan solidaritas, kasih sayang antara sesama manusia. d) Menifestasi
kegotongroyongan
dan
tolong-menolong
dalam
kebaikan dan taqwa. e) Mengurangi ke fakir miskinan yang merupakan masalah sosial. 58
h.41.
M. Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Waqaf ” , (Jakarta: UI-Press,1988),
36
f)
Membina dan mengembangkan stabilitasi sosial.
g) Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial. Banyak sekali hikamh yang terkandung dalam melaksanakan ibadah zakat. Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, vertikal dan horizontal. Artinya secara vertikal, zakat sebagai ibadah dan wujud ketaqwaan dan kesyukuran seorang hamba kepada Allah atas nikmat berupa harta yang diberikan Allah kepadanya serta untuk membersihakan dan mensucikan diri dan hartanya itu. Dalam konteks inilah zakat bertujuan untuk menata hubungan seorang hamba dengan Tuhannya sebagai pemberi rezeki. Sedangkan secara horizontal, dengan zakat dapat mewujudkan rasa keadilan sosial dan kasih sayang
diantara pihak yang mampu
dengan pihak yang tidak mampu dan dapat memperkecil problema kesenjangan sosial serta ekonomi umat. Dalam konteks ini zakat diharapkan dapat mewujudkan pemerataan dan keadilan sosial diantara kehidupan umat manusia.59
C. Pendayagunaan Dana Zakat 1.
Pengertian Pola Pendayagunaan Zakat Kata “pola” dalam kamus bahasa Indonesia artinya bentuk dan system. 60 Sedangkan kata “pola” dalam kamus ilmiah popular arinya
59
Asnaini, “Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008), h.42. 60 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka,1988), Cet ke 1, h.692.
37
model, contoh, atau pedoman (rancangan).61 Pada pembahasan ini maka pola lebih tepat diartikan sebagai bentuk, karena memiliki ketertarkaitan dengan kata yang dirangkulnya yaitu pola pendayagunaan, yang berarti bentuk pendayagunaan. Sedangkan pendayagunaan berasal dari kata “guna” yang berarti manfaat, adapun pengertian pendayagunaan sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia: -
Pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat.
-
Pengusahaan (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas dengan baik.62 Maka
dapat
disimpulkan
bahwa
pendayagunaaan
adalah
bagaimana cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar dan lebih baik. Adapun pola pendayagunaan dana zakat merupakan bentuk proses optimalisasi pendayagunaan zakat agar lebih efektif, berdayaguna dan bermanfaat. 2.
Bentuk dan Sifat Pendayagunaan/Penyaluran Ada dua bentuk penyaluran dana antara lain:63 a)
Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti bahwa zakat hanya diberikan kepada seseorang satu kali saja atau hanya sesaat. Dalam hal ini juga berarti bahwa penyaluran kepada Mustahik tidak di sertai target terjadinya kemandirian ekonomi dalam diri Mustahik. Hal ini
61
Puis A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, “Kamus Ilmiah Populer ”, (Surabaya: Artaloka, 1994), h.605. 62 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka,1988), Cet ke 1, h.189. 63 Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri,2005), h.25.
38
dilakukan karena Mustahik yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri seperti orang tua yang sudah jompo, orang dewasa yang cacat (tidak memungkinkan ia mandiri). b) Bentuk pemberdayaan, merupakan penyaluran zakat yang di sertai target merubah keadaan penerima (khususnya golongan fakir miskin). Penyaluran zakat harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada penerima zakat. Apabila permasalahan
adalah
kemiskinan,
harus
diketahui
penyebab
kemiskinan tersebut, sehingga dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya kesejahteraan umat. Menurut Widodo sifat dana bantuan pemberdayaan terdiri dari tiga: 64 a)
Hibah, zakat pada asalanya harus diberikan berupa hibah artinya tidak ada ikatan antara pengelolaan dengan Mustahik setelah penyerahan zakat.
b) Dana bergulir, zakat dapat diberikan berupa dana bergulir oleh pengelolaan kepada Mustahik dengan catatan harus diberikan oleh Mustahik kepada pengelolaan ketika pengembalian pinjaman tersebut.
Jumlah
pengembalian
sama
dengan
jumlah
yang
dipinjamkan. c)
64
Pembiayaan, penyaluran zakat oleh pengelolaan kepada Mustahik
Lili Bariadi dan Muhammad Amri,2005), h.85-86.
Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka
39
tidak boleh dilakukan berupa pembiayaan, artinya tidak boleh ada ikatan seperti shahibul maal dengan mudharib dalam penyaluran zakat. Menurut
M.
Daud
Ali
pemanfaatan
dana
zakat
dapat
dikategorikan sebagai berikut:65 a)
Pendayagunaan yang konsumtif dan tradisonal sifatnya dalam kategori ini penyaluran diberikan kepada orang yang berhak menerimanya untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan seperti: zakat fitrah yang diberikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat harta yang diberikan kepada korban bencana alam.
b) Pendayagunaan yang konsumtif kreatif, maksudnya penyaluran dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa dan lain-lain. c)
Pendayagunaan produktif tradisional, maksudnya penyaluran dalam bentuk barang-barang produktif, misalnya kambing, sapi, mesin jahit, alat-alat pertukangan, dan sebagainya. Tujuan dari kategori ini, untuk menciptakan suatu usaha atau memberikan lapangan kerja bagi fakir miskin.
d) Pendayagunaan produktif kreatif, pendayagunaan ini di wujudkan dalam bentuk modal yang dapat dipergunakan baik untuk membangun sebuah proyek sosial maupun untuk membantu atau menambah modal seorang pedagang 65
h.62-63.
M. Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Waqaf”, (Jakarta: UI-Press,1988),
40
Dari berbagai pendapat diatas penulis menarik kesimpulan, bahwa bentuk dan sifat pemberdayaan dapat disalurkan dengan berbagai macam cara, ini dilakukan untuk mencapai satu tujuan yang sama yaitu: untuk memandirikan masyarakat, mengurangi tingkat kemiskinan dan menjadi solusi tepat dalam mensejahterakan umat.
41
BAB III PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT Di BAZIS DKI JAKARTA
A. Profil BAZIS DKI Jakarta BAZIS DKI Jakarta lahir tahun 1968. Tugas pokoknya yaitu menyelenggarakan pengumpulan dan pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) sesuai dengan ketentuan syari’ah
66
dan perundang-
undangan. Jakarta sebagai kota metropolitan dihadapkan pada persoalan kemiskinan
yang
kompleks
dan
pelik.
Dalam
penangulanggannya
membutuhkan banyak pihak untuk ikut serta berpartisipasi secara aktif. Disinilah eksistensi BAZIS DKI Jakarta benar-benar dirasakan masyarakat. BAZIS DKI Jakarta juga menyadari bahwa dana ZIS bukan hanya pemenuhan hasrat sesaat yang tidak berdampak pada perubahan status dhuafa. Oleh karena itu, kebijakan pendayagunaan dana ZIS diprioritaskan bagi peningkatan kualitas SDM dalam bentuk beasiswa pendidikan, keterampilan, peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan ekonomi kaum dhuafa. Sebagai lembaga pengelolaan dana umat, BAZIS DKI Jakarta menempatkan diri sebagai lembaga yang berusaha secara konsisten teguh memegang amanah, akuntabel-kredibel, transparan, dan didukung oleh tenaga-tenaga profesional, manajemen modern serta teknologi informasi yang baik. Untuk menjamin terwujudnya prinsip-prinsip tersebut, BAZIS 66
Menurut bahasa syari’ah berarti jalan yang lurus, sedangkan menurut istilah berarti peraturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia, berupa hukum-hukum yang disampaikan oleh Rasul-Nya, baik yang berhubungan iktikad (keyakinan) maupun yang berhubungan dengan ibadah dan muamalat. Dr.H.Summuran Harahap, “Waqaf Uang Dan Prospek Ekonominya Di Indonesia”, (Jakarta: CV.Sari Marissa, 2012), h.8.
41
42
DKI Jakarta senantiasa memberikan pertanggung jawaban kepada dewan pertimbangan, komisi pengawasan, DPRD dan masyarkat secara umum serta diaudit oleh auditor independen. 67
B. Sejarah dan perkembangan BAZIS DKI Jakarta BAZIS DKI Jakarta merupakan sebuah badan pengelola zakat resmi yang dibentuk Pemerintah Prov. DKI Jakarta. Badan ini berdiri secara resmi pada tahun 1968 sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta (ketika itu dijabat oleh Ali Sadikin) No. Cb. 14/8/18/68 tertanggal 5 Desember 1968 Tentang Pembentukan Badan Amil Zakat, berdasarkan syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta.68 Menjelang berdirinya BAZIS Prov. DKI Jakarta, wacana tentang perlunya pengelolaan zakat secara kelembagaan dan professional terus bergelora di kalangan masyarakat muslim. Pada tanggal 24 September 1968, sebelas ulama berkumpul di Jakarta yang terdiri dari: Prof. Dr. Hamka, KH. Ahmad Azhari, KH. Moh. Syukri Ghazali, Moh. Sodry, KH. Taufiqurrahman, KH. Moh. Soleh Su’aidi, M. Ali Al Hamidy, Mukhtar Luthfy, KH. A. Malik Ahmad, Abdul Kadir, dan KH. M.A. Zawawy. Pertemuan ini menghasilkan rekomendasi: 1. Perlunya pengelola zakat dengan system administrasi dan tata usaha yang baik
sehingga
bisa
dipertanggungjawabkan
pengumpulan
dan
pendayagunaannya kepada masyarakat. 67 68
Brosur BAZIS DKI Jakarta, “Zakat Membawa Berkah”, (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta). http://Bazisdki.go.id/page/index/profil-bazis diakses Tanggal 17 Februari Jam 21:30
43
2. Bahwa zakat merupakan potensi umat yang sangat besar yang belum dilaksanakan secara
maksimal.
Karenanya,
diperlukan efektivitas
pengumpulan zakat sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan. Melihat peran zakat yang sangat strategis ini, maka pada acara Isra’ Mi’raj di Istana Negara, Presiden Soeharto ketika itu menyerukan secara langsung pelaksanaan zakat untuk menunjang pembangunan. Pada saat yang sama, ia juga menyatakan kesediannya untuk menjadi Amil tingkat nasional. Sebagai tindak lanjut dari seruan itu, Presiden Soeharto mengeluarkan Surat Perintah No. 07/POIN/10/1968 tanggal 31 Oktober 1968 kepada Mayjen Alamsyah Ratu Prawiranegara, Kol. Inf. Drs. Azwar Hamid, dan Kol. Inf. Ali Afandi untuk membantu Presiden dalam proses administrasi dan tata usaha penerimaan zakat secara nasional. Untuk lebih memperkuat hal tersebut, Presiden mengeluarakan Surat Edaran No. B. 133/PRES/11/1968 yang menyerukan kepada pejabat/instansi untuk membantu dan berusaha ke arah terlaksananya seruan Presiden dalam wilayah atau lingkup kerja masing-masing. Seruan Presiden ini kemudian ditindaklanjuti oleh Gubernur Prov. DKI Jakarta, Ali Sadikin dengan mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur No. Cb. 14/8/18/68 tertanggal 5 Desember 1968 Tentang Pembentukan Badan Amil Zakat, berdasarkan syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta. Akhirnya, BAZ Prov. DKI Jakarta secara resmi berdiri. Berdasarkan
44
keputusan tersebut, maka susunan organisasi BAZ dibentuk mulai tingkat Provinsi DKI Jakarta hingga tingkat kelurahan, tugas utamanya adalah mengumpulkan zakat di wilayah DKI Jakarta dan penyalurannya terutama ditujukan kepada fakir miskin. 69 Sejak berdiri dan tahun 1968 hingga tahun 1973, Badan Amil Zakat (BAZ) DKI Jakarta telah berjalan dengan cukup baik. Hanya saja pada aspek penghimpunan zakat yang tertihat belum optimal. Jumlah dana zakat yang terhimpun masih jauh dan potensi ZIS yang dapat digali dari masyarakat. Hal ini disebabkan lembaga ini membatasi diri pada penghimpunan dana zakat saja. 70 Oleh sebab itu, untuk memperluas sasaran operasional dan karena semakin kompleknya permasalahan zakat di Provinsi DKI Jakarta maka Gubernur Provinsi DKI Jakarta pada 1973 melalui keputusan No. D.III/B/14/6/73 tertanggal 22 Desember 1973, menyempurnakan BAZ ini menjadi Badan Amil Zakat dan Infaq/Shadaqah yang selanjutnya disingkat
menjadi
BAZIS.
Dengan
demikian,
pengelolaan
dan
pengumpulan harta masyarakat menjadi lebih luas, karena tidak hanya mencakup zakat, akan tetapi lebih dan itu, mengelola dan mengumpulkan infaq/shadaqah serta amal sosial masyarakat yang lain. 71 Adapun perkembangan yang terjadi pada BAZIS DKI Jakarta dimulai pada tahun 1999, sejak keluarnya Undang-undang Republik
69
Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 2006), h.11-13. 70 http://Bazisdki.go.id/page/index/sejarah-bazis diakses Tanggal 17 Februari Jam 22:15 71 BAZIS DKI.,op.cit.h.10.
45
Indonesia No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, babak baru BAZIS Provinsi DKI Jakarta dimulai. Lembaga ini terus melaju dengan pesat. Hal ini terlihat dari jumlah penghimpunan ZIS yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam kurun 6 tahun yang lalu misalnya, terkumpul ZIS berturut-turut Rp. 8,4 milyar (2000), Rp. 9,4 milyar (2001), Rp. 11,5 milyar (2002), Rp. 14,1 milyar (2003), dan Rp. 16,2 milyar (2004). Bahkan pada tahun 2005 BAZIS berhasil mengumpulkan dana ZIS sebesar Rp. 18,4 milyar. 72 Dan data terbaru 3 tahun terakhir yaitu Pada tahun 2011 terkumpul dana ZIS sebesar Rp. 64,7 milyar, 73 pada tahun 2012 perolehan ZIS sebesar Rp 81,4 milyar, dan pada tahun 2013 naik menjadi Rp 97,7 milyar, itu artinya perolehan ZIS meningkat setiap tahunnya.74 Disamping perolehan tersebut diatas oleh BAZIS DKI Jakarta, untuk meningkatkan performance-nya beberapa hal yang dibenahi yaitu; melakukan
rekayasa
terhadap
manajemen
organisasi,
manajemen
keuangan dan sistem informasi manajemen. Dalam hal manajemen organisasi ditetapkan dewan pertimbangan, komisi pengawasan, dan badan
pelaksana.
Dengan
tiga
formasi
ini
proses
pelaksanaan
penghimpunan dan pendistribusian ZIS BAZIS DKI Jakarta berjalan dengan penuh pertimbangan dan pengawasan. Tidak ketinggalan, teknologi informasi pun dijamah. Dengan 72
Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 2006), h.18. 73 http://www.republik.co.id/berita/ramadhan/kabar-ramadhan/12/08/01/m81oog-bazis-dkiJakarta-salurkan-santunan-rp-18-miliar diakses Tanggal 17 Februari 2015 Jam 22:45. 74 http://bazisdki.go.id/post/detail/ramadhan diakses Tanggal 17 Februari 2015 Jam 23:22.
46
mengedepankan akuntabilitas, kredibilitas, dan transparansi, BAZIS DKI Jakarta membuat sitem online. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengakses informasi BAZIS DKI Jakarta dengan mudah. Baik yang berkaitan
dengan
informasi
penghimpunan
ZIS
maupun
pendistribusiannya. Inilah spirit dari tujuan pelayanan yang termaktub dalam Surat Keputusan Gubernur No. 121 Tahun 2002. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pasca lahirnya undang-undang Republik Indonesia No.38 Tahun 1999 BAZIS DKI Jakarta meningkat dengan pesat.75 Dengan
lahirnya
Undang-Undang
zakat,
surat
keputusan
pemerintah, dan rekomendasi dari lembaga yang memberikan perhatian pada BAZIS DKI Jakarta yaitu Economic Management (SEM) Institute, upaya pembenahan BAZIS DKI Jakarta agar menjadi lembaga yang professional, akuntabel, kredibel, dan transparan terus-menerus dilakukan. Termasuk di dalamnya masalah sumber daya manusia. Jadi saat ini dunia perzakatan sudah berkembang dengan pesat, dan BAZIS DKI Jakarta menjadi salah satu lembaga yang berhasil menarik perhatian berbagai kalangan yang concern dengan dunia perzakatan.76 C. Visi dan Misi BAZIS DKI Jakarta
75
Visi 77
: Menjadi Badan Pengelola ZIS yang unggul dan terpercaya.
Misi
: Mewujudkan Optimalisasi Pengelolaan ZIS yang amanah,
Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 2006), h.19-20. 76 Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 2006), h.23. 77 Visi: kemampuan melihat pada inti persoalan, pandangan, wawasan. Dr.H.Summuran Harahap, “Waqaf Uang Dan Prospek Ekonominya Di Indonesia”, (Jakarta: CV. Sari Marissa, 2012), h.103. Mengkutip dari BN.Marbun, Kamus Politik, h.557.
47
profesional, transparan, akuntabel, dan mandiri menuju masyarakat yang bertaqwa, sejahtera dan berdaya.78
D. Tugas Pokok dan Fungsi BAZIS DKI Jakarta Sesuai dengan BAB II Pasal 3 Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.120 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, tugas pokok BAZIS Provinsi DKI Jakarta: 1. Menyelenggarakan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah sesuai dengan fungsi dan tujuannya. 2. Dalam melaksanakan tugasnya BAZIS bersifat obyektif dan transparan. Sedangkan yang menyangkut fungsi, sebagaimana BAB II Pasal 4 Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.120 di atas, maka BAZIS Provinsi DKI Jakarta mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Penyusunan program kerja 2. Pengumpulan segala macam zakat, infaq, dan shadaqah dari masyarakat termasuk pegawai wilayah Provinsi DKI Jakarta. 3. Pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah sesuai dengan ketentuan hukumnya. 4. Penyuluhan kepada masyarakat dalam upaya peningkatan kesadaran menunaikan ibadah zakat, infaq, dan shadaqah. 5. Pembinaan pemanfaatan zakat, infaq, dan shadaqah agar lebih 78
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri,2005), h.82.
48
produktif dan terarah. 6. Koordinasi, bimbingan dan pengawan kegiatan pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah yang dilaksanakan oleh pelaksanaan pengumpulan BAZIS. 7. Penyelenggaraan kerjasama dengan Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah dan Lembaga Amil Zakat. 8. Pengendalian atas pelaksanaan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah. 9. Pengurusan fungsi-fungsi ketatausahaan, perlengkapan, kerumahtanggaan dan sumber daya manusia.79 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas pokok BAZIS DKI Jakarta yaitu menyelenggarakan pengumpulan dan penghimpunanm dana ZIS serta dalam melaksanakan tugasnya BAZIS DKI harus bersifat obyektif dan transparan. Adapun fungsi dari BAZIS DKI yaitu, mendayagunakan dana ZIS serta memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat upaya meningkatkan kesadaran masyarakat menenuaikan zakat.
E. Struktur Organisasi BAZIS DKI Jakarta Dari segi stuktural, BAZIS DKI Jakarta mengalami beberapa perubahan. Sejak awal berdirinya, pimpinan BAZIS DKI Jakarta dipegang langsung oleh Gubernur DKI Jakarta sebagai ketua umumnya, sedangkan sebagai pelaksana harian dibentuklah pengurusan harian dibentuklah 79
BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, h.102.
49
pengurus harian yang diketuai oleh ketua pelaksana harian yang ditunjuk berdasarkan keputusan Gubernur. Namun, seiring dengan meningkatnya kepercayaan masayarakat dengan pengelalaan zakat oleh BAZIS DKI Jakarta. dengan munculnya UU No.38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, maka BAZIS DKI Jakarta pun perlu melakukan beberapa penyesuaian. Hal itu ditandai dengan beberapa penyesuaian. Hal itu ditandai dengan keluarnya Keputusan Gubernur No.120 Tahun 2002 tentang organisasi dan tata kerja BAZIS DKI Jakarta sebagai pengganti Keputusan Gubernur No.87 Tahun 1998, serta Keputusan Gubernur No 121 Tahun 2002 tentang pola pengelolaan ZIS BAZIS DKI Jakarta sebagai pengganti Keputusan Gubernur No.280 Tahun 1991. Perubahan peraturan ini diharapkan akan mampu memacu kinerja dan profesionalisme BAZIS DKI Jakarta untuk menjadi semakin lebih baik.80 Dan organisasi BAZIS terdiri dari tiga lembaga utama (berdasarkan SK Gubernur DKI No.120 Tahun 2002), yaitu;81 1) Dewan Pertimbangan 2) Komisi Pengawasan 3) Badan Pelaksana Anggota dewan pertimbangan dan komisi pengawasan terdiri dari unsur ulama, umaro, DPRD, tokoh masyarakat, pengusaha nasional, dan cendikiawan muslim. Susunan organisasi badan pelaksanaan adalah :
80
www.Alarifs.Blogspot.Perkembangan BAZIS DKI Jakarta.com diakses Tanggal 07 Maret 2015 Jam 20:00. 81 Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri,2005), h.91.
50
1) Kepala 2) Wakil Kepala 3) Sekretariat 4) Bidang Pengumpulan 5) Bidang Pendayagunaan 6) Bidang Dana 7) Pelaksanaan BAZIS Kotamadya/ Kabupaten Administrasi Sekretariat terdiri dari subbagian umum, subbagian hubungan masyarakat, subbagian informasi dan komunikasi, dan subbagian penelitian dan pengembangan; bidang pengumpulan terdiri dari seksi himpunan Muzakki dan seksi bina Muzakki; bidang pendayagunaan terdiri dari seksi layanan Mustahik, seksi bina usaha dan seksi bina sumber daya Mustahik ; bidang dana terdiri dari seksi kas dan seksi akutansi ; pelaksana BAZIS Kotamadya/Kabupaten terdiri dari subbagian tata usaha, seksi pengumpulan dan seksi penyaluran.
51
Struktur Organisasi BAZIS DKI Jakarta 82
Susunan Dewan Pertimbangan BAZIS DKI Jakarta ditetapkan oleh Gubernur dan mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Memberikan pertimbangan tentang pengembangan hukum dan pemahaman seputar zakat, infaq, dan shadaqah. 2) Memberikan pertimbangan, saran dan pendapat dalam kebijaksanaan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq, shadaqah. 3) Menampung dan menyalurkan pendapat umat Islam tentang 82
Lili Bariadi, Muhammad Zen & M.Hudri, “ Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CED, 2005), Cet. 1, h. 102.
52
pengembangan, pengumpulan, dan pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah. Tugas dari Kepala BAZIS: 1) Memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi BAZIS. 2) Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan secretariat bidang, pelaksaan BAZIS Kotamadya/Kabupaten, administrasi termasuk petugas oprasional BAZIS Kecamatan, Kelurahan, dan unit satuan kerja. Wakil Kepala BAZIS mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Membantu kepala dalam memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi BAZIS. 2) Melaksanakan
tugas-tugas
kedinasan
yang
dilimpahkan
kewenangannya oleh kepal. 3) Mewakili kepala apabila berhalangan melaksanakan tugas dan fungsinya. 4) Melaksanakan pengendalian administratif pelaksanaan kegiatan BAZIS. Sekretariat bertugas melaksanakan koordinasi, konsolidasi internal dan pengendalian administrasi kegiatan BAZIS yang berhubungan dengan fungsi-fungsi pembinaan dan administrasi kepegawaian sumber daya manusia, tata rumah tangga dan inventarisasi kantor, penelitian dan pengembangan program kerja, hubungan lembaga, serta informasi dan komunikasi yang membawahi aplikasi fungsi sistem informasi manajemen
53
BAZIS. Untuk melaksanakan tugas-tugas di atas, sekretaraiat yang dipimpin oleh seorang kepala sekretariat itu mempunyai fungsi: 1) Penyusunan surat menyurat dan kearsipan. 2) Pengurusan perlengkapan dan kerumah tanggaan. 3) Pembinaan sumber daya manusia. 4) Pelaksanaan urusan kepegawaian. 5) Pengelolaan keuangan anggaran yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah. 6) Pelaksaanaan hubungan masyarakat dan penyuluhan. 7) Pengembangan sistem informasi manajemen. 8) Pembentukan dan pembinaan jaringan kerja. 9) Penelitian dan pengembangan. 10) Penyusunan program kerja. Bidang pungumpulan mempunyai tugas melaksanakan usaha-usaha pengumpulan zakat, infaq, dan sadaqah. Untuk mendukung tugas ini, Bidang Pengumpulan mempunyai fungsi : 1) Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah dari sumber-sumber yang mencakup wilayah, korporat, dan perorangan. 2) Pengembangan upaya-upaya pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah. 3) Pendataan Muzakki, Munfiq, dan Mutasaddik dan memasukkan data tersebut ke dalam sistem informasi BAZIS.
54
4) Pembinaan terhadap Muzakki, Munfiq, dan Mutasaddik terutama untuk menjaga silahturahmi dan komunikasi serta citra BAZIS. 5) Penyiapan bahan laporan pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah. Selanjutnya tugas dari bidang pendayagunaan adalah melaksanakan usaha-usaha pelayanan dan pembinaan Mustahik serta pengembangan usaha produktif. Untuk melaksanakaan tugas ini,bidang pendayagunaan mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) Perencanaan,pelaksanaan evaluasi pedayagunaan zakat, infak, dan shadaqah. 2) Penelitian (seleksi persyarataan) calon Mustahik. 3) Pendistribusian zakat,infak, dan shadaqah kepada para Mustahik. 4) Pencataan penyaluran zakat,infak, dan shadaqah. 5) Pengembangan pendayagunaan infak dan shadaqah untuk usaha-usaha produktif. 6) Pembinaan Mustahik. 7) Penyiapan bahan pelaporan pendayagunaan zakat,infak, dan shadaqah. Bidang dana mempunyai tugas menerima, membukukan, dan menyalurkan hasil penerimaan zakat, infaq, dan shadaqah, menyusun dan mengelolaa
anngaran,
serta
menyusun
laporan
keuangan.
Untuk
melaksanakan tugas ini, bidang dana mempunyai fungsi : 1) Penerimaan hasil pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah . 2) Pembukuan penerimaan dan pengeluaran zakat, infaq, dan shadaqah. 3) Pengeluaran hasil pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah.
55
4) Penyusunan dan pengelolaan anggaran. Di setiap Kotamadya/Kabupaten administrasi dibentuk pelaksanaan BAZIS Kotamadya/Kabupaten administrasi. Pelaksanaan ini bertanggung jawab secara administrative kepada kepala BAZIS, sedangkan secara taktis, bertanggung jawab kepada walikota atau bupati. Tugas dari Pelaksana Kotamadya/Kabupaten Administrasi adalah melaksanakan pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq, shadaqah. Untuk melaksanakan tugas ini, pelaksanaan Kotamadya/Kabupaten Administratif mempunyai fungsi: 83 1) Pendataan Muzaki, Munfiq dan Mutashaddiq termasuk sumber-sumber zakat, infaq, dan shadaqah baru serta Mustahik di wilayah Kotamadya/Kabupaten Administrasi masing-masing. 2) Pengumpulan zakat, infak, sadaqah dari sumber-sumber zakat, infaq, sadaqah. 3) Penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah kepada Mustahik 4) Pengkoordinasian pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah, yang dilakukan oleh perangkat tingkat Kecamatan dan Kelurahan 5) Pengelolaann umum ketatausahaan 6) Pelaporan kegiatan pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah di Wilayah Kotamadya/Kabupaten Administrasi.
83
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri,2005), h.99.
56
F. Pemberdayaan Ekonomi Umat Di BAZIS DKI JAKARTA Di dalam Al-Qur’an telah ditetapkan delapan kelompok (ashnaf ) penerima zakat : fakir, miskin, amil ( pengelola dana zakat ), muallaf (orang yang baru masuk islam) , riqab ( orang yang membebaskan budak), gharimin (orang yang berhutang untuk kemasalahatan dirinya atau masyarakat, sabilillah (orang yang berusaha menegakkan kepentingan agama atau umat dan ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal di perjalanan). Tetapi, dana ZIS yang ada di BAZIS DKI Jakarta hanya di salurkan kepada 6 kelompok saja selain Riqab dan Amil, dengan alasan bahwa budak tidak ada di Indonesia dan hak Amil sudah di tanggung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD ) DKI Jakarta.84 Dalam SK Gubernur No.121 Tahun 2002 tentang Penyaluran ZIS DKI Jakarta diprioritaskan untuk usaha-usaha yang produktif dengan melihat situasi dan kondisi yang ada. ZIS merupakan salah satu instrument pemerataan pendapatan. ZIS yang dikelola dengan baik, mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan, economic growth with equity. Yang diterima oleh golongan ekonomi lemah, memiliki implikasi positif terhadap meningkatnya daya beli masyarakat yang pada gilirannya meningkatkan daya beli masyarakat, yang pada gilirannya mendorong peningkatan produksi.85 Menurut Mustaq Ahmad, zakat adalah sumber utama kas Negara 84
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri,2005), h.103. 85
Ahmad Muflih Saefudin, “Pengelolaan Zakat Ditinjau Dari Aspek Ekonomi”, (Bontang; Badan Dakwah Islamiyah, 1986), h.33.
57
sekaligus merupakan sosok guru bagi kehidupan ekonomi yang dirancang AlQuran. Zakat mencegah terjadinya akumulasi harta pada satu tangan, dan pada saat yang sama mendorong manusia untuk melakukan investasi dan mempromosikan distribusi.86 Zakat bukan hanya ibadah individual tetapi zakat merupakan ibadah maaliyah ijtima’iyyah
yang memiliki posisi penting, strategis dan
menentukan. Ibadah maaliyah ijtima’iyyah adalah ibadah yang dilaksanakan dengan sesama manusia, sehingga zakat harus diaktualisasikan dan diterapkan dalam kehidupan ekonomi umat sebagai rahmat bagi manusia. Namun, potensi ekonomi umat yang terdapat dalam zakat belum termanfaatkan secara optimal. Sebagai kalangan, memandang zakat sebagai sebuah kewajiban rutin yang dilaksanakan setiap tahun, tanpa melihat aspek pemberdayaan ekonominya. Padahal, zakat bisa menjadi salah satu solusinya alternatif berbagai problematika ekonomi kontemporer, jika potensi yang ada padanya dikelola secara professional untuk aktivitas ekonomi. Berdasarkan sudut pandang sistem ekonomi, zakat merupakan upaya menciptaan distribusi pendapatan menjadi lebih merata. Selain untuk tujuan distribusi, berdasarkan analisis fiskal zakat merupakan sumber pendapatan dan pembiayaan kegiatan ekonomi. Dengan demikian, konsep zakat dan pemberdayaan zakat untuk perbaikan ekonomi umat bertujuan untuk menambahkan dan meningkatkan harkat dan martabat manusia sehingga tercapai kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.
86
Mustaq Ahmad, “Etika Bisnis Dalam Islam”, (Jakarta: Pustaka Al-Hidayah, 1997), h.75.
58
Adapun pengumpulan dan penyaluran ZIS yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta sebagai berikut;87 a. Upaya Pengumpulan ZIS di BAZIS DKI Jakarta Dalam upaya pengumpulan ZIS, BAZIS DKI Jakarta melakukan langkah-langkah strategis yang meliputi; pertama, mengadakan kerjasama teknis dengan lembaga/instansi lain dalam hal penyuluhan dan penghimpunan ZIS. Kedua, mengadakan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi yang bersifat teknis dengan semua pihak, agar penghimpunan ZIS optimal. Ketiga, mengadakan kerjasama dengan lembaga profesi sejenis sebagai mitra atau sinergi dalam penyuluhan zakat, infaq, dan shadaqah. Semua langkah di atas dilakukan agar pengumpulan ZIS optimal sesuai target yang ditetapkan. Upaya yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta dalam
hal
pengumpulan
ZIS
telah
mengunakan
prinsip-prinsip
manajemen. Perencanaan (planning) merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan dalam sebuah manajemen agar suatu program dapat terlaksana dengan baik. Upaya sosialisme program dan kegiatan BAZIS DKI dilakukan beberapa cara yaitu: media cetak, media elektronika, dan media lisan. Media yang digunakan BAZIS DKI Jakarta dalam mensosialisasikan program sesuai dengan kondisi masyarakat yang ada saat ini dimana media telekomunikasi sudah menjadi sesuatu yang biasa digunakan oleh masyarakat. 87
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005), h.25.
59
Media telekomunikasi juga merupakan sarana yang memberikan kemudahan dan kecepatan sehingga dapat menghemat waktu. Semua itu bertujuan untuk meningkatkan performance-nya agar kehadirannya dapat dirasakan oleh masyarakat. 88 b. Bentuk dan Sifat Penyaluran ZIS di BAZIS DKI Jakarta Pemahaman umum bahwa produktif artinya dana yang ada dipinjamkan oleh Amil kepada Mustahik untuk bisnis. Pengelolaan ZIS pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat diaplikasikan pada kondisi saat ini, bahwa penyaluran ZIS dapat kita dibedakan dalam dua bentuk; yakni bantuan sesaat dan pemberdayaan. Bantuan sesaat berarti bahwa penyaluran kepada Mustahik tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi Mustahik hal ini dilakukan karena Mustahik yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri seperti orang tua yang sudah jompo, orang dewasa yang cacat (tidak memungkinkan ia mandiri). Sedangkan pemberdayaan adalah penyaluran ZIS yang disertai target merubah keadaan penerima (khususnya golongan fakir miskin). Penyaluran ZIS harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada penerimanya. Apabila permasalahannya kemiskinan, harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut, sehingga dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya kesejahteraan umat. Penyaluran dalam dua bentuk di atas umumnya disertai dengan sifat penyaluran yang berbeda. Untuk bantuan sesaat sifat penyaluran 88
Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 2006), h.70-71.
60
idealnya hibah. Adapun untuk pemberdayaan, dana yang disalurkan identik dengan pinjaman. c. Pertanggung Jawaban Penyaluran Dana ZIS di BAZIS DKI Jakarta Setiap penyaluran dana harus ada pertanggung jawaban secara tertulis, lengkap, dan sah. Sekecil apapun dana yang dikeluarkan, dalam pertanggung jawaban harus dapat dinilai baik dari kesesuaian syari’ah maupun kebijakan lembaga. Pertanggung jawaban diberikan dalam batasan waktu tertentu. Pertanggung jawaban secara keseluruhan akan diakui oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap organisasi mana kala dilakukan audit oleh eksternal auditor baik menyangkut audit umum maupun audit syari’ah. 89 Hasil pemgumpulan ZIS dapat didayagunakan untuk kepentingan Asnaf, yaitu fakir, miskin, mualaf, riqab, gharimin, shabilillah, dan ibnu sabil. Pemberdayaan hasil pemgumpula ZIS didaerah diarahkan dengan skala prioritas kebutuhan nyata yang ditetapkan keputusan Gubernur Kepala Daerah setiap tahunnya, dengan memperhatikan Pertimbangan Badan Pembina. Adapun sasaran pendayagunaan ZIS diarahkan pada usaha-usaha dan kegiatan yang bersifat produktif dalam rangka kemandirian Mustahik dalam kemaslahatan umat. Dengan mendahulukan kemaslahatan fakir miskin, dana produktif dapat dikelola cara professional ekonomis dengan memperhatikan norma etika bisnis. Dalam rangka meningkatkan tercapainya sasaran pemberdayaan dana ZIS yang 89
Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan, “Akuntansi Dan Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelolaan Zakat”, (Bandung : Asyaamil dan IMZ, 2001), h. 82-87.
61
diberikan kepada para Mustahik, diadakan pembinaan dan pengembangan secara intensif guna mempercepat kemandirian dan menigkatkan kesejahteraan. Pembagian
atau
pendayagunaan
zakat,
menurut
pedoman
pelaksana zakat di BAZIS DKI Jakarta itu ditentukan sebagai berikut: a) Bersifat edukatif, produktif, dan ekonomis agar penerima zakat pada suatu masa tidak memerlukan zakat lagi. Bahkan diharapkan menjadi orang yang membayar zakat. b) Untuk Fakir miskin, Muallaf, dan Ibnu Sabil, pembagian zakat itu dititik beratkan pada pribadinya bukan pada lembaga hukum yang megurusnya. Kebijaksanaan ini dilakukan agar unsur pendidikan yang dikandung dalam pembagian zakat itu lebih jelas dan terasa. c) Bagi kelompok Amil, Gharimin, dan Shabilillah, pembagian dititik beratkan pada badan hukumnya atau kepada lembaga yang mengurus atau melakukan aktivitas-aktivitas ke islaman. Dana-dana yang tersedia dari pengumpulan zakat itu yang belum dibagi atau diserahkan kepada para Mustahik dimanfaatkan untuk pembangunan dengan jalan penyimpannya di bank pemerintah berupa giro, deposito, atau sertifikat atas nama Badan Amil Zakat yang bersangkutan. Pendayagunaan
dana
zakat
untuk
pemberdayaan
selain
memperhatikan bobot permasalahan yang dihadapi oleh penerima zakat, LPZ juga membuat ketentuan umum yang merupakan kebijaksanaan zakat. Salah satu alternatif antara lain:
62
(1)
Sektor Fakir miskin 35% (dua puluh lima) persen untuk dana produktif dan 10% untuk dana konsumtif
(2)
Sektor Amil 10%
(3)
Sektor Muallaf, Gharim dan Ibnu Sabil: 10%
(4)
Sektor Sabilillah: 45% (dua puluh lima) persen untuk bantuan fisik, lima belas persen pembinaan lembaga dakwah dan lima persen untuk bantuan sosial. Jadi
disamping
mempertimbangkan
ketentuan
umum,
pendayagunaan dana zakat juga mempertimbangkan masalah-masalah praktis yang dihadapi oleh masyarakat.90
90
Lili Bariadi, Muhammad Zen, “ Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005), h. 27-28.
63
BAB IV PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT MELALUI PENYALURAN ZAKAT PRODUKTIF Di BAZIS DKI JAKARTA
A. Mekanisme Penyaluran Dana Zakat Produktif BAZIS DKI Jakarta Dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Umat Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu Al-Barakatu (keberkahan), Al-Namaa (pertumbuhan dan perkembangan), AthThaharatu (kesucian), dan Ash-Shalahu (keberesan). 91 Sedangkan produktif berasal dari bahasa inggris “productive” yang berarti banyak menghasilkan. Secara umum produktif (productive) berarti banyak menghasilkan karya atau barang. Produktif juga berarti banyak menghasilkan, memberikan banyak hasil.92 Dengan demikian, zakat produktif adalah dana zakat yang diberikan kepada para Mustahik tidak dihabiskan secara langsung, akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk menghasilkan agar dapat membantu usaha mereka, sehingga dengan penyaluran dana zakat berupa pinjaman modal
diharapkan
Mustahik
dapat
lebih
berproduktif
dan
mampu
meningkatkan perekonomian sehari-harinya secara mandiri.
91
Mahmud Yunus, “Kamus Arab-Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjema Pentafsiran Al-Qur’an, 1973), h.156. 92 Anwar - Desi, “Kamus Lengkap I Milliard”, (Surabaya: Amelia, 2003), h.291.
63
64
Secara konseptual, pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan). 93 Pemberdayaan secara etimologi berasal dari kata daya yang berarti upaya, usaha, akal, kemampuan. Sedangkan Pemberdayaan di bidang ekonomi,
94
merupakan upaya untuk
membangun daya (masyarakat) dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi ekonomi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Mengenai pemberdayaan, pada dasarnya strategi pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan ekonomi kerakyatan semisal usaha ekonomi lemah merupakan usaha untuk memandirikan masyarakat lewat wirausaha perwujudan potensi dana potensial yang perlu dikelola secara professional dan bertanggung jawab untuk memajukan kesejahteraan umum.95 Seperti program pemberdayaan yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta dalam pendayagunaan dana zakat dengan target jangka panjang dari konsep pemberdayaan dapat mensejahterakan Mustahik, yang kemudian jadilah mustahik sebagai Muzakki. Menurut Dedi Santosa hal ini sesuai dengan pandangan BAZIS DKI Jakarta mengenai pemberdayaan yaitu sebagai upaya-upaya yang bertujuan meningkatkan kekuatan/daya, kemampuan, mental para Mustahik yang lemah,
93
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayaakan Rakyat”, (Bandung : Reflika Aditama, 2005),cet 1, h.57. 94 Ekonomi ialah segala aktivitas yang berkaitan dengan produksi dan distribusi diantara orang-orang. Titik tekan definisi ekonomi adalah pada kegiatan produksi dan distribusi baik dalam bentuk barang ataupun jasa. M. Dawam Rahardjo, “Islam Dan Transformasi SosialEkonomi”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h.5. 95 Didin Hafiduddin, Problematika Zakat Kontemporer Artikulasi Proses Sosial Politik Bangsa (Jakarta: Forum Zakat, 2003), h.27.
65
sehingga mampu berusaha untuk menghidupi diri sendiri dan keluarganya, dari situlah terbentuknya kemandirian dari proses pemberdayaan tersebut. 96 Terkait dengan pemanfaatan dan pendayagunaan dana zakat, selama ini digolongkan menjadi empat bentuk; pertama konsumtif tradisonal, kedua konsumtif kreatif, ketiga produktif tradisional, keempat produktif kreatif. 97 Dalam bentuk ketiga dan keempat ini sering disebut zakat produktif, oleh karena itu perlu dikembangkan
pendayagunaan zakat dalam bentuk ini
dengan berupa pemberian barang-barang produktif dan pemberian modal usaha yang dapat mendorong pemberdayaan Mustahik pada sektor usaha, tetapi harus diiringi dengan pola pendayagunaan yang efektif dan tepat sasaran, guna mencapai transformasi dalam pemberdayaan itu. Dalam dinamika yang lebih luas, dapat dinyatakan bahwa BAZIS Provinsi DKI Jakarta berupaya semaksimal mungkin agar dalam kebijakan pendayagunaan dapat tepat sasaran, koordinatif dengan berbagi pihak, baik pemerintah maupun lembaga pengelolaan zakat. Menurut Drs.H.Salehudin Effendi, MM ZIS sebagai instrument pemberdayaan masyarakat meliputi tiga sisi ; 98 1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling), yaitu mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mngembangkannya.
96
Wawancara dengan Dedi Santosa, Bidang Pendayagunaan (Seksi Bina Usaha) BAZIS DKI Jakarta, 04 May 2015 Pukul 13.00 – 14.15. 97 Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005), h.34. 98 Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 2006), h.41.
66
2. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat (empowering). 3. Melindungi (recovering) dari kemungkinan untuk terjatuh kembali ke dalam
jurang
kemiskinan.
Ajaran
zakat,
infaq,
dan
shadaqah
sesungguhnya mendorong kaum muslimin untuk memiliki etos kerja dan usaha yang tinggi, sehingga harta kekayaan yang di memiliki dapat memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya juga bisa memberi kepada orang yang berhak. Dalam konteks ini, penciptaan iklim yang kondusif dan penyelesaian persoalan – persoalan yang ada, maka BAZIS DKI Jakarta berusaha terus menerus memberi arti bagi masyarakat Jakarta. Upaya itu meliputi, antara lain memberikan bantuan bagi masyarakat di wilayah DKI Jakarta. Salah satu bantuan yang bersumber dari ZIS berkategori produktif. kategori produktif memiliki dua sasaran yaitu: 99 Pertama, carachter building, bantuan dalam bentuk beasiswa pendidikan bagi kelompok kurang mampu. Sekurang-kurangnya untuk kelompok ini BAZIS DKI Jakarta setiap tahunnya memberikan bantuan pendidikan kepada ribuan Mustahik, mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Pada tahun 2014 BAZIS Provinsi DKI Jakarta telah mengalokasikan dana beasiswa kepada 7.140 Mustahik dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. 100 Puluhan ribu Mustahik, generasi penerus bangsa telah mendapatkan pencerahan setelah mendapatkan bantuan dari
99
Wawancara dengan Dedi Santosa, Bidang Pendayagunaan (Seksi Bina Usaha) BAZIS DKI Jakarta, 04 May 2015 Pukul 13.00 – 14.15. 100 Majalah Peduli Umat, BAZIS DKI Jakarta, Edisi 58 Tahun 2014.
67
BAZIS DKI Jakarta. Kedua, produktif dari segi ekonomi. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk bantuan
modal usaha produktif ini, yaitu: pendekatan
mudharabah dan qardul hasan. Pendekatan mudharabah adalah
bantuan
modal yang diberikan kepada para pedagang kecil yang ada di pasar-pasar tradisional. Bantuan ini diberikan melalui Baitul Maal wa Tamwil (BMT) AlKarim. Sedangkan pendekatan qardlul hasan adalah bantuan tanpa bunga yang diberikan kepada para pedagang kecil yang ada di sekitar kota Jakarta. Proses ini diperlancarkan oleh kehadiran supervisi program dari BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Kolektor berfungsi melakukan crosscheck sebelum dan sesudah pemberian bantuan
dan sesungguhnya bukan itu saja, karena
memiliki jaringan sampai ke Kelurahan, sudah barang tentu proses ini akan lebih mudah.101 Secara umum pendayagunaan ZIS diwujudkan dalam bentuk pengembangan usaha ekonomi, pembinaan sumber daya manusia, dan bantuan konsumtif. Upaya ini tidak lain agar mata rantai kemiskinan satu persatu dapat diputus. Untuk itu, BAZIS DKI Jakarta memiliki beberapa program unggulan pendayagunaan ZIS yaitu:102
101
Wawancara dengan Dedi Santosa, Bidang Pendayagunaan (Seksi Bina Usaha) BAZIS DKI Jakarta, 04 May 2015 Pukul 13.00 – 14.15. 102 Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 2006), h.95-96.
68
1. Pembinaan SDM a. Beasiswa dari tingkat SD/MI (Madrasah Ibtidaiyah) sampai sarjana S3. b. Kesejahteraan dan pembinaan Guru, dan Marbot Masjid. 2. Mendukung Usaha Produktif Melaui Sistem a. Qardhul Hasan (pinjaman kebajikan, yakni kredit tanpa bunga). b. Mudharabah (bagi hasil) melalui Program Pemberdayaan Modal Usaha bagi Pedagang Kecil (PPMUPK) yang dalam pelaksanaannya melibatkan BMT (Baitul Maal wa Tamwil) yaitu Al - Karim, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sesuai dengan SK Gubernur No.121 Tahun 2002 tentang Penyaluran ZIS DKI Jakarta diprioritaskan untuk usaha-usaha yang produktif dengan melihat situasi dan kondisi yang ada.103 Seberapa besarnya perolehan dana yang dapat dikumpulkan dari ZIS oleh BAZIS DKI Jakarta pada periode tahun 2013 M / 1434 H serta alokasi penggunnya dapat dilihat pada tabel berikut: Presentase pendayagunaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) Tahun 2013 sebagaimana telah tercantum dalam Lampiran II sbb : a. Program Pendayagunaan Zakat 1. Fakir-Miskin
55,36%
2. Fisabillillah
43,25%
3. Muallaf/Gharimin/Ibnussabil
1,39%
b. Program Pendayagunaan Infaq dan Shadaqah 103
Lili Bariadi dan Muhammad Amri,2005), h.103.
Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka
69
1. Bantuan Lembaga Keagamaan
43,50%
2. Bantuan Kemaslahatan Umat
56,50%
Dengan demikian kebijakan pendayagunaan/penyaluran dana ZIS memperhatikan kondisi faktual kompleksitas problematika kaum dhuafa yang diprioritaskan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia (investasi jangka panjang). Penetapan presentase pendayagunaan zakat,infaq,dan shadaqah (ZIS) Tahun 2013, berdasarkan hasil Rapat Kerja Badan Pelaksana dan mendapat persetujuan Rapat Pleno Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana BAZIS DKI Jakarta.
B. Peran BAZIS DKI Jakarta Dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Umat Eri Sudewo mengibaratkan ZIS sebagai sebuah telaga. Tetapi telaga zakat tidak dapat dimanfaatkan sembarang orang. Telaga zakat hanya khusus bagi yang dahaga (Mustahik). Agar ada keteraturan dalam pemanfaatan telaga, maka harus ada yang mengelola, membuat saluran dan memastikannya tepat sasaran.104 Pengaturan saluran-saluran ZIS agar tepat sasaran, telah dilakukan BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Ada sebuah istilah ‘lebih baik berbuat sedikit dari pada tidak sama sekali’. Apa yang diperbuat BAZIS Provinsi DKI Jakarta terhitung sedikit bila dibandingkan dengan jumlah dhuafa yang ada di DKI Jakarta. tapi ‘sedikitnya’ orang yang dibantu BAZIS tidak dapat dihitung dengan jari tangan. Karena ratusan ribu orang telah merasakan bantuan dan 104
Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 2006), h.97.
70
santunan yang telah diberikan oleh BAZIS DKI Jakarta. Bagi lembaga ini, justru perasaan baru berbuat sedikit bagi masayarakat Jakarta menjadi pemicu semangat berkhidmat. BAZIS Provinsi DKI Jakarta selelu merasa belum berbuat banyak, karena itulah selalu ingin berbuat banyak bagi masyarakat Jakarta, baik pada sekala sempit, maupun masyarakat umum dalam skala yang lebih luas, dalam upaya pemberdayaan masyarakat, peningkatan sumber daya manusia, dan dalam penanggulangan kemiskinan. Dalam kaitannya dengan penanggulangan kemiskinan di Ibukota ini, BAZIS telah memainkan peran yang cukup signifikant. Peran ini dapat dilihat dari hal-hal berikut ini: Dari sisi ekonomi, sudah banyak masyarakat DKI Jakarta yang dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Di satu pihak, bagi sebagian pedagang kecil, BAZIS Provinsi DKI Jakarta tak ubahnya seperti ‘Dewa penyelamat’. Karena dengan bantuan modal usaha yang diberikan BAZIS dapat melepaskan mereka dari jeratan rentenir. Di lain pihak upaya BAZIS Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan BMT AL-Karim dengan memberi bantuan modal kepada para pedagang tradisional di wilayah Jakarta diharapkan agar dapat berkembang lebih besar dan menjadi penggerak ekonomi lokal. Sehingga, upaya yang terus-menerus dan terkontrol, ini dapat mengantisipasi atau mengurangi peluang sebagian
71
orang kembali ke jurang kemiskinan.105 Oleh karena itu peran BAZIS DKI Jakarta dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat tergantung dari berapa besar yang meminjamkan modal usahanya kepada para Mustahik yang mendirikan usahanya, namun yang paling terpenting adalah melindungi dan memajukan pengusaha kecil lokal agar lebih bisa mandiri, berkembang dan tidak terbelit oleh hutang atau pinjaman dari bank keliling atau rentenir. Dari sisi sosial, peran BAZIS Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai salah satu unsur yang dapat memenuhi kebutuhan primer (sandang, pangan, dan papan) bagi sebagian masyarakat Jakarta. Upaya ini, memang konsumtif. Karena memang keadaan menuntut berbuat demikian. Meski konsumtif, dalam kaitannya dengan kemiskinan, upaya ini menjadi satu pintu masuk dan motivasi bagi dhuafa untuk memulai hidup lebih baik. Karena dengan kondisi yang semakin baik dapat melahirkan motivasi yang lebih dibandingkan dengan saat sebelum mendapatkan bantuan. Dedi Santosa mengatakan, bahwa peran BAZIS DKI Jakarta:106 1) Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling), yaitu mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mngembangkannya. 2) Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat (empowering). 3) Melindungi (covering) dari kemungkinan jatuh kembali kedalam jurang
105
Wawancara dengan Untung, Petugas Lapangan BMT Al-Karim, 09 Juni 2015 Pukul 15.00 – 16.30. 106 Wawancara dengan Dedi Santosa, Bidang Pendayagunaan (Seksi Bina Usaha) BAZIS DKI Jakarta, 04 May 2015 Pukul 13.00 – 14.15.
72
kemiskinan. Dalam rangka meningkatkan kualitas Mustahik BAZIS Provinsi DKI Jakarta menyadari perlunya memberikan training (pelatihan). Para Mustahik diberikan materi enter-preneurship (kewirausahaan) dan materi yang sesuai dengan keahlian mereka. Hal ini dimaksudkan agar tumbuh jiwa wirausaha dalam diri mereka. Upaya-upaya yang dilakukan oleh BAZIS Provinsi DKI Jakarta ini, dapat disebut sebagai upaya yang mensinergikan antara kultur dan struktur dalam hal penanggulangan kemiskinan dan segala hal yang melingkarinya. Artinya, BAZIS Provinsi DKI Jakarta tidak berangkat dari ruang hampa dalam menanggulangi persoalaan yang ada di masyarakat Jakarta ini. Semua berdasarkan pada akurasi dan validasi data dan informasi yang memang menjadi salah satu kelebihan dari BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Hal ini terlihat dari beragam upaya yang dilakukan BAZIS Provinsi DKI Jakarta, mulai dari bantuan dana yang bersifat konsumtif-karitatif, sampai dengan bantuan yang bersifat produktif.107 Sehingga bagi masyarakat DKI Jakarta, ZIS memiliki nilai yang strategis. Peran dan fungsinya tidak diragukan lagi. Dengan ZIS sebagian masyarakat dapat mengembangkan potensi usaha yang dimiliki. Dan sebagian yang lain, bahkan bisa lepas dari jeratan rentenir. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, BAZIS Provinsi DKI Jakarta terus-menerus meningkatkan 3 hal,yaitu: kredibilitas sumber daya 107
Wawancara dengan Dedi Santosa, Bidang Pendayagunaan (Seksi Bina Usaha) BAZIS DKI Jakarta, 04 May 2015 Pukul 13.00 – 14.15.
73
manusia (personal credibility), kredibilitas pengelolaan dan kredibilitas kelembagaan (bodying credibility) dan sarana-prasarana. Untuk melihat seberapa besar peran BAZIS DKI Jakarta dapat dilihat juga dari hasil pengumpulan dana ZIS, dimana setiap tahunnya pengumpulan hasil ZIS meningkat bisa dilihat dalam tabel berikut:108
Hasil ZIS BAZIS DKI Jakarta Hasil ZIS BAZIS DKI Jakarta 113.765.807.732 97.795.879.070 81.453.310.876 64.780.812.886 52.768.818.935 44.233.884.194
2009
2010
2011
2012
2013
2014
“BAZIS Provinsi DKI Jakarta telah membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat semakin tumbuh dengan pengelolaan yang professional itu. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan dan jumlah ZIS yang diperoleh setiap tahun” ujar Dedi Santosa. 109 Oleh sebab itu, BAZIS Provinsi DKI Jakarta selalu berusaha melakukan inovasi-inovasi. Dengan harapan agar manfaat keberadaannya dapat dirasakan masyarakat Jakarta. usaha yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta untuk meningkatkan ekonomi umat antara lain; a) Pola Pemberdayaan Ekonomi Umat di BAZIS DKI Jakarta
108
Arsip BAZIS DKI Jakarta 2009 – 2014. Wawancara dengan Dedi Santosa, Bidang Pendayagunaan (Seksi Bina Usaha) BAZIS DKI Jakarta, 04 May 2015 Pukul 13.00 – 14.15. 109
74
Pola pemberdayaan yang dilakukan oleh BAZIS dengan menyalurkan dana produktif kepada masyarakat umum dan karyawan DKI Jakarta yang tidak mampu. Bantuan diberikan dalam bentuk uang untuk bantuan modal usaha. uang itu merupakan dana yang didapat dari pengumpulan infaq dan shadaqah. Sementara dana zakat hanya diberikan kepada kelompok-klompok yang memang telah disebut dalam al-Qur’an sebagai Mustahik. Pada setiap tahunnya, besar atau kecilnya presentase pendayagunaan dana Zakat, Infaq dan Shodaqah yang disalurkan untuk Mustahik disesuaikan dengan perkembangan sosial masyarakat DKI Jakarta. Untuk mendapatkan bantuan dari BAZIS DKI Jakarta Mustahik harus mengisi formulir sesuai kategori masing-masing. Formulir yang harus diisi : 1. Untuk bantuan pinjaman modal usaha (dana produktif) diberi kode huruf P, yaitu formulir model P. 2. Untuk bantuan anak asuh, sumbangan wajib belajar, dan pascasarjana (S2 dan S3) diberi kode huruf A. 3. Untuk bantuan Sabilillah diberi kode huruf S. 4. Untuk bantuan Muallaf, Gharimin, dan Ibnu Sabil diberi kode MGI. Jadi, Penggunaan formulir model P diganakan untuk mengajukan permohonan bantuan pinjaman modal usaha (dana produktif) untuk masyarakat umum.110 (ada pada lampiran)
110
Arsip BAZIS DKI Jakarta.
75
Adapun sistem bagi hasil yang di terapkan oleh BAZIS DKI Jakarta dengan mudharabah (bagi hasil) dimana penjual diberikan modal usaha sesuai kebutuhan dan kesepakatan. Ada 2 metode pembagian bagi hasil yang diterapkan, yaitu; pertama, pedagang diberi modal oleh BAZIS dengan kesepakan bagi hasil 30% untuk BAZIS dan 70% untuk pedangang. Contoh: penjual nasi uduk memerlukan modal untuk usahanya sebesar Rp 1.500.000 semisal pedangang mendapatkan untung dari hasil berjualan sekitar Rp 70.000 maka cara pembagiannya adalah Rp 20.000 untuk BAZIS dan Rp 50.000 untuk pedagang, dan setiap hari dikontrol keuntungannya oleh pihak BAZIS. Sedangkan dana Rp 1.500.000 terus diputar.
Kedua,
menggunakan
sistem
lepas
dimana
pedagang
mengembalikan pokok dan membagi hasil dari keuntungannya. Contoh : pedagang diberi modal sebesar Rp 1.500.000 dengan kesepakatan akan mengembalikan dalam jangka waktu 100 hari maka Rp. 1.500.000 dibagi 100 hari = 15.000/hari (pokoknya), bila 1 hari pedagang mendapatkan keuntungan sebesar Rp 70.000 maka pedagang hanya memberikan Rp 2.000 kepada pihak BAZIS, dan penarikan dilakukan 20 hari sekali, Sabtu Minggu tidak termasuk pokoknya. Jadi totalnya adalah Rp 15.000 (pokoknya) + Rp 2.000 (bagi hasil) = Rp17.000 x 20 hari. Jadi total dari pokok + bagi hasil dalam satu bulan adalah Rp 340.000 yang diberikan oleh pedagang kepada pihak BAZIS. Apabila pedagang hanya mampu membayar pokoknya saja maka ini disebut kesepakatan dengan akad
76
qardhul hasan (pembiayaan kebajikan).111 Sebenarnya BAZIS DKI Jakarta sudah melakukan pencegahan agar jangan sampai dana produktif itu macet, karena dana itu bisa digulirkan kepada yang lain. Usaha itu antara lain dengan membuat perjanjian antara BAZIS dengan calon Mustahik untuk mengembalikan dana dengan jaminan agunan yang dispakati bersama. Apabila Mustahik tidak dapat melunasi pinjamannya dengan perjanjian yang telah disepakati, maka pihak BAZIS DKI Jakarta menyelesaikannya dengan cara musyawarah dan mencari solusi yang menguntungkan. Apabila, Mustahik masih tetap juga tidak mampu, maka BAZIS DKI Jakarta berkewajiban untuk melaporkan ke Gubernur untuk dicari penyelesainnya. Salah satu opsinya dengan dihapuskannya hutang Mustahik (pemutihan). 112 b) Program BAZIS DKI Jakarta Dalam Pemberdayaan Ekonomi Secara umum ada 3 (tiga) pemberdayaan usaha kecil dan menengah yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta melalui dana produktif: 1) Pola Konvensional; BAZIS DKI Jakarta meminjamkan dana kepada Usaha Kecil Menengah atas usulan dari Kelurahan, Kecamatan, dan unit kerja dengan memakai pola qardhul hasan (tanpa bunga).
111
Wawancara dengan Untung, Petugas Lapangan BMT Al-Karim, 09 Juni 2015 Pukul 15.00 – 16.30. 112 Wawancara dengan Untung, Petugas Lapangan BMT Al-Karim, 09 Juni 2015 Pukul 15.00 – 16.30.
77
Siapa Usaha Kecil Menengah itu? Usaha Kecil Menengah itu, merupakan jenis usaha yang umumnya adalah mempunyai usaha warung sembangko, usaha mabel, tekstil kiloan dan konveksi, ternak kambing, dan lain-lain. Tentunya usaha yang tingkatannya sudah agak lumayan dari usaha kecil, dan keuntungannya juga lebih besar. Berapa besar pinjamannya? Besar pinjamannya mulai dari 1.500.000 s/d maksimal
Rp.5.000.000. dengan rentan waktu
pinjaman 30 bulan. Dikembalikan ke BAZIS DKI Jakarta secara bertahap diatur dalam skema pinjaman yang disepakati bersama (tanpa bunga). Bagaimana kontrol plaksanaannya? BAZ kecamatan yang secara intens melakukan kontrol, tetapi tidak terlepas dari kontrol BAZIS DKI Jakarta pengontrolan biasa dilakukan sebulan sekali. Contohnya: Bapak Mudjinah pemilik warung sembako di daerah Duren Sawit, Jakarta timur. Beliau dapat merasakan secara pribadi program peminjaman modal usaha oleh BAZIS DKI Jakarta dari program pemberdayaan dana zakat itu dapat membantu dalam perkembangan usaha toko sembakonya.113 2) Program
pemberdayaan Modal Usaha bagi
Pedagang Kecil
(PPMUPK); BAZIS meminjamkan dana produktif kepada pedagang kecil dengan menggunakan pola mudharabah (bagi hasil). Penyaluran ini bekerja sama dengan BMT Al-Karim ada di Jakarta Timur. 113
Wawancara dengan Mudjinah, salah seorang wirausaha menengah penerima modal usaha atas usulan dari kelurahan daerah Jakarta Timur .
78
Siapa usaha kecil itu? Diantaranya adalah penjual sayuran, pedagang gado-gado, penjual kecil di pasar, penjual keliling (tukang mie ayam, tukang siomay, tukang es keliling). Atau pedang yang mangkul (tukang korang/majalah, penjual minuman dan lain-lain). Dimana keuntangannya tidak begitu besar. Berapa besar pinjamannya? Besar pinjamannya untuk tiap individu antara Rp 300.000 s/d Rp 1.000.000 dengan lama pinjaman selama 12 bulan, dan penarikan di lakukan 20 hari sekali dalam sebulan. Sistem bagi hasilnya yaitu 30% untuk BAZIS DKI Jakarta dan 70% untuk pedagang. Bagaimana prosedur pemberian pinjamnnya? Pengusaha kecil yang akan mendapatkan modal usaha, diminta untuk memenuhi persyaratan berupa; KTP, Kartu Keluarga, & surat keterangan tidak mampu, setelah itu mengisi Surat Permohonan Pembiayaan (SPP), maka modal akan diberikan sesuai dengan kesepakatan dan kebutuhan yang di perlukan. Bagaimana pengendalian pelaksanaan? Monitoring oleh pengurus BMT, tetapi tetap pada kontrol BAZIS DKI Jakarta. contohnya: Bapak Abdul Wahid sebagai pedagang minuman di wilayah Jatinegara Kaum Pulo Gadung, Jakarta Timur. Beliau begitu merasa terbantu sekali dengan adanya pinjaman modal usaha oleh BAZIS.114 3) Mentoring : BAZIS memantau dan memberikan pembinaan kepada 114
Wawancara dengan Abdul Wahid, salah seorang wirausaha kecil penerima Program pemberdayaan Modal Usaha bagi Pedagang Kecil (PPMUPK) BAZIS DKI Jakarta.
79
para Mustahik agar usaha mereka bisa berjalan dengan lancar. Selain itu BAZIS DKI Jakarta bekerjasama dengan BMT Al-Karim untuk pengontrolan dan juga pembinaa secara langsung ke lapangan (TKP). Apa fungsi BMT Al-Karim sebagai partner BAZIS DKI Jakarta? Fungsinya adalah BMT merupakan kepanjangan tangan dari BAZIS DKI Jakarta dimana BMT hadir untuk memerangi rentenir, membantu masyarakat dalam hal pembiayaan pinjaman modal usaha dengan menggunakan sistem syariah (mudharabah & qardhul hasan). Bagaimana kontrol pelaksanaanya? Para petugas BMT Al-Karim mengontrol masyarakat 1 (satu) bulan sekali secara langsung, biasanya petugas BMT memantau perkembangan usahanya, dan apa saja kendala yang dihadapi masyarakat, serta membantu masayarakat agar terhindar dari rentenir. Apa peran BMT Al-Karim bagi masayarakat? Perannya adalah membantu menyalurkan dana ZIS kepada masyarakat secara langsung dan menempatkan diri secara langsung di tengah masyarakat guna memerangi para rentenir atau bank berjalan yang semakin merajalela. Contohnya: Bapak Untung sebagai petugas lapangan di BMT AlKarim menyatakan bahwa memerangi para rentenir sangat sulit, tidak cukup hanya dengan ‘menceramahinya’ tetapi harus diperangi dengan ‘uang’ juga. Terbukti dengan adanya BMT Al-Karim di tengah masyarakat sangat membantu dalam hal pembiayaan modal usaha
80
sehingga masayarakat bisa terlepas dari jeratan rentenir.115 Disinilah terlihat begitu sangat besarnya peran BAZIS DKI Jakarta dalam
mengupayakan
pemberdayaan
ekonomi
umat
melalui
pendayagunaan dan dana zakat produktif, karena yang bisa merasakan keberhasilan dan dampak efektifnya bukan hanya pengurus BAZIS DKI Jakarta atau petugas BMT Al-Karim saja akan tetapi seluruh masyarakat DKI Jakarta juga dapat merasakannya termasuk para mustahik yang meminjam modal untuk usahanya. Dengan demikian bila penyaluran dan kontrol yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta baik, serta dengan memperhatikan skala prioritas penyaluran dana zakat, maka dana zakat benar-benar akan terasakan fungsi dan manfaatnya oleh para Musrahik. Dan tentunya yang diharapkan dari penyaluran dana zakat kepada para Mustahik bukan tidak mungkin adalah bagaimana nantinya para mustahik bukan lagi sebagai penerima dana zakat atau Mustahik, akan tetapi mereka nantinya dapat berada sebagai posisi yang akan memberikan zakat atau Muzakki.
115
Wawancara dengan Untung, Petugas Lapangan BMT Al-Karim , 09 Juni 2015 Pukul 15.00 – 16.30.
81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil dari hasil analisis Pemberdayaaan Ekonomi Umat Melalui Zakat Produktif pada BAZIS DKI Jakarta, sebagai berikut : 1.
Mekanisme penyaluran dana zakat produktif di BAZIS DKI Jakarta digolongkan menjadi empat bentuk; pertama konsumtif-tradisonal, kedua konsumtif-kreatif, ketiga produktif-tradisional, keempat produktifkreatif. Dalam bentuk ketiga dan keempat ini sering disebut zakat produktif. Penyaluran dalam bentuk pemberian berupa barang-barang produktif dan pemberian uang untuk modal usaha yang berasal dari pengumpulan dana infaq dan shadaqah diberikan BAZIS untuk masyarakat kurang mampu, hal ini dilakuakan agar yang bersangkutan bisa lebih mandiri dan mampu mengembangkan usahanya.
2.
Keberadaan Badan Amil Zakat di DKI Jakarta dalam mengelola ZIS cukup besar manfaatnya bagi masayarakat DKI Jakarta. Kehadiran BAZIS DKI Jakarta ini sedikit demi sedikit mampu mengurangi masalah sosial dan kemiskinan yang semakin rumit, terutama mereka yang berada di kelas bawah menengah, sehingga menumbuh kembangkan masyarakat dengan berjiwa usaha yang gigih dan professional. Adapun peran BAZIS DKI Jakarta dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat dapat terlihat 81
82
dari
beberapa
program
diantaranya:
menggunakan pola konvensional untuk
pengembangan
ekonomi
usaha kecil menengah,
pengembangan ekonomi umat melalui Program Pemberdayaan Modal Usaha bagi Pedagang Kecil (PPMUPK), melakukan mentoring kepada para Mustahik agar usahanya bisa berjalan dengan lancar serta mengupayakan kemajuan Mustahik selaku pengusaha kecil lokal agar lebih bisa mandiri, berkembang, dan tidak terbelit oleh hutang atau pinjaman dari bank keliling dan rentenir. Dengan ini, BAZIS Provinsi DKI Jakarta telah membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat semakin tumbuh dengan pengelolaan ZIS yang profesional. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan dan jumlah ZIS yang diperoleh setiap tahunnya meningkat.
B. Saran – saran 1.
Dalam penyaluran dana ZIS dibutuhkan kecermatan dalam memilih calon Mustahik dan perlu juga diberikan bimbingan, dengan harapan dana itu akan dimanfaatkan untuk kepentingan yang sebenarnya agar pengembalian modal usaha tidak macet, yang pada gilirannya bisa digulirkan kepada Mustahik yang lain.
2.
BAZIS DKI Jakarta secara konsisten harus terus menjadikan dirinya sebagai garda terdepan di dalam upaya pengelola ZIS secara professional dan amanah demi untuk meningkatkan hasil guna dan daya guna ZIS itu sendiri, sehingga problematika sosial dan kemiskinan dapat diatasi.
83
Selain itu pemberdayaan ekonomi umat hendaknya menjadi program prioritas dalam pendayagunaan dana ZIS, supaya lebih terasa lagi dampak positifnya bagi perekonomian dan kemaslahatan umat. Agar masyarakat terus percaya terhadap BAZIS DKI Jakarta harus terus meningkatkan kredibilitas, kapabilitas, sarana dan prasarana yang memadai sehingga masyarakat lebih mudah dalam berzakat, berinfaq, dan bershadaqah.
85
DAFTAR PUSTAKA
AL-Qur’an dan Terjemah. Adi, Isbandi Rukminto.2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi Komunitas: Pengantar pada Pemikiran Dan Pendekatan Praktisi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Ali,M Daud.1988. Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Waqaf. Jakarta: UI-Press. Anwar-Desi.2003. Kamus Lengkap I Milliard. Surabaya: Amelia. Arsip BAZIS DKI Jakarta.2009-2014. Asnaini.2008. Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008), h.42. Bariadi, Lili dan Muhammad Zen.2005. Zakat & Wirausaha. Jakarta: CV. Pustaka Amri. Bariyah, N.Oneng Nurul.2012. Total Quality Managemet Zakat. Ciputat : Wahana Kardofa FAI UMJ. BAZIS DKI Jakarta.2013. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: BAZIS DKI Jakarta. Brosur BAZIS DKI Jakarta.2014. Zakat Membawa Berkah. Jakarta: BAZIS DKI Jakarta. Budiman, Arief.1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia. Deliarnov.2003. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Effendi, Salehuddin.2002. Peran BAZIS DKI Dalam Meningkatkan Ksejahteraan Umat. Jakarta : Majalah BAZIS DKI. Hafidhuddin, Didin.2002. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani. Hafiduddin, Didin.2003. Problematika Zakat Kontemporer Artikulasi Proses Sosial Politik Bangsa . Jakarta: Forum Zakat. Hafidudin, Didin.2001. Islam Aplikatif. Jakarta : Gema Insani Press.
86
Harahap, Summuran.2012. Waqaf Uang Dan Prospek Ekonominya Di Indonesia. Jakarta: CV.Sari Marissa. Hasan, M.Ali.2003. Masail Fiqiyah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hasil Wawancara, Abdul Wahid salah seorang wirausaha kecil penerima Program Pemberdayaan Modal Usaha Bagi Pedagang Kecil (PPMUPK) BAZIS DKI Jakarta, 09 Juni 2015. Hasil Wawancara, Dedi Santosa Staf BAZIS DKI Jakarta, 04 May 2015. Hasil Wawancara, Mudjinah seorang wirausaha menengah penerima modal usaha atas usulan dari kelurahan daerah Jakarta Timur, 09 Juni 2015. IMZ. Indonesia Zakat & Devlopment Report.2011. Kajian Empiris Peran Zakat Dalam Penentasan Kemiskinan. Jakarta. Machendrawati, Nanih dan Agus Ahmad Syafe’I.2001. Pengembangan Masyarakat Islam Strategi Sampai Tradisi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Mahmud, Abdul Al-Hamid.2006. Ekonomi Zakat . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Majalah Peduli Umat.2014. Jakarta: Edisi 58 BAZIS DKI Jakarta. Masuko, Siti.2014. Strategi Penyaluran Dana LAZIS Yayasan Amaliah Astra Dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Mubyarto.1997.Ekonomi Rakyat Program IDT Dan Demokrasi Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: Adtya Media. Mubyarto.2000. Membangun Sistem Ekonomi. Yogyakarta: BPFE. Muhammad dan Alimin.2004.Etika Dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam.Yogyakarta: BPFE. Muhammad, Syafi’i Antonio.2003. Bank Syraiah Dan Teori Ke Prkatek. Jakarta: Gema Insani Press. Mustaq, Ahmad.1997. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-Hidayah. Partanto, Puis A dan M. Dahlan Al Barry.1994. Kamus Ilmiah Populer Artaloka. Surabaya: Pustaka Pelajar. Peduli Umat.2010. Zakat Is My Life Style. Jakarta: Majalah BAZIS DKI. Permono, Sjechul Hadi.1995. Pendayagunaan Zakat Pembangunan Nasional. Jakarta: Pustaka Firaus.
Dalam
Rangka
87
Prijono, Onny S. dan A.M.W Pranarka.1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan Dan Implementasi. Jakarta: CSIS. Qardawi, Yusuf.1991. Hukum Zakat. Jakarta: Lentera & Mizan. Rahardjo, M. Darmawan.1999. Islam Dan Transformasi Social-Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.. Republik Indonesia.1999. Sekretariat Negara.
Undang-Undang
Pengelolaan
Zakat.
Jakarta:
Rukminto, Adi Isbandi.2008. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, Dan Intervensi Komunitas, Jakarta. Saefudin, Ahmad Muflih.1986. Pengelolaan Zakat Ditinjau Dari Aspek Ekonomi. Bontang: Badan Dakwah Islamiyah. Sanjaya, Rian.2011. Model Pendayagunaan Zakat Produktif Di Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Sugiono.2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugono, Dendy.1994. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Kelompok 24 Pengajar Bahasa Indonesia. Suharto, Edi.2005. Membangun Masyarakat Memberdayaakan Rakyat. Bandung: Reflika Aditama. Tim Penyusun.2006. Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: BAZIS DKI Jakarta. Umar, Husein.2004. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Widodo, Hertanto dan Teten Kustiawan.2001. Akuntansi Dan Manajemen Keuangan Untuk Organisasi Pengelolaan Zakat. Bandung: Asyaamil dan IMZ. Yunus, Mahmud.1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjema Pentafsiran Al-Qur’an. Zain-Badadu.1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan. Zaky, Al-Kaaf Abdullah. 2002. Ekonomi Dalam Prespektif Islam. Bandung: Pustaka Setia.
88
Internet: http://bazisdki.go.id/post/index/jakarta-sadar-zakat diakses Tanggal 10 November 2014. http://repository.unib.ac.id/4389/Pendayagunaan Zakat Produktif Dalam Mensejahterakan Usaha Ekonomi Mikro. diakses Tanggal 15 November 2014. http://pelita.or.id/baca.php?id=64130/Pendayagunaan ZIS Didistribusikan Berdasarkan Keputusan Gubernur DKI. diakses Tanggal 16 November 2014. http://www.republik.co.id/berita/ramadhan/kabar-ramadhan/12/08/01/m81oogbazis-dki-jakarta-salurkan-santunan-rp-18-miliar diakses Tanggal 10 Januari 2015. http://bazisdki.go.id/post/detail/ramadhan diakses Tanggal 10 Januari 2015. http://www.zakatcenter.org. diakses Tanggal 26 Januari 2015. http://Bazisdki.go.id/page/index/profil-bazis diakses Tanggal 17 Februari 2015 http://www.republik.co.id/berita/ramadhan/kabar-ramadhan/12/08/01/m81oogbazis-dki-jakarta-salurkan-santunan-rp-18-miliar diakses Tanggal 17 Februari 2015. http://bazisdki.go.id/post/detail/ramadhan diakses 17 Februari 2015. http://www.pias-ktb.com/2012/02/263-zakat-produktif.html oleh Hakam Ahmed EJChudrie, diakses Tanggal 06 Maret 2015. http://www.Alarifs.Blogspot.Perkembangan BAZIS DKI Jakarta.com Tanggal 07 Maret 2015.
diakses