Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN TEKNOLOGI PETERNAKAN DAN VETERINER DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN KusumA DiwyANTo,
SJAMSUL BAHRi,
dan ELAN MASBULAN
Pusat Peneftian Peternakan, Jalan Raya Pajajaran Kav. E-59, Bogor 16151
RINGKASAN Ketahanan pangan dapat terwujud apabila pangan, yaitu karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral, dapat dihasilkan di dalam negeri dengan memanfaatkan sumberdaya lokal melalui rekayasa teknologi dan inovasi baru sehingga produk yang dihasilkan mempunyai daya saing internasional. Hasil penelitian yang berupa produk biologi (bibit, vaksin, antigen, dan mikroba) maupun yang berupa informasi, rekomendasi, metode dan standar, perlu disosialisasikan ataupun dipromosikan agar dapat dikenal dan bermanfaat bagi penggunanya, yang pada gilirannya akan berdampak dan memberikan nilai tambah bagi petemak, masyarakat, serta peneliti yang bersangkutan . Peran pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan (produk hewani) melalui perbaikan sistem agribisnis akan sangat tergantung pada tingkat kemajuan usaha peternakan, kondisi wilayah, jenis komoditas, dan masyarakat yang terlibat dalam agribisnis tersebut . Pengembangan agribisnis peternakan dengan demikian memerlukan bermacam-macam strategi, berbagai alternatif, dan variasi teknologi, tergantung keadaan dan kematangan usaha yang ada. Hal ini juga menyangkut masalah selera konsumen, pasar dan pemasaran, kualitas produk, serta tujuan usaha peternakan . Hasil penelitian pemuliaan yang berupa bibit maupun teknologi perbibitan yang dihasilkan dalam dasawarsa terakhir ini antara lain bibit itik hibrida lokal, strategi pembentukan ayam hibrida lokal, domba komposit maupun hibrida, domba prolifik, kambing persilangan, serta teknologi reproduksi. Teknologi pakan baik untuk ternak ruminansia maupun ternak non-ruminansia telah banyak dihasilkan, terutama teknologi fermentasi dan pemanfaatan mikroba lokal. Teknik ini mampu mengatasi adanya faktor anti nutrisi yang terdapat pada limbah pertanian, serta meningkatkan gizi (kadar protein) bahan pakan lokal seperti singkong (cassava). Teknik pemberian pakan yang efisien dan toleransi terhadap bahan pakan lokal yang berkualitas rendah juga telah banyak dihasilkan . Beberapa teknologi mempunyai peluang untuk dikembangkan pada skala industri, sedangkan sebagian diantaranya cocok dikembangkan pada peternakan rakyat skala kecil atau menengah . Ouput penelitian bidang veteriner, baik berupa produk biologis seperti vaksin dan antigen, informasi, metode, dan rekomendasi telah banyak dihasilkan. Bahkan secara signifikan telah memberi kontribusi yang sangat besar dalam program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular . Sementara itu Balitvet juga telah ditetapkan sebagai Laboratorium Rujukan tingkat Nasional untuk bidang veteriner, dan kinerjanya untuk beberapa bidang telah sejajar dengan laboratorium internasional. Hasil dan kinerja laboratorium parasitologi misalnya, termasuk yang terbaik di Asia Tenggara. Teknologi pakan yang paling banyak memperoleh perhatian BPTP/LPTP, karena pengujiannya relatif mudah dan murah untuk dilakukan. Sedangkan teknologi perbibitan dan veteriner pengkajiannya masih sangat terbatas . Oleh karena itu untuk meningkatkan penggunaan kedua teknologi ini di BPTP/LPTP diperlukan upaya khusus, seperti peningkatan kerjasama dan pendampingan. Sementara itu pengkajian yang semestinya dilakukan oleh B/LPTP dengan 51
Seminar Nastona! Peternakan dan Veteriner 2000
pendekatan pola integrasi secara in-situ maupun ex-situ antar komoditas praktis belum banyak dilakukan . Hal ini menyebabkan keunggulan teknologi yang dihasilkan Balitnak maupun Balitvet belum dapat terlihat denganjelas, atau kurang optimal . Beberapa hasil penelitian telah dan akan dikomersialkan atau di-patent-kan . Namun komersialisasi produk penelitian ini bukan berarti tidak berpihak kepada peternak kecil, tetapi justru untuk lebih memberdayakan peternak dalam keikutsertaannya mewujudkan ketahanan pangan produk hewani . Inovasi baru diharapkan akan meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya atau input serta meningkatkan efisiensi dalam menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi . Adopsi hasil penelitian melalui swasta ternyata akan lebih efektif dan efisien, karena dengan cara ini akan terjadi integaksi dan respon ekonomi yang spontan. Apabila inovasi baru yang ditawarkan memang betul terbukti menguntungkan, maka pengusaha dan petsni/peternak dengan cepat akan menerimanya. Interaksi seperti ini kadang-kadang sulit terjadi bila dilakukan melalui kelembagaan formal yang ada, bila tidak dilakukan perubahan dan perubakan yang lebih mendasar. Penanjaman fokus clan peningkatan kualitas penelitian yang sedang dan akan dilakukan untuk tujuan penyediaan teknologi dan inovasi baru guna meningkatkan ketahanan pangan produk hewani terns dilakukan . Langkah ini dilakukar~ sejak penyusunan proposal, persiapan pettelitian, pelaksanaan clan pelaporan, sarnpai ke desiminasi dan promosi . Upaya ini diharapkan akan meningkatkan kinerja unit kerja lingkup PuslitNak, yang dampaknya akan dirasakan oleh peternak, pengusaha, masyarakat clan peneliti/institusi itu sendiri . PENDAHULUAN Pada tahun 1999 Departemen Pertanian telah mencanangkan dua program utama sesuai dengan amanat GBHN 1999-2004, yaitu program ketahanan pangan dan pengembangan sistem agribisnis, yang dikaitkan dengan upaya memberdayakan masyarakat petani di pedesaan. Hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa pertanian telah membuktikan diri sebagai sektor andalan, terutama pada saat menghadapi krisis multidimensi yang terjadi sejak medio 1997 . Keandalan sektor pertanian tersebut disebabkan karena pertanian dikembangkan berdasarkan kekuatan sumberdaya domestik. Turunnya nilai rupiah terhadap dolar justru mendorong ekspor komoditas pertanian terutama hasil perkebunan, kehutanan maupun perikanan . Sebaliknya industri yang bertumpu pada komponen dan teknologi impor telah terpuruk yang sebagian diantaranya sulit untuk bangkit kembali . Ketahanan pangan dapat terwujud apabila pangan, yaitu karbohidrat, protein, vitamin, dsn mineral, dapat dihasilkan di dalam negeri dengan memanfaatkan sumberdaya lokal melalui rekaya teknologi clan inovasi baru sehingga produk yang dihasilkan mempunyai daya saing internasional . Atau paling tidak ketergantungan pada produk impor harus semakin berkurang, kecuali untuk komoditas yang kurang strategis . Dengan teknologi dan inovasi baru diharapkan akan mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan selera pasar serta usaha dapat dilaksanakan secara lestari . Akan tetapi saat ini produk maupun input produksi industri unggas (ayam ras), sapi potong penggemukan dan sapi perah masih didominasi oleh teknologi dan komponen impor. Bibit ayam (100%), bungkil kedelai (100%), wheat pollard (100%), sapi bakalan (100%), bahan susu olahan (60-70%), obat-obatan (60-70%), serta tepung ikan dan jagung sebagian besar masih harus diimpor (PUSLITBANGNAK, 2000) . Keadaan diatas kalau dicermati sebenarnya justru merupakan peluang yang baik untuk mengembangkan agribisnis peternakan clan pertanian pada umumnya, karena pasar domestik yang sedemikian besar .
52
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
Dengan penduduk lebih dari 200 juta dan prospek perkembangan ekonomi yang memadai, akan mendorong peningkatan permintaan pangan yang berasal dari produk hewani berupa telur, daging dan susu. Apalagi saat ini rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat rendah, jauh dibawah rata-rata konsumsi dunia, Asia, Asia Tenggara, bahkan masih kalah dengan India yang mayoritas penduduknya vegetarian (PUSLITBANGNAK, 2000). Sebelum krisis ekonomi, dimana pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 6%, SOEDJANA et al. (1994) menyatakan bahwa elastisitas pendapatan terhadap permintaan produk peternakan cukup tinggi . Dengan demikian, peningkatan dan perbaikan kesejahteraan penduduk akan mendorong meningkatnya konsumsi pangan hewani tersebut . Kondisi ini harus mendapat perhatian yang seksama bila ketahanan pangan, terutama pangan hewani akan diwujudkan, yaitu kondisi mampu gizi dan daya beli masyarakat . DIREKTORAT 1ENDERAL PRODUKSI PETERNAKAN (2000) bahkan telah mencanangkan swasembada daging pada tahun 2005. Untuk mengantisipasi hal tersebut Pusat Penelitian Peternakan (PuslitNak) dan kedua Balai-nya (Balitnak=Balai Penelitian Ternak ; dan Balitvet=Balai Penelitian Veteriner) telah memfokuskan kegiatan untuk menghasilkan teknologi maupun komponen teknologi dan inovasi baru yang mampu mendorong berkembangnya sistem agribisnis peternakan yang berdaya saing tinggi . Makalah ini akan menyampaikan berbagai hasil penelitian yang telah dicapai, baik yang telah dan sedang dikaji untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan, maupun yang siap untuk dikomersialisasikan . Disamping itu juga akan dibahas tentang antisipasi keperluan teknologi peternakan dan veteriner untuk menyongsong era kesejagadan, terutama teknologi tinggi dan yang bersifat strategis . Penelitian yang sedang dilakukan juga akan dirangkum dalam makalah ini, untuk dapat memperoleh masukan sehingga akan mempertajam fokus penelitian. AGRIBISNIS PETERNAKAN MASA KINI DAN MASA DATANG Usaha peternakan di Indonesia pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam empat katagori, yaitu (1) Usaha peternakan yang bersifat pre-industri, dimana usaha bersifat subsisten, semua aktivitas dilakukan oleh peternak/petani, hampir tidak ada peran organisasi pemerintah maupun swasta. Usaha seperti ini masih banyak dijumpai di daerah pedalaman dan remote, walaupun jumlahnya sudah sangat terbatas; (2) Usaha peternakan yang mulai timbul pertimbangan industri (bisnis). Disini peran pemerintah dalam banyak hal cukup dominan, dan hampir tidak ada industri swasta yang terlibat (segmen ini yang berkontribusi kepada lambatnya laju usahaternak dimasa lalu karena peran pemerintah dalam kegiatan ekonomi harus minimal/katalisator saja). Contoh dari usaha ini antara lain peternakan kerbau, peternakan ayam buras, peternakan sapi di beberapa daerah remote, peternakan kambing, dll .; (3) Usaha peternakan dalam tahap ekspansi, dimana peran pemerintah dan swasta cukup besar. Pada tahap ini peran pemerintah dalam hal litbang cukup dominan, walaupun swasta sudah tertarik untuk berusaha, seperti Contoh dalam usaha peternakan sapi perah, domba, itik, dll .; dan (4) Usaha peternakan pada tahap industri yang matang, dimana peran swasta sangat dominan serta mereka telah mampu mengembangkan litbang untuk mendukung usahanya. Disini peran pemerintah hanya sebatas pada kegiatan fasilitasi, koordinasi, dan (de)regulasi. Contoh yang paling aktual adalah agribisnis ayam ras, petelur maupun pedaging. Kondisi tersebut di atas, jika ditelaah berdasarkan teori farm business maka dapat dikelompokan menjadi 3 tahapan, yaitu: tahap entry, tahap growth, dan tahap exit. Pertama, tahap entry akan menentukan apakah biaya produksi suatu usaha sejenis sudah sama atau dibawah rata-rata biaya produksi pemain yang sedang berlangsung, bila tidak sebenarnya jangan dipaksakan untuk survive, karena akan melanggengkan inefisiensi (banyak program pemerintah yang masuk dalam 53
Seminar Nasionat Peternakan dan Veteriner 1000
kategori ini dimasa lalu) . Tahap ini menjadi semakin sulit bila pemerintah akan segera komit dengan perdagangan bebas tanpa reserve . Kedua, tahap growth adalah mereka yang responsive terhadap dinamika permintaan terhadap produk yang dihasilkan melalui market intelligent, product differentiation, dan berorientasi kepada teknologi baru (baik cost saving technology maupun output increasing technology) disini peran jenis dan varian teknologi (Badan Litbang) sangat strategis . Kedga, tahap exit adalah dimana manajemen telah mempertimbangkan beralih produk atau diversifikasi usaha dalam rangka meningkatkan economies ofscale (misalnya peternak domba yang beralih menjadi peternak sapi, yang kemudian beralih lagi kepada usaha retailer dan seandainya) . Semuanya ini semata-mata didasarkan kepada risk management strategies dari masing-masing usaha (production risk,.price risk, market risk, tuntutan ekologis, greenproducts dan sebagainya, termasuk unsur ketidak-pastian/uncertaintv). Berdasarkan landasan teori tersebut (pada prakteknya juga benar adanya), pengembangan industri peternakan tetap harus mengikuti asas consumers behavior dan theory ofthefirm . Tentang kecukupan gizi adalah keinginan pemerintah yang harus dipenuhi prakondisinya (kesejahteraan, meliputi kemampuan/daya beli/preferensi konsumen) yang tidak boleh ditargetkan sefihak. Perlu dicatat bahwa salah satu tolok ukur kesejahteraan adalah proporsi konsumsi karbohidrat dan protein. Masyarakat kita secara umum (sebahagian besar) mengkonsumsi karbohidrat lebih dari 60% pangsa pendapatannya, dibandingkan dengan negara maju yang hanya mengkonsumsi karbohidrat kurang dari 20%. Dengan demikian, kemajuan industri peternakan akan tergantung kepada usaha pemberdayaan ekonomi masyarakat yang akan menentukan permintaan produknya . Teknologi dan pilihan jenis maupun segmen usaha oleh para produsen hanya merupakan elemen strategi berusaha, dalam rangka entry-growth-exit .
Komplemen terhadap pemikiran ini adalah kemampuan derajat keunggulan kompetitif (dengan industri lain di dalam negeri) dan komparatif (dengan negara lain) yang merupakan pra-kondisi lain yang harus dipertimbangkan seandainya strategi kedepan juga termasuk meningkatkan devisa (melalui ekspor) . Menentukan apakah suatu usahaternak merupakan single enterprise atau elemen dari general farm business dapat dilihat dari struktur dan share biaya produksi dan kontribusinya terhadap return-on-investment, return-to-management, bahkan benefit (primary dan secondary) dan cost consideration . Dengan melihat hal tersebut diatas maka peran pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan (produk hewani) melalui perbaikan sistem agribisnis akan sangat tergantung pada kondisi wilayah, jenis komoditas, dan masyarakat yang terlibat dalam agribisnis tersebut. Pengembangan agribisnis peternakan dengan demikian memerlukan bermacam-macam strategi, berbagai alternatif, dan variasi teknologi, tergantung keadaan dan kematangan usaha yang ada. Hal ini juga menyangkut masalah selera konsumen, pasar dan pemasaran, kualitas produk, serta tujuan usaha peternakan. Ayam kampung misalnya, saat ini mempunyai pangsa pasar tersendiri baik dari segi kualitas, kuantitas, harga, pemasaran dan cara penyajian . Ayam kampung (potong) yang seragam (bentuknya) akan ditolak oleh konsumen atau akan memperoleh harga yang lebih rendah. Permintaan produk ayam kampung volumenya tidak terlalu besar, tetapi kuantitasnya dari waktu ke waktu cenderung terus meningkat. Harga persatuan unit telur dan daging ayam kampung jauh lebih tinggi dibandingkan ayam ras, serta fluktuasi harganya tidak sebesar produk ayam ras . Hal ini disebabkan antara lain karena peningkatan produksi tidak dapat diakselerasi dengan cepat . Pemasaran atau harga telur ditetapkan dengan butir bukan berat, dan justru telur yang kecil dan berwarna tertentu yang dikehendaki konsumen. Telur ayam kampung juga diakui mempunyai khasiat tertentu, sehingga konsumsi dilakukan dengan cara dimasak setengah matang atau mentah . 54
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
Keunikan dan hal yang `aneh' tersebut juga dijumpai pada produk dan komoditas (telur) itik, sapi potong (sapi lokal harganya jauh lebih tinggi dari sapi ex impor), dan dombo/kambing. Disini terlihat bahwa komoditas lokal tersebut telah membentuk pasar tersendiri, yang dibarengi dengan keunikan resep makanan dari berbagai wilayah Indonesia. Sehingga tidak mengherankan bila ada sebagian konsumen justru menghendaki daging sapi yang liat, telur ayam yang kecil, ayam potong yang tidak seragam (warna dan fenotipanya), dlsb. Keinginan pasar ini secara klasik telah direspon dengan baik oleh peternak, sehingga untuk meningkatkan daya saing dan perkembangan agribisnis komoditas tradisional tersebut tidak perlu dilakukan dengan merubah kemauan konsumen . Justru disinilah keunggulan peternak kecil yang sulit untuk disaingi oleh produk impor . Karena agrisbisnis seperti ini sebagian besar berada di lingkungan masyarakat bawah maka sudah selayakaya pemerintah membantu dalam mengembangkan inovasi baru, sehingga usaha ini dapat lebih efisien, produktif, dan menguntungkan produsen maupun konsumen . Namun ke depan harus diantisipasi perkembangan sistem agribisnis petemakan yang lebih banyak diwarnai oleh kemajuan atau perkembangan teknologi dan inovasi modem serta perubahan dalam tataran global . Hal ini akan menentukan arah, tujuan dan sasaran penelitian, karena penelitian harus bersifat antisipatif Sebagian masyarakat dari beberapa negara maju mulai menghendaki produk yang lebih alamiah, yaitu produk petemakan yang bebas dari residu antibiotik, hormon, pestisida, atau bahan imbuhan lainnya. Bahkan sebagian masyarakat Eropa telah mulai mengkampanyekan untuk mengkonsumsi pangan yang berasal dari ternak yang dipelihara dengan memperhatikan kesejahteraan hewan (animal walfare), dan menolak produk hasil rekayasa genetik. Hal-hal ini harus benar-benar diwaspadai dan dicermati, walaupun saat ini konsentrasi pembangunan petemakan di Indonesia masih kearah inward looking . Sasaran utama kita adalah meningkatkan produktivitas temak secara efisien melalui inovasi baru, sehingga ketahanan pangan asal ternak dapat segera diwujudkan. Oleh karena itu teknologi dan inovasi baru yang akan dihasilkan harus mengantisapasi perubahan yang akan terjadi, kondisi pasar domestik maupun pasar global, ketersediaan sumberdaya lokal, kondisi sosial-budaya masyarakat, serta masalah lingkungan. Mengingat kondisi di Indonesia berbeda dengan Eropa, Amerika maupun Australia karena keterbatasan sumberdaya lahan (di JawaBali), sumberdaya pakan, kualitas SDM, permodalan dan teknologi, maka pengembangan ternak pola integrasi (vertikal maupun horizontal) melalui pendekatan zero wuste merupakan salah satu alternatif yang harus diperhatikan. Pengembangan ternak juga harus merriperhatikan lingkungannya, sehingga alternatif penggunaan teknologi (terutama bibit) harus dipilah berdasarkan low-mediumhigh production input environment, karena adanya interaksi genotipe dengan lingkungan (DiWYANTO et al.,1999). Pengembangan sapi potong untuk menghasilkan bakalan misainya, akan kompetitif bila didasarkan pada sistem LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture) . Akan tetapi industri penggemukannya dapat dilakukan dengan sistem high input dan high capital. Beberapa pengalaman empiris menunjukkan bahwa pola integrasi crop-livestock system telah mampu meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya. HARYANTO el ul. (1999) melaporkan bahwa integrasi sapi di areal persawahan telah terbukti dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, menekan biaya pakan, dan meningkatkan pendapatan petani/petemak . Kondisi ini akon mendorong petani untuk 'meningkatkan produksi padi dan hasil ternak, yang pada gilirannya akan mampu mewuudkan ketahanan pangan di setiap daerah maupun secara nasional. KEBUTUHAN TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN Mernperhatikan kondisi agribisnis petemakan di Indonesia make teknologi yang harus tersedia dan inovasi yang akan dikembangkan harus disesuaikan dengan keadaan nyata di lapang yang sangat 55
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
bervariasi. Untuk jenis usaha yang sudah sangat maju (tahap ekspansi) seperti ayam ras, maka teknologi yang diperlukan adalah yang mampu memaksimalkan output dan profit . Untuk usaha peternakan yang sudah berorientasi bisnis tetapi belum pada taraf yang matang (mature) seperti pada sebagian peternakan domba, maka teknologi yang diperlukan merupakan kombinasi antara memaksimalkan penggunaan sumberdaya lokal dan meningkatkan keuntungan. Sedangkan usaha yang bersifat sambilan seperti pada peternakan kerbau, maka teknologi low input atau meminimalkan resiko yang perlu disediakan. Untuk usaha peternakan yang bersifat sub sisten (pre industri) seperti pada peternakan babi di daerah pedalaman, maka sepenuhnya diserahkan pada keramahan lingkungan. Peternakan sub sisten hanya sedikit lebih maju dibandingkan dengan sistem berburu seperti yang dilakukan masyarakat zaman dahulu. Teknologi atau informasi/rekomendasi yang diperlukan adalah dalam bentuk alternatif pola atau sistem konservasi in-situ yang baik. Peternakan unggas Usaha peternakan syam ras sudah merupakan industri yang sangat maju, yang hampir setara dengan perkembangan industri serupa di negara Eropa maupun Amerika Utara. Keperluan teknologi untuk agrisbisnis ayam ras sebagian besar disediakan oleh swasta dan masih berasal dari impor, seperti bibit, obat-obatan, perlengkapan alsintan, komponen utama pakan, dll . Mengingat budidaya peternakan ayam ras juga melibatkan peternak kecil, maka pemerintah dapat membantu dalam menyediakan teknologi veteriner dan substitusi pakan. Teknologi veteriner sangat strategis, karena isolat lokal akan mampu menghasilkan vaksin yang jauh lebih efektif dibandingkan dengan vaksin impor . Sementara itu ketergantungan dari komponen impor (bungkil kedelai dan tepung ikan) sebagian dapat disubstitusi dengan bahan lokal setelah diproses dengan teknologi fermentasi yang mudah, murah, dan layak dikembangkan. Usaha peternakan ayam kampung sebagian besar dilakukan oleh peternak kecil di seluruh Indonesia. Oleh karena itu teknologi yang diperlukan adalah yang terkait dengan bibit, pakan, budidaya (reproduksi), dan veteriner. Teknologi yang dikembangkan mengarah pada optimalisasi penggunaan sumberdaya lokal dan memaksimalkan profit. Namun dalam jangka panjangnya tidak menutup kemungkinan untuk mengarah pada perkembangan teknologi atau inovasi baru untuk menghasilkan produk eksotik untuk tujuan ekspor (pangan hewani yang lebih `alamiah') . Usaha peternakan itik sudah dikembangkan secara agribisnis, namun saat ini juga masih didominasi oleh pengusaha skala kecil di pedesaan . Teknologi yang diperlukan meliputi seluruh aspek budidaya seperti pada ayam kampung ditambah aspek pasca panen, seperti pemanfaatan itik jantan dan bulu. Prospek untuk mengembangkan sistem agribisnis itik cenderung lebih besar dibandingkan dengan komoditas unggas lokal lainnya, sehingga keperluan teknologi maupun inovasi baru relatif lebih banyak, terutama bibit unggul dan pakan yang kurang bersaing dengan komoditas lainnya. Ruminansia Ternak ruminansia kecil, kambing dan domba, hampir seluruhnya diusahakan oleh peternak kecil di pedesaan maupun perkotaan . Hanya ada beberapa pengusaha yang secara khusus mengembangkan bisnis penggemukan, walaupun nuansa dagangnya lebih dominan . Oleh karena itu keperluan teknologi untuk mendorong perkembangan sistem agribisnis kambing/domba dan mewujudkan ketahanan pangan produk hewani meliputi seluruh aspek budidaya, pasca panen dan pemasaran . 56
SeminarNasional Peternakan dan veteriner 2000
Usaha peternakan sapi potong maupun sapi perah di Indonesia sebenarnya masih didominasi oleh peternakan kecil, kecuali usaha penggemukan dan industri sapi di beberapa kawasan di Jawa Barat, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIY. Teknologi maupun inovasi baru yang dapat membantu untuk mengakselerasi perkembangan usaha ini adalah yang terkait dengan pengadaan pejantan unggul (proven bull), replacement stock pada sapi perah, teknologi reproduksi, rekayasa pakan pola integrasi, teknologi veteriner serta pasca panen dan pemasaran . Sementara itu, untuk kerbau penelitian yang diperlukan mengarah pada terciptanya teknologi konservasi dan veteriner. HASIL-HASIL PENELITIAN YANG TELAH DICAPAI Dalam dasawarsa terakhir ini telah banyak hasil penelitian yang sangat menonjol dan penting, baik teknologi perbibitan, pakan, manajemen pemeliharaan, maupun teknologi veteriner . Untuk teknologi atau inovasi baru yang sudah dihasilkan, PuslitNak berusaha untuk mensosialisasikan dan mempromosikan kepada pengguna, baik kalangan swasta maupun masyarakat peternak kecil. Untuk produk yang bersifat `genetik', komersialisasi hasil penelitian dilakukan dengan bekerjasama dengan Balai/Loka Pengkajian Teknologi Pertanian di propinsi, Direktorat Jenderal Produksi Peternakan dan Dinas-dinas peternakan/pertanian di daerah, serta Esselon I lainnya yang terkait dengan pengembangan sistem agribisnis peternakan. Sementara itu, hasil penelitian yang bersifat komersial akan diajukan untuk memperoleh hak patent dan atau bekerjasama dengan swasta untuk pengembangannya. Beberapa inovasi telah diadopsi oleh users, seperti pengembangan vaksin, teknik budidaya, strategi pemberian pakan, teknologi reproduksi, dll . Akan tetapi masih ada pula hasil penelitian yang perlu terus disempurnakan agar nantinya layak untuk dikembangkan di masyarakat, karena telah terjadi perubahan lingkungan strategis dan perubahan-perubahan global lainnya. Hasil penelitian pemuliaan yang berupa bibit maupun teknolegi perbibitan yang dihasilkan dalam dasawarsa terakhir ini antara lain bibit itik hibrida lokal, strategi pembentukan ayam hibrida lokal, domba komposit maupun hibrida, domba prolifik, kambing persilangan, serta teknologi reproduksi . Sebagian dari hasil penelitian ini telah dikembangkan tapi sebagian besar masih dalam proses komersialisasi, baik melalui kerjasama dengan swasta maupun kerjasama dengan Direktorat Jenderal Produksi Peternakan dan Dinas Petemakan di Propinsi, serta BPTP/LPTP di daerah . Beberapa bibit yang dihasilkan akan diajukan untuk memperoleh perlindungan hukum . Semua hasil yang dicapai sangat cocok dikembangkan pada peternakan rakyat di pedesaan, karena proses seleksi maupun persilangannya dilakukan dalam kondisi yang menyerupai keadaan peternakan rakyat. Sementara itu, bibit itik yang telah dihasilkan saat ini telah banyak diminati oleh pengusaha besar maupun peternakan pembibitan rakyat yang maju. Sampai saat ini belum ada bibit yang dihasilkan melalui teknik rekayasa genetik, namun penguasaan teknologi ini sedang dilakukan . Teknologi pakan baik untuk ternak ruminansia maupun ternak non-ruminansia telah banyak dihasilkan, terutama teknologi fermentasi dan pemanfaatan mikroba lokal. Teknik ini mampu mengatasi adanya faktor anti nutrisi yang terdapat pada limbah pertanian, serta meningkatkan gizi (kadar protein) bahan pakan lokal seperti singkong (cassava). Teknik pemberian pakan yang efisien dan toleransi terhadap bahan pakan lokal yang berkualitas rendah juga telah banyak dihasilkan. Beberapa teknologi mempunyai peluang untuk dikembangkan pada skala industri, sedangkan sebagian diantaranya cocok dikembangkan pada peternakan rakyat skala kecil atau menengah . Hasil penelitian ini diupayakan untuk mengatasi sebagian masalah ketergantungan pada sumber pakan impor, walaupun keperluan pakan sumber protein seperti tepung ikan dan (bungkil) kedelai masih tetap dominan . Inovasi dalam memanfaatkan mikroba lokal (probiotik) telah memberi inspirasi dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan secara terpadu . Jerami yang berlimpah di beberapa 57
Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 2000
kawasan dapat diubah menjadi sumber pakan pengganti rumput untuk ternak ruminansia, dan kotoran ternak diolah untuk menjadi kompos yang berkualitas sebagai pupuk organik . Ouput penelitian bidang veteriner, baik berupa produk biologis, informasi, metode, clan rekomendasi telah banyak dihasilkan . Bahkan secara signifikan telah memberi kontribusi yang sangat besar dalarn program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Sementara itu, Balitvet juga telah ditetapkan sebagai Laboratorium Rujukan tingkat Nasional untuk bidang veteriner, dan kinerjanya untuk beberapa bidang telah sejajar dengan laboratorium internasional. Hasil clan kinerja laboratorium parasitologi misainya, termasuk .yang terbaik di Asia Tenggara. Hasil penelitian yang sedang clan telah dikaji Balai/Loka Pengkajian Berbagai hasil penelitian telah banyak dimanfaatkan oleh Balai/Loka/Instalasi Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP/LPTP/IPPTP) di seluruh propinsi di Indonesia. Data tersebut menunjukkan bahwa hasil penelitian yang telah dicapai sebagian besar telah sesuai dengan kebutuhan daerah dalarn mergembangkan agribisnis peternakan . Akan tetapi karena keterbatasan sumberdaya di Balai/Loka Pengkajian tersebut, terutama kualitas peneliti dan fasilitas yang dimiliki, maka banyak teknologi dan inovasi baru yang penting belum sempat dikaji . Teknologi pakan yang paling banyak memperoleh perhatian BPTPILPTP, karena pengujiannya relatif mudah clan murah untuk dilakukan . Sementara itu, teknologi perbibitan dan veteriner pengkajiannya masih sangat terbatas . Oleh karena itu untuk meningkatkan penggunaan kedua teknologi ini di BPTP/LPTP diperlukan upaya khusus, seperti peningkatan kerjasama dan pendampingan. Selain itu teknologi pemuliaan dan veteriner lebih mudah untuk dikembangkan melalui kerjasama dengan swasta setempat. Sementara itu, pengkajian yang semestinya dilakukan oleh B/LPTP dengan pendekatan pola integrasi secara in-situ maupun ex-situ antar komoditas praktis belum banyak dilakukan. Hal ini menyebabkan keunggulan teknologi yang dihasilkan Balitnak maupun Balitvet belum dapat terlihat dengan jelas, atau kurang optimal. Keadaan ini dibarengi dengan kenyataan bahwa perkebunan dan kehutan tidak dalam ruang lingkup mandat BPTP/LPTP di masa lalu, sehingga menyulitkan koordinasi di lapang . Dengan terintegrasinya kehutanan clan perkebunan dalarn Departemen Pertanian dapat diharapkan akan diperoleh ruang lingkup pengkajian yang lebih luas clan lengkap . Sehingga dapat diharapkan pengkajian sisitem agribisnis peternakan dalam memanfaatkan limbah perkebunan sebagai sumber pakan dengan pendekatan zero waste dapat diaplikasikan secara meluas . Upaya ini secara langsung akan berdampak pada peningkatan produksi peternakan yang selanjutaya mampu dalarn mewuudkan ketahanan pangan produk hewani . Hasil penelitian yang akan dipatentkan atau dikomersialkan Hasil penelitian yang dihasilkan oleh unit kerja lingkup PuslitNak dapat dikelompokkan dalam beberapa katagori, yaitu : (1) procluk biologi berupa bibit, vaksin, bahan diagnostik, obat tradisional, atau mikroba ; ' (2) teknik baru, misainya formula pakan, strategi pemberian pakan, manajemen perkawinan, metode analisa baru, metode diagnosis, strategi pengendalian penyakit, dll ; (3) data atau informasi tentang penyebaran dan prevalensi penyakit, vektor penyakit, residu obat hewan, struktur populasi ternak yang terancam punah, potensi wilayah, dll.; (4) konsep kebijakan dan rekomendasi dalam mendorong dan mengakselerasi perkembangan industri peternakan yang efisien, kompetitif clan ramah lingkungan.
58
Seminar Nasiona! Peternakan dan Yeteriner 2000
Beberapa informasi, teknologi, dan rekomendasi hasil penelitian biasanya didesiminasikan melalui publikasi ilmiah, seminar maupun laporan khusus . Namun untuk mencapai nilai komersial, perlu upaya-upaya agar teknologi yang dihasilkan merupakan inovasi baru yang secara teknis mudah diaplikasikan, secara ekonomis layak, sesuai dengan kondisi sosio-kultur masyarakat, serta ramah lingkungan. Inovasi baru yang dihasilkan selanjutnya harus dipromosikan kepada pengguna, clan untuk itu diperlukan perlindungan patent atau perlindungan hukum lainnya agar keuntungan dapat diperoleh secara adil bagi penemu, pengembang maupun penggunanya. Langkah ini perlu segera dilakukan karena jumlah patent clan tingkat komersialisasi hasil penelitian merupakan salah satu indikator paling penting dalam menilai kinerja lembaga penelitian . Komersialisasi produk penelitian bukan berarti tidak berpihak kepada peternak kecil, tetapi justru untuk lebih memberdayakan peternak dalam keikutsertaannya mewujudkan ketahanan pangan produk hewani. Inovasi baru diharapkan akan meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya atau input serta meningkatkan efisiensi dalam menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi . Adopsi hasil penelitian melalui swasta ternyata akan lebih efektif clan efisien, karena dengan cara ini akan terjadi interaksi clan respon ekonomi yang spontan. Apabila inovasi baru yang ditawarkan memang betul terbukti menguntungkan, maka pengusaha dan petani/peternak dengan cepat akan menerimanya. Interaksi seperti ini kadang-kadang sulit terjadi bila dilakukan melalui kelembagaan formal yang ada, bila tidak dilakukan perubahan clan perbaikan yang lebih mendasar. Oleh karena itu komersialisasi hasil penelitian dapat dilakukan secara langsung kepada pihak swasta untuk mengembangkannya, atau melalui penyulah untuk disampaikan kepada pengguna . Yang terpenting disini adalah peternak akan memperoleh nilai tambah yang signifikan, clan dampaknya dapat dihasakan oleh masyarakat clan peneliti yang bersangkutan . KEGIATAN PENELITIAN YANG SEDANG BERJALAN Pada tahun anggaran 2000 Pusat Penelitian Peternakan menyelenggarakan 32 judul penelitian yang terdiri dari 3 judul analisis kebijakan (Puslit), 18 judul penelitian peternakan (BalitNak) clan I 1 judul penelitian veteriner (BalitVet) . Penelitian tersebut di atas (kecuali analisis kebijakan) mencakup 5 program, yaitu: program unggas clan aneka ternak (7 judul), program ruminansia kecil (6 judul), program ruminansia besar (3 judul), program agrostologi (2 judul), serta lintas program yaitu plasma nutfah ruminansia kecil clan unggas (1 judul). Keluaran yang diharapkan dari program unggas dan aneka ternak adalah berupa: (1) bibit ayam buras (lokal) unggul hasil silangan dengan ayam pelung ; (2) bibit induk dan bibit niaga itik hasil persilangan Mojosari dengan itik Alabio ; (3) Teknologi pemanfaatan lumpur sawit clan probiotik untuk unggas ; (4) mikroba terseleksi pemecah keratin dan proses pengolahan bulu ayam; (5) Rekomendasi sumber produksi enzyme untuk unggas ; (6) metode penggunaan bioaktif lidah buaya sebagai feed suplemen untuk unggas; (7) teknologi penyimpanan semen itik/entog untuk penyebaran bibit unggul . Keluaran yang diharapkan dari program ruminansia kecil adalah berupa : (1) bibit ternak domba komposit persilangan domba garut dengan Moulton Charolais yang mampu tumbuh lebih cepat dari domba Garut clan lebih ekonomis ; (2) bibit domba komposit persilangan domba Sumatra dengan domba St.Croix ; (3) semen dan bibit kambing peranakan Etawah clan hasil silangannya dengan kambing Boer; (4) bibit F1 persilangan kambing Kacang dengan kambing Boer; (5) teknologi by pass protein dengan memanfaatkan tannin sebagai pelindung protein; (6) metode clan produk pakan aditif untuk manipulasi rumen; (7) pelestarian plasma nutfah domba prolifik clan kambing. 59
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 2000
Keluaran dari program ruminansia besar adalah: (1) produksi embrio untuk kebutuhan teknologi embrio transfer ; (2) teknologi pengawetan semen untuk pengembangan bibit sapi dan kerbau; (3) perbaikan efisiensi reproduksi dengan penggunaan Bioplus ; (4) produksi kolostrum dan teknik penyimpanan kolostrum sebagai pakan aditif Sementara itu, keluaran dari program Agrostologi adalah berupa: (1) pengembangan mikroba untuk memacu pertumbuhan benih hijauan berupa rumput dan leguminosa untuk pakan temak; (2) produksi bakteri fiksasi N dan bakteri pelarut P yang infektif dan efektif untuk tanaman pakan; (3) rekomendasi hijauan pakan temak yang memiliki nilai nutrisi tinggi dan mampu beradaptasi dengan kondisi agroekosistem yang ada . Untuk penelitian veteriner yang terdiri dari 11 judul mencakup 21 kegiatan, yaitu 10 kegiatan menyangkut komoditas unggas, 2 ruminansia besar, 2 keamanan pangan, 4 ruminansia kecil, 1 aneka temak, dan 2 penelitian plasma nutfah. Hampir semua kegiatan penelitian ini merupakan penelitian berkelanjutan. Pada penelitian unggas akan dikembangkan diagnosis cepat dengan teknik ELISA untuk penyakit ILT, kekerdilan, dan deteksi aflatoksin dan fumonisin dalam pakan. Pengaruh cemaran aflatoksin dan cadmium terhadap sistem kekebalan pasca vaksinasi ND pada ayam. Kegiatan penelitian ruminansia besar meliputi pengembangan teknik diagnosis cepat ELISA dan pengembangan vaksin inaktif virus IBR isolat lokal. Penelitian keamanan pangan yang berasal dari produk asal temak yaitu meliputi deteksi cepat dengan ELISA untuk pestisida dan deteksi hormon pertumbuhan trenbolon asetat. Kegiatan penelitian ruminansia kecil meliputi isolasi dan identifikasi agen penyebab pneumonia dan sero diagnosis infeksi parainfluensa-3 pada kambing dan domba. Juga akan dilakukan penelitian peran imun seluler dalam sistem kekebalan serta penetapan daya proteksi conseled antigent terhadap infeksi Sarcoptes scabiei pada kambing . Kegiatan penelitian pada kelompok aneka temak yaitu validasi uji serologi Rapid Fluorescent focus inhibition test (RFFIT) untuk mengevaluasi pengembangan zat kebal pasca vaksinasi rabies pada anjing . RENCANA PENELITIAN YANG AKAN DATANG Program penelitian petemakan tahun 2001 diusulkan dengan mengacu pada rumusan Raker I Badan Litbang Pertanian tahun 2000. Proposal diarahkan untuk mendukung program : (1) peningkatan ketahanan pangan yang berbasis pada pemanfaatan sumberdaya lokal, dan (2) pengembangan agribisnis, dengan membangun keunggulan kompetetif sesuai kompetensi dan produk unggulan di setiap wilayah agro ekological zone (AEZ) . Berdasarkan hal di atas tugas pokok dan fungsi Puslit Petemakan dituntut untuk senantiasa menghasilkan teknologi tinggi dan strategis dalam bidang petemakan yang berorientasi pada aspirasi pengguna (user) dan stakeholder, sehingga output yang dihasilkan dapat dikomersialisasikan, baik melalui jaminan patent (HaKi) maupun pemanfaatan langsung kepada user . Peningkatan ketahanan pangan secara sinergis dilakukan melalui kegiatan agribisnis ditinjau dari segi mikro dan makro jelas membutuhkan teknologi yang aplikatif dan kompetetif Dengan demikian penelitian yang mengarah pada upaya menghasilkan teknologi untuk mendukung ketahanan pangan melalui kegiatan agribisnis dilakukan secara multidisplin dan komprehensif. Tujuan utamanya, menetnukan dan mengembangkan teknologi petemakan dan veteriner agar sistem agribisnis yang tangguh, modem, dan efisien dapat terwujud . Dengan beragam jenis teknologi yang harus ditemukan, maka program penelitian petemakan tahun 2001 berorientasi kepada empat program utama. (A) Program utama penelitian sumberdaya pertanian, akan dilakukan kegiatan penelitian yang bertujuan menyelamatkan dan memanfaatkan plasma nutfah temak ruminansia kecil dan unggas serta hijauan pakan temak dan 60
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner2000 mikroba untuk mempertahankan minimal populasi yang dianggap kritis dan keragamannya mulai berkurang, serta untuk memperoleh gen yang mempunyai sifat unggul untuk tujuan pemuliaan dan menghasilkan produk biologis lainnya. (B) Program utama penelitian perbaikan potensi genetik bertujuan untuk menghasilkan produk biologispeternakan berupa bibit domba, kambing, ayam, itik, dan semen (6 judul) dan penelitian komoditas peternakan berupa pemanfaatan dan manipulasi mikroba, enzym, dan biofertilizer serta teknologi reproduksi baik tentang semen maupun perbaikan teknologi IB (5 judul) . Sementara itu, penelitian hijauan pakan dan pasca panen peternakan masingmasing 1 judul. Penelitian komoditas yang menghasilkan produk biologis veteriner berupa vaksin, antigen, probiotik, dan obat hewan (5 judul) dan tiga (3 judul) proposal berkaitan dengan pengembangan metode diagnosis dan pengendalian penyakit . Dan satu judul penelitian berkaitan dengan usaha menggali Informasi epidemiologi tentang dampak vaksin anthrax pada kambing . Penelitian perbaikan potensi genetik dan komoditas memiliki prioritas yang tinggi, karena ketersediaan bibit unggul (komersial) masih didominasi oleh bibit impor, dilain pihak sumberdaya lokal plasma nutfah yang tersedia memungkinkan untuk dirakit menjadi bibit unggul melalui berbagai metode iptek yang dapat diakselerasi dengan memanfaatkan bioteknologi peternakan. Dalam jangka pendek dan panjang usaha untuk memanfaatkan dan meningkatkan potensi mikroba, probiotik, serta jasad rerik lainnya merupakan langkah strategis untuk mendapatkan teknologi inovatif yang lebih berdaya guna, efisien, dan efektif untuk mendukung peningkatan produksi peternakan di Indonesia. (C) Program utama penelitian bioteknologi peternakan pada tahun 2001 diarahkan untuk memproduksi embrio secara in-vitro pada sapi (1 judul) dan Penelitian bioteknologi veteriner diarahkan kepada perolehan vaksin untuk penyakit scabies pada kambing (1 Judul).
Kebijakan pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari kebijakan pembangunan nasional . Oleh karena itu, kebijakan pembangunan peternakan harusjah senantiasa disusun secara seksama sehingga layak secara ekonomi, politik, sosial, dan ekologis . Hal ini berarti analisis kebijakan pembangunan peternakan merupakan kebutuhan esensial bagi para pembuataya serta dalam perkembangan dinamikanya perlu dan harus senantiasa dianalisis oleh para peneliti terutama di lingkup Puslit Peternakan. Relevansinya dengan hal tersebut, (D) Program utama penelitian kebijakan pembangunan peternakan. Pada tahun 2001 kegiatan diarahkan kepada kebijakan integrasi peternakan dalam coorporate farming, kebijakan keamanan pangan asal ternak, kebijakan ketahanan pangan melalui penganekaragaman pangan sumber protein hewani, serta kebijakan komersialisasi teknologi petenakan dan veteriner. Berdasarkan kegiatan penelitian tersebut di atas, keluaran utama penelitian adalah o
Tersedianya Plasma Nutfah ternak, tanaman pakan ternak dan mikroba yang dapat dimanfaatkan secara lestari
o
Terciptanya produk bilogis (sebagian) berupa benih/bibit, vaksin, obat, mikroba sebagai input utama dalam industri peternakan
o
Diperolehnya beberapa metode, model, dan formula pakan, serta teknologi reproduksi untuk pengembangan ternak
o
Tersedianya teknologi dan informasi dalam pencegahan dan pengendalian penyakit hewan
o
Dikuasinya beberapa teknologi tinggi dalam menunjang pengembangan Iptek Peternakan dan veteriner
o
Rekomendasi teknologi pasca panen dan kebijakan dalam pengembangan peternakan
61
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
Dari serangkaian kegiatan penelitian peternakan yang direncanakan pada tahun 2001 tersebut, diharapkan dapat merupakan rintisan, penyediaan teknologi peternakan (ternak dan veteriner), serta masukan berupa kebijakan dalarn pembangunan peternakan yang dalam jangka pendek merupakan breakkthrough technology, serta dapat berkembang di tingkat masyarakat pengguna dan dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat luas. MASALAH DAN KENDALA SERTA UPAYA MENGATASINYA Penelitian yang dilaksanakan oleh lembaga penelitian publik seperti PuslitNak dan kedua Balainya, harus dirasakan kepada permasalahan yang timbul di masyarakat terutama peternak kecil. Oleh karena itu sejak perencanaan dan penyusunan proposal, harus sudah dikomunikasikan kepada stakeholder dalam hal ini dapat diwakili oleh Direktorat Jenderal atau Dinas Peternakan, asosiasi dan organisasi profesi, peneliti dari lembaga penelitian lain, serta praktisi serta pemerhati dalam bidang peternakan dan agribisnis pada umumnya. Langkah ini sudah dan terus akan dilakukan, akan tetapi karena masalah dan kendala yang ada sedemikian luas maka kadang-kadang timbul masalah dalam menentukan prioritas penelitian . Kondisi ini dibarengi dengan kendala yang ada terutama kesiapan dan ketersediaan SDM serta fasilitas penelitian, menyebabkan fokus dan prioritas penelitian anasih perlu terus diperbaiki . Untuk mengatasi masalah dan kendala ini secara proaktif semua yang terlibat dalam penyusunan proposal penelitian memperhatikan arahan Departemen Pertanian dan Kehutanan, Badan Litbang Pertanian (Renstra Badan Litbang Pertanian, 1999), maupun program kerja Esselon I terkait, serta siklus perencanaan penelitian. Langkah konkrit yang telah dilakukan antara lain dengan menyempurnakan Renstra di setiap unit kerja. Perubahan lingstra dan paradigma pembangunan, serta adanya perubahan struktur orgainasasi Departemen mendapat perhatian yang seksama dalam penyempurnaan Renstra. Kemudian penyusunan dan pembahasan pioposal dilakukan dalam beberapa tahap, yang pada intinya adalah peneliti menyusun proposal penelitian berdasarkan arahan yang sudah ditetapkan, kemudian dievaluasi pada tingkat Kelti, Balit, Puslit, dan Komisi Penelitian (plus) . Pendekatan ini mengakibatkan jumlah usulan penelitian yang dapat diterima persentasinya sangat rendah. Namun kualitas usulan penelitian dapat meningkat dengan tajam, seperti yang dicapai pada tahun anggaran 1999/2000 . Proposal yang disetuji dan memperoleh biaya penelitian selanjutkan akan dibahas dalam forum protokol diskusi. Forum ini bertujuan untuk memperoleh masukan atau mempertajam fokus penelitian terutama dalam hal metedologi penelitian dan pentahapan penelitian yang disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia . Masalah yang kadang-kadang timbul adalah keterbatasan fasilitas (kandang) penelitian dan tahapan penelitian yang akan menyebabkan penelitian sulit diselesaikan tepat waktu . Banyaknya peneliti yang harus dilibatkan dalam suatu penelitian juga menjadi masalah dan kendala tersendiri. Masalah ini sebagian dapat diatasi dengan meningkatkan jumlah penelitian yang bersifat kompetitif (bukan in-house) maupun kerjasama dengan swasta atau institusi di luar negeri. Walaupun jumlahnya relatif masih sedikit, tetapi telah banyak membantu untuk mengoptimalkan pemanfaatan kapasitas SDM yang tersedia . Dalam perjaianannya kadang-kadang proses penelitian tidak berjalan seperti yang direncanakan, yang disebabkan oleh sejumlah masalah dan kendala, antara lain: harga bahan penelitian yang tidak sesuai, sulitnya memperoleh bahan penelitian, masalah administrasi, serta masalah akumulasi kegiatan penelitian. Untuk mengatasai hal ini langkah yang telah dan terus dilakukan adalah dengan mengadakan monev dan waskat secara berkala . Akan tetapi kadang-kadang pelaksanaan monev maupun waskat ini kurang mendapat perhatian, karena kesibukan yang sangat tinggi pada masa-masa 62
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
penelitian tertentu . Oleh karena itu di unit kerja lingkup PuslitNak telah diadakan pertemuan rutin (mingguan) pada berbagai tingkatlkelompok, pertemuan berkala (bulanan) dalam skope yang lebih luas, maupun pertemuan triwulanan yang bersifat koordinatif.
Pada akhir penelitian setiap penanggung jawab penelitian harus menyampaikan laporan akhir, yang selanjutnya barus dipublikasikan baik untuk diterbitkan pada jurnal yang diterbitkan PuslitNak (JITV) maupun pada publikasi lainnya. Masalah yang timbul adalah, ternyata masih ada laporan penelitian yang tidak dapat diterbitkan dalam publikasi ilmiah, karena berbagai sebab, seperti kualitas laporan yang tidak baik, data yang tidak lengkap, penelitian yang belum tuntas, serta adanya deviasi dari rencana semula . Untuk mengatasi hal ini setiap unit kerja telah membeftuk tim yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas laporan penelitian (Paper Improvement Team). Langkah ini telah berhasil meningkatkan kualitas makalah, antara lain diperolehnya berbagai penghargaan karya ilmiah di lingkup Badan Litbang Pertanian, walaupun secara kuantitatif redaksi JITV masih selalu mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan publikasi. Hasil penelitian baru bermakna bila dapat dimanfaatkan oleh users dan memberi dampak positif (komersial) yang signifikan. Pada tahap ini terjadi masalah dan kendala yang cukup besar, antara lain (1) teknologi atau komponen teknologi yang dihasilkan tidak ada yang merakit untuk mengembangkannya karena berbagai alasan dan sebab; (2) inovasi baru yang direkomendasikan kurang dipromosikan secara meluas; (3) dukungan institusi terkait untuk pengembangan suatu teknologi maupun inovasi baru masih sangat terbatas; (4) pihak swasta yang masih mempercayai produk impor atau belum termotivasi untuk mengembangkan teknologi domestik; serta (5) belum disadarinya pentingnya patent dan komersialisasi teknologi oleh peneliti. Masalah dan kendala diatas telah dicoba untuk diatasi baik oleh unit kerja lingkup PuslitNak maupun bersama Badan Litbang Pertanian dan instasi terkait. Hal konkrit yang telah dilakukan adalah upaya untuk memperoleh hak patent dari beberapa produk penelitian; promosi secara terus menerus melalui berbagai media dan kesempatan seperti Seminar dan Pameran kali ini ; serta mengadakan kerjasama pengembangan dengan pihak terkait . Langkah tersebut baru awal yang hasilnya perlu dievaluasi lebih jauh. Baru dalam beberapa tahun terakhir ini peneliti didorong untuk memfokuskan kegiatan yang bernuansa komersiil, karena telah disadari bahwa tanpa komersialisasi teknologi hasil yang kita capai tidak akan bermanfaat bagi masyarakat. PENUTUP Teknologi peternakan dalam dunia usaha ternak merupakan suatu elemen strategi dan sekaligus menjadi prasyarat dalam peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan sistem agribisnis peternakan di Indonesia . Oleh karena itu Puslit Peternakan beserta kedua unit kerjanya senantiasa selalu memperbaiki dan berusaha menghasilkan teknologi yang relevan dengan perkembangan sistem agribisnis peternakan di Indonesia, mulai dari tahap Pre-industri, mulai timbulnya perkembangan industri, tahap ekspansi, sampai tahap industri yang matang . Hal tersebut diupayakan dengan tetap memperhatikan asas consumer behaviour dan pendekatan Theory of the firm, yang pada akhirnya dapat menghasilkan teknologi yang memiliki keunggulan bersaing (dengan industri lain di dalam negeri) .dan keunggulan komparatif (dengan negara lain).
Telah kita ketahui bersama bahwa teknologi yang dihasilkan oleh Puslit Peternakan berupa produk biologis peternakan (bibit, probiotik, vaksin, antigen, dan obat hewan), plasma nutfah (ternak, tanaman pakan, dan mikroba), beberapa metode dan model serta formula pakan juga teknologi reproduksi, serta teknologi dan infonmasi dalam pencegahan dan pengendalian penyakit hewan telah banyak diakomodasi dan diterapkan baik oleh dunia usaha peternakan maupun peternak. 63
Seminar Nasional Petemakan dan Veteriner 2000 Disamping itu beberapa hasil penelitian sedang dan telah dikaji oleh Balai/Loka pengkajian (BPTP/LPTP/IPPTP) di seluruh Indonesia . Walaupun demikian nampaknya masih banyak ditemui beberapa kendala terutama dalam promosi dan komersiaiisasi teknologi. Hal ini disebabkan : (1) teknologi tidak ada yang merakit dan mengembangkan, (2) belum banyak dukungan lembaga terkait dalam pengembangan teknologi dan inovasi baru, (3) pihak swasta masih banyak menggunakan komponen impor, serta (4) komitmen terhadap hak kekeyaan intelektual dalam bentuk "patent" belum ada. Kondisi di atas merupakan tantangan dan sekaligus momentum bagi Puslit Peternakan untuk senantiasa concern dan komitmen terhadap tugas pokok dan fungsi yang diembannya. Sehingga pada kegiatan penelitian masa yang akan datang diharapkan dapat merupakan rintisan, penyediaan teknologi peternakan (ternak dan veteriner), serta masukan berupa kebijakan dalam pembangunan peternakan yang dalam jangka pendek merupakan breakkthrough technology, serta dapat berkembang di tingkat masyarakat pengguna dan dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat luas . UCAPAN TERIMA KASIH Dengan selesainya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada Dr . Tjeppy D Soedjana dan Ir Atien Prianti, MSc . Yang telah memberikan masukan dan saran demi penyempurnaan makalah ini . DAFTAR PUSTAKA BADAN LrrBANG PERTANIAN .
2004.
1999. Rencana Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1999 -
DIREKToRAT JENDERAL PRODUKSI PETERNAKAN.
Tahun 2005.
GBHN . 1999. Garis Indonesia .
2000. Program Terobosan Menuju Swasembada Daging Sapi
Garis Besar Haluan Negara 1999-2004 .
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Republik
HARYANTO, B ., et al . 1999. Optimasi IP Padi 3000 berbasis usaha pemeliharaan sapi melalui pemanfaatan jerami padi sebagai sumber bahan organik . Laporan Penelitian, Puslitbang Petemakan, Bogor. PUSAT PENELITIAN DAN PENGEM3ANGAN PETERNAKAN. 2000. Pengembangan Peternakan 1997-2000, Juni 2000.
Laporan Pelaksanaan Tugas Pusat Penelitian dan
2000. Rapat Kerja,
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN.
Cisarua,
22-24
Mei
2000.
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN .
2000. Usulan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN .
2000. Usulan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
Peternakan TA 2000. Peternakan TA 2001.
SOEDiANA, T .D., T. SuDARYANTo, dan R. SAYUTL 1994. Estimasi parameter permintaan beberapa komoditas petemakan di Jawa. J. Penelitian Peternakan Indonesia No . 1, Maret 1994:13-23 .