VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1.
Uji Kelayakan Persamaan Sebuah persamaan regresi logistik akan dinyatakan layak dan signifikan
apabila telah memenuhi persyaratan uji persamaan yang dapat dilakukan dengan menggunakan omnibus test dan hosmer-lemeshow test. Tabel 8 menunjukkan hasil uji kelayakan persamaan dengan omnibus test dan hosmer-lemeshow test. Tabel 8. Uji Kelayakan Persamaan dengan Omnibus Test dan Hosmer-Lemeshow Test Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1 Step Block Model
Chi-square 64,218 64,218 64,218
df 9 9 9
Sig. 0,000 0,000 0,000
Hosmer and Lemeshow Test Step 1 Step 1
Chi-square 13,052 -2 Log likelihood 63,990
df 8 Model Summary Cox & Snell R Square 0,474
Sig. 0,110 Nagelkerke R Square 0,656
Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 8, maka dapat terlihat bahwa nilai -2 Log likelihood sebesar 63,990 dan nilai signifikasinya 0,000. Nilai -2 Log likelihood tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai chi-square tabel dengan df N-1, (N adalah jumlah responden = 100). Persamaan dapat dinyatakan layak apabila nilai -2 Log likelihood lebih kecil dari nilai chi-square tabel. Nilai chi-square tabel dengan df sebesar 99 adalah 123,23. Perbandingan kedua nilai chi-square tersebut menunjukkan bahwa nilai -2 Log likelihood (63,990) lebih kecil dibandingkan dengan nilai chi-square tabel (123,23), hal ini menunjukkan bahwa persamaan dinyatakan layak dan dapat diinterpretasikan. Metode lain yang dapat digunakan untuk menguji kelayakan persamaan adalah dengan menggunakan hosmer-lemeshow test, tetapi terdapat perbedaan dengan omnibus test. Hosmer-lemeshow test digunakan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian antara data empiris dengan persamaan. Tujuannya adalah
untuk memastikan tidak adanya perbedaan antara data empiris dengan persamaan. Tahapan yang dilakukan adalah dengan membandingkan antara nilai chi-square dengan nilai chi-square tabel atau membandingkan nilai signifikasinya dengan taraf alpha 5 persen (0,05). Persamaan dapat dinyatakan layak apabila nilai chisquare hosmer-lemeshow test lebih kecil dari nilai chi-square tabel df 8 atau nilai signifikasinya lebih besar dari taraf alpha 5 persen (0,05). Berdasarkan Tabel 8, nilai chi-square hosmer-lemsehow (13,052) ternyata lebih kecil dari nilai chisquare tabel dengan df 8 (15,51) dan nilai signifikasinya 0,110 lebih besar dari taraf alpha 5 persen (0,05), artinya terdapat perbedaan jika memasukkan semua variabel. Oleh karena itu, persamaan yang dibangun sudah layak dan dapat diinterpretasikan. 6.2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Pembiayaan PSMA pada BAS Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian pembiayaan
PSMA pada BAS terdiri dari usia, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, pemahaman akad, omzet, lama usaha, jenis usaha, margin dan fasilitas pembiayaan. Faktor-faktor tersebut digolongkan kedalam tiga golongan, yaitu karaktersitik individu, karakteristik usaha dan karakteristik pembiayaan. Hasil pengolahan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan PSMA pada BAS dengan regresi logistik dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Pembiayaan PSMA pada BAS
Step 1a
B
Sig.
0,017
0,720
1,018
Pendidikan Terakhir (X2) Jumlah Tanggungan (X3) Pemahaman Akad (X4)
-0,883 -0,734 0,256
0,060 0,073 0,768
0,413 0,480 1,292
Omset (X5) Lama Usaha (X6) Jenis Usaha (X7)
0,000 0,734 -0,456
0,007 0,002 0,162
1,120 2,083 0,634
Margin (X8) Frekuensi Pembiayaan (X9) Constant (B0)
-0,234 -0,713 3,963
0,002 0,080 0,367
0,792 0,490 52,607
Usia (X1)
44
Exp (B)
Berdasarkan hasil pengolahan dengan regresi logistik, maka dapat diketahui pengaruh variabel-variabel penjelas terhadap pengembalian pembiayaan agribisnis. Tabel 9 menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayan dapat berpengaruh positif dan negatif. Secara matematis, hubungan antara variabel penjelas dengan variabel respon dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = 0,017X1 – 0,883X2 – 0,734X3 + 0,256X4 + 0,000X5 + 0,734X6 – 0,456X7 – 0,234X8 – 0,713X9 + B0 Persamaan matematis tersebut menunjukkan bahwa variabel usia, pemahaman akad, omset dan lama usaha berpengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan agribisnis, hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi usia, semakin memahami akad pembiayaan, semakin tinggi omset dan semakin lama usaha akan menyebabkan pengembalian pembiayaan yang semakin lancar. Sedangkan variabel-variabel yang berpengaruh negatif terhadap pengembalian pembiayaan terdiri dari pendidikan terakhir, jumlah tanggungan, jenis usaha, margin dan frekuensi pembiayaan. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin banyak jumlah tanggungan, semakin tinggi jenis usaha, semakin tinggi margin dan semakin banyak fasilitas pembiayaan yang diterima akan mengakibatkan nasabah macet dalam mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. Hasil pengolahan pada Tabel 9 dapat juga digunakan untuk menganalisis dampak dari masing-masing variabel penjelas yang diduga mempengaruhi pengembalian pembiayaan, hal tersebut dapat dilihat dari nilai Exp (B) atau sering juga disebut dengan odds ratio. Berdasarkan Tabel 9, usia mempunyai pengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya, semakin tinggi usia, maka pengembalian pembiayaannya akan semakin lancar. Nasabah dengan usia yang semakin tinggi memiliki peluang dapat mengembalikan pembiayaannya 1,018 kali lipat dibandingkan dengan nasabah yang berusia satu tingkat lebih muda. Pendidikan terakhir mempunyai dampak negatif terhadap pengembalian pembiayaan, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan terakhir dari nasabah, maka pengembalian pembiayaannya akan semakin tidak lancar. Nasabah yang tingkat pendidikan terakhirnya tinggi mempunyai peluang tidak dapat
45
mengembalikan pembiayaan 0,413 kali lipat jika dibandingkan dengan nasabah yang mempunyai tingkat pendidikan satu tingkat lebih rendah. Nasabah yang telah mendapatkan fasilitas pembiayaan agribisnis dari BAS mempunyai jumlah tanggungan yang beragam. Jumlah tanggungan mempunyai dampak negatif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya semakin banyak jumlah tanggungan nasabah, maka nasabah tersebut akan semakin tidak lancar dalam mengembalikan pembiayaanya. Nasabah yang mempunyai jumlah tanggungan yang semakin banyak memiliki peluang untuk tidak dapat mengangsur pembiayaannya secara lancar 0,480 kali lipat jika dibandingkan dengan nasabah yang mempunyai jumlah tanggungan satu tingkat lebih sedikit. Akad pembiayaan merupakan salah satu tahapan penting dalam proses penyaluran pembiayaan. Namun tidak semua nasabah mampu memahami akad pembiayaan tersebut dengan baik. Pemahaman akad pembiayaan mempunyai pengaruh positif terhadap
pengembalian pembiayaan.
Artinya,
semakin memahami akad
pembiayaan, maka pengembalian pembiayanya akan semakin lancar. Nasabah yang dapat memahami akad pembiayaan memiliki peluang dapat mengangsur pembiayaan denga lancar sebesar 1,292 kali lipat dibandingkan dengan nasabah yang tidak memahami akad pembiayaan. Omset
dan
lama
usaha
mempunyai
pengaruh
positif
terhadap
pengembalian pembiayaan, artinya semakin tinggi omset dan semakin lama usaha dijalankan, maka pengembalian pembiayaan akan semakin lancar. Berdasarkan nilai Exp (B) omset dan lama usaha, maka dapat dijelaskan bahwa nasabah yang mempunyai omset tinggi memiliki peluang dapat mengangsur pembiayaannya 1,120 kali lipat dibandingkan dengan nasabah yang mempunyai omset satu tingkat lebih rendah. Sedangkan nasabah yang sudah lama menjalankan usahanya mempunyai peluang dapat mengangsur secara lancar 2,083 kali lipat dibandingkan dengan nasabah yang menjalankan satu tingkat lebih singkat. Jenis usaha mempunyai pengaruh negatif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya semakin hilir usaha yang dijalankan, maka pengembalian pembiayaanya akan semakin tidak lancar. Nasabah yang menjalankan usahanya semakin ke hilir, memiliki peluang tidak lancar 0,634 kali lipat dibanding nasabah yang menjalankan jenis usaha satu tingkat ke hulu.
46
Karakteristik pembiayaan yang terdiri dari margin dan frekuensi pembiayaan, keduanya memiliki pengaruh negatif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya, semakin tinggi margin dan semakin banyak frekuensi pembiayaan, maka pengembalianannya akan semakin tidak lancar. Nasabah yang mendapatkan margin lebih tinggi memiliki peluang tidak dapat mengangsur dengan lancar 0,792 kali lipat dibandingkan nasabah yang mendapat margin satu tingkat lebih rendah. Sedangkan nasabah yang telah memiliki frekuensi pembiayaan lebih banyak memiliki peluang tidak dapat mengangsur dengan lancar pwembiayaannya 0,490 kali lipat dibandingkan dengan nasabah yang memiliki frekuensi pembiayaan satu kali lebih sedikit. Berdasarkan Tabel 9, maka dapat dilihat bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan yang berpengaruh nyata dan juga terdapat faktor-faktor yang tidak berpengaruh nyata. Pengaruh nyata ataupun tidak nyata tersebut dapat dilihat dari nilai signifikasinya (Sig.). Faktor yang menjadi variabel penjelas dapat dinyatakan berpengaruh nyata jika variabel penjelas tersebut mempunyai nilai signifikasi kurang dari taraf alpha 5 persen (0,05), jika nilai signifikasi variabel penjelas lebih tinggi dari taraf alpha maka variabel tersebut dinyatakan tidak berpengaruh nyata. Hasil pengolahan pada Tabel 10 menunjukkan bahwa dari sembilan faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian pembiayaan agribisnis BAS, yaitu usia, pendidikan, jumlah tanggungan, pemahaman akad, omset, lama usaha, jenis usaha, margin dan fasilitas pembiayaan, ternyata hanya terdapat tiga faktor yang berpengaruh nyata karena mempunyai nilai signifikasi kurang dari 5 persen (Sig < 0,05), yaitu omset (Sig = 0,007), lama usaha (Sig = 0,002) dan margin (Sig = 0,002). Hasil olahan regresi logistik secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan Tabel 9, terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan agribisnis yang tidak sesuai dengan hipotesis penelitian. Variabel-variabel tersebut adalah pendidikan terakhir, jenis usaha dan frekuensi pembiayaan. Hipotesis awal variabel pengaruh pendidikan terakhir terhadap pengembalian pembiayaan adalah positif, artinya semakin tinggi pendidikan maka nasabah tersebut akan semakinlancar dalam mengembalikan pembiayaan. Tetapi pada kenyataanya pendidikan terakhir berpengaruh negatif
47
terhadap pengembalian pembiayaan, artinya semakin tinggi pendidikan nasabah, justru pengembalian pembiayaannya semakin tidak lancar. Berdasarkan hasil pengamatan, ternyata nasabah yang mempunyai pendidikan terakhir tinggi menjalankan usahanya hanya berdasarkan pada teori tanpa mempertimbangkan kondisi nyata di lapangan. Selain itu, usaha yang dijalankan juga relatif baru dimulai. Pada hipotesis penelitian disebutkan bahwa nasabah yang menjalankan usaha di bidang usahatani mempunyai peluang macet lebih tinggi, namun pada kenyataanya bidang usaha yang paling banyak ditemukan ketidaklancaran dalam membayar pembiayaan adalah usaha bidang pemasaran. Berdasarkan hasil pengamatan, penyebabnya adalah semakin hilir bidang usaha, usaha yang dikelola masih memiliki omset yang kecil. Variabel terakhir yang mempunyai perbedaan antara hipotesis dan hasil pengolahan adalah frekuensi pembiayaan. Berdasarkan hasil pengamatan, nasabah yang mempunyai pengalaman yang banyak dalam menerima pembiayaan dari BAS merasa lebih mempunyai posisi tawar yang tinggi, karena mempunyai relasi dengan pengambil keputusan, sehingga sering mendapat kemudahan untuk menunda pembayaran pembiayaan. 6.4.
Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan regresi logistik, maka dari
sembilan variabel yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian pembiayaan agribisnis BAS ternyata hanya ada tiga variabel yang signifikan, yaitu variabel omset, lama usaha dan margin. Dengan demikian, untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kemacetan pengembalian pembiayaan agribisnis di BAS, maka pihak manajerial BAS perlu untuk mempertimbangkan ketiga faktor tersebut sebelum memberikan fasilitas pembiayaan kepada calon nasabah pembiayaan agribisnis BAS. Selain itu, dalam pengambilan keputusan pemberian pembiayaan juga harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan lain, karena berdasarkan nilai Nigelkerke R Square pada Tabel 8 menunjukkan nilai 0,656 yang berarti bahwa kesembilan variabel yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan agribisnis hanya mampu menjelaskan ketepatan pengembalian pembiayaan sebesar 65,6 persen, sisanya yaitu sebesar 34,4 persen dijelaskan oleh faktor lain.
48