e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 2 No: 1 Tahun 2014)
ANALISIS REAKSI INVESTOR TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK DI BURSA EFEK INDONESIA (Event Study Terhadap Kenaikan Harga BBM Pada 21 Juni 2013 di Indonesia) 1
Ni Ketut Alit Rusmadewi Parmadi, 1I Made Pradana Adiputra, 2Nym. Ari Surya Dharmawan
Jurusan Akuntansi, Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis reaksi investor terhadap peristiwa pengumuman kenaikan harga BBM pada 21 Juni 2013. Reaksi investor diukur menggunakan abnormal return dan aktivitas volume perdagangan saham. Penelitian ini merupakan penelitian event study dengan sampel yang digunakan yaitu perusahaan yang termasuk dalam perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Februari-Juli 2013. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Wilcoxon Signed Rank untuk sampel berpasangan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama dan kedua diperoleh kesimpulan bahwa pengumuman kenaikan harga BBM tidak mempengaruhi reaksi investor baik sebelum dan sesudah pengumuman. Kata kunci : harga saham, aktivitas volume perdagangan, teori efisiensi pasar
Abstract This study aims to examine and analyze investor reaction to the announcement of the event the fuel price hike on June 21, 2013. Investor reaction was measured using abnormal returns and trading volume activity. This research is the event study and used sample the companies of LQ45 in Indonesia Stock Exchange (IDX) the period from February to July 2013. Sources of data in this study is a secondary data. The method of analysis used in this study is the Wilcoxon Signed Rank test for paired samples. Based on the results of the first and second hypothesis testing we concluded that the announcement of fuel price increases do not affect the reaction of investors both before and after the announcement. Keywords: stock price, trading volume activity, efficiency market theory
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 2 No: 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN Pasar modal mempunyai peranan penting dalam kehidupan ekonomi suatu negara termasuk Indonesia. Peranan penting pasar modal yaitu sebagai sarana pembentuk modal dan akumulasi dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional (Ahmad, 2004:17) Perkembangan aktivitas pasar modal tidak lepas dari peran pemodal (investor) yang melakukan transaksi di pasar modal. Perkembangan ini juga tidak lepas dari keterbukaan informasi sebagai pertimbangan pengambilan keputusan investor. Agar investor mengambil suatu keputusan yang rasional dalam berinvestasi, maka investor membutuhkan informasi yang relevan. Dengan kata lain, keputusan investasi yang dilakukan oleh investor merupakan reaksi atas informasi yang mereka terima atau suatu peristiwa yang terjadi yang mampu mempengaruhi keputusan berinvestasi mereka. Salah satu peristiwa yang terjadi di Indonesia yang mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia saat ini adalah kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Pemerintah menaikkan harga premium sebesar Rp2.000,- per liter menjadi Rp6.500,- per liter dan harga solar dinaikkan sebesar Rp1.000,- per liter menjadi Rp5.500,per liter. Kenaikan harga BBM juga diikuti kenaikan inflasi dimana Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada bulan Juni 2013 sebesar 1,03%. Inflasi tersebut memang sedikit lebih
rendah dibanding inflasi Juni 2008 sebesar 2,46%. Namun dibanding tahun yang lain, inflasi tersebut masih lebih tinggi karena kebijakan kenaikan BBM bersubsidi ini, untuk inflasi Juni 2009 tercatat 0,11%, Juni 2010 tercatat 0,97%, Juni 2011 tercatat 0,55% dan Juni 2012inflasi tercatat sebesar 0,62% (Purwanto, 2013). Kenaikan harga BBM juga dirasakan para investor di pasar modal Indonesia. Dari data BEI tercatat pada 24 Juni 2013 merupakan volume transaksi perdagangan IHSG terendah sepanjang bulan Juni 2013 sebesar 5.606.080.847.413 dan IHSG terendah pada 25 Juni 2013 ditutup sebesar 4.410 dengan perubahan sebesar 10.588. Kenaikan atau penurunan harga saham di pasar modal menandai kemarakan atau kelesuan para pelaku di pasar modal. Perubahan harga saham merupakan salah satu reaksi investor terhadap informasi, baik informasi yang berkaitan dengan perusahaan maupun informasi ekonomi pada umumnya. Akibatnya adalah kemungkinan pergeseran ke harga ekuilibrium yang baru dan akan tetap bertahan sampai informasi baru lainnya mengubah kembali ke harga ekuilibrium yang baru lagi (Susana, 2008). Untuk mengukur reaksi investor terhadap suatu informasi ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham yang diukur dengan abnormal return. Apabila suatu peristiwa tidak menimbulkan suatu abnormal return, berarti para investor tidak bereaksi atau tidak ada reaksi pasar, karena reaksi oleh para investor terhadap informasi yang baru ditunjukkan oleh abnormal return (Hartono, 2010:555).
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 2 No: 1 Tahun 2014) Selain perubahan harga saham untuk melihat adanya reaksi investor atas suatu peristiwa, dimungkinkan terjadi perubahan pada volume perdagangan saham. Hal ini dikarenakan harga saham di pasar sekunder juga akan ditentukan oleh kekuatan tawar-menawar antar investor di pasar modal (Mulyono, 2000). Semakin banyak permintaan terhadap suatu saham emiten, maka dapat menaikkan harga saham tersebut. Jika harga saham yang tinggi dapat dipertahankan, maka kepercayaan investor atau calon investor terhadap emiten juga semakin tinggi dan hal ini akan menaikkan nilai emiten. Beberapa penelitian terdahulu untuk menguji reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event study) dilakukan oleh Kencana (2006) menganalisis dampak kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terhadap perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya perbedaan rata-rata return saham di BEJ sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan harga BBM, tetapi tidak adanya perubahan pada aktivitas volume perdagangan sahamnya. Penelitian serupa dilakukan oleh Suarjana (2011) yang menemukan adanya abnormal return yang signifikan pada periode peristiwa, yaitu t-3, t-2, t-1 dan t+2 yang berarti peristiwa penurunan harga BBM memiliki kandungan informasi. Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Priyono (2008) dimana tidak terdapat perbedaan harga saham dan trading volume activity yang signifikan baik sebelum maupun sesudah peristiwa kenaikan harga minyak mentah dunia pada 21 November 2007. Penelitian tersebut didukung dengan penelitian Hikmah (2009) yang menemukan tidak adanya
perbedaan rata-rata abnormal return dan TVA sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan BBM pada perusahaan yang masuk dalam Jakarta Islamic Indeks (JII). Akis (2012) yang meneliti pengaruh pengumuman Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) terhadap abnormal return dan volume perdagangan saham menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang siginfikan baik sebelum dan sesudah pengumuman ISRA 2009 dan 2010. Penelitian ini merupakan event study dari peristiwa kenaikan harga BBM pada 21 Juni 2013 terhadap reaksi investor. Untuk mendeteksi adanya reaksi investor, peneliti menggunakan abnormal return dan volume perdagangan saham karena return menunjukkan keuntungan riil dari sebuah investasi saham dan volume perdagangan saham merupakan aktivitas perilaku riil yang dilakukan investor sebagai respon adanya suatu peristiwa. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan LQ-45 periode Februari-Juli 2013 di BEI. Sampel tersebut dipilih karena merupakan kelompok 45 saham perusahaan yang aktif diperdagangkan. Karena sahamnya yang aktif diperdagangkan tersebut, maka akan terlihat perubahannya baik perubahan dalam harga saham dan volume transaksi perdagangannya ketika terjadi suatu pengumuman. Periode perusahaan LQ-45 pada Februari-Juli 2013 dipilih karena pengumuman kenaikan harga BBM terjadi pada 21 Juni 2013. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk mengajukan penelitian dengan judul “Analisis Reaksi Investor terhadap Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak di Bursa Efek Indonesia
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 2 No: 1 Tahun 2014) (Event Study Terhadap Kenaikan Harga BBM Pada 21 Juni 2013 di Indonesia)”
METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan studi peristiwa (event study). Menurut Hartono (2010:555), studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Studi peristiwa dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Jika suatu pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa data sekunder (secondary data). Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo, 2002:147). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data sekunder yang berupa data transaksi harian di pasar modal yang berupa harga saham dan volume perdagangan saham yang diperoleh di www.dunia investasi.com. Dalam penelitian ini data yang digunakan yaitu data panel. Data panel (Time Series Cross Sectional/TSCS), merupakan kombinasi antara time series dan cross sectional yang melihat banyak subjek dan bagaimana subjek-subjek tersebut berubah selama rangkaian waktu.
Periode jendela (event window) untuk data harian harga saham dan volume perdagangan dilakukan lima hari sebelum (h-5) dan lima hari sesudah (h+5) dari tanggal pengumuman kenaikan harga BBM pada 21 Juni 2013. Alasan penentuan periode jendela lima hari sebelum dan sesudah tanggal pengumuman kenaikan harga BBM adalah untuk menghindari adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi volume perdagangan dan harga saham (confounding effect), seperti adanya pengumuman right issue, saham bonus, stock split, dan lain-lain yang dapat menyebabkan harga saham dan volume perdagangan saham suatu perusahaan mengalami perubahan. Periode yang terlalu panjang (lebih dari 5 hari) akan memungkinkan bias dalam melihat pengaruhnya (Zuhroh dan Sukmawati, 2003).
H-5
H0 Gambar 1.1 Periode Peristiwa
H+5
Dari gambar 3.1, untuk periode H0 adalah peristiwa kenaikan harga BBM pada 21 Juni 2013. Pengamatan periode 5 hari sebelum peristiwa dan 5 hari setelah peristiwa untuk mengukur ada/tidaknya perbeedaan reaksi investor di pasar modal berkaitan dengan adanya pengumuman kenaikan harga BBM di Indonesia pada 21 Juni 2013. Populasi dalam penelitian ini, yaitu seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ45 periode Februari-Juli 2013. Sampel tersebut dipilih karena merupakan kelompok 45 saham perusahaan yang aktif diperdagangkan. Karena sahamnya yang aktif diperdagangkan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 2 No: 1 Tahun 2014) tersebut, maka akan terlihat perubahannya baik perubahan dalam harga saham dan volume transaksi perdagangannya ketika terjadi suatu pengumuman. Penentuan sampel pada periode tersebut karena pengumuman kenaikan harga BBM terjadi pada 21 Juni 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya reaksi pasar dengan adanya pengumuman kenaikan harga BBM. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dan volume perdagangan saham dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan melihat perbedaan abnormal return dan aktivitas volume perdagangan saham sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga BBM pada 21 Juni 2013. 1. Harga saham (Average Cummulative Abnormal Return/ACAR) Harga saham yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu harga saham harian perusahaan pada saat penutupan (closing price). Pengukuran harga saham dalam penelitian ini menggunakan rata-rata kumulatif abnormal return (average cumulutive abnormal return). Langkah yang pertama, yaitu menghitung actual return dan expected return masing-masing saham per periode H-5 sampai H+5. Kedua, untuk masing-masing saham per periode dihitung abnormal returnnya. Ketiga, menghitung cummulative abnormal return dengan menjumlah semua jenis saham harian untuk periode sebelum dan sesudah peristiwa. Keempat, menghitung average cummulative abnormal return
yaitu dengan cara merata-rata cummulative abnormal return untuk periode sesudah dan setelah peristiwa. Langkah terakhir, yaitu memasukkan data tersebut ke program SPSS. 2. Aktivitas Volume Perdagangan Saham (Trading Volume Activity/ATVA) Aktivitas volume perdagangan dalam penelitian ini dengan menghitung ratarata aktivitas volume perdagangan pada masingmasing perusahaan pada periode ke-t. Langkah-langkah yang dilakukan, yaitu pertama, menghitung aktivitas volume perdagangan (TVA) untuk masing-masing saham per periode mulai gari H-5 sampai dengan H+5. Kedua, menjumlahkan semua TVA menjadi 2 periode yaitu sebelum dan sesudah peristiwa. Ketiga, menghitung rata-rata akumulasi TVA untuk periode sebelum dan sesudah peristiwa. Langkah terakhir, yaitu memasukkan data ke program SPSS. Teknik Analisis Data Uji Normalitas Uji normalitas merupakan salah satu pengujian untuk menguji apakah data-data yang digunakan telah terdistribusi secara normal. Pengujian normalitas data menggunakan uji shapiro wilk. Uji statistik shapiro wilk dipilih karena lebih peka untuk mendeteksi normalitas data dibandingkan dengan pengujian menggunakan grafik. Pengujian terhadap normalitas ini akan menentukan uji analisis selanjutnya yang harus digunakan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 2 No: 1 Tahun 2014) terhadap data yang terdistribusi normal dan data yang tidak terdistribusi normal. Apabila data terdistribusi tidak normal, maka uji statistik yang digunakan adalah uji statistik nonparametrik. Sampel berdistribusi normal apabila tingkat signifikansinya lebih besar dari tingkat keyakinan yang digunakan dalam pengujian, tingkat keyakinan yang digunakan dalam penerlitian ini adalah 95% atau α=5%. Pengujian normalitas data dilakukan dengan membuat dua buah hipotesis, yaitu: Ho : data terdistribusi secara normal Hi : data tidak terdistribusi secara normal Pengujian Hipotesis Pengujian terhadap hipotesis yang pertama yaitu dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan respon pasar sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM, yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan harga saham secara signifikan Uji statistik yang digunakan adalah Paired Sample T Test dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.0 apabila data yang digunakan terdistribusi normal. Akan tetapi, jika data yang digunakan tidak berdistribusi normal, maka model uji analisis yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Rank untuk sampel berpasangan. Untuk tingkat signifikan atau nilai alfa (α) yang digunakan adalah 0,05 dan df=n-1 dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika probabilitas < α maka Ho ditolak Jika probabilitas > α maka Ho diterima Pengujian terhadap hipotesia yang kedua adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan respon
pasar sebelum dan setelah peristiwa kenaikan harga BBM, yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan aktivitas volume perdagangan saham yang signifikan. Uji statistik yang digunakan adalah Paired Sample T Test dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.0 apabila data yang digunakan terdistribusi normal. Akan tetapi, jika data yang digunakan tidak berdistribusi normal, maka model uji analisis yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Rank untuk sampel berpasangan. Untuk tingkat signifikan atau nilai alfa (α) yang digunakan adalah 0,05 dan df=n-1 dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika probabilitas < α maka Ho ditolak Jika probabilitas > α maka Ho diterima HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan statistik yang berfungsi untuk mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menganalisis data kuantitatif secara deskriptif. Secara khusus, statistik digunakan untuk menunjukkan jumlah data dan menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata, dan nilai standar deviasi dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 2 No: 1 Tahun 2014) Tabel 1.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif N
Minimum
AR sebelum 45 -1.5272 AR sesudah 45 -0.0302 TVA sebelum 45 -0.0002 TVA sesudah 45 -0.0004 Sumber: data penelitian diolah Dari tabel 1.1 diketahui bahwa jumlah sampel (N) dalam penelitian ini berjumlah 45 perusahaan go public yang menjadi kelompok perusahaan LQ45 periode Februari-Juli 2013. Penelitian ini terdapat 2 variabel berpasangan, yaitu abnormal return (AR) sebelum dan sesudah peristiwa dan aktivitas volume perdagangan (TVA) sebelum dan sesudah peristiwa. Variabel pertama, yaitu AR sebelum peritiwa memiliki nilai minimum -1.5272, nilai maksimum 1.8395, rata-rata 0.0013, dan standar deviasi sebesar 0.3606. Nilai standar deviasi yang lebih besar dari nilai ratarata menunjukkan sebaran data yang besar antara nilai AR sebelum yang terendah dengan nilai AR sebelum tertinggi. AR sesudah peristiwa memiliki nilai minimum -0.0302, nilai maksimum 0.0263, rata-rata -0.0009, dan standar deviasi sebesar 0.0136. Nilai standar deviasi yang lebih besar dari nilai rata-rata menunjukkan sebaran data yang besar antara nilai AR sesudah yang terendah dengan nilai AR sesudah tertinggi. Variabel kedua, yaitu TVA sebelum peritiwa memiliki nilai minimum sebesar -0.0002, nilai maksimum 0.0083, rata-rata 0.0022, dan standar deviasi sebesar 0.0020. Nilai standar deviasi yang lebih kecil
Maksim um
Rata-rata
Standar Deviasi
1.8395 0.0263
0.0013 -0.0009
0.3606 0.0136
0.0083
0.0022
0.0020
0.0096
0.0022
0.0018
dari nilai rata-rata menunjukkan bahwa TVA sebelum memiliki perbedaan yang relatif kecil antara masing-masing perusahaan. TVA sesudah peristiwa memiliki nilai minimum sebesar -0.0004, nilai maksimum 0.0096, rata-rata 0.0022 dan standar deviasi sebesar 0.0018. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-rata menunjukkan bahwa TVA sesudah memiliki perbedaan yang relatif kecil antara masing-masing perusahaan. Hasil Pengujian Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data-data yang digunakan telah terdistribusi secara normal. Penelitian ini menggunakan uji Shapiro Wilk dengan tingkat signifikansi 5%. Data dikatakan normal apabila nilai signifikansi untuk setiap variabel yang dianalisis lebih besar dari 5% (sig >5%). Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa nilai Shapiro-Wilk kedua variabel berpasangan memiliki nilai signifikansi lebih dari 5% (α>5%), kecuali abnormal return sesudah peristiwa. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua variabel berpasangan memiliki data yang tidak terdistribusi normal dan ada yang berdistribusi normal. Karena data tidak berdistribusi normal, maka pengujian analisis selanjutnya
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 2 No: 1 Tahun 2014) menggunakan nonparametrik berpasangan.
metode untuk
analisis sampel Tabel 1.2 Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk df
sig
AR sebelum AR sesudah TVA sebelum
45 45 45
0.0000 0.0862 0.0000
TVA sesudah Sumber: data penelitian diolah
45
0.0000
Hasil Pengujian Hipotesis Dalam pengujian hipotesis, peneliti ingin menguji dan menganalisis perbedaan reaksi investor yang direfleksikan pada perubahan harga dan aktivitas volume perdagangan saham terhadap peristiwa pengumuman kenaikan harga BBM 21 Juni 2013. Berdasarkan hasil uji normalitas data diketahui bahwa data yang digunakan tidak berdistribusi secara normal,
sehingga peneliti menggunakan uji analisis nonparametrik, yaitu Wilcoxon Signed Rank dengan sampel berpasangan. Untuk pengujian hipotesis pertama dan kedua, peneliti menguji dan menganalisis adanya perbedaan abnormal return dan aktivitas volume perdagangan saham sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM 21 Juni 2013. Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis:
Tabel 1.3 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel
Signifikansi
Abnormal return sebelum dan sesudah
0,810
TVA sebelum dan sesudah Sumber: data penelitian diolah
0.212
Untuk pengujian pada hipotesis pertama dan kedua yaitu dengan membandingkan tingkat signifikansi yang ditetapkan oleh peneliti dengan signifikansi statistik hasil output SPSS. Tingkat signifikansi yang ditetapkan oleh peneliti adalah 5%. Jika tingkat
signifikansi statistik lebih besar dari 5%, maka hipotesis nol (H0) diterima. Dari tabel 4.3 di atas, menunjukkan bahwa abnormal return memiliki tingkat signifikansi statistik sebesar 0.810, dimana lebih besar dari 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 2 No: 1 Tahun 2014) abnormal return sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM diterima. Dengan kata lain, tidak ada perbedaan abnormal return yang signifikan baik sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM pada 21 Juni 2013. Pengujian hipotesis kedua diketahui dari tabel 4.3 bahwa aktivitas volume perdagangan memiliki tingkat signifikansi statistik sebesar 0.212, dimana lebih besar dari 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan aktivitas volume pedagangan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM diterima. Dengan kata lain, tidak ada perbedaan aktivitas volume pedagangan yang signifikan baik sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM pada 21 Juni 2013. Pembahasan Hasil Penelitian Pada bagian ini merupakan penjelasan dari hasil analisis data sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Pembahasan hasil penelitian dalam penelitian ini disusun secara berurutan berdasarkan pada rumusan masalah dan hipotesis penelitian. Hubungan Abnormal Return dengan Kenaikan Harga BBM Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM adalah tidak didukung. Dengan kata lain, perubahan harga saham yang diukur menggunakan abnormal return tidak terdapat perbedaan siginifikan baik sebelum maupun sesudah pengumuman kenaikan harga BBM. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kencana (2006) dimana hasil penelitiannya menunjukkan adanya
perbedaan rata-rata return saham di BEJ sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan harga BBM. Selain penelitian yang dilakukan oleh Kencana (2006), penelitian ini juga tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggind (2006) yang menemukan adanya return saham 5 hari sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan harga BBM. Tidak adanya perbedaan harga saham yang diukur menggunkan abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga BBM pada 21 Juni 2013 belum menjadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan harga saham. Perubahan harga saham dapat disebabkan beberapa faktor, seperti tingkat keuntungan dividen untuk masa yang akan datang, tingkat pendapatan perusahaan yang tercermin dari Earning per Share (EPS), dan kondisi perekonomian (Husnan, 2001:38). Fluktuasi harga saham juga dapat terjadi akibat faktor yang bersifat makro maupun mikro (Arifin, 2001 dalam Suarjana, 2011). Selain itu, pengumuman kenaikan BBM dirasa tidak memiliki kandungan informasi yang dapat mempengaruhi keputusan investor di pasar modal. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Marston (1996) dalam Suryawijaya dan Setiawan (1998), menemukan dua sebab utama buruknya informasi, yaitu pertama karena kualitas informasi yang kurang berharga. Kualitas informasi terkait erat dengan muatan yang terkandung dalam informasi tersebut. Dari muatan informasi tersebut dapat dilihat relevan atau tidaknya suatu informasi terhadap aktivitas pasar modal. Dari alasan tersebut, informasi kenaikan harga BBM pada 21 Juni 2013 pada pasar modal di Indonesia dapat dikatakan belum relevan terhadap kebutuhan informasi para investor
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 2 No: 1 Tahun 2014) dalam membuat keputusan investasinya. Alasan kedua, yaitu distribusi informasi kepada investor yang kurang lancar. Hubungan Aktivitas Volume Perdagangan Saham dengan Kenaikan Harga BBM Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan aktivitas volume perdagangan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM adalah tidak didukung. Dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan yang siginifikan atas perubahan aktivitas volume perdagangan saham baik sebelum maupun sesudah pengumuman kenaikan harga BBM. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Priyono (2008) yang menemukan tidak terdapat perbedaan harga saham dan trading volume activity yang signifikan baik sebelum maupun sesudah peristiwa kenaikan harga minyak mentah dunia pada 21 November 2007. Hasil peneltian serupa juga diteliti oleh Hikmah (2009) yang menemukan tidak adanya perbedaan rata-rata abnormal return dan TVA sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan BBM pada perusahaan yang masuk dalam Jakarta Islamic Indeks (JII). Tidak adanya perbedaan aktivitas volume perdagangan saham sebelum maupun sesudah kenaikan harga BBM pada 21 Juni 2013 menunjukkan tidak adanya perbedaaan jumlah tindakan atau perdagangan investor secara individual di pasar modal disekitar tanggal pengumuman (Beaver, 1968; Bamber, 1987; Kim dan Verrecchia, 1991; Bamber dan Cheon, 1995 dalam Bandi dan Hartono, 2000). Perbedaan penting antara pengujian harga dan volume pedagangan saham
adalah bahwa harga merefleksikan perubahan dalam pengharapan pasar sebagai suatu keseluruhan, sedangkan volume perdagangan saham merefleksikan perubahan dalam pengharapan investor secara individual (Beaver, 1968; Baron, 1995 dalam Bandi dan Hartono, 2000). Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis reaksi investor terhadap peristiwa pengumuman kenaikan harga BBM pada 21 Juni 2013. Reaksi investor tersebut diukur menggunakan abnormal return dan aktivitas volume perdagangan saham pada perusahaan LQ45 periode FebruariJuli 2013. Pemilihan sampel perusahaan LQ45 karena merupakan kelompok 45 saham perusahaan yang aktif diperdagangkan. Karena sahamnya yang aktif diperdagangkan tersebut, maka akan terlihat perubahannya baik perubahan dalam harga saham dan volume transaksi perdagangannya ketika terjadi suatu pengumuman. Periode perusahaan LQ-45 pada Februari-Juli 2013 dipilih karena pengumuman kenaikan harga BBM terjadi pada 21 Juni 2013. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama dan kedua diperoleh kesimpulan bahwa pengumuman kenaikan harga BBM tidak mempengaruhi reaksi investor baik sebelum dan sesudah pengumuman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengumuman kenaikan harga BBM pada 21 Juni 2013 belum menjadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan harga saham. Pengumuman kenaikan harga BBM tersebut juga dirasa tidak memiliki kandungan informasi yang dapat mempengaruhi keputusan investor di pasar modal, sehingga tidak adanya
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 2 No: 1 Tahun 2014) perbedaaan jumlah tindakan atau perdagangan investor secara individual di pasar modal disekitar tanggal pengumuman yang terlihat dalam aktivitas volume perdagangan saham disekitar tanggal pengumuman. Saran Saran yang dapat diberikan bagi penelitian selanjutnya, yaitu: 1. Peneliti sebaiknya menggunakan sampel yang berbeda dan diklasifikasikan sesuai jenis industrinya di pasar modal. 2. Peneliti sebaiknya mengontrol variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi perubahan harga dan aktivitas volume perdagangan saham.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Kamaruddin. 2004. DasarDasar Manajemen Investasi dan Portofolio. Jakarta: Rineka Cipta. Akis, Aldair Rorin 2012. Pengaruh Pengumuman Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) Terhadap Abnormal Return Dan Volume Perdagangan Saham. Skripsi Universitas Diponegoro Anonim. 2013. Harga Saham Dan Volume Perdagangan Saham. www.duniainvestasi.com. Diakses pada 23 September 2013. Bandi dan J. Hartono. 2000. Perilaku Reaksi Harga dan Volume Perdagangan Saham terhadap Pengumuman Dividen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 3 (2). Fahmi, Irham. 2012. Pengantar Pasar Modal (Panduan bagi Para Akademisi dan Praktisi Bisnis
dalam Memahami Pasar Modal Indonesia). Bandung: Alfabeta. Hikmah, Utami Nur. 2009. Pengaruh pengumuman kenaikan harga BBM terhadap abnormal return dan volume perdagangan saham (studi empiris pada perusahan-perusahaan yang masuk Jakarta Islamic Index). Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Hartono, Jogianto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi edisi ketujuh. Yogyakarta:BPFE Harianto, F. dan S. Sudomo. 1998. Perangkat Dan Teknik Analisis Investasi Di Pasar Modal Indonesia. Jakarta: PT.Bursa Efek Indonesia Husnan, S. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas, edisi kedua. Yogyakarta: AMP YKPN Indriantoro, N. dan B. Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE. Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. 2013. Kenaikan BBM Tak Terelakan. www.kemenperin.go.id. Diakses pada 20 Juli 2013 Kencana, Anggind Freshdika Tanjung. 2006. Dampak Kebijakan Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (Bbm) Terhadap Perdagangan Saham Di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Universitas Brawijaya Mulyono, S. 2000. Pengaruh Earning Per Share (Eps) Dan Tingkat Bunga Terhadap Harga Saham. Jurnal Ekonomi dan Manajemen 1 (2) Purwanto, Didik. 2013. Harga BBM Naik, Inflasi Juni 1,03 Persen. www.bisniskeuangan.kompas.co m. Diakses pada 20 Juli 2013
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 2 No: 1 Tahun 2014) Priyono, Dwi. 2008. Analisis Perbedaan Harga Dan Volume Perdagangan Saham Akibat Perubahan Harga Minyak Mentah Dunia (Studi Peristiwa Kenaikan Harga Minyak Dunia 21 November 2007).Skripsi Universitas Brawijaya Suarjana, I Wayan. 2011. Pengaruh kebijakan Pemerintah Dalam Menurunkan Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Reaksi Pasar Saham DI Bursa Efek Indonesia. Tesis Universitas Udayana Suryawijaya, M.A., dan F.A. Setiawan. 1998. Reaksi Pasar Modal Indonesia terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri, Event Study pada Peristiwa 27 Juli 1996. Kelola 18 (8)