APLIKASI MODEL FAMILY CENTER NURSING DENGAN PENDEKATAN PSIKOEDUKASI KELUARGA GANGGUAN JIWA DI KELURAHAN BUBULAK KECAMATAN BOGOR BARAT
Renidayati, N.Rachmadanur (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)
Abstrak Diperkirakan 25% dari 220 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa secara langsung tidak menyebabkan kematian, namun berdampak penderitaan mendalam bagi individu dan beban bagi keluarga. Respon keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa bisa adaptif dan maladaptif. Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang Aplikasi model Family Center Nursing dengan pendekatan psikoedukasi keluarga pada pasien gangguan jiwa di kelurahan Bubulak kecamatan Bogor Barat. Terapi psikoedukasi keluarga merupakan salah satu terapi keluarga yang dapat meningkatkan kemandirian pasien dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat pasien, mempengaruhi kemampuan keluarga dalam pengambilan keputusan dan menyelesaikan permasalahan yang dirasakan oleh anggota keluarga. Hasil pemberian terapi psikoedukasi efektif pada pasien gangguan jiwa. Terapi psikoedukasi keluarga pada dasarnya bukanlah satu-satunya terapi yang mampu meningkatkan perilaku pasien, namum pemberian terapi psikoedukasi keluarga membutuhkan terapi pendamping lainnya baik terapi individu, terapi kelompok serta terapi kolaborasi. Rekomendasi hasil penelitian: Dinas Kesehatan Kota Bogor dan Puskesmas Sindang Barang Bogor perlu melanjutkan pengembangan pelayanan keperawatan jiwa spesialistik Kata Kunci : terapi psikoedukasi keluarga, Family Center Nursing, gangguan jiwa
PENDAHULUAN
yang
Kesehatan jiwa merupakan bagian
2007 oleh Departemen Kesehatan RI
dari rasa bahagia, merasa puas terhadap
melaporkan bahwa penyebab kesakitan
diri sendiri, orang lain dan lingkungan
dan kematian di seluruh dunia saat ini
sekitar, merasa berarti, sikap optimis dan
telah bergeser dari penyakit menular ke
memiliki harapan yang jelas. Seseorang
penyakit tidak menular seperti penyakit
jiwa apabila memiliki
jantung, stroke dan gangguan jiwa. WHO
karakteristik sehat jiwa, yakni: memiliki
(2007)
persepsi sesuai dengan realita, mampu
memecahkan
mampu masalah,
fokus
melaporkan
bahwa
31,7%
morbiditas karena gangguan jiwa yang
menerima diri sendiri dan orang lain alami,
mengganggap
Hasil riset kesehatan dasar tahun
terpenting dari diri seseorang yang terdiri
secara
dan
hidup ini sesuatu yang indah.
yang tak terpisahkan dan menjadi bagian
dikatakan sehat
bermanfaat,
mengakibatkan ketidakmampuan pada
dalam
penderita.
menunjukkan
Diperkirakan
prevalensi
gangguan jiwa ditemukan sekitar 450 juta
kemampuan secara spontan, mempunyai
jiwa. Dilaporkan
otonomi, mandiri, kreatif, puas dengan
menderita gangguan jiwa dan hampir 1%
hubungan interpersonal, kaya pengalaman
1
2% penduduk didunia
menderita
skizofrenia.
dilakukan
Prevalensi
program
intervensi
yang
gangguan jiwa di Indonesia sebesar 4,6
implementasinya bukan di rumah sakit
permil maka diperkirakan angka kejadian
tetapi di lingkungan masyarakat
gangguan jiwa berat sebanyak 1.030.400
(community-based
jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan jiwa di Indonesia saat ini sudah
dalam
psychiatric
bentuk
kesehatan
masyarakat.Community
merupakan masalah yang cukup serius .
service) jiwa
Mental
Health
Nursing memberikan perawatan dengan
Berdasarkan penelitian ditemukan
metode yang efektif dalam merespon
bahwa angka kekambuhan pada klien
kebutuhan
tanpa terapi keluarga sebesar
keluarga atau kelompok.
25 – 50
kesehatan
jiwa
individu,
%, sedangkan angka kambuh pada klien
Berdasarkan pengalaman peneliti
yang diberikan terapi keluarga adalah
pemberian psikoedukasi keluarga dapat
sebesar 5 – 10 % (Keliat, 2006). Hal ini
meningkatkan kemampuan kognitif dan
dapat disebabkan kurangnya dukungan
psikomotor keluarga merawat anggota
keluarga
keluarga
terhadap
diharapkan
klien
dengan
sehingga
yang
gangguan
jiwa.
Kemampuan klien gangguan jiwa pun
meningkatkan
dukungan keluarga melalui intervensi
secara kognitif dan psikomotor meningkat.
psikoedukasi keluarga dapat mengurangi
Psiko edukasi keluarga dapat diberikan
angka kekambuhan klien gangguan jiwa.
pada kliengangguan jiwa dan sebagai
Psiko edukasi
evidence based practice untuk mengatasi
keluarga adalah
salah satu program perawatan kesehatan
beban
jiwa keluarga dengan cara pemberian
kemampuan
informasi dan edukasi melalui komunikasi
klien gangguan jiwa. Berdasarkan latar
yang terapeutik. Terapi psiko edukasi
belakang diatas penelitian ini memaparkan
keluarga dapat mengurangi stress, kebingungan dan kecemasan keluarga
tentang Penerapan Model konsep Family
klien dengan
psiko
gangguan jiwa.
Tingkat
keefektifannya tinggi terutama
untuk
merupakan
yang bersifat edukasi
dan
dan
keluarga
meningkatkan dalam
merawat
Center Nursing dengan melakukan terapi edukasi
keluarga
pada
klien
gangguan jiwa di Kelurahan Bubulak
mengurangi kekambuhan klien. Program psikoedukasi
keluarga
Kecamatan Bogor Barat.
pendekatan
Tujuan
pragmatis
Penelitian
ini
adalah
memberikan gambaran tentang aplikasi
(Stuart & Laraia, 2005).
model konsep Family Center Nursing
Hasil riset kesehatan dasar pada
dengan melakukan terapi psiko edukasi
tahun 2007 di Jawa Barat penduduk yang
keluarga pada klien gangguan jiwa di
mengalami gangguan jiwa berat 0.4% dan
Kelurahan
gangguan mental emosional 20%. Dilihat
Barat.
dari angka tersebut merupakan jumlah yang sangat besar sehingga perlu
2
Bubulak
Kecamatan
Bogor
METODE PENELITIAN Desain
penelitian
adalah
anggota
keluarga
melalui
dinamika
hubungan
perbaikan
internal
keluarga,
deskriptif. Populasi pada penelitian ini
struktur dan fungsi keluarga serta adanya
adalah seluruh pasien dan keluarga yang
hubungaan saling ketergantungan antar
mengalami gangguan jiwa di Kelurahan
keluarga
Bubulak Kecamatan Bogor Barat. Seluruh
meningkatkan hubungan keluarga dengan
populasi dijadikan sampel penelitian.
lingkungannya. 1.
Tempat penelitian di Kelurahan
sebagai
suatu
sistem
dan
Pengkajian
Bubulak Kecamatan Bogor Barat.
Tehnik pengkajian yang dilakukan
Kelurahan Bubulak terletak di Kecamatan
pada pasien gangguan jiwa menggunakan
Bogor Barat. Jumlah penduduk sampai
tehnik
dengan Februari 2009 12.392 jiwa..
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian
Agama mayoritas masyarakat
scanning
meliputi:
faktor
adalah
terhadap stresor, sumber koping, dan
Islam 12.278 orang (99,01%), Kristen
mekanisme koping (Stuart & Laraia, 2005).
Protestan 53 orang (0,4%) , Kristen Katolik
Teknik Pengkajian yang dilakukan pada
39 orang (0,3%), Hindu (17 orang (0.02%)
keluarga
dan
keluarga gangguan jiwa di Kelurahan
Budha
5
orang
(0,01%).
Latar
yang
mempunyai
anggota
belakang pendidikan masyarakat
Bubulak
terbanyak adalah SMA (46,3%). Pekerjaan
Center Nursing (Friedman, 2003) meliputi:
masyarakat di Kelurahan Bubulak adalah
struktur komunikasi, peran, kekuatan dan
wiraswasta (pedagang), PNS, buruh tani
nilai-nilai atau norma, fungsi keluarga yang
dan sopir. Analisis data dilakukan dengan
meliputi
menggunakan uji statistik univariat.
perlindungan (afektif), sosiokultural, dan
berdasarkan
model
ekonomi,
Family
reproduksi,
fungsi kesehatan, lingkungan, stress dan HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga
merupakan
bagian
strategi koping keluarga dalam mengatasi masalah. Berikut ini hasil pengkajian pada
yang
pasien dan keluarga di Kelurahan Bubulak
terintegrasi dengan pemberian asuhan keperawatan
keluarga
yang
di Kelurahan
Nursing
(Friedman,
keperawatan
Family 2003).
keluarga
psikoedukasi
Data karaktersitik pasien meliputi usia,
untuk melakukan pengkajian terhadap keluarga dengan gangguan jiwa model
terapi
keluarga periode Februari- April 2009.
Bubulak. Konsep dasar yang digunakan
berdasarkan
diberikan
jenis kelamin, tingkat pendidikan, suku, pekerjaan sebelum mengalami sakit, jenis
Center
kelamin,
Asuhan
lama
sakit,
status
ekonomi,
riwayat di rawat di RS Data karakteristik
difokuskan
pasien dapat dilihat pada tabel 1.
terhadap peningkatan kesehatan seluruh
3
Tabel 1: Karakteristik Pasien Yang Mendapatkan Terapi Psikoedukasi Keluarga Di Kelurahan Bubulak Kecamatan Bogor Barat Bulan Pebruari-April 2009 N0 1
2
Karakteristik Usia < 20 21- 40 tahun > 41 tahun
N (12)
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Suku Bukan Sunda Sunda Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP
3
4
5
Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Status Perkawinan Tidak kawin Kawin Lamanya Sakit < 10 tahun 10-20 tahun > 21 tahun
6
7
Persentase %
3 6 3
25 50 25
4 8
70 30
0 12
0 100
4 7 1
33,33 58,33 8,34
11 1
91,66 8,34
7 5
58,33 41,67
4 6 2
33,33 50,00 16,67
Tabel 2: Karakteristik Keluarga Yang Mendapatkan Terapi Psikoedukasi Keluarga Di Kelurahan Bubulak Kecamatan Bogor Barat Bulan Februari-April 2009 No Karakteristik N (12) Persentase % 1 Usia 11 91,66 25- 65 1 8,34 > 65
2
3
4
5
6
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP
3 9
25 75
4 6 2
33,33 50,00 16,67
Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Status Perkawinan Tidak kawin Kawin Duda/Janda
6 6
50 50
0 10 2
0 83,33 16,67
Lama Merawat < 2 tahun > 2 tahun
1 11
8,34 91,66
4
Tingkat
Kemandirian
Pasien
Dan
Kemampuan pasien diukur berdasarkan
Keluarga
pada empat aspek yaitu kemampuan
Tingkat kemandirian pada pasien yang
pemenuhan
kebutuhan
sehari-hari,
diberikan terapi psikoedukasi keluarga
kemampuan
sosial,
kemampuan
dikelompokkan dengan 3 kategori yaitu
menyelesaikan masalah, dan kemampuan
self care, partial care dan total care.
dalam patuh minum obat.
Tabel 3: Tingkat Kemandirian Pasien Yang Diberikan Terapi Psikoedukasi keluarga Di RW 04 dan RW 12 Kelurahan Bubulak, Pebruari-April 2009 Diagnosa Keperawatan Tingkat Kemandirian Self Care
Harga Diri Rendah N=10 8 (80%)
Partial Care
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi N= 5 4 (80%)
Risiko Perilaku Kekerasan N=4 4 (100%)
Total N=19 16 (84,2%)
2 (20%)
1 (20%)
0
3 (15,8%)
0
0
0
0
Total Care
Pada tabel 3 dapat dilihat tingkat kemandirian keluarga dengan anggota
Persepsi Sensori: Halusinasi dan perilaku kekerasan dilakukan terapi psikoedukasi
keluarga
keluarga
mengalami
masalah
keperawatan harga diri rendah, Gangguan Tabel 4: Tingkat Kemandirian Keluarga yang Diberikan Terapi Psikoedukasi keluarga Di Kelurahan Bubulak, Februari-April 2009 Diagnosa Keperawatan Tingkat Kemandirian Mandiri Mandiri 3 Mandiri 2 Mandiri
Harga Diri Rendah N=10 9 (90%) 0 1(10%) 0
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi N= 5 4 (80%) 1 (20%) 0 0
Berdasarkan tingkat kemandirian keluarga
pada
sebagian
besar
kemandirian
tabel
4.
(90
keluarga
Total N=19 17 (89,6%) 1 (5,2%) 1 (5.2%)
masalah. Mampu lingkungan sehat untuk
mencegah terjadinya
tingkat
adalah
4 (100%) 0 0 0
mempunyai memodifikasi
tergambar %)
Risiko Perilaku Kekerasan N=4
masalah. Mampu
menggunakan fasilitas kesehatan untuk
pada
tingkatan mandiri 4. Hal ini menunjukkan
perawatan. Hal ini sangat membantu untuk
bahwa
mengenal
mempertahankan kemampuan mandirinya
masalah. Mampu mengambil keputusan
selama pasien berada ditengah-tengah
untuk
anggota keluarganya.
keluarga mengatasi
mampu masalah.
Mampu
merawat anggota keluarga yang
5
Diagnosa Keperawatan Kombinasi
psiko edukasi keluarga dapat dilihat
diagnosa
keperawatan
pada tabel 5
pada pasien yang diberikan terapi Tabel 5 : Kombinasi Diagnosa Keperawatan Pada Pasien yang Diberikan Terapi Psiko Edukasi Keluarga di Kelurahan Bubulak, Bulan Februari-April 2009 No 1 2 3 4 5 6 7
Diagnosa Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan /Harga Diri Rendah/DPD Harga Diri Rendah / Defisit Perawatan Diri Gangguan Persepsi Sensori:Halusinasi/ Harga Diri Rendah Isolasi Sosial/Harga Diri Rendah Gangguan Persepsi Sensori:Halusinasi Dengar/Risiko Perilaku Kekerasan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi/Harga Diri Rendah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi/Isolasi Sosial Total
Berdasarkan keperawatan
kombinasi
pasien
pada
Jumlah Pasien 3
Persentase (%) 25
3 2
25 16,8
1 1
8,3 8,3
1
8,3
1
8,3
12
100
diagnosa
Harga Diri Rendah/ defisit perawatan diri
tabel
yaitu sebanyak 3 kasus (25%). Hal ini
5.
tergambar bahwa kombinasi diagnosa
menunjukkan
bahwa
keperawatan terbanyak pada pasien yang
mempengaruhi kemampuan koping pasien
diberikan terapi psikoedukasi keluarga
dalam
adalah Risiko Perilaku Kekerasan/Harga
kognitif dan emosi.
mengendalikan
harga stresor
diri secara
Diri Rendah/ defisit perawatan diri dan Diagnosa dan Terapi Medis Tabel 6 : Diagnosa dan Terapi Medis Pada Pasien Yang Diberikan Terapi Psikoedukasi Keluarga Di Kelurahan Bubulak, Bulan Februari-April 2009 Diagnosa Medis Skizofrenia Paranoid Epilepsi
Retardasi Mental Berdasarkan aspek
Terapi Medis
N (12)
Persentase (%)
Chlorpromazine 100 mg Haloperidol 5 mg 5 41,6 Triheksipenidil 2 mg 5 41,6 Carbamazepin 200 mg Luminal Penitoin 2 16,b medis pasien diberikan terapi medis Chlorpromazine,
mendapatkan terapi medis didiagnosa
Haloperidol
skizoprenia paranoid (41,6%) dan epilepsi
sebanyak
(41,6%). Pemberian psikofarmaka pada
seluruhny mendapat terapi carbamazepin
pasien Skizofrenia Paranoid seluruhnya
200 mg, luminal dan penitoin.
6
dan
Triheksipenidil
(100%).
Pasien
yaitu epilepsi
Implementasi Tindakan Keperawatan Implementasi
serta
berlatih
kelompok
tindakan
bersama
untuk
dalam
memberikan
dan
keperawatan disesuaikan dengan rencana
mendapatkan dorongan dari pasien
yang telah disusun, dan tetap berfokus
lainnya.
pada kondisi kelompok, serta
pasien, keluarga dan kondisi lingkungan
secara kognitif meningkatkan harga
perawatan. Terapi Psikoedukasi keluarga
memberi makna terhadap kegiatan
yang diberikan dengan fokus kegiatan
yang
berbeda-beda
sehari-hari.
pada
setiap
2
pasien
(20%)
mampu
diri dengan berfikir positif dan mampu
diagnosa 2.
keperawatan yang dialami pasien sesuai
dilakukan
Keluarga:
dalam
hasil
kehidupan
tindakan
terapi
dengan kemampuan yang dimiliki oleh
generalis, terapi psikoedukasi dan
pasien. Implementasi keperawatan yang
terapi Triangle; 7 (70%) keluarga
berdasarkan paket
tindakan telah disusun
mampu
rencana tindakan
secara
psikomotor
kognitif
melakukan
dan
perawatan
pada pasien dengan harga diri rendah dan mampu melakukan managemen
Evaluasi Hasil Evaluasi
terhadap
keperawatan
hasil
tindakan
dilakukan
dengan
stress
dengan
mendemonstrasikan
cara
mengatasi
stress
dalam
pembandingkan rencana tindakan dengan
keluarga. 5 keluarga (50%) yang
implementasi
Hasil
mampu sampai psikomotor merawat
pemberian terapi psikoedukasi keluarga
merawat pasien dengan gangguan
dengan gangguana jiwa di Kelurahan
jiwa
Bubulak Kecamatan Bogor Barat dapat
hambatan
dilihat berikut;
dirumah, berdiskusi dengan perawat
1.
Individu:
yang
terapi
diberikan.
generalis,
dan mampu mengungkapkan dalam
merawat
klien
dan menyepakati untuk ikut kelompok
terapi
perilaku, terapi CBT, terapi suportif
swabantu
dan
difasilitasi oleh puskesmas. Tingkat
logoterapi:
mampu
8
secara
pasien
(80%)
kognitif
dan
kemandirian
keluarga keluarga
pasien 8
yang
keluarga
meningkatkan
(80%) kelompok keluarga mandiri 4. 1
harga diri dengan melatih perilaku
keluarga (10%) mandiri 3 dan 1
yang positif serta adaptif yang masih
keluarga mandiri
psikomotor
dalam
bisa dilakukan dirumah dalam bentuk keterampilan
belajar
dan
sosial.
Keterampilan dilatih secara individu
7
PEMBAHASAN Pemberian terapi keluarga ini
anggota psikoedukasi
sesuai
keluarga
yang
mengalami
gangguan jiwa.
dengan konsep
Tidak adanya pengaruh pekerjaan
Friedman, Family Nursing yang ditujukan
seseorang terhadap kemampuan keluarga
agar keperawatan lebih mengembangkan
dalam merawat anggota keluarga yang
fungsi-fungsi
dinamika
mengalami
gangguan
keluarga. Asuhan keperawatan keluarga
disebabkan
karena,
difokuskan
pasien sudah menderita gangguan jiwa
keluarga
dan
terhadap
kesehatan
seluruh
peningkatan
anggota
keluarga
jiwa
pada
dapat
umumnya
(skizoprenia) cukup lama. Pada saat
melalui perbaikan dinamika hubungan
melakukan
internal keluarga, struktur
dan fungsi
terhadap keluarga, beberapa keluarga
keluarga serta adanya interdependensi
mengatakan bahwa melakukan perawatan
antar keluarga sebagai suatu sistem dan
pada anggota keluarga yang mengalami
meningkatkan hubungan keluarga dengan
gangguan
lingkungannya.
kesabaran. Pengobatan yang saat ini
Hasil
Penelitian
intervensi
jiwa,
lebih
proporsi terbesar jenis kelamin keluarga
mendapat
masukan
yang mendapat
kesehatan
dan
psikoedukasi
keluarga adalah laki-laki. Hasil analisis, jenis kelamin
pada
masalah
dijalankan menjadi lebih mudah, setelah
menunjukkan
terapi
keperawatan
dari
dapat
petugas
menggunakan
asuransi kesehatan bagi keluarga miskin.
tidak berpengaruh dalam
Hasil Penelitian menunjukkan lama
peningkatan kemampuan keluarga dalam
merawat
merawat
mendapat terapi psikoedukasi keluarga,
anggota
keluarga
yang
adalah
mengalami gangguan jiwa. Hasil
penelitian
keluarga >
2
yang
tahun.
sakit
Keluarga
dan yang
mendapat terapi psikoedukasi keluarga
menunjukkan
rentang usia keluarga yang mendapat
mempunyai
terapi psikoedukasi keluarga adalah 25 –
kepercayaan yang dianut setiap penyakit
65 tahun termasuk dalam usia produktif.
ada obatnya. Sehingga keluarga mencari
Hasil analisis, berpengaruh
dukungan dan memanfatkan dukungan
kemampuan anggota
usia tidak tidak dalam peningkatan
keluarga dalam
keluarga
yang
proporsi
bahwa
dalam
yang ada, baik dalam keluarga maupun
merawat
lingkungan.
mengalami
Terapi psikoedukasi keluarga bukanlah
gangguan jiwa. Hasil
keyakinan
merupakan terapi tunggal, namun perlu penelitian
terbesar
status
menunjukkan
ditambahkan terapi lainnya. Intervensi
pendidikan
family nursing dalam terapi psikoedukasi,
adalah pernah sekolah atau tidak tamat
membutuhkan
sekolah dasar. Hasil analisis, pendidikan
secara sosial untuk mempermudah dalam
tidak berpengaruh dalam peningkatan
proses asuhan keperawatan keluarga.
kemampuan keluarga dalam merawat
8
beberapa
pendekatan
KESIMPULAN
psikoedukasi
1.
Keluarga yang mendapatkan terapi
modifikasi konsep Friedman Family
psikoedukasi keluarga sebanyak 12
Nursing.
keluarga.
Karakteristik
diketahui
sebagian
dewasa,
sebagian
kelamin
laki-laki,
menikah,
2.
besar besar
besar
pada
keluarga
pasien
Kesehatan
dapat
gangguan jiwa
bekerja
SARAN
sebagian
1.
Bagi
Dinas
berpendidikan tidak tamat sekolah
menjadikan program kesehatan jiwa
dasar,
anggota
sebagai program utama dari program
keluarga yang mengalami gangguan
dinas kesehatan dan memasukkan
jiwa seluruhnya lebih dari 2 tahun.
program
Pasien
dalam
lama
yang
merawat
mendapatkan
terapi
kesehatan
jiwa
rencana
(DSSJ) anggaran.
psikoedukasi keluarga sebanyak 20
Mengembangkan program kesehatan
pasien. Karakteristik pasien diketahui
jiwa untuk semua wilayah Puskesmas
sebagian
Kota Bogor sehingga terbentuk Kota
besar
usia
dewasa,
sebagian besar berjenis kelamin laki-
Bogor
laki, sebagian besar belum menikah,
Meningkatkan
sebagian
bekerja,
kegiatan pelayanan kesehatan jiwa di
sebagian berpendidikan tidak tamat
masyarakat terutama kepada kinerja
sekolah
perawat CMHN dan kader kesehatan
besar dasar,
Masalah
tidak lama
keperawatan
ditemukan
mengalami
pada
Siaga
Sehat supervisi
Jiwa. terhadap
jiwa
jiwa
yang
keluarga
yang
2.
Puskesmas Sindang Barang, agar memasukkan program kesehatan jiwa
merawat anggota keluarga gangguan
keluarga
jiwa adalah koping keluarga tidak
puskesmas dan memberikan asuhan
efektif,
keperawatan
penatalaksanaan
terapeutik:
4.
Terapi psikoedukasi keluarga dengan diberikan
gangguan jiwa lebih dari 2 tahun 3.
dengan
modifikasi konsep Friedman dapat
berjenis
besar
buruh,
5.
usia
sebagian
sebagian
sebagai
keluarga
keluarga
keluarga
tidak
rejimen efektif,
pasien
dalam
rencana
pada
kegiatan
keluarga
gangguan
jiwa
dan
dengan
pasien dengan masalah keperawatan
melakukan
halusinasi,
komunikasi
Pengembangkan
dan
verbal, defisit perawatan diri, dan
mengoptimalkan
pelayanan
harga diri rendah.
kesehatan
Rencana tindakan keperawatan yang
(Poliklinik Jiwa).Melakukan kerjasama
disusun adalah menggunakan standar
lintas
asuhan keperawatan berdasarkan
pendidikan, agama, sosial, pertanian
hasil Work Shop Keperawatan Jiwa
dan pekerjaan umum terkait dengan
(2008) berfokus pada terapi
program kesehatan jiwa.
kerusakan
9
sektor
kunjungan
jiwa
di
dengan
rumah.
Puskesmas departemen
DAFTAR PUSTAKA
Mohr. W.K. (2006). Psychiatric Mental health Nursing. (6th ed).Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins.
Anderson & Mc Farlane (2000). Community as partner: Theory and practice in nursing, Philadelphia: J.B, Lipincott Company, USA
Potter, Anne Griffin Perry . (2005). Fundamentals of nursing: concept, proses and practice. Alih bahasa, Yasmin Asih et al, Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses dan praktek. Edisi 1, Jakarta: EGC.
Carson, V.B. (2000). Mental Health Nursing: The nurse-patient journey. (2th ed.). Philadelphia: W.B. Sauders Company. Corrigan & Watson (2002). Family and cycle stigma. http://www.pubmedcentral.nih. diperoleh 19-2-2008.
Rawlin, R.P., Williams, S.R., and Beck, C.K. (1993). Mental Health psychiatric nursing: A holistic lifecycle approach, St. Louis: Mosby.
Dochterman, J.M., & Bulechek, G.M. (2004). Nursing Intervention th Classification (NIC), (4 ed.), St. Louis: Mosby.
Riset Kesehatan Dasar (2007), Laporan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta Depkes
Depkes .RI.(1992). Undang-undang Republik Indonesia no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Jakarta: Depkes RI
Sarafino, E.P. (2002). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. New York: John Wiley & Sons, Incorporated.
Fontaine, Kareen Lee (2003) Mental Health Nursing, Ed .4, Pearson Education, Inc,Upper Saddle River,New Jersay Fortinash, K.M. dan Worret, P.A.H. (2004). Psychiatric Mental Health Nursing. (3rd ed.). St. Louis: Mosby.
Stuart, G.W., & Laraia M.T (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, (8th ed), St. Louis: Mosby. Townsend, M.C (2005). Essensial of psychiatric mental health nursing, (3th ed), Philadelphia: F.A.Davis Company.
Friedman, M. M., (1998). Family nursing: Research, theori & practice. (4 nd ed). Connecticut: Appleton & Lange. Kaplan, H.I., Sadock, B.J.,& Grebb, J.A. (1997). Synopsis of psychiatry. Alih bahasa: Kusuma, W. Sinopsis Psikiatri: ilmu pengetahuan psikiatri klinis.(Edisi 7) (Jilid1). Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Videbeck Sheila L (2001) . Psychiatric mental health nursing. Philadelphia: Lippincott Wilkinson, Judith,M. (2007). Nursing diagnosis handbook with interventions and NOC Outcomes. Alih bahasa. Buku saku keperawatan dengan intervensi NIC dan criteria hasil NOC. Widyawati, Edisi Indonesia (edisi 7), Jakarta: EGC.
Keliat, B.A, dkk.( 2006). Modul IC CMHN: Manajemen kasus gangguan jiwa dalam keperawatan kesehatan jiwa komunitas, Jakarta: WHO-FIK UI McCubbin, H.I., & Thompson, A.I. (1991). Family assessment inventories for research and practice. Madison: University of Wisconsin.
10