TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI BPS GRIYA HUSADA KARANGMALANG SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh
Tania Yasmin NIM. B12 104
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI BPS GRIYA HUSADA KARANGMALANG SRAGEN Diajukan Oleh : Tania Yasmin NIM. B12 104
Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal
Juni 2015
Pembimbing
Arista Apriani, SST., M. Kes NIK. 201188069
HALAMAN PENGESAHAN
ii
Karya Tulis Ilmiah TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI BPS GRIYA HUSADA KARANGMALANG SRAGEN Diajukan Oleh : Tania Yasmin NIM. B12 104
Telah dipertahankan di depan dewan penguji Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta Pada tanggal
Juli 2015
Penguji I
Penguji II
Rahajeng Putriningrum, SST., M.Kes NIK. 201083059
Arista Apriani, SST., M. Kes NIK. 201188069
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Ka.Prodi D III Kebidanan
Retno Wulandari, SST NIK. 200985034
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ” Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Retno Wulandari, SST, selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Arista Apriani, SST., M.Kes
selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis. 4. Wiwik Suhartiwi, Amd.Keb yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. 5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. 6. Seluruh responden penelitian ini yang telah berpartisipasi untuk pengisian kuesioner dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Semua teman-teman angkatan 2011 yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. iv
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta,
Juni 2014
Penulis
v
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015 Tania Yasmin B12104 TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI BPS GRIYA HUSADA KARANGMALANG SRAGEN xiii + 51 halaman + 16 lampiran + 7 tabel + 2 gambar ABSTRAK Latar Belakang : Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program penanggulangan kekurangan vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan (Dinkes Jateng, 2012) . Akibat Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A yaitu kelainan kulit pada umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian belakang, kuli tampak kering dan bersisik seperti ikan (Marmi, 2013). Setelah dilakukan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner didapatkan 1 ibu nifas (10%) tingkat pengethauan baik, 5 ibu nifas (50%) tingkat pengetahuan cukup, dan 4 ibu nifas (40%) dengan tingkat pengetahuan kurang. Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada tingkat baik, cukup dan kurang serta faktor pendorong dan penghambat. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada bulan September 2014 – Juli 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada saat dilakukan penelitian yaitu sebanyak 30 responden menggunakan accidental sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Variabel dalam penelitian ini variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen. Teknik pengumpulan data dari primer dan data sekunder. Analisis data menggunakan analisis univariat yaitu mendeskirpsikan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A Hasil Penelitian : tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pengetahuan baik sebanyak 5 responden (16,7%), pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (60,0%) dan pengetahuan kurang sebanyak 8 responden (23,3%) Kesimpulan : tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen tingkat pengetahuan cukup. Faktor pendorong dan penghambat adalah pendidikan, umur dan informasi. Kata Kunci : Pengetahuan, nifas, vitamin A Kepustakaan : 26 literatur (tahun 2007 – 2012)
vi
CURICULUM VITAE
BIODATA Nama
: Tania Yasmin
Tempat / Tanggal Lahir
: Masbagik, 31 Januari 1995
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Lombok Nusa Tenggara Barat
RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SD Negeri 2 Masbagik Lombok NTB
Lulus tahun 2006
2. SMP Negeri 1 Masbagik Lombok NTB
Lulus tahun 2009
3. SMA Negeri 1 Masbagik Lombok NTB
Lulus tahun 2012
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2012
vii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv ABSTRAK ..................................................................................................... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii CURICULUM VITAE .................................................................................. viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4 E. Keaslian Penelitian ...................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ............................................................................. 6 1. Pengetahuan ........................................................................... 6 2. Konsep Dasar Nifas ............................................................... 17 3. Vitamin A ............................................................................... 25 B. Kerangka Teori............................................................................. 30 viii
C. Kerangka Konsep ........................................................................ 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 32 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 32 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 33 D. Variabel Penelitian ...................................................................... 34 E. Definisi Operasional .................................................................... 34 F. Instrumen Penelitian .................................................................... 35 G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 37 H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 38 I. Etika Penelitian ............................................................................ 41 J. Jadwal Penelitian ......................................................................... 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 43 B. Hasil Penelitian ............................................................................ 43 C. Pembahasan .................................................................................. 45 D. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 48 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 49 B. Saran ............................................................................................ 50 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 30 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 31
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Definisi Operasional .................................................................... 28
Tabel 3.2
Kisi-kisi Kuesioner ..................................................................... 29
Tabel 4.1
Karakteristik Responden berdasarkan Umur ............................... 43
Tabel 4.2
Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan ....................... 44
Tabel 4.3
Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan ......................... 44
Tabel 4.4
Mean dan Standar Deviasi ........................................................... 45
Tabel 4.5
Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen ............................... 45
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal Penelitian
Lampiran 2.
Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3.
Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4.
Surat Permohonan Uji Validitas
Lampiran 5.
Surat Balasan Uji Validitas
Lampiran 6.
Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 7.
Surat Balasan Penelitian
Lampiran 8.
Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 9.
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 10. Kuesioner Penelitian Lampiran 11. Kunci Jawaban Kuesioner Lampiran 12. Data Tabulasi Hasil Validitas dan Reliabilitas Lampiran 13. Hasil Uji Validitas Lampiran 14. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 15. Hasil Penelitian Lampiran 16. Dokumentasin Penelitian Lampiran 17 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan suatu negara ditentukan oleh beberapa indikator, salah satu indikator tersebut adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian Ibu menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target Millenium Devolopment Goals (MDGs) pada tahun 2015, AKI dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012). Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu yaitu pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%), tertinggi kedua adalah eklamsia (24%), tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11%). Alasan diberikan vitamin A pada ibu nifas yaitu dikarenakan Vitamin A merupakan “Nutrition Related Diseases” yang dapat memperbaiki berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem kekebalan
tubuh
dan
menurunkan
epitelisme
sel-sel
kulit
(Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2012). Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayi baik di rumah dan atau rumah bersalin dengan pertolongan dukun bayi dan atau tenaga kesehatan. Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program penanggulangan kekurangan vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis 1
2
tinggi (200.000 SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A tahun 2012 sebesar 95,90%, menurun dibandingkan tahun 2011 (96.43%) (Dinkes Jateng, 2012). Kekurangan vitamin A kerap berlangsung di daerah yang serba berkekurangan baik bersifat sosial, ekonomi, maupun ekologi. Kasus defisiensi ini cenderung terjadi secara berkelompok, bersifat musiman mencapai puncaknya pada masa kesulitan pangan. Banyak sekali keadaan yang mempengaruhi status vitamin A seseorang. Salah satu faktor yang penting adalah kecukupan vitamin A dan pro vitamin A asupan yang dianjurkan minimal sebesar 180 – 450 μg retinol (Arisman, 2010). Akibat Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A yaitu kelainan kulit pada umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian belakang, kuli tampak kering dan bersisik seperti ikan. Kelainan ini selain disebabkan karena Kekurangan Vitamin A (KVA) dapat juga disebabkan karena kekurangan asam lemak essensial, kurang vitamin A golongan B atau Kurang Energi Protein (KEP) tingkat berat. Tanda khas pada mata karena KVA dimulai dari rabun senja (XN) dimana penglihatan penderita akan menurun pada senja hari bahkan tidak dapat melihat di lingkungan yang kurang cahaya (Marmi, 2013). Salah satu program penanggulangan KVA yang telah dijalankan adalah dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun pada Balita dan ibu nifas untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan mencegah berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala manifestasinya (gangguan penglihatan, buta senja dan bahkan kebutaan sampai kematian) (Dinkes Jateng, 2012).
3
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 21 Oktober 2014 di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen didapatkan ratarata selama 1 tahun terakhir angka ibu nifas per bulan sebanyak 30 kunjungan dan didapatkan data sebanyak 4 ibu nifas mengalami gangguan penglihatan dan 1 ibu nifas dengan kekurangan energi kronis. Setelah dilakukan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner terhadap ibu nifas dengan melakukan tanya jawab terhadap 10 ibu nifas didapatkan 1 ibu nifas (10%) tingkat pengethauan baik, 5 ibu nifas (50%) tingkat pengetahuan cukup, dan 4 ibu nifas (40%) dengan tingkat pengetahuan kurang. Berdasarkan uraian data tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen”.
B. Perumusan Masalah “Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada kategori pengetahuan baik.
4
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada kategori pengetahuan cukup. c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada kategori pengetahuan kurang. d. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Memberikan
sumbangan
pemikiran
bagi
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai dasar penelitian selanjutnya dikemudian hari khsususnya tentang vitamin A. 2. Bagi Penulis Menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan, terutama tentang tentang vitamin A. 3. Bagi Institusi a. Bagi BPS Hasil penelitian dapat meningkatkan mutu pelayanan dan sebagai sarana penyuluhan bagi ibu nifas khususnya tentang vitamin A. b. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai referensi bahan bacaan untuk menambah wawasan, khususnya yang berkaitan dengan masa nifas dan vitamin A.
5
E. Keaslian Penelitian Penelitian tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bounding attachment pernah dilakukan, yaitu: 1. Diah Ayu Wulandari (2013), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Vitamin A di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen” Penelitian ini merupakan jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dengan total sampling. Hasil Penelitian: Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen dapat dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 7 responden (20,6%), pengetahuan
cukup
21
responden (61,8%), pengetahuan kurang
sebannyak 6 responden (17,6%). 2. Naibaho (2011), dengan judul “Gambaran Pemberian Kapsul Vitamin A Untuk Ibu Nifas Oleh Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Poriaha Kecamatan Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah” Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif serta dengan desain cross sectional, pengambilan subjek
dilakukan
dengan
metode
Purposive sampling. Penelitian
menunjukkan, di antara ke-9 penolong persalinan ada 4 penolong persalinan (44,4 %) yang mengetahui pemberian dan manfaat kapsul vitamin A untuk ibu nifas yang diberikan dua kali. Hanya 1 dari 9 ibu nifas (11,1 %) yang
mengetahui tentang pemberian dan manfaat
pemberian kapsul vitamin A untuk vitamin A
pada
penolong
ibu
persalinan
nifas, 987
ketersedian kapsul
kapsul
200.000
UI.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi pengetahuan Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk tahu (Nashrulloh, 2009). Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan (Notoatmodjo, 2010). b.
Jenis Pengetahuan Menurut Nasir (2011), jenis pengetahuan meliputi: 1) Pengetahuan biasa Pengetahuan biasa disebut juga knewledge of the man in the street atau
ordinary
knowledge
atau
common
sense
knowledge.
Pengetahuan seperti ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya subyektif artinya sangat terikat pada subjek yang mengenal dengan demikian pengetahuan tahap pertama ini memiliki sifat selalu benar 6
7
sejauh mana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal atau tidak ada penyimpangan 2) Pengetahuan ilmiah Pengetahuan yang telah menetapkan objek khas dengan menerapkan metodologis yang khas pula. 3) Pengetahuan filsafat Pengetahuan filsafat adalah sejenis pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi pemikiran filsafat yang bersifat mendasar dan menyeluruh dengan model pemikiran yang analitis, kritis dan spekulatif. 4) Pengetahuan agama Pengetahuan agama adalah jenis pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama memiliki sifat dogmatis, artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri oleh keyakinan yang telah ditentukan sehingga pernyataanpernyataan dalam ayat-ayat kitab suci pada agam memiliki nilain kebenaran sesuai dengan keyakinan. c.
Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), ada 6 tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu : 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
8
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2) Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,
9
mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya. 5) Sintesa (Syntesis) Sintesa adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya
dapat
menyusun,
dapat
menggunakan,
dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. d. Cara memperoleh pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional atau non ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah yakni melalui proses penelitian. Lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari: a) Cara coba – salah (Trial and Error)
10
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang menghadapi persoalan atau masalah upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan dengan
menggunakan
beberapa
kemungkinan
dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. b) Secara kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. c) Cara kekuasaan atau otoritas Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini seolah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka agama, pemegang pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik
11
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan. d) Berdasarkan pengalaman sendiri Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali
pengalaman
yang
diperoleh
dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. e) Cara akal sehat (common sense) Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan. f) Kebenaran melalui wahyu Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu
dan
bukan
penyelidikan manusia.
karena
hasil
usaha
penalaran
atau
12
g) Kebenaran secara intuitif Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara yang rasional dan yang sistematis. h) Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan perkembangan kebudayaan umat manusia cara manusia berfikir ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan
yang
dikemukan.
Apabila
proses
pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan deduksi
adalah pembuatan kesimpulan dari
pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. i) Induksi Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan
tersebut
berdasarkan
pengalaman-pengalaman
empiris yang ditangkap oleh indra kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala.
13
j) Deduksi Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataanpernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua persitiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu. 2) Cara ilmiah atau modern Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research metodology). Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang mengembangkan metode berpikir induktif kemudian dikembangkan oleh Deobold van Dallen yang menyatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok : a) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan. b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan. c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
14
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang Menurut Mubarak (2012), terdapat 7 faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu: 1) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. 2) Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
15
langsung. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya 3) Umur Bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas empat (4) kategori pertumbuhan yaitu pertumuhan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan
pola
pikirnya,
sehingga
pengetahuan
yang
diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini
16
4) Minat Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. 5) Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiawaan seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya. 6) Kebudayaan lingkungan sekitar Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan
lingkungan
maka
sangat
mungkin
masyarakat
sekitarnya
mempunyai
sikap
selalu
menjaga
kebersihan
lingkungan. Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan
17
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. 7) Informasi Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media masa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. 2. Konsep dasar Nifas a. Pengertian Nifas Masa nifas (puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk kembalinya organ genetalia internal menjadi normal secara anatomi dan fungsional yaitu sekitar 6 minggu (Manuaba, 2009). Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).
18
b. Periode Nifas Menurut Suherni (2009), masa nifas dibagi menjadi 3 periode : 1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. 2) Puerperium intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genetalia kira-kira antara 6 – 8 minggu. 3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. c. Kunjungan masa nifas Menurut Saleha (2009), kunjungan masa nifas dibagi menjadi : 1) Kunjungan 6 – 8 jam setelah persalinan. a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. b) Mendeteksi penyebab lain perdarahan, merujuk jika perdarahan berlanjut. c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. d) Pemberian ASI awal . e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi, jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal dengan ibu. 2) Kunjungan 6 hari setelah persalinan
19
a) Memastikan
involusi
uterus
berjalan
normal,
uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat. d) Memastikan
ibu
menyusui
dengan
baik
dan
tidak
memperhatikan tanda-tanda penyakit. e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari. 3) Kunjungan 2 minggu setelah persalinan sama seperti 6 hari setelah persalinan. 4) Kunjungan 4 minggu setelah persalinan. a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami. b) Memberikan konseling untuk KB secara dini. d. Perubahan Fisiologis Masa Nifas 1) Uterus Segera
setelah
lahirnya
plasenta
pada
uterus
yang
berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian kurang lebih sama dan kemudian mengerut sehingga
20
dalam dua minggu telah turun masuk ke dalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar (Saleha, 2009). 2) Bekas Implantasi Uri Bagian implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut, dengan diameter + 7,5 cm, sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 mm (Wiknjosastro, 2007). 3) Luka-luka pada jalan lahir Seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan servik, umumnya bila tidak seberapa luas akan sembuh kecuali bila terdapat infeksi (Wiknjosastro, 2007). 4) Lochea Menurut Suherni (2009), lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Macam-macam
lochea antara lain: a) Lochea rubra Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban. Sel-sel desidua, vernix caseosa atau semacam noda dan sel epitel yang menyelimuti, lanugo dan meconium atas getah kelenjar usus dan air ketuban, berwarna hijau kehitaman, selama 2 hari pasca persalinan.
21
b) Lochea Sanguinolenta Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3 – 7 pasca persalinan. c) Lochea Serosa Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan. d) Lochea Alba Lochea Alba adalah cairan putih yang keluar setelah 2 minggu pasca persalinan. Macam-macam lochea patologi, yaitu: a) Lochea purulenta Lochea purulenta adalah cairan yang keluar seperti nanah berbau busuk, ini terjadi karena infeksi. b) Lochiotosis Lochiotosis adalah lochea yang keluarnya tidak lancar atau tidak normal. 5) Servik Servik menjadi sangat lembek, kendur. Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama di bagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan dari retak karena robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum (Saleha, 2009).
22
6) Ligamen-ligamen Ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsurangsur
mengecil
kembali
seperti
sebelum
melahirkan
(Winkjosastro, 2007). e. Perubahan psikologis masa nifas Menurut Marmi (2012), perubahan psikologis ibu pada masa nifas meliputi: 1) Fase Taking in Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. 2) Fase taking hold Fase ini berlangsung 3 – 10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika komunikannya kurang hati-hati. 3) Fase letting go Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawabakan peran barunya yang berlangsung10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan
diri
dengan
ketergantungan
bayinya.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
23
f. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas Kebutuhan dasar ibu nifas meliputi: 1) Pola Nutrisi dan cairan Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susuna air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan (Saleha, 2009). 2) Eliminasi a) Buang air kecil Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi (Saleha, 2009). b) Buang air besar Ibu postpartum diharapkan buang air besar (defekasi) setelah hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB maka perlu diberi
obat
pencahar per oral
atau
per rektal
(Saleha, 2009). 3) Personal Hygiene Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009).
24
4) Ambulasi Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidur dan membimbing ibu secepatnya untuk berjalan (Saleha, 2009). 5) Keluarga Berencana Idealnya pasangan harus menunggu 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana merekan ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun
petugas
kesehatan
dapat
membantu
merenacakan
keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah
kehamilan
yang
tidak
diinginkan
(Ambarwati dan Wulandari, 2009). 6) Seksual Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomy sudah sembuh, maka coitus bisa dilakukan pada 3- 4 minggu post partum (Ambarwati dan Wulandari, 2009). 7) Istirahat dan tidur Hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi istirahat dan tidur adalah anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur (Suherni, 2009).
25
8) Laktasi Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar air susu berkontraksi sehingga pengeluaran air susu dilakukan. Umumnya produksi air susu baru berlangsung betul pada hari ke 2 – 3 postpartum. Keuntungan lain menyusui bayinya sendiri ialah akan terjalinnya rasa kasih sayang sehingga tumbuh suatu pertalian yang intim antara ibu dan anak (Wiknjosastro, 2007). 9) Rawat Gabung Rawat gabung
atau
rooming-in
adalah
suatu
sistem
perawatan dimana bayi serta ibu dirawat dalam satu unit (Wiknjosastro, 2007). 10) Latihan/senam nifas Latihan atau senam nifas untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya latihan masa nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatan ibu menjalani persalinan normal dan tidak ada penyakit post partum (Saleha, 2009). 3. Vitamin A a. Pengertian Vitamin A adalah kristal alkohol yang dalam bentuk aslinya berwarna putih dan larut dalam lemak atau pelarut lemak. Dalam makanan vitamin A biasanya terdapat dalam bentuk ester retenil yaitu terikat pada asam lemak rantai panjang (Marmi, 2013). Vitamin A merupakan suatu melokul organik yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang sangat cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi (Proverawati dan Asfuah, 2009)
26
b. Sifat Vitamin A Menurut Marmi (2013), vitamin A umumnya bersifat stabil terhadap panas, asam dan alkali. Namun vitamin juga mempunyai sifat yang sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak bila dipanaskan pada suhu tinggi bersama udara, sinar dan lemak yang sudah tengik. c. Fungsi Vitamin A Menurut Marmi (2013), vitamin A berfungsi sebagai berikut: 1) Berhubungan dengan proses melihat yaitu sebagai retine atau retinal yang merupakan bagian dari pigmen penglihatan yang peka terhadap cahaya. 2) Menjaga kesehatan jaringan epitel agar dapat berfungi dengan baik, seperti mata, alat pernafasan, alat pencernaan, alat reproduksi, syaraf dan sistem pemubuangan kandung kemih, termasuk kulit dan selaput-selaput yang melapisi semua saluran yang terbuka keluar badan dan kelenjar-kelenjar serta saluran-salurannya. Jaringan-jaringan epitel tersebut dapat mengalami keratinisasi (timbul lapisan tanduk) bila terjadi kekurangan vitamin A. 3) Berperan dalam proses penyempurnaan gigi, khususnya dalam pembentukan sel-sel epitel email. 4) Meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh 5) Menangkal radikal bebas. Vitamin A merupakan antioksidan dapat melindungi sel dari radikal bebas, sehingga dapat mencegah dari berbagai macam penyakit kronis dapat dikonsumsi secara harian.
27
6) Ikut berperan dalam proses reproduksi d. Sumber Vitamin A Menurut Marmi (2013), bentuk aktif vitamin A hanya terdapat dalam pangan hewani, pangan nabati mengandung karotenoid
yang
merupakan prekursor (provitamin) vitamin A. Sumber karotin: sayursayuran berwarna merah, kuning dan hijau seperti wortel, tomat, jangu, bayam. Buah pepaya, mangga dan jeruk. Bahan makanan yang mengandung vitamin A yaitu hati, lemak hewani, telur, susu, mentega dan keju. e. Akibat Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A 1) Kekurangan Vitamin A Kelainan kulit pada umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian belakang, kuli tampak kering dan bersisik seperti ikan. Kelainan ini selain disebabkan karena KVA dapat juga disebabkan karena kekurangan asam lemak essensial, kurang vitamin A golongan B atau Kurang Energi Protein (KEP) tingkat berat. Tanda khas pada mata karena KVA dimulai dari rabun senja (XN) dimana penglihatan penderita akan menurun pada senja hari bahkan tidak dapat melihat di lingkungan yang kurang cahaya (Marmi, 2013). Kekurangan vitamin A kerap berlangsung di daerah yang serba kekurangan yang parah menyebabkan rabun senja, serosis dan keratinisasi
konjungtiva
dan
kornea
yang
pada
akhirnya
menimbulkan ulkus srta nekrosis kornea Kasus defisiensi vitamin A cenderung terjadi secara berkelompok, bersifat musiman, mencapai
28
puncaknya. Penelitian epidemiologis memperlihatkan faktor-faktor risiko KVA yang meliputi campak, infeksi saluran pernafasn dan diare. Diare infestasi cacing dan gangguan lain pada saluran pencernaan mengganggu penyerapan vitamin A (Arisman, 2010). 2) Kelebihan Vitamin A Pemberian
dosis
tinggi
secara
terus
menerus
untuk
pencegahan, bisa menyebabkan keracunan dengan gejala-gejala: sakit pada sendi, sakit kepala dan muntah-muntah. Gejala kelebihan ini terjadi bila dimakan dalam bentuk vitamin A sebagai suplemen dalam takaran tinggi yang berlebihan, f. Cara mencegah Menurut Marmi (2013), cara pencegahan dan penanggulangan KVA dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu 1) Pertama pendekatan melalui makanan (food based intervention) Penanggulanan vitamin A berbasis makanan adalah upaya peningkatan konsumsi vitamin A dari makanan yang kaya akan vitamin A. 2) Tidak melalui makanan (non food based intervention) Sebaliknya bila makanan yang aslinya tidak mengandung vitamin A bisa diperkaya degnan vitamin A melalui teknologi fortifikasi. g. Kebutuhan Vitamin A Angka kecukupan gizi vitamin A yang di anjurkan untuk berbagai golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
29
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Vitamin A Golongan AKG Umur (RE) 0 – 6 bulan 350 7 – 12 bulan 350 1 – 3 tahun 350 4 – 6 tahun 360 7 – 9 tahun 400 13 – 15 tahun 500 Pria 10 – 12 tahun 600 13 – 15 tahun 700 16 – 19 tahun 700 20 – 45 tahun 700 46 – 59 tahun 600 ≥ 60 tahun 600 Sumber: Marmi (2013)
Golongan Umur Wanita 10 – 12 tahun 13 – 15 tahun 16 – 19 tahun 20 – 45 tahun 46 – 59 tahun ≥ 60 tahun Hamil Menyusui 0 – 6 bulan 7 – 12 bulan
AKG (RE) 500 500 500 500 500 + 200 + 350 + 300
Selama menyusui ibu sebaiknya tidak minum kopi karena kopi akan meningkatkan kerja ginjal sehingga ibu akan buang air kecil lebih sering. Kebutuhan vitamin A selama nifas yaitu 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI (Sulistyawati, 2009).
30
B. Kerangka Teori
Pengetahuan
1. Definisi 2. Jenis 3. Tingkat pengetahuan 4. Cara memperoleh pengetahuan 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1.
Vitamin A
Nifas
1. 2. 3. 4.
Pengertian Periode nifas Kunjungan nifas Perubahan fisiologis masa nifas 5. Perubahan psikologis masa nifas 6. Kebutuhan dasar ibu nifas
1. 2. 3. 4. 5.
Pengertian Sifat Vitamin A Fungsi Vitamin A Sumber Vitamin A Akibat Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A 6. Cara mencegah kekurangan Vitamin A 7. Kebutuhan Vitamin A
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Notoatmodjo (2010), Marmi (2013)
31
C. Kerangka Konsep Penelitian
Baik
Pengetahuan ibu Nifas tentang Vitamin A
Cukup
Kurang
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Umur 4. Minat 5. Pengalaman 6. Kebudayaan lingkungan sekitar 7. Informasi 2.
Keterangan: : Variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti Gambar 2.2. Kerangka Konsep
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Menurut Nursalam (2013), penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual daripada penyimpulan. Penelitian kuantitatif adalah teknik yang digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka, baik sebagai hasil pengukuran maupun hasil konvensi (Nototatmodjo, 2012). Pada penelitian ini meneliti tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama kasus berlangsung (Budiarto, 2003). Penelitian ini dilakukan di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen. 2. Waktu penelitian Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan (Budiarto, 2003). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 – Juli 2015.
32
33
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau satu kelompok, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik (Silalahi, 2012). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas pada saat dilakukan penelitian. Jumlah ibu nifas rata-rata setiap bulan pada satu tahun terakhir Juli – September 2014 yaitu sebanyak 30 ibu nifas. 2. Sampel Sampel adalah bagian tertentu
yang dipilih dari populasi
(Silalahi, 2010). Menurut Arikunto (2010), jika populasi kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua dan jika jumlah subjek lebih dari 100, maka dapat diambil 10 – 15% atau 20 – 25%. Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada saat dilakukan penelitian yaitu sebanyak 30 responden. 3. Teknik Pengambilan sampling Teknik pengambilan sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. Dalam penelitian ini menggunakan accidental sampling. Accidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dipandang cocok sebagai sumber data dapat digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010).
34
D. Variabel penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen.
E. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau
pengertian
variabel-variabel
yang
diamati
atau
diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Tabel 3.1 Definisi Operasional Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen Variabel
Definisi Operasional
Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A
Kemampuan ibu nifas menjawab dengan benar tentang Vitamin A yang meliputi pengertian, Sifat Vitamin A, fungsi Vitamin A, sumber Vitamin A, akibat
Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A, cara mencegah kekurangan Vitamin A, Kebutuhan Vitamin A
Indikator
Alat Ukur
1. Baik Kuesioner Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD 2. Cukup Bila nilai responden mean 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD 3. Kurang Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
Skala Ordinal
35
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis. Instrumen dalam penelitian yaitu kuesioner. Kuesioner adalah daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan, 2012). Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah
daftar
pernyataan
dimana
sudah
disediakan
jawabannya
(Arikunto, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini dengan kriteria positif (favorable) dengan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 bila jawaban salah, pernyataan negatif (unfavorable) dengan skor 0 untuk jawaban benar dan dengan skor 1 untuk jawaban salah. Dalam kuesioner dalam penelitian menggunakan skala
guttman. Menurut Hidayat (2011), skala guttman
merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban ya dan tidak, positif dan negatif. Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pernyataan kuesioner Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen Variabel
Tingkat pengetahu an ibu nifas tentang vitamin A
Indikator
1. Pengertian 2. Sifat Vitamin A 3. Fungsi Vitamin A 4. Sumber Vitamin A 5. Akibat Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A 6. Cara mencegah kekurangan Vitamin A 7. Kebutuhan Vitamin A Total
Ket: *) = Pernyataan tidak valid
Pernyataan Favourable
1,2 3 5,6,7*,8,11
Unfavourable
Jumlah Soal 2 2 9
15*,16,17,18 21*,23,24, 25,26,29* 32
4 10*,12*,13,1 4 19,20 22,27,28 30 31
33,34
35,36*
4
21
15
36
6 10 2
36
Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas data. Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi penelitian. Uji validitas dilakukan di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tanggal 30 April 2015 dengan 30 responden. 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan bantuan SPSS for windows versi 16.0 rumus product moment. Menurut Hidayat (2011), rumus product moment yaitu:
rxy =
N . SXY - SX.SY {N SX 2 - (SX ) } {N SY 2 - (SY ) } 2
2
Keterangan: N
: Jumlah responden
rxy
: Koefisien korelasi product moment
x
: Skor pertanyaan
y
: Skor total
xy
: Skor pertanyaan dikalikan skor total
Dikatakan valid jika rhitung > rtabel. Pada penelitian ini menggunakan taraf signifikan 0,05. Setelah dilakukan uji validitas didapatkan 7 pernyataan tidak valid yaitu nomor 7,10,12,15,21,29,36, dikarenakan nilai rhitung < rtabel
37
atau signifikan > 0,05. Selanjutnya nomor yang tidak valid tidak dipergunakan dalam penelitian. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010). Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut: 2 é k ù é Ssb ù 1 r11 = ê úê s 2 t úû ë k - 1û ë
Keterangan: r11
= Reliabilitas Instrument
k
= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 = Jumlah varian butir σt2
= Varians total
Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,60) (Ghozali, 2005). Setelah dilakukan uji reliabilitas didapatkan nilai alpha cronbach’s sebesar 0,864 > 0,60, sehingga instrumen dinyatakan reliabel.
38
G. Teknik Pengumpulan Data Menurut Hidayat (2011), teknik pengumpulan data adalah cara peneliti mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian Teknik pengumpulan data dari primer dan data sekunder, yaitu: 1. Data Primer Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2009). Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner tentang tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian (Riwidikdo, 2009). Data sekunder didapatkan dari data rekam medik jumlah BPS Griya Husada Karangmalang Sragen yaitu jumlah ibu nifas.
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data (Notoatmodjo, 2010) adalah:
39
a. Editing Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi. b. Coding Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahaptahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya. c. Tabulating Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke dalam tabel. d.
Memasukkan Data (Data Entri) atau processing Memasukkan data yaitu jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau soffware komputer.
e. Pembersihan data (Cleaning) Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan
kode,
ketidak
lengkapan
dan
sebagainya,
40
kemudian di lakukan pembetulan atau koreksi, Proses ini disebut pembersihan data (data cleaning). 2. Analisis Data Menurut Notoatmodjo (2010), analisis univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Penelitian ini hanya mendeskirpsikan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen. Menurut Riwidikdo (2013), maka digunakan perhitungan sebagai berikut: Baik
: Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD
Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD Menurut Notoatmodjo (2011), rumus mean yaitu: Rumus : X =
åx n
Keterangan : X
: Rata-rata ( mean )
åx
: Jumlah seluruh jawaban responden
n
: Jumlah responden Simpangan baku (standard deviation) adalah ukuran yang dapat
dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai (data) terhadap rata-ratanya.
41
Rumus :
SD =
å xi
2
-
(å xi ) 2 n
n -1
Keterangan: x
: Nilai responden
n
: Jumlah responden Untuk mendapatkan distribusi persentase tingkat pengetahuan ibu
nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen digunakan rumus persentase. Menurut Riwidikdo (2010), rumus persentase yaitu: Jumlah responden menurut Tingkat Pengetahuan Persentase = –––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– x 100% Jumlah total responden
I. Etika Penelitian Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2011), meliputi : 1. Informed Consent ( lembar persetujuan menjadi responden) Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian peneliti menjelaskan maskud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta manfaat yang dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan, lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka
42
mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. 2. Anonimity (tanpa nama) Untuk
menjaga
kerahasiaan
subyek
penelitian,
peneliti
tidak
mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan inisial dan memberi nomor pada masing–masing lembar tersebut. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subyek penelitian dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.
J. Jadwal Penelitian Bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo, 2010). Jadwal penelitian (Terlampir)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen. BPS Griya Husada Karangmalang Sragen dipimpin oleh Ibu Wiwik Suhartiwi, Amd. Keb
dengan dibantu 1 bidan. Secara umum jenis pelayanan yang
diberikan BPS Griya Husada Karangmalang Sragen meliputi ANC (Ante Natal Care), persalinan, KB, Imunisasi, KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dalam memberikan layanan kepada pasien BPS Griya Husada Karangmalang Sragen buka 24 jam. Fasilitas untuk mendukung pelayanan rawat inap khususnya persalinan sudah cukup memadai, yaitu 2 ruang nifas dengan masing-masing kamar kapasitas 1 tempat tidur, 1 ruang bersalin, 1 ruang pemeriksaan, 1 ruang obat dan 1 kamar mandi untuk pasien. Dalam memberikan layanan kepada pasien di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen menerapkan perawatan ibu dan bayi dirawat dengan sistem rawat gabung (rooming in)..
B. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskritptif Karakteristik Responden a. Karakteristik Responden berdasarkan Umur Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur Frekuensi Prosentase No Umur Responden (%) 1 < 20 tahun 4 13 2 20 – 35 tahun 23 77 3 > 35 tahun 3 10 Total 30 100 Sumber: Data Primer 2015 43
44
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui umur responden kurang dari 20 tahun sebanyak 4 responden (13%), umur 20 – 35 tahun sebanyak 23 responden (77%) dan umur lebih dari 35 tahun sebanyak 3 responden (10%). b. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Frekuensi Prosentase No Pendidikan Responden (%) 1 SMP 12 40 2 SMA 15 50 Sarjana 3 10 3 Total 30 100 Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui pendidikan SMP sebanyak 12 responden (40%), pendidikan SMA sebanyak 15 responden (50%) dan pendidikan Sarjana sebanyak 3 responden (10%). c. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan Frekuensi Prosentase No Pekerjaan Responden (%) 1 IRT 13 43 14 47 2 Swasta PNS 3 10 3 Total 30 100 Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui sebagai Ibu Rumah tangga sebanyak 13 responden (43%), bekerja di bidang swasta 14 responden (47%) dan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 3 responden (10%).
45
2. Hasil Analisis tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A a. Analisis Data Penelitian Skor Mean dan Standar Deviasi Sebelum mengetahui tingkat pengetahuan terlebih dahulu mencari nilai mean dan standar deviasi, setelah dilakukan perhitungan maka hasil dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.4 Mean dan Standar Deviasi Variabel
N
Mean
Standar Deviasi
Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen
30
19,1
5,1
b. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi dapat dikategorikan 3 tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sebagai berikut: Tabel 4.5 Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen Frekuensi Prosentase No Pengetahuan Responden (%) 1 Baik 5 17 18 60 2 Cukup Kurang 7 23 3 Total 30 100 Sumber: Data Primer, 2015 Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pengetahuan baik sebanyak 5 responden (17%), pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (60%) dan pengetahuan kurang sebanyak 8 responden (23%). Sehingga mayoritas tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada kategori pengetahuan cukup.
46
C. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pengetahuan baik sebanyak 5 responden (16,7%), pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (60,0%) dan pengetahuan kurang sebanyak 8 responden (23,3%). Menurut Nashrulloh (2009), pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk tahu. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010), pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pengetahuan baik sebanyak 5 responden (16,7%), dalam hal ini responden mampu menjawab dengan benar tentang vitamin A dari kuesioner tentang Vitamin A yang telah diberikan. Berdasarkan karakteristik umur responden kurang dari 20 tahun sebanyak 4 responden (13%), umur 20 – 35 tahun sebanyak 23 responden (77%) dan umur lebih dari 35 tahun sebanyak 3 responden (10%). Faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden salah satunya yaitu umur. Menurut Mubarak (2012), bertambahnya umur seseorang akan
47
mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (60,0%) tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen. Dalam hal ini responden dapat mengingat suatu materi tentang vitamin A yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari sebagian bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Ditunnjutkkan dengan masih cukup jawaban yang benar. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden yaitu pendidikan. diketahui pendidikan SMP sebanyak
12 responden (40%),
pendidikan SMA sebanyak 15 responden (50%) dan pendidikan Sarjana sebanyak 3 responden (10%). Menurut Mubarak (2012), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
48
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pengetahuan kurang sebanyak 8 responden (23,3%). Dalam hal ini responden kurang mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Sehingga pengetahuan mereka kurang tentang vitamin A. Oleh sebab itu, pengetahuan ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Ditunjukkan dengan masih banyak jawaban responden yang salah. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan responden yaitu pekerjaan. Dapat diketahui pekerjaan sebagai Ibu Rumah tangga sebanyak 13 responden (43%), bekerja di bidang swasta 14 responden (47%) dan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 3 responden (10%). Dengan kesibukan untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Bekerja umumnya pekerjaan akan menyita waktu yang berakitbat pada tingkat pengetahuan mereka tentang vitamin A. Faktor pendorong dan penghambat dalam penelitian tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen ini adalah umur dan pendidikan, pekerjaan sehingga dapat dsimpulkan dengan bertambahnya umur pendidikan dan pekerjaan, diperlukan kerja sama dengan pihak terkait untuk lebih aktif memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan khususnya tentang pentingnya vitamin A.
D. Keterbatasan Penelitian 1.
Kendala Waktu pengambilan data saat pengisian kuesioner ada sebagian responden mengisi pernyataan tidak lengkap sehingga peneliti harus
49
mengunjungi ke rumah responden untuk pengisian kuesioner yang terlewati. 2.
Kelemahan a
Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil penelitian terbatas pada pengetahuan. Penelitian ini akan berbeda hasil jika menggunakan lebih dari 1 variabel penelitian. Kuesioner yang digunakan kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab “benar” atau “salah” dan jawaban responden belum bisa untuk mengukur pengetahuan secara mendalam.
b
Penelitian ini sebatas mendeskripsikan karakteristik respondendan teori untuk menyimpulkan faktor pendorong dan faktor penghambat pengetahuan sehingga pengaruhnya tidak diteliti secara statistik.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Bab ini penulis akan menuliskan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen. Penulis dapat menyimpulkan penelitian tingkat pengetahuan responden sebagai berikut: 1. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen tingkat pengetahuan baik sebanyak 5 responden (16,7%), 2. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen tingkat pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (60,0%) 3. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen tingkat pengetahuan kurang sebanyak 8 responden (23,3%). 4. Faktor pendorong dan penghambat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen adalah pendidikan, umur dan pekerjaan.
50
51
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang diberikan penulis yaitu: 1. Responden Diharapkan kepada responden ibu nifas dapat meningkatkan pengetahuan dengan banyak membaca, aktif mengikuti penyuluhan khususnya pengetahuan tentang vitamin A. 2. Institusi a. Bagi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan menambah literatur tentang vitamin A dan hasil penelitian dapat dijadikan bahan bacaan atau referensi khususnya tentang vitamin A. b. BPS Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi BPS Griya Husada Karangmalang Sragen dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dalam menghadapi masa nifas dengan melakukan penyuluhanpenyuluhan khususnya tentang tentang vitamin A. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan lebih meningkatkan penelitian yang serupa dengan menambah variabel penelitian sehingga didapat hasil penelitian yang lebih sempurna.