PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENDEKLAMASIKAN PUISI PADA SISWA KELAS VII SMP YAYASAN MIFTAHUL JANNAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
NUR AMALINA 1110013000030
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENDEKLAMASIKAN PUISI PADA SISWA KELAS VII SMP YAYASAN MIFTAHUL JANNAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) oleh Nur Amalina 1110013000030
Pembimbing
Jamal D. Rahman, M. Hum.
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul "Pengaruh Media Audiovisual Terhadap Kemampuan Mendeklamasikan Puisi pada Siswa Kelas VII SMP YMJ Tahun Ajaran 201312014" diajukan kepada Fakultas llmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 11 Desember 2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S. Pd) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta,l 1 Desember 2014 Panitia Ujian Munaqasah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)
Tanggal
GJ unuorri 2015
Dra. Hindun. M. Pd. NIP. 1 9701 2 t5 2009 t2 2 001
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Dona Aji Karunia Putra. M. A. NIP. 1984040920t101 1 0 1 5
Penguji
I r
Dra. Hindun. M. Pd.
qtl.Y1r1 ?a15
NIP. 197012t5 2009 t22 00t Penguji
II
Ahmad Bahtiar. M. Hum. NrP. 19760118200912 I 002
9 Jatnva,i lotl'Mengetahui:
,-'/-
Nurlena{.ifa'i. M. A.. Ph. D. NIP.19591020 198603 2 001
KEMENTERIAN AGAMA
wwl
UIN JAKARTA FITK
FORM (FR)
Dokumen
Tgl.
Terbit : Revisi: :
No.
Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia
:
No.
FITK-FR-LABF018 1 Maret 2010 01
Hal
1t1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Saya yang bertanda tangan di bawah
ini,
Nama
:
Nur Amalina
Tempat/ Tanggal Lahir
:
Jakarta,2 Junt 1992
NIM
1
Jurusan/Prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi
PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAI- TERHADAP
I 10013000030
KEMAMPUAN MENDEKLAMASIKAN PUISI PADA
SISWA KELAS
VII
SMP YAYASAN MIFTAHUL
JANNAH CIPUTAT TAHLIN PELAJARAN 2OI3I2OI4 Dosen Pernbimbing
Djamal D Rahman, M. Hum.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa saja yang saya tulis. Pernyataan
ini dibuat sebagai salah satu syarat wisuda.
Iakarta,
l8
September 2014
Mahasiswa Ybs,
rfuiffirem:al
Lr;
mF4PEE,,ffi
ffironorrsoorlao\
ffis,*
l\^ I
,
@-,tS&'
NIM. 1110013000030
ABSTRAK Nur Amalina, NIM 1110013000030, " Pengaruh Media Audiovisual Terhadap Kemampuan Mendeklamasikan Puisi pada Siswa kelas 7 SMP Yayasan Miftahul Jannah Tahun Pelajaran 2013/2014 (EksperimenDalam Miftahul Jannah) Media audio visual adalah media yang digunakan dalam penelitian ini sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan membaca puisi, media audiovisual dapat berubah menjadi menyenangkan lingkungan belajar agar siswa bersemangat untuk belajar, memotivasi siswa, memfasilitasi siswa dalam membaca puisi, dan memecahkan masalah atau kendala yang pada siswa atau guru. Dengan menggunakan media audio visual siswa diharapkan untuk mengetahui cara membaca puisi yang baik dan benar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan media audiovisual dalam kemampuan untuk membaca puisi di kelas 7 SMP Yayasan Miftahul Jannah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode ini metode eksperimen untuk penelitian yang memiliki tingkat kepastian yang dianggap tertinggi (tidak mutlak) adalah percobaan penelitian. Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode eksperimen hanya menggunakanpost-test. Penelitian ini menunjukkan bahwa belajar membaca puisi dengan menggunakan media audiovisual memiliki pengaruh positif. Pengujian hipotesis ini diuji dengan uji t, dengan kriteria pengujian, jika t hitung
i
ABSTRACT Nur Amalina, NIM 1110013000030, “Audiovisual Media Influence 0n The Ability To Recite Poetry In Grade 7 Junior Foundation Miftahul Jannah 2013/2014 (Experiment In Miftahul Jannah) Audiovisual media is the media used in this study as one way of improving the ability to read poetry, audiovisual media can turn into a fun learning environment so that the students are eager to learn, motivate students, facilitate students in reciting poetry, and solve the problems or obstacles that are in students or teachers. With the use of audiovisual media students are expected to know how to read a poem is good and right. Purpose of this study was to determine whether there was an effect of the use of audiovisual media in the ability to recite poetry in grade 7 junior Foundation Miftahul Jannah. In this study, researchers used the method is an experimental method for research that has a degree of certainty that is considered to be the highest (not absolute) is a research experiment. Methods used by the author in this study is an experimental method using only post-test. This research showed that learning to read poetry by using audiovisual media have a positive influence. Testing these hypotheses were tested by t test, with testing criteria that, if t count
ii
KATA PENGANTAR Segala puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi ini dapat terselsaikan. Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi syarat menyelesaikan studi S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia niversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Pengaruh Media Audiovisual Terhadap Kemampuan Membaca Puisi Siswa Kelas VII SMP Yayasan Miftahul Jannah Tahun Pelajaran 2013/2014.” Dengan diselesaikannya penyusun skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Nurlena Rifa’i, M. A., Ph. D., dekan Fakultas Ilmu Trbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2. Dra. Hindun, M. Pd., ketua jurusan, yang selalu memberikan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini; 3. Dona Aji Putra, M. A., sekretaris jurusan yang sudah memberikan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini; 4. Djamal D Rahman, M. Hum., dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi ini; 5. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd., dosen penasihat akademik, yang telah meluangkan waktu bagi penulis untuk berkonsultasi dalam menyelesaikan skripsi ini; 6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan selama penulis belajar; 7. Seluruh staf perpustakaan utama UIN dan perpustakaan Fakultas Tarbiyah yang telah mempermudah penulis mencari referensi; 8. Hj. Ida Marlena, S. Kom., kepala SMP Yayasan Miftahul Jannah yang telah memudahkan penulis melakukan penelitian; Rina Gusati, S. Pd., guru
iii
Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian; 9. Dhofier, S. Pd., yang telah membantu dan membimbing ketika penulis menemukan jalan buntu ketika mengolah data menggunakan statistik, 10. Ayah dan Ibuku tercinta (Saidun dan Sumini), yang telah menaruh harapan besar dan selalu berdoa demi selesainya skripsi ini; adik-adik serta seluruh keluargaku yang kucintai; 11. Sahabat-sahabatku Sri Wahyuningsih, Dessy Husnul Qotimah, Amalia Utami S, Astuti Nurasani, Ayu Rizki P, Liza Amalia, Nur Rafiqah, Ratna Agustina P, dan Afgan yang sudah memberikan motivasi dan mendengarkan semua keluhan selama penyusunan skripsi; 12. Teman-teman seperjuangan PBSI 2010 khususnya PBSI A yang sudah mendukung selama penyusunan skripsi ini. Untuk semua yang telah penulis sebutkan di atas, semoga Allah Swt memberikan balasan yang berlimpah ataa banuannya dalam penyusunan skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca serta dunia pendidikan pada umumnya.
Jakarta, 11 September 2014
Nur Amalina
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ABSTRAK ............................................................................................................. i ABSTRACT ………………………………………………………………………ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii DAFTAR ISI ....................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A.
Latar Belakang .................................................................................... 1
B.
Identifikasi ........................................................................................... 4
C.
Pembatasan Masalah ........................................................................... 5
D.
Rumusan Masalah ............................................................................... 5
E.
Tujuan .................................................................................................. 5
F.
Manfaat ................................................................................................ 5
BAB II KAJIAN TEORI A.
Hakikat Media Pembelajaran ...............................................................7 1. Pengertian Media Pembelajaran ......................................................7 2. Kegunaan Media Pembelajaran dalam PBM ..................................8 3. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media Pembelajaran ...................10 4. Syarat Umum Media Pembelajaran dalam PBM ..........................11 5. Jenis-jenis Media Pembelajaran ....................................................12 6. Video sebagai Media Pembelajaran ..............................................14
B.
Hakikat Membaca ..............................................................................16
v
C.
Hakikat Puisi 1. Pengertian Puisi .............................................................................18 2. Unsur Pembangun Puisi ................................................................19 3. Hubungan Pengajaran Puisi dengan Deklamasi ............................23 4. Pembacaan Puisi ............................................................................28
D.
Penelitian yang Relevan .....................................................................29
E.
Kerangka Berpikir ..............................................................................30
F.
Hipotesis Penelitian ............................................................................31
BAB III METODELOGI PENELITIAN A.
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................32
B.
Metode Penelitian ...............................................................................32
C.
Populasi dan Sampel ..........................................................................33
D.
Instrumen Penelitian ...........................................................................34
E.
Analisis Data ......................................................................................38 1. Uji Normalitas ...............................................................................38 2. Uji Homogenitas ...........................................................................39 3. Pengujian Hipotesis .......................................................................39
F.
Perumusan Hipotesis Statistik ............................................................41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Gambaran Umum Sekolah .................................................................42
B.
Hasil Penelitian ..................................................................................46 1. Deskripsi Hasil Penelitian .............................................................47 2. Analisis Data .................................................................................55
C.
Pengambilan Kesimpulan ...................................................................70
D.
Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................71
E.
Keterbatasan Penelitian ......................................................................72
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................73 DAFTAR PUSTAKA
vi
RIWAYAT PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Desain Penelitian ........................................................................
33
Tabel 2
Kriteria Penilaian Pembacaan Puisi ............................................
34
Tabel 3
Pembagian Skor Masing-asing Kriteria ......................................
35
Tabel 4
Hasil Penilaian Kemampuan Membaca Puisi Siswa Kelas VII (Kelompok Eksperimen) .............................................................
Tabel 5
55
Gambaran Hasil Belajar Membaca Puisi Siswa Kelompok Eksperimen .................................................................................
56
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Tes Akhir Kelompok Eksperimen .............
57
Tabel 7
Hasil Penilaian Kemampuan Membaca Puisi Siswa Kelas VII (Kelompok Kontrol) ...................................................................
Tabel 8
59
Gambaran Hasil Belajar Membaca Puisi Siswa Kelompok Kontrol ........................................................................................
60
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Tes Akhir Kelompok Kontrol ...................
62
Tabel 10
Perbandingan Hasil Belajar Membaca Puisi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...........................................
Tabel 11
Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ......................................................................
Tabel 12
Tabel 13
64
67
Hasil Uji Homogenitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ......................................................................
69
Hasil Uji Perbedaan Dengan Statistik Uji t ................................
71
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.
Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin lama semakin maju sesuai
dengan perkembangan zaman. Dan tak bisa dipungkiri, bahwa semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi turut mempengaruhi sikap dan pola berpikir manusia. Untuk itu, diperlukan adanya kreatifitas dan ide-ide inovatif guna mempertahankan eksistensi di dalam era globalisasi ini. Dewasa ini, khususnya dikalangan siswa SMP banyak yang sudah mulai memandang sebelah mata terhadap karya-karya sastra yang ada di Indonesia, tak terkecuali
terhadap
puisi.
Puisi
yang
dulunya
menjadi
sarana
untuk
menyampaikan aspirasi atau menyatakan perasaan mulai ditinggalkan oleh generasi muda karena dinilai ketinggalan zaman. Pandangan ini yang menjadikan mereka enggan untuk memahami puisi, bahkan bagi sebagian dari mereka mendengar kata puisi saja sudah merupakan hal yang menakutkan.Contoh kecil tersebut tentu sangat memprihatinkan, karena bagaimana pun puisi harus tetap lestari di setiap lapisan generasi. Aneh memang, jika melihat puisi yang semakin hari mulai tidak diminati, karena seperti yang kita ketahui umumnya puisi sudah dikenal sejak duduk di bangku sekolah dasar. Semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya semakin maju pula pendidikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan banyak alternatif yang memungkinkan siswa tak hanya mengandalkan informasi dari guru semata, ada layanan internet yang dengan mudahnya memberikan segala informasi yang mereka butuhkan. Tidak hanya siswa, seharusnya guru juga mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan semakin beragamnya media pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran.
1
2
Namun kenyataan di lapangan berkata lain, sebagian besar guru masih menggunakan
teknik
mengajar
yang
itu-itu
saja.
Kebanyakan
mereka
menganggap bahwa mengajar dengan metode ceramah lebih praktis, tidak ribet, dan tidak terlalu memerlukan waktu dan biaya yang berlebih. Padahal seharusnya guru turut berperan aktif dalam upaya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia pendidikan dengan cara memanfaatkan secara maksimal sarana yang ada. Misalnya, menggunakan media audio, media visual, atau bahkan audiovisual. Hal ini sangat jelas bahwa bahwa guru juga turut andil dalam proses pembentukan stigma negatif siswa untuk belajar sastra. Guru biasanya mengajarkan dengan cara yang monoton, sehingga siswa merasa bosan dan jenuh ketika pembelajaran sastra atau mungkin merasa takut. Karena perlu disadari bahwa tidak semua siswa menyukai sastra dalam hal ini puisi. Sudah menjadi sesuatu yang wajar ketika pembelajaran puisi, umumnya menuju pada titik akhir yakni mendeklamasikan puisi yang telah kita buat di depan kelas. Hal ini bertujuan lain agar melatih kepercayaan diri siswa untuk berbicara di depan umum. Tetapi, yang dikhawatirkan karena siswa terlebih dahulu beranggapan bahwa puisi itu sulit jadi ketika mereka diperintahkan menulis puisi dan mendeklamasikannya malah timbul rasa takut yang berlebihan yang pada akhirnya berujung pada stigma bahwa belajar puisi itu menakutkan. Kalau hal ini dibiarkan terus menerus maka minat generasi muda terhadap puisi semakin berkurang. Sempat disinggung sebelumnya bahwa perlu adanya usaha yang cukup keras guna menarik kembali kecintaan siswa yang masih dalam masa remaja ini pada puisi. Perlu adanya perubahan pola pengajaran yang monoton ke pola pengajaran puisi yang lebih menarik. Cara pengajaran yang mungkin dapat diterapkan ketika menjelaskan materi tentang puisi adalah dengan menggunakan media audiovisual. Hasil survei OECD (The Organisation for Economic Co-operation and Development )yang di rilis pada 7 Desember 2011, menyebutkan sebesar 90,27%
3
penduduk menyukai menonton televisi dari pada membaca. Tentu hal ini sangat memprihatinkan, namun hal ini sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh guru dalam memilih media apa yang sesuai dengan karakter siswa di Indonesia secara umum. Penggunaan media audiovisual sepertinya cocok dalam pembelajaran puisi karena dengan cara ini guru mampu menarik minat siswa pada sesuatu yang kurang mereka sukai dalam hal ini puisi ke dalam hal yang mereka sukai yakni menoton. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terhadap dua puluh lima siswa, ketika belajar puisi dengan metode ceramah didapatkan hasil yang mendapat nilai sesuai dengan KKM dalam satu kelas hanya empat orang sedangkan dua puluh satu siswa lainnya mendapatkan nilai di bawah KKM. Namun, setelah menggunakan media audiovisual semua siswa sudah mampu mendapatkan nilai sesuai dengan KKM. Fenomena tersebut dapat terjadi karena siswa akan merasa senang dengan pembelajaran puisi menggunakan metode baru. Kesan menakutkan dan sulit yang awalnya membayangi pandangan mereka mulai tersisihkan. Selain itu, dengan menggunakan media audiovisual pemahaman terhadap unsur intrinsik puisi akan lebih mudah. Dengan cara ini, pandangan siswa terhadap pembelajaran puisi yang acap kali membosankan dapat tergantikan, karena ternyata pembelajaran puisi dapat pula dilakukan dengan cara yang mengasikan. Diharapkan melalui media audiovisual puisi ini siswa tidak hanya tertarik untuk mengikuti pelajaran puisi saat berada di dalam kelas, tetapi juga menumbuhkan rasa keingintahuan yang lebih dalam lagi tentang seluk-beluk puisi di Indonesia. Penelitian ini dilakukan guna memberikan satu diantara strategi yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran sastra khusunya puisi. Seringkali guru menilai bahwa ketika siswanya tidak mampu mendapatkan nilai yang maksimal atau sesuai dengan KKM semata-mata karena siswanya yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Tentu hal ini dinilai tidak adil, karena dalam
4
proses terjadinya pembelajaran yang efektif dan efisien sangat diperlukan adanya kerjasama yang baik antara guru dan murid. Hal ini dapat ditempuh dengan adanya rasa saling memahami dan saling mengerti yang terjallin antara keduanya. Bukan hanya siswa saja yang menerti dengan karakteristik setiap guru, tetapi guru juga harus mengenal karakteristik siswa yang diajarnya. Dengan ini, tujuan pembelajaran pun akan terlaksana dengan baik. Beberapa uraian di atas yang menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini, guna membanu terciptanya suasana belajar yang menyenangkan dan pemahaman siswa akan nilai rasa dalam puisi akan bertambah beiringan dengan minat mereka mendalami puisi. oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk melakkukan penelitian dengan judul Pengaruh Media Audiovisual terhadap Kemampuan Mendeklamasikan Puisi pada Siswa Kelas VII SMPYayasan Miftahul Jannah. 2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan judul yang diambil dalam penelitian ini, banyak masalah
yang ditemukan berkaitan dengan kurangya ketertarikan siswa terhadap sastra di kelas, diantaranya: 1. Minimnya guru Bahasa dan Satra Indonesia menggunakan atau memanfaatkan media audiovisual dalam meningkatkan kemampuan membaca puisi siswa kelas VII. 2. Kurangnya alat-alat pendukung saat guru akan menggunakan sebuah media. 3. Kurangnya pemahaman guru terhadap penggunaan media pembelajaran. 4. Pembelajaran puisi yang belum maksimal; 5. Kurangnya minat siswa dalam pembelajaran puisi; 6. Metode pembelajaran puisi yang sangat monoton; 7. Siswa tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi ketika belajar puisi;
5
8. Situasi dan kondisi yang tidak dapat mendukung siswa belajar puisi secara optimal; dan 9. Siswajugakurangmampumenjiwaipuisi yang merekabaca.
3.
Pembatasan masalah Dari sekian permasalahan yang ada tidak mungkin penulis dapat
membahasnya secara keseluruhan, maka penulis perlu memberikan batasanbatasan masalah. Pembatasan masalah ini penting diperlukan untuk lebih memperjelas perasalahan yang ingin dipecahkan. Oleh karena itu, penulis memberikan batasan pada pengaruh media audiovisual terhadap kemampuan mendeklamasikan puisi pada siswa kelas VII SMP Yayasan Miftahul Jannah Ciputat. 4.
Rumusan masalah Melihat dari pembatasan masalah, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
tentang: Bagaimanakah
pengaruh
media
audiovisual
terhadap
kemampuan
mendeklamasikan puisi pada siswa kelas VII SMP Yayasan Miftahul Jannah? 5.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: Mendeskriprikan pengaruh media audivisual terhadap kemampuan
mendeklamasikan puisi pada siswa kelas VII.
6.
Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi program
bahasa dan sastra indonesia, di antaranya: a. Bagi penulis Sebagai wahana untuk memperluas wawasan terhadap kenyataan di sekolah, terutama mengenai kemampuan siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan media audiovisual.
6
b. Bagi siswa Memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam mengapresiasikan puisi dengan menggunakan media audiovisual. c. Bagi guru Hasil penelitian ini bisa dijadikan sumber inspirasi untuk memotivasi dan menumbuhkan minat belajar siswa khususnya dalam pembelajaran puisi. d. Bagi sekolah Sebagai bahan masukan tentang peranan media audiovisual dalam rangka meningkatkan mutu pengajaran atau pendidikan dan sebagai upya kebijakan akan pentingnya penggunaan media dalam pembelajaran bahasa indonesia.
BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Media Pembelajaran Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan penyampaian pesan dari guru kepada murid demi tercapainya tujuan pembelajaran. Penyampaian informasi terkadang menemukan hambatan, baik dari luar atau pun dari dalam. Hambatan itu bisa saja dikarenakan lingkungan sekolah yang kurang kondusif, kondisi siswa yang mudah hilang konsentrasinya, atau bisa juga dari guru itu sendiri yang selalu menyampaikan materi dengan metode ceramah sehingga membuat siswa bosan. Dengan segala hambatan yang sudah sering terjadi, guru seharusnya mampu mengantisipasi dengan menggunakan cara lain yang dapat mempermudah
penyampaian
pesan
atau
informasi
dalam
proses
pembelajaran. Salah satu yang dapat digunakan adalah media pembelajaran. Media adalah alat yang digunakan dalam proses pembelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan dan memperjelas materi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.1 Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.2 Media pembelajaran juga dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara
1
Arief S. Sadiman, M. Sc., dkk, Media Pendidikan (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1984), h. 6. 2 Ibid., h. 7.
7
8
efisien dan efektif.3 Menurut Oemar Hamalik, media pembelajaran adalah suatu bagian integral dari proses pendidkan di sekolah karena itu menjadi suatu bidang yang harus dikuasai ole setiap guru profesional. 4 Jadi, dapat diartikan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi yang digunakan untuk mempermudah proses belajar yang efektif dan efisien. 2. Kegunaan Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar Menurut Sadiman, secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut. 1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan berkala). 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti; a.
Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model; misalnya saat guru hendak menjelaskan tentang planet bumi tapi karena objeknya terlalu besar, makan guru menggunakan globe sebagai media dalam pembelajarannya.
b.
Objek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar; misalnya guru ingin mengajarkan tentang materi atom, molekul, atau sel yang tidak dapat dilihat dengan mata secara langsung.
c.
Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography; hal ini contohnya ketika guru hendak menjelaskan tentang proses metamorfosis.
d.
Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun
secara
verbal;
misalnya
ketika
guru
ingin
memperlihatkan tentang perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan, guru dapat memutarkan video tentang 3 4
Yudi Munadi, Media Pembelajaran (Jakarta: Gaung Persada (GP) Press, 2012), h. 7-8. Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti 1994), h. 1.
9
materi tersebut sehingga siswa lebih cepat dalam memahami pelajaran tersebut. e.
Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan;
f.
Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.
3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk: a.
Menimbulkan kegairahan belajar; siswa mungkin merasa bosan dengan cara peyampaian materi yang monoton, guru harus
kreatif
menyiptakan
suasana
belajar
yang
menyenangkan. Penggunaan media pemelajaran, dapat menjadi salah satu solusinya. b.
Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan; yang dimaksud dalam
pernyataan
tersebut
adalah
ketika
guru
memperlihatkan contoh seperti bencana alam melalui media video, maka siswa akan lebih dapat berempati dengan lingkungan. c.
Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan
dan
mintanya.
Dengan
adanya
media
pembelajaran, siswa tidak hannya terpaku dengan penjelasan dari guru saja, melainkan dapat belajar secara mandiri dimanapun dan kapanpun. 4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidkan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang
10
lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam: a.
Memberikan perangsang yang sama. Hal ini dapat dilakukan salah satunya ketika dalam pembelajaran puisi. Pada saat guru hendak memberikan tugas kepada siswa untuk menulis puisi tentang alam, guru bisa memutarkan suara-suara kicauan burung yang membuat suasana kelas seperti siswa sedang berada di pegunungan. Dengan hal ini siswa diharapkan akan lebih mudah dalam mendapatkan inspirasi.
b.
Mempersamakan pengalaman. Dalam proses pembelajaran misalnya tentang pembacaan berita, mungkin ada sebagian siswa yang belum mengetahui tentang cara membaca berita yang baik. Guru dengan menggunakan media dalam hal ini dapat berupa video mampu memperlihatkan tentang cara membaca berita dengan baik, sehingga seluruh siswa memiliki pengalaman yang sama dalam melihat contoh pembacaan berita yang baik itu seperti apa.
c.
Menimbulkan persepsi yang sama.5 Dengan
media
pembelajaran guru bisa menyamakan persepsi dengan siswa, karena guru bisa menampilkan melalui media tentang apa yang ia pikirkan dan yang akan dia ajarkan. Melihat bahwa sangat petingnya kegunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar, sudah seharusnya guru menggunakan media pendidikan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. 3. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media Keberadaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting. Namun demikian, seorang guru tidak bisa secara gegabah memilih atau menggunakan media pembelajaran saat mengajar. Ada 5
Sadiman, op. cit., h. 17-18.
11
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan ketika hendak memilih media adalah sebagai berikut. a. Tujuan instruksional yang ingin dicapai; b. Karakteristik siswa atau sasaran; c. Jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak, dan seterusnya); d. Keadaan latar atau lingkungan; e. Kondisi setempat; f. Dan luasnya jangkauan yang ingin dilayani.6 Hal-hal diatas pelu dipikirkan secara matang sehingga media yang dipilih benar-benar dapat membantu proses belajar mengajar. Jangan sampai malah merusak konsentrasi atau membuat bingung siswa. 4. Syarat Umum Media Pengajaran dalam PBM Selain pertimbangan dasar yang harus dilakukan sebelum memilih suatu media pembelajaran, ada beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan media pengajaran dalam PBM (Proses Belajar Mengajar), yakni: a. Media pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. b. Media pengajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau didengar. c. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar. d. Media pengajaran juga harus sesuai dengan kondisi individu siswa, e. Media pengajaran tersebut merupakan perantara (medium) dalam proses pembelajaran siswa.7 Syarat-syarat umum di atas merupakan hal penting yang harus dipenuhi ketika hendak memilih atau menggunakan media dalam proses belajar mengajar. Tanpa memenuhi syarat tersebut, media 6 7
Ibid., h. 84. Asnawir, Media Pembelajaran (Jakarta: PT Intermasa, 2002), h. 20.
12
pembelajaran yang digunakan bisa jadi tidak maksimal dalam penggunaannya. 5. Jenis-jenis Media Menurut Munadhi, media pembelajaran digolongkan menjadi lima, yaitu: a. Media Audio Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata.8 media audio menyampaikan pesan atau informasi yang hanya diterima melalui indera pendengaran. Jenis-jenis media audio adalah Phonograph (Gramaphone), Open Reel Tapes, Cassete Tapes, Compact Disk, Radio, dan Laboratorium Bahasa. b. Media Visual Media visual adalah yang hanya melibatkan indera penglihatan.9 Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni verbal dan nonverbal. Jenis media visual diantaranya gambar, gafik, diagram, bagan, peta, majalah, buku, poster. c. Media Audiovisual Media audiovisual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam suatu proses.10 Sifat pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal dan non verbal yang terlihat layaknya media visual juga pesan verbal dan non verbal yang terdengar seperti media audio. Pesan yang terdengar dan terlihat itu dapat disajikan melalui media audiovisual seperti film dokumenter, film drama, dan lain-lain.
8
Munadi, op.cit., h. 55. Ibid., h. 56. 10 Ibid. 9
13
d. Multimedia Multimedia adalah media yang melibatkan berbagai indera dalam sebuah proses pembelajaran.11 Dengan menggunakan multimedia proses pembelajaran yang sedang berlangsung akan melibatkan banyak indera dan organ tubuh. Jenis multimedia antara lain internet, komputer, dan E-learning.
e. Peralatan Proyeksi 1) Overhead Projector (OHP) OHP
adalah
sebuah
alat
yang
berfungsi
untuk
memproyeksikan bahan-bahan visual yang dibuat di atas lembar transparan.12 2) Slide (Film Bingkai) Pada dasarnya slide sama dengan film strip, perbedaannya adalah bahwa slide dapat diproyeksikan satu persatu, sedangkan film strip merupakan rangkaian atau keseluruhan penyampaian ide tertentu. Lazimnya, slide dapat digunakan untuk menyajikan gambar atau objek hasil pemotretan.13 3) Film Strip (Film Rangkai) Berbeda dengan slide, gambar pada film strip berurutan merupakan satu kesatuan. Rangkian gambar bisa dikatakan rangkaian foto di atas bahan yang transparan.14 4) Opaque Projector (Proyektor Tak Tembus Pandang) Bila ketiga proyektor di atas berbasis bahan transparan, maka proyektor yang satu ini mampu memproyeksikan bahanbahan tidak tembus pandang (opaque).15 Benda-benda datar,
11
Ibid., h. 57. Ibid., h. 169. 13 Ibid., h. 175. 14 Ibid., h. 178. 15 Ibid., h. 180. 12
14
tiga dimensi seperti mata uang, model, serta warna dan anyaman dapat diproyeksikan. 5) Digital Projector Perbedaan digital projector dengan OHP yaitu kalau digital projector dapat menampilkan bahan visual diam dan bergerak, sedangkan OHP hanya menampilkan bahan visual diam saja.16 Dari berbagai jenis media yang diuraikan, maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan media audiovisual dalam hal ini video sebagai media pembelajaran membaca puisi. 6. Video sebagai Media Pembelajaran Video merupakan media yang paling bermakna dibandingkan media lain seperti grafik, audio, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan video merupakan media yang paling dinamik serta efektif dalam menyampaikan suatu informasi. Penggunaan video dalam pembelajaran akan memberikan pengalaman baru, karena video merupakan gambar yang bergerak dan dihasilkan dari proses rekaman. Harus diperhatikan dalam penggunaan video yang disajikan tidak akan sebaik yang terdapat dalam televisi. Hal itu terjadi karena penggunaan video pada komputer mempunyai keterbatasan resolusi dan ukuran. Istilah video berasal dari bahasa latin yaitu dari kata vidi atau visium yang artinya melihat atau mempunyai daya penglihatan. Video adalah teknologi penangkapan, perekam, pengolahan, penyimpanan, pemindahan, dan perekonstruksian urutan gambar diam dengan menyajikan adeganadegan dalam gerak secara elektronik.17 Menurut KBBI video adalah rekaman gambar hidup atau program televisi untuk ditayangkan di televisi.18 Namun demikian, video yang digunakan dalam penelitian ini
16
Ibid., h. 182. Munir, Multimedia: Konsep dan Aplikasi (Bandung, Alfabeta, 2012), h. 289. 18 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1547. 17
15
bukan video yang ditayangkan di televisi melainkan video yang sudah diunduh sebelumnya dan ditampilkan melalui proyektor. Agnew dan Kellerman dalam Munir mengatakan bahwa video sebagai media digital yang menunjukkan susunan atau urutan gambar-gambar dan memberikan ilusi, gambaran, serta fantasi pada gambar yang bergerak.19 Melihat dari definisi tersebut ternyata video dapat memberikan ilusi, gambaran, serta fantasi maka peneliti menggunakan video dalam pembelajaran membaca puisi yang berfungsi untuk memberikan gambaran atau contoh membaca puisi yang baik. Video yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah video pembecaan puisi yang dilakukan oleh W.S. Rendra, Taufiq Ismail, Sutardji Calzoum Bachri, dan Helvy Tiana Rosa. Dari keempat video tersebut, diharapkan siswa mampu menerapkan bagaimana cara pembacaan puisi yang benar saat ditugaskan untuk membacakan puisi Menyesal karya Ali Hasjmy. Berikut adalah pendeskripsian tentang video yang digunakan dalam penelitian: a.
Puisi untuk Yoyoh Yusroh yang dibacakan oleh Helvy Tiana Rosa. Puisi tersebut dibacakan pada saat acara panggung apresiasi yang diadakan oleh badan eksekutif mahasiswa jurusan bahasa dan sastra indonesia, Universitas Negeri Jakarta. Video tersebut berdurasi dua menit dua puluh lima detik. Dalam video tersebut terlihat dengan jelas kemampuan Helvy yang mampu membawa penonton hanyut ke dalam suasana puisi yang menceritakan tentang perjuangan. Helvy mampu menempatkan penekanan terhadap kata-kata yang penting dalam puisi tersebut. Selain itu, Helvy juga tidak terpaku kepada teks sesekali ia melihat kepada penonton. Sikap tubuh yang diperlihatkan juga tidak kaku tetapi juga tidak sampai menunjukkan gerakan-gerakan tangan yang tidak penting.
b.
Video W. S. Rendra saat membacakan puisi yang berjudul mas kumambang. Puisi itu dibacakan di Taman Ismail Marzuki. Saat
19
Munir, op.cit., h. 290
16
membacakan puisi Rendra seperti bercerita tentang keluh kesahnya terhadap kondisi bangsa Indonesia. Rendra mampu menempatkan tekanan-tekanan kata dengan tepat. Irama yang diberikan pada puisi tersebut seperti sedang bercerita. c.
Video yang ketiga adalah pembacaan puisi oleh Taufiq Ismail dengan judul Kami Muak dan Bosan. Video yang berdurasi tiga menit dua belas detik ini menampilkan pembacaan puisi Taufiq yang ditayangkan di Metro TV. Latar yang ditampilkan dalam video tersebut adalah perkebunan dengan angin yang bertiup sepoi-sepoi menambah kesyahduan suasana. Ditengah pembacaan puisi sesekali Taufiq mengungkapkan sindirannya dengan tertawa. Tawa yang seolah-olah mengejek kepada para koruptor di Indonesia yang diberi hukuman sangat ringan jika dibandingkan dengan hukuman di negara lain.
d.
Video yang terakhir adalah video pembacaan puisi oleh Sutardji Calzoum Bachri yang berdurasi enam menit satu detik. Berbeda dengan pembacaan puisi dari ketiga video sebelumnya. Dalam video ini Sutardji tidak hanya membacakan puisi, tetapi juga mengiringi puisi tersebut dengan harmonika yang ia mainkan seorang diri. Pembacaan puisi diawali dengan irama musik yang mampu membangun suasana sesuai dengan isi puisi. Layaknya puisi yang diciptakan oleh Sutardji, puisi ini juga memiliki sedikit kata yang diulang-ulang. Sutardji mampu membuat irama puisi yang berbeda setiap pengulangannya.
B. Hakikat Membaca Membaca adalah suara proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesany yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.20 Dari pengertian tersebut dapat
20
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung, Angkasa, 2008), h. 7.
17
disimpulkan bahwa ketika seseorang membaca pada dasarnya pasti ia mencari informasi yang terkandung di dalam bacaan tersebut. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,
mencakup
isi,
memahami
makna
bacaan.21
Anderson
mengungkapkan dalam Henry Guntur Tarigan tujuan membaca antara lain adalah sebagai berikut. 1.
Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian atau fakta.
2.
Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama.
3.
Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita.
4.
Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi.
5.
Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan.
6.
Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi.
7.
Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan.22
21 22
Ibid., h. 9. Ibid., h. 9-11.
18
Pada intinya,
tujuan membaca adalah untuk mencari informasi yang
terkandung di dalam suatu bacaan, entah itu untuk keperluan mengkritik atau bahkan hanya sekedar menjadikan membaca sebagai hiburan semata. C. Hakikat puisi 1. Pengertian Puisi Puisi adalah karangan yang menggunakan kata-kata yang indah dan banyak makna.23 Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, matra, serta penyusunan larik dan bait.24 Puisi juga dapat diartikan sebagai karangan bahasa yang khas memuat pengalaman yang disusun secara khas pula.25 Adapun pendapat lain mengatakan bahwa puisi adalah karangan yang singkat, padat, dan pekat. 26 Luxemberg menyebutkan yang dimaksud dengan teks-teks puisi adalah teks-teks monolog yang isinya tidak pertama-tama sebuah alur. Selain itu teks puisi bercirikan penyajian tipografik tertentu.27 Definisi paling sederhana dari puisi adalah tulisan para penyair.28 Jadi, puisi adalah karya sastra yang padat dan sarat akan makna. Memahami sebuah puisi lebih sulit jika dibandingkan dengan memahami sebuah drama ataupun prosa, karena dengan bahasa yang ekonomis seseorang harus mampu memahami maksud atau pesan yang terkandung di dalamnya. Puisi memiliki perbedaan yang cukup terlihat dengan prosa, hal ini terdapat dalam penggunaan kata-kata di dalam puisi banyak bersifat konotasi sedangkan dalam kata-kata di dalam prosa lebih banyak bermakna denotasi. Jika dilihat dari sifatnya, puisi bersifat pemusatan atau konsentris dan prosa bersifat pembeberan atau uraian.29 Hal ini dapat 23
E.Kosasih, Ensiklopedia Sastra Indonesia (Jakarta: PT Perca, 2008), h. 62. Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia (Surabaya: Offset INDAH, 1991), h. 65. 25 Sumardi, dkk., Pedoman Pengajaran Apresiasi Puisi (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1983), h. 3. 26 Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMTA (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 1993), h. 99. 27 Jan Van Luxemberg, dkk., Pengantar Ilmu Sastra, Terjemahan Dick Hartoko (Jakarta: PT Gramedia, 1984), h. 175. 28 Mortimer J. Adler, How To Read a Book (iPublishing, 1972), h. 275. 29 Suprapto, op. cit., h. 102. 24
19
terlihat dari jumlah ruang yang diperlukan ketika menulis puisi lebih sedikit jika dibandingkan dengan menulis prosa.
2. Unsur Pembangun Puisi Seperti karya sastra lainnya, puisi juga terdiri atas unsur-unsur yang turut membangun karya tersebut. Unsur dalam puisi terbagi menjadi dua, yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik puisi adalah unsur yang terkandung di dalam puisi itu sendiri. Unsur intrinsik suatu puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin: a)
Struktur Fisik (1) Perwajahan Puisi (Tipografi) Tipografi adalah pengaturan dan penulisan kata, larik, dan bait dalam puisi.30 Selain itu, tipografi juga dapat diartikan sebagai bentuk puisi seperti halaman yang tidak dpenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, hingga baris puisi yang tidak harus dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri tanda titik.31 Pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama, larik-larik puisi tidak membangun periodistet yang disebut paragrap, namun membentuk bait, hal tersebut juga diartikan sebagai tipografi.32 Tipografi ini merupakan cara seseorang membentuk tulisan puisinya, sehingga memiliki keindahan serta makna tersendiri. Contoh tipografi adalah sebagai berikut: TAPI aku bawakan bunga padamu tapi kau bilang masih aku bawakan resah padamu
30
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 113. D. Damayanti, Buku Pintar Sastra Indonesia; sajak, syair, pantun, dan majas (Jogjakarta: Araska, 2013), h.18 32 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi (Jakarta: Erlangga, 1987), h.97 31
20
tapi kau bilang hanya aku bawakan darahku padamu tapi kau bilang cuma aku bawakan mimpiku padamu tapi kau bilang meski aku bawakan dukaku padamu tapi kau bilang tapi aku bawakan mayatku padmu tapi kau bilang hampir aku bawakan arwahku padamu tapi kau bilang kalau tanpa apa aku datang padamu wah! Sutardji Calzoum Bachri, O AMUK KAPAK, 1981 Dengan tipografi seperti di atas bisa kita simpulkan bahwa perwajahan puisi tersebut menggambarkan sebuah pertentangan antara “aku” dan “kau” sehingga apa pun yang dibawa oleh “aku” selalu kandas dan terjatuh (tak bermakna) di mata “aku” seperti digambarkan dalam baris puisi yang anjlok ke bawah dan menjorok ke dalam. Tipografi barisnya yang anjlok dan menjorok ke dalam seolah menggambarkan bahwa apa yang dimiliki “aku” sangat diremehkan, tidak ada apa-apanya dalam pandangan “kau”. Selain itu, dengan adanya pemisahan antara baris “aku” dan “kau”, seolah menggambarkan bahwa percakapan dalam puisi itu terjadi dialog
21
antara dua orang, baik antara seorang Budak dengan Tuannya, maupun Hamba dengan Tuhannya. Hal itu menggambarkan bahwa seorang hamba dengan Tuhannya tidak akan pernah sejajar. (2) Diksi Diksi adalah pilihan kata.33 Diksi juga berarti ketepatan pemilihan dan penggunaan kata.34 Jadi dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh seorang pengarang dalam menulis puisi. Diksi yang baik adalah diksi yang berhubungan dengan pemilihan kata yang bermakna tepat dan selaras, yang penggunaannya cocok dengan pokok pembicaraan, peristiwa, dan khalayak pembaca atau pendengar. Dalam hal penggunaan diksi, ada dua jenis puisi yang bisa diidentifikasi, yaitu (1) Puisi diafan disebut juga puisi trasparan. Artinya pembaca dapat dengan mudah mengetahui isi atau maksud puisi yang dibacanya. Namun, bukan berarti puisi ini miskin makna perenungan filosofis, puisi ini tetap memiliki makna yang mendalam; (2) puisi prismatis, yaitu puisi-puisi yang menggunakan diksi-diksi metaforis yang perlu perenungan intens untuk memahami maknanya.35 Dengan sedikit pengetahuan tentang diksi diharapkan akan semakin mengerti tentang puisi secara lebih baik. (3) Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah cara menampilkan diri dalam bahasa.36 Gaya bahasa merupakan unsur pembangun yang penting dalam puisi. Gaya bahasa antara lain simile, metafora, personifikasi, hiperbola, litotes, ironi, metonimia, sinekdot, eufimisme, anafora, antitese, alusio, klimaks, dan antiklimaks.37 Definisi gaya bahassa
33
Siswanto, op. cit., h. 68. Suroto, op. cit., h. 112. 35 Heru Kurniawan dan Sutardi, Penulisan Sastra Kreatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 27. 36 Suroto, op. cit., h. 114. 37 Priyatni, op. cit., h. 72. 34
22
atau dikenal juga dengan sebutan majass menurut Keraf adalah cara mengungkapkan
pikiran
melalui
bahasa
secara
khas
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).38 Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, gaya bahasa atau majas memiliki berbagai macam jenis, antara lain: a. Hiperbola Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesarbesarkan sesuatu hal.39 Contoh: Kemarahanku sudah mnjadi-jadi hingga hampir meledak aku. b. Persamaan (Simile) Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit.40 Yang dimaksud perbandingan bersifat eksplisit adalah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lan. Untuk itu, memerlukan upaya secara eksplisit untuk menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, bagaikan, sama, dan sebagainya. Contoh: kikirnya seperti kepiting batu, bagai air di daun talas. c. Metafora Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat.41 Contoh: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya. d. Personifikasi Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat
38
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 113, cet. Ke-20 39 Ibid., h. 135. 40 Ibid., h. 138. 41 Ibid., h. 139.
23
kemanusiaan.42 Contoh: matahari baru saja kembali ke peraduannya, ketika kami tiba di sana. e. Ironi Ironi diturunkan dari kata eironeia yang berarti penipuan atau pura-pura. Menurut Keraf, ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian katakatanya.43 Contoh: Saya tahu Anda adalah seorang gadis yang paling cantik di dunia ini yang perlu mendapat tempat terhormat! Dapat dikatakan hampir tidak ada puisi yang hadir tanpa sebuah gaya bahasa. Dengan gaya bahasa, puisi akan lebih hidup. (4) Musikalitas Musikalitas adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengucapan bunyi.44. Unsur musikalitas meliputi rima dan bunyi. Rima adalah persamaan bunyi yang berulang-ulang baik pada akhir baris, awal, atau tengah yang tujuannya adalah untuk menumbuhkan efek estetis.45 Sedangkan bunyi adalah unsur yang digunakan tidak semata-mata hanya sebagai hiasan, melainkan sebagai pendukung maksud atau jelmaan rasa.46 Sehubungan dengan unsur bunyi maka ada dua macam bunyi yakni bunyi yang mengkonotasikan kekerasan, kekejaman, kekerasan, dan bunyi-bunyi yang mengkonotasikan kehalusan, indah, kecil, rapi, dan sejenisnya. Yang pertama disebut dengan istilah kokofoni, sedang jenis yang kedua disebut eufoni.47 Unsur musikalitas (rima dan bunyi) sangat penting
42
Ibid., h. 140. Ibid., h. 143. 44 Suroto, op. cit., h. 105. 45 Priyatni, op. cit., h. 73. 46 Ibid. 47 Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 1993), h. 109. 43
24
dalam puisi, tanpa adanya unsur tersebut maka sebuah puisi bisa saja menjadi hambar. b)
Struktur Batin (1) Tema Tema adalah pokok persoalan atau pokok pikiran yang mendasari terbentuknya sebuah puisi.48 Tema dapat pula diartikan sebagai gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang.49 Dari dua pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tema adalah gagasan pokok yang menjadi dasar dari terbentuknya puisi dan merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang. Untuk dapat menangkap tema sebuah puisi, pertama kali yang harus dilakukan adalah membaca puisi itu berkali-kali sampai tahu betul hubungan antar kata dalam puisi tersebut. Suasana puisi juga dapat membantu apabila ingin memahami tema suatu puisi. oleh karena itu, untuk dapat menangkap tema puisi harus membacanya secara menyeluruh sebagai satu kesatuan, tidak bagian per bagian. (2) Amanat atau pesan Amanat
atau
pesan
adalah
sesuatu
yang
hendak
disampaikan oleh penyair kepada pembaca lewat puisinya.
50
Bedanya dengan tema, kalau tema adalah persoalan yang dikemukakan sedangkan amanat adalah sesuatu yang hendak disampaikan lewat persoalan itu. Amanat biasanya berada di balik tema, karena itu penafsiran terhadapa amanat sangat subjektif. Namun kesubjektifan itu dapat diperkecil dengan mengetahui
hal-hal
yang
berhubungan
dengan
pribadi
penyairnya. 48
Suroto, op. cit., h. 99. Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h. 74. 50 Ibid., h. 101. 49
25
Unsur-unsur intrinsik tersebut dapat dijadikan patokan ketika akan menilai puisi tersebut baik atau tidak. Selain unsur intrinsik, ada pula unsur ekstrinsik yakni unsur yang berada di luar naskah puisi. Bisa saja berasal dari dalam diri penulis puisi atau lingkungan tempat sang penulis puisi tersebut menulis puisinya. Unsur ekstrinsik puisi, meliputi: 1.
Unsur biografi adalah latar belakang atau riwayat hidup penulis.
2.
Unsur nilai dalam cerita, seperti ekonomi, politik, sosial, adatistiadat, budaya, dan lain-lain.
3.
Unsur kemasyarakatan adalah situasi sosial ketika puisi itu dibuat.51 Dengan mengetahui unsur ekstrinsik sebuah puisi, sedikit banyak
dapat tergambar latar belakang menulis atau penyair menulis puisi tersebut dan akan lebih dapat memahami puisi tersebut. 3. Hubungan Pengajaran Puisi dengan Deklamasi Saat ini, bagi sebagian orang puisi masih mendapat tempat terhormat dalam setiap budaya yang menjunjung tinggi karya sastra. Banyak budayawan terkenal atau bahkan negarawan sangat tertarik membaca karya sastra yang berbentuk puisi. Meski demikian, pengajaran puisi menjumpai banyak kesulitan. Tidak jarang pada guru sastra sendiri, cenderung
menghindarinya
karena
merasa
kesulitan
untuk
mengajarkannya. Sebenarnya, jika sebagai guru sastra mengetahui bagaimana cara memulai tugas yang cukup sulit ini, tak ada seorang siswa pun yang tidak tertolong untuk dapat memahami dan manikmati puisi yang dibacanya. Hal yang terpenting dalam pengajaran puisi di kelas adalah menjaga agar suasana tetap santai.52 Jangan sampai seorang guru atau siswa merasakan awal pelajaran sebagai sesuatu yang menegangkan atau 51 52
Ibid., h. 123. B. Harmanto, Metode Pengajaran Sastra (Yogyakarta: Kanisius, 1988), h. 47.
26
terlalu kaku. Dalam mengajak para siswa untuk memahami dan manikmati puisi hendaknya para guru tidak terlalu tergesa-gesa membebani para siswa dengan istilah-istilah teknis seperti gaya bahasa metafora, hiperbola, personifikasi, dan sebagainya. Berbicara tentang puisi berarti kita akan berbicara tentang puisi dan pembacannya. Dengan demikian, ada empat unsur pokok yang terkait dalam pembacaan puisi yaitu: puisi, pembaca, lagu, dan gerak-gerik. Keempat unsur tersebut bertautan erat satu dengan yang lainnya serta saling menunjang dalam melahirkan dirinya dalam wujud pembacaan puisi. Sebuah puisi barulah terasa keindahannya jika sudah dibaca dengan irama yang baik. Irama ini akan jelas menonjol, waktu puisi itu dideklamasikan. Deklamasi sendiri memiliki definisi yakni mengucapkan sebuah prosa atau puisi (bentuk yang paling umum dideklamsikan di Indonesia adalah puisi) dengan cara yang sebaik-baiknya dengan memperhatikan syarat-syarat yang telah ditentukan.53 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia deklamasi adalah penyajian sajak yang disertai lagu dan gaya.54Adapun
syarat-syarat
yang
ditentukan
ketika
hendak
mendeklamasikan sebuah puisi adalah: 1.
Pemahaman Pemahaman adalah sampai sejauh mana interprestasi seseorang tentang maksud suatu puisi.55 Penafsiran dan pemahaman, memang dua hal yang sejalan. Penafsiran yang salah akan melahirkan pemahaman yang salah juga. Seorang pendeklamasi yang belum paham (mengerti) isi atau maksud sebuah puisi, tidak mungkin dapat mendeklamasikannya dengan baik.
2.
Peresapan
53
Drs. B. P. Situmorang, Puisi dan Metodologi Pengajarannya (Medan: Nusa Indah, 1974), h. 50. 54 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 306. 55 Situmorang, op.cit., h. 51.
27
Sebuah puisi yang hendak dideklamasikan haruslah diresapkan benarbenar dalam hati, sehingga seolah-olah menjadi milik pendeklamasi sendiri. Pendeklamasi bertugas sebagai juru bicara yang harus dapat meyakinkan si pendengar, maka tanpa peresapan yang sebaik-baiknya, tidak akan mungkin dapat meyakinkan hati orang lain.56 3.
Ekspresi Kemampuan mengekspresikan suatu puisi menjadi faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya seorang penyair membawa para pendengar atau penontonnya hanyut kedalam puisi tersebut.57 Apabila seorang penyair gagal membawa penonton hanyut ke dalam puisi tersebut, maka perlu dipertanyakan kembali kemampuannya dalam menghidupkan dan menyajikan suatu puisi. Pada kegiatan membaca puisi di dalam kelas, seringkali siswa sudah mampu menafsirkan dan memahami sebuah puisi, hanya saja terbentur pada cara membawakannya atau dalam hal ini mengekspresikannya. Untuk hal tersebut perlu diperhatikan hal-hal berikut: a. Daya hafal Setiap pendeklamasi puisi haruslah mempunyai daya hafal yang sebaik-baiknya. Kegagalan dalam daya hafal, merupakan kegagalan pula dalam deklamasi.58 Sebuah deklamasi sebenarnya dapat dilakukan dengan mempergunakan catatan. Akan tetapi penggunaan catatan akan sangat menganggu apabila saat medeklamasikan sebuah puisi berulang kali pendeklamasi melihat ke arah catatan. Hal tersebut seakan-akan pendeklamasi belum dapat memahami dan meresapi puisi yang dibacakan. b. Pengucapan Salah satu hal yang sangat penting mendapat perhatian pada setiap kesempatan berdeklamasi ialah ucapan. Pengucapan ini tidak terpisahkan dengan intonasi. Dari ucapan dan intonasi seseorang akan 56
Ibid. Ibid., h. 52. 58 Ibid. 57
28
dengan cepat menilai apakah seseorang mampu untuk berdeklamasi atau tidak.59 c. Irama Tak terpisahkan pula dengan pengucapan dan intonasi ialah irama. Berbicara mengenai tinggi rendah suara, keras lembut suara, panjang pendek suara berarti membahas tentang irama. Jadi apa yang disebut ritme, metrum, dan tempo, termasuk di dalamnya. Sesungguhnya ketiga unsur ini tak pernah terpisahkan ketika membaca kalimat. Irama merupakan faktor yang utama untuk menghidupkan puisi sebab irama merupakan jiwa pendeklamasian puisi.60 Tanpa irama yang baik, pastilah seorang pendeklamasi tidak akan mungkin behasil dalam deklamasi. Dalam hal ini seorang pendeklamasi haruslah mengetahui, pada bagian-bagian mana suara perlu dikeraskan, ditinggikan, atau dilambatkan. Sebab irama yang monotone tidak akan berhasil menghidupkan sebuah puisi. d. Batas sintaksis Batas perhentian suara (sintaksis) ini sangat penting agar jelas pada bagian-bagian mana seorang berheti untuk menarik nafas, hingga pokok-pokok dalam puisi itu jelas dikemukakan.61 Hal ini dapat disiasati dengan memberi tanda terlebih dahulu dimana saja ia harus berhenti, sehingga apa yang ingin disampaikan penciptanya tidak kacau balau. e. Mimik Mimik merupakan petunjuk apakah seseorang sudah benar-benar dapat menjiwai puisi dengan sebaik-baiknya.62 Setelah puisi itu benar-benar meresap ke dalam jiwa seorang pendeklamasi akan dengan mudah terlihat dari mimiknya. Harmonisasi antara mimik dan isi puisi merupakan puncak keberhasilan deklamasi. Pada saat seperti 59
Ibid. Ibid., h. 53. 61 Ibid., h. 54. 62 Ibid. 60
29
inilah sering orang terpesona sebab sungguh-sungguh merupakan suatu yang mengharukan. Mimik ini jelas tidak dapat dibuat-buat dan diatur sebelumnya, tetapi biasanya keluar menurut kewajaran secara spontan. f. Gerak-gerik Gerak-gerik dalam deklamasi walaupun bukan keharusan tapi sangat sering menolong untuk menjiwai dan menghidupkan sebuah puisi.63 Pada saat siswa berdeklamasi seringkali setiap kalimat yang diucapkan selalu diikuti dengan gerakan malah sering pula sebelum suaranya keluar, sudah lebih dahulu ada gerakan tangan atau kaki, sehingga puisi yang dideklamasikan hanya dipergunakan sebagai bahan permainan yang humoris. Dengan kemampuan dan kesiapannya yang ada, deklamator harus mampu meyakini dirinya sendiri serta diri orang lain tentang kebenaran pengalamannya dalam menyelami puisi yang dideklamasikan.64 Adapun syarat-syarat yang ditentukan ketika hendak mendeklamasikan sebuah puisi yang sudah disebutkan sebelumnya harus digunakan seefesien dan seefektif mungkin. Seorang deklamator yang berpengalaman tidak akan menggunakan syarat-syarat tersebut menurut kemauannya, melainkan akan digunakan atas dasar keperluan. Namun demikian, peneliti hanya menggunakan
lima
aspek
mendeklamasikan puisi yaitu
syarat
ketika
menilai
siswa
saat
vokal, intonasi, irama, kesesuaian
visualisasi, dan ekspresi. 4.
Pembacaan Puisi Walaupun sama-sama membaca karya sastra, membaca cerpen dengan
membaca puisi berbeda. Membaca cerpen bisa dikatakan membaca hubungan antar kalimat, sedangkan membaca puisi membaca hubungan antar kata.membaca 63
Ibid., h. 55. Drs. H. Moha Junaedie, Aresiasi Sastra Indonesia (Ujung Pandang: CV Putra Maspul, 1994), h. 7. 64
30
hubungan antar kata lebih sulit karena jika salah memberikan nada dan pemenggalan maka akan menimbulkan makna yang lain. Ada dua macam membaca puisi, membaca puisi yang bertujuan sekedar untuk mengetahui dan memahami isinya dan membaca puisi yang bertujuan untuk menimbulkan keindahan bacaan, seperti yang sering dilombakan. Membaca
puisi
untuk
memahami
isinya
mungkin
tak
banyak
menimbulkan kesulitan karena tidak menuntut persyaratan khusus misalnya suara yang baik, suara yang keras, kesesuaian gerak, dan jiwa puisi. untuk dapat memahami dan menghayati puisi hal-hal dibawah ini perlu diperhatikan: 1.
Bacalah puisi itu dua sampai tiga kali. Puisi yang agak sukar dimengerti isinya biasanya lebih banyak menuntut beberapa kali baca.
2.
Upayakan untuk memenggl baris-baris puisi itu secara tepat.
3.
Perhatikan tanda baca secara cermat. Pemakaian tanda baca oleh penyair biasanya mempunyai maksud tertentu. Lebih-lebih pada puisi konkret.
4.
Ada pula puisi yang miskin tada baca atau bahkan tidak manggunakan tanda baca sama sekali. Ini tidak berarti puisi itu tidak ada mula, hentian, dan akhir. Mungkin ia mengkonotasikan maksud tertentu.
5.
Harus diingat pula bahwa dalam membaca puisi tidak selalu harus menghentikan bacaan kita pada tiap baris. Sangat mungkin sesudah beberapa baris baru boleh berhenti atau bahkan setelah satu bait baru berhenti atau mungkin tidaj berhenti sama sekali samapi puisi berakhir.
6.
Untuk bisa memahami pembacaan puisi secara tepat tak bisa melepaskan nilai rasa kata maupun arti kata itu sendiri. Pembacaan dan sekaligus penghayatan kata yang kokofoni dan eufoni tentu tidak sama. Pembacaan kata yang bersuku satu dengan yang bersuku kata dua atau tiga juga tidak sama. Penggunaan kata oleh penyair jelas tidak asal. Ia sudah mempertimbangkan pemilihan kata baik dari segi arti, bentuk, maupun bunyi.
31
7.
Kalau tujuan membaca puisi demi keindahan bacaan, maka hal-hal yang terdapat pada cara membaca cerpen perlu juga diperhatikan.65 Dengan memperhatikan hal di atas, membaca puisi pun akan terasa lebih
mudah. D.
Penelitian yang Relevan Penelitian
pertama yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi
Fadillah Tussa’adah
(2012) yang berjudul “ Pengaruh Penggunaan Media
Audiovisual (video) terhadap Keterampilan Menulis Karangan Eksposisi pada Siswa SMP Negeri 3 Cikarang Selatan-Bekasi Tahun Pelajaran 2011/2012”. Persamaan antara skripsi peneliti dengan skripsi Fadillah Tussa’adah adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran setelah diberikan treatment pembelajaran berupa video. Akan tetapi, perbedaannya terletak dari tujuan yang ingin dicapai setelah deberikan treatment
tersebut. Fadillah Tussa’adah melihat dari
keterampilan menulis karangan eksposisi, sedangkan peneliti ingin melihat dari keterampilan membaca puisi.66 Penelitian berikutnya yang relevan dengan peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Syihaabul Hudaa (2013) yang berjudul “Penggunaan Metode Musikalisasi Puisi dalam Peningkatan Minat Membaca Puisi Kelas X ap 1 di SMK Al-Hidayah Lestari Lebakbulus Jakarta Selatan”. Persamaan antara skripsi peneliti dengan skripsi Syihaabul Hudaa adalah dalam sama-sama menilai kemampuan membaca puisi siswa. Akan tetapi, perbedaannya terletak dari media yang digunakan dalam pembelajaran. Peneliti menggunakan media dalam bentuk video, sedangkan syihaabul hudaa menggunakan musikalisasi sebagai media pembelajaran. Selain itu, dari segi objek penelitian juga terdapat perbedaan,
65
Suroto, op. cit., h. 188-189. Fadillah Tussa’adah, Pengaruh Penggunaan Media Audiovisual (Video) Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Eksposisi pada Siswa SMP Negeri 3 Cikarang Selatan-Bekasi Tahun Pelajaran 2011/2012 (Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2012) 66
32
peneliti melakukan penelitian pada siswa kelas VII sedangkan Syihaabul Hudaa melakukan penelitian pada siswa kelas x.67 Penelitian ketiga yang relevan dengan penelitian adalah penelitian yang dilakukan oleh Risa Khairunnisa Pratiwi (2013) yang berjudul Pengaruh Media Film Dokumenter Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 17 Ciputat Tahun Pelajaran 2012/2013.68 Persamaan antara penelitian peneliti dengan penelitian Risa adalah sama-sama menggunakan media audiovisual. Akan tetapi, perbedaannya terletak dari jenis media audiovisual yang digunakan dalam pembelajaran. Peneliti menggunakan media audiovisual dalam bentuk video, sedangkan Risa Khairunnisa menggunakan film dokumenter sebagai media pembelajaran. Selain itu, dari segi materi pembelajaran juga berbeda. Risa Khairunnisa menilai kemampuan menulis puisi siswa kelas VII sedangkan peneliti menilai kemampuan membaca puisi.
E.
Kerangka Berpikir Penulis mengemukakan hubungan antara variabel independen (yang
memengaruhi) dan dependen ( yang dipengaruhi) yang bersifat sebab pengaruh. Dari judul skripsi “Pengaruh Media Audiovisual terhadap Kemampuan Membaca Puisi pada Siswa Kelas VII SPM Yayasan Miftahul Jannah”. Berdasarkan judul tersebut dapat diketahui bahwa yang menjadi variabel independen (yang mempengaruhi) dalam kemampuan membaca puisi yaitu media audiovisual. Dengan media audiovisual dapat membuat siswa memiliki gambaran tentang pembacaan puisi yang baik. Untuk itu, yang menjadi variabel dependen (yang dipengaruhi) yaitu kemampuan membaca puisi siswa. Penelitian dalam skripsi berkenaan dengan variabel independen dan dependen, maka berdasarkan kerangka teori di atas disusun kerangka berpikir 67
Syihaabul Hudaa, Penggunaan Metode Musikalisasi Puisi Dalam Peningkatan Minat Membaca Puisi Kelas X AP 1 di SMK Al-Hidayah Lestari Lebakbulus Jakarta Selatan (Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2013) 68 Risa Khairunnisa Pratiwi, Pengaruh Media Film Dokumenter Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 17 Ciputat Tahun Pelajaran 2012/2013 (Jakarta: Universitas Isslam Negeri Syarif Hidayatullah, 2013)
33
sebagai acuan penelitian adalah terhadap media audiovisual terhadap kemampuan membaca puisi pada siswa kelas VII SMP Yayasan Miftahul Jannah Ciputat. F.
Hipotesis Penelitian Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti “di bawah” dan “thesa”
yang berarti “kebenaran”. Hipotesis dapat disefinisikan sebagai jawaban sementara yang kebenarannya masih diuji, atau rangkuman kesimpulan teoretis yang diperoleh dari tinjauan pustaka.69 Berdasarkan definisi tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H0
: tidak terdapat pengaruh media audiovisual terhadap kemampuan mendeklamasikan puisi siswa kelas VII SMP Yayasan Miftahul Jannah Ciputat.
H1
:
terdapat
pengaruh
media
audiovisual
terhadap
kemampuan
mendeklamasikan puisi pada siswa kelas VII SMP Yayasan Miftahul Jannah Ciputat.
69
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012) h. 63.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah tingkat menengah pertama yang ada di daerah Ciputat, yaitu SMP Yayasan Miftahul Jannah Ciputat. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2013-2014, tepatnya selama lima bulan yaitu pada bulan Februari 2014 sampai Mei 2014. Waktu untuk mengajar adalah dua kali pertemuan dengan siswa. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah adalah ekperimen. Pemilihan metode eksperimen ini berdasarkan karena peneliti ingin mengetahui secara pasti pengaruh penggunaan media audiovisual terhadap kemampuan membaca puisi siswa di dua kelompok sampel yang dijadikan penelitian. Metode eksperimen adalah metode yang berusaha membangkitkan timbulnya suatu kejadian atau keadaan, kemudian diteliti bagaimana akibatnya. 1 Esperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab-akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan. Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelompok pengamatan, yaitu kelompok XE dan kelompok Xp. Kelompok XE adalah kelompok dengan perlakuan pemberian contoh melalui media audiovisual dan kelompok XP adalah kelompok yang diberi perlakuan pembelajaran yang tanpa media audiovisual. Perlakuan ini diberikan selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung yaitu pada pokok 1
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2006), h. 3.
34
35
bahasan membaca puisi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian berbentuk Two Group Randomized Subject Post test only. Rancangan ini terdiri atas dua kelompok yang keduanya ditentukan secara acak. Pelaksanaan penelitian, diperlukan 2 kelompok kelas, yaitu: 1.
Kelas eksperimen adalah kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan media audiovisual.
2.
Kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang diajar tanpa menggunakan media audiovisual.
Tabel 1 Desain Penelitian Kelas
Treatment
Tes
Eksperimen
Media Audiovisual
Hasil Belajar (Y)
Kontrol
Tidak dengan Media
Hasil Belajar (Y)
Keterangan: XE
: Treatment yang dilakukan di kelas eksperimen.
XP
: Treatment yang dilakukan pada kelas kontrol.
Y
: Tes Akhir
C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
36
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Yayasan Miftahul Jannah Ciputat. 2.
Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel dari populasi itu.3 Pengambilan sampel dilakukan secara acak, berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel.4 Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Yayasan Miftahul Jannah Ciputat. D. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan instrumen berupa tes membaca puisi. Tes membaca puisi dilakukan sebagai langkah untuk mengetahui apakah media audiovisual berpengaruh terhadap kemampuan membaca puisi siswa. Puisi yang dibaca oleh siswa adalah puisi “Menyesal” karya Ali Hasjmi. Kriteria penilaian pembacaan puisi adalah sebagai berikut: Tabel 2 Kriteria penilaian pembacaan puisi No Aspek
Diskriptor
Skor maksimum
1
Vokal
Vokal jelas dan tepat
20
2
Intonasi
Pengaturan jeda, tinggi rendahnya nada,
20
keras lembutnya suara, dan cepat
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2919), h. 117. 3 Ibid, h. 118. 4 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cet.III, h. 253.
37
lambatnya pembacaan puisi 3
Irama
Pengaturan cepat lambatnya dalam pembacaan puisi sesuai dengan makna
20
yang diinginkan. 4
Kesesuaian
Visualisasi mendukung puisi
20
visualisasi 5
Ekspresi
Gerak/mimik, sikap, dan ekspresi wajah serasi dan menjiwai makna puisi
20
Setelah ditentukan bobot pada masing-masing aspek, maka pembagian skor masing-masing kriteria adalah sebagai berikut: Tabel 3 Pembagian skor masing-masing kriteria No Aspek yang dinilai
Skor
Kriteria
1.
19-20
Sangat baik: suara sangat jelas
16-18
Baik: kejelasan suara jelas
13-15
Cukup: kejelasan suara cukup
10-12
Kurang: suara tidak jelas
19-20
Sangat baik: Pengaturan jeda,
2.
Vokal
Intonasi
tinggi rendahnya nada, keras lembutnya suara, dan cepat lambatnya sangat tepat
38
16-18
Baik: Pengaturan jeda, tinggi rendahnya nada, keras lembutnya suara, dan cepat lambatnya sudah tepat
13-15
Cukup: Pengaturan jeda, tinggi rendahnya nada, keras lembutnya suara, dan cepat lambatnya sudah tepat namun belum konsisten
10-12
Kurang: Pengaturan jeda, tinggi rendahnya nada, keras lembutnya suara, dan cepat lambatnya belum tepat.
3.
Irama
19-20
Sangat baik: Pengaturan cepat lambatnya dalam pembacaan puisi sangat sesuai dengan makna yang diinginkan.
16-18
Baik: Pengaturan cepat lambatnya dalam pembacaan puisi sesuai dengan makna yang diinginkan.
13-15
Cukup: Pengaturan cepat lambatnya dalam pembacaan puisi hampir sesuai dengan makna yang diinginkan.
10-12
Kurang: Pengaturan cepat
39
lambatnya dalam pembacaan puisi belum sesuai dengan makna yang diinginkan. 4.
Kesesuaian visualisasi
19-20
Sangat baik: gerakan yang dipertunjukan yakni gerakan tangan atau gerakan tubuh sangat mendukung sehingga deklamasi menjadi suguhan yang menarik.
16-18
Baik: gerakan yang dipertunjukan yakni gerakan tangan atau gerakan tubuh sudah mendukung, tetapi masih terlihat ketidakyakinan dari saat melakukannya
13-15
Cukup: gerakan yang dilakukan baik gerakan tangan tangan atau tubuh sudah bagus tetapi masih banyak gerakan yang kurang penting
10-12
Kurang: Visualisasi belum mendukung puisi banyak gerakan yang tidak penting sehingga mengganggu proses deklamasi puisi.
5.
Ekspresi
19-20
Sangat baik: Gerak/mimik, sikap, dan ekspresi wajah sangat
40
serasi dan sangat menjiwai makna puisi
16-18
Baik: Gerak/mimik, sikap, dan ekspresi wajah serasi dan menjiwai makna puisi
13-15
Cukup: Gerak/mimik, sikap, dan ekspresi wajah cukup serasi dan cukup menjiwai makna puisi
10-12
Kurang: Gerak/mimik, sikap, dan ekspresi wajah belum serasi dan belum menjiwai makna puisi
E.
Analisis Data 1. Uji Normalitas Uji normalitas data ini dilakukann untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan uji Liliefors.5 | ( )
5
( )|
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2001), Cet. 6, h. 466.
41
Keterangan: L
= Harga mutlak terbesar
F (Zi)
= Peluang angka baku
S (Zi)
= Proporsi angka baku Di mana : ( )
(
)
( )
∑
Keterangan :
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher.6
F=
S1
2
S2
2
n X 2 X , dengan db1 = (n1 -1) dan db2=(n2 – 1) n(n 1) 2
, S2 =
Keterangan: F = Homogenitas S12 = Varians data pertama (Varians terbesar) S22 = Varians data kedua (Varians terkecil) Dengan hipotesis: 6
Ibid., h. 249 – 250.
42
Ho : sampel berasal dari populasi yang homogen Ha : sampel tidak berasal dari polulasi yang homogen Kriteria pengujian : Tolak Ho jika Ftabel < Fhitung dan terima Ho untuk
kondisi lainnya.
3. Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan pengujian populasi data dengan menggunakan normalitas dan homogenitas, apabila data populasi berdisribusi normal dan data populasi homogen maka dilakukan uji hipotesis dengan uji t. Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan media audiovisual terhadap kemampuan membaca puisi siswa dan yang tidak menggunakan media audiovisual. a. Jika varians populasi homogen7
t hit
X1 X 2 1 1 Sg n1 n2
Di mana :
Sg
(n1 1) S12 (n2 1) S 22 (n1 n2 2)
dengan db =(n1 + n2 – 2), taraf signifikansi ( ) = 0,05 b. Jika varians populasi heterogen
t hit
7
Ibid., h. 239-.241.
X1 X 2 S12 S 22 n1 n2
43
(
)
, taraf signifikansi ( ) = 0,05
dengan db = (
)
(
)
Keterangan : ̅ 1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan media audiovisual. ̅ 2= Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar tanpa media audiovisual. n1 = Jumlah sampel pada kelompok eksperimen. n2 = Jumlah sampel pada kelompok kontrol. S12 = Varian kelompok eksperimen. S22 = Varians kelompok kontrol. F. Perumusan Hipotesis Statistik Hipotesis statistik yang digunakan adalah: H0
: µ1 = µ2
Ha
:
µ1 > µ2
Keterangan:
1 = rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar menggunakan media audiovisual.
2 = rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar tanpa media audiovisual.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah 1.
Identitas Sekolah : Nama Sekolah
:
SMP YMJ Ciputat Timur
Alamat
:
Jalan Limun Nomor 27 (Depan UIN JKT) Desa Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Kabupaten Tangerang Kode Pos 15419, Telp./Fax. (021) 7496901
Izin Operasional
:
SK Kanwil Depdiknas Propinsi Jawa Barat Nomor : 128/102/Kep/OT/2001 Tgl.
Status Sekolah
:
: 31 Januari 2001
Terakreditasi A No. Sertifikat
: Dp 000735
Tanggal
: 28 Januari 2005
Ditetapkan di
: Tangerang
Terakreditasi A
NSS
:
No. Sertifikat
: Dp 016470
Tanggal
: 09 Nopember 2011
Ditetapkan di
: Serang
202280310026
44
45
NDS
:
2002040133
NPSN
:
2061347
Tahun Didirikan/Th.Beroperasi
2000 / 2001
Kepemilikan Tanah
Milik Yayasan
:
a. Luas Tanah / Status
:
2200 m2 / Hibah
b. Luas
:
425 m2
Bangunan
Kategori Sekolah 2.
Reguler
Idendtitas Penyelenggara Nama Yayasan
:
Yayasan Miftahul Jannah (YMJ)
Alamat Yayasan
:
Jalan Limun Nomor 27 (Depan UIN) Pisangan - Ciputat Kabupaten Tangerang - Propinsi Banten Kode Pos 15419 Telp./ Fax (021) 7496901
Susunan Pengurus
:
Ketua
: H. Iis Abd. Haris, S. H., M. Hum.
Sekretaris : H. Uci Sanusi, BA Bendahara : Hj. Sukinah Akte Notraris
Lama
:
Notaris : R. Soerojo Wongsowidjoyo, S.H. Nomor : 2 Tanggal : 20 Mei 1983 Baru
:
46
Notaris : Anis Husin Abdat, S.H. Nomor : 3 Tanggal : 3 Mei 1993 3.
Identitas Kepala Sekolah Nama Kepala Sekolah Tempat/Tgl. Lahir
: :
Hj. Ida Nadya Marlena, S.Kom Jakarta, 26 Maret 1975
Jenis Kelamin
;
Perempuan
Status
:
Nikah
Alamat Rumah
:
Jl. Saimin No. 28 Rt. 002/08 Pisangan Ciputat Timur
Pendidikan
:
Jurusan
Strata 1 / Universitas Gunadarma tahun :
SK Pengangkatan
:
No.Tlp./HP
:
No. Rekening Rutin Sekolah :
4.
Tehnik Informtika Komputer
0994-01-023417-53-8
Pemegang Rekening
;
SMP YMJ
Nama Bank
:
Bank BRI
Cabang
:
Unit Ciputat
Sejarah Singkat Sekolah Seiring dengan permintaan
menyekolahkan
anaknya
masyarakat
yang cukup banyak untuk
pada sekolah yang pengawasanya mudah, mudah
dijangkau serta biaya yang memadai tanpa mengurangi kualitas pendidikan ,
47
maka pengurus Yayasan Miftahul Jannah bersama dengan tokoh-tokoh masyarakat wilayah kelurahan Pisangan pada tahun 1999 merintis berdirinya Sekolah Menengah Pertama Yayasan Miftahul Jannah atau disingkat ( SMP YMJ). SMP YMJ
yang didirikan merupakan salah satu pendidikan formal dari
Pengembangan Yayasan Miftahul Jannah memulai kegiatan belajar mengajar tahun 1999/2000 hingga sekarang dengan makna keunggulan: 1. Kemampuan membaca Al-Qur’an dan pengamalan ibadah sehingga mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari. 2. Kemampuan berbahasa Inggri akti terutama untuk dunia bisnis dan berbagai lapangan kerja lainnya dalam menghadapi persaingan globalisasi dalam segala aspek kehidupan. 3. Keteramplan mengoperasikan komputer sesuai dengan tuntutan masa kini di berbagai lapangan kerja.
Dengan adanya otonomi daerah SMP YMJ yang berada di Ciputat Kabupaten Tangerang Propinsi Banten merupakan bagian dari lembaga pendidikan menengah pertama swasta yang mengikuti pola pembinaan dari Dinas Kabupaten Tangerang (Pemda Kabupaten Tangerang).
Dengan cepatnya perkembangan zaman dan meningkatnya arus globalisasi serta untuk menyongsong berlakunya pasar bebas AFTA pada tahun 2003 dan NAFTA pada tahun 2005 ,
maka SMP YMJ pada tahun diklat 2004/2005
bermaksud untuk mengubah status yang terdaftar menjadi Terakreditasi. Tahun 2004 SMP YMJ telah melaksanakan akreditasi sekolah dan mendapat Predikat SMP Terakreditasi “A” melaluhi SK Badan Akreditasi Sekolah Nasional Tanggal 28 Januari 2005. Basda Kabupaten Tangerang.
48
5.
Visi, Misi, dan Motto Sekolah 1. Visi “Terwujudnya bangsa yang unggul dalam IPTEK berlandaskan IMTAQ” Indikator: a. Unggul dalam memperoleh nilai ujian nasional b. Unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi c. Unggul dalam keterampilan berkomunikasi bahasa inggris dan bahasa lainnya d. Unggul dalam keterampilan komputer dan mengetik e. Unggul dalam pengamalan imtaq berakhlak mulia
2. Misi a. Melaksanakan pembelajaran secara efktif untuk peningkatan perolehan nilai ujian nasional b. Meningkatkan pembelajaran untuk semua mata pelajaran sekolah c. Menyelenggarakan pelatihan keterampilan berkomunikasi bahasa inggris dan bahasa asing lainnya d. Meningkatkan pembelajaran keterampilan komputer dan mengetik e. Menmbuhkan semangat pengalaman imtaq dan berakhlak mulia
3. Tujuan sekolah Menngacu pada visi dan misi sekolah, serta tujuan umum pendidikan dasar, tujuan sekolah dalam mengembangkan pendidikan ini adalah: a. Terpenuhinya perangkat pembelajaran untuk semua mata pelajaran dengan mempertimbangkan pengembangan nilai religius dan budi pekerti luhur b. Terwujudnya
budaya
gemar
membaca,
kerjasama,
saling
menghargai, disiplin, jujur, kerja keras, kreatif, dan inovatif. c. Terwujudnya peningkatan prestasi di bidang akademik dan non akademik.
49
d. Terwujudnya suasana pebelajaran yang menantang, menyenangkan, komunikatif, tanpa takut salah, dan demokratis. e. Terwujudnya efisiensi waktu belajar, optimalisasi penggunaan sumber belajar di lingkungan untuk menghasilkan karya dan prestasi yang maksimal. f. Terwujudnya lingkungan sekolah yang memiliki kepedulian sosial dan lingkungan, cinta damai, cinta tanah air, semangat kebangsaan, serta hidup demokratis.
B. Hasil Penelitian Proses penelitian ini dilakukan hanya dua kali pertemuan. Materi pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan pada penelitian ini adalah materi membaca puisi. Pada proses pembelajaran, kedua kelompok mendapatkan perlakuan yang berbeda. Kelompok eksperimen dengan pembelajaran menggunakan media audiovisual, sedangkan kelompok kontrol tanpa media pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, diperoleh hasil tes akhir (post test) pada kedua kelompok. Adapun hasil data yang peneliti peroleh dianalisis dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan pendskripsiannya. Hasil akhir dari data yang telah diproses bertujuan untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah media audiovisual dalam hal ini video diterapkan dalam pembelajaran membaca puisi. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang berupa praktik membaca puisi di depan kelas.
1. Deskripsi Hasil Penelitian Data penelitian ini berupa nilai hasil membaca puisi siswa. Untuk memperoleh angka-angka tersebut peneliti menggunakan skala 1 sampai dengan 100. Skala tersebut dilihat dari deskripsi kriteria penilaian membaca puisi siswa. Setiap aspek penilaian membaca puisi siswa
50
memiliki bobot yang berbeda. Hal ini disesuaikan dengan tingkat kepentingan masing-masing aspek dalam keterampilan membaca puisi. Berikut akan diuraikan contoh hasil analisis tes akhir (post test) keterampilan membaca puisi pada siswa di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam pembahasan ini, peneliti tidak mencantumkan semua hasil analisis tes keterampilan membaca puisi karena keterbatasan waktu. Peneliti hanya memberikan beberapa contoh mengenai langkahlangkah yang dilakukan dalam mengubah data kualitatif yang berupa kalimat menjadi data kuantitatif yang berbentuk angka-angka. Untuk lebih jelasnya peneliti emaparkan klasifikasi perolehan skor setiap aspek sebagai berikut: a. Deskripsi Analisis Tes Akhir (post test) kelas eksperimen subjek nomor 4 dan 21 Analisis pembacaan puisi subjek no.4 Nomor
4
Nama
S4 (siswa 4)
Nilai
62
1) Vokal Kejelasan vokal dalam membaca puisi sangat penting. Jelas atau tidaknya vokal seseorang ketika membacakan puisi dapat mempengaruhi sampai atau tidaknya pesan yang terkandung di dalam puisi tersebut kepada pendengar. Pada saat pembacaan puisi oleh subjek nomor 4, vokal yang didengar oleh pendengar tidak jelas. Hal ini mengakibatkan siswa lainnya menjadi ribut, sehingga suara hanya mampu terdengar oleh siswa yang duduk di barisan terdepan saja. Untuk itu, peneliti memberi skor 10 untuk kejelasan vokal. 2) Intonasi
51
Hal lain yang tak kalah penting dengan vokal adalah intonasi. Baik buruknya penekanan serta penjedaan dalam membacakan puisi turut menentukan tersampaikannya pesan puisi dengan baik atau tidak. Pada saat membacakan puisi, subjek nomor 4 dinilai memiliki kemampuan intonasi yang cukup baik. Namun, dalam penggunaannya belum konsisten. Untuk itu, peneliti memberikan skor 15 untuk intonasi. 3) Irama Irama erat kaitannya dengan intonasi. Irama merupakan faktor yang utama untuk menghidupkan puisi. Puisi akan terdengar indah apabila dideklamasikan dengan irama yang baik. Pada saat membacakan puisi, subjek nomor 4 memiliki irama yang cukup baik. Hal ini sejalan dengan kemampuan intonasi yang dimilikinya. Untuk itu, peneliti memberikan
skor
15
untuk
kemampuannya
dalam
menentukan irama dari puisi yang dibacakan.
4) Ekspresi Kemampuan mengekspresikan puisi menjadifaktor yang menentukan berhasil atau tidaknya seorang penyair membawakan sebuah puisi. Apabila seseorang memiliki ekpresi yang baik, maka akan membuat orang yang mendengarkannya hanyut ke dalam puisi tersebut. Untuk subjek
nomor
kemampuannya
4,
peneliti
memberikan
mengekspresikan
yakni
skor 11.
untuk Peneliti
menilai, bahwa subjek nomor 4 masih kurang dalam hal menjiwai puisi. Hal ini bisa saja diakibatkan karena daya hafal siswa yang kurang baik.
52
5) Visualisasi Visualisasi adalah bagaimana sang penyair memberikan gambaran tentang puisi yang ia bacakan. Hal ini dapat berupa gerak-gerik. Visualisasi ini dapat membantu penyair menghidupkan sebuah puisi. Peneliti menilai subjek nomor 4 sudah baik dalam memvisualisasikan dalam arti tidak banyak menggunakan gerakan-gerakan tangan atau kaki yang tidak perlu. Walaupun hal tersebut belum mampu menghidupkan puisi secara maksimal, peneliti memberikan skor 11 untuk kemampuan visualisasi.
Analisis pembacaan puisi subjek no.21 Nomor
21
Nama
S21 (siswa 21)
Nilai
84
1) Vokal Vokal untuk subjek nomor 21 sudah sangat baik. Kejelasan dan ketepatan vokal yang ditampilkan ketika membaca puisi sudah mampu menguasai panggung atau dalam hal ini ruang kelas. Dengan kemampuan yang dimilikinya, peneliti memberikan skor 18. Subjek nomor 21 juga dapat menyampaikan pesan atau amanat puisi kepada pendengar. 2) Intonasi Pengaturan jeda yang dilakukan oleh subjek nomor 21 ketika membacakan puisi dinilai sudah tepat. Begitupun halnya dengan penekanan frasa atau kata yang ada di dalam puisi, siswa ini mampu melakukannya dengan baik sehingga puisi yang dibacakan sangat indah didengar.
53
Kemampuannya yang baik dalam menempatkan intonasi, peneliti memberikan skor 18 dari skor tertinggi 25. 3) Irama Siswa dengan nomor 21 ini mampu mengambil ilmu dari contoh-contoh video pembacaan puisi oleh penyair-penyair ternama yang diperlihatkan oleh peneliti saat pembelajaran berlangsung.
Hal
ini
mengakibatkan
siswa
mampu
mengetahui pada bagian mana suara harus dikeraskan, ditinggikan, atau dilambatkan. Puisi yang dideklamasikan menjadi tidak monotone dan terdengar sangat hidup. Untuk itu peneliti memberikan skor 19 untuk siswa dengan nomor 21 ini. 4) Ekspresi Kemampuan berintonasi, menggunakan irama yang baik, serta vokal yang memadai, membuat siswa dengan nomor 21 ini mampu mengekspresikan puisi yang dibawakan dengan baik. Mimik yang ditunjukkan serasi sehingga terlihat menjiwai puisi yang dibawakan. Selain hal-hal yang sudah disebutkan sebelumnya, faktor yang mendukung seorang penyair mampu mengekspresikan sebuah puisi adalah kemampuan memahami puisi dengan baik, dan subjek nomor 21 ini dinilai memiliki pemahaman yang baik tentang puisi yang dibacakan. Pada kategori ekspresi ini, peneliti memberikan skor 16. 5) Visualisasi Suatu deklamasi akan lebih hidup lagi apabila ditambah dengan gerak-gerik yang mendukung untuk menjiwai sebuah puisi. Subjek nomor 21 ini mampu memberikan visualisasi yang baik dan tidak melakukan gerakan-gerakan yang dinilai tidak perlu. Karena acap kali gerakan-gerakan yang tidak perlu hanya akan membuat penonton tidak fokus.
54
Untuk
kategori
penilaian
visualisasi
ini,
peneliti
memberikan skor sebesar 13.
b. Deskripsi Analisis Tes Akhir (post test) kelas kontrol subjek nomor 4 dan 5 Analisis pembacaan puisi subjek no.4 Nomor
4
Nama
S4 (siswa 4)
Nilai
79
1) Vokal Vokal dari subjek nomor 4 kelas kontrol ini dinilai cukup jelas. Sudah mampu menguasai ruang dengan cukup baik. Namun, vokal yang dikeluarkan belum konsisten sehingga terkadang masih terdapat kata-kata yang kurang jelas terdengar oleh pendengar. Karena belum konsisten dalam hal vokal, peneliti memberikan skor sebesar 15. 2) Intonasi Pengaturan jeda dan penekanan yang dilakukan oleh subjek nomor 4 ini ketika membacakan puisi sudah cukup baik. Namun, lagi-lagi terlihat siswa ini belum konsisten dalam menggunakan intonasi misalnya masih terdapat penjedaan yang kurang tepat, sehingga terkadang terdengar ada frasa yang tidak benar. Untuk hal ini, peneliti memberikan skor sebesar 17. 3) Irama Irama yang dihasilkan oleh subjek nomor 4 ketika mendeklamasikan puisi sudah baik. Hal ini dilihat dari kemampuannya dalam mengetahui bagian-bagian mana yang harus ditinggikan atau dilambatkan. Hal ini mampu
55
menutupi kekurangan atau mendukung subjek nomor 4 dalam hal vokal dan intonasi yang masih kurang konsisten. Untuk itu, pada kategori irama peneliti memberikan skor sebesar 18.
4) Ekspresi Mimik dan ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh subjek nomor 4 ini dinilai sudah sesuai dan menjiwai puisi. Jadi, dapat digolongkan pada kriteria baik. Ekspresi yang baik dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, dan menurut peneliti subjek nomor 4 bisa memiliki ekspresi yang baik karena didukung dari kemampuannya yang juga baik dalam mengiramakan puisi yang dibacakan. Untuk itu, pada kategori ekspresi peneliti memberikan skor sebesar 17. 5) Visualisasi Dari beberapa contoh analisis sebelumnya, rata-rata siswa baik dari kelompok eksperimen atau kelompok kontrol memiliki visualisasi yang baik. Dalam hal ini yang dimaksud adalah tidak banyak melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga merusak fokus penonton. Begitu pun dengan subjek nomor 4 ini, dalam hal visualisasi ia memiliki kemampuan yang baik. Untuk itu, peneliti memberikan skor sebesar 12.
Analisis pembacaan puisi subjek no.4 Nomor
5
Nama
S5 (siswa 5)
Nilai
55
56
1) Vokal Kemampuan vokal yang dimiliki subjek nomor 5 ini dapat dikategorikan kurang. Hal ini dikarenakan subjek nomor 5 ini memiliki suara atau vokal yang tidak jelas, sehingga tidak mampu terdengar oleh seluruh pendengar yang ada di kelas tersebut. Untuk itu, peneliti memberikan skor sebesar 12. 2) Intonasi Pengaturan jeda dan penekanan pada kata-kata yang terdapat di dalam puisi yang dilakukan oleh subjek nomor 5 masih kurang baik. Hal ini membuat pendengar khusunya peneliti kurang nyaman karena banyak penjedaan yang kurang tepat. Untuk itu, peneliti memberikan skor sebesar 13. 3) Irama Irama yang dihasilkan oleh subjek nomor 5 ini dapat dikategorikan masih kurang baik. Hal ini dikarenakan saat puisi tersebut dibacakan masih kurang terasa indah, irama puisi saat dibaca kurang menimbulkan dan menggambarkan suasana perasaan yang dirasakan oleh si penulis puisi itu. maka dari itu, peneliti meberikan skor sebesar 12. 4) Ekspresi Kurang menguasai intonasi dan irama dalam puisi yang dibacakan
juga
berimbas
pada
kemampuan
mengekspresikan puisi. Subjek nomor 5 menunjukkan mimik dan ekspresi wajah yang belum serasi dan terlihat belum menjiwai puisi yang dibacakan. Pada kategori ini, peneliti memberikan skor sebesar 12. 5) Visualisasi Tidak
digunakannya
media
audiovisual
dalam
pembelajaran di kelompok kontrol mengakibatkan subjek
57
nomor 5 ini kurang mengetahui bagaimana caranya agar dapat menghidupkan atau membacakan puisi dengan baik. Setelah dari vokal, intonasi, irama, dan ekspresi yang dinilai oleh peneliti masih kurang baik, visualisasi yang diperlihatkan juga ternyata tidak mampu menolong penampilan dari subjek nomor 5. Ia banyak melakukan gerakan-gerakan yang tidak penting sehingga membuat pembacaan
puisi
yang
dilakukan
sebagai
sebuah
pertunjukan humor. Sedangkan puisi yang dibawakan atau dibacakan bertemakan penyesalan. Maka dari itu, peneliti memberikan skor kepada subjek nomor 5 sebesar 6. Jadi, kesimpulan dari analisis pemberian skor di atas adalah terdapat perbedaan pada hasil post test kedua kelompok di atas. Pada kelas eksperimen, skor tertinggi membaca puisi diraih oleh subjek nomor 21 dengan skor 84 dan yang terendah subjek nomor 4 dengan skor 62. Sedangkan pada kelompok kontrol, skor tertinggi diraih oleh subjek nomor 4 dengan skor 79 dan skor terendah diraih oleh subjek nomor 5 dengan skor 55. 2. Analisis Data Hasil post test pada materi membaca puisi adalah sebagai berikut: Tabel 4 Hasil Penilaian Kemampuan Membaca Puisi Siswa Kelas VII (Kelompok Eksperimen) Nama
Vokal
Irama
Intonasi
Ekspresi
Visualisasi
Nilai
siswa
20
20
20
20
20
100
1
S1
20
15
16
10
11
72
2
S2
20
16
16
10
11
73
3
S3
12
14
18
15
10
69
No
58
4
S4
10
15
15
11
11
62
5
S5
20
15
17
15
10
77
6
S6
10
14
20
14
10
68
7
S7
20
15
19
10
10
74
8
S8
20
15
16
15
10
77
9
S9
10
12
17
15
10
62
10
S10
20
15
18
10
10
73
11
S11
10
15
20
15
10
70
12
S12
11
14
17
14
10
66
13
S13
19
16
17
17
10
79
14
S14
20
18
20
15
10
83
15
S15
20
15
20
15
10
80
16
S16
15
15
19
16
10
75
17
S17
10
14
20
15
10
69
18
S18
10
15
18
14
10
68
19
S19
20
17
16
15
10
78
20
S20
20
15
16
10
10
71
21
S21
18
17
19
15
15
84 1530
Jumlah
Berdasarkan
perhitungan
diperoleh
hasil
pembacaan
puisi
dengan
menggunakan media pembelajaran audiovisual. Nilai terendah adalah 62 dan
59
nilai tertinggi adalah 84. Untuk lebih jelasnya, data hasil belajar membaca puisi siswa kelompok eksperimen disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berikut:
Tabel 5 Gambaran Hasil Belajar Membaca Puisi Siswa Kelas Eksperimen
Nilai
Frekuensi
Titik Tengah
Absolut
Kumulatif
Relative (%)
60 – 64
62
2
2
9,5
65 – 69
67
5
7
23,8
70 – 74
72
7
14
33,3
75 – 79
77
4
18
19,1
80 – 84
82
3
21
14,3
Jumlah
21
100%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai yang paling banyak diperoleh oleh siswa kelompok eksperimen terletak pada interval 70 - 74 yaitu sebesar 33,3 %. Siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 66,7 %, yaitu siswa pada kelompok interval 70 – 74, 75 – 79 dan 80 - 84. Sedangkan, siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 33,3 %, yaitu siswa pada kelompok interval 60 – 64 dan 65 - 69. Distribusi Frekuensi Tes Akhir Kelompok Eksperimen 1. Banyak Data (n) = 21 2. Distribusi nilai =
60
3.
62
64
66
68
68
69
69
70
71
72
73
73
74
75
76
77
78
78
80
83
84
Jangkauan = Data terbesar – Data terkecil = 84 - 62 = 22
4. Banyaknya Kelas Interval = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 22 = 5,43 5 (dibulatkan ke bawah) 5. Panjang Kelas Interval
=
J B
=
22 5
= 4,4 4 (dibulatkan ke bawah) Tabel 6 Distribusi Frekuensi Tes Akhir Kelompok Eksperimen Interval nilai
BB
BA
xi
xi2
fi
Fk
fi.xi
fi.xi2
xi - x
(xi – x)4
fi(xi – x)4
60 – 64
59,5
64,5
62
3844
2
2
124
7688
-10,24
10986,938
21973,875
65 – 69
64,5
69,5
67
4489
5
7
335
22445
67,00
20151121
100755605
70 – 74
69,5
74,5
72
5184
7
14
504
36288
72,00
26873856
188116992
75 – 79
74,5
79,5
77
5929
4
18
308
23716
77,00
35153041
140612164
80 – 84
79,5
84,5
82
6724
3
21
246
20172
82,00
45212176
135636528
1517
110309
127401181
565143263
21
61
6. Mean
=
fixi fi
=
1517 21
= 72,24
1 / 2.n fkm = BB + .c fm
7. Median
1 / 2.21 7 = 69,5 + .5 7
= 72
b = BB + 1 .c b1 b2
8. Modus
2 = 69,5 + .7 2 3
= 71,5 9. Varians n fixi2 fixi
2
2
s =
n(n 1)
=
21110309 1517 2121 1
=
2316489 2301289 2121 1
=
15200 420
2
62
= 36,19 10. Simpangan Baku s = Varians = 36,19 = 6,02
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 72,64, median sebesar 72, modus sebesar 71,5, simpangan baku sebesar 6,02, varians sebesar 36,19. Tabel 7 Hasil Penilaian Kemampuan Membaca Puisi Siswa Kelas VII (Kelompok Kontrol) No
Nama
Vokal
Irama
Intonasi
Ekspresi
Visualisasi
Nilai
20
20
20
20
20
100
1
S1
11
10
17
16
10
64
2
S2
10
14
20
14
10
68
3
S3
15
13
18
15
10
71
4
S4
15
17
18
17
12
79
5
S5
12
13
12
12
6
55
6
S6
11
11
13
11
10
56
7
S7
10
11
17
16
10
64
8
S8
10
10
17
15
10
62
63
9
S9
11
14
17
14
10
66
10
S10
10
15
18
14
10
68
11
S11
13
17
19
15
10
74
12
S12
12
14
18
15
10
69
13
S13
11
15
17
14
10
67
14
S14
15
15
20
15
10
75
15
S15
13
15
20
15
9
72
16
S16
11
14
18
14
9
66
17
S17
10
15
19
13
9
66
18
S18
10
12
17
15
10
64
19
S19
11
11
13
11
10
56
20
S20
10
14
20
15
10
69
21
S21
18
16
18
16
9
77
Jumlah
1408
Berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada kelompok kontrol yang dalam pembelajarannya yang tidak menggunakan media pembelajaran, diperoleh nilai terendah adalah 55 dan nilai tertinggi adalah 79. Untuk lebih jelasnya, data hasil belajar membaca puisi siswa kelompok kontrol disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi pada tabel 4.
64
Tabel 8 Gambaran Hasil Membaca Puisi Siswa Kelompok Kontrol Frekuensi
Titik
Nilai
Tengah
Absolut
Kumulatif
Relative (%)
55 – 59
57
3
3
14,3
60 – 64
62
4
7
19
65 – 69
67
8
15
38,1
70 – 74
72
3
18
14,3
75 – 79
77
3
21
14,3
Jumlah
21
100%
Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai pada interval 65 - 69 merupakan nilai yang paling banyak diperoleh siswa kelompok kontrol, yaitu sebanyak 38,1%. Siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 66,7 %, yaitu siswa pada kelompok interval 65 – 69, 70 – 74, dan 75 – 79, sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 33,3 %, yaitu siswa pada kelompok interval 55 – 59 dan 60 – 64. Berdasarkan tabel 4, dapat pula dilihat bahwa banyak kelas interval adalah 5 kelas dengan panjang tiap interval kelas adalah 5. Distribusi Frekuensi Tes Akhir Kelompok Kontrol 1. Banyak Data (n) = 21 2. Distribusi nilai = 55
56
56
62
64
64
64
66
66
66
67
68
68
69
69
71
72
74
75
77
79
65
= Data terbesar – Data terkecil
3. Jangkauan
= 79-55 = 24 4. Banyaknya Kelas Interval = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 21 = 5,4 5 (dibulatkan ke bawah) 5. Panjang Kelas Interval
=
J B
=
24 5
= 4,8 5 (dibulatkan ke atas) Tabel 9 Distribusi frekuensi tes akhir kelompok kontrol interval nilai
BB
BA
Xi
xi2
fi
Fk
fi.xi
fi.xi2
xi - x
(xi – x)4
fi(xi – x)4
55 – 59
54,5
59,5
57
3249
3
3
171
9747
-9,76
9081,096
27243,288
60 – 64
59,5
64,5
62
3844
4
7
248
15376
62,00
14776336
59105344
65 – 69
64,5
69,5
67
4489
8
15
536
35912
67,00
20151121
161208968
70 – 74
69,5
74,5
72
5184
3
18
216
15552
72,00
26873856
80621568
75 – 79
74,5
79,5
77
5929
3
21
231
17787
77,00
35153041
105459123
1402
94374
268,24
96963435
406422246
JML
22695
6. Mean =
fixi fi
21
66
=
1402 21
= 66,76
7. Median
1 / 2.n fkm = BB + .c fm 1 / 2.21 7 = 64,5 + .5 8
= 66,7
8. Modus
b = BB + 1 .c b1 b2 4 = 64,5 + .5 4 5
= 66,7 9. Varians n fixi2 fixi
2
2
s =
n(n 1)
=
2194374 1402 2121 1
=
1981854 1965604 2121 1
=
16250 420
2
= 38,69 10. Simpangan Baku s = Varians
67
= 38,69 = 6,22 Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 66,76, median sebesar 66,7, modus sebesar 66,7, simpangan baku sebesar 6,22, varians sebesar 38,69. Berdasarkan uraian mengenai hasil belajar membaca puisi siswa kelompok eksperimen dan hasil belajar membaca puisi siswa kelompok kontrol di atas, terlihat adanya perbedaan. Untuk lebih memperjelas perbedaan hasil belajar membaca
puisi
antara
kelompok
eksperimen
(kelompok
yang
pembelajarannya menggunakan media pembelajaran audiovisual)
dalam dengan
kelompok kontrol (kelompok yang dalam pembelajarannya tanpa media pembelajaran audiovisual), dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 10 Perbandingan Hasil Belajar Membaca Puisi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Hasil Belajar
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Nilai terendah
62
55
Nilai tertinggi
84
79
Jumlah
1530
1408
Mean
72,24
66,76
Median
72
66,7
Modus
71,5
66,7
Varians
36,19
38,69
68
Standar deviasi
6,02
6,22
1. Pengujian Prasyarat Analisis Sebelum data dianalisis lebih jauh perlu dilakukan pengujian prasyarat analisis. Adapun pengujian prasyarat analisis yang dilakukan adalah uji normalitas dan homogenitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Lilifors. xi
xi2
62
3844
2
2
124
7688
-1,7018529
0,2054
0,2946
67
4489
5
7
335
22445
-0,8707154
0,1103
72
5184
7
14
504
36288
-0,039578
77
5929
4
18
308
23716
82
6724
3
21
246
20172
1517
110309
fi
fk
21
Z=
=
fi.xi
fi.xi2
z
zt
f(z)-s(z)
|f(z)-s(z)|
0,095238
0,199362
0,199362
0,3897
0,333333
0,056367
0,056367
0,004
0,496
0,666667
-0,17067
0,170667
0,7915595
0,0987
0,5987
0,857143
-0,25844
0,258443
1,6226969
0,1985
0,6985
1
-0,3015
0,3015
xi x S 67 72 ,24 6,02
= -0,87 Zt = 0.1103(lihat tabel Z) F(Z) = Jika Zi < 0 maka: 0,5 – Z tabel
f(z)
s(z)
69
Jika Zi > 0 maka: 0,5 + Z tabel S(Z) =
fk 7 = n 21 = 0,33
Lo = 0,056 Lt = 0,19 (lihat tabel harga kritis Uji Lilifors untuk n = 21 dan α = 0,05) Dari hasil perhitungan uji normalitas data, untuk kelas eksperimen diperoleh nilai Lhitung atau L0 sebesar 0,056 dan pada tabel harga kritis Lt untuk n = 21 pada taraf signifikan 0,05 adalah 0,19. Karena L0 Lt (0,056 0,19) maka sampel pada kelas eksperimen berdistribusi normal. xi
xi2
57
3249
3
3
171
9747
-1,569396
62
3844
4
7
248
15376
67
4489
8
15
536
72
5184
3
18
77
5929
3
21
22695
21
fi
fk
Z=
=
fi.xi
fi.xi2
z
f(z)
s(z)
f(z)-s(z)
|f(z)-s(z)|
0,1808
0,3192
0,142857
0,176343
0,176343
-0,765559
0,091
0,409
0,333333
0,075667
0,075667
35912
0,038278
0,004
0,504
0,714286
-0,21029
0,210286
216
15552
0,8421149
0,0987
0,5987
0,857143
-0,25844
0,258443
231
17787
1,6459519
0,1915
0,6915
1
-0,3085
0,3085
1402
94374
xi x S 57 66 ,76 6,22
= -1,57 Zt = 0.1808 (lihat tabel Z)
zt
70
F(Z) = Jika Zi < 0 maka: 0,5 – Z tabel Jika Zi > 0 maka: 0,5 + Z tabel S(Z) =
fk 3 = n 21 = 0,142857
Lo = 0,176 Lt = 0,19 (lihat tabel harga kritis Uji Lilifors untuk n = 21 dan α = 0,05) Dari hasil perhitungan uji normalitas data, untuk kelas kontrol diperoleh nilai Lhitung atau L0 sebesar 0,176 dan pada tabel harga kritis Lt untuk n = 21 pada taraf signifikan 0,05 adalah 0,19. Karena L0 Lt (0,076 0,19) maka sampel pada kelas kontrol berdistribusi normal. Hasil uji normalitas tes hasil belajar membaca puisi siswa disajikan pada tabel 8 dibawah ini: Tabel 11 Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Kelompok
Jumlah sampel
Lt Lo
Keterangan (0,05)
Eksperimen
21
0,056
0,19
Normal
Kontrol
21
0,176
0,19
Normal
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua populasi, uji homogenitas dilakukan dengan uji fisher, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: Ho : Data memiliki varians homogen
71
Ha : Data tidak memiliki varians homogen 1. Jumlah sampel ne = 21 nk = 21 2. Derajat kebebasan Db1 (pembilang) = ne-1 = 21 - 1 = 20 Db2 (penyebut) = nk-1 = 21 - 1 = 20
Rumus
Uji
Fisher
Fhitung
=
var ians terbesar = var ians terkecil
S12 S 22
dengan
S 2=
n fxi2 ( fxi ) 2 n(n 1)
3. Menentukan kriteria pengujian: Jika F hitung < F tabel maka terima ho Jika F hitung > F tabel maka terima ha 4. Menentukan F tabel Dari tabel distribusi F diperoleh nilai F(0,05:20,20) = 2,91 a. Uji homogenitas nilai test akhir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen Diketahui :
Varians Eksperimen : 36,19 Varians Kontrol
F hitung:
38,69 1,07 36,19
F hitung = 1,07 F tabel
= 2,91
: 38,69
72
Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai varians kelas eksperimen adalah 36,19 dan varians kelas kontrol adalah 38,69. sehingga diperoleh nilai Fhit = 1,07. Dengan taraf signifikan 0,05 untuk dkpembilang = 20 dan dkpenyebut = 20 didapat nilai Ftabel = 2,91. Karena Fhitung < Ftabel (1,07 < 2,91) maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari varians yang sama/homogen. Hasil uji homogenitas tes akhir hasil belajar membaca puisi siswa kedua kelas tersebut disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 12 Hasil Uji Homogenitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Kelompok
Varians
Eksperimen
36,19
Fhitung
1,07 Kontrol
Ftabel (0,05)
2,91
Keterangan
Homogen
38,69
2. Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan pengujian prasyarat analisis data, diketahui bahwa data tersebut berdistribusi normal dan homogen. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis statistik dengan uji t. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata hasil belajar membaca puisi siswa pada kelompok eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan media pembelajaran audiovisual lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar tanpa menggunakan media pembelajaran audiovisual. Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut: H0
:
1 2
Ha
:
1 2
Keterangan:
73
μ1
:
rata-rata hasil belajar membaca puisi siswa pada kelompok
eksperimen μ2
a.
:
rata-rata hasil belajar membaca puisi siswa pada kelompok kontrol.
Menentukan kriteria pengujian Terima Ho, Jika thitung < ttabel, dalam hal lainnya Ha ditolak.
b.
Menentukan uji statistik
Stotal
=
n1 1S1 2 n2 1S 2 2 n1 n2 2
=
21 136,19 21 138.69 21 21 2
=
723 ,8 773 ,8 40
=
37,44
= 6,12 t
=
x1 x 2 S total
=
72 ,24 66 ,76 6,12
=
=
1 1 n1 n 2 1 1 21 21
5,48 6,12 0,009 5,48 0,58
= 9,44 Nilai thitung = 9,44 Untuk menentukan ttabel , dapat ditentukan dengan cara seagai berikut, ttabel = t(1-α)(db).
74
Dengan db = (n1 + n2 – 2) = (21 + 21 – 2) = 40 dan taraf signifikan α = 0,05, didapat (1 – (0,05)) = 0,95. Jadi ttabel = t(0,95)(40) adalah 1,69. Maka ttabel = 1,69
C.
Pengambilan kesimpulan Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan uji t, dengan kriteria pengujian yaitu, jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sedangkan, jika thitung ≥ ttabel maka Ha diterima dan H0 ditolak, pada taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikansi α = 5%. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh thitung sebesar 9,44 dan ttabel sebesar 1,68 (lampiran). Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung ≥ ttabel (9,44 ≥ 1,68). Dengan demikian, H0 ditolak dan Ha diterima, atau dengan kata lain rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa pada kelompok kontrol. Secara ringkas, hasil perhitungan uji t tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 13 Hasil Uji Perbedaan Dengan Statistik Uji t Db
thitung
ttabel
Kesimpulan
40
9,44
1,69
Tolak H0
D. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa thit berada diluar daerah penerimaan H0 atau dengan kata lain H0 ditolak. Dengan demikian, hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa rata-rata hasil belajar membaca puisi siswa yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran audiovisual lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran audiovisual diterima pada taraf signifikan 5%. Hal ini berarti terdapat pengaruh pembelajaran menggunakan media
75
pembelajaran audiovisual terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia, dalam hal ini membaca puisi. Di mana pengaruhnya merupakan pengaruh yang positif. Adanya perbedaan rata–rata hasil belajar membaca puisi siswa pada kedua kelas tersebut disebabkan karena perbedaan perlakuan pada saat proses pembelajaran yang dilakukan, proses pembelajaran siswa pada kelas kontrol tanpa menggunakan media pembelajaran audiovisual dimana siswa langsung diminta untuk membacakan puisi yang telah ditentukan di depan kelas. Sementara proses pembelajaran siswa pada kelas eksperimen menggunakan media pembelajaran audiovisual, yakni dengan menampilkan video para penyair terlebih dahulu sebelum siswa tersebut diminta untuk membacakan puisi di depan kelas. Sehingga siswa memupunyai bayangan atau gambaran tentang membaca puisi yang baik dan benar. E. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya telah dilakukan agar memperoleh hasil yang maksimal. Namun demikian masih terdapat hal-hal yang tidak dapat terkontrol dan tidak dapat dikendalikan. Sehingga hasil dari penelitian ini pun belum optimal. Hal-hal itu antara lain: 1. Penelitian ini baru dilaksanakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan membaca puisi, sehingga belum dapat digeneralisasikan pada pokok bahasan lainnya. 2. Kontrol terhadap kemampuan siswa hanya pada hasil belajarnya saja. Sementara variabel lain seperti, intelegensi, minat, motivasi dan lingkungan belajar tidak dapat terkontrol secara penuh, sehingga tidak mustahil jika hasil penelitian ini dapat dipengaruhi oleh hal-hal lain. 3. Alokasi waktu yang sangat terbatas sehingga proses penelitian mungkin masih banyak terdapat kekurangan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pada perolehan data di lapangan melalui rangkaian penelitian, pengolahan data, serta menjawab hipotesis penelitian maka diperoleh kesimpulan akhir untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai bagaimana pengaruh media audiovisual terhadap kemampuan membaca puisi siswa kelas VII SMP Yayasan Miftahul Jannah Ciputat. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil pembelajaran dan perhitungan statistik diketahui
bahwa
pengaruh
media
audiovisual terhadap
kemampuan membaca puisi siswa kelas VII SMP Yayasan Miftahul Jannah Ciputat menunjukkan hasil positif. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai siswa kelas eksperimen (kelas yang menggunakan media audiovisual) lebih besar jika dibandingkan dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media audiovisual. B. Saran Berdasarkan simpulan yang telah diapaparkan di atas, penulis menyampaikan saran sebagai berikut. 1. Para guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya memandang bahwa pembelajaran membaca puisi merupakan bagian yang penting dan tak terpisahkan dari mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, sehingga kita perlu memperhatikan kemampuan siswa dalam membaca puisi yang baik. 2. Para guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya lebih bervariasi dalam memilih teknik dan media pembelajaran membaca puisi agar siswa
memiliki
minat
mengikuti
proses
pembelajaran
dan
menghilangkan kesan bahwa pembelajaran puisi itu menjemuhkan. 3. Salah satu alternatif dalam menggunakan media pembelajaran puisi adalah penggunaan video tentang contoh pembacaan puisi yang dilakukan oleh penyair yang telah terbukti dapat meningkatkan
76
77
kemampuan membaca puisi dan membuat pembelajaran membaca puisi menjadi menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adler, Mortimer J. How To Read a Book. iPublishing. 1972. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rieneka Cipta. 2006. Asnawir. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Intermasa. 2002. E.Kosasih. Ensiklopedia Sastra Indonesia. Jakarta: PT. Perca. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2008. Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2010. Kurniawan, Heru dan Sutardi. Penulisan Sastra Kreatif . Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012. Hamalik, Oemar. Media Pendidikan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 1994. Harmanto, B. Metode Pengajaran Sastra . Yogyakarta: Kanisius. 1988. Junaedie, H. Moha. Aresiasi Sastra Indonesia. Ujung Pandang: CV Putra Maspul. 1994. Luxemberg, Jan Van, dkk. Pengantar Ilmu Sastra, Terjemahan Dick Hartoko. Jakarta: PT. Gramedia. 1984. Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2012. Munadi, Yudi. Media Pembelajaran:Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press. 2012. Munir. Multimedia: Konsep dan Aplikasi. Bandung, Alfabeta. 2012. Priyatni, Endah Tri. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2010. Sadiman, Arief S, dkk. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. 1984. Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra . Jakarta: PT. Grasindo. 2008. Sumardi, dkk. Pedoman Pengajaran Apresiasi Puisi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1983.
Situmorang,. B. P. Puisi dan Metodologi Pengajarannya. Medan: Nusa Indah. 1974. Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. 2001. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2010. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007. Suprapto. Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia . Surabaya: Offset INDAH. 1991. Suroto. Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMTA . Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. 1993. Tarigan, Henry Guntur.
Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa. 2008.
H}
UJI REFERENSI
Nama
Nur Amalina
NIM
11
Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi
:
10013000030
Pengaruh Media Audiovisual Terhadap Kemampuan
Mendekiamasikan Puisi Sisrva Kelas Ir,{i
Dosen Pembimbing
VII SMp yayasan
ftaliul Jannah Tahun P eiaj aran 20 I 3 I 20 I 4.
Jamal D. Rahman, M. Hum.
REFERENSI
1\o
ANAT
1.
l/-t-hll I
?-
I
Arikt,ito. Su]rarsini. Pro.tatlttr Panclitiatt' Stratir trrndrknroifir.
l/) r//) yI ( '2001. I i /tt l') (
Prakik. Jakarta: PT Rieireka Cipra. 2A06. .\1cdi,r leurl,elajot.rlrr. .lekanu: pT. ]nter-rnusa.
J.
Asrr:rr
4
E.Hcislrsih. Ensikiolrcdir;,!'iu.s,'r'r.'lntit.:,ricsiit Jal,ar-te:
F'f. Perca
2008. 5.
t,'
I
I'
(L-
Kanuts Be.sar Bahasa Indone.si, Edi.si Keenrytat. Jakarta: pr. Gramedia Pustaka Utama. 2008.
A
/) 6.
Keraf. Gorys. Diksi dan Ga1,a \r1rnsa. Jakarta,
pf. C.urrl.,liu
Pustaka Utama.2010. 7.
8
Kurniau,an, Heru dan
{Sutardi, penuliscttt Sn.iti, Xrr"tif
Yogl,akarta: Graha Ilmu. 2C12.
{5
Ilanialik. oemar. irfedio Pendidikdn Banduns: pr. citra Adit]'; Bakti. i 994.
a)
{---
-
ffi,-* '1.g
IE
tr
4d
* tB
I
.$
I
g
*
I
i
d
:l
trI al
9.
Harl'anto, B. Metode Pengaiarart Sastro. Yogl'akarta: Kanisius.
E .t
*
I
.l
:
10 .l
i t a
Junaedie, H. Ir4olia. Arasictsi Soslro lndonesia. Ujtrng Pandang:
CV Putra Maspul. 1994.
?
q
988.
1t
Luxenrberg. Jan Van. dkk. Pergttntar llmu Sostt'a, Terjernahan Dick Hartoko. Jakarta: PT. Gramedia. 1984.
?
i
t2.
Ir4artono, Nanang, Metode Penelitian Kuantitatif
.
Munadi,
Yudi. lt{edia Pembelajaron:Sebuah
Pendekatan Baru.
Munir. Multimedie: Konsep dan Aplikasi. Bandung, Alfabeta. 2012.
15.
Priyatni, Endah Tn. llembaca Saslra Dengan Ancangan Literasi
Sadiman,
Arief S, dkk. lt{edia Pendidikan
Jakarla: PT.
Sisrvanto, Wahyudi. Pengantar Teori
Sastra
Sumardi,
dkk.
/1
// ./
/_ Pedoman Pengajaran Apresiasi Puisi. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1983. 19.
L
Jakarta: PT.
Grasindo. 2008.
18.
L
/ "--
Rajagrafindo Persada. 1984. 17.
(q
(L-
Kritis. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2010.
16.
,/1
{)-
Jakarta: Gaung Persada (GP) Press .2012.
14.
((
Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. 20',2. 13.
{+
/\
t-
Situmorang,. B. P. Puisi dan Metodologi Pengajarannyo.Medan: Nusa Indah. 1974.
0_
20.
Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. 2001.
K
21
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatatz Kuantitatif.
Kuolitcrti/, dan RctD. Bandun!,: Allabeta. 2010.
22.
Sukmadinata. Nana Si aodih. .\letocle prrclitir,,rt pr,rclirlikon. Bandung: Remaja Rosdakan'a )0A7.
z)-
Suroto. Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMTA . Jakarta: pT. Gelora Aksara Pratama. 1993-
25.
(>
Suprapto. Kuntpttlan Istiloh dctn Apresiasi Sastra Bahasa Incionesia. Surabaya: Offiet INDAH. 1991.
24.
Z {/-(',a
Tarigan, Henry Guntur. lt{ernbaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbaltasa. Bandung: Angkasa. 2008.
(
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan
: SMP
Kelas/Semester
: VII/2 (Eksperimen)
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Jumlah Pertemuan
: 2 x Pertemuan
Alokasi waktu
: 2 x 40 menit
A. Standar Kompetensi Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita.
B. Kompetensi Dasar Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik kenestik sesuai dengan isi puisi.
C. Indikator 1. Mampu menandai penjedaan dalam puisi yang akan dibacakan. 2. Mampu membaca indah puisi
D. Tujuan 1. Siswa mampu menandai penjedaan dalam puisi yang akan dibacakan.. 2. Siswa mampu membaca puisi dengan menggunakan irama suara, mimik kinestik sesuai dengan isi puisi.
E. Materi Pembelajaran 1. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam pembacaan puisi beserta definisinya 2. Contoh puisi Menyesal karya Ali Hasjmi dan penjabarannya (terlampir)
F. Metode Pembelajaran Metode inkuiri, tanya-jawab, dan diskusi. G. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit) 1. Berdoa dipimpin oleh ketua kelas 2. Guru mengabsen siswa
3. Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya 4. Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 5. Siswa menerima informasi kompetensi, meteri, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
b. Kegiatan Inti (60 menit) Eksplorasi 1) Guru menanyakan kepada siswa tentang apa itu puisi. 2) Siswa menjawab pertanyaan dengan antusias. Elaborasi 3) Guru menyebutkan dan menjelaskan unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam pembacaan puisi. 4) Siswa mencermati cuplikan pembacaan puisi dari video yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Video yang ditampilkan adalah video pembacaan puisi oleh W. S. Rendra, Helvy Tiana Rosa, Taufik Ismail, dan Sutardji Calsoum Bachri. 5) Siswa mendiskusikan isi, irama, volume suara, mimik, dan kinestik dari video pembacaan puisi yang telah diperlihatkan. 6) Siswa diberikan teks puisi Menyesal karya Ali Hasjmi yang kemudian siswa mendiskusikan isi puisi untuk memperoleh pemaknaan isi puisi. 7) Siswa berlatih membaca puisi Menyesal. Konfirmasi 8) Guru bertanya jawab dengan para siswa tentang hal-hal yang belum diketahui 9) Siswa terbaik mendapatkan penghargaan dari guru. c. Kegiatan Penutup 1) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran 2) Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan
3) Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran
Pertemuan Kedua a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit) 1. Berdoa dipimpin oleh ketua kelas 2. Guru mengabsen siswa 3. Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya 4. Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 5. Siswa menerima informasi kompetensi, meteri, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
b. Kegiatan Inti (60 menit) Eksplorasi 1. Siswa bertanya jawab tentang kegiatan membaca puisi sebelumnya. 2. Siswa menjawab pertanyaan dengan antusias. Elaborasi 3. Siswa membaca puisi secara individual dengan memperhatikan ketepatan irama, intonasi, jeda, dan ekspresi. 4. Siswa secara bergantian menilai penampilan siswa penampil secara santun dan objektif. 5. Secara bergantian siswa memberi komentar dan tanggapan berdasarkan pada hasil penilaian kepada siswa penampil secara santun. Konfirmasi 6. Guru bertanya jawab dengan para siswa tentang hal-hal yang belum diketahui 7. Siswa terbaik mendapatkan penghargaan dari guru. c. Kegiatan Penutup 1) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran
2) Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan 3) Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran
H.
Alat dan Bahan
Buku Bahasa dan Sastra Indonesia: Atikah Anindyarini, dkk.2008. Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Drs. B. P. Situmorang, Puisi dan Metodologi Pengajarannya, Nusa Indah, Medan, 1974.
Speaker kecil
Video pembacaan puisi.
Lampiran 1: Contoh lembar soal Observasi 1. Berilah jeda pada puisi yang telah kamu tentukan! Pendoman penskoran Kegiatan
Skor
Siswa memberi jeda puisi dengan benar
4
Siswa memberi jeda puisi kurang sesuai/salah kurang dari tiga
2
Siswa memberi jeda puisi salah lebih dari tiga
1
Siswa tidak memberi jeda
0
1. Bacalah puisi di depan kelas dengan irama, lafal, intonasi,kinestik dan ekspresi yang tepat! Rubrik Penilaian pembacaan puisi diisi oleh guru dan siswa pada saat pengamatan! Berilah tanda (√ ) pada kolom sesuai nilai yang kamu berikan (1, 2, 3, 4, dengan ketentuan 1 = kurang; 2 = sedang; 3 = baik; 4 = sangat baik.
Nama
: ......................................
Tanggal
: ......................................
Judul puisi : ......................................
No Aspek
Diskriptor
Skor maksimum
1
Vokal
Vokal jelas dan tepat
20
2
Intonasi
Pengaturan jeda, tinggi rendahnya nada, keras lembutnya suara, dan cepat
20
lambatnya pembacaan puisi 3
Irama
Pengaturan cepat lambatnya dalam pembacaan puisi sesuai dengan makna
20
yang diinginkan. 4
Kesesuaian
Visualisasi mendukung puisi
20
visualisasi 5
Ekspresi
Gerak/mimik, sikap, dan ekspresi wajah serasi dan menjiwai makna puisi
20
Keterangan: Penghitungan nilai akhir dalam skala 0—100 adalah sebagai berikut: Perolehan skor Nilai akhir =
X skor (100)
Ideal = ............................
Skor maksimum Format pengamatan kegiatan diskusi kelompok.
No 1 2 3 4
Nama siswa
Keaktifan
Keseriusan
Inisiatif
5 7 8 9 10 Dst, Keterangan: 1. Berilah tiap kolom kegiatan dengan nilai A = sangat baik; B = baik ; C = cukup baik ; dan K = kurang baik 2. A = 8,5—10
B = 6,5—8
C = 5,5—6
K = 0—5
Lampiran 1 Materi pelajaran 1.
Ekspresi Kemampuan mengekspresikan suatu puisi menjadi faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya seorang penyair membawa para pendengar atau penontonnya hanyut kedalam puisi tersebut.1 Apabila seorang penyair gagal membawa penonton hanyut ke dalam puisi tersebut, maka perlu dipertanyakan kembali kemampuannya dalam menghidupkan dan menyajikan suatu puisi. Pada kegiatan membaca puisi di dalam kelas, seringkali siswa sudah mampu menafsirkan dan memahami sebuah puisi, hanya
saja
terbentur
pada
cara
membawakannya
atau
dalam
hal
ini
mengekspresikannya. Untuk hal tersebut perlu diperhatikan hal-hal berikut: a. Pengucapan Salah satu hal yang sangat penting mendapat perhatian pada setiap kesempatan berdeklamasi ialah ucapan. Pengucapan ini tidak terpisahkan dengan intonasi. Dari ucapan dan intonasi seseorang akan dengan cepat menilai apakah seseorang mampu untuk berdeklamasi atau tidak.2 b. Irama Tak terpisahkan pula dengan pengucapan dan intonasi ialah irama. Yang dimaksud dengan irama adalah tinggi rendah suara, keras lembut suara, panjang pendek suara. Jadi apa yang disebut ritme, metrum, dan tempo, termasuk di dalamnya. Sesungguhnya ketiga unsur ini tak pernah terpisahkan ketika membaca kalimat. Irama merupakan faktor yang utama untuk menghidupkan puisi sebab irama merupakan jiwa pendeklamasian puisi.3 Tanpa irama yang baik, pastilah seorang pendeklamasi tidak akan mungkin behasil dalam deklamasi. Dalam hal ini seorang pendeklamasi haruslah mengatahui, pada bagian-bagian mana suara perlu dikeraskan, ditinggikan, atau dilambatkan. Sebab irama yang monotone tidak akan berhasil menghidupkan sebuah puisi. c. Batas sintaksis
1
Ibid., h.52 Situmorang, Op. Cit. 3 Situmorang, Op. Cit. 2
Batas perhentian suara (sintaksis) ini sangat penting agar jelas pada bagianbagian mana seorang berheti untuk menarik nafas, hingga pokok-pokok dalam puisi itu jelas dikemukakan.4 Hal ini dapat disiasati dengan memberi tanda terlebih dahulu dimana saja ia harus berhenti, sehingga apa yang ingin disampaikan penciptanya tidak kacau balau. d. Mimik Mimik merupakan petunjuk apakah seseorang sudah benar-benar dapat menjiwai puisi dengan sebaik-baiknya.5 Setelah puisi itu benar-benar meresap ke dalam jiwa seorang pendeklamasi akan dengan mudah terlihat dari mimiknya. Harmonisasi antara mimik dan isi puisi merupakan puncak keberhasilan deklamasi. Pada saat seperti inilah sering orang terpesona sebab sungguhsungguh merupakan suatu yang mengharukan. Mimik ini jelas tidak dapat dibuat-buat dan diatur sebelumnya, tetapi biasanya keluar menurut kewajaran secara spontan. e. Gerak-gerik Gerak-gerik dalam deklamasi walaupun bukan keharusan tapi sangat sering menolong untuk menjiwai dan menghidupkan sebuah puisi.6 Pada saat siswa berdeklamasi seringkali setiap kalimat yang diucapkan selalu diikuti dengan gerakan malah sering pula sebelum suaranya keluar, sudah lebih dahulu ada gerakan tangan atau kaki, sehingga puisi yang dideklamasikan hanya dipergunakan sebagai bahan permainan yang humoris.
Contoh puisi Puisi Menyesal karya Ali Hasjmi ini termasuk jenis puisi diafan disebut juga puisi trasparan. Artinya pembaca dapat dengan mudah mengetahui isi atau maksud puisi yang dibacanya. Puisi ini jika dianalisis dari segi bunyi, puisi Menyesal banyak menggunakan bunyi kakafoni. Bunyi
kakafoni
dapat
dipakai
untuk
menciptakan
suasana-suasana
ketertekanan,
keterasingan, kesedihan, syahdu, suram, haru, pilu, dan sbagainya. Secara visual ragam bunyi ini banyak memakai konsonan /b/, /p/, /m/, /k/, /h/, /p/, /t/, /s/, /r/, /ng/, /ny/. 4
Situmorang, h.54 Situmorang, h.54 6 Situmorang, h.55 5
Menyesal Karya Ali Hasjmi Pagiku hilang sudah melayang Hari mudaku sudah pergi Sekarang petang datang membayang Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi Beta lengah di masa muda Kini hidup meracun hati Miskin ilmu miskin harta
Akh, apa guna kusesalkan Menyesal tua tiada berguna Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan Atur barisan di hari pagi Menuju ke arah padang bakti
1. Unsur Fisik/Unsur Lahir a). Bunyi
Versifikasi Rima akhir pada bait : Bait 1 : / ng-gi-ng-gi (abab) / Bait 2 : / i-a-i-a (abab) / Ritma puisi berupa pemenggalan baris-baris puisi menjadi dua bagian (dua frasa)
pagiku hilang / sudah melayang hari mudaku / sudah pergi kini petang / datang membayang batang usiaku / sudah tinggi b). Kata
Simbol atau Lambang 1). pagiku hilang sudah melayang : lambang alam 2). kini petang datang membayang : lambang alam
Majas Majas Metafora :
Batang usiaku sudah tinggi Aku lalai di hari pagi c). Baris/ Larik Jumlah baris pada bait pertama dan kedua sama. Sedangkan bait ketiga jumlah barisnya sama dengan bait keempat. Pada baris terakhir tiap bait terdapat tanda titik. d). Bait Pada bait pertama dan kedua jumlah barisnya sama yaitu 4 baris Pada bait ketiga dan keempat jumlah barisnya sama yaitu 3 baris. e). Tipografi Tipografi puisi ini adalah tipografi puisi konvensional, artinya tidak menyimpang dari tipografi puisi pada umumnya.
2. Unsur Lapis Makna a). Rasa Lewat puisi “Menyesal” penyair menggambarkan tentang pentingnya pendidikan, tampak pada penyesalan tokoh aku yang lengah di waktu muda,waktu tua hidupnya sengsara, miskin ilmu dan miskin harta. Parafrase : Tokoh aku dalam puisi tersebut menyatakan penyesalannya. Dulu waktu masih muda ia tidak memanfaatkan waktu dengan baik untuk mencari ilmu. Kini penyesalannya datang ketika ia sudah tua. Hidupnya sengsara karena ia miskin ilmu dan miskin harta. Namun ia menyadari, penyesalan itu tiada berguna, hanya akan menambah luka hatinya. Ia berharap kepada para generasi muda, agar memanfaatkan masa muda mereka dengan baik.
b). Perasaan Perasaan penyair pada waktu menciptakan puisi ini ialah sedih karena penyesalan yang ia rasakan. Namun ia menyadari penyesalan itu tidak berguna. Ia berharap para generasi muda memanfaatkan masa mudanya dengan baik, dengan mencari ilmu yang sungguhsungguh.
c). Nada Sikap penyair terhadap pembaca adalah minta belas kasih (memelas). Nada demikian dipergunakan penyair untuk mensugesti pembaca agar tidak mencontoh tokoh (aku lirik) yang dikisahkan dalam puisi tersebut.
d). Amanat Pada waktu muda sebaiknya waktu digunakan dengan baik khususnya untuk mencari ilmu, untuk bekal di masa depan. Menyesal di waktu tua itu tiada gunanya.
Ciputat, .................................. Mengetahui, Peneliti
...................................................... NIP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan
: SMP
Kelas/Semester
: VII/2 (Kontrol)
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Jumlah Pertemuan
: 2 x Pertemuan
Alokasi waktu
: 2 x 40 menit
A. Standar Kompetensi Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita.
B. Kompetensi Dasar Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik kenestik sesuai dengan isi puisi.
C. Indikator 1. Mampu menandai penjedaan dalam puisi yang akan dibacakan. 2. Mampu membaca indah puisi
D. Tujuan 1. Siswa mampu menandai penjedaan dalam puisi yang akan dibacakan.. 2. Siswa mampu membaca puisi dengan menggunakan irama suara, mimik kinestik sesuai dengan isi puisi.
E. Materi Pembelajaran 1. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam pembacaan puisi beserta definisinya 2. Contoh puisi Ali Hasjmi dan penjabarannya (terlampir)
F. Metode Pembelajaran Metode inkuiri, tanya-jawab, dan diskusi. G. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit) 1. Berdoa dipimpin oleh ketua kelas 2. Guru mengabsen siswa
3. Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya 4. Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 5. Siswa menerima informasi kompetensi, meteri, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
b. Kegiatan Inti (60 menit) Eksplorasi 1) Guru menanyakan kepada siswa tentang apa itu puisi. 2) Siswa menjawab pertanyaan dengan antusias. Elaborasi 3) Guru menyebutkan dan menjelaskan unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam pembacaan puisi. 4) Siswa diberikan teks puisi Menyesal karya Ali Hasjmi yang kemudian siswa mendiskusikan isi puisi untuk memperoleh pemaknaan isi puisi. 5) Siswa berlatih membaca puisi Menyesal. Konfirmasi 6) Guru bertanya jawab dengan para siswa tentang hal-hal yang belum diketahui 7) Siswa terbaik mendapatkan penghargaan dari guru. c. Kegiatan Penutup 1) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran 2) Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan 3) Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran
Pertemuan Kedua a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit) 1. Berdoa dipimpin oleh ketua kelas
2. Guru mengabsen siswa 3. Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya 4. Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 5. Siswa menerima informasi kompetensi, meteri, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
b. Kegiatan Inti (60 menit) Eksplorasi 1. Siswa bertanya jawab tentang kegiatan membaca puisi sebelumnya. 2. Siswa menjawab pertanyaan dengan antusias. Elaborasi 3. Siswa membaca puisi secara individual dengan memperhatikan ketepatan irama, intonasi, jeda, dan ekspresi. 4. Siswa secara bergantian menilai penampilan siswa penampil secara santun dan objektif. 5. Secara bergantian siswa memberi komentar dan tanggapan berdasarkan pada hasil penilaian kepada siswa penampil secara santun. Konfirmasi 6. Guru bertanya jawab dengan para siswa tentang hal-hal yang belum diketahui 7. Siswa terbaik mendapatkan penghargaan dari guru. c. Kegiatan Penutup 1) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran 2) Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan 3) Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran
H.
Alat dan Bahan
Buku Bahasa dan Sastra Indonesia: Atikah Anindyarini, dkk.2008. Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Drs. B. P. Situmorang, Puisi dan Metodologi Pengajarannya, Nusa Indah, Medan, 1974.
Lampiran 1: Contoh lembar soal Observasi 1. Berilah jeda pada puisi yang telah kamu tentukan! Pendoman penskoran Kegiatan
Skor
Siswa memberi jeda puisi dengan benar
4
Siswa memberi jeda puisi kurang sesuai/salah kurang dari tiga
2
Siswa memberi jeda puisi salah lebih dari tiga
1
Siswa tidak memberi jeda
0
1. Bacalah puisi di depan kelas dengan irama, lafal, intonasi,kinestik dan ekspresi yang tepat! Rubrik Penilaian pembacaan puisi diisi oleh guru dan siswa pada saat pengamatan! Berilah tanda (√ ) pada kolom sesuai nilai yang kamu berikan (1, 2, 3, 4, dengan ketentuan 1 = kurang; 2 = sedang; 3 = baik; 4 = sangat baik.
Nama
: ......................................
Tanggal
: ......................................
Judul puisi : ......................................
No Aspek
Diskriptor
Skor maksimum
1
Vokal
Vokal jelas dan tepat
20
2
Intonasi
Pengaturan jeda, tinggi rendahnya nada, keras lembutnya suara, dan cepat
25
lambatnya pembacaan puisi 3
Irama
Pengaturan cepat lambatnya dalam pembacaan puisi sesuai dengan makna
20
yang diinginkan. 4
Kesesuaian
Visualisasi mendukung puisi
15
visualisasi 5
Ekspresi
Gerak/mimik, sikap, dan ekspresi wajah serasi dan menjiwai makna puisi
20
Keterangan: Penghitungan nilai akhir dalam skala 0—100 adalah sebagai berikut: Perolehan skor Nilai akhir =
X skor (100)
Ideal = ............................
Skor maksimum Format pengamatan kegiatan diskusi kelompok.
No 1 2 3 4 5 7 8 9 10 Dst, Keterangan:
Nama siswa
Keaktifan
Keseriusan
Inisiatif
1. Berilah tiap kolom kegiatan dengan nilai A = sangat baik; B = baik ; C = cukup baik ; dan K = kurang baik 2. A = 8,5—10
B = 6,5—8
C = 5,5—6
K = 0—5
Lampiran 1 Materi pelajaran 1.
Ekspresi Kemampuan mengekspresikan suatu puisi menjadi faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya seorang penyair membawa para pendengar atau penontonnya hanyut kedalam puisi tersebut.1 Apabila seorang penyair gagal membawa penonton hanyut ke dalam puisi tersebut, maka perlu dipertanyakan kembali kemampuannya dalam menghidupkan dan menyajikan suatu puisi. Pada kegiatan membaca puisi di dalam kelas, seringkali siswa sudah mampu menafsirkan dan memahami sebuah puisi, hanya
saja
terbentur
pada
cara
membawakannya
atau
dalam
hal
ini
mengekspresikannya. Untuk hal tersebut perlu diperhatikan hal-hal berikut: a. Pengucapan Salah satu hal yang sangat penting mendapat perhatian pada setiap kesempatan berdeklamasi ialah ucapan. Pengucapan ini tidak terpisahkan dengan intonasi. Dari ucapan dan intonasi seseorang akan dengan cepat menilai apakah seseorang mampu untuk berdeklamasi atau tidak.2 b. Irama Tak terpisahkan pula dengan pengucapan dan intonasi ialah irama. Yang dimaksud dengan irama adalah tinggi rendah suara, keras lembut suara, panjang pendek suara. Jadi apa yang disebut ritme, metrum, dan tempo, termasuk di dalamnya. Sesungguhnya ketiga unsur ini tak pernah terpisahkan ketika membaca kalimat. Irama merupakan faktor yang utama untuk menghidupkan puisi sebab irama merupakan jiwa pendeklamasian puisi.3 Tanpa irama yang baik, pastilah seorang pendeklamasi tidak akan mungkin behasil dalam deklamasi. Dalam hal ini seorang pendeklamasi haruslah mengatahui, pada bagian-bagian mana suara perlu dikeraskan, ditinggikan, atau dilambatkan. Sebab irama yang monotone tidak akan berhasil menghidupkan sebuah puisi. c. Batas sintaksis
1
Ibid., h.52 Situmorang, Op. Cit. 3 Situmorang, Op. Cit. 2
Batas perhentian suara (sintaksis) ini sangat penting agar jelas pada bagianbagian mana seorang berheti untuk menarik nafas, hingga pokok-pokok dalam puisi itu jelas dikemukakan.4 Hal ini dapat disiasati dengan memberi tanda terlebih dahulu dimana saja ia harus berhenti, sehingga apa yang ingin disampaikan penciptanya tidak kacau balau. d. Mimik Mimik merupakan petunjuk apakah seseorang sudah benar-benar dapat menjiwai puisi dengan sebaik-baiknya.5 Setelah puisi itu benar-benar meresap ke dalam jiwa seorang pendeklamasi akan dengan mudah terlihat dari mimiknya. Harmonisasi antara mimik dan isi puisi merupakan puncak keberhasilan deklamasi. Pada saat seperti inilah sering orang terpesona sebab sungguhsungguh merupakan suatu yang mengharukan. Mimik ini jelas tidak dapat dibuat-buat dan diatur sebelumnya, tetapi biasanya keluar menurut kewajaran secara spontan. e. Gerak-gerik Gerak-gerik dalam deklamasi walaupun bukan keharusan tapi sangat sering menolong untuk menjiwai dan menghidupkan sebuah puisi.6 Pada saat siswa berdeklamasi seringkali setiap kalimat yang diucapkan selalu diikuti dengan gerakan malah sering pula sebelum suaranya keluar, sudah lebih dahulu ada gerakan tangan atau kaki, sehingga puisi yang dideklamasikan hanya dipergunakan sebagai bahan permainan yang humoris.
Contoh puisi Puisi Menyesal karya Ali Hasjmi ini termasuk jenis puisi diafan disebut juga puisi trasparan. Artinya pembaca dapat dengan mudah mengetahui isi atau maksud puisi yang dibacanya. Puisi ini jika dianalisis dari segi bunyi, puisi Menyesal banyak menggunakan bunyi kakafoni. Bunyi
kakafoni
dapat
dipakai
untuk
menciptakan
suasana-suasana
ketertekanan,
keterasingan, kesedihan, syahdu, suram, haru, pilu, dan sbagainya. Secara visual ragam bunyi ini banyak memakai konsonan /b/, /p/, /m/, /k/, /h/, /p/, /t/, /s/, /r/, /ng/, /ny/. 4
Situmorang, h.54 Situmorang, h.54 6 Situmorang, h.55 5
Menyesal Karya Ali Hasjmi Pagiku hilang sudah melayang Hari mudaku sudah pergi Sekarang petang datang membayang Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi Beta lengah di masa muda Kini hidup meracun hati Miskin ilmu miskin harta
Akh, apa guna kusesalkan Menyesal tua tiada berguna Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan Atur barisan di hari pagi Menuju ke arah padang bakti
1. Unsur Fisik/Unsur Lahir a). Bunyi
Versifikasi Rima akhir pada bait : Bait 1 : / ng-gi-ng-gi (abab) / Bait 2 : / i-a-i-a (abab) / Ritma puisi berupa pemenggalan baris-baris puisi menjadi dua bagian (dua frasa)
pagiku hilang / sudah melayang hari mudaku / sudah pergi kini petang / datang membayang batang usiaku / sudah tinggi b). Kata
Simbol atau Lambang 1). pagiku hilang sudah melayang : lambang alam 2). kini petang datang membayang : lambang alam
Majas Majas Metafora :
Batang usiaku sudah tinggi Aku lalai di hari pagi c). Baris/ Larik Jumlah baris pada bait pertama dan kedua sama. Sedangkan bait ketiga jumlah barisnya sama dengan bait keempat. Pada baris terakhir tiap bait terdapat tanda titik. d). Bait Pada bait pertama dan kedua jumlah barisnya sama yaitu 4 baris Pada bait ketiga dan keempat jumlah barisnya sama yaitu 3 baris. e). Tipografi Tipografi puisi ini adalah tipografi puisi konvensional, artinya tidak menyimpang dari tipografi puisi pada umumnya.
2. Unsur Lapis Makna a). Rasa Lewat puisi “Menyesal” penyair menggambarkan tentang pentingnya pendidikan, tampak pada penyesalan tokoh aku yang lengah di waktu muda,waktu tua hidupnya sengsara, miskin ilmu dan miskin harta. Parafrase : Tokoh aku dalam puisi tersebut menyatakan penyesalannya. Dulu waktu masih muda ia tidak memanfaatkan waktu dengan baik untuk mencari ilmu. Kini penyesalannya datang ketika ia sudah tua. Hidupnya sengsara karena ia miskin ilmu dan miskin harta. Namun ia menyadari, penyesalan itu tiada berguna, hanya akan menambah luka hatinya. Ia berharap kepada para generasi muda, agar memanfaatkan masa muda mereka dengan baik.
b). Perasaan Perasaan penyair pada waktu menciptakan puisi ini ialah sedih karena penyesalan yang ia rasakan. Namun ia menyadari penyesalan itu tidak berguna. Ia berharap para generasi muda memanfaatkan masa mudanya dengan baik, dengan mencari ilmu yang sungguhsungguh.
c). Nada Sikap penyair terhadap pembaca adalah minta belas kasih (memelas). Nada demikian dipergunakan penyair untuk mensugesti pembaca agar tidak mencontoh tokoh (aku lirik) yang dikisahkan dalam puisi tersebut.
d). Amanat Pada waktu muda sebaiknya waktu digunakan dengan baik khususnya untuk mencari ilmu, untuk bekal di masa depan. Menyesal di waktu tua itu tiada gunanya.
Ciputat, .................................. Mengetahui, Peneliti
...................................................... NIP
Dokumentasi